27
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Tinjauan Perusahaan
Pada tinjauan perusahaan menguraikan terkait deskripsi perusahaan yaitu profil perusahaan, visi dan misi, lokasi dan layout perusahaan, SDM perusahaan, dan struktur organisasi. dalam study kasus ini peneliti menganalisa faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam perusahaan.
4.1.1 Profil Perusahaan
Perusahaan Daerah Air minum ( PDAM) Kota Batu terletak di Jl. Kartini No. 10, adalah perusahaan daerah yang bergerak di bidang pelayanan air minum kepada masyarakat. Sejak diberlakukanya undang – undang nomor 25 Tahun 1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah dan menindaklanjuti Surat Keputusan Bupati Kab. Malang Nomor 44 Tahun 2002 tentang Penyerahan Aset PDAM Kabupaten Malang yang ada di Kota Batu ke Pemerintah Kota Batu, maka dibentuklah Perusahaan Daerah Air Minum Kota Batu berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 30 tahun 2003 tanggal 30 April 2003. Dengan demikian secara resmi PDAM Kota Batu terpisah dari PDAM Kabupaten Malang.
PDAM Kota Batu berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 30 Tahun 2003 merupakan badan hukum yang berkedudukan dan berkantor di Kota Batu dengan tujuan sebagai salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan di bidang air bersih serta sumber Pendapatan Asli Daerah dan sebagai sarana pengembangan perekonomian dalam rangka pembangunan Nasional pada umumnya.Berdasarkan keputusan Walikota Batu Nomor : SK.821.2/001/422.024/2004 tanggal 5 Januari 2004 telah diangkat dan dilantik Direksi yang baru untuk menjalankan tugas dan kegiatan operasional Perusahaan dimulai pada tanggal 6 Januari 2004. PDAM Kota Batu memiliki bentuk hukum berupa perusahaan daerah dan mempunyai kedudukan sebagai alat otonomi daerah dan diselenggarakan atas dasar asas ekonomi yang berfungsi sebagai alat ukur untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. PDAM dipimpin oleh Direksi dibawah Pengawasan suatu Dewan Pengawas yang bertanggung jawab kepada Walikota.Dengan dibentuknya PDAM Kota Batu dalam usaha meningkatkan pelayanan pada masyarakat utamanya
28
masyarakat di wilayah Kota Batu dan kelancaran pelaksanaan tugas Perusahaan Daerah Air Minum Kota Batu secara berdaya guna dan berhasil. Pada awal terbentuknya PDAM Kota Batu mempunyai 9896 pelanggan dengan rincian 8525 pelanggan aktif dan 1371 pelanggan non aktif.
Dengan kondisi pelayanan PDAM Kota Batu masih dengan sistem gilir dan kantor PDAM Kota Batu berlokasi di Jalan RA Kartini No. 10 Keluarahan Sisir Kecamatan Batu Kota Batu. Hingga saat ini jumlah pelanggan yang ditangani oleh PDAM Kota Batu sebanyak 12.230 pelanggan aktif dan 1.759 pelanggan non aktif yang tersebar di wilayah Kota Batu.
4.1.2 VISI DAN MISI a.VISI
Menjadi Perusahaan yang Terpercaya dan Kebanggaan Masyarakat Dalam Pelayanan Air Minum
b.MISI
- Mampu mendistribusikan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan kepada masyarakat secara merata, tertib dan teratur.
- Mengembangkan air siap minum secara berkesinambungan.
- Kesejahteraan Masyarakat.
- Memberikan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah dalam mewujudkan kelangsungan pembangunan daerah.
- Melestarikan lingkungan sehingga terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.
- Menjadikan PDAM Kota Batu sebagai penggerak perekonomian daerah.
29 4.1.3 Lokasi dan Layout Perusahaan
Gambar 4.1 Lokasi dan Layout Perusahaan
Perusahaan Daerah Air Minum Among Tirto berada di Jl. Kartini No.10, Ngaglik, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65311, hal ini dikarenakan lokasi perusahaan yang berada pada tengah kota yang memungkinkan untuk penyebaran semakin efisien.
4.1.4 Struktur Organisasi
30
Gambar 4.2 Lokasi dan Layout Perusahaan Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka dapat dijelaskan tugas dan fungsi masing-masing bagian sebagai berikut:
1. Bagian Umum
Mempunyai tugas menyelenggarakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan dibidang ketatausahaan, hukum, kepegawaian, pengadaan, kerumah tanggaan, gudang dan perbekalan.
Bagian Umum mempunyai fungsi:
a. Menyusun rencana kegiatan bidang administrasi perusahaan.
b. Menyusun rencana kegiatan yang berhubungan dengan produk hukum dan kepegawaian.
Bagian Umum terdiri dari beberapa sub-bagian sebagai berikut:
a. Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga: Mempunyai tugas menyelenggarakan ketata usahaan dan kerumahtanggaan perusahaan.
b. Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian: Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan–kegiatan dibidang hukum dankepegawaian perusahaan dan fungsinya adalah menyusun produk–produk Hukum yang diperlukan perusahaan.
c. Sub Bagian Pengadaan dan pemeliharaan: Mempunyai tugas dalam menyelenggarakan kegiatan pengadaan barang sertakerumah tanggan perusahaan.
Bagian Pengadaan dan pemeliharaan mempunyai fungsi (1) menyapkan daftar harga perkiraan sendiri (HPS), dan; (2) melaksanakan kegiatan pengadaan barang sesuai dengan ketentuan berlaku.
d. Sub Bagian Gudang dan Perbekalan: Mempunyai tugas menyimpan dan mendistribusikan barang yang diperlukan perusahaan. Sub Bagian Gudang dan Perbekalan mempunyai fungsi (1) melaksanakan penyimpanan dan pendistribusian perbekalan dan perlengkapan, dan; (2) mengendalikan stock barang agar sesuai dengan stock minimum dan maksimum.
2. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan mempunyai tugas dalam menyelenggarakan penyusunan dan Perencanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Perusahaan, menyelenggarakan administrasi keuangan, evaluasi anggaran, menyajikan laporan dan hasilanalisa keuangan. Selain itu, Bagian Keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan.
