Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Upacara nyadran memiliki potensi sebagai salah satu dari tradisi Jawa yang masih kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa satu bulan sebelum puasa (bulan Ruwah). Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 20 anak menunjukan bahwa 78% anak tidak mengetahui tatacara pelaksanaan upacara nyadran dan 82% anak memerlukan buku yang berisi informasi tentang upacara nyadran. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menyusun prototipe buku cerita anak tentang nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.
Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan dari sepuluh langkah R&D meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak yang berisi tentang tatacara pelaksanaan upacara nyadran. Prototipe divalidasi oleh seorang ahli psikologi pendidikan dengan skor 3.3 yang berarti “sangat baik”. Prototipe buku cerita berisi tentang penjelasan arti dari upacara nyadran, tatacara upacara nyadran, dan nilai-nilai yang erkandung dalam upacara tersebut yang ada kaitannya dengan karakter kebangsaan.
Ujicoba terbatas dilakukan peneliti di SD Kanisius Kentheng yang beralamatkan di Kentheng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo kepada 10 anak berumur 9-11 tahun. dari hasil rekap kuesioner ujicoba, peneliti mendapatkan data 95.6% anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.
ABSTRACT
Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Children Book Prototype Development About Nyadran Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University.
The existing potential is nyadran ceremony is one of the Javanese tradition that is still often done by the Java community one month before Lent (Ruwah month). The problem that research get from questionnaires distributed to 20 children showed that 78% of children do not know the procedure for the nyadran ceremony and 82% of children need books that contain information about the nyadran ceremony. Therefore, researchers do research to develop a prototype development of a children's book about nyadran in the context of national character education.
The prototype of this children's story book using the six-step development include: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) the design of the product, 4) the validity of the design, 5) revision of the design, 6) product trials. The purpose of this study is to develop a prototype of a children's book that contains procedures shall nyadran ceremony. The prototype validated by an expert in educational psychology with a score of 3.3, which means "very good". Prototype story book contains explanations of the meaning of the nyadran ceremony, nyadran ceremonial procedures, and values contained in the ceremony were nothing to do with national character.
Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school that addresses at Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. The result of general reflection showed that 95,6% the children had already understood the values within nyadran tradition.
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK
TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Andro Kurniawan Rakasiwi NIM: 121134077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK
TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Andro Kurniawan Rakasiwi NIM: 121134077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan atas selesainya skripsi ini. banyak pihak yang turut membantu dan mendukung secara langsung maupun secara tidak langsung dalam proses pembuatan skripsi ini, untuk itu dengan senang hati saya persembahkan skripsi ini kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberikan karunia Roh Kudus berupa kekuatan, kesabaran, kesehatan, dan selalu melimpahkan kasih-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi, Bapak Hribertus Parjio dan Ibu Valentina Minarsih, S.Pd yang dengan tulus mencintai dan menyayangi saya, selalu memberikan semangat, dorongan, nasihat, doa, bimbingan, dan berjuang tanpa pamrih untuk mempersiapkan masa depan saya.
3. Kakek dan nenek yang saya cintai dan sayangi, Bapak Atmowinurejo dan Ibu Ngatinem, yang selalu memberikan nasihat dan dorongan semangat kepada saya.
4. Maria Septi Hayuadhine, wanita yang dapat menjadi teman, sahabat, kakak, dan konsultan dari setiap masalah yang saya hadapi.
5. Sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat bagi saya.
6. Teman-teman satu payung, yang selalu saling mendukung, saling berbagi pengalaman, dan keceriaan selama proses pembuatan skripsi ini.
v
MOTTO
“Banyak hal yang seringkali tampak mustahil, kita baru yakin apabila kita mengerjakan semuanya dengan niat dan
baik”
(Andro Kurniawan Rakasiwi)
“Lakukan yang ternaik hari ini untuk sebagai jaminan di masa yang akan datang”
(Mattew Tuck)
“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri akan apa yang telah kita miliki, tetapi menyesali akan apa yang belum kita
capai”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Juli 2016 Peneliti,
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Andro Kurniawan Rakasiwi
Nomor Mahasiswa : 121134077
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Juli 2016
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Kontek Pendidikan Karakter Kebangsaan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Upacara nyadran memiliki potensi sebagai salah satu dari tradisi Jawa yang masih kerap dilakukan oleh masyarakat Jawa satu bulan sebelum puasa (bulan Ruwah). Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan pada 20 anak menunjukan bahwa 78% anak tidak mengetahui tatacara pelaksanaan upacara nyadran dan 82% anak memerlukan buku yang berisi informasi tentang upacara nyadran. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengembangan untuk menyusun prototipe buku cerita anak tentang nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.
Prototipe buku cerita anak ini menggunakan enam langkah pengembangan dari sepuluh langkah R&D meliputi: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validitas desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe buku cerita anak yang berisi tentang tatacara pelaksanaan upacara nyadran. Prototipe divalidasi oleh seorang ahli psikologi pendidikan dengan skor 3.3 yang berarti “sangat baik”. Prototipe buku cerita berisi tentang penjelasan arti dari upacara nyadran, tatacara upacara nyadran, dan nilai-nilai yang erkandung dalam upacara tersebut yang ada kaitannya dengan karakter kebangsaan.
Ujicoba terbatas dilakukan peneliti di SD Kanisius Kentheng yang beralamatkan di Kentheng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo kepada 10 anak berumur 9-11 tahun. dari hasil rekap kuesioner ujicoba, peneliti mendapatkan data 95.6% anak mengerti tatacara upacara nyadran mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.
ix ABSTRACT
Rakasiwi, Andro Kurniawan. (2016). Children Book Prototype Development About Nyadran Tradition Focusing on National Character Education. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teachers Education Study Program. Sanata Dharma University.
