SKRIPSI
PROFIL BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN HIV & AIDS YANG BERSALIN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE TAHUN
2012 - 2014.
Oleh : Jay Mithila
130100336
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PROFIL BAYI BARU LAHIR DARI IBU DENGAN HIV & AIDS YANG BERSALIN DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE TAHUN
2012 - 2014.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh : Jay Mithila
130100336
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
ABSTRAK
HIV telah menjadi masalah global, data estimasi global statistik tahun 2014 memperkirakan ada 36,9 juta orang di dunia menderita HIV. Sekitar 2,6 juta dari nilai tersebut di antaranya adalah anak-anak, dimana prevalensinya adalah sebesar 0,8%. Sebagian besar bayi dengan HIV & AIDS mendapat penularan vertikal dari ibu hamil yang terinfeksi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia membentuk RANPPIA (Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh profil bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2012-2014 berupa jumlah kasus dari tahun ke tahun, berat badan lahir bayi, jenis persalinan yang dipilih ibu, riwayat pemberian ARV pada ibu, pemberian ARV profilaksis pada bayi dan juga status PCR bayi < 18 bulan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian retrospektif.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder pasien bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV & AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2012-2014. Penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil, terjadi peningkatan dan penurunan yang tidak signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan kelompok berat badan, jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dijumpai pada kelompok berat badan lahir normal (2500-4000 g). Jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilakukan secara sectio caesarea. Jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilahirkan oleh ibu yang menerima terapi ARV. Jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak sudah menrima terapi ARV profilaksis.Jumlah bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV & AIDS yang belum melakukan PCR merupakan sampel paling banyak.
Kata Kunci : HIV & AIDS, PPIA, Transmisi Vertikal, ARV, bayi
ABSTRACT
HIV continues to be a major global public health issue. In 2014, an estimated 36.9 million people were living with HIV, including 2.6 million children with a global HIV prevalence of 0.8%. Most of the infant and children suffering from HIV receive vertical transmission from HIV infected mothers or more common known as mother to child transmission (MTCT). Indonesia’s Ministry of Health Care made a policy to cut off the risk of MTCT called as RANPPIA.
This study’s goal is to find the profile of infants born to HIV infected mothers and gave birth in Haji Adam Malik General Hospital of Medan, Indonesia from 2012 - 2014. And the profile are : the amount of cases found, infant’s birth weight, mode of delivery chosen by mothers, mother’s ART medication record, infant’s ART prophylaxis record and also infant’s PCR test result. This study is a descriptive study with using retrospective methode. This study also done by using patients which in this case is infants born to HIV infected mothers’ medical records. And this study also done by total sampling techniques.
The results are, there are increase and descrease in each year but not significant, most of the infants born to HIV infected mothers have normal birth weight, most of the mothers choose the sectio caesarea mode of delivery, all of the mothers already received ART during the pregnancy, all of the infants also already received ART prophylaxis, and most of the infants have not undergo PCR test.
Keywords : HIV & AIDS, PMTC, MTCT, ARV, infants
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Profil bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2012-2014. Sebagai salah satu area kompentasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.Pd, Sp. JP (K), selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.
3. dr. Sarma Nursani L.Raja, M.Ked (OG) Sp.OG(K), selaku dosen pemimbing I dan dr. Causa T. Mariedina, M.Ked(PA), Sp.PA, selaku dosen pemimbing II dalam penulisan penelitian ini, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mngarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. Hasanul Arifin, Sp.An selaku ketua penguji dan dr. Bambang Prayugo, Sp.B selaku anggota penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.
4. Kepada semua petugas di RSUP H. Adam Malik sub bagian rekam medis yang dengan ramah mengizinkan penulis untuk melakukan pencatatan rekam medis.
5. Kedua orang tua penulis, Jaya Silen dan Yasodra Dewi yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan pendidikan. Juga saudari-saudari penulis, Jay Pretty dan Devi Silvana yang telah memberikan dukungan dan semangat.
6. Sahabat-sahabat penulis, Michaela Darlene, Marsella Tanoro, telah memberi dukungan dan membantu penulis dalam proses pengambilan data.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan langsung maupun tidak langsung.
Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetauan baru, dalam area kompentasi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini di kemudian hari.
Medan, 9 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR SINGKATAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 HIV & AIDS ... 7
2.1.1 Pengertian HIV & AIDS ... 7
2.1.2 Sejarah HIV & AIDS ... 7
2.1.3 Epidemiologi HIV & AIDS ... 8
2.1.4 Proses Replikasi virus HIV ... 11
2.1.5 Diagnosis HIV pada bayi... 12
2.1.6 Diagnosa HIV pada anak ... 13
2.1.7 Terapi Antiretroviral ... 14
2.1.8 Pencegahan Penularan HIV & AIDS ... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21
3.1. Kerangka Teori Penelitian ... 21
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1. Desain Penelitian ... 23
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
4.3.1 Populasi ... 23
4.3.2 Sampel ... 24
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24
4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 24
4.7. Definisi Operasional ... 25
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27
5.1. Hasil Penelitian ... 27
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian ... 27
5.2. Pembahasan... 31
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1. Kesimpulan ... 34
6.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi HIV pada Pediatri 14
Tabel 2.2. Jenis Obat-obatan ARV 17
Tabel 2.3 Beberapa Contoh Obat ARV 17 Tabel 4.1. Definisi Operasional 25 Tabel 5.1. Distribusi jumlah kasus bayi baru lahir dari ibu
dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H.
Adam Malik Medan tahun 2012 – 2014 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan
HIV & AIDS berdasarkan kelompok berat badan lahir.
28
28
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan jenis persalinan
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan riwayat pemberian terapi ARV pada ibu.
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan pemberian terapi ARV profilaksis pada bayi.