31
b. Mengendalikan sumber–sumber pendapatan dan pembelanjaan perusahaan.Bagian Keuangan terdiri dari beberapa sub-bagian sebagai berikut.
a. Sub Bagian Perencanaan dan Analisa Anggaran: Mempunyai tugas merencanakan Anggaran Pendapatan danBelanja Perusahaan (RAPBP), menganalisa pelaksanaan RAPBP, serta melakukan evaluasi Kinerja KeuanganPerusahaan. Sub Bagian Perencanaan dan Analisa Anggaran mempunyai fungsi dalam menyusun Rencana Anggarandan Pendapatan Belanja Perusahaan.
b. Sub Bagian Akutansi: Mempunyai mempunyai tugas melaksanakan akuntansi keuangan perusahaan. Sub Bagian Akuntansi mempunyai fungsi untuk membukukan, meneliti danmencocokan semua transaksi keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Sub Bagian Pengendali Rekening: Mempunyai tugas menerima pembayaran dari pelanggan serta mengupayakanpenagihan atas piutang pelanggan. Sub Bagian Pengendali Rekening mempunyai fungsi dalam menyelenggarakan administrasi pembayaran oleh pelanggan.
d. Sub Bagian Perbendaharaan: Mempunyai tugas melaksanakan administrasi penerimaan dan pengeluaran keuangan perusahaan. Sub Bagian perbendaharaan mempunyai fungsi (1) melaksanakan administrasi penerimaan dan pengeluaran keuangan perusahaan, dan; (2) meneliti kelengkapan alat bukti penerimaan dan pengeluaran Kas.
3. Bagian Langganan
Bagian langganan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan atas pemakaian air oleh pelanggan, menerimapengaduan serta menyelenggarakan pemasaran atau penyuluhan kepada pelanggan dan masyarakat. Bagian Langganan mempunyai fungsi untuk melaksanakan kegiatan pembacaan dan pencatatan stand meter pelanggan.Bagian Langganan terdiri dari beberapa sub-bagian sebagai berikut.
a. Sub Bagian Pelayanan Pemasaran: Mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan dan pemasaran kepadamasyarakat dan pelanggan yang berkaitan dengan penyediaan air bersih. Sub Bagian Pelayanan Pemasaran mempunyai fungsi untuk uelaksanakan kegiatan pemasaran dan penyuluhan kepada masyarakat danpelanggan berkaitan denganprogram penyediaan air bersih.
32
b. Sub Bagian Pencatatan Meter: Mempunyai tugas melaksanakan pembacaan dan pencatatan stand meter pelanggan.
c. Sub bagian Pengolah Rekening: Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembuatan rekening. Sub Bagian Pengolah Rekening mempunyai fungsi untuk melakukan kegiatan pembuatan rekening berdasarkan pembacaan stand meter.
4. Bagian Perencanaan Teknik
Bagian Perencanaan Teknik mempunyai tugas merencanakan program pengembangan sistem penyediaan air bersih serta perencanaan lain yang bersifat teknik.Bagian Perencanaan Teknik terdiri dari Sub Bagian sebagai berikut.
a. Sub Bagian Perencanaan Jaringan dan Bangunan: Mempunyai tugas merencanakan sistem penyediaan air bersih,serta bangunan-bangunan lain.
b. Sub Bagian Perencanaan Sambungan Pelanggan: Mempunyai tugas merencanakan penyambungan dan rehabilitasi sambungan pelanggan.
5. Bagian Produksi
Bagian Produksi mempunyai tugas menyelenggarakan dan mengendalikan penyediaan air bersih sesuai yang dibutuhkan meliputi aspek kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Bagian Produksi terdiri dari Sub Bagian sebagai berikut.
a. Sub Bagian Sumber Air dan Perpompaan: Mempunyai tugas menyediakan dan mengendalikan suplay air ke jaringandistribusi sesuai yang dibutuhkan meliputi aspek kualitas kuantitas dan kontinuitas.
b. Sub Bagian Kualitas Air: Mmempunyai tugas memberikan rekomendasi pembubuhan bahan kimia dan melaksanakanmonitoring kualitas air baik pada sumber, jaringan distribusi maupun pelanggan.
c. Sub Bagian Perbengkelan: Mempunyai tugas melaksanakan perbaikan mesin- mesin dan peralatan lain sesuai dengan permintaan. Sub Bagian Perbengkelan mempunyai fungsi (1) menerima permohonan perbaikan mesin-mesin dan peralatan dari bagian lain termasuk meter air, dan; (2) memelihara dan mengamankan peralatan bengkel.
6. Bagian Distribusi
Bagian Distribusi mempunyai tugas menyelenggarakan dan mengendalikan pendistribusian air dari instalasi produksi sampai pelanggan. Bagian Distribusi mempunyai fungsi (1) menjaga kelancaran dan kelangsunganpenditribusian air dari
33
instansi produksi sampai pelanggan, dan; (2) melakukan pemasangan dan pemeliharaan jaringan distribusi dan sambungan pelanggan.Bagian Distribusi terdiri dari beberapa sub bagian sebagai berikut.
a. Sub Bagian Pemasangan dan Pemeliharaan Jaringan: Mempunyai tugas melaksanakan pemasangan dan pemeliharaan jaringan pipa distribusi serta melakukan pengaturan pendistribusian air dari instalasi produksi sampai pelanggan.
b. Sub Bagian Pemasangan dan Pemeliharaan Sambungan pelanggan: Mempunyai tugas melaksanakan pemasangan,pemutusan dan pemeliharaan instalasi sambungan pelanggan termasuk pemindahan dan penggantian meter air.
7. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan Pengembangan merupakan kelompok jabatan fungsional sebagai unsurpembantu Direktur Utama dibidang penelitian dan pengembangan perusahaan yang bertugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan perusahaan baik Bidang Teknik maupun Administrasi Keuangan.
8. Satuan Pengawas Intern
Satuan Pengawas Intern merupakan kelompok jabatan fungsional yang mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian intern perusahaan;Satuan Pengawas Intern mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian intern perusahaan;
b. Melaksanakan pengawasan terhadappenyelenggaraan tata kerja dan prosedur kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
4.2 Pengumpulan Data
Pada pengumpulan yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung atau observasi dan wawancara di perusahaan. Data-data yang diperlukan adalah pemeliharaan pada mesin, proses produksi sampai pada tahap pengolahan yang mana menimbukan kecelakaan kerja yang pernah terjadi di Perusahaan Daerah Air Minum yang meliputi jenis penyebab kecelakaan dan dampak atau akibat apa saja pada saat kecelakaan kerja itu terjadi.
4.2.1 Sumber mata air
PDAM Kota Batu merupakan perusahaan daerah yang bergerak dalam usaha distribusi air bersih bagi masyarakan umum. Berikut proses produksi Perusahaan Daerah Air Minum:
34
Ada dua proses produksi yang dilakukan oleh PDAM, yaitu proses produksi lengkap dan proses produksi tidak lengkap. Proses produksi lengkap dilakukan jika sumber air yang digunakan oleh PDAM adalah sumber air dari sungai, dan untuk proses tidak lengkap diberlakukan pada sumber air yang hanya mempunyai beberapa parameter saja yang harus diturunkan kadarnya, contoh air baku tersebut adalah sumber air yang didapat dari mata air dan air tanah dalam. Untuk sumber yang di produksi PDAM sistem penyediaan air minum di Kota Batu telah ada sejak jaman Belanda yang berupa instalasi pengolahan air minum konvensional dengan jaringan distribusi yang terbatas. Saat ini kapasitas produksi air PDAM adalah 120.5 lt/det yang diperoleh dari 6 sumber dengan system pelayanan gravitasi. ( Data PDAM Batu per Desember 2012 ) Sumber yang selama ini dimanfaatkan oleh PDAM Kota Batu antara lain sebagai berikut :
Sumber NGESONG
Sumber ini terletak di Desa Punten dengan elevasi 983 m (dpl) dengan kapasitas debit 112 liter/detik. Disamping digunakan PDAM Kota Batu, dimanfaatkan juga oleh Kelompok Swadaya Masyarakat. PDAM Kota Batu memanfaatkan sumber ini sebesar 23,5 liter/detik untuk melayani Desa Sumberejo, Desa Pesanggrahan dan sebagian desa Ngaglik menggunakan pipa transmisi dengan diameter 3” ,4” dan 6” dengan jarak pelayanan terjauh sepanjang 4.200 meter.
Jumlah pelanggan yang dilayani dari sumber Ngesong sejumlah 1.242 Sambungan Rumah
Sumber BANYUNING
Sumber ini terletak di Desa Punten tidak jauh dari sumber Ngesong, dengan elevasi 978 m (dpl) dengan kap debit 200 Lt/det. Disamping digunakan oleh PDAM Kota Batu, sumber ini juga dimanfaatkan oleh Swadaya Masyarakat sebesar 20 liter/detik dan PDAM Kota Malang sebesar 100 liter/detik. Saat ini PDAM Kota Batu memanfaatkan Sumber Banyuning sebesar 40 liter / detik untuk melanyani 3 kelurahan dan 2 Desa, antara lain : Kelurahan Ngaglik, Kel. Sisir, Kel. Temas , Desa Beji dan Desa Mojorejo. Untuk wilayah pelayanan Kelurahan Ngaglik, Kelurahan Temas dan sebagian Kelurahan Sisir, pelayanan kepada pelanggan menggunakan pipa Transmisi O.10’’ dan O.8’’ dari sumber banyuning menuju Tandon Aerasi Abdul Gani dengan kapasitas tandon sebesar 500 m3 yang kemudian
35
didistribusikan menggunakan pipa berdiameter O.4’’ dan O.3’’. Sementara untuk sebagian Kelurahan Temas lainnya, Desa Beji dan Desa Mojorejo, didistribusikan secara langsung menggunakan pipa distribusi berdiameter O.3’’, O.4’’ dan O.6’’
dengan jarak pelayanan 7.300 meter. Jumlah pelanggan yang dilayani dari Sumber Banyuning sejumlah 5.866 sambungan rumah
Sumber GEMULO
Sumber ini juga terletak di Desa Punten tidak jauh dari sumber Ngesong dan Sumber Banyuning, dengan ketinggianya 9.65 m (dpl) bekapasitas 160 liter/detik.
Sumber Gemulo telah dimanfaatkan oleh ; Swadaya Masyarakat, restoran, Hotel dan PDAM Kabupatem Malang. PDAM Kota Batu sendiri memanfaatkan sebesar 30 liter/detik untuk pelayanan wilayah Desa Sidomulyo, Desa Pandanrejo, sebagian Kelurahan Sisir dan Sebagian Kelurahan Temas menggunakan pipa distribusi O.2’’, O.3’’ dan O.4’’ dengan jarak pelayanan 5.600 meter. Jumlah pelanggan yang dilayani dari Sumber Gemulo sejumlah 967 sambungan rumah.
Sumber TORONG BELOK
Sumber Torong Belok terletak di Desa Songgokerto tidak jauh dari Sumber Kasinan, dengan kapasitas debit total 6 liter/detik. Disamping dimanfaatkan oleh PDAM Kota Batu, sumber ini juga dimanfaatkan oleh Swadaya Masyarakat Songgokerto. PDAM Kota Batu sendiri memanfaatkan sumber ini sebesar 4 liter/detik untuk melayani Desa Songgokerto, sebagian Kelurahan Ngaglik dan sebagian Desa Pesanggrahan mengunakan pipa distribusi berdiameter O.3” dan O.4” dengan jarak pelayanan sejauh 3.500 meter. Jumlah pelanggan yang dilayani dari sumber Torong Belok sejumlah 894 sambungan rumah.
Sumber KASINAN
Sumber ini terletak di Desa Songgokerto dengan kapasitas debit total 8 Lt/det. Selain dimanfaatkan oleh PDAM Kota Batu sebesar 3 liter/detik, sumber ini juga dimanfaatkan oleh Swadaya Masyarakat Songgokerto. Pemanfaatan sumber ini oleh PDAM Batu untuk melayani : Desa Pesanggrahan dan sebagian Kel.
Ngaglik mengunakan pipa distribusi berdiameter O.2”, O.3” dan O.4” dengan jarak pelayanan sejauh 3.000 meter. Jumlah pelanggan yang dilayani oleh Sumber Kasinan sejumlah 584 sambungan rumah.
Sumber DARMI
36
Sumber ini terletak di Desa Oro oro ombo diketinggian 1.156 m (dpl) dengan kapasitas debit sebesar 37 Lt/det. Selain dimanfaatkan oleh PDAM Kota Batu sebesar 20 liter/detik sumber ini juga dimanfaatkan oleh Swadaya Masyarakat Oro-oro Ombo dan Tlekung. Pemanfaatan sumber ini oleh PDAM Batu untuk melayani 2 desa dan 2 kelurahan antara lain : Desa Oro oro ombo, Desa Tlekung, sebagian Kelurahan Temas dan Kelurahan Ngaglik dengan mengunakan pipa transmisi distribusi berdiameter O.3” , O.4” dan O.6” dengan jarak pelayanan sejauh 3.500 meter. Jumlah pelanggan yang dilayani oleh Sumber Darmi sejumlah 2.407 sambungan rumah.
4.2.2 Proses Pemeliharaan Dan Produksi 1.Bangunan Intake
Bangunan intake mata air di PDAM ini dibuat dari bahan beton yang melingkupi seluruh mata air. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya cemaran dari luar yang dapat merubah atau memperburuk kualitas air.
Gambar 4.3 Bangunan Intake Mata Air 2.Unit Disinfeksi
Proses Disinfeksi untuk mengolah mata air ini menggunakan gas klor dan kaporit. Penggunaan kaporit hanya dilakukan pada mata air. Sedangkan enam mata air lainnya menggunakan gas klor sebagai desinfektannya. Gas klor dilirkan melalui pipa dari tabung menuju ke bangunan intake.
37
Gambar 4.4 Pipa Proses Desinfeksi
Penggunaan kaporit sebagai disinfektan menyebabkan adanya timbulan limbah di mata air. Penggunaan ini dilakukan dengan cara melarutkan padatan CaOCl ke dalam air. Dalam kondisi setimbang reaksi kaporit dengan air merupakan reaksi bolak-balik, sehingga kaporit yang dilarutkan dapat membentuk endapan Ca(OH)2 atau endapan CaOCl. Terbentuknya endapan ini bergantung dari pH air.
Sehingga untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu jenis endapan yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil pengamatan pihak PDAM limbah kaporit yang dibuang begitu saja menyebabkan layunya pucuk tanaman singkong yang ditanam di area tersebut, selain itu juga menyebabkan matinya rumput di sekitar tempat pembuangan. Kondisi ini meyebabkan perlunya pemulihan kondisi tanah di sekitar tempat pembuangan. Salah satu cara pemulihan yang dapat dilakukan adalah dengan cara fitoremediasi, yaitu menggunakan media tanaman untuk membersihkan pencemar dari tanah.
38
Gambar 4.5 Kondisi Rumput di Sekitar Tempat Pembuangan Kaporit
Gambar 4.6 Kondisi Tanaman Singkong pada Tempat Pembuangan Kaporit Instalasi Pengolahan Air Sumber
Pengolahan air laut dilakukan di Kota Batu. Hal ini dilakukan karena daerah tersebut tidak memiliki sumber air tawar. Wilayah tersusun dari batuan gamping yang cenderung berongga sehingga menyebabkan mudahnya terjadi intrusi air. Hal ini menyebabkan sumber air di daerah tersebut bersifat payau dan keruh. Sehingga digunakan pengolahan terdiri dari beberapa rangkaian yang terdiri dari pengolahan pendahuluan atau pre-treatment dan pengolahan membran. Adapun rangkaian instalasi pengolahan unit adalah sebagai berikut:
1.Sumber
Sistem pengelolaan air ini dikenal dengan istilah Water Treatment. Ada beberapa tahap pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air tersebut bisa dikatakan layak untuk dipakai. Namun, tidak semua tahap ini diterapkan oleh masing-masing pengelola air, tergantung dari kualitas sumber airnya.
Sebagai contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground water), sistem pengelolaan airnya akan lebih sederhana dari pada yang sumber airnya berasal dari sumber air permukaan, seperti air sungai, danau atau laut.
Karena air yang berasal dari dalam tanah telah melalui penyaringan secara alami oleh struktur tanah itu sendiri dan tidak terkontak langsung dengan udara bebas yang mengandung banyak zat-zat pencemaran air.
Berbeda halnya dengan sumber air permukaan yang mudah sekali tercemar. Namun demikian air yang berasal dari dalam tanahpun akan jadi tercemar juga jika sistem penampungan dan penyalurannya tidak bagus.
39 2.Clarifier
Proses ini merupakan proses pre-treatment yang berguna untuk meringankan beban pengolahan RO. Pengolahan pada proses ini berupa proses pengadukan. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan padatan-padatan terlarut seperti mangan (syarat konsentrasi mangan dalam air yang dapat diolah dalam RO adalah kurang dari 5 mg/L) dengan cara membentuk flok. Pembentukan flok ini dibantu dengan penambahan senyawa kimia koagulan.
Gambar 4.7 Bak Clarifier 3.Bak sedimentasi
Setelah melalui bak clarifier air dialirkan ke dalam bak sedimentasi. Di dalam bak ini terjadi proses sedimentasi flok yang telah terbentuk pada proses sebelumnya. Pada bak sedimentasi ini dilengkapi dengan plate settler, hal ini berfungsi untuk mempercepat proses sedimentasi, sehingga ukuran bak dapat dibuat lebih kecil. Menurut pihak PUPR kondisi bak sedimentasi ini akan lebih baik apabila ditambahkan atap, karena jika kondisi temperatur tinggi flok-flok yang sudah terbentuk akan cenderung naik ke atas, sehingga menyulitkn proses sedimentasi.
Gambar 4.8 Bak Sedimentasi 4.Bak penampung
40
Bak penampung ini berfungsi untuk menampung air baku setelah melewati proses sedimentasi dan sebelum dialirkan ke unit pengolahan selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk menyamakan karakteristik dan debit air yang akan masuk ke membran, sehingga tidak terjadi fluktuasi debit yang dapat mempengaruhi kinerja membran.
Gambar 4.9 Kolam Penampung I
Pengolahan ini menggunakan alat berupa resin yang dibentuk seperti lingkaran karet, membran ini tersusun dari ribuan lingkaran resin. Jenis pengolahan yang terjadi di unit ini adalah pertukaran ion. Pertukaran ion terjadi antara ion-ion terlarut dalam air dengan ion yang terdapat pada resin. Jika ion yang ingin dipertukarkan adalah ion positif maka digunakan resin penukar kation, sedangkan jika ion yang ditukarkan adalah ion negative maka resin yang digunakan adalah resin penukar anion. Sebelum adanya pre-treatment pembersihan membran ini dilakukan cukup sering, yaitu seminggu sekali, namun setelah adanya pre-treatment pembersihan membran ini dapat dilakukan sebulan sekali. Pencucian media ini dilakukan dengan bahan kimia soda kaustik dan sodium meta bisulfit, selanjutnya membran dibilas dengan air.
41
Gambar 4.10 Membran Resin Penukar Ion 6.Membran ultrafiltrasi
Setelah melalui membran penukar ion air langsung dialirkan ke membrane ultrafiltasi. Membran ultrafiltrasi ini dapat menyaring molekul-molekul berukuran kecil seperti virus ataupun sel bakteri. Pada membran ini senyawa utama yang ingin disisihkan adalah mangan. Hal ini disebabkan karena syarat kandungan mangan sebelum masuk ke dalam membran reverse osmosis adalah 0,1 mg/L. Keberadaan mangan dapat mengganggu proses reverse osmosis karena menyebabkan terjadinya pengerakan pada membran.
Gambar 4.11 Membran Ultrafiltrasi 7.Bak penampung
Bak ini berfungsi untuk menampung air hasil olahan membran ultrafiltrasi sebelum akhirnya disalurkan ke membran reverse osmosis. Hal ini dilakukan untuk menyamakan karakteristik dan debit air yang akan masuk ke membran reverse osmosis, sehingga tidak terjadi fluktuasi debit yang dapat mempengaruhi kinerja membran.
42
Gambar 4.12 Bak Penampung II 8.Membran reverse osmosis
Pada membran ini terjadi proses desalinasi air laut. Membran ini dapat menahan ion-ion bermuatan satu ataupun lebih yang terkandung dalam air laut, yang sebagian besar berupa ion garam-garaman yang menyebabkan salinitas air tinggi. Ion-ion garam hanya dapat tersisihkan pada pengolahan reverse osmosis.
Membran reverse osmosis ini hanya beroperasi selama 7 jam sehari. Proses pencucian membran reverse osmosis ini menggunakan bahan kimia soda kaustik dan sodium metabisulfit.
Gambar 4.13 Membran Reverse Osmosis 9.Bak cleaning
Bak cleaning berfungsi sebagai tempat pencampuran bahan kimia yang akan digunakan dalam proses pembersihan. Bahan kimia yang digunakan adalah soda kaustik dan sodium meta bisulfit. Kedua jenis bahan kimia ini dapat meluruhkan residu-residu yang menempel pada membran sehingga menghindari membran dari clogging (penyumbatan). Pencampuran bahan kimia ini dilakukan dalam takaran tertentu.
43
Gambar 4.14 Bak Cleaning
Sisa bahan kimia hasil pencampuran yang dilakukan di bak cleaning ini disalurkan melalui pipa ke saluran drainase yang ada di tempat pengolahan SWRO.
Drainase ini kemudian akan terhubung langsung ke laut.
Gambar 4.15 Saluran Pembuangan Bak Cleaning 10.Reservoir
Reservoir ini berfungsi untuk menampung air hasil olahan sebelum dilakukan distribusi ke pelanggan.
11.Bak resapan
Bak resapan ini berfungsi untuk menampung lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi dan clarifier. Prinsip dari bak ini adalah lumpur akan terendapkan ke bawah sedangkan air bersih akan keluar melalui pipa outlet. Pipa outlet dari bak resapan ini mengalir langsung ke laut.
44
Gambar 4.16 Bak Resapan
Gambar 4.17 Diagram alir Proses pengolahan air PDAM kota Batu
a.Air sungai dialirkan melewati bak screen untuk memisahkan air dari sampah menuju bak homogenisasi.
b.Pada bak homogenisasi, air sungai dihomogenkan dengan cara diaduk dan ditambahkan kapur serta besi(II) sulfat untuk mengendapkan limbah logam-logam berat.
c.Pada bak koagulan, air sungai yang sudah bebas dari logam-logam berat ditambah tawas atau PAC untuk mengendapkan lumpur dan limbah anorganik lainnya.
Selanjutnya, air dialirkan ke dalam bak aeator.
45
d.Pada bak aerator, air sungai diaerasi untuk menghilangkan limbah organik (protein, karbohidrat, dan lemak) dengan memanfaatkan bakteri aerob. Pada bak aerator, udara dihembuskan ke dalam air selama lebih kurang 48 jam dan diberi pupuk untuk menyuburkan bakteri aerob (sistem lumpur aktif).
e.Setelah bebas dari limbah organik, air dipindahkan ke dalam bak sterilisasi. Pada bak ini, air dibersihkan dari bakteri yang merugikan dengan menambahkan kaporit.
Selanjutnya, air didistribusikan ke konsumen.
4.2.3 Data Kecelakaan Kerja
Dalam pengumpulan data kecelakaan kerja diperoleh berdasarkan pengamatan lansung atau observasi dan wawancara di perusahaan. Pengambilan data kecelakaan dilakukan pada bulan februari sampai dengan bulan maret 2020.
Tabel 4.1 Data kecelakaan dilihat setiap divisi
No. Setiap Divisi
Jumlah kecelakaan
kerja Total Februari Maret
1. Kasi Personalia 0 0 0
2. Kasi umum 14 10 24
3. Kasi pelanggan 0 0 0
4. Kasi parameter 0 0 0
5. Kasi kas & penagihan 0 0 0 6. Kasi perencanaan &
analisa keuangan
0 0 0
7. Kasi perencanaan teknik
0 0 0
8. Kasi produksi 3 2 5
9. Kasi distribusi 1 1 2
10. Kasi peralatan perbengkelan &
perawatan teknik
5 3 8
Total 23 16 39
46
Berikut ini adalah pengambilan data yang dilakukan pada bulan februari dan bulan maret. Dimana pada bulan februari terdapat kecelakaan kerja sebanyak 23 kali sedangkan pada bulan maret terdapat kecelakaan kerja sebanyak 16 kali. Data tersebut akan diuraikan menurut jenis kecelakaan dan akibatnya, diantaranya adalah kaki cidera, tulang kaki retak, tersandung, terpleset, mata terkena debu, tersayat, alergi, sesak nafas, dan batuk-batuk.
4.2.4 Area dan Jenis Kecelakaan Kerja
Berdasarkan hasil kecelakaan kerja pada PDAM Among Tirto Kota Batu maka menampilkan area dimana jenis kecalakaan kerja itu terjadi serta penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang dapat memberikan akibat dampak negatif di perusahaan yang mana dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 4.18 Jenis Kecelakaan Kerja di Bagian Umum
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa para pekerja pada divisi Umum tidak memakai alat pelindung diri APD, seperti sarung tangan guna melindungi tangan (bahaya) yang dapat menimbulkan luka, serta kacamata dan sepatu boot Berikut ini adalah tabel kecelakaan kerja akibat tanpa menggunakan APD atau mengabaikan APD:
47
Tabel 4.2 Jenis penyebab kecelakaan kerja di bagian divisi Umum
Gambar 4.19 Jenis Kecelakaan Kerja di Bagian Distribusi
Pada gambar diatas divisi produksi khususnya pada proses perbaikan para pekerja tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) sarung tangan ataupun alat pelindung diri seperti apron dada, serta masker sehingga dapat menghindari kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan yang kerap kali adalah mengganggu kesehatan para pekerja. Berikut ini adalah kecelakaan kerja yang terjadi pada divisi distribusi:
Tabel 4.3 Jenis penyebab kecelakaan kerja di bagian divisi Distribusi
Penyebab Kecelakaan Kerja Akibat Jumlah
kecelakaan kerja
Penyebab Kecelakaan Kerja Akibat Jumlah
kecelakaan kerja Tidak memakai sepatu boot Kaki cidera/ terluka 4 Lingkungan banyak bebatuan Tulang kaki retak 1
Lingkungan banyak bebatuan Tersandung 2
Lantai licin Terpeleset 8
Tidak menggunakan sarung tangan Alergi 3
Tidak menggunakan masker Sesak nafas 2
Tidak menggunakan masker Batuk-batuk 4
48
Tidak menggunakan sepatu pelindung Kaki cidera 1 Tidak memakai kaca mata Mata terkena debu 2
Tidak memakai sarung tangan Tersayat 2
Gambar 4.20 Jenis Kecelakaan Kerja di Bagian peralatan perbengkelan &
perawatan teknik
Pada gambar diatas divisi produksi khususnya pada proses perbaikan para pekerja tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) sarung tangan ataupun alat pelindung diri seperti apron dada, serta masker sehingga dapat menghindari kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan yang kerap kali adalah mengganggu kesehatan para pekerja. Berikut ini adalah kecelakaan kerja yang terjadi pada divisi distribusi:
Tabel 4.4 Jenis penyebab kecelakaan kerja di bagian divisi Kasi peralatan perbengkelan & perawatan teknik
Penyebab Kecelakaan Kerja Akibat Jumlah
kecelakaan kerja Tidak menggunakan sepatu pelindung Tersandung 1
Tidak memakai sepatu boot Terpeleset 1
Tidak memakai cream pelindung Alergi 2
Tidak menggunakan masker Sesak nafas 1
49
Lingkungan banyakbebatuan Batuk-batuk 3
Gambar 4.21 Jenis Kecelakaan Kerja di Bagian Produksi
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa para pekerja mengabaikan APD seperti masker, apron dada, dan sepatu boot guna mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi pada area divisi produksi.
Tabel 4.5 Jenis penyebab kecelakaan kerja di bagian divisi produksi Penyebab Kecelakaan Kerja Akibat Jumlah kecelakaan
kerja Tidak menggunakan sepatu
pelindung
Kaki cidera 1
Lingkungan banyakbebatuan Kaki tersandung
1
Berikut ini adalah data kcelakaan kerja untuk melihat dengan jelas dari jenis kecelakaan yang terlihat di setiap divisi sebagai penentu untuk perhitungan diagram pareto:
Data kecelakaan dilihat dari jenis kecelakaan
50
Tabel 4.6Data Kecelakaan Divisi
Jenis kecelakaan
Kasi distribusi
Kasi peralatan perbengkelan
& perawatan teknik
Kasi Umum
Kasi produksi
Total
Kaki cidera 1 0 4 1 6
Tulang kaki retak
0 0 1 0 1
Tersandung 0 1 2 1 4
Terpeleset 0 1 8 0 9
Mata terkena debu
2 0 0 0 2
Tersayat 2 0 0 0 2
Alergi 0 2 3 0 5
Sesak nafas 0 1 2 0 3
Batuk- batuk
0 3 4 0 7
Total 5 8 24 2 39
(Sumber: PDAM AMONG TIRTO)
Data kecelakaan kerja dari bulan Februari sampai bulan maret 2020. Data ini diperoleh dari informasi operator atau pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja dan juga beberapa informasi dari manager disetiap divisi. Pada kolom kecelakaan kerja yang dialami pekerja hingga mendapatkan perawatan di rumah sakit terdapat pada divisi Umum. Kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan meliputi kaki cidera, tulang kaki retak, tersandung, terpleset, mata terkena debu tersayat, alergi, sesak nafas, dan batuk-batuk.
51 4.3. Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data kecelakaan kerja di Perusahaan Daerah Air Minum maka untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan penyebab apa yang paling dominan menimbulkan kecelakaan kerja.
4.3.1 Diagram Pareto
Maka dilakukan perhitungan untuk membuat pareto diagram pada divisi area kandang sehingga dapat menentukan presentase kumulatif dari jumlah kecelakaan dan jenis kecelakaan. Perhitungan pareto diagram diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil, kemudian dijumlahkan secara kumulatif, seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Hasil perhitungan pareto diagram Jenis
Kecelakaa n
Rangking Jumlah kecelakaa
n
Frekuens i kumulati
f
Persentase total
Persentase kumulatif frekuensi
Terpleset 1 8 8 33% 33%
Kaki cidera
2 4 12 17% 50%
Batuk- batuk
3 4 16 17% 67%
Alergi 4 3 19 12% 80%
Tersandun g
5 2 21 8% 88%
Sesak nafas
6 2 23 8% 96%
Tulang kaki retak
7 1 24 4% 100%
Mata terkena debu
8 0 24 - -
Tersayat 9 0 24 - -
Total 24
52 Berikut ini adalah diagram pareto
terpeleset = jenis kecelakaan
total jumlah kecelakaan X 100 = 8
24 X 100 = 33%
Gambar 4.22 Diagram Pareto
Setelah dilakukan perhitungan pareto diagram di atas maka dapat dilihat pada gambar 4.21 bahwa prosentase kecelakaan pada divisi Umum diantaranya, terpleset mempunyai prosentase sebesar 33,3%, batuk-batuk dengan prosentase ,7%, kaki cidera memiliki prosentase 16,7%, alergi memiliki prosentase 12,5%, sesak nafas memiliki prosentase 8,3%, sedangkan tersandung memiliki prosentase ,8,kecelakaan terpleset. 3%. Dan prosentase frekuensi yang paling tertinggi adalah 33,3% pada jenis
Hal ini dapat dibuktiikan bahwa masih terdapat pekerja yang bekerja tanpa menggunakan alat pelindung diri. Mengenai fungsi dari alat pelindung diri tersebut, namun pekerja tetap enggan memakainya dengan alasan malas karena mengganggu kenyamanan bekerja, bahkan merasa bahwa jenis pekerjaan yang dilakukannya menurut para pekerja cukup aman sehingga tidak memerlukan alat pelindung diri.
Perusahaan ini tidak memiliki klinik yang diperuntukkan mengenai kecelakaan dan kesehatan kerja untuk menangani kecelakaan yang memerlukan pertolongan pertama dan jenis keceakaan yang tidak memerlukan penangana serius.
Sedangkan untuk penangan keceakaan kerja yang lebih serius, biasanya pekerja dibawa ke rumah sakit.
53
Untuk penyediaan perlengkapan P3K, perusahaan harus meletakkan perlengkapan P3K, hal ini dilakukan agar apabila terjadi kecelakaan dapat ditolong lebih dahulu sebelum korban kecelakaan dibawa kepoliklinik atau rumah sakit.
Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram
Cause and Effect Diagram ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Untuk penyebab faktor terjadinya kecelakaan akibat kerja didapat dari hasil wawancara dengan para pekerja dan pengamatan langsung pada perusahaan.
Gambar 4.23 Fishbone Diagram
Berdasarkan data yang didapatkan pada bagian area umum merupakan bagian yang paling banyak mengalami kecelakaan. Dari gambar fishbone diatas, parameter yang digunakan adalah manusia, lingkungan, material, managemen, dan metode. Dikarenakan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapang di perusahaan.
4.4 Job Safety Analysis
Dalam melaksanakan JSA (Job Safety Analysis) ini dapat membantu perusahaan daerah air minum untuk mengetahui bahaya yang ada ditempat kerja apa saja yang terjadi di perusahaan pada ruang lingkup pekerjaannya. Berikut ini adalah langkah dalam pengerjaan JSA:
54 4.4.1 Menentukan Job yang akan Dianalisis
Ada beberapa kriteria pekerjaan dijadikan sumber analisis yaitu berdasarkan tingkat kecelakaan yang tertinggi, dengan hasil perhitungan pareto. Dan melihat besarnya kecelakaan yang berada di setiap divisi dapat dilihat pada tabel 4.9 yang akan menjadi titik acuan dari hasil pententu job yang memiliki kecelakaan tertinggi di perusahaan. Berikut ini adalah tabel area kandang yang memiliki kecelakaan tertinggi:
4.4.2 Mengidentifikasi Bahaya
Proses pembuatan JSA ini paling mendasari adalah mengidentifikasi terhadap potensi-potensi bahaya yang berada pada area kandang untuk menentukan keterpaparan di setiap aktivitas pekerjaan. Dalam pengisisan identifikasi potensi bahaya yang ada di perusahaan milkindo ada beberapa faktor yang perlu diketahui diantaranya: faktor cara kerja serta faktor lingkungan.
Berikut ini adalah identifikasi di area kandang dengan jenis pekerjaannya.
Tabel 4.8 Daftar identifikasi bahaya di area lapangan pekerja N
o
Sumbe r Hazar
d
Jumlah Kecelakaa
n
Likelihood Consequence
1 Air 14 Lebih dari 1 kali dalam seminggu
Kehilangan kerja lebih dari sehari
2 Api 10 Lebih dari 1 kali perdua hari
Kehilangan kerja lebih dari tiga hari 3 Debu 12 Lebih dari 1 kali
perhari
Masih bisa bekerja pada shift dan hari yang sama 4 Alat
Kerja
3 Lebih dari 1 kali perbulan
Kehilangan kerja lebih dari setengah hari
55
Jumlah 39
4.4.3 Mengendalikan Bahaya
Setelah menentukan nilai likelihood dan concequences dari masingmasing sumber hazard, langkah berikutnya adalah mengalikan nilai likelihood dan concequences sehingga akan diperoleh tingkat bahaya/risk level pada risk matrix yang akan digunakan untuk melakukan perengkingan terhadap sumber hazard yang nantinya akan dilakukan rekomendasi perbaikan.
Tabel 4.9 Kriteria Likehood Likelihood
Level criteria Description
Kualitatif Semi kualitatif 1 Jarang terjadi Dapat dipikirkan
tetapi tidak hanya saat keadaan yang ekstrim
Terjadi 1 kali dalam 10 tahun
2 Kemungkinan Belum terjadi tapi bisa muncul atau terjadi
1 kali per 5 tahun atau 1 kali per tahun
3 Kecil Seharusnya terjadi
dan mungkin telah terjadi atau
muncul disini atau ditempat lain
Lebih dari 1 kali per tahun hingga 1 kali per bulan
4 Mungkin Dapat terjadi
dengan mudah, mungkin muncul dalam keadaan yang paling banyak terjadi
Lebih dari 1 kali per bulan
5 Kemungkinan Sering terjadi,
diharapkan
Terjadi 1 kali dalam 10 tahun
56
muncul dalam keadaan yang paling banyak terjadi
Sumber : UNSW Health and Safety, 2008
Tabel 4.10 Kriteria Consequences atau Severity Likelihood
Level criteria Description
Kualitatif Semi kualitatif 1 Tidak signifikan Kejadian tidak
memberikan kerugian atau cidera pada manusia
Tidak
menyebabkan kehilangan hari kerja
2 Kecil Menimbulkan
cidera ringan, kerugian kecil dan tidak
menimbulkan dampak terhadap kelangsungan bisnis
Masih dapat bekerja pada hari atau shift yang sama
3 Sedang Cidera berat dan
dirawat dirumah sakit,cacat tetap, kerugian financial sedang
Kehilangan hari kerja dibawah 3 hari
4 Berat Menimbulkan
cidera parah dan cacat tetap serta kerugian financial
Kehilangan hari kerja 3 hari atau lebih
57
besar yang menimbulkan dampak terhadap kelangsungan bisnis
Berikut ini adalah Tabel 4.4 yang berisi tentang perengkingan resiko yang ditentikan berdasarkan kriteria likelihood, consequences dan data kecelakaan kerja.
Tabel 4.11 Identifikasi Pengendalian Risiko dan Penilaian Tingkat Bahaya N
o
Sumber bahaya
penyebab akibat Nilai Tingk
at resiko L C
DIVISI UMUM
1 Batu Tidak memakai sepatu boot
Kaki cidera/ terluka 5 3 15
2 Batu Lingkungan banyak bebatuan
Tulang kaki retak 5 2 10
3 Batu Lingkungan banyak bebatuan
Tersandung
4 Air Lantai licin Terpeleset 5 3 15
5 Bahan Kimia
Tidak menggunakan sarung tangan
Alergi 5 2 10
6 Asap dari pembakar an las
Tidak menggunakan masker
Sesak nafas 4 2 8
7 Asap dari pembakar an las
Tidak menggunakan masker
Batuk-batuk
DIVISI DISTRIBUSI
8 Batu Tidak menggunakan sepatu pelindung
Kaki cidera 5 3 15
58 9 Api Tidak memakai kaca
mata
Mata terkena debu 5 3 15
10 Bahan kimia
Tidak memakai sarung tangan
Tersayat 5 3 15
DIVISI KASI PERBENGKELAN & PERAWATAN TEKNIK 10 Alat kerja Tidak menggunakan
sepatu pelindung
Tersandung 3 2 6
11 Alat kerja Tidak memakai sepatu boot
Terpeleset 5 3 15
12 Matahari Tidak memakai cream pelindung
Alergi 5 3 15
13 Asap dari pembakar an las
Tidak menggunakan masker
Sesak nafas 5 3 15
14 Debu saat mengamp las
Lingkungan banyakbebatuan
Batuk-batuk 3 2 6
DIVISI PRODUKSI 16 Bahan
Serbuk
Tidak menggunakan masker
Gangguan
pernapasa n, batuk dan inspeksi paru- paru
5 2 10
17 Matahari Tidak menggunakan kacamata pelindung
Mata infeksi karena cat mengenai mata
5 3 15
18 Matahari Tidak menggunakan sarung tangan dan pelindung wajah
Infeksi kulit kemerahan dan gatalgatal
5 3 15
Keterangan :
L : Kriteria Likelihood (L)
59 : Kriteria Severity and Consecuences (C)
Gambar 4.24 Penilaian Risiko dilakukan menggunakan Matriks Risiko
penilaian L x C kemudian di dapat jumlah tingkat risiko seperti pada tabel Rating Rangking Matriks dibawah ini :
Setelah menentukan nilai likelihood dan concequences dari masingmasing sumber bahaya, maka selanjutnya adalah mengalikan nilai
Sumber : UNSW Health and Safety, 2008 Keterangan :
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data identifikasi pengendalian risiko dan penilaian tingkat bahaya yang di dapat dari hasil wawancara pekerja dan data dari perusahaan didapat data analisa risiko yang a an risiko rendah. Data dari ke 4 klaster risiko ini didapat dari likehood dan concequences sehingga akan diperoleh tingkat bahaya/risk level pada risk matrix yang nanti akan digunakan acuan untuk melakukan rekomendasi perbaikan apa yang baik sesuai dengan permasalahan yang ada.
Penilaian resiko dilakukan menggunakan Matrix Risiko seperti pada Tabel 4.9
60
Tabel 4.12 Rating Rangking Matriks
SKALA CONCEQUENCES KEPARAHAN)
LIKELIHOOD (KEMUNGKINAN)
1 2 3 4 5
5
a. Memar dan
tersandung besi pada pemilihan bahan b. Gangguan pernapasan, batuk dan infeksi parupada proses pengecatan c. Memar dan
tersandung besi pada proses pemilihan bahan
a. Tidak memakai sepatu boot Kaki cidera/
terluka
b. Lingkungan banyak bebatuan Tulang kaki retak
c. Tidak menggunakan masker Gangguan pernapasa n, batuk dan inspeksi paru-paru d. Tidak menggunakan kacamata pelindung Mata infeksi karena cat mengenai mata e. Mata Infeksi akibat Sinar las pada proses pemotongan besi
f. Jari tangan terluka pada proses pembentukan g. Terkena luka bakar akibat percikan api pada proses gerinda
h. Gangguan pernapasan, batuk dan infeksi paru-paru pada proses gerinda
i. Mata infeksi akibat sinar las pada proses gerinda
j. Mata infeksi karena zat kimia mengenai mata pada proses pengecatan
k. Infeksi kuli kemerahan dan gatal-gatal pada proses pengecatan
4 a. Gangguan pernafasan, batuk dan infeksi paru-paru pada proses pengukuran
3
a.Jari tangan tergores pada proses pembersihan kerosi pada besi
b.Mata infeksi akibat serpihan saat mengamplas pada proses pengamplasan
2
1