The existing potential is nyadran ceremony is one of the Javanese tradition that is still often done by the Java community one month before Lent (Ruwah month). The problem that research get from questionnaires distributed to 20 children showed that 78% of children do not know the procedure for the nyadran ceremony and 82% of children need books that contain information about the nyadran ceremony. Therefore, researchers do research to develop a prototype development of a children's book about nyadran in the context of national character education.
The prototype of this children's story book using the six-step development include: 1) the potential and problems, 2) collection of data, 3) the design of the product, 4) the validity of the design, 5) revision of the design, 6) product trials. The purpose of this study is to develop a prototype of a children's book that contains procedures shall nyadran ceremony. The prototype validated by an expert in educational psychology with a score of 3.3, which means "very good". Prototype story book contains explanations of the meaning of the nyadran ceremony, nyadran ceremonial procedures, and values contained in the ceremony were nothing to do with national character.
Product testing was carried out to 10 children in Kanisius Kenteng elementary school that addresses at Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo. The result of general reflection showed that 95,6% the children had already understood the values within nyadran tradition.
x PRAKATA
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunia, dan kasih-Nya yang berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA
ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN.” Penyusun skripsi ini menjadi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Atas peran tersebut, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti,S.Si, M. Pd. selaku Kaprodi PGSD.
3. Apri Damai Sagita Krisandi, SS.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD. 4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang
telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
6. Emanuel Sulistya Asmara, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kenteng yang telah memberikan ijin untuk melakukan uji coba produk serta dukungan selama proses pelaksanaan penelitian di SD tersebut. 7. Para dosen selaku ahli yang telah memberikan kontribusi dalam
penelitian ini.
8. Para siswa siswi SD Kanisius Kenteng, khususnya siswa siswi kelas 4 yang telah bekerja sama dengan baik selama proses penelitian.
9. Kedua orang tuaku, Heribertus Parjio dan Valentina Minarsih yang selalu mendukung dalam bentuk apapun.
xi
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari jika penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap, semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 23 Juli 2016 Peneliti,
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .. ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
2.1.1.2 Macam-Macam Tradisi Jawa... 9
2.1.2 Nyadran ... 12
2.1.2.1Tujuan Upacara Nyadran ... 12
2.1.2.2Tatacara Upacara Nyadran ... 13
2.1.2.3Nilai-Nilai Nyadran ... 15
2.1.2.4 Perlengkapan Upacara Nyadran ... 15
2.1.3Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 16
2.1.3.1Pengertian Karakter ... 16
2.1.3.2Karaker Kebangsaan ... 17
2.1.3.3Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 19
2.1.4 Buku Cerita Anak ... 21
2.1.4.1Hakekat buku Cerita Anak ... 21
2.1.4.2Tujuan Buku Cerita Anak ... 21
2.1.4.3Macam-macam Bentuk Buku Cerita Anak ... 22
xiii
2.1.5.1Psikologi Perkembangan Anak ... 23
2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 ... 25
2.2 Penelitian yang Relevan ... 26
2.3 Kerangka Berpikir ... 30
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ………...…... 32
3.1 Jenis Penelitian …. ... 32
3.2Setting Penelitian …. ... 33
3.2.1 Tempat penelitian ... 33
3.2.2 Subjek Penelitian ... 33
3.2.3 Objek Penelitian ... 33
3.2.4Waktu Penelitian ... 33
3.3 Prosedur Pengembangan ... 33
3.3.1 Potensi dan Masalah ... 36
3.3.2 Pengumpulan Data ... 36
3.3.3 Desain Produk ... 36
3.3.4 Validasi Desain ... 37
3.3.5 Revisi Desain ... 37
3.3.6 Uji Coba Produk ... 37
3.4 Uji Coba Produk ... 38
3.5 Instrumen Penelitian ... 39
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.7 Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.1.1 Proses Pengembangan ... 44
4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 44
4.1.1.2 Pengumpulan Data ... 45
4.1.1.3 Desain Produk ... 48
4.1.1.4 Validasi Desain ... 50
4.1.1.5 Revisi Desain ... 52
4.1.1.6 Uji Coba Produk ... 52
4.1.2. Deskripsi Kualitas Prototipe ... 54
4.2 Pembahasan ... 56
4.3 Kelebihan dan Kekurangan ... 59
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 58
5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Keterbatasan ... 59
5.3 Saran ... 59
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 40
Tabel 3.2 Kisi-Kisi lembar Kuesioner Pra Penelitian ... 41
Tabel 3.3 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 43
Tabel 3.4 Hasil Interval Skala 1-4... 43
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Kebutuhan Anak... 46
Tabel 4.2 Hasil Validasi Prototipe oleh Ahli Psikologi ... 51
Tabel 4.4 Saran Validator Ahi Psikologi ... 52
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan ... 29
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono ... 35
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 36
Gambar 4.1 Sketsa awal ... 49
Gambar 4.2 Perbaikan oleh ahli lukis dan grafis ... .50
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
a. Pedoman Wawancara...66 b. Hasil wawancara...67 Lampiran 2
a. Kisi-kisi Kuesioner Pra Penelitian...68 Lampiran 3
a. Kuesioner Uji Coba Produk...69 Lampiran 4
a. Surat Ijin Pra Penelitian di SD Negeri Tegalrejo 2...83 b. Surat Ijin Uji Coba Produk di SD Kanisius Kenteng...84 Lampiran 5
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.