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan status PCR bayi.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar2.1. Struktur HIV 9
Gambar 2.2. Siklus Hidup HIV 10
Gambar 2.3. Proses Replikasi HIV 11
DAFTAR SINGKATAN
AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
APV Amprenavir
ARV Antiretroviral
ASI Air Susu Ibu
CD4 Cluster of Differentiation 4 CDC Centers for Disease Control DNA DeoxyriboNucleic Acid
ELISA Enzyme-Linked Immunosorbent Assay HIV Human Immunodeficiency Virus
IDV Indinavir
IMS Infeksi Menular Seksual
Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KB Keluarga Berencana
LIP Limfoid Intertitial Penumonitis LPV/r Loponavir /ritonavir
LPH Pulmonary Lymphoid Hyperplasia MTCT Mother To Child transmission
NFV Nelvinavir
NTRTI Nucleotide reverse transcriptase inhibitors NRTI Nucleoside reverse transcriptase inhibitors NNRTI Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor PCR Polymerase Chain Reaction
PI Protease inhibitor
RANPPIA Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak
RNA Ribonucleic Acid RT Reverse transcriptase
RTV Ritonavir
SQV Squinavir
TDF Tenofovir
UNAIDS United Nattion Programme on HIV/AIDS
WHO World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Izin Penelitian
LAMPIRAN 3 Ethical Clearance LAMPIRAN 4 Output SPSS LAMPIRAN 5 Data Induk
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV yang mengakibatkan orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunistik).1 HIV tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga bisa menyerang anak-anak.
Virus HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak melalui 2 cara yaitu sewaktu persalinan dan sewaktu menyusui. Menurut World Health Organisation atau WHO, batasan umur anak adalah sejak anak dalam kandungan sampai usia 19 tahun.2
HIV telah menjadi masalah global, data estimasi global statistik tahun 2014 memperkirakan ada 36,9 juta orang di dunia menderita HIV. Sekitar 2,6 juta dari nilai tersebut di antaranya adalah anak-anak, dimana prevalensinya adalah sebesar 0,8%.3 Statistik juga menunjukkan ada 1,2 juta orang meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan AIDS. Jumlah kasus HIV baru di dunia pada orang dewasa adalah sebanyak 1,8 juta orang dan anak-anak sebanyak 220.000 orang. Kemudian jumlah orang yang mendapat terapi antiretroviral adalah sebanyak 15 juta orang dan 823.000 di antaranya adalah anak-anak.4
Menurut United Nations Programme on HIV/AIDS atau UNAIDS, di Asia Pasifik tercatat ada 5 juta (4,5 juta-5,6 juta) orang yang menderita HIV. Sekitar 51% dari jumlah tersebut dan menempati tempat teratas adalah India dengan total angka sebesar 2,1 juta orang, disusul oleh China dengan 14% dengan total angka 780.000. Indonesia menempati urutan ketiga dengan prevalensi sebesar 12% dengan total angka 610.000. Di tempat keempat ditempati Thailand dengan persentase 8% dengan total angka 450.000, disusul Vietnam di tempat kelima dengan prevalensi sebesar 5% dengan total angka 260.000 , lalu di posisi keenam Myanmar sebesar 6% dengan total angka 200.000 orang dan diikuti Malaysia sebesar 2% dengan total angka 82.000 orang. Selama tahun 2009-2014 ada 84 negara dari 121 negara dengan perekonomian menegah ke bawah yang terus mengalami peningkatan jumlah transmisi virus HIV, bahkan 46 negara tersebut mengalami peningkatan lebih dari 50%.5
Prevalensi transmisi HIV dari ibu yang positif HIV ke anak yang tidak mendapat pengobatan mencapai 45%, dimana transmisi dapat ditekan hingga kurang dari 5% jika anak yang ibunya positif HIV mendapat terapi antiretroviral.6 Menurut RANPPIA (Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak), resiko transmisi HIV dari ibu yang positif HIV ke anaknya di negara berkembang dan negara miskin masih sangat besar yaitu sebesar 25%-45%, sementara resiko transmisi virus di negara maju sudah dapat ditekan hingga kurang dari 2%, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pengetahuan di negara berkembang dan juga minimnya akses terhadap pelayanan.7 Sekitar 3,2 juta orang dari total penderita HIV di Asia Pasifik tidak menerima akses terapi antiretroviral, hanya 2 negara di Asia Pasifik yaitu Thailand dan Kamboja saja yang 50% dari penderitanya mendapat terapi antiretroviral.8
Di Indonesia, infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak. HIV & AIDS pertama kali ditemukan di Bali tahun 1987. Berdasarkan laporan provinsi, jumlah kasus infeksi HIV yang paling banyak adalah di DKI
Jakarta sebanyak 32.782 kasus, disusul oleh Jawa timur sebanyak 19.249 kasus.
Di tempat ketiga adalah Papua dengan jumlah kasus 16.051, kemudian di tempat keempat adalah Bali dengan 9.637 kasus. Di tempat kelima adalah Sumatera Utara sebanyak 9.219 kasus.9 Data estimasi UNAIDS dan WHO memperkirakan ada 22.000 anak di wilayah Asia- Pasifik terinfeksi HIV tanpa pengobatan, dimana setengah dari jumlah anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua dan juga berat badan lahir kurang memang lebih sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus HIV dibanding bayi yang lahir dari ibu yang tidak terinfeksi virus HIV. 10
Mother To Child transmission atau MTCT adalah transmisi HIV dari ibu yang positif HIV ke anak yang dikandungnya. Cara transmisi ini adalah cara yang paling sering menyebabkan anak-anak terinfeksi virus HIV dengan prevalensi mencapai 90%.11 Sementara itu menurut WHO uji PCR merupakan tes yang paling baik untuk menentukan status HIV bayi baru lahir, hal ini disebabkan oleh antibodi ibu yang masih menetap dalam tubuh bayi sampai usianya 18 bulan12
Adapula program WHO terhadap prevention of mother to children transmission atau PMTCT yaitu (1) tindakan pencegahan primer HIV untuk memastikan bahwa perempuan usia reproduksi dan pasangannya terhindar dari Infeksi HIV; (2) melakukan konseling terhadap pemakaian alat kontrasepsi agar dapat mencapai sasaran yaitu mencegah kehamilan di kalangan Orang Dengan HV
& AIDS (ODHA) perempuan; (3) menyediakan tes HIV, konseling dan obat antiretroviral pada waktu yang tepat untuk ibu hamil dengan HIV untuk mencegah penularan kepada anak-anak mereka dan; (4) memastikan bahwa perawatan, pengobatan dan dukungan semangat bagi perempuan dengan HIV, anak-anak dan keluarganya telah diberikan dengan benar. WHO (September 2010) menetapkan guidelines terhadap PMTCT yaitu semua ibu hamil dan menyusui yang positif HIV harus mendapat terapi antiretroviral tanpa harus memperhatikan jumlah CD4+ maupun tingkat keparahan yang telah ditetapkan WHO. Terapi antiretroviral harus diawasi dan tetap diberikan setelah melahirkan dan pada masa
menyusui.13 %.14 Resiko transmisi virus HIV dari ibu ke anak dapat dicegah hingga mencapai 80-89% jika jenis persalinan yang dipilih adalah sectio caesarea.15
Menurut data dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012, di kota Medan ditemukan ada sebanyak 506 kasus HIV.16 RSUP H. Adam Malik merupakan pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera bagian Utara dan Bagian Tengah yang meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatera Barat.17
1. Mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan jumlah kasus HIV dan AIDS pada bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin di Berdasarkan hal-hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai profil bayi baru lahir dari ibu yang dengan HIV & AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2012-2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana profil bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2012-2014”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2012-2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2012-2014.
2. Mengetahui frekuensi kejadian HIV & AIDS pada bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan kelompok berat badan bayi di RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Mengetahui frekuensi kejadian HIV & AIDS berdasarkan cara/ jenis persalinan ibu di RSUP H. Adam malik Medan.
4. Mengetahui riwayat pemberian terapi ARV pada ibu dengan HIV & AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan.
5. Mengetahui riwayat pemberian terapi ARV profilaksis pada bayi dengan HIV & AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan.
6. Mengetahui status HIV berdasarkan tes PCR bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
a. Memberikan informasi kepada institusi kesehatan, institusi pendidikkan, dan pihak- pihak terkait lainnya mengenai profil bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2012-2014.
b. Menjadi dasar-dasar ataupun data pendukung untuk penelitian-penelitian mengenai profil bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS.
c. Menjadi tambahan informasi bagi wanita hamil yang terdiagnosa HIV &
AIDS untuk meningkatkan kesadaran diri tentang pentingnya pemberian terapi antiretroviral terhadap dirinya dan bayinya.
d. Menjadi pengalaman dan menambah wawasan peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 HIV dan AIDS
2.1.1 Pengertian HIV dan AIDS
Human Immunodeficiency Virus atau HIV yaitu sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk ke dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit.
Kondisi ini disebut AIDS. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yaitu kumpulan gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh, maka semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh dengan mudah (infeksi oportunistik). Oleh karena itu sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, maka penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya.18
2.1.2 Sejarah HIV & AIDS
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika SUB-Sahara. Penularan HIV diduga berasal dari kera hijau Afrika yang mengidap HIV tetapi banyak yang tidak sakit, namun menyebabkan simian AIDS pada kera di Asia. AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981 di Los Angeles oleh Centers for Disease Control and Prevention (Amerika Serikat).
Penyakit ini diderita oleh 5 laki-laki homoseksual yang mengalami penurunan kekebalan dan terjangkit Pneumonia pneumosistis. Spesies HIV yang menginfeksi manusia yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 merupakan spesies yang lebih mematikan, mudah masuk ke dalam tubuh, sumber mayoritas infeksi HIV di dunia. Berasal dari simpanse Pan troglodytes yang ditemukan di Kamerun Selatan. HIV-2 merupakan spesies yang sulit dimasukkan, kebanyakan berada di Afrika Barat. Berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus Atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon dan Kamerun. Banyak ahli berpendapat, bahwa HIV masuk ke dalam tubuh akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.15
2.1.3 Epidemiologi
AIDS pada anak-anak hampir selalu didapat dari ibu yang terinfeksi, baik lewat penularan intrauterin atau intrapartum. Ibu menjadi terinfeksi karena merupakan anggota salah satu kelompok beresiko seperti; pemakai obat intravena yang memakai jarum suntik bersama-sama dengan individu yang terinfeksi HIV; pelacur yang mendapat penyakit dari salah satu mitranya; atau yang kurang umum, menerima transfusi darah terkontaminasi; dan wanita yang menikah dengan pria yang seropositif HIV, termasuk penderita hemofilia laki- laki yang diobati dengan faktor VII mengandung HIV .𝟏𝟏𝟏𝟏
Distribusi geografis AIDS perinatal di Amerika Serikat terpusat terutama pada daerah metropolitan pantai, seperti New York/New Jersey, Miami, dan Los Angeles, daerah yang mencakup kebanyakan wanita dengan AIDS. Studi epidemiologis memberi keterangan bahwa sekitar 7.000 wanita seropositif HIV di Amerika Serikat akan menjadi hamil pada tiap tahunnya. Angka penularan pada janin atau bayi baru lahir tergantung pada faktor-faktor ibu, seperti keparahan penyakit dan tingkat viremianya. Pada beberapa wanita hamil dengan AIDS, angka infeksi janin dan perinatal dapat mendekati 70%. Namun, angka penularan janin secara vertikal pada wanita yang diketahui seropositif-HIV sekitar 25%. Pada keadaan khusus dimana wanita tertular infeksi HIV primer
saat awal kehamilan, risiko bagi penularan janin nampak lebih tinggi daripada 25%. Banyak contoh infeksi HIV pada trimester kedua yang diketahui melalui isolasi virus jaringan. Ada lebih sedikit contoh-contoh penularan transplasenta vertikal selama trimester pertama, namun antigen dan asam nukleat HIV telah ditemukan pada jaringan yang berasal dari tiga janin berumur 8 minggu. Telah ditemukan mekanisme penularan HIV intrauterin. Pertama, virus di dalam sistem ibu dilepaskan dari sel desidua, selanjutnya difagositosis oleh sinsitiotrofoblas.
Kedua, trofoblas yang menginvasi jaringan desidua berkontak dengan limfosit Cluster of Disease atau CD4 ibu yang terinfeksi-HIV. Ketiga, makrofag ibu yang terinfeksi menginvasi stroma vilus. Fagositosis dapat merupakan mekanisme yang lebih penting pada penularan intrauterin daripada kejadian yang diperantai reseptor CD4 spesifik karena sel bernukleus yang mengekspresikan molekul permukaan sel CD4 belum pernah diamati hingga minggu 12-14 kehamilan.19 2.1.4. Proses Replikasi HIV
Secara struktural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian Ribonucleic Acid atau RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional dan struktural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol dan env. Gag berarti grup antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari envelope. Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease dan integrase. Gen env mengode komponen struktural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu dan vpr.𝟏𝟏𝟏𝟏
Gambar 2.1 Struktur HIV.15
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrit pada membran mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selam 5 hari setelah paparan, dimana replikasi virus menjadi cepat. Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu : (1) Masuk dan mengikat; (2) Reverse transcriptase; (3) Replikasi; (4) Budding; (5)Maturasi.15
Gambar 2.2 Siklus Hidup HIV.15
Proses Replikasi HIV, sel CD4 berperan sebagi koordinator sistem imun, menjadi sasaran utama HIV. HIV merusak sel-sel CD4 sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi porak-poranda. Berbeda dengan bakteri, misalnya : Mycobacterium tuberculosis yang berkembang-biak dengan membelah diri, maka HIV sebagai retrovirus butuh sel hidup untuk memperbanyak dirinya. Sel yang jadi sasaran adalah sel-sel CD4, memasuki dan menggunakannya sebagai mesin fotokopi untuk memperbanyak diri. Replikasinya begitu cepat, bisa mencapai jutaan setiap harinya, sekaligus merusakkan sel CD4 yang digunakan sebagai host atau inang.15
Cara Penularan HIV dari ibu kepada bayi yang dikandungnya dapat melalui: (1) Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum). Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang dikandungnya,
cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal, transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar darah ibu; (2) Selama persalinan (intrapartum), selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan sevikovaginal yang mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir; (3) Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi, pada ibu yang erinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan, besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persaliinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini,persalinan prematur, penggunaan eletrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar CD4 pada ibu, ketuban pecah dini lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko transmisi antepartum sampai dua kali lipat; (4) Bayi tertular melalui pemberian ASI, ASI diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak, konsentrasi median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang menderita HIV adalah 1 per 104 sel, partikel virus ini dapat mempengaruhi risiko transmisi HIV melalui ASI antara lain mastitis atau luka di putting, lesi di mukosa mulut bayi, prematuritis dan respon imun bayi, penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko transmisi dua kali lipat.
Ibu dengan viral load HIV yang tinggi lebih mungkin meularkan infeksi pada bayinya. Kebanyakan ahli menganggap bahwa risiko penularan bayi sangat amat rendah bila viral load ibu dibawah 1000 waktu melahirkan. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi dalam proses melahirkan. Bayi lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama. Selama persalinan, bayi dalam keadaan berisiko tertular oleh darah ibunya.20
2.1.5. Diagnosis HIV pada Bayi
Penyebaran virus HIV/AIDS di sejumlah provinsi di tanah air dalam beberapa tahun terakhir telah memasuki populasi umum, yakni kaum ibu dan bayi. Setiap hari, hmapir 1800 bayi di dunia telah terinfeksi HIV. Di Indonesia, jika tanpa intervensi diperkirakan 3000 bayi lahir dengan HIV per tahun.
Biasanya bayi dan ank terinfeksi HIV melalui: (a) Penularan dari ibu ke anak, dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum), selama persalinan (intrapartum), bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (postpartum), bayi tertular melalui pemberian Air Susu Ibu atau ASI; (b) Penularan melalui darah, transfusi darah atau produk darah yang tercemar HIV, penggunaan alat yang tidak steril di sarana pelayanan kesehatan, penggunaan alat yang tidak steril di sarana pelayanan kesehatan tradisional misalnya tindik, sirkumsisi, dan lain-lain; (c) Penularan melalui hubungan seks, pelecehan seksual pada anak, pelacuran anak.17
Bayi yang terrtular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang ditemukan pada anak adalah pneumonia yang disebabkan Pneumocystisis carinii. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali (perbesarah hepar dan lien) .17
Mengingat antibodi ibu bisa dideteksi pada bayi sampai usia 18 bulan, maka tes ELISA dan Western Blot akan positif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV karena tes ini berdasarkan ada tidaknya antibodi terhadap virus HIV. Tes paling spesifik untuk mengidentifikasi HIV adalah PCR untuk DNA HIV. Kultur HIV yang positif juga menunjukkan pasien terinfeksi HIV. Untuk pemeriksaan Polymerase Chain Reaction atau PCR, bayi harus dilakukan pengambilan sampel darah untuk tes PCR pada dua saat yang berlainan. DNA PCR pertama diambil saat bayi berusia 1 bulan karena tes ini kurang sensitif selama periode satu bulan setelah lahir. Centers for Disease Control atau CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR setidaknya diulang pada saat bayi berusia empat bulan. Jika tes ini negatif, maka bayi tidak terinfeksi HIV. Tetapi
bila bayi tersebut mendapatkan ASI maka bayi beresiko terular HIV sehinggga tes PCR perlu diulang setelah bayi disapih. Pada usia 18 bulan, pemeriksaan yang lain.17
2.1.6. Diagnosa HIV pada anak
Anak-anak berusia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosa dengan menggunakan kombinasi antara gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Anak dengan HIV sering mengalami infeksi kambuh-kambuhan, gagal tumbuh atau wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan berkembang, sariawan pada mulut dan faring. Anak usia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis dengan ELISA dengan tes konfirmasi lain seperti pada orang dewasa. Terdapat dua klasifikasi yang bisa digunakan untuk mendiagnosa bayi dan anak dengan HIV yaitu menurut CDC dan WHO.17
CDC mengembangkan klasifikasi HIV pada bayi dan anak berdasarkan hitung limfosit CD4+ dan manifestasi klinis penyakit. Pasien dikategorikan berdasarkan derajat imunosupresi (1, 2, atau 3) dan kategori klinis (N, A, B, C, E). Klasifikasi ini memungkinkan adanya surveilansi serta perawatan pasien yang lebih baik. Pada klasifikasi pediatri, kategori E berarti bayi terinfeksi HIV secara vertikal dari ibu, tapi statusnya masih belum jelas. Bila jumlah limfosit CD4+ normal dan tidak ada tanda-tanda infeksi HIV, maka bayi dan anak tersebut diklasifikasikan dalam N1.17
Anak yang masuk dalam kategori C diklasifikasikan dalam AIDS. Penyakit paru seperti Limfoid Intertitial Penumonitis atau LIP dan Pulmonary Lymphoid Hyperplasia atau PLH menandakan bahwa si anak telah terrinfeksi AIDS, tetapi bukan pada orang dewasa. Kedua penyakit ini diklasifikasikan CDC dalam kategori B. Beberapa penyakit lain seperti virus sitomegalo, Herpes simplex, dan
toksoplasmosis otak hanya menunjukkan AIDS pada anak usia lebih dari satu bulan dan orang dewasa.17
Klasifikasi klinis dan imunologis ini bersifat eksklusif, sekali pasien diklasifikasikan dalam satu kategori, maka klasifikasi ini tidak berubah meskipun telah terjadi perbaikan status karena pemberian terapi atau faktor lain.
Seorang bayi yang terinfeksi HIV dari ibunya dikategorikan dalam status E, status ini menjadi awalan untuk kode klasifikasi yang sesuai (misalnya EN1) .17
Tabel 2.1 Klasifikasi HIV pada Pediatri : Kategori Imunologi Usia, CD4 dan presentasinya.17
Kategori imun
< 12 bulan 1-5 tahun 6-12 tahun
No/mm³ (%) No/mm³ (%) No/mm³ (%)
Kategori 1: tidak ada
suspensi
≥1500 ≥25% ≥1000 ≥25% ≥500 ≥25%
Kategori 2:
suspensi sedang
750- 1499
15- 24%
500-99 15- 24%
200-499 15-24%
Kategori 3 : suspensi berat
<750 15% <500 <15% <200 <15%
WHO mengembangkan diagnosis HIV hanya berdasarkan penyakit klinis dengan mengelompokkan tanda dan gejala dalam keiteria mayor dan minor.
Seorang anak yang mempunyai 2 gejala mayor dan 2 gejala minor bisa didiagnosis HIV meskipun tanpa pemeriksaan ELISA atau tes laboratorium lain.
Beberapa negara seperti Swiss memodifikasi kriteria ini menjadi 2 gejala mayor dan satu gejala minor atau 3 gejala minor dengan faktor resiko/paparan HIV.
Berikut ini adalah tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosa HIV berdasrkan klasifikasi WHO. (a) Gejala mayor seperti, gagal tumbuh atau penurunan berat badan, diare kronis, demam memanjang tanpa sebab, tuberkulosis; (b) gejala minor seperti limfadenopati generalisata, kandidiasis oral, batuk menetap, distres pernafasan/pneumonia, infeksi berulang, infeksi kulit generalisata.17
2.1.7. Terapi Anti Retroviral
HIV menyebabkan terrjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap serangan opportunistik. ARV bisa diberikan pada pasien untuk menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi opportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV & AIDS.
Obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease.17
Untuk memulai pengobatan ARV, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh penderita. Syarat yang harus dipenuhi untuk mencegah putus obat dan menjamin efketifitas pengobatan antara lain adalah infeksi HIV telah dikonfirmasi dengan hasil tes (positif) yang tercatat, memiliki indikasi medis, dan tidak memulai pengobatan ARV, jika tidak memenuhi indikasi klinis, mengulangi pemeriksaan CD4 dalam 4 bulan jika memungkinkan, pasien yang memenuhi kriteria dapat memulai di pelayanan kesehatan, jika infeksi opportunistik telah diobati dan sudah stabil, maka pasien telah siap untuk
pengobatan pengobatan ARV, adanya tim medis AIDS yang mampu memberikan perawatan kronis dan menjamin persediaan obat yang cukup.17
Obat-obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan siklus replikasi HIV, sementara obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian. Jenis obat-obat ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi HIV yaitu : (a) entry (saat masuk).HIV harus masuk ke dalam sel T untuk dapat memulai kerjanya yang merusak. HIV mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian menyatukan membran luarnya dengan membran luar sel.
Enzim reverse transcriptase dapat dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzim integrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang dikembangkan, enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat Saquina, Ritonivir, dan Indinivir, (b) early replication. Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetik sel T. setelah bergabung dengan mesin genetik sel T. Setelah bergabung dengan sebuah sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya ke dalam sel. Disini HIV mengalami masalah dengan kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang disebut RNA, sedangkan pada manusia kode genetik tertulis pada DNA. Untuk mengatasi maslah ini, HIV membuat enzim reverse transcriptase (RT) yang menyalin RNA-nya ke dalam DNA. Obat Nucleose RT inhibitors (NRTI) menyebabkan terbentuknya enzim reverse transcriptase yang cacat. Golongan non-nucleoside RT inhibitors memiliki kemampuan untuk mengikat enzim reverse transcriptase sehingga membuat enzim tersebut menjadi tidak berfungsi, (c) late Replication. HIV harus menggunting sel DNA utnuk kemudian memasukkan DNA-nya sendiri ke dalam guntingan tersebut dan menyambung kembali helaian DNA tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim integrase, maka obat integrase inhibitors diperlukan untuk menghalangi penyambungan ini, (d) assembly (perakitan/penyatuan). Begitu HIV mengambil alih bahan-bahan genetik sel, maka sel akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai bahan untuk membuat virus baru. Potongan ini harus dipotong dalam ukuran yang benar yang dilakukan enzim protease HIV, maka pada fase
ini, obat jenis protease inhibitors diperlukan untuk menghalangi terjadinya penyambungan ini.17
Obat ARV terdiri atas ; (a) Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI). Obat ini dikenalsebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bisa bereplikasi) Nucleotide reverse transcriptase inhibitors. (NTRTI). Yang termasuk golongan ini adalah Tenofovir (TDF), (b) Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI), golongan ini juga bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi, (c) Protease inhibitor (PI), menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk meproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (IDV), nelvinavir (NFV), squinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV), dan loponavir /ritonavir (LPV/r), (d) Fusion inhibitor, yang termasuk golongan ini adlah Enfuvirtide (T-20), ARV bekerja secara berbeda- beda pada siklus hisup HIV untuk mencegah virus memperbanyak diri.17
Tabel 2.3 Beberapa Contoh Obat ARV.17
Semakin cepat pengobatan dimulai, semakin baik hasilnya. Obat akan bekerja dengan baik bila sistem kekebalan juga bekerja dengan baik melawan virus. Namun demikian, waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena terapi ARV diberikan dalam jangka panjang. Indikasi lain pemberian ARV: (a) profilaksis. Obat ARV diberikan pada orang yang terpapar dengan cairan tubuh yang mengadung HIV (pot-exposure prophylaxis),
(b) pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. ARV diberikan untuk mencegah penularan pada saat proses melahirkan, melalui ASI ataupun saat kehamilan melalui plasenta
2.1.8. Pencegahan Penularan HIV & AIDS
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dilaksanakan melalui kegiatan komprehensif yang meliputi empat pilar (4 prong), yaitu; (1) pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), (2) pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIV positif, (3)pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya, (4)dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kesehatan selanjutnya kepada ibu yang terinfeksi HIV dan bayi serta keluarganya.17
Prong 1 : Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun). Untuk menghindari perilaku seksual yang berisiko upaya mencegah penularan HIVmenggunakan strategi “ABCD”, A (Abstinence) Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi
orang yang belum menikah. B (Be Faithful), artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan). C (Condom), artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual denganmenggunakan kondom. D (Drug No), artinya Dilarang menggunakan narkoba.17
Prong 2: Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV. Perempuan dengan HIV berpotensi menularkan virus kepada bayi yang dikandungnya jika hamil.Karena itu, ODHA perempuan disarankan untuk mendapatkan akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
Beberapa kegiatan untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu
dengan HIV antara lain: Mengedukasi tentang HIV-AIDS dan perilaku seks aman, menjalankan konseling dan tes HIV untuk pasangan, melakukan upaya pencegahan dan pengobatan Infeksi Menular Seksual atau IMS, melakukan promosi penggunaan kondom, memberikan konseling pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat, memberikan konseling dan memfasilitasi perempuan dengan HIV yang ingin merencanakan kehamilan.17
Prong 3: Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya. Strategi pencegahan penularan HIV pada ibu hamil yang telah terinfeksi HIV ini merupakan inti dari kegiatan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang komprehensif mencakup kegiatan sebagai berikut: layanan ANC atau Ante Natal Care terpadu termasuk penawaran dan tes HIV, diagnosis HIV, pemberian terapi antiretroviral, persalinan yang aman, tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak, menunda dan mengatur kehamilan, pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak, pemeriksaan diagnostik HIV pada anak.17
Prong 4: Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial dan Perawatan kepada Ibu dengan HIV beserta Anak dan Keluarganya. Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV di tubuhnya. Ia membutuhkan dukungan psikologis, social dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA.21
BAB 3
KERANGKA TEORI PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Teori Penelitian
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
BAB 4
Profil bayi baru lahir dari ibu dengan HIV &
AIDS
• berat badan
• cara/ jenis persalinan
• riwayat pemeberian terapi antiretroviral pada ibu saat hamil.
• pemberian ARV Profilaksis pada bayi
• status PCR bayi
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian retrospektif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder pasien bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV & AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik periode tahun 2012-2014.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September 2016 sampai bulan Desember 2016.
4.2.2. Tempat penelitian
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah RSUP H. Adam Malik Medan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang menyediakan pelayanan bagi penderita HIV & AIDS. Selain itu RSUP H. Adam Malik merupakan pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera bagian utara dan bagian tengah yang meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatera Barat.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir dari ibu yang dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2012- 2014.
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh bayi baru lahir dari ibu yang dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2012-2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik total sampling.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder penelitian ini adalah bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV& AIDS yang diperoleh melalui data rekam medik dari RSUP H.
Adam Malik Medan pada periode tahun 2012 sampai 2014, kemudian hal–hal yang diperlukan dicatat dan dikumpulkan sesuai kebutuhan penelitian.
4.5. Pengelolaan dan Analisa Data
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis data secara tepat. Pada penelitian ini, data yang didapat akan diolah dan kemudian dianalisis menggunakan sistem komputerisasi. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang telah terkumpul dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi.
4.6. Definisi Operasional 4.6.1. Definisi
Tabel 4.1. Definisi Operasional
Keterangan Definisi operasional
Alat ukur
Cara ukur
Hasil ukur Skala ukur
Peningkata n kejadian HIV &
AIDS pada periode tahun 2012- 2014
Peningkatan kejadian HIV
& AIDS pada bayi baru lahir dari ibu yang positif
HIV&AIDS per tahun
Rekam medis
Melihat data rekam medis
-Meningkat -Menurun
Nominal
Berat badan Berat badan bayi saat lahir
Rekam medis
Melihat data rekam medis
Berat badan bayi normal : 2500-4000 gr -Berat badan bayi lahir rendah (BBLR) : kurang dari 2500gr -Berat badan bayi lahir besar (makrosomia ) : lebih dari 4000 gr.22
Ordinal
Jenis persalinan
Jenis persalinan
Rekam Medis
Melihat data rekam medis
-Normal -Sectio caesarea
Nominal
Pemberian Terapi ARV pada ibu
Apakah ibu mendapat ARV selama masa kehamilan
Rekam medis
Melihat data rekam medis
-Ya (Mendapat ARV ) -Tidak (tidak mendapat ARV)
Nominal
Permberian ARV Profilaksis
pada bayi
Apakah bayi mendapat ARV profilaksis setelah lahir
Rekam medis
Melihat data rekam medis
-Ya (Diberikan ARV
Profilaksis) -Tidak (Tidak diberikan ARV profilaksis)
Nominal
Status PCR bayi
Pemeriksaan DNA PCR Polymerase Chain Reaction digunakan untuk
mengidentifika si suatu penyakit yang disebabkan virus/bakteri
Rekam medis
Melihat data rekam medis
-Terdeteksi -Tidak Terdeteksi -Belum dilakukan
Nominal
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit tersebut
merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
335/Menkes/SK/VII/1990.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Penelitian ini dilakukan di sub bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.
5.1.2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan meneliti data-data yang diambil dari rekam medis pasien bayi yang lahir dari ibu dengan HIV & AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari 2012 hingga Desember 2014. Didapati sebanyak 47 kasus di RSUP H. Adam Malik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
5.1.2.1. Distribusi jumlah kasus bayi baru lahir dari ibu dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014.
Distribusi data penelitian berdasarkan tahun masuk bayi baru lahir dari ibu dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012 – 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1. Distribusi jumlah kasus bayi baru lahir dari ibu dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2014
Tahun masuk Frekuensi (n) Persentase
(%)
2012 16 34,0
2013 18 38,3
2014 13 27,7
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 5.1. diketahui bahwa jumlah kasus bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin RSUP H. Adam Malik paling banyak dijumpai pada tahun 2013 denagn persentase sebesar 38,3% (18 orang), paling sedikit dijumpai pada tahun 2014 dengan persentase 27,7% (13 orang) dan selebihnya pada tahun 2012 dengan persentase sebesar 34,0% (16 orang).
5.1.2.2. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan kelompok berat badan lahir.
Distribusi data penelitian bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan kelompok berat badan lahir dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan kelompok berat badan lahir.
Kelompok berat badan (g) Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang dari 2500 11 23,4
2500-4000 36 76,6
Lebih dari 4000 0 0
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 5.2. diketahui bahwa bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dijumpai pada kelompok berat badan lahir 2500- 4000 g dengan persentase sebesar 76,6% (36 orang), selebihnya dijumpai pada kelompok berat badan lahir kurang dari 2500 g dengan persentase sebesar 23,4%
(11 orang). Sedangkan kelompok berat bada lahir lebih dari 4000 g tidak dijumpai.
5.1.2.3. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan jenis persalinan.
Distribusi data penelitian bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan jenis persalinan ibu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan jenis persalinan
Jenis persalinan Frekuensi (n) Persentase (%)
Sectio caesarea 45 95,7
Pervaginam 2 4,3
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 5.3. diketahui bahwa bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilahirkan secara sectio ceasarea dengan persentase sebesar 95,7% (45 orang), dan selebihnya secara pervaginam dengan persentse 4,3% (2 orang).
5.1.2.4. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan riwayat pemberian terapi ARV pada ibu.
Distribusi data penelitian bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan riwayat pemberian terapi ARV pada ibu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan riwayat pemberian terapi ARV pada ibu.
Riwayat ARV ibu Frekuensi (n) Persentase (%) Menerima ARV
Tidak menerima ARV 47 0
100,0 0
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 5.4. didapati bayi baru lahir dari ibu dengan HIV &
AIDS paling banyak dilahirkan oleh ibu yang menerima ARV dengan persentase
sebesar 100% (47 orang). Sedangkan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak menerima ARV tidak dijumpai.
5.1.2.5. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan pemberian terapi ARV profilaksis pada bayi.
Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan pemberian ARV profilaksis pada bayi dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan pemberian terapi ARV profilaksis pada bayi.
ARV profilaksis pada bayi Frekuensi (n) Persentase (%) Diberikan
Tidak diberikan
47 0
100,0 0
Total 47 100
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bayi baru lahir dari ibu dengan HIV &
AIDS paling banyak diberikan terapi ARV profilaksisyang diberikan ARV profilaksis adalah sampel paling banyak yaitu 47 orang (100,0%).
5.1.2.6. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan status PCR bayi.
Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan status PCR bayi dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan status PCR bayi.
Status PCR bayi Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Terdeteksi 4 8,5
Terdeteksi Belum dilakukan
0 43
0 91,5
Total 47 100
Berdasarkan tabel 5.6. diketahui bahwa pada bayi baru lahir dri ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilakukan pemeriksaan PCR, yaitu dengan persentase sebesar 91,5% (43 orang), selebihnya yaitu sebanyak 8,5% (4 orang) dilakukan pemeriksaan PCR namun tidak terdeteksi HIV.
5.2. Pembahasan
5.2.1 Distribusi jumlah kasus bayi baru lahir dari ibu dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014.
Hasil penelitian terhadap jumlah kasus bayi berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa jumlah kasus bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin RSUP H. Adam Malik paling banyak dijumpai pada tahun 2013 dengan persentase sebesar 38,3% (18 orang), paling sedikit dijumpai pada tahun 2014 dengan persentase 27,7% (13 orang) dan selebihnya pada tahun 2012 dengan persentase sebesar 34,0% (16 orang). Data menunjukkan adanya kenaikan lalu penurunan dari tahun ke tahun tetapi tidak signifikan, sementara data kemenkes sendiri menyatakan adanya peningkatan jumlah kasus dari tahun 2008-2012.
Peningkatan jumlah sampel mungkin terjadi karena keberhasilan kemenkes melalui PPIA mengajak ibu-ibu hamil untuk melakukan tes HIV.23
5.2.2. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan kelompok berat badan lahir.
Hasil penelitian terhadap kelompok berat badan berdasarkan tabel 5.2.
diketahui bahwa bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS terbanyak berada pada kelompok berat badan normal (2500 g - 4000 g) yaitu sebesar 76,6% (36 orang). Belum banyak penelitian yang menggambarkan distribusi berat badan bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV & AIDS. Tetapi ada penelitian yang menyatakan bahwa berat badan lahir kurang memang lebih sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus HIV dibanding bayi yang lahir dari ibu yang tidak terinfeksi virus HIV. Tetapi penelitian ini juga menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan HIV & AIDS dan hasil tes PCR nya negatif atau HIV negatif, lahir dan tumbuh sama baiknya dibanding bayi yang lahir dari ibu sehat yang tidak terinfeksi virus HIV.24
5.2.3. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan jenis persalinan.
Hasil penelitian terhadap jenis persalinan berdasarkan tabel 5.3. didapati bahwa bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilahirkan secara sectio caesarea dengan persentase sebesar 95,7% (45 orang). Pemilihan persalinan yang aman dipilih oleh ibu setelah mendapat konseling lengkap tentang pilihan persalinan, resiko penularan, dan berdasarkan penilaian dari tenaga kesehatan.25 Banyaknya jumlah ibu yang memilih jenis persalinan secara sectio caesarea juga menjadi penanda suksesnya program konseling yang dilakukan. Persalinan secara sectio caesarea memang lebih dianjurkan karena persalinan pervaginam memiliki resiko transmisi virus dari ibu ke anak secara vertikal dengan sebesar 10–20% dari total risiko transmisi HIV ibu ke anak sebesar 45%.26 Risiko transmisi virus HIV dari ibu ke anak dapat dicegah hingga mencapai 80-89% jika jenis persalinan yang dipilih adalah sectio caesarea.27
5.2.4. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan riwayat pemberian terapi ARV pada ibu.
Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.4. didapati bahwa sampel terbanyak adalah sampel ibu yang menerima ARV yaitu sebanyak 100,0% (47 orang).
Hasil yang didapat sesuai dengan program WHO untuk mencegah risiko transmisi vertikal dari ibu dengan HIV & AIDS ke anaknya yaitu menyediakan terapi ARV yang cepat kepada ibu hamil untuk mengurangi angka transmisi virus HIV.28 Penegakkan status HIV pada ibu secepat mungkin merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah transmisi virus dari ibu dengan HIV &
AIDS kepada bayinya, karena ibu dapat sesegera mungkin mendapat terapi ARV. Terapi ARV sendiri merupakan terapi yang diberikan kepada ibu hamil yang terinfeksi HIV yang sudah sepantasnya menerima terapi tersebut untuk kepentingan kesehatan dirinya dan juga untuk bayi yang dikandungnya.29
5.2.5. Distribusi bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS berdasarkan pemberian terapi ARV profilaksis pada bayi.
Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.5 didapati bahwa sampel terbanyak adalah bayi yang menerima ARV profilaksis yaitu dengan persentase sebesar 100,0% (47 orang). Salah satu penelitian juga menyatakan bahwa terapi ARV yang cepat pada bayi dapat mengurangi mortalitas mencapai 76% dan juga dapat menurunkan resiko penularan sampai 75%.30 Tanpa terapi ARV resiko transmisi virus dari ibu ke anak dapat mencapai 15-45%. Sementara itu, pemberian terapi dan pelaksanaan PPIA yang tepat dapat menurunkan resiko tarnsmisi virus HIV dari ibu ke anak mencapai 5%.31
Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.6 didapati pada bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilakukan pemeriksaan PCR, yaitu dengan persentase sebesar 91,5% (43 orang), selebihnya yaitu sebanyak 8,5% (4 orang) dilakukan pemeriksaan PCR namun tidak terdeteksi HIV. Pemeriksaan 5.2.6. Distribusi Bayi Baru Lahir Dari Ibu yang Positif HIV & AIDS Berdasarkan Status PCR Bayi.
virologis, seperti HIV DNA (PCR) harus dilakukan minimal 2 kali dan dapat dimulai saat bayi berusia dibawah 18 bulan tetapi dari data yang didapat ternyata masih banyak bayi yang belum menjalani tes PCR hal ini paling mungkin disebabkan karena mahalnya biaya tes sehingga orang tua bayi lebih memilih untuk tidak melakukan tes PCR. Untuk pemeriksaan diagnosis dini HIV pada bayi, Kementerian Kesehatan sedang mengembangkan laboratorium rujukan nasional yang saat ini bertempat di Rumah Sakit Dharmais dan ke depannya beberapa laboratorium rujukan regional.32 Sementara itu, menurut WHO tes ELISA akan menunjukkan hasil positif walau bayi tidak terinfeksi HIV, hal ini disebabkan oleh antibodi ibu yang masih menetap dalam tubuh bayi sampai usianya 18 bulan sehingga uji PCR adalah uji yang paling baik untuk menentukan status HIV bayi dibawah 18 bulan.33
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Jumlah kasus bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012 – 2014 adalah sebanyak 47 orang. Dalam hal ini, terjadi peningkatan dan penurunan yang tidak signifikan dari tahun ke tahun.
2. Berdasarkan kelompok berat badan, jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dijumpai pada kelompok berat badan lahir normal (2500-4000 g).
3. Berdasarkan jenis persalinan ibu, jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilakukan secara sectio caesarea.
4. Berdasarkan riwayat pemberian terapi ARV pada ibu, jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak dilahirkan oleh ibu yang menerima terapi ARV
5. Berdasarkan pemberian terapi ARV profilaksis pada bayi, jumlah bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS paling banyak sudah menrima terapi ARV profilaksis.
6. Berdasarkan status PCR bayi, didapati sampel bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV & AIDS yang belum melakukan PCR merupakan sampel paling banyak.
6.2. Saran
Dari seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Disarankan kepada pihak RSUP H.Adam Malik agar segera melakukan tes PCR terhadap bayi baru lahir dari ibu dengan HIV & AIDS agar bayi yang terinfeksi HIV dapat ditatalaksana dengan cepat
2. Disarankan kepada masyarakat untuk lebih mengerti dan mengetahui bahwa transmisi virus HIV dari ibu ke anak dapat dicegah dengan menghindari berbagai cara penularannya dan juga pemberian terapi ARV pada ibu dan pemberian ARV profilaksis sedini mungkin pada bayi.
3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperluas cakupan penelitiannya, khususnya dalam jumlah sampel dan lokasi penelitian sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran dan kesehatan.
4. Disarankan kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya yang bertanggung jawab dalam kelengkapan data rekam medis, seperti dokter dan paramedis untuk melengkapi data rekam medis sehingga dapat digunakan untuk kepentingan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1 Situasi dan Analisis HIV. (2014). InfoDATIN, pp.1-3.
2 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2014 Pusat data dan Informasi Kemenkes RI. (2014). InfoDATIN HIV AIDS.
3 Fact sheet 2014 statistic. (2014). UNAIDS. [online] Available at:
http://www.unAIDS.org/sites/default/files/media_asset/20140714_FS_MDG6_R eport_en.pdf .
4 Global HIV and AIDS statistics. (2014). AVERT, pp.1-2.
5 HIV and AIDS in Asia & the Pacific regional overview - See more at:
http://www.avert.org/professionals/HIV-around-world/asia- pacific/overview#sthash.acJ4Xt7j.dpuf
6 Prevention of mother-to-child transmission (PMTCT) of HIV – See more at:
http://www.avert.org/professionals/HIV-programming/prevention/prevention- mother-child
7 Rencana Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke anak (PPIA). (2013).
8 HIV and AIDS in Asia & the Pacific regional overview - See more at:
http://www.avert.org/professionals/HIV-around-world/asia- pacific/overview#sthash.acJ4Xt7j.dpuf
9 Pusat data informasi kemenkes 2014 Infodatin HIV AIDS
10 Fact sheet 2014 statistic. (2014). UNAIDS. WHO [online] Available at:
http://www.unAIDS.org/sites/default/files/media_asset/20140714_FS_MDG6_R eport_en.pdf