• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI KREATIF DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EKONOMI KREATIF DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

EKONOMI KREATIF DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI

BALI

OLEH

DR. A. A. GDE PUTRA PEMAYUN, M.Si

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL  DENPASAR 

2018 

(3)

KATA PENGANTAR

Industri pariwisata sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara.

Semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Kegiatan industri sebenarnya sudah lama ada, yaitu sejak manusia berada di muka bumi ribuan tahun yang lalu dalam tingkat yang sangat sederhana. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, kegiatan industri pun tumbuh dan berkembang semakin kompleks.

Quick Yielding Industry berarti cepat menghasilkan. Dengan pengembangkan pariwisata sebagai suatu industri, devisa (foreign exchange) akan lebih cepat jika dibandingkan dengan kegiatan ekspor yang dilakukan secara konvensional. Devisa yang diperoleh langsung pada saat wisatawan melakukan perjalanan wisata, karena wisatawan harus membayar semua kebutuhannya mulai dari akomodasi hotel, makanan dan minuman, transportasi lokal, oleh-oleh atau cenderamata, hiburan city sightseeing dan tours. Semuanya dibayar dengan valuta asing yang tentunya ditukarkan di money changer atau bank. Dalam industri pariwisata di Bali berada di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tersebut, bertugas mengatur dan mengembangkan pariwisata berkelanjutan (sustainability tourism).

Kepariwisataan yaitu keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. Permintaan dalam industri pariwisata yakni banyaknya kesempatan rekreasi dari individu untuk menggunakan waktu luang. Meningkatnya jumlah pengunjung pada suatu areal wisata khusus wisata dapat disebabkan karena areal wisata tersebut mempunyai potensi yang menarik, kebutuhan rekreasi meningkat, dan tersedianya sarana dan prasarana yang ditunjang oleh fasilitas akomodasi. Penawaran suatu objek wisata merupakan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang ada untuk digunakan pada waktu luang.

 

 

(4)

DAFTAR ISI 

 

KATA PENGANTAR PENULIS  DAFTAR ISI  

 

BAB IPENDAHULUAN 

1.1 Pengertian Ekonomi Kreatif   1.2  Industri Kreatif 

 

BAB IIINDUSTRI KREATIF DI INDONESIA  2.1 Sub Sektor Industri Kreatif di Indonesia  2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif   2.3 Konsep Ekonomi Kreatif  

2.4 Setrategi Mewujudkan Ekonomi Kreatif   2.5 Pengelolaan Ekonomi Kreatif  

 

BAB IIIBUDAYA DAN KEARIFAN LOCAL (LOCAL GENIUS)  3. 1 Pengertian Budaya  

3.2 Wujud   

3.3 Pengertian Kearifan Lokal (Local Genius)  3.4 Tri Hita Karana dalam Konsep Hindu   3.5 Tat Twam Asi 

BAB IVDINAMIKA  MASYARAKAT BALI  4.1  Religi dan Upacara Keagamaan  4.2 Organisasi Kemasyarakatan  4.3 Kesenian 

4.4 Mata Pencaharian Hidup  4.5 Sistem Pengetahuan  4.6   

BAB V  BAB VI  BAB VII 

 

   

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Luas pulau Bali yakni 5.632,86 km2 dengan jumlah penduduk kurang lebih 3,5 juta jiwa.

Secara administratif Pulau Bali yaitu Provinsi yang dibagi dalam 8 Kabupaten dan satu Kota, dengan ibu kota Denpasar, terdiri dari : 51 Kecamatan, 579 Desa Dinas, 79 Kelurahan dan 3.945 Banjar Adat, berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur dengan selat Bali di sebelah barat dan Provisnsi Nusa Tenggara barat dengan selat Lombok di sebelah timur, sedangkan disebelah utara yaitu Laut Jawa dan disebelah selatan ykni samudra Indonesia. Bali adalah salah satu dari 17.805 pulau gugusan kepulauan di Indonesia yang sampai saat ini masih menyiratkan citra magis. Pulau kecil dikawasan tropis dengan pepohonan hijau disepanjang lereng gunung vulkanis, berpasir putih, terumbu karang dan deburan ombak lautnya sangat mengasikkan para peselancar bermain surfing. Lanskipnya mencerminkan ukiran tangan trampil selama berabad-abad yang tervisualisasikan pada terasering persawahan dengan sistem pengelolaan airnya yang sangat canggih dikenal dengan subak. Kedamaian pedesaan, penduduk yang ramah, senyum dan ceria, upacara keagamaan yang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari yang menyiratkan budaya yang adiluhung.

Proses Bali menjadi daerah tujuan wisata tidak terjadi secara cepat, namun tahap demi tahap. Secara umum pengembangan pariwisata di Bali dibagi menjadi 6 fase yakni : (1) Masa kedatangan pelaut Eropa, (2) Masa Kolonial Hindia Belanda, (3) Masa pendudukan Jepang, (4) Masa Kemerdekaan, (5) Masa Orde Baru dan (6) Masa Reformasi sampai sekarang. Pesatnya pengaruh globalisasi saat ini menyebabkan semua sektor dalam kehidupan manusia mengalami perubahan yang sangat drastis baik dibidang sosial, ekonomi, politik, hukum dan teknologi informasi menjadi komunitas satu dunia. Sebagai bangsa Indonesia yang dalam kehidupannya pluralisme saling menghargai satu sama lainnya, menatap masa depan yang penuh tantangan dan cobaan silih berganti harus terlewatkan. Pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan perlu memperhatikan dampak serta aspiratif dengan adat istiadat masyarakat di sekitar daerah tujuan wisata. Masyarakat setempat, wisatawan, pengusaha (investor), biro perjalanan serta Pemerintah Daerah harus saling terpadu untuk berupaya secara maksimal mengembangkan potensi wisata yang memperhitungkan keuntungan dan manfaat rakyat banyak.

(6)

Secara langsung dengan dibangunnya sarana dan prasarana kepariwisataan di daerah tujuan wisata tersebut maka akan banyak tenaga kerja yang diperlukan. Perputaran uang akan meningkat dengan adanya kunjungan para wisatawan baik domestik maupun non domestik, hal ini tentu akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan penerimaan devisa negara, pendapatan nasional serta pendapatan daerah.

Walaupun demikian ada beberapa alasan di luar faktor ekonomis yaitu yang bersifat non ekonomis dalam pengembangan pariwisata. Pembangunan pariwisata perlu direncanakan secara matang dan terpadu dengan memperhatikan segala sudut pandang serta persepsi yang saling mempengaruhi. Mulai dari potensi yang dimiliki daerah setempat, adat istiadat kebiasaan hidup masyarakat sekitar lokasi pariwisata, kepercayaan yang dianutnya, sampai kepada kebiasaan dan tingkah laku wisatawan yang direncanakan akan tertarik untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata yang siap dikembangkan.Dengan kebijakan yang memperhatikan kompleksitas permasalahan tersebut diharapkan akan tercipta suasana lokasi daerah tujuan wisata yang harmonis, aman, nyaman, bersih, bebas polusi dan memiliki lingkungan yang terpelihara, sehingga menyenangkan semua pihak khususnya para wisatawan.

Organisasi Pariwisata Dunia mendefinisikan wisatawan sebagai orang yang “perjalanan dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan yang biasa mereka selama lebih dari 24 jam dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lainnya yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan yang dibayar dari dalam tempat yang dikunjungi.Turisme merupakan industri terbesar di dunia, dan merupakan industri yang bergerak dalam bidang jasa. Jasa-jasa yang terkait dengan industri pariwisata adalah transportasi, hotel dan restoran, bank, asuransi, keamanan, dan jasa-jasa yang terkait lainnya.Pariwisata telah menjadi aktivitas rekreasi global. Pada tahun 2008, kedatangan wisatawan internasional 922 juta, meningkat 1,9% dibandingkan tahun 2007. penerimaan pariwisata internasional tumbuh menjadi 944 juta dolar AS (euro 642 juta) pada tahun 2008, mencerminkan peningkatan secara riil sebesar 1,8%.

Adapun pengertian pariwisata yang berkelanjutan adalah industri pariwisata yang berkomitmen untuk membuat dampak yang rendah pada lingkungan dan budaya lokal, sambil membantu menciptakan lapangan kerja di masa depan bagi masyarakat lokal.

Tujuan dari pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah untuk membawa pengalaman positif bagi masyarakat setempat, perusahaan pariwisata dan wisatawan sendiri.Para

(7)

ekonom global memperkirakan pertumbuhan pariwisata internasional, berkisar antara tiga dan enam persen per tahun, tergantung pada lokasinya. Sebagai salah satu industri terbesar dan yang berkembang cepat di dunia, pertumbuhan ini (pariwisata) akan memberikan dampak yang besar pada habitat biologis yang beragam dan budaya masyarakat asli, yang sering digunakan untuk mendukung pariwisata massal.

1.1Pengertian Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif dan industri kreatif adalah satu kesatuan, di masyarakat modern dua istilah ini sudah tidak asing lagi. Keberadaan ekonomi kreatif mampu menopang kehidupan masyarakat dengan berlandaskan kemandirian, artinya orang tak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja. Dengan mereka paham akan konsep ekonomi kreatif maka industri kreatif bisa berkembang seperti di luar negeri. Memang di Indonesia sendiri Industri kreatif masih belum maksimal perkembangannya, hal itu dikarenakan masih banyak masyarakat yang pola pikirnya masih berbasiskan kolonial. Artinya sudah terbiasa untuk bekerja pada orang lain, ketergantungan inilah yang membuat orang tidak mampu menciptakan ide-ide baru untuk memandirikan diri sendiri.

Saat ini sering dilihat fenomena dimana banyak sekali kaum terpelajar dalam artian mereka yang mampu menyelesaikan pendidikannya dengan baik, tetapi justru sangat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Inilah mindset yang harus dirubah ketika orang seharusnya sudah tidak lagi berpegang pada konsep itu, menciptakan lapangan kerja secara mandiri walau masih disebut self employ bukanlah sebuah persoalan.Agar lebih paham pengertian ekonomi kreatif dan industri kreatif diuraiakan berikut ini.Teori ini membagi peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif (Alvin Toffler,1980).

Ekonomi kreatif yaitu ide berupa barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecillah yang membuat ekonomi tetap tumbuh (Paul Romer, 1993). Juga ada para akhli lain memberikan pernyataan bahwa “The Creative Economy” menemukan kehadiran

(8)

gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat ( Howkins, 2001). Menurut Howkins ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Dos Santos, 2007)

1.2 Industri Kreatif

Industri Kreatif diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal dengan nama lain industri budaya (culture industry). Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif yakni industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.Industri kreatif yakni industri yang mengandalkan talenta, keterampilan dan kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual(Simatupang, 2007). Menurut Howkins, industrikreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video). Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa "kreativitas manusia adalah sumber daya ekonomi utama" dan bahwa “industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi.

Berbagai pihak memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam industri kreatif. Bahkan penamaannya sendiri pun menjadi isu yang diperdebatkan dengan adanya perbedaan yang signifikan sekaligus tumpang tindih antara istilah industri kreatif, industri budaya, dan ekonomi kreatif.

(9)

BAB II

INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA 2.1 Sub Sektor Industri Kreatif di Indonesia

Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:

 Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha).

 Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha).

 Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya:

alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.

 Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak,

(10)

tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

 Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

 Fashion : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

 Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya manajemen produksi film, penulisan skrip, tata sinematografi, tata artistik, tata suara, penyuntingan gambar, sinetron, dan eksibisi film.

 Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

 Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

 Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

 Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,

(11)

reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

 Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan peranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur peranti lunak, desain prasarana peranti lunak dan peranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

 Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

 Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

 Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional.

Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia.

Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir

(12)

cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan

2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif

Kreatifitas merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan global. Bentuk- bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah yang khas, menciptakan

“pasar”nya sendiri, dan berhasil menyerap tenaga kerja serta pemasukan ekonomis.

Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007). Ekonomi kreatif terbukti berpengaruh positif dalam membangun negara-negara di seluruh benua untuk menggali dan mengembangkan potensi kreativitas yang dimilikinya. Negara - negara membangun potensi ekonomi kreatif dengan caranya masing - masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki negara tersebut. Indonesia menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Departemen Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video & fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan & percetakan, layanan komputer & piranti lunak, televisi & radio serta riset & pengembangan

Pada tahun 2006 Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu membentuk program Indonesia Design Power yaitu suatu program pemerintah yang yang tujuannya menempatkan produk Indonesia berstandar internasional dan memiliki karakteristik nasional yang dapat bersaing dan diterima pasar dunia. Industri kreatif di Indonesia bahkan mampu bertahan di tengah ancaman krisis global.

2.3 Konsep Ekonomi Kreatif

Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam

(13)

kegiatan ekonominya. Alvin Toffler (1980) dalam teorinya melakukan pembagian gelombang peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga adalah gelombang ekonomi informasi. Kemudian diprediksikan gelombang keempat yang merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif.

Ide adalah barang ekonomi yang sangat penting (Paul Romer , 1993). Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecil-lah yang membuat ekonomi tetap tumbuh. Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasikan sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai. Romer juga berpendapat bahwa suatu negara miskin karena masyarakatnya tidak mempunyai akses pada ide yang digunakan dalam perindustrian nasional untuk menghasilkan nilai ekonomi. Jadi ide adalah factor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Disamping itu perlu dipaparkan tentang industry kreatif berikut ini.

2.4 Setrategi Mewujudkan Ekonomi Kreatif

Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, pemerintah Indonesia dibawah kepemimpinan presiden, harus membuat beberapa strategi besar dan melaksanakan pembangunan secara terintegrasi antara masyarakat, swasta dan pemerintah. Di antaranya sebagai berikut :

 Menyiapkan insentif untuk memacu pertumbuhan 13ad aide kreatif berbasis budaya.

Insentif itu mencakup perlindungan produk budaya, pajak, kemudahan memperoleh dana pengembangan, fasilitas pemasaran dan promosi, hingga pertumbuhan pasar domestik dan internasional.

 Membuat roadmap 13ad aide kreatif

 Membuat program komprehensif untuk menggerakkan 13ad aide kreatif melalui pendidikan, pengembangan SDM, desain, mutu dan pengembangan pasar.

 Memberikan perlindungan 13ad a dan insentif bagi karya 13ad aide kreatif. Beberapa contoh produk 13ad aide kreatif yang dilindungi HKI-nya, di antaranya buku, tulisan, drama, tari, koreografi, karya seni rupa, lagu atau music, dll

 Pemerintah akan membentuk Indonesian Creative Council yang akan menjadi jembatan untuk menyediakan fasilitas bagi para pelaku 13ad aide kreatif.

(14)

 Pemerintah akan menyelenggarakan lomba Indonesia Creative Idol (ICI) 2008, yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan 14ad aide kreatif.

Dengan menggenjot perkembangan 14ad aide kreatif di Bali, banyak manfaat yang bisa diraih apabila semua pihak yang terlibat di dalamnya serius untuk mebangun ekonommi kreatif, di antaranya:

 Bisnis Usaha Kecil Menengah makin berkembang sebagian besar bergerak di 14ad aide kreatif. Beberapa masalah Usaha Kecil Menengah di Bali, seperti pemasaran, promosi, manajerial, informasi, Sumber Daya Manusia, teknologi, desain, jejaring (networking), dan pembiayaan diharapkan bisa segera teratasi. Diharapkan Usaha Kecil Menengah menjadi penggerak utama perekonomian nasional dengan kontribusi 54% kepada PendapatanDomestik Bruto dan pertumbuhan rata-rata 12,2% per tahun pada 2025 bisa terwujud.

 Mengurangi tingkat kemiskinan.

 Mengurangi tingkat pengangguran.

Ekonomi kreatif bagi Bali sudah bukan hal yang asing, oleh karena itu harus memaksimalisasikan fungsi dari ekonomi kreatif itu agar Negara mendapat pendapatan yang maksimal sehingga dapat membatu pertumbuhan ekonomi di Bali dan Indonesia umumnya. Perkembangan ekonomi kreatif yang positif adalah langkah yang tepat dalam memksimalkan kreatifitas masyarakat untuk membantu membangun prekonomian Bali sehingga bisa menggali potensi dari budaya dan lingkungan sekitar, agar hasil kreatifitas untuk membangun prekonomian Bali dapat di perhitungkan tingkat Nasional dan internasional.

Ekonomi kreatif yakni sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. Konsep ini akan didukung dengan keberadaanindustri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia dihadapi dengan konsep ekonomi  informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam pengembangan ekonomi.

John  Howkins dalam bukunya The  Creative  Economy:  How  People  Make  Money  from  Ideas “ pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Howkins menyadari

(15)

lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997, Amerika  Serikat menghasilkan produk-produk Hak  Kekayaan  Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI sebagai barang ekspor nomor satu di Amerika Serikat.

John Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value as a result of idea. Dijelaskan ekonomi kreatif sebagai “kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang”. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan.”

United  Nations  Conference  on  Trade  and  Development mendefinisikan ekonomi kreatif “An evolving concept based on creative assets potentially generating economic growth and development.”

Department  of  Culture,  Media,  and  Sport (DCMS) mendefisinikan ekonomi kreatif sebagai Creative Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content.

Dalam cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, ekonomi kreatif didefinisikan sebagai “Era baru ekonomi setelah ekonomi  pertanian, ekonomi  industri, danekonomi  informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.”

Karakteristik dari ekonomi kreatif:

Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri  kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar.

Berbasis 15ad aide atau gagasan.

Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha.

Konsep yang dibangun bersifat relatif.

(16)

2.5 Pengelolaan Ekonomi Kreatif

Padatahun 2006 Presiden Susilo  Bambang  Yudhoyono menginstruksikan untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Proses pengembangan ini diwujudkan pertama kali dengan pembentukan Indonesian  Design  Power oleh Departemen  Perdagangan untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Pada tahun 2007 dilakukan peluncuran Studi  Pemetaan  Kontribusi  Industri  Kreatif  Indonesia 2007 pada Trade Expo Indonesia.

Ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat pemerintah untuk dikelola hingga tingkat kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di kementerian dan hanya tersebar di kementerian terkait. Bersumber dari Laporan Kinerja Kemenparekraf Tahun 2012, sektor ekonomi kreatif tersebut diangkat ke tingkat kementerian karena memiliki nilai strategis bagi Indonesia. Nilai tersebut yakni kontribusi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi,

dan memberikan dampak sosial yang positif.

Adanya pengelolaan ekonomi kreatif di tingkat kementerian tentu makin membantu insan kreatif Indonesia untuk berkembang. Kemenparekraf pun terus melakukan peningkatan kinerja, melakukan penelitian dan pengembangan, serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Beberapa upaya yang telah dilakukan, misalnya pembebasan visa untuk wisatawan, kerjasama dengan pemerintah luar negeri maupun sektor industri seperti Microsoft, Singapore Airlines, Ducati, dan sebagainya.Keberadaan kementerian yang fokus pada pengembangan ekonomi kreatif diharapkan juga dapat mewujudkan visi bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia. Industri kreatif Indonesia akan memiliki masa depan cerah bila ditilik dari perkiraan Alvin Toffler, keberadaan pemerintah, serta potensi kreativitas generasi muda.

(17)

BAB III

BUDAYA DAN KEARIFAN LOCAL (LOCAL GENIUS)

3. 1 Pengertian Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan kebudayaan yakni sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

(18)

3.2 Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan yaitu kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai‐nilai, norma‐norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga  masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (tindakan)

Aktivitas yakni wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

Artefak (karya)

Artefak merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.

(19)

Nilai-nilai Budaya

Istilah ini, merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkahlakunya.

Sistem Budaya

Dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem- sistem tertentu.

Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.

Kebudayaan Fisik

Kebudayaan fisik ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret.

Misalnya bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain

3.3Pengertian Kearifan Lokal (Local Genius)

Pulau Bali merupakan daerah yang sangat terkenal di dunia sejak sebelum kemerdekaan baik karena pariwisata maupun kearifan lokal dan budayanya. Bali yang masih sangat memegang teguh budaya dan kearifan lokalnya menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang berkungjung. Bali merupakan daerah dengan mayoritas penduduk pemeluk Hindu ini mampu mempertahankan kebudayaan yang ada sejak jaman kerajaaan Hindu-Budha dan satu satunya daerah di indonesia bahkan didunia yang memiliki budaya hindu-budha yang sangat kental dalam segala aspek kehiduan.

Kearifan lokal dan budaya yang masih sangat kental ini menyebabkan segala perbuatan yang di lakukan tidak lepas dari kearifan lokal dan kebudayaan. Toleransi yang ditunjukan

(20)

oleh masyrakat Bali menunjukan tingkat kebudayaannya. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibu kota provinsinya yaitu Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh para orang tua kepada anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal juga dapat diartikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau bijaksana,(Sibarani, 2012).

Disamping itu ada akhli lain menyatakan kearifan lokal yaitu semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis ( Keraf, 2002). Berikut dijabarkan beberapa hal pokok tentang kearifan lokal yang telah mengakar di Bali.

3.6 Tri Hita Karana dalam Konsep Hindu

Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang artinya tiga, “Hita” yang artinya kebahagian, dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana tiga penyebab terciptanya kebahagian.Konsef kosmologi Tri Hita Karana merupakan palsafah tangguh.

Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat keunikan ragam budaya dan lingkungan, ditengah hantaman globalisasi dan homogenosasi. Pada dasarnya hakekat ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan kehidupan dengan manusia di dunia ini. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekitarnya.Ketiga itu meliputi hubungan manusia dengan sesama, manusia dengan alam sekitarnya, manusia dengan Tuhan.

Hakekat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian 3 (tiga) penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam sekitarnya, manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan

(21)

falsafah itu tersebut, diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan Individualisme dan materialism. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat mengapus pandangan yang mendorong komsumsirisme, pertikain, radikalisme dan gejolak.

Ketiga penyebab kebahagian itu yakni : 1. Manusia dengan Tuhan

Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan atman ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan, yang menyababkan manusia bisa hidup. Manusia berhutang nyawa pada Tuhan, oleh karena itu setiap manusia wajib berterimakasih, berbakti, dan selalu sujud. Itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesarannya

 Perlunya beribadah dan melaksanakan perintahNya

 Perlunya melaksanakan tirta yatra atau dharma yatra (kunjungan ketempat-tempat suci)

 Yoga semadi

 Mengikuti, mempelajari, dan melaksanakan ajaran-ajaran dharma

2. Manusia dengan lingkungan

Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu, manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungan, dengan demikian manusia sangat tergantung pada lingkungan. oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan lingkungannya, lingkungan harus terjaga dan terpelihara, tidak boleh dirusak, hutan tidak boleh ditebang semuanya karena dapat

(22)

merusak keseimbangan alam. Hutan yang rapi, tenang akan menyebabkan rasa tenang, tentram dalam diri manusia.

3. Manusia dengan sesamanya

Sebagai makhluk sosial,manusia tidak bisa hidup menyendiri. Mereka memerlukan bantuan dari kerjasama orang lain, karena itu hubungan dengan sesama harus baik dan harmonis. Hubungan antara sesama harus berlandaskan saling asah, asuh, asihartinya saling menghargai, mengasihi, dan melindungi. hubungan antara keluarga dirumah harmonis, dengan masyarakat juga harmonis. Hubungan baik ini menciptakan keamanan dan kedamaian lahir batindan masyarakat yang aman akan tercipta tujuan yang tentram dan sejahtera.

Unsur-unsur Tri Hita Karana antara lain :

 Sangyang Jagat Karana

 Buana

 Manusia

Unsur-unsur Tri Hita Karana terdapat dalam kitab Begawad Gita III 10 berbunyi

“Sahayajnah prajah sristwa pura waca prajapatih mena prasawisya dhiwan esa wostiwistah kamaduk” artinya :

Pada jaman dulu prajapati menciptakan manusia dengan yadnya dan bersabda. Dengan ini lingkungan akan berkembang dan akan menjadi kamaduk dari kehidupan.

Penerapan Tri Hita Karana.

1. Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu sebagai berikut o Hubungan antara manusia dengan Tuhannya yang diwujudkan dengan

Dewa yadnya.

o Hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diwujudkan dengan Bhuta yadnya.

o Hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra, Resi, Manusiayadnya.

2. Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu di Bali dapat dijumpai dalam perwujudan:

 Parhyangan: Parahyangan untuk di tingkat daerah berupa Kahyangan Jagat Di tingkat desa adat berupa Kahyangan desa atau Kahyangan Tiga

Di tingkat keluarga berupa pemerajan atau sanggah

(23)

 Pelemahan : Pelemahan di tingkat daerah meliputi wilayah Propinsi Bali Di tingkat desa adat meliputi "asengken" bale agung

Di tingkat keluarga meliputi pekarangan perumahan

 Pawongan : Pawongan untuk di tingkat daerah meliputi umat Hindu di Bali Untuk di desa adat meliputi krama desa adat

Tingkat keluarga meliputi seluruh anggota keluarga 

3.7 Tat Twam Asi

Tat Twam Asi mempunyai arti engkau adalah aku dan aku adalah engkau. Makna mendasar yang dapat dipetik dari Tat Twam Asi tersebut adalah bagaimana menyayangi diri sendiri demikian juga menyayangi orang lain bahkan lingkungan sekalipun. Atas dasar itu maka tindakan hormat menghormati sesama umat beragama adalah sangat diperlukan bahkan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ajaran Tat Twam Asi sangat selaras dengan ideology Negara yaitu pancasila. Dengan demikian setiap warga Negara mempunyai hak untuk mengaktualisasikan ajarannya ditengah- tengah masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan yang berlaku di masyarakat tersebut serta tetap mengutamakan rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

Dari uraian di atas simpulannya bahwa ajaran agama merupakan pedoman dan tuntunan bagi umatnya dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai umat beragama dan warga NegaraIndonesia, harus memahami empat ( 4 ) pilar utama yaitu :

1. Pancasila sebagai ideology Negara

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) 3. Undang-Undang Dasar 1945

4. Bhineka Tunggal Ika

Dengan empat pilar utama diatas maka setiap warga Negara yang sekaligus umat beragama hendaknya tetap mempertahankan NKRI yang berideologi pancasila dengan mengembangkan wawasan nasionalnya bahwaIndonesiaadalah Negara yang multi kultural atau pluralisme yang perlu dijaga ditumbuh kembangkan dan dipertahankan sampai kapanpun. Semoga Brahman ( Tuhan Yang Maha Esa ) menganugerahkan kekuatan dan

(24)

sinar sucinya kepada seluruh warga bangsa khususnya warga Bali agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dengan baik, sehingga dapat memberikan kontribusi positif kepada Negara dan daerah Bali guna ketertiban, kesejahteraan, kemajuan dan kejayaan Indonesia pada umumnya dan Bali khususnya. Berbakti kepada agama dan Negara sesuai dengan konsep dalam agama Hindu yang di sebut dengan Dharma Agama dan Dharma Negara.

Sebagai umat Hindu perlu menanamkan pemahaman yang mendalam untuk berbuat kebenaran berdasarkan Dharma selama hidup ini sebagai bentuk persembahan atau pengabdian (Yasa Kerthi) guna kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara. Untuk meyakini hal tersebut dapat direnungkan dengan mendalam apa yang disabdakan dalam Yajurveda XIX. 30 berbunyi sebagai berikut :

Vratena diksam apnoti, Diksoya apnoti daksinam, Daksina sraddham apnoti, Sraddhaya satiam apjate.Artinya :

Dengan persembahan diperoleh kesucian, Dengan kesucian didapat kemuliaan, Dari kemuliaan didapat kehormatan, Dari kehormatan didapat keyakinan dan, Dari keyakinan diperoleh kebenaran yang sejati.

   

(25)

BAB IV

DINAMIKA MASYARAKAT BALI  

4.7 Religi dan Upacara Keagamaan

Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu. Walaupun demikian, ada pula suatu golongan kecil di Bali yang menganut non Hindu. Agama Hindu mengandung banyak unsur lokal yang telah terjalin ke dalam sejak dahulu kala. Di berbagai daerah di Bali tertentu terdapat juga berbagai variasi lokal dari agama Hindu-Bali itu walaupun dalam masa yang akan datang, variasi itu akan berkurang adanya proses modernisasi yang dialami oleh agama Hindu, dan karena ada pengaturan dari atas yang dilaksanakan oleh Dirjen Bimas Hindu, serta oleh majelis agama yang disebut Parisada Hindu Dharma Indonesia. Di dalam kehidupan keagamaannya, orang Hindu percaya tentang ada satu Tuhan, dalam bentuk konsep trimurti, Yang Esa. Trimurti ini mempunyai tiga wujud atau manifestasi, yaitu wujud Brahmana, yang menciptakan, wujud Wisnu yang melindungi serta memelihara, dan wujud Siwa yang melebur segala yang ada. Di samping itu pemeluk Hindu di Bali juga percaya kepada berbagai dewa dan roh yang lebih rendah dari pada trimurti dan yang dihormati dalam berbagai upacara bersaji.

Agama Hindu juga menganggap penting konsepsi mengenai roh abadi (atman), adanya buah dari setiap perbuatan (karma-pala), kelahiran kembali dari jiwa (punarbawa) dan kebebasan jiwa dari lingkaran kelahiran kembali (moksa). Semua ajaran itu termasuk dalam sekumpulan kitab suci Weda. Terdapat pula buku-buku dalam bentuk lontar (dibuat dari daun lontar berhuruf Bali) yang banyak mengandung tuntunan mengenai pelaksanaan agama, berbagai kumpulan mantra keterangan mengenai berbagai undang-undang, bentuk prosa dan puisi yang diambil dari epos Hindu Mahabarata dan Ramayana, bahasa JawaKuno, tetapi ada pula yang tercampur dengan bahasa Sanskerta. Tempat melakukan ibadat agama di Bali pada umumnya disebut pura. Tempat ibadat ini berupa sekompleks bangunan suci yang bersifat berbeda-beda. Ada yang bersifat umum, artinya untuk semua golongan seperti pura Besakih, ada yang berhubungan dengan kelompok sosial setempat seperti pura desa (kayangan tiga), ada yang berhubungan dengan organisasi dan kumpulan khusus seperti subak dan sekaa, kumpulan tarian, dan ada yang merupakan tempat pemujaan terakhir leluhur dari klan-klan besar. Adapun tempat-tempat pemujaan leluhur dan klan kecil serta keluargaluas, adalah tempat-tempat sajian rumah yang disebut mrajan/sanggah. Di Bali ada beribu-ribu puradan mrajan/sanggah masing-masing dengan

(26)

hari-hari perayaan sendiri-sendiri, yang telah ditentukan oleh sistem tanggalannya sendiri- sendiri. Di Bali dipakai dua macam tanggalan, yaitu tanggalan Hindu-Bali dan tanggalan Jawa-Bali. Sistem tanggalan Hindu-Bali terdiri dari dua belas bulan yang lamanya 355 hari, tetapi juga kadang-kadang 354 atau 356.

Orang menghitung dengan kedua bagian dari bulan, yaitu bagian bulan terbit yang disebut penanggal dan bagian bulan mengecil yang disebut panglong. Sistem perhitungan ini sesuai dengan sistem Hindu, yaitu perhitungan syuklapaksa (paroterang) dan kresnapaksa (parogelap). Tiap-tiap bulan penuh (purnama) dan bulan mati (tilem) ada pula upacara kecil di tiap-tiap keluarga orang Ubud. Kalau upacara tadi jatuh bersamaan dengan perayaan kuil atau hari raya tertentu, maka diadakan upacara yang agak besar.

Sistem kalender Hindu-Bali yang berdasarkan purnama-tilem ini, dipakai pada perayaan pura-pura di berbagai desa di Bali, tetapi di seluruh Bali dirayakan tahun baru Saka yang jatuh pada tanggal satu dari bulan kesepuluh (kedasa) dan perayaan itu disebut Nyepi.

Sehari sebelum hari tahun lama berakhir, pada bulan kesembilan (tilem kesanga) diadakanlah upacara korban (pecaruan)yang disebut buta yadnya. Pada hari tahun barunya orang pantang melakukan segala kegiatan (Nyepi) dan malamnya pantang menyalakan api.

Hari berikutnya, hari tahun baru kedua, disebut ngembak geni. Orang boleh menyalakan api, tetapi masih pantang bekerja.

Sistem tanggalan Jawa-Bali terdiri atas 30 suku, masing-masing tujuh hari lamanya, sehingga seluruhnya berjumlah 210 hari. Banyak perayaan di pura berdasarkan perhitungan ini, terutama di daerah tanah datar yang mendapat lebih banyak pengaruh Majapahit daripada daerah-daerah lainnya. Perayaan umum terpenting yang berdasarkan perhitungan ini adalah hari raya Galungan dan Kuningan, yang jatuh pada hariRabu dan Sabtu dari uku Galungan dan uku Kuningan. Berdasarkan atas sistem tanggalan ini, ada banyak lagi upacara-upacara yang bersifat lebih kecil. Dilihat dari keseluruhannya di Bali terdapat lima macam upacara/panca yadnya (Sudarsana, 2012:63) yang masing-masing berdasarkan salah satu dari dua sistem tanggalan tersebut.

Pertama, Dewa Yadnya, adalah kewajiban umat Hindu untuk membayar utang ke hadapan Sang Hyang Widhi karena atas yadnya Sang Hyang Widhi terciptanya alam semesta beserta seisi alamnya termasuk manusia itu sendiri. Sang Hyang Widhi telah menurunkan wahyu agar lahir agama di dunia untuk menuntun umatnya. Tujuannya adalah supaya

(27)

umatnya makin percaya dan meyakini keberadaan Sang Hyang Widhi beserta manifestasi- Nya.

Kedua, Rsi Yadnya,adalah kewajiban umat Hindu untuk membayar utang kehadapan Maha Rsi karena Maha Rsi sangat berjasa terhadap umatnya dalam hal menerima wahyu Sang Hyang Widhi. Kemudian wahyu tersebut ditulis serta telah diuji kebenarannya, sehingga umat Hindu memiliki keyakinan dan kepercayaan kehadapan Sang Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya. Pelaksanaan upacara rsi yadnya yang lebih nyata, yaitu pelaksanaan upacara mediksa, yakni menjadi seorang pendeta. Dengan berkembangnya zaman, pendeta diangkat tidak saja dari wangsa brahmana. Seiring perkembangan jaman bahkan sekarang semua wangsa boleh mengangkat salah seorang dari satu klannya untuk mediksa menjadi seorang pendeta, sepanjang orang tersebut siap melaksanakan darma agama dan tidak terikat dengan duniawi.

Ketiga, Pitra Yadnya,yaitu kewajiban umat Hindu untuk membayar utang ke hadapan para leluhur yang telah meninggal, yaitu cara menunjukkan rasa bakti yang tulus dan ikhlas melalui pelaksanaan upacara piodalan di pemerajan dan dengan jalan membuatkan stana berupa pelinggih untuk para Dewata. Selain itu, juga merupakan upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur dan yang meliputi upacara kematian yang dilanjutkan dengan ngaben/pembakaran mayat.

Upacara ngaben, merupakan prosesi upacara pembakaran jenazah. Sebagaimana dalam konsep Hindu mengenai pembakaran jenazah, upacara ini sebagai upaya untuk mempercepat pengembalian unsur-unsur/zat pembentuk raga/wadah/badan kasar manusia.

Ada empat lontar utama yang memberikan petunjuk tentang adanya upacara pitra yadnya, yaitu Yama Purwa Tatwa (mengenai sesajen yang digunakan), Yama Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan atau pencarian atma dan hari baik-buruk melaksanakan upacara). Yama PurwanaTatwa (mengenai susunan acara dan bentuk rerajahan kajang), dan Yama Tatwa (mengenai bentuk-bentuk bangunan atau sarana upacara). Upacara ngaben (pelebon) di beberapa puri di Bali hususnya keluarga raja kaya akan merencanakan ngaben (pelebon) dengan tenggang waktu satu sampai dengan tiga bulan mempersiapkan sarana upacara dengan mewah membuat bade, lembuireng dan naga banda yang memerlukan biaya milyaran rupiah. Dengan biaya yang besar itu keluarga raja di Bali mengundang beberapa duta besar asing, konsul, pejabat istana, politisi di Jakarta juga stasiun televisi asing, baik yang ada di Eropa, Australia, maupun Amerika untuk

(28)

meliput semua event yang bergengsi ini saat pelebon dilaksanakan sampai berakhir, tentunya semua undangan akan dikenakan fee atas peliputannya yang nantinya disebarluaskan ke seantero dunia. Di sini terlihat bersemayamkan komodikasi dan konsumerisme di kalangan kaum elite penguasa yang modal ekonominya kuat (Bourdieu, 1984:201) dengan gampangnya memeroleh pengakuan baik internal masyarakat Indonesia maupun masyarakat Bali, bahkan wisatawan asing yang sehari-harinya berkeliaran di kawasan destinasi pariwisata. Setelah upacara ngaben (pelebon) dilanjutkan dengan peroras/memukur dan berakhir dengan ngelinggiyang betara/betari di pemerajan. Dalam rangka proses peroras atau memukur itu terjadilah kontestasi gaya hidup fashion dan gaya hidup hedonis dengan memamerkan alsesoris yang berlebihan dan konvoi mobil-mobil mewah pertanda modernitas dan konsumerisme sebagai suatu kekuatan.

Akan tetapi, di tatanan masyarakat di luar puri, upacara ngaben dilaksanakan secara kolektif (ngerombong) atau sering disebut ngaben massal agar biaya dikeluarkan dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat yang ekonominya menengah kebawah.

Upacara ngaben massal diawali dengan bergotong royong untuk mempersiapkan proses upacara di balai masyarakat atau tempat khusus yang digunakan untuk upacara. Hal itu dilakukan supaya masyarakat yang berkemampuan rendah bisa ikut serta membayar kewajibannya kepada leluhur sampai pada upacara memukur dan ngelinggihang. Terlihat gambar bade digunakan untuk mengusung mayat dalam perjalanan ke kuburan, seperti dibawah ini.

Gambar : Upacara Kremasi di Ubud (Dok: Pribadi)

Keempat, Manusa Yadnya,adalah pengorbanan yang dilakukan masyarakat di Bali agar hidupnya aman dan sejahtera, sebagai berikut. (a) Otonan/wetonan adalah upacara yang

(29)

dilakukan pada hari lahir, seperti perayaan hari ulang tahun, dilakukan 210 hari. Akan tetapi upacara otonan ini wajib dilaksanakan umat Hindu bilamana usia anak-anak balita.

Jika sudah di atas balita otonan tidak wajib, tetapi hanya diingatkan untuk selalu memohon kepada Sang Hyang Widhi agar diberikan kesehatan dan kekutan untuk menghadapi tantangan hidup ke depan dengan bersembahyang dan menghaturkan canang di pemerajan/sanggah masing-masing. (b) Upacara potong gigi, yakni upacara keagamaan yang wajib dilaksanakan bagi umat Hindu yang telah beranjak remaja atau dewasa. Bagi wanita, yaitu yang telah mengalami menstruasi, dan bagi pria yang telah memasuki akil balig. Dalam tatanan masyarakat yang modern, upacara ini dilaksanakan secara mewah dengan mengundang kerabat, teman sejawat dengan selfimage bahwa mereka mengikuti era modern bahkan hedonis. Upacara potong gigi bagi masyarakat menengah kebawah dilaksanakan bersama keluarga klan/dadia dengan mengecek anggota keluarga yang telah memenuhi ketentuan di atas. Peserta diharapkan jumlahnya genap tidak boleh ganjil sepertia, dua, empat, enam, delapan dan seterusnya, tujuannya efisiensi biaya yang dikeluarkan terjangkau dengan mengambil tingkatan upacara nistaning madya sesuai dengan kemampuan anggotanya.

Sesungguhnya tujuan upacara potong gigi sesuai dengan sastra agama adalah untuk menghilangkan rajas dan tamas yang melekat pada bagian gigi manusia yang harus diubah agar kelakuannya manusiawi.Pada umumnya apabila masyarakat Bali menyelenggarakan upacara ibadat dan keagamaan terutama yang besar-besar, maka penuntun dan penyelesaian upacara itu dilakukan oleh seorang pemimpin agama atau pendeta. Orang-orang yang bertugas melaksanakan upacara itu adalah orang-orang yang telah mediksa menjadi pendeta dan pada umumnya disebut sulinggih. Mereka juga disebut dengan istilah-istilah khusus yang tergantung dari klan atau warna mereka. Misalnya istilah Pedanda adalah untuk pendeta dari wangsa Brahmana, baik yang beraliran Siwa maupun Buda, istilah Rsiadalah untuk pendeta wangsa Ksatria. Mpu untuk wangsa Pande, dan sebagainya. Walaupun semua pelaku upacara agama tadi sebagai sulinggih menjadi anggota Majelis Parisada Hindu Darma, masih banyak masyarakat mempunyai pandangan tradisional yang membeda-bedakan mereka itu berdasarkan klan atau wangsa. Tiap masyarakat bisa minta pertolongan dari berbagai macam pelaku upacara agama tersebut untuk keperluan pelaksanaan suatu upacara tertentu bagi dirinya sendiri serta kelurganya dalam rumah. Dalam hal itu dikatakan bahwa ia bresiwa kepada seorang pendeta, misalnya kepada seorang Pedanda Siwa atau Pedanda Buda atau kepada seorang Rsi dan

(30)

sebagainya. Hubungan antara dia dan pendeta tadi dikatakan hubungan sisia-siwa. Dalam hal itu seseorang sering di berikan air suci (tirta) oleh pendeta yang bersangkutan.

Tetangga atau orang lain di luar keluarga yang bersangkutan dapat juga minta air suci (tirta) dari upacara-upacara dalam rumah tadi. Biasanya air suci dapat diminta dari pura.

Dengan air itu orang dapat melakukan upacara kecil di kalangan rumah tangganya tanpa bantuan seorang pendeta.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sistem religi dan upacara keagamaan bahwa umat Hindu percaya dengan adanya satu Tuhan, dalam bentuk konsep Trimurti, Yang Esa, Trimurti ini mempunyai tiga wujud atau manifestasi yaitu wujud Brahma (yang menciptakan), wujud Wisnu (yang melindungi serta memelihara), dan wujud Siwa (yang melebur segala yang ada). Umat Hindu juga menganggap penting konsepsi mengenai roh abadi (atman), adanya buah dari setiap perbuatan (karma-pala), kelahiran kembali dari jiwa (punarbawa) dan kebebasan jiwa dari lingkaran kelahiran kembali (moksa). Semua ajaran itu tersurat dalam kitab suci Weda.

4.8 Organisasi Kemasyarakatan

Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir semuanya dipengaruhi oleh keyakinan mereka kepada agama Hindu yang dianut sejak beberapa abad yang lalu.

Keunikan masyarakat Bali khususnya bisa dilihat lewat bagaimana melakukan pembinaan kekerabatan secara lahir dan batin. Masyarakat Bali begitu taat untuk tetap ingat dengan asal muasal darimana dirinya berasal. Hal inilah kemudian melahirkan berbagai golongan di masyarakat yang kini dikenal dengan wangsa atau soroh. Begitu banyak soroh yang berkembang di Kelurahan Ubud dan mereka memiliki tempat pemujaan keluarga secara tersendiri. Tatanan masyarakat berdasarkan soroh ini begitu kuat menyelimuti aktivitas kehidupan di Bali. Keluarga masyarakat di Bali tetap mempertahankan untuk melestarikan silsilah yang dimiliki. Setiap keluarga dengan seksama dan teliti tetap menyimpan berbagai prasasti yang berisi bagaimana silsilah sebuah keluarga dibuat sesuai dengan wangsa.

Beberapa soroh yang selama ini dikenal misalnya wangsa Brahmana, wangsa Satrya Dalem, Warga Pande, Sangging, Bhujangga Wesnawa, Pasek, Dalem Tarukan, Tegeh Kori, Pulasari, Arya, dan lainnya. Semuanya memiliki sejarah turun-temurun yang berbeda. Meskipun begitu, akhirnya mereka bertemu dalam siklus keturunan yang disebut Hyang Pasupati. Begitu unik dan menarik memahami kehidupan masyarakat dalam kaitan

(31)

mempertahankan garis leluhurnya tersebut. Identifikasi masyarakat Bali merupakan masyarakat yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan budayanya. Kesadaran itu diperkuat oleh adanya bahasa yang sama. Walaupun ada kesadaran tersebut, kebudayaan mewujudkan banyak variasi serta perbedaan setempat.

Agama Hindu yang telah lama terintegrasikan ke dalam masyarakat, dirasakan juga sebagai unsur yang memperkuat adanya kesadaran kesatuan tersebut. Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa Hindu di berbagai daerah di Bali pada zaman Majapahit. Menurut anggapan adat lama yang amat dipengaruhi oleh sistem klan-klan (dadia) dan sistem wangsa, maka perkawinan itu sedapat mungkin dilakukan diantara warga seklan, atau setidak-tidaknya antara orang yang dianggap sederajat dalam wangsa.

 Banjar

Banjar merupakan bentuk kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah.

Tiap-tiap banjar dipimpin oleh kelian banjar. Kesatuan sosial atau banjar itu diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagaman yang keramat. Pusat dari pertemuan diadakan di bale banjar. Warga banjar bertemu pada hari tertentu yakni setiap Buda Keliwon. Banjar di Bali biasanya digunakan ganda, paginya dimanfaatkan untuk sekolah taman kanak-kanak sedangkan, sorenya untuk pedagang kerajinan. Kelian banjar dipilih dengan masa jabatan tertentu oleh warga banjar. Tugasnya tidak hanya menyangkut segala urusan dalam kehidupan sosial banjar, tetapi juga mengurus hal-hal tentang administrasi pemerintahan.

Berdasarakan uraian di atas bahwa dapat disimpulkan di Bali terdapat banyak warna sehingga terbentuk kelompok-kelompok kekeluargaan (klan). Keturunan mengikuti garis keturunan ayah, permukiman bersifat menumpang di rumah orang tua suami (patrilokal) dan kesatuan berbentuk semi endogami memainkan peranan penting dalam kehidupan desa di banjar-banjar tertentu dan sering berbentuk rangka dasar usaha-usaha ekonomi.

Dalam suatu dusun empat kelompok bersaing membentuk alat-alat musik gamelan yang terutama merupakan pekerjaan tempa besi, di banjar-banjar lain pertenunan dan garment, membentuk koperasi serta kegiatan-kegiatan lain diselenggarakan dalam hubungan kekeluargaan.

     

(32)

 Subak

Perkembangan subak di Bali masih tetap eksis. Walaupun pariwisata bergerak cepat, tanah pertanian masih terhampar luas, terutama tanah-tanah yang dimiliki oleh keluarga Puri dan orang kaya lainnya. Subak di Bali seolah-olah lepas dari banjar dan mempunyai kepala sendiri. Subak dipimpin oleh kepala subak atau kelihan subak. Orang yang menjadi warga subak tidak semuanya sama dengan orang yang menjadi anggota banjar. Warga subak adalah pemilik atau para penggarap sawah yang menerima air irigasi dari bendungan-bendungan yang diurus oleh suatu subak. Sudah tentu tidak semua warga subak tadi hidup dalam suatu banjar. Sebaliknyaada seorang warga banjar yang mempunyai banyak sawah yang terpencar dan mendapat air irigasi dari bendungan yang diurus oleh beberapa subak. Jadi, warga banjar tersebut akan menggabungkan diri dengan semua subak di mana ia mempunyai sebidang tanah. Berhubung hamparan sawah milik seseorang tersebar letaknya, satu orang mungkin jadi anggota dari berbagai perkumpulan sejenis. Anggota-anggota perkumpulan demikian bisa berasal dari dua atau tiga dusun.

Tugas utama dari suatu perkumpulan perairan (subak) adalah pengaturan pemakaian air, koordinasi penanaman bibit, serta pelaksanaan upacara-upacara pertanian.

Dalam perkumpulan perairan suatu sekaa perairan menjaga keutuhan bendungan- bendungan serta kebersihan saluran-saluran atas dasar pemberian imbalan. Dalam hal-hal khusus, sekaa-sekaa yang sama sekali bersifat dagang dengan anggota-anggotanya yang hampir seluruhnya terdiri atas petani-petani yang tak memiliki tanah dan tidak termasuk perkumpulan pengairan mana pun memberikan jasa kepada tiga atau lima perkumpulan pengairan atas dasar upah. Persawahan yang masih asri terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar : Persawahan Subak di Tegallantang Ubud (Dok pribadi)

(33)

 Sekaa

Dalam kehidupan kemasyarakatan di Bali, ada organisasi-organisasi yang bergerak dalam lapangan kehidupan yang khusus, yaitu sekaa. Organisasi ini bersifat turun- temurun, tetapi ada pula yang bersifat sementara. Sekaa Tari dan sekaa Gong telah dikenal di mancanegara sejak pariwisata masuk wilayah Bali. Sekaa tersebut sampai saat ini dipertahankan secara turun- temurun baik untuk kepentingan sosial (ngayah di pura) maupun untuk komersial bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang umumnya di pergelarkan di hotel-hotel dan juga di areal terbuka dipergelarkan saban hari atau sesuai dengan permintaan, baik hotel maupun museum yang ada di wilayah Bali.

Sekaa juga berfungsi menyelenggarakan hal-hal atau upacara-upacara yang berkenaan dengan desa, misalnya sekaa baris (perkumpulan tari baris), sekaa teruna-teruni. Sekaa tersebut sifatnya permanen, tapi ada juga sekaa yang sifatnya sementara, yaitu sekaa yang didirikan berdasarkan atas suatu kebutuhan tertentu, misalnya sekaa memula (perkumpulan menanam), sekaa manyi (perkumpulan memanen padi) dan lain-lain. sekaa- sekaa ini biasanya merupakan perkumpulan yang terlepas dari organisasi, baik banjar maupun desa.

 Gotong royong

Dalam kehidupan komunitas Bali dikenal sistem gotong royong (ngoopin), yang meliputi lapangan-lapangan aktivitas di sawah, seperti menanam padi, mencabut rumput di sela-sela padi, membuat taring untuk upacara, ngelawar untuk upacara di pura maupun upacara perkawinan dan sebagainya, sekitar rumah tangga (memperbaiki atap rumah, dinding rumah, dan sebagainya), dalam perayaan-perayaan atau upacara-upacara yang diadakan oleh suatu keluarga, atau dalam peristiwa kecelakaan dan kematian. Ngoopin antara individu biasanya dilandasi oleh pengertian bahwa bantuan tenaga yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan tenaga juga, kecuali ngoopin masih ada acara gotong royong antara sekaa dan sekaa. Cara serupa ini disebut ngedeng (menarik). Misalnya, suatu perkumpulan gamelan ditarik untuk ikut serta dalam menyelenggarakan suatu tarian dalam rangka suatu upacara odalan. Bentuk terakhir adalah kerja bakti (ngayah) untuk keperluan upacara agama, masyarakat, dan pemerintah. Bagi keluarga di Bali semua hal di atas tidak efisien dan diperlukan waktu panjang. Namun, ada jenis gotong royong membuat penusangan untuk hajatan duka semua anggotamasyarakatsiap hadir tepat waktu mulai

(34)

dari bunyi kentongan banjar sampai ke rumah duka mereka hadir tanpa kecuali karena pada akhirnya semua yang hidup akan ke sana.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekaa tradisional di Bali masih eksis sampai sekarang. Namun demikian telah terbentuk sekaa baru seperti sekaa arisan keluarga seklan dan seiring dengan perkembangan zaman terbentuk juga sekaa arisan golongan kaya serta sekaa arisan acak yang anggotanya dari berbagai banjar di Bali. Saat anggota banjar setempat mengalami duka maka anggota masyarakat hadir di mana pun berada tanpa kecuali menghadiri prosesi upacara dari awal sampaiusai.

4.9 Kesenian

Keindahan (rasa indah) sangat diperlukan bagi kehidupan keluarga pemilik tanah sewa di Kelurahan Ubud untuk santapan rohani dan pengatur emosi. Kehidupan manusia di seluruh jagat raya digerakkan oleh dorongan rasa indah, baik untuk memperlihatkan maupun untuk menikmatinya. Oleh sebab itu pelatihan (pendidikan) estetika (seni) dianggap sangat esensial bagi upaya peningkatan kualitas masyarakat Bali. Pendidikan seni pada dasarnya adalah pelatihan olah rasa - education offeelings (Smith-Autard, 2000:32). Pendidikan seni yang benar dilaksanakan tidak saja untuk menghasilkan produk- produk atau pekerja-pekerja seni, tetapi yang lebih penting lagi untuk membentuk kelompok pemilik tanah sewa di Kelurahan Ubud yang memiliki kepekaan rasa (kehalusan/keluhuran budi). Pada zaman kerajaan Bali, hampir setiap istana memiliki gamelan semar pegulingan yang bersuara lembut. Di pihak lain keluarga raja-raja di eropa (Perancis) diajarkan social court dance untuk menata perilaku sosial dan tata krama (manner) mereka tatkala tampil di depan publik sehingga tetap tampil penuh wibawa dan dihormati rakyat.

Karya seni, apa pun media ungkap pada umumnya mengandung trilogi nilai yaitu estetika (keindahan), etika (moral) dan logika (kaidah berpikir yang benar). Dalam konsep estetika Hindu (Bali), seni merupakan akumulasi dari nilai-nilai satyam (kebenaran), shiwam (kesucian), dan sundharam (keindahan). Aktivitas seni yang utuh (lengkap) adalah yang mencakup ketiga nilai-nilai di atas. Ketika trilogi estetika, etika, logika, atau satyam, shiwam, shundaram masih berfungsi, penilaian masyarakat terhadap perwujudan ekspresi estetik cenderung menubornisasi nilai-nilai artistik (keindahan) karena adanya kecenderungan untuk lebih mengedepankan nilai-nilai etika (moral) dan logika (pikiran yang benar) yang tercakup dalam sebuah karya atau sajian seni. Seni yang baik sering kali

(35)

diukur dari sudut etika dan logika yang terkandung di dalamnya. Pandangan/penilaian estetik suatu masyarakat atau wilayah budaya selalu berubah sejalan dengan dinamika perubahan budaya (nilai-nilai) masyarakat yang bersangkutan.

Pandangan estetika masyarakat Bali (Hindu) yang didasarkan atas konsep satyam, shiwam dan shundaram juga telah berubah sejalan dengan perubahan nilai-nilai sosiokultural dan spiritual masyarakat Bali. Contohnya bentuk arsitektur tradisional Bali (kuri agung atau candi bentar suatu pura), seni pertunjukan (drama tari, topeng, arja, calonarang, wayang kulit, joged bumbung), atau tata busana adat Bali (busana pengantin Bali), dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan budaya, estetika dilihat sebagai kompleksitas konsep yang digunakan oleh suatu masyarakat atau kumpulan orang-orang untuk menikmati/menghargai (apresiasi), membahas dan memahami (menjelaskan), dan menilai (evaluasi) objek-objek keindahan.

Tiap-tiap daerah dan wilayah budaya di Indonesia memiliki persepsi tentang keindahan yang berbeda-beda. Luhung (Bali), apik (Jawa), rancak (Minang), dan lain- lainnya adalah beberapa contoh istilah yang digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang baik, menarik, enak, dan lain-lainnya yang di dalamnya tercakup nilai-nilai keindahan.

Kondisi dalam keadaan hanyut oleh nikmat keindahan, ketika menyaksikan karya seni yang metaksu, sering kali disebut lango atau kelangen. Rasa lango atau kelangen tidak pernah terjadi dari sajian karya seni yang kurang sempurna – matah atau tanpa taksu. Bali mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan India setelah datangnya agama Hindu ke Bali pada zaman prasejarah dulu. Kebudayaan Bali merupakan campuran dari Bali lokal dengan Hindu Jawa yg melahirkan kebudayaan Bali tradisional.

Seni lukis seniman Bali terpengaruh besar dari seniman Eropa yang jenuh pada kehidupan negara asalnya untuk menetap di daerah yang dianggap romantis dan lebih langgeng untuk hidup menjadi seorang seniman. Bali muncul dalam daftar daerah romantis yang santai dan bebas dalam kehidupan sehari hari, maka seniman-seniman Eropa berdatangan ke Bali. Walter Spies seniman Jerman yang pada awalnya datang ke Jawa kemudian pindah ke Bali pada tahun 1929. Di sanalah ia bisa menjadi salah satu seniman yang berpengaruh. Ia dan seniman Belanda yang kemudiaan menetap di Bali kemudian menjadi pembaru teknik seni rupa khususnya di daerah Ubud.

Sebelum kedatangan seniman Eropa ini seniman-seniman Ubud hanya berkutat pada seni lukis wayang kamasan. Setelah masuknya pengaruh seniman Eropa ini barulah seni

Gambar

Gambar :  Upacara Kremasi di Ubud (Dok: Pribadi)
Gambar : Persawahan Subak di Tegallantang Ubud (Dok pribadi)
Gambar : Lukisan klasik seniman Ubud (Dok. Pribadi)
Gambar : Tari Burung cenrawasih (Dok: Pribadi)
+7

Referensi

Dokumen terkait