1.1.Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan tradisi, salah satunya
adalah tradisi Jawa. Tradisi Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa yang
sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat Jawa
merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya,
dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus bisa mengetahui
warisan budaya luhur (Sunjata, 2013:73). Upacara tradisi dalam masyarakat Jawa
contohnya ruwatan, nyadran, sekaten, nglarung, suro, bekakak, dan lain-lain. Dari
sekian banyak upacara tradisi tersebut, masing-masing memiliki maksud dan tujuan
yang berbeda-beda, bagitupun juga tatacara dari maisng-masing upacara tradisi
yang juga berbeda-beda. Namun, kebanyakan dari upacara tradisi yang ada dalam
masyarakat Jawa bertujuan untuk mengucapkan syukur kepada sang Pencipta.
Dari sekian banyak tradisi yang ada dalam masyarakat Jawa, peneliti mengangkat
salah satu upacara tradisi yaitu nyadran. Nyadran adalah upacara adat yang
bertujuan untuk mendoakan dan menghormati arwah leluhur. Upacara nyadran
dilaksanakan pada bulan ruwah dalam kalender Jawa atau sebelum menjelang bulan
2
tidak dalam satu hari, namun dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap
pertama diawali dengan besik atau kegiatan membersihkan makam yang dilakukan
di makam leluhur atau sanak saudara, besik dilaksanakan secara serempak oleh
warga masyarakat. Rangkaian upacara nyadran yang selanjutnya adalah kenduri
yang dilaksanakan satu hari setelah acara besik, kenduri ini dilaksanakan di salah
satu rumah yang dianggap sebagai sesepuh dusun ataupun juga dilaksanakan di
pemakaman. Dalam melaksanakan kenduri ini, masing-masing warga menyiapkan
makanan yang telah ditentukan sebelumnya, makanan yang dibawa beraneka
ragam, ada yang berupa jajanan pasar, buah-buahan, nasi kenduri, dan lain-lain.
Makanan yang menjadi cirikhas dalam tradisi ini adalah apem, ketan, kolak,
ingkung dan tumpeng. Makanan yang dibawa oleh warga selanjutnya didoakan oleh
sesepuh desa dan dimakan bersama-sama.
Upacara nyadran merupakan tradisi yang erat dengan budaya Jawa, namun
berdasarkan hasil pengamatan, peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan
buku yang berisi cerita maupun penjelasan mengenai upacara nyadran. Kesulitan
peneliti dalam mendapatkan buku ini dikarenakan masyarakat Jawa merupakan masyarakat dengan budaya “tutur” (budaya mulut ke mulut), sehingga sulit
menemukan buku yang berisi penjelasan maupun cerita terkait upacara nyadran.
Peneliti melihat bahwa di dalam tradisi nyadran terkandung nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang menjadi acuan bagi bangsa Indonesia adalah
Pancasila yang juga berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.
Pendidikan karakter kebangsaan adalah sebuah usaha sadar yang dilakukan oleh
pembudayaan peserta didik guna pembangun karakter pribadi dan/atau kelompok
yang khas–baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan
perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni
olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik
Indonesia, 2010: 28). Olah hati merupakan segala sesuatau yang berkaitan dengan
ketaqwaan terhadap Tuhan, hal ini ditunjukan dengan berdoa guna memohon
pengampunan atas semua dosa-dosa para leluhur. Olah raga/kinestetika merupakan
segala kegiatan yang berkaita dengan aktifitas fisik, hal ini terlihat saat kegiatan
membersihkan makam (besik), masyarakat secara bergotong royong dan saling
kooperatif. Olah rasa ditunjukan saat bekerjasama dalam membersihkan
lingkungan makam (besik) dan mengandung nilai saling menghargai dan
menghormati orang yang lebih tua dengan bersilahturahmi(Bakdan).
Upacara nyadran memiliki nilai-nilai karakter kebangsaan dan digunakan
sebagai sarana penghormatan terhadap arwah leluhur, namun dewasa ini, banyak
anak-anak yang kurang memahami dan belum mengerti tentang upacara nyadran.
Dari hasil wawancara kepada empat anak yang masih duduk di bangku sekolah
dasar, didapatkan data bahwa tiga anak yang diwawancarai tidak mengetahui sama
sekali mengenai upacara nyadran, sedangkan satu anak yang lain mengetahui
upacara nyadran merupakan upacara yang bertujuan untuk membersihkan makam.
Untuk memperkuat data peneliti menyebarkan kuesioner guna memperoleh data
pemahaman anak mengenai upacara nyadran. Kuesioner disebarkan di SD Kanisius
Kenteng yang beralamatkan di Kenteng, Kembang, Nanggulan, Kulonprogo.
Berdasarkan penyebaran kuesioner tersebut diperoleh hasil bahwa sebanyak 60%
siswa tidak mengetahui upacara nyadran, 78% siswa tidak mengetahui tatacara
pelaksanaan upacara nyadran, dan sebanyak 82% siswa membutuhkan buku yang
berkaitan dengan upacara nyadran.
Berdasarkan data di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
pengembangan yang berupa prototipe buku cerita bergambar. Jenis penelitian ini
merupakan Research and Development (R&D) dengan judul: “Pengembangan
Prototipe Buku Cerita Anak tentang Nyadran dalam Konteks Kerakter Kebangsaan”. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dan produk berupa
prototipe buku cerita anak dengan tema nyadran.
Belum pernah ada produk berupa buku cerita bergambar mengenai upacara
tradisi nyadran. Peneliti membuat produk yang berupa prototipe ini dengan tujuan
memperkenalkan anak pada upacara tradisi atau budaya nyadran sebagai salah satu
sarana untuk melakukan penghormatan dan doa pada arwah leluhur.
1.2.Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap rumusan
masalah sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang
tradisi nyadran dalam konteks karakter kebangsaan?
1.2.2. Bagaimana kualitas prototipe dapat membantu anak mengerti tatacara
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1. Mengetahui prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang
tradisi nyadran dalam konteks karakter kebangsaan.
1.3.2. Mendeskripsikan kualitas prototipe yang dapat membantu anak mengerti
tatacara upacara nyadran mengandung nilai pendidikan karakter kebangsaan.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Bagi anak
Anak dapat memahami makna tradisi nyadran berkaitan dengan pendidikan
karakter kebangsaan. Anak dapat ikut ambil bagian dalam melaksanakan
upacara tradisi nyadran.
1.4.2. Bagi peneliti
Membantu peneliti melakukan penelitian pengembangan dan membuat
produk dalam upaya pelestarian tradisi nyadran.
1.4.3. Bagi masyarakat Jawa
Masyarakat Jawa tetap melaksanakan upacara nyadran untuk pelestarian
budaya dan sarana mendoakkan arwah para leluhur.
1.5.Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.5.2. Buku cerita terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 20 gambar
berwarna yang berisi tiga kegiatan utama upacara nyadran (besik, kenduri,
dan bakdan), pertanyaan refleksi untuk megatahui seberapa jauh
pamahaman anak terkait tatacara upacara nyadran, daftar pustaka,
glosarium, dan biografi penulis.
1.5.3. Kata pengantar dalam prototipe berisi penjelasan tentang tahapan tradisi
nyadran yang terdiri dari tiga kegiatan utama (besik, kendurenan, bakdan).
1.5.4. Adanya refleksi di akhir buku untuk menggali pemahaman anak setelah
membaca buku cerita tersebut
1.6.Definisi Operasional
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1.6.1. Prototipe
Prototipe adalah produk sederhana berupa sebuah buku yang belum
dicetak dan dipublikasikan secara luas, produk ini juga belum didaftarkan
secara resmi sehingga sang penulis belum memiliki hak cipta atas produk
dan karya tulis yang dia buat
1.6.2. Anak usia 9-11 tahun
Anak dalam tahap operasional konkret dan dalam masa bermain dan
mengeksplor seluruh kemmpuannya melalui kegiatan-kegiatann yang
menarik perhatian.
Sebuah buku yang berisikan cerita mengenai suatu hal yang didalamnya
memuat gambar yang menarik untuk anak-anak.
1.6.4. Nyadran
Nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi
masyarakat jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan
puasa dan bertujuan menghormati dan mendoakan leluhur yang telah
meninggal.
1.6.5. Pendidikan karakter kebangsaan
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas,
baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan
perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah
8 BAB II LANDASAN TEORI
Peneliti akan membahas mengenai landasan teoritis, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis pada bab II ini. Keempat hal tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
2.1.Kajian Teori
Landasan teoritis merupakan acuan yang digunakan peneliti dalam membuat
prototipe buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nyadran. Teori-teori yang
digunakan merupakan definisi dan hasil analisa pakar yang telah ahli dibidangnya.
Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
2.1.1.Tradisi Jawa
Tradisi Jawa ini akan menguraikan tentang arti tradisi Jawa, macam-macam
tradisi Jawa, ruwatan.
2.1.1.1. Arti tradisi Jawa
Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang diturunkan dari nenek moyang,
yang selanjutnya dijalankan oleh masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008:645). Sejalan dengan itu, tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dari
nenek moyang yang sampai sekarang dijalankan oleh masyarakat, tradisi
merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan
yang paling baik dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1208). Tradisi
yang sampai sekarang masih dipertahankan dan diberdayakan secara
turun-temurun, karena upacara adat merupakan kegiatan pewarisan niai-nilai dari satu
generasi ke generasi berikutnya, warisan budaya leluhur akan diketahui generasi
muda apabila terus dilestarikan (Sunjata, 2013:73). Sependapat dengan itu, upacara
adat merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga
masyarakat dengan tujuan bersyukur dan mencari keselamatan secara
bersama-sama (Soepanto dalam Sunjata, 2013:76). Upacara adat juga merupakan salah satu
budaya yang sampai saat ini masih dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya,
selain itu upacara adat juga merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari generasi
kegenerasi selanjutnya atau secara turun temurun (Sulistyobudi, Sulistyobudi, dkk,
dan Sujarno, 2013:73).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tradisi atau
upacara adat merupakan sebuah sarana guna mengucapkan syukur kepada Tuhan
dan memohon keselamatan kepada-Nya. Pada umumnya, tradisi atau upacara adat
Jawa bertujuan untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang dilakukan dengan
tatacara tertentu yang mengandung nilai luhur.
2.1.1.2. Macam-macam tradisi Jawa
Jawa sangat kaya akan tradisinya berikut ini merupakan beberapa tradisi yang
ada di Jawa:
1. Ruwatan
Ruwatan berasal dari kata lukat yang memiliki arti menghapus, membebaskan,
dan membersihkan (Herawati, 2010;2). Ruwatan berasal dari kata ruwat, rumuwat,
dari hal-hal yang tidak baik (Subalidinata dalam Sulistyobudi, dkk, 2013:4). Dari
pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ruwatan adalah sebuah upacara
tradisi masyarakat Jawa yang telah dilaksanakan secara turun temurun guna
membebaskan seseorang dari pengaruh jahat atau marabahaya.
Tradisi ruwatan yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari
marabahaya dilaksanakan dalam beberapa langkah atau tata cara sebagai berikut, 1)
siraman atau memandikan orang yang diruwat sebagai tanda dibersihkannya orang
tersebut dari segala yang jahat, 2) pertunjukan wayang kulit dengan lakon
Murwakala sebgai acara inti dalam tradisi ruwatan, 3) acara srah-srahan yang
dilaksanakan dengan memotong rambut orang yang diruwat, 4) tirakatan yang
dilaksanakan oleh sanak saudara dan masyarakat yang turut ambil bagian dalam
melaksanakan upacara tradisi ruwatan. Sebagai salah satu tradisi yang masih
berjalan, ruwatan juga memiliki nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya,
beberapa diantaranya adalah gotong royong yang terlihat pada saat semua
masyarakat bekerjasama dalam mempersiapkan segala sesuatu terkait upacara
ruwatan, dan juga nilai spiritual manakala orang yang diruwat dimohonkan doa
kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari segala marabahaya dalam
hidupnya (Sulistyobudi, dkk, 2013:51-58).
2. Nyadran
Upacara tradisi nyadran merupakan rangkaian kegiatan adat yang dilakukan
oleh msyarakat Jawa guna menghormati arwah leluhur yang telah meninggal dunia
(Herawati, 2010:25). Upacara tradisi nyadran dilaksanakan pada bulan Ruwah
mendoakan para leluhur yang telah meninggal agar dihapuskan segala
dosa-dosanya. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan dalam melaksanakan upacara
tradisi nyadran: 1) besik yang dilaksanakan di area pemakaman, besik adalah
kegiatan membersihkan makam dengan menggunakan cangkul, sabit, sapu, dan lain
sebagainya. 2) kenduri yang dilaksanakan di makam ataupun di rumah salah satu
tetua adat. 3) silaturahmi yang dilaksanakan guna memohon maaf bagi orang yang
lebih muda kepada yang lebih tua.
3. Nglarung
Upacara tradisi nglarung merupakan salah satu tradisi Jawa yang dilakukan
sebagai bentuk ucapan syukur atas hasil panen laut yang diberikan. Selain itu
upacara tradisi nglarung juga merupakan sarana persembahan kepada penguasa laut
selatan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul (Sulistyobudi, Sunjata, dkk; 2013: 89). Tata
pelaksanaan upacara tradisi ngalrung melibatkan banyak pihak, mulai dari nelayan,
masyarakat sekitar pesisir pantai, hingga abdi dalem kraton. Tata pelaksanaan
upacara tradisi ngalrung adalah sebagai berikut: 1) menyiapkan segala sesaji yang
terdiri ari makanan (salah satunya tumpeng dan sego golong yang melambangkan
ppengharapan) yang nantinya akan dibawa menuju laut guna dipersembahkan
kepada penguasa laut Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul. Sesaji dibawa menuju tempat
yang telah disediakan. 3) sambutan dari beberapa pihak terkait upacara tradisi
ruwatan sebagai sarana memanjatkan puji dan syukur dan doa agar upacara berjalan
dengan lancar. 4) membagikan sego wuduk kepada semua tamu yang hadir. 5) doa
ke laut. 6) setelah doa selesai, semua sesaji dilarung ke laut dengan harapan panen
laut akan tetap melimpah dan kelestarian laut tetap terjaga.
Terdapat banyak nilai-nilai luhur yang terkandung dalam upacara tradisi
nglarung, diantaranya adalah nilai gotong royong yang terlihat ketika seluruh
masyarakat secara bergotong royong membersihkan area pesisir pantai, memasang
tarub, dan pada saat msyarakat mendorong perahu berisi sesaji untuk dilarung
(Sulistyobudi, dkk, 2013:110). Upacara tradisi nglarung berkaitan erat dengan nilai
spiritual yaitu sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
hasil dan segala rahmatnya yang telah dilimpahkan, selain itu juga untuk memohon
keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani hidup (Sulistyobudi, dkk,
2013:111).
Dari ketiga upacara tersebut, peneliti akan membahas mengenai upacara
nyadran sebagai salah satu hasil budaya yang masih dipertahankan sampai
sekarang.
2.1.2.Nyadran
Pada bagian ini akan dibahas tentang tujuan upacara nyadran, tata upacara
dalam nyadran, perlengkapan yang ada dalam upacara nyadran, dan nilai-nilai yang
terkandung dalam upacara nyadran.
2.1.2.1. Tadisi Nyadran
Upacara tradisi nyadran merupakan rangkaian upacara adat yang telah menjadi
tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan bulan Ruwah sebelum bulan puasa
suwah (pembukaan nyadran), 17 ruwah (sadranan pitulasan), 21 Ruwah (sadranan
selikuran), 23 suwah (sadranan telulikuran), dan yang terakhir tanggal 25 suwah
(sadranan selawean). Upacara nyadran dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan
terhadap arwah leluhur yang telah meninggal (Herawati, 2013: 25). Sejalan dengan
pendapat tersebut, tujuan dari upacara nyadran adalah untuk mengingatkan
manusia akan kematian sehingga manusia dapat menyehatkan jiwa dan kesadaran
manusia karena adanya kekuatan psikologis untuk meneguhkan kembali jati diri
dan identitas kita sebagai manusia (Prasetyo, 2010: 6).
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa upacara nyadran
merupakan upacara adat yang dilaksanakan untuk mendoakan arwah para leluhur
agar diampuni segala dosanya, dengan adanya upacara nyadran kita juga diingatkan
untuk lebih menghargai hidup sebelum pada akhirnya kita dihadapkan kepada
kematian. Upacara nyadran juga menjadi sarana pengenalan leluhur dan sanak
keluarga yang telah meninggal kepada generasi berikutnya sehingga tercipta
persaudaraan dan kerukunan antar sanak keluarga.
2.1.2.2. Tata Cara
Upacara nyadran diawali dengan acara besik, yaitu kegiatan membersihkan
makam leluhur dan sanak keluarga di pemakaman dengan menggunakan cangkul,
sabit, sapu, dan lain sebagainya, besik dilaksanakan secara serempak oleh
masyarakat secara gotong royong. Setelah selesai melaksanakan besik,
masing-masing keluarga yang melakukan ziarah kubur berdoa di depan makam leluhur
ataupun sanak keluarga dengan permohonan agar segala dosa dari para leluhur
makan menaburkan bunga di atas makam leluhur, bunga yang ditaburkan terdiri
dari bunga kanthil, mawar, dan melati. Tabur bunga ini dilakukan sebagai tanda
penghormatan terhadap arwah leluhur karena masyarakat Jawa mempercayai
bahwa arwah orang yang telah meninggal akan senang bila diberikan wewangian.
Seusai semua acara yang dilaksanakan di area pemakaman terlakasana acaranya
yang selanjutnya adalah kenduri. Kenduri dilaksanakan satu hari setelah acara
besik, kenduri bisa dilaksanakan di area pemakaman ataupun di rumah salah satu
warga yang dianggap sesepuh desa. Kenduri merupakan acara bertukar makanan
yang dibawa masyarakat dari rumah masing-masing. Makanan yang dibawa oleh
masyarakat beraneka macam seperti jajanan pasar, buah-buahan, sayur masak, dan
lain sebagainya. Setelah seluruh masyarakat hadir dan mengumpulkan makanan,
acara selanjutnya adalah doa yang dipimpin oleh sesepuh desa, doa dilaksanakan
secara kushyuk dengan permohonan agar yang telah meninggal diterima di sisi-Nya
dan keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan rahmad dan kerukunan. Yang
menjadi acara puncak dalam pelaksanaan upacara radisi nyadran ialah silaturahmi
yang dilaksanakan dengan saling berjabat tangan, silaturahmi dilakukan oleh orang
muda kepada yang lebih tua guna memnta maaf atas semua kesalahan yang pernah
dilakukan (Herawati, 2013: 25).
2.1.2.3. Nilai-nilai Nyadran
Upacara nyadran memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya.
Mulai dari nilai gotong royong yang terlihat dalam acara besik ketika semua
masyarakat saling tolong menolong dalam membersihkan area makam. Dengan
dalam menjalankannya. Nilai yang lain adalah ketaqwaan terhadap Sang pencipta
yang terlihat ketika masyarakat berdoa dan memohon kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan adanya nyadran, masyarakat juga diingatkan untuk lebih menghargai
orang yang telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan merawat
makamnya. Nilai yang lain adalah peduli dan saling berbagi yang dapat kita lihat
dalam acara kenduri, dimana masyarakat membawa makanan sesuai dengan
kemampuan ekonom masing-masing keluarga yang nantinya akan dibagiakan atau
saling ditukarkan dengan yang lainnya.
2.1.2.4. Perlengkapan upacara nyadran
Banyak perlengkapan yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan upacara tradisi
nyadran, berikut adalah perlengkapan dalam upacara tradisi nyadran (Hutari,
2009;22): kemenyan dan bunga tabur yang terdiri dari bunga melati, kanthil,
kenanga, dan mawar yang melambangkan keharuman doa yang keluar dari hati
yang tulus dan bau yang harum juga memiliki makna kemuliaan. Selanjutnya
adalah sego tumpeng yang dibuat dari nasi putih dan dibentuk kerucut (gunungan)
yang melambangkan sebuah pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya
permohonan masyarakat terkabul. Ingkung (ayam yang dimasak secara utuh) yang
melambangkan manusia ketika masih bayi belum memiliki kesalahan dan juga
melambangkan kepasrahan kepada Sang Pencipta. Pisang raja yang melambangkan
suatu harapan supaya kelak dapat hidup dengan bahagia. Jajanan pasar yang terdiri
dari bermacam-macam makanan yang diberli di pasar, jajanan pasar memiliki
makna agar warga masyarakat desa Wijirejo selalu memperoleh berkah dari Tuhan
selanjutnya adalah makanan yang menjadi ciri khas dalam upacara tradisi nyadran
yaitu ketan, kolak, dan apem. Ketan berasal dari bahasa arab khotaan yang berarti
kesalahan, kolak yang berasal dari kata qala yang berarti mengucapkan, dan aapem
yang berasal dari kata aquwam yang berarti ampun. Ketan, kolak dan apem ini
merupakan satu-kesatuan yang bermakna permohonan ampun apabila manusia
memiliki kesalahan terhadap sesamanya.
2.1.3.Pendidikan Karakter Kebangsaan
Pendidikan karakter kebangsaan ini akan membahas tentang pengertian dari
karakter, karakter kebangsaan, dan pendidikan karakter kebangsaan.
2.1.3.1. Pengertian dari karakter
Karakter Kata “karakter” yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari
istilah Yunani character dari kata charassein yang berarti membuat tajam atau
membuat dalam (Kurniawan 2013:28). Sejalan dengan itu, karakter merupakan cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk dapat hidup
dan bekerjasama, bak dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Individu yang memiliki karakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan mepertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat
(Suyanto dalam Kurniawan, 2013:28). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan pebuatan
berdasarkan norma-norma dan adat istiadat yang ada. Karakter dalam diri seseorang
menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Pada
akhirnya, karakter ini akan menempel dalam diri seseorang dan sering orang yang
bersangkutan tidak menyadari karakternya. Orang lain biasanya lebih mudah untuk
menilai karakter seseorang. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan
karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter
bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai dari watak
yang dimiliki seseorang dan tertanam dalam diri seseorang, namun banyak orang
yang tidak menyadari akan karakter yang dia miliki.
2.1.3.2. Karakter kebangsaan
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, baik
yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku
berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa,
serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia
akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa
dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD
1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap
NKRI (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 07). Berlandaskan filsafat Pancaila,
karakter kebangsaan berarti bahwa setiap aspek karakter harus didasari dengan
nilai-nilai yang ada di dalam kelima sila Pancasila, berikut adalah keterangan lebih
lanjut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:20-21):
Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain dapat
saling menghormati dan saling bekerjasama dengan umat agama lain, tidak
memaksakan agama dan kepercayaan orang lain.
2. Bangsa yang menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab
Karakter kemanusiaan seseorang tercermin dalam persamaan derajat, hak dan
kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, saling menghormati, saling
bekerjasama dan bergotong royong dengan orang lain, dan lain sebagainya.
3. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa
Karakter kebagsaan seseorang tercermin dalam sikap persatuan, kesatuan, dan
kepentingan bersama, rela berkorban demi bangsa dan negara, menjunjung
tinggi bangsa Indonesia, dan lain sebagainya.
4. Bangsa yang demokratis menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia
Karakter kerakyatan seseorang tercermin dalam perilaku yang lebih
mengutamakan kepentingan orang lain dan kepentingan negara, tidak
memaksakan kehendak orang lain, mengutamakan musyawarah bersama dan
memutuskan pendapat secara bersama demi kepentingan bersama, dan
lain-lain.
5. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan
Karakter keadilan sosial seseorang tercermin dalam perbuatan yang
mencerminkan sikap gotong royong, adil, menghormati hak-hak orang lain,
dan lain sebagainya.
Pendidikan karakter kebangsaan merupakan usaha sadar dan terencana guna
mewujudkan proses pemberdayaan dan pembudayaan potensi pesrta didik untuk
membangun karakter pribadi berupa kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan
perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni
olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik
Indonesia, 2010: 28). Pendidikan karakter kebangsaan dapat membentuk
individu-individu yang berkarakter yang dimaknai dalam empat bagian yaitu olah hati, olah
pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Berikut penjelasan lebih lanjut menganai
keempat bagian tersebut (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:22).
1. Karakter yang bersumber dari olah hati
Olah hati adalah kemampuan hidup manusia yang bersumber dari hati untuk
mengelola aspek-aspek spiritual yang membentuk karakter manusia (Yaumi,
2014:53). Karakter yang bersumber dari olah hati adalah sebagai berikut:
beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung
jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban,
dan berjiwa patriotik.
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir
Olah pikir adalah berkaitan dengan otak, pikiran, dan cipta (Yaumi, 2014:45).
Karakter yang bersumber dari olah pikir diantaranya adalah sebagai berikut:
cerdas, kritis, kreatif, inovativ, ingin tahu, produktif, berorientasi iptek, dan
reflektif.
Olah raga merupakan suatu bentuk akivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh
dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh atau jasmani (Yaumi,
2014:56). Karakter yang bersumber dari olah raga diantaranya adalah bersih dan
sehat, sportif, tangguh, handal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa
Olah rasa lebih cenderung pada emosional, empati, perasaan moral (Yaumi,
2014:50).karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa adalah sebagai
berikut: kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah,
hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmoplit (mendunia), mengutamankan
kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan
produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Karakter yang terkandung dalam upacara nyadran diantaranya adalah olah hati
yang nampak dalam acara doa di depan makam dan pada saat acara kenduri dengan
permohonan agar segala dosa dari yang telah meninggal diampuni dan ditempatkan
di sisi-Nya, beroda merupakan salah satu bentuk ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Olah pikir berkenaan dengan rasa ingin tahu dan berpikir kritis, hal
tersebut ditunjukkan ketika seorang anak bertanya tentang arti dari upacara
nyadran. Olah raga/kinestetika yang terlihat dalam upacara besik dimana
masyarakat membersihkan area makam dengan menggunakan cangkul, sabit, sapu,
dan lain-lain. Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan yang
terlihat di dalam acara besik, dimana semua masyarakat salig tolong menolong
2.1.4.Buku Cerita Anak
Buku cerita anak akan membahas tentang hakekat buku cerita anak, tujuan
buku cerita anak, macam-macam buku cerita anak.
2.1.4.1. Hakekat buku cerita anak
Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan
merupakan cerita tentang anak (Hardjana, 2006:2). Yang menjadi tokoh dalam
cerita anak tidak harus terdiri dari anak, melainkan apa dan siapa saja dapat
dijadikan sebagai tokoh dalam sebuah cerita. Sejalan dengan pendapat tersebut
cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak.
Jika cerita adalah pengalaman sehari-hari, maka pengalaman itu harus ditulis
dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah gambaran sehari-hari,
maka gambaran kehidupan itu harus ditulis dengan sudut pandang anak
(Kurniawan, 2013:18). Dari kedua pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
cerita anak merupakan cerita dengan sudut pandang anak dan menggambarkan
kehidupan sehari-hari dan ditujukan untuk anak-anak.
2.1.4.2. Tujuan buku cerita anak
Buku cerita merupakan sebuah media yang baik bagi anak untuk memenuhi
rasa ingin tahu yang tumbuh dalam diri anak. Terdapat beberapa tujuan dibuatnya
buku cerita anak sebagai sarana fasilitas untuk menumbuh kembangkan rasa ingin
tahu anak. Beberapa tujuan tersebut diataranya, buku cerita dapat dijadikan
inspirasi bagi anak, cerita dapat menumbuhkembangkan apresiasi kultural, cerita
dapat memperluas pengetahuan anak, atau cerita hanya dapat menimbulkan
2.1.4.3. Macam-macam bentuk buku cerita anak
Bentuk cerita dibagi menjadi dua, yaitu yaitu buku cerita fiksi dan buku cerita
nonfiksi. Dalam mengarang cerita untuk anak-anak dapat dengan bentuk buku
cerita pendek, novelet, dan novel (roman). Dalam imu kesusastraan ketiga bentuk
cerita tersebut disebut fiksi. Kata fiksi sendiri berasal dari bahasa Inggris fiction
yang berarti membentuk, membuat, mengadakan, dan menciptakan (Tarian dalam
Hardjana, 2006:4). Cerita fiksi juga disebut cerita khayalan atau rekaan, ini
dikarenaakan cerita fiksi ini semula tidak ada kemudian sengaja dibuat, dibentuk,
diadakan, dan diciptakan menjadi ada.
Bentuk cerita yang selanjutnya adalah cerita nonfiksi, cerita nonfiksi
merupakan lawan arti dari cerita fiksi, cerita nonfiksi merupakan sebuah cerita yang
sesuai dengan kenyataan. Tujuan dari cerita nonfiksi adalah untuk menuliskan
sebuah sejarah, biografi, cerita perjalanan guna menciptakan kembali segala sesuatu
yang telah terjadi secara aktual (Hardjana, 2006:5). Berdasarkan pendapat di atas
peneliti menyimpulkan bahwa cerita memiliki 2 bentuk, yaitu cerita fiksi adalah
cerita realitas atau yang dapat terjadi, sedangkan cerita nonfiksi adalah aktualitas
atau yang sebenarnya terjadi.
2.1.5.Anak Usia 9-11 Tahun
Anak usia 9-11 tahun akan membahas lebih lanjut tentang psikologi
2.1.5.1. Psikologi perkembangan anak
Anak memiliki tahap perkembangan sesuai dengan usia mereka, dan berikut
adalah tahap perkembangan anak menurut Piaget:
Tabel 2.1. tahap perkembangan anak menurut Piaget.
Tahap Perkiraan Usia
Periode Sensorimotor Lahir - 2 tahun Periode Pra-operasional 2 - 7 tahun Periode Operasional
Konkret
7 - 11 tahun
Periode Operasional Formal 11 - 15 tahun
Berdasarkan pendapat tersebut, anak usia 9-10 tahun termasuk dalam tahap
operasional konkret. Tahap ini ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran
yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis (Anggota IKAPI, 2001:69). Anak
mulai dapat memecahkan suatu masalah dengan menggunakan pemikiran yang
logis. Tahap opersional konkret ditandai dengan adanya sisten operasi berdasarkan
kenyataan atau konkret. Berikut adalah ciri-ciri pemikiran konkret (Anggota
IKAPI, 2001:77-86):
1. Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh
Pada tahap ini anak menggambarkan semua kejadian yang dia alamami,
menggambarkan semua yang ada dalam pikiran dan pengalaman yang anak
jumpai sehari-hari.
Pada tahap ini anak cenderung melihat objek dengan menyeluruh, disinilah
aanak mulai melihat suatu persoalan dari sudut pandang yang luas dan tidak
meihat persoalan dari satu sudut pandang saja.
3. Serasi
Pada tahap ini anak dapat menyusun segala sesuatu mulai dari ukurannya,
misalnya besar kecil benda. Pada tahap operasional konkret ini anak dapat
menyusun benda mulai dari kecil ke besar dan sebaliknya agar terihat lebih
serasi.
4. Klasifikasi
Pada tahapan ini anak mulai dapat mengelompokkan dan menyatukan suatu
objek sesuai dengan kesamaannya. Misalnya jika anak diberikan 5 benda yang
berbentuk lingkaran yang memiliki ukuran sama dan berwarna merah, dengan
5 lima benda yang berbentuk segitiga dengan ukuran yang sama dan berwarna
kuning. Benda-benda tersebut diletakkan secara acak, maka anak umur 7-11
tahun akan mengelompokkan benda tersebut sesuai dengan bentuk dan
warnannya.
5. Kausalitas
Pada tahap ini, anak sudah lebih luas dan mendalam melihat sebab dan suatu
kejadian. Tahap ini anak akan cenderung lebih banyak bertanya tentang
mengapa bisa terjadi seperti itu, dan juga anak lebih suka meneliti terjadinya
berbagai macam hal.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahap operasional
luas. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah teratur dan terarah karena anak sudah
dapat berpikir secara serasi, anak dapat mengklasifikasikan suatu objek dengan
lebih baik, selain itu anak juga sudah bisa membuat kesimpulan sendiri, dan konsep
bilangan anak sudah lebih lengkap.
2.1.5.2. Tugas perkembangan anak usia 9-11 tahun
Pada masa bayi dan kanak-kanak banyak dihabiskan di dalam rumah bersama
dengan keuarga, pada masa anak-anak berusia 6-11 tahun, waktu mereka akan lebih
banyak dihabiskan di sekolah dan lingkungan sekitar (Hartinah, 2011:46). Beberapa
tugas perkebangan yang dituntut pada masa ini adalah:
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Pada masa ini,
anak senang sekali bermain, oleh karena itu diperlukan keterampilan fisik
seperti melempar, menangkap, berenang, dan lain-lain.
2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebgai individu
yang sedang berkembang. Pada masa ini anak-anak dituntut mengenal diri
dan mengharrgai diri mereka sendiri, hal ini dapat dilakukan dengan cara
menjaga kesehatan tubuh, kebersihan tubuh, berolahraga, serta memiliki
sikap yang tepat terhadap lawan jenis.
3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini, anak dituntut untuk
dapat bekerjasama, serta menjalin hubunan baik dengan teman sebaya.
4. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita. Anak
dituntut melakukan peranan-peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar, yaitu
di sekolah dan menunjang keberlanjutan pendidikannya, anak dituntut
untuk dapat membaca, menulis, dan berhitung.
6. Pengembangan konsep-konsep dilakukan setiap hari agar dapat
menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan.
7. Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani. Pada masa ini anak-anak
diuntut untuk menghargai segala kegiatan yang sesuai dengan moral. Pada
masa ini jugalah pemikiran anