• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi "Nyadran"" dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi "Nyadran"" dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Upacara nyadran memiliki potensi sebagai salah satu dari tradisi Jawa yang masih kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa satu bulan sebelum puasa (bulan Ruwah). Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 20 anak menunjukan bahwa 78% anak tidak mengetahui tatacara pelaksanaan upacara nyadran dan 82% anak memerlukan buku yang berisi informasi tentang upacara nyadran. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menyusun prototipe buku cerita anak tentang nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan dari sepuluh langkah R&D meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak yang berisi tentang tatacara pelaksanaan upacara nyadran. Prototipe divalidasi oleh seorang ahli psikologi pendidikan dengan skor 3.3 yang berarti “sangat baik”. Prototipe buku cerita berisi tentang penjelasan arti dari upacara nyadran, tatacara upacara nyadran, dan nilai-nilai yang erkandung dalam upacara tersebut yang ada kaitannya dengan karakter kebangsaan.

Ujicoba terbatas dilakukan peneliti di SD Kanisius Kentheng yang beralamatkan di Kentheng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo kepada 10 anak berumur 9-11 tahun. dari hasil rekap kuesioner ujicoba, peneliti mendapatkan data 95.6% anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

(2)

ABSTRACT

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Children Book Prototype Development About Nyadran Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University.

The existing potential is nyadran ceremony is one of the Javanese tradition that is still often done by the Java community one month before Lent (Ruwah month). The problem that research get from questionnaires distributed to 20 children showed that 78% of children do not know the procedure for the nyadran ceremony and 82% of children need books that contain information about the nyadran ceremony. Therefore, researchers do research to develop a prototype development of a children's book about nyadran in the context of national character education.

The prototype of this children's story book using the six-step development include: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) the design of the product, 4) the validity of the design, 5) revision of the design, 6) product trials. The purpose of this study is to develop a prototype of a children's book that contains procedures shall nyadran ceremony. The prototype validated by an expert in educational psychology with a score of 3.3, which means "very good". Prototype story book contains explanations of the meaning of the nyadran ceremony, nyadran ceremonial procedures, and values contained in the ceremony were nothing to do with national character.

Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school that addresses at Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. The result of general reflection showed that 95,6% the children had already understood the values within nyadran tradition.

(3)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Andro Kurniawan Rakasiwi NIM: 121134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK

TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Andro Kurniawan Rakasiwi NIM: 121134077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan atas selesainya skripsi ini. banyak pihak yang turut membantu dan mendukung secara langsung maupun secara tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini, untuk itu dengan senang hati saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberikan karunia Roh Kudus berupa kekuatan, kesabaran, kesehatan, dan selalu melimpahkan kasih-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi, Bapak Hribertus Parjio dan Ibu Valentina Minarsih, S.Pd yang dengan tulus mencintai dan menyayangi saya, selalu memberikan semangat, dorongan, nasihat, doa, bimbingan, dan berjuang tanpa pamrih untuk mempersiapkan masa depan saya.

3. Kakek dan nenek yang saya cintai dan sayangi, Bapak Atmowinurejo dan Ibu Ngatinem, yang selalu memberikan nasihat dan dorongan semangat kepada saya.

4. Maria Septi Hayuadhine, wanita yang dapat menjadi teman, sahabat, kakak, dan konsultan dari setiap masalah yang saya hadapi.

5. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat bagi saya.

6. Teman-teman satu payung, yang selalu saling mendukung, saling berbagi pengalaman, dan keceriaan selama proses pembuatan skripsi ini.

(8)

v

MOTTO

“Banyak hal yang seringkali tampak mustahil, kita baru yakin apabila kita mengerjakan semuanya dengan niat dan

baik”

(Andro Kurniawan Rakasiwi)

“Lakukan yang ternaik hari ini untuk sebagai jaminan di masa yang akan datang”

(Mattew Tuck)

“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri akan apa yang telah kita miliki, tetapi menyesali akan apa yang belum kita

capai”

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juli 2016 Peneliti,

(10)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Andro Kurniawan Rakasiwi

Nomor Mahasiswa : 121134077

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 23 Juli 2016

Yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Upacara nyadran memiliki potensi sebagai salah satu dari tradisi Jawa yang masih kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa satu bulan sebelum puasa (bulan Ruwah). Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 20 anak menunjukan bahwa 78% anak tidak mengetahui tatacara pelaksanaan upacara nyadran dan 82% anak memerlukan buku yang berisi informasi tentang upacara nyadran. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menyusun prototipe buku cerita anak tentang nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan dari sepuluh langkah R&D meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak yang berisi tentang tatacara pelaksanaan upacara nyadran. Prototipe divalidasi oleh seorang ahli psikologi pendidikan dengan skor 3.3 yang berarti “sangat baik”. Prototipe buku cerita berisi tentang penjelasan arti dari upacara nyadran, tatacara upacara nyadran, dan nilai-nilai yang erkandung dalam upacara tersebut yang ada kaitannya dengan karakter kebangsaan.

Ujicoba terbatas dilakukan peneliti di SD Kanisius Kentheng yang beralamatkan di Kentheng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo kepada 10 anak berumur 9-11 tahun. dari hasil rekap kuesioner ujicoba, peneliti mendapatkan data 95.6% anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

(12)

ix ABSTRACT

Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Children Book Prototype Development About Nyadran Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University.

The existing potential is nyadran ceremony is one of the Javanese tradition that is still often done by the Java community one month before Lent (Ruwah month). The problem that research get from questionnaires distributed to 20 children showed that 78% of children do not know the procedure for the nyadran ceremony and 82% of children need books that contain information about the nyadran ceremony. Therefore, researchers do research to develop a prototype development of a children's book about nyadran in the context of national character education.

The prototype of this children's story book using the six-step development include: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) the design of the product, 4) the validity of the design, 5) revision of the design, 6) product trials. The purpose of this study is to develop a prototype of a children's book that contains procedures shall nyadran ceremony. The prototype validated by an expert in educational psychology with a score of 3.3, which means "very good". Prototype story book contains explanations of the meaning of the nyadran ceremony, nyadran ceremonial procedures, and values contained in the ceremony were nothing to do with national character.

Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school that addresses at Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. The result of general reflection showed that 95,6% the children had already understood the values within nyadran tradition.

(13)

x PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunia, dan kasih-Nya yang berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA

ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS

PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN.” Penyusun skripsi ini menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Atas peran tersebut, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti,S.Si, M. Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krisandi, SS.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD. 4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang

telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

6. Emanuel Sulistya Asmara, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kenteng yang telah memberikan ijin untuk melakukan uji coba produk serta dukungan selama proses pelaksanaan penelitian di SD tersebut. 7. Para dosen selaku ahli yang telah memberikan kontribusi dalam

penelitian ini.

8. Para siswa siswi SD Kanisius Kenteng, khususnya siswa siswi kelas 4 yang telah bekerja sama dengan baik selama proses penelitian.

9. Kedua orang tuaku, Heribertus Parjio dan Valentina Minarsih yang selalu mendukung dalam bentuk apapun.

(14)

xi

11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari jika penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap, semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 23 Juli 2016 Peneliti,

(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .. ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

2.1.1.2 Macam-Macam Tradisi Jawa... 9

2.1.2 Nyadran ... 12

2.1.2.1Tujuan Upacara Nyadran ... 12

2.1.2.2Tatacara Upacara Nyadran ... 13

2.1.2.3Nilai-Nilai Nyadran ... 15

2.1.2.4 Perlengkapan Upacara Nyadran ... 15

2.1.3Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 16

2.1.3.1Pengertian Karakter ... 16

2.1.3.2Karaker Kebangsaan ... 17

2.1.3.3Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 19

2.1.4 Buku Cerita Anak ... 21

2.1.4.1Hakekat buku Cerita Anak ... 21

2.1.4.2Tujuan Buku Cerita Anak ... 21

2.1.4.3Macam-macam Bentuk Buku Cerita Anak ... 22

(16)

xiii

2.1.5.1Psikologi Perkembangan Anak ... 23

2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 ... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 30

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ………...…... 32

3.1 Jenis Penelitian …. ... 32

3.2Setting Penelitian …. ... 33

3.2.1 Tempat penelitian ... 33

3.2.2 Subjek Penelitian ... 33

3.2.3 Objek Penelitian ... 33

3.2.4Waktu Penelitian ... 33

3.3 Prosedur Pengembangan ... 33

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 36

3.3.2 Pengumpulan Data ... 36

3.3.3 Desain Produk ... 36

3.3.4 Validasi Desain ... 37

3.3.5 Revisi Desain ... 37

3.3.6 Uji Coba Produk ... 37

3.4 Uji Coba Produk ... 38

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Proses Pengembangan ... 44

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 44

4.1.1.2 Pengumpulan Data ... 45

4.1.1.3 Desain Produk ... 48

4.1.1.4 Validasi Desain ... 50

4.1.1.5 Revisi Desain ... 52

4.1.1.6 Uji Coba Produk ... 52

4.1.2. Deskripsi Kualitas Prototipe ... 54

4.2 Pembahasan ... 56

4.3 Kelebihan dan Kekurangan ... 59

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Keterbatasan ... 59

5.3 Saran ... 59

(17)

xiv

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi lembar Kuesioner Pra Penelitian ... 41

Tabel 3.3 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 43

Tabel 3.4 Hasil Interval Skala 1-4... 43

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Kebutuhan Anak... 46

Tabel 4.2 Hasil Validasi Prototipe oleh Ahli Psikologi ... 51

Tabel 4.4 Saran Validator Ahi Psikologi ... 52

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan ... 29

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono ... 35

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 36

Gambar 4.1 Sketsa awal ... 49

Gambar 4.2 Perbaikan oleh ahli lukis dan grafis ... .50

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

a. Pedoman Wawancara...66 b. Hasil wawancara...67 Lampiran 2

a. Kisi-kisi Kuesioner Pra Penelitian...68 Lampiran 3

a. Kuesioner Uji Coba Produk...69 Lampiran 4

a. Surat Ijin Pra Penelitian di SD Negeri Tegalrejo 2...83 b. Surat Ijin Uji Coba Produk di SD Kanisius Kenteng...84 Lampiran 5

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan tradisi, salah satunya

adalah tradisi Jawa. Tradisi Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa yang

sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat Jawa

merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya,

dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus bisa mengetahui

warisan budaya luhur (Sunjata, 2013:73). Upacara tradisi dalam masyarakat Jawa

contohnya ruwatan, nyadran, sekaten, nglarung, suro, bekakak, dan lain-lain. Dari

sekian banyak upacara tradisi tersebut, masing-masing memiliki maksud dan tujuan

yang berbeda-beda, bagitupun juga tatacara dari maisng-masing upacara tradisi

yang juga berbeda-beda. Namun, kebanyakan dari upacara tradisi yang ada dalam

masyarakat Jawa bertujuan untuk mengucapkan syukur kepada sang Pencipta.

Dari sekian banyak tradisi yang ada dalam masyarakat Jawa, peneliti mengangkat

salah satu upacara tradisi yaitu nyadran. Nyadran adalah upacara adat yang

bertujuan untuk mendoakan dan menghormati arwah leluhur. Upacara nyadran

dilaksanakan pada bulan ruwah dalam kalender Jawa atau sebelum menjelang bulan

(22)

2

tidak dalam satu hari, namun dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap

pertama diawali dengan besik atau kegiatan membersihkan makam yang dilakukan

di makam leluhur atau sanak saudara, besik dilaksanakan secara serempak oleh

warga masyarakat. Rangkaian upacara nyadran yang selanjutnya adalah kenduri

yang dilaksanakan satu hari setelah acara besik, kenduri ini dilaksanakan di salah

satu rumah yang dianggap sebagai sesepuh dusun ataupun juga dilaksanakan di

pemakaman. Dalam melaksanakan kenduri ini, masing-masing warga menyiapkan

makanan yang telah ditentukan sebelumnya, makanan yang dibawa beraneka

ragam, ada yang berupa jajanan pasar, buah-buahan, nasi kenduri, dan lain-lain.

Makanan yang menjadi cirikhas dalam tradisi ini adalah apem, ketan, kolak,

ingkung dan tumpeng. Makanan yang dibawa oleh warga selanjutnya didoakan oleh

sesepuh desa dan dimakan bersama-sama.

Upacara nyadran merupakan tradisi yang erat dengan budaya Jawa, namun

berdasarkan hasil pengamatan, peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan

buku yang berisi cerita maupun penjelasan mengenai upacara nyadran. Kesulitan

peneliti dalam mendapatkan buku ini dikarenakan masyarakat Jawa merupakan masyarakat dengan budaya “tutur” (budaya mulut ke mulut), sehingga sulit

menemukan buku yang berisi penjelasan maupun cerita terkait upacara nyadran.

Peneliti melihat bahwa di dalam tradisi nyadran terkandung nilai-nilai luhur

bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang menjadi acuan bagi bangsa Indonesia adalah

Pancasila yang juga berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

Pendidikan karakter kebangsaan adalah sebuah usaha sadar yang dilakukan oleh

(23)

pembudayaan peserta didik guna pembangun karakter pribadi dan/atau kelompok

yang khas–baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan

perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni

olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik

Indonesia, 2010: 28). Olah hati merupakan segala sesuatau yang berkaitan dengan

ketaqwaan terhadap Tuhan, hal ini ditunjukan dengan berdoa guna memohon

pengampunan atas semua dosa-dosa para leluhur. Olah raga/kinestetika merupakan

segala kegiatan yang berkaita dengan aktifitas fisik, hal ini terlihat saat kegiatan

membersihkan makam (besik), masyarakat secara bergotong royong dan saling

kooperatif. Olah rasa ditunjukan saat bekerjasama dalam membersihkan

lingkungan makam (besik) dan mengandung nilai saling menghargai dan

menghormati orang yang lebih tua dengan bersilahturahmi(Bakdan).

Upacara nyadran memiliki nilai-nilai karakter kebangsaan dan digunakan

sebagai sarana penghormatan terhadap arwah leluhur, namun dewasa ini, banyak

anak-anak yang kurang memahami dan belum mengerti tentang upacara nyadran.

Dari hasil wawancara kepada empat anak yang masih duduk di bangku sekolah

dasar, didapatkan data bahwa tiga anak yang diwawancarai tidak mengetahui sama

sekali mengenai upacara nyadran, sedangkan satu anak yang lain mengetahui

upacara nyadran merupakan upacara yang bertujuan untuk membersihkan makam.

Untuk memperkuat data peneliti menyebarkan kuesioner guna memperoleh data

pemahaman anak mengenai upacara nyadran. Kuesioner disebarkan di SD Kanisius

Kenteng yang beralamatkan di Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo.

(24)

Berdasarkan penyebaran kuesioner tersebut diperoleh hasil bahwa sebanyak 60%

siswa tidak mengetahui upacara nyadran, 78% siswa tidak mengetahui tatacara

pelaksanaan upacara nyadran, dan sebanyak 82% siswa membutuhkan buku yang

berkaitan dengan upacara nyadran.

Berdasarkan data di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian

pengembangan yang berupa prototipe buku cerita bergambar. Jenis penelitian ini

merupakan Research and Development (R&D) dengan judul: “Pengembangan

Prototipe Buku Cerita Anak tentang Nyadran dalam Konteks Kerakter Kebangsaan”. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dan produk berupa

prototipe buku cerita anak dengan tema nyadran.

Belum pernah ada produk berupa buku cerita bergambar mengenai upacara

tradisi nyadran. Peneliti membuat produk yang berupa prototipe ini dengan tujuan

memperkenalkan anak pada upacara tradisi atau budaya nyadran sebagai salah satu

sarana untuk melakukan penghormatan dan doa pada arwah leluhur.

1.2.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap rumusan

masalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang

tradisi nyadran dalam konteks karakter kebangsaan?

1.2.2. Bagaimana kualitas prototipe dapat membantu anak mengerti tatacara

(25)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1. Mengetahui prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang

tradisi nyadran dalam konteks karakter kebangsaan.

1.3.2. Mendeskripsikan kualitas prototipe yang dapat membantu anak mengerti

tatacara upacara nyadran mengandung nilai pendidikan karakter kebangsaan.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Bagi anak

Anak dapat memahami makna tradisi nyadran berkaitan dengan pendidikan

karakter kebangsaan. Anak dapat ikut ambil bagian dalam melaksanakan

upacara tradisi nyadran.

1.4.2. Bagi peneliti

Membantu peneliti melakukan penelitian pengembangan dan membuat

produk dalam upaya pelestarian tradisi nyadran.

1.4.3. Bagi masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa tetap melaksanakan upacara nyadran untuk pelestarian

budaya dan sarana mendoakkan arwah para leluhur.

1.5.Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

(26)

1.5.2. Buku cerita terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 20 gambar

berwarna yang berisi tiga kegiatan utama upacara nyadran (besik, kenduri,

dan bakdan), pertanyaan refleksi untuk megatahui seberapa jauh

pamahaman anak terkait tatacara upacara nyadran, daftar pustaka,

glosarium, dan biografi penulis.

1.5.3. Kata pengantar dalam prototipe berisi penjelasan tentang tahapan tradisi

nyadran yang terdiri dari tiga kegiatan utama (besik, kendurenan, bakdan).

1.5.4. Adanya refleksi di akhir buku untuk menggali pemahaman anak setelah

membaca buku cerita tersebut

1.6.Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1.6.1. Prototipe

Prototipe adalah produk sederhana berupa sebuah buku yang belum

dicetak dan dipublikasikan secara luas, produk ini juga belum didaftarkan

secara resmi sehingga sang penulis belum memiliki hak cipta atas produk

dan karya tulis yang dia buat

1.6.2. Anak usia 9-11 tahun

Anak dalam tahap operasional konkret dan dalam masa bermain dan

mengeksplor seluruh kemmpuannya melalui kegiatan-kegiatann yang

menarik perhatian.

(27)

Sebuah buku yang berisikan cerita mengenai suatu hal yang didalamnya

memuat gambar yang menarik untuk anak-anak.

1.6.4. Nyadran

Nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi

masyarakat jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan

puasa dan bertujuan menghormati dan mendoakan leluhur yang telah

meninggal.

1.6.5. Pendidikan karakter kebangsaan

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas,

baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan

perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah

(28)

8 BAB II LANDASAN TEORI

Peneliti akan membahas mengenai landasan teoritis, penelitian yang relevan,

kerangka berpikir, dan hipotesis pada bab II ini. Keempat hal tersebut akan

diuraikan sebagai berikut.

2.1.Kajian Teori

Landasan teoritis merupakan acuan yang digunakan peneliti dalam membuat

prototipe buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nyadran. Teori-teori yang

digunakan merupakan definisi dan hasil analisa pakar yang telah ahli dibidangnya.

Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1.Tradisi Jawa

Tradisi Jawa ini akan menguraikan tentang arti tradisi Jawa, macam-macam

tradisi Jawa, ruwatan.

2.1.1.1. Arti tradisi Jawa

Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang diturunkan dari nenek moyang,

yang selanjutnya dijalankan oleh masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

2008:645). Sejalan dengan itu, tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dari

nenek moyang yang sampai sekarang dijalankan oleh masyarakat, tradisi

merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan

yang paling baik dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1208). Tradisi

(29)

yang sampai sekarang masih dipertahankan dan diberdayakan secara

turun-temurun, karena upacara adat merupakan kegiatan pewarisan niai-nilai dari satu

generasi ke generasi berikutnya, warisan budaya leluhur akan diketahui generasi

muda apabila terus dilestarikan (Sunjata, 2013:73). Sependapat dengan itu, upacara

adat merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga

masyarakat dengan tujuan bersyukur dan mencari keselamatan secara

bersama-sama (Soepanto dalam Sunjata, 2013:76). Upacara adat juga merupakan salah satu

budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya,

selain itu upacara adat juga merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari generasi

kegenerasi selanjutnya atau secara turun temurun (Sulistyobudi, Sulistyobudi, dkk,

dan Sujarno, 2013:73).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tradisi atau

upacara adat merupakan sebuah sarana guna mengucapkan syukur kepada Tuhan

dan memohon keselamatan kepada-Nya. Pada umumnya, tradisi atau upacara adat

Jawa bertujuan untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang dilakukan dengan

tatacara tertentu yang mengandung nilai luhur.

2.1.1.2. Macam-macam tradisi Jawa

Jawa sangat kaya akan tradisinya berikut ini merupakan beberapa tradisi yang

ada di Jawa:

1. Ruwatan

Ruwatan berasal dari kata lukat yang memiliki arti menghapus, membebaskan,

dan membersihkan (Herawati, 2010;2). Ruwatan berasal dari kata ruwat, rumuwat,

(30)

dari hal-hal yang tidak baik (Subalidinata dalam Sulistyobudi, dkk, 2013:4). Dari

pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ruwatan adalah sebuah upacara

tradisi masyarakat Jawa yang telah dilaksanakan secara turun temurun guna

membebaskan seseorang dari pengaruh jahat atau marabahaya.

Tradisi ruwatan yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari

marabahaya dilaksanakan dalam beberapa langkah atau tata cara sebagai berikut, 1)

siraman atau memandikan orang yang diruwat sebagai tanda dibersihkannya orang

tersebut dari segala yang jahat, 2) pertunjukan wayang kulit dengan lakon

Murwakala sebgai acara inti dalam tradisi ruwatan, 3) acara srah-srahan yang

dilaksanakan dengan memotong rambut orang yang diruwat, 4) tirakatan yang

dilaksanakan oleh sanak saudara dan masyarakat yang turut ambil bagian dalam

melaksanakan upacara tradisi ruwatan. Sebagai salah satu tradisi yang masih

berjalan, ruwatan juga memiliki nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya,

beberapa diantaranya adalah gotong royong yang terlihat pada saat semua

masyarakat bekerjasama dalam mempersiapkan segala sesuatu terkait upacara

ruwatan, dan juga nilai spiritual manakala orang yang diruwat dimohonkan doa

kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari segala marabahaya dalam

hidupnya (Sulistyobudi, dkk, 2013:51-58).

2. Nyadran

Upacara tradisi nyadran merupakan rangkaian kegiatan adat yang dilakukan

oleh msyarakat Jawa guna menghormati arwah leluhur yang telah meninggal dunia

(Herawati, 2010:25). Upacara tradisi nyadran dilaksanakan pada bulan Ruwah

(31)

mendoakan para leluhur yang telah meninggal agar dihapuskan segala

dosa-dosanya. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan dalam melaksanakan upacara

tradisi nyadran: 1) besik yang dilaksanakan di area pemakaman, besik adalah

kegiatan membersihkan makam dengan menggunakan cangkul, sabit, sapu, dan lain

sebagainya. 2) kenduri yang dilaksanakan di makam ataupun di rumah salah satu

tetua adat. 3) silaturahmi yang dilaksanakan guna memohon maaf bagi orang yang

lebih muda kepada yang lebih tua.

3. Nglarung

Upacara tradisi nglarung merupakan salah satu tradisi Jawa yang dilakukan

sebagai bentuk ucapan syukur atas hasil panen laut yang diberikan. Selain itu

upacara tradisi nglarung juga merupakan sarana persembahan kepada penguasa laut

selatan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul (Sulistyobudi, Sunjata, dkk; 2013: 89). Tata

pelaksanaan upacara tradisi ngalrung melibatkan banyak pihak, mulai dari nelayan,

masyarakat sekitar pesisir pantai, hingga abdi dalem kraton. Tata pelaksanaan

upacara tradisi ngalrung adalah sebagai berikut: 1) menyiapkan segala sesaji yang

terdiri ari makanan (salah satunya tumpeng dan sego golong yang melambangkan

ppengharapan) yang nantinya akan dibawa menuju laut guna dipersembahkan

kepada penguasa laut Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul. Sesaji dibawa menuju tempat

yang telah disediakan. 3) sambutan dari beberapa pihak terkait upacara tradisi

ruwatan sebagai sarana memanjatkan puji dan syukur dan doa agar upacara berjalan

dengan lancar. 4) membagikan sego wuduk kepada semua tamu yang hadir. 5) doa

(32)

ke laut. 6) setelah doa selesai, semua sesaji dilarung ke laut dengan harapan panen

laut akan tetap melimpah dan kelestarian laut tetap terjaga.

Terdapat banyak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam upacara tradisi

nglarung, diantaranya adalah nilai gotong royong yang terlihat ketika seluruh

masyarakat secara bergotong royong membersihkan area pesisir pantai, memasang

tarub, dan pada saat msyarakat mendorong perahu berisi sesaji untuk dilarung

(Sulistyobudi, dkk, 2013:110). Upacara tradisi nglarung berkaitan erat dengan nilai

spiritual yaitu sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

hasil dan segala rahmatnya yang telah dilimpahkan, selain itu juga untuk memohon

keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani hidup (Sulistyobudi, dkk,

2013:111).

Dari ketiga upacara tersebut, peneliti akan membahas mengenai upacara

nyadran sebagai salah satu hasil budaya yang masih dipertahankan sampai

sekarang.

2.1.2.Nyadran

Pada bagian ini akan dibahas tentang tujuan upacara nyadran, tata upacara

dalam nyadran, perlengkapan yang ada dalam upacara nyadran, dan nilai-nilai yang

terkandung dalam upacara nyadran.

2.1.2.1. Tadisi Nyadran

Upacara tradisi nyadran merupakan rangkaian upacara adat yang telah menjadi

tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan bulan Ruwah sebelum bulan puasa

(33)

suwah (pembukaan nyadran), 17 ruwah (sadranan pitulasan), 21 Ruwah (sadranan

selikuran), 23 suwah (sadranan telulikuran), dan yang terakhir tanggal 25 suwah

(sadranan selawean). Upacara nyadran dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan

terhadap arwah leluhur yang telah meninggal (Herawati, 2013: 25). Sejalan dengan

pendapat tersebut, tujuan dari upacara nyadran adalah untuk mengingatkan

manusia akan kematian sehingga manusia dapat menyehatkan jiwa dan kesadaran

manusia karena adanya kekuatan psikologis untuk meneguhkan kembali jati diri

dan identitas kita sebagai manusia (Prasetyo, 2010: 6).

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa upacara nyadran

merupakan upacara adat yang dilaksanakan untuk mendoakan arwah para leluhur

agar diampuni segala dosanya, dengan adanya upacara nyadran kita juga diingatkan

untuk lebih menghargai hidup sebelum pada akhirnya kita dihadapkan kepada

kematian. Upacara nyadran juga menjadi sarana pengenalan leluhur dan sanak

keluarga yang telah meninggal kepada generasi berikutnya sehingga tercipta

persaudaraan dan kerukunan antar sanak keluarga.

2.1.2.2. Tata Cara

Upacara nyadran diawali dengan acara besik, yaitu kegiatan membersihkan

makam leluhur dan sanak keluarga di pemakaman dengan menggunakan cangkul,

sabit, sapu, dan lain sebagainya, besik dilaksanakan secara serempak oleh

masyarakat secara gotong royong. Setelah selesai melaksanakan besik,

masing-masing keluarga yang melakukan ziarah kubur berdoa di depan makam leluhur

ataupun sanak keluarga dengan permohonan agar segala dosa dari para leluhur

(34)

makan menaburkan bunga di atas makam leluhur, bunga yang ditaburkan terdiri

dari bunga kanthil, mawar, dan melati. Tabur bunga ini dilakukan sebagai tanda

penghormatan terhadap arwah leluhur karena masyarakat Jawa mempercayai

bahwa arwah orang yang telah meninggal akan senang bila diberikan wewangian.

Seusai semua acara yang dilaksanakan di area pemakaman terlakasana acaranya

yang selanjutnya adalah kenduri. Kenduri dilaksanakan satu hari setelah acara

besik, kenduri bisa dilaksanakan di area pemakaman ataupun di rumah salah satu

warga yang dianggap sesepuh desa. Kenduri merupakan acara bertukar makanan

yang dibawa masyarakat dari rumah masing-masing. Makanan yang dibawa oleh

masyarakat beraneka macam seperti jajanan pasar, buah-buahan, sayur masak, dan

lain sebagainya. Setelah seluruh masyarakat hadir dan mengumpulkan makanan,

acara selanjutnya adalah doa yang dipimpin oleh sesepuh desa, doa dilaksanakan

secara kushyuk dengan permohonan agar yang telah meninggal diterima di sisi-Nya

dan keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan rahmad dan kerukunan. Yang

menjadi acara puncak dalam pelaksanaan upacara radisi nyadran ialah silaturahmi

yang dilaksanakan dengan saling berjabat tangan, silaturahmi dilakukan oleh orang

muda kepada yang lebih tua guna memnta maaf atas semua kesalahan yang pernah

dilakukan (Herawati, 2013: 25).

2.1.2.3. Nilai-nilai Nyadran

Upacara nyadran memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya.

Mulai dari nilai gotong royong yang terlihat dalam acara besik ketika semua

masyarakat saling tolong menolong dalam membersihkan area makam. Dengan

(35)

dalam menjalankannya. Nilai yang lain adalah ketaqwaan terhadap Sang pencipta

yang terlihat ketika masyarakat berdoa dan memohon kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Dengan adanya nyadran, masyarakat juga diingatkan untuk lebih menghargai

orang yang telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan merawat

makamnya. Nilai yang lain adalah peduli dan saling berbagi yang dapat kita lihat

dalam acara kenduri, dimana masyarakat membawa makanan sesuai dengan

kemampuan ekonom masing-masing keluarga yang nantinya akan dibagiakan atau

saling ditukarkan dengan yang lainnya.

2.1.2.4. Perlengkapan upacara nyadran

Banyak perlengkapan yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan upacara tradisi

nyadran, berikut adalah perlengkapan dalam upacara tradisi nyadran (Hutari,

2009;22): kemenyan dan bunga tabur yang terdiri dari bunga melati, kanthil,

kenanga, dan mawar yang melambangkan keharuman doa yang keluar dari hati

yang tulus dan bau yang harum juga memiliki makna kemuliaan. Selanjutnya

adalah sego tumpeng yang dibuat dari nasi putih dan dibentuk kerucut (gunungan)

yang melambangkan sebuah pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya

permohonan masyarakat terkabul. Ingkung (ayam yang dimasak secara utuh) yang

melambangkan manusia ketika masih bayi belum memiliki kesalahan dan juga

melambangkan kepasrahan kepada Sang Pencipta. Pisang raja yang melambangkan

suatu harapan supaya kelak dapat hidup dengan bahagia. Jajanan pasar yang terdiri

dari bermacam-macam makanan yang diberli di pasar, jajanan pasar memiliki

makna agar warga masyarakat desa Wijirejo selalu memperoleh berkah dari Tuhan

(36)

selanjutnya adalah makanan yang menjadi ciri khas dalam upacara tradisi nyadran

yaitu ketan, kolak, dan apem. Ketan berasal dari bahasa arab khotaan yang berarti

kesalahan, kolak yang berasal dari kata qala yang berarti mengucapkan, dan aapem

yang berasal dari kata aquwam yang berarti ampun. Ketan, kolak dan apem ini

merupakan satu-kesatuan yang bermakna permohonan ampun apabila manusia

memiliki kesalahan terhadap sesamanya.

2.1.3.Pendidikan Karakter Kebangsaan

Pendidikan karakter kebangsaan ini akan membahas tentang pengertian dari

karakter, karakter kebangsaan, dan pendidikan karakter kebangsaan.

2.1.3.1. Pengertian dari karakter

Karakter Kata “karakter” yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari

istilah Yunani character dari kata charassein yang berarti membuat tajam atau

membuat dalam (Kurniawan 2013:28). Sejalan dengan itu, karakter merupakan cara

berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk dapat hidup

dan bekerjasama, bak dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Individu yang memiliki karakter baik adalah individu yang bisa membuat

keputusan dan mepertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat

(Suyanto dalam Kurniawan, 2013:28). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan pebuatan

berdasarkan norma-norma dan adat istiadat yang ada. Karakter dalam diri seseorang

(37)

menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Pada

akhirnya, karakter ini akan menempel dalam diri seseorang dan sering orang yang

bersangkutan tidak menyadari karakternya. Orang lain biasanya lebih mudah untuk

menilai karakter seseorang. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan

karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter

bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai dari watak

yang dimiliki seseorang dan tertanam dalam diri seseorang, namun banyak orang

yang tidak menyadari akan karakter yang dia miliki.

2.1.3.2. Karakter kebangsaan

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik

yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku

berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa,

serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia

akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang

tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa

dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD

1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap

NKRI (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 07). Berlandaskan filsafat Pancaila,

karakter kebangsaan berarti bahwa setiap aspek karakter harus didasari dengan

nilai-nilai yang ada di dalam kelima sila Pancasila, berikut adalah keterangan lebih

lanjut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:20-21):

(38)

Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain dapat

saling menghormati dan saling bekerjasama dengan umat agama lain, tidak

memaksakan agama dan kepercayaan orang lain.

2. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab

Karakter kemanusiaan seseorang tercermin dalam persamaan derajat, hak dan

kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, saling menghormati, saling

bekerjasama dan bergotong royong dengan orang lain, dan lain sebagainya.

3. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa

Karakter kebagsaan seseorang tercermin dalam sikap persatuan, kesatuan, dan

kepentingan bersama, rela berkorban demi bangsa dan negara, menjunjung

tinggi bangsa Indonesia, dan lain sebagainya.

4. Bangsa yang demokratis menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia

Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang lebih

mengutamakan kepentingan orang lain dan kepentingan negara, tidak

memaksakan kehendak orang lain, mengutamakan musyawarah bersama dan

memutuskan pendapat secara bersama demi kepentingan bersama, dan

lain-lain.

5. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan

Karakter keadilan sosial seseorang tercermin dalam perbuatan yang

mencerminkan sikap gotong royong, adil, menghormati hak-hak orang lain,

dan lain sebagainya.

(39)

Pendidikan karakter kebangsaan merupakan usaha sadar dan terencana guna

mewujudkan proses pemberdayaan dan pembudayaan potensi pesrta didik untuk

membangun karakter pribadi berupa kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan

perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni

olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik

Indonesia, 2010: 28). Pendidikan karakter kebangsaan dapat membentuk

individu-individu yang berkarakter yang dimaknai dalam empat bagian yaitu olah hati, olah

pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Berikut penjelasan lebih lanjut menganai

keempat bagian tersebut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:22).

1. Karakter yang bersumber dari olah hati

Olah hati adalah kemampuan hidup manusia yang bersumber dari hati untuk

mengelola aspek-aspek spiritual yang membentuk karakter manusia (Yaumi,

2014:53). Karakter yang bersumber dari olah hati adalah sebagai berikut:

beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung

jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban,

dan berjiwa patriotik.

2. Karakter yang bersumber dari olah pikir

Olah pikir adalah berkaitan dengan otak, pikiran, dan cipta (Yaumi, 2014:45).

Karakter yang bersumber dari olah pikir diantaranya adalah sebagai berikut:

cerdas, kritis, kreatif, inovativ, ingin tahu, produktif, berorientasi iptek, dan

reflektif.

(40)

Olah raga merupakan suatu bentuk akivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh

dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh atau jasmani (Yaumi,

2014:56). Karakter yang bersumber dari olah raga diantaranya adalah bersih dan

sehat, sportif, tangguh, handal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,

determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.

4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa

Olah rasa lebih cenderung pada emosional, empati, perasaan moral (Yaumi,

2014:50).karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa adalah sebagai

berikut: kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah,

hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmoplit (mendunia), mengutamankan

kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan

produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Karakter yang terkandung dalam upacara nyadran diantaranya adalah olah hati

yang nampak dalam acara doa di depan makam dan pada saat acara kenduri dengan

permohonan agar segala dosa dari yang telah meninggal diampuni dan ditempatkan

di sisi-Nya, beroda merupakan salah satu bentuk ketakwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Olah pikir berkenaan dengan rasa ingin tahu dan berpikir kritis, hal

tersebut ditunjukkan ketika seorang anak bertanya tentang arti dari upacara

nyadran. Olah raga/kinestetika yang terlihat dalam upacara besik dimana

masyarakat membersihkan area makam dengan menggunakan cangkul, sabit, sapu,

dan lain-lain. Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan yang

terlihat di dalam acara besik, dimana semua masyarakat salig tolong menolong

(41)

2.1.4.Buku Cerita Anak

Buku cerita anak akan membahas tentang hakekat buku cerita anak, tujuan

buku cerita anak, macam-macam buku cerita anak.

2.1.4.1. Hakekat buku cerita anak

Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan

merupakan cerita tentang anak (Hardjana, 2006:2). Yang menjadi tokoh dalam

cerita anak tidak harus terdiri dari anak, melainkan apa dan siapa saja dapat

dijadikan sebagai tokoh dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pendapat tersebut

cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak.

Jika cerita adalah pengalaman sehari-hari, maka pengalaman itu harus ditulis

dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah gambaran sehari-hari,

maka gambaran kehidupan itu harus ditulis dengan sudut pandang anak

(Kurniawan, 2013:18). Dari kedua pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

cerita anak merupakan cerita dengan sudut pandang anak dan menggambarkan

kehidupan sehari-hari dan ditujukan untuk anak-anak.

2.1.4.2. Tujuan buku cerita anak

Buku cerita merupakan sebuah media yang baik bagi anak untuk memenuhi

rasa ingin tahu yang tumbuh dalam diri anak. Terdapat beberapa tujuan dibuatnya

buku cerita anak sebagai sarana fasilitas untuk menumbuh kembangkan rasa ingin

tahu anak. Beberapa tujuan tersebut diataranya, buku cerita dapat dijadikan

inspirasi bagi anak, cerita dapat menumbuhkembangkan apresiasi kultural, cerita

dapat memperluas pengetahuan anak, atau cerita hanya dapat menimbulkan

(42)

2.1.4.3. Macam-macam bentuk buku cerita anak

Bentuk cerita dibagi menjadi dua, yaitu yaitu buku cerita fiksi dan buku cerita

nonfiksi. Dalam mengarang cerita untuk anak-anak dapat dengan bentuk buku

cerita pendek, novelet, dan novel (roman). Dalam imu kesusastraan ketiga bentuk

cerita tersebut disebut fiksi. Kata fiksi sendiri berasal dari bahasa Inggris fiction

yang berarti membentuk, membuat, mengadakan, dan menciptakan (Tarian dalam

Hardjana, 2006:4). Cerita fiksi juga disebut cerita khayalan atau rekaan, ini

dikarenaakan cerita fiksi ini semula tidak ada kemudian sengaja dibuat, dibentuk,

diadakan, dan diciptakan menjadi ada.

Bentuk cerita yang selanjutnya adalah cerita nonfiksi, cerita nonfiksi

merupakan lawan arti dari cerita fiksi, cerita nonfiksi merupakan sebuah cerita yang

sesuai dengan kenyataan. Tujuan dari cerita nonfiksi adalah untuk menuliskan

sebuah sejarah, biografi, cerita perjalanan guna menciptakan kembali segala sesuatu

yang telah terjadi secara aktual (Hardjana, 2006:5). Berdasarkan pendapat di atas

peneliti menyimpulkan bahwa cerita memiliki 2 bentuk, yaitu cerita fiksi adalah

cerita realitas atau yang dapat terjadi, sedangkan cerita nonfiksi adalah aktualitas

atau yang sebenarnya terjadi.

2.1.5.Anak Usia 9-11 Tahun

Anak usia 9-11 tahun akan membahas lebih lanjut tentang psikologi

(43)

2.1.5.1. Psikologi perkembangan anak

Anak memiliki tahap perkembangan sesuai dengan usia mereka, dan berikut

adalah tahap perkembangan anak menurut Piaget:

Tabel 2.1. tahap perkembangan anak menurut Piaget.

Tahap Perkiraan Usia

Periode Sensorimotor Lahir - 2 tahun Periode Pra-operasional 2 - 7 tahun Periode Operasional

Konkret

7 - 11 tahun

Periode Operasional Formal 11 - 15 tahun

Berdasarkan pendapat tersebut, anak usia 9-10 tahun termasuk dalam tahap

operasional konkret. Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran

yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis (Anggota IKAPI, 2001:69). Anak

mulai dapat memecahkan suatu masalah dengan menggunakan pemikiran yang

logis. Tahap opersional konkret ditandai dengan adanya sisten operasi berdasarkan

kenyataan atau konkret. Berikut adalah ciri-ciri pemikiran konkret (Anggota

IKAPI, 2001:77-86):

1. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh

Pada tahap ini anak menggambarkan semua kejadian yang dia alamami,

menggambarkan semua yang ada dalam pikiran dan pengalaman yang anak

jumpai sehari-hari.

(44)

Pada tahap ini anak cenderung melihat objek dengan menyeluruh, disinilah

aanak mulai melihat suatu persoalan dari sudut pandang yang luas dan tidak

meihat persoalan dari satu sudut pandang saja.

3. Serasi

Pada tahap ini anak dapat menyusun segala sesuatu mulai dari ukurannya,

misalnya besar kecil benda. Pada tahap operasional konkret ini anak dapat

menyusun benda mulai dari kecil ke besar dan sebaliknya agar terihat lebih

serasi.

4. Klasifikasi

Pada tahapan ini anak mulai dapat mengelompokkan dan menyatukan suatu

objek sesuai dengan kesamaannya. Misalnya jika anak diberikan 5 benda yang

berbentuk lingkaran yang memiliki ukuran sama dan berwarna merah, dengan

5 lima benda yang berbentuk segitiga dengan ukuran yang sama dan berwarna

kuning. Benda-benda tersebut diletakkan secara acak, maka anak umur 7-11

tahun akan mengelompokkan benda tersebut sesuai dengan bentuk dan

warnannya.

5. Kausalitas

Pada tahap ini, anak sudah lebih luas dan mendalam melihat sebab dan suatu

kejadian. Tahap ini anak akan cenderung lebih banyak bertanya tentang

mengapa bisa terjadi seperti itu, dan juga anak lebih suka meneliti terjadinya

berbagai macam hal.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahap operasional

(45)

luas. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah teratur dan terarah karena anak sudah

dapat berpikir secara serasi, anak dapat mengklasifikasikan suatu objek dengan

lebih baik, selain itu anak juga sudah bisa membuat kesimpulan sendiri, dan konsep

bilangan anak sudah lebih lengkap.

2.1.5.2. Tugas perkembangan anak usia 9-11 tahun

Pada masa bayi dan kanak-kanak banyak dihabiskan di dalam rumah bersama

dengan keuarga, pada masa anak-anak berusia 6-11 tahun, waktu mereka akan lebih

banyak dihabiskan di sekolah dan lingkungan sekitar (Hartinah, 2011:46). Beberapa

tugas perkebangan yang dituntut pada masa ini adalah:

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Pada masa ini,

anak senang sekali bermain, oleh karena itu diperlukan keterampilan fisik

seperti melempar, menangkap, berenang, dan lain-lain.

2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebgai individu

yang sedang berkembang. Pada masa ini anak-anak dituntut mengenal diri

dan mengharrgai diri mereka sendiri, hal ini dapat dilakukan dengan cara

menjaga kesehatan tubuh, kebersihan tubuh, berolahraga, serta memiliki

sikap yang tepat terhadap lawan jenis.

3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini, anak dituntut untuk

dapat bekerjasama, serta menjalin hubunan baik dengan teman sebaya.

4. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita. Anak

dituntut melakukan peranan-peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.

5. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar, yaitu

(46)

di sekolah dan menunjang keberlanjutan pendidikannya, anak dituntut

untuk dapat membaca, menulis, dan berhitung.

6. Pengembangan konsep-konsep dilakukan setiap hari agar dapat

menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan.

7. Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani. Pada masa ini anak-anak

diuntut untuk menghargai segala kegiatan yang sesuai dengan moral. Pada

masa ini jugalah pemikiran anak, nilai-nilai hidup, dan segala pertimbangan

didasarkan atas kata hati.

8. Memiliki kemerdekaan pribadi. Pada masa ini, amak diharapkan mampu

memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan pada

tergantung pada orang dewasa.

2.2.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang terkait dengan buku cerita anak tentang upacara tradisi nyadran

dalam konteks pendidikan karakter bangsa masih sedikit untuk dijadikan sumber

hasil penelitian yang relevan. Berikut merupakan hasil penelitian yang relevan yang

bersangkutan dengan buku cerita anak tentang tradisi dalam kontek pendidikan

karakter.

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Parmadi (2013) dengan judul jurnal “Upacara Tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan Karangdowo Kabupaten

klaten (Kajian Makna Simbolik dan Nilai Reigius)”. Tujuan dari penelitian ini

adalah mendiskripsikan atar belakang dan prosesi tradisi nyadran di dusun

(47)

mendeskripsikan nilai religius yang terkandung di dalam upacara tradisi nyadran.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data berupa

informan, tempat, peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan

teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan

teknik analisis data model interaktif. Hasil penelitian ini adalah upacara tradisi

nyadran di Desa Bulusan Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten memiliki

latar belakang sejarah berupa cerita lisan asal mula Desa Bulusan. Upacara tradisi

nyadran memiliki rangkaian prosesi acara berupa membersihkan desa dan makam,

tabur bunga, malam tirakatan, kenduri rumah, kenduri bangsal makam, dan kenduri

pelataran rumah. Ketiga, makna simbolik yang terdapat dalam acara nyadran yang

terdapat di upacara tradisi nyadran pada umumnya berupa pesan-pesan bagi

kehidupan masyarakat

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Sutrisno (2015) dengan judul jurnal “Pengembangan Protipe Buku Delapan Permainan Tradisional Jawa untuk

Membangun Karakter Anak”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk

mengembangkan prototipe buku delapan permainan tradisional Jawa untuk

membangun karakter anak. Masalah yang didapatkan oleh peneliti dari hasil

kuesioner yang dibagikan kepada 50 anak yang dilakukan di Desa Minggir 3

,Yogyakarta dan di Dusun Sejati Dukuh, Mertoyudan adalah terdapat 86% anak

lebih tertarik pada permainan elektronik dan hanya 14% anak yang masih mengenal

(48)

Penelitian yang ketiga dilakuka oleh Dany (2016), dengan judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam

Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengembangkan prototipe buku cerita anak mengenai tradisi nyadran dalam

konteks pendidikan karakter kebangsaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian pengembangan (R&D). Prosedur penelitian yang dilakukan adalah

analisis potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain,

dan revisi desain, dan ujicoba produk. Data awal dalam penelitian ini adalah data

kualitatif dari hasil penyebaran kuesioner kepada anak guna memperoleh

pemahaman anak mengenai tradisi nyadran. Pengumpulan data pada penelitian ini

berupa angket guna yang dibagikan seusai ujicoba produk yang dilaksanakan

bersama siswa sekolah dasar. Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah

prototipe buku cerita anak mengenai tradisi nyadran. Bacaan disertai dengan

gambar ilustrasi yang diberi warna yang menarik. Bacaan yang dikembangkan

mengandung nilai-nilai karakter kebangsaan.

Berdasarkan peneitian di atas, peneliti belum menemukan penelitian yang

berkaitan dengan pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran

dalam konteks pendidikan karakter. Penelitian di atas masih terbatas pada

penjelasan tentang tujuan dari buku cerita, penjelasan tentang tradisi nyadran itu

sendiri, dan juga penjelasan tentang pendidikan karakter bagi anak. Ketiga

(49)

akan mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam

konteks pendidikan karakter kebangsaan.

Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan

2.3.Kerangka Berpikir

Karakter merupakan watah atau ciri khas yang ada dalam diri seseorang dan

sangat berpengaruh untuk setiap orang. Karakter bersumber dari empat olah Marcelina Felix Sari Budi Sutrisno (2015)

Pengembangan Prototipe Buku Delapan

Permainan Tradisional Jawa untuk

Membangun Karakter Anak

Dalam penelitian ini dapat peneliti

menyimpulkan bahwa dengan delapan

permainan tradisional Jawa. Anak-anak dapat dilatih untuk bersikap jujur, teliti, sportif, mau bekerjasama, pantang menyerah, kreatif, dan teliti.

Parmadi (2013)

Ruwatan: Upacara tradisi guna membersihkan makam dan desa dilanjutkan kenduri dan tirakatan. nyadran mengandung nilai luhur seperti toleransi dan membina toleransi. Penelitian ini membahas tentang tradisi nyadran terkait kajian simbolik dan makna religius.

Heribertus Dany (2016)

Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan.

(50)

yaitu, 1)olah pikir yang memuat nilai cerdas, kritis dan rasa ingin tahu; 2) olah

hati yang memuat jujur, tertib, adil, berempati, tanggung jawab, dan bersahabat;

3) olah raga/kinetetika yang memuat nilai bersih, sehat, tangguh handal gigih,

kompetitif, dan sportif; 4) olah rasa dan karsa yang memuat nilai gotong royong,

toleransi, kebersamaan, ramah, hormat, dan peduli.

Keempat karakter berserta semua nilai yang termuat di dalamnya dapat

ditanamkan pada diri anak sejak usia dini. Masa sekolah menjadi masa yang

efektif untuk dapat menanamkan dan menumbuhkembangkan karakter dalam

diri anak. Buku cerita bisa menjadi salah satu media yang dapat dikembangkan

untuk menumbuhan karakter pada diri anak. Salah satu buku cerita yang dapat

menanamkan pendidikan karakter pada anak adalah dengan menggunakan buku

cerita bergambar tentang tradisi nyadran. Tradisi nyadran merupakan sebuah

tradisi yang telah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini

sering disebut ziarah kubur dan bertujuan untuk menghormati dan mendoakan

arwah leluhur yang telah meninggal dunia.

Namun pada jaman sekarang upacara tradisi nyadran sudah jarang

dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga banyak anak-anak yang tidak

mengetahui tentang tradisi nyadran.

Upacara tradisi nyadran memiliki nilai-nilai yang dapat membentuk

karakter dalam diri anak-anak. beberapa karakter tersebut diantaranya beriman

dan bertaqwa kepada Sang Pencipta, nilai gotong royong, kebersamaan,

solidaritas, dan lain sebaginya. Akibat dari lunturnya kebudayaan ini akan

(51)

memuat nilai-nilai luhur akan mulai terlupakan, selain itu anak-anak akan tidak

mengenal upacra tradisi yang ada dalam masyarakatnya. Bermula dari

keprihatinan tersebut, maka peneliti mengembangkan prototipe buku cerita

anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter. Buku cerita

tersebut diharapkan mampu membentuk karakter melaui nilai-nilai yang ada

dalam upacara tradisi nyadran.

2.4.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan teori di atas, maka pertanyaan penelitian adalah:

1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang

upacara nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

2. Bagaimana kualitas prototipe dapat membantu anak mengerti tatacara

(52)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III dalam metode penelitian ini akan membahas tentang jenis penelitian,

setting penelitian, prosedur penelitian, uji coba produk, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian.

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah R & D (Research and Development)

yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penelitian dan pengembangan. R&D

(Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono,

2010:297). Sejalan dengan pendapat tersebut, R&D (Research and Development)

adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk

baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat

dipertangungjawabkan (Syaodih, 2008:164). Berdasarkan dua pendapaat ahli di

atas, dapat disimpulkan bahwa Research and Development jenis penelitian yang

menghasilkn dan mengembangkan suatu produk tertentu dengan cara yang

sistematis.

Penelitian ini disebut penelitian pengembangan dikarenakan peneliti

mengembangkan suatu produk berupa prototipe pengembangan buku cerita

bergambar yang berkaitan dengan tradisi “nyadran” untuk anak 9-10 tahun dalam

(53)

3.2Setting Penelitian

Setting penelitian ini akan membahas tetntang tempat penelitian, subjek

penelitian, objek penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini diawali dengan wawancara terhadap tiga narasumber dari dusun

Ngaranan, Sendangrejo, Minggir, Sleman. Selanjutnya adalah penyebaran

kuesioner di SD Kanisius Kenteng yang beralamatkan di Dusun Kenteng,

Kembang, Nanggulan, Kulonprogo.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek uji penelitian yang akan diteliti adalah anak usia 9-11 tahun.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek ini adalah prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi

nyadran untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter

kebangsaan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu selama delapan bulan. Terhitung mulai dari

bulan Juni 2015 sampai bulan Februari 2016.

3.3Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan penelitian Research and

Development (R&D) menurut Sugiyono (2010: 409). Prosedur pengembangan

menurut Sugiyono ini dilakukan melalui sepuluh langkah prosedur

(54)

produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk,

(8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono ditunjukkan pada bagan

berikut:

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 7 prosedur yang ada dalam

buku Sugiyono dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan biaya yang tidak

memungkinkan peneliti melakukan semua langkah yang ada. Peneliti hanya

menggunakan 7 langkah tersebut diantaranya adalah (1) potensi dan masalah, (2)

pengumulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji

coba produk, sehingga dapat menghasilkan produk prototipe pengembangan buku

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ......................................................................
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono .....................  35
Tabel 2.1. tahap perkembangan anak menurut Piaget.
gambar ilustrasi yang diberi warna yang menarik. Bacaan yang dikembangkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini berjudul “Pengembangan Prototype Buku Cerita Tentang Terumbu Karang dalam Konteks Empowering Masyarakat Mentawai untuk Anak 9-12 Tahun ”.. 1.2

Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi sehingga skripsi dengan judul “Pengembangan

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan limpahan kasih, rahmat, dan berkatNya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Prototipe Buku

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan, rahmat, dan hidayahNya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “ Pengembangan Prototipe Buku

dikaitkan dengan pendidikan karakter kebangsaan diantaranya adalah 1 olah hati yang meliputi bertakwa kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan ketika seorang anak yang akan

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan, rahmat, dan hidayahNya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak

Penggunaan buku cerita yang mengandung konsep matematika diharapkan dapat menjadi salah satu solusi permasalahan tersebut, namun sayangnya masih sulit ditemukan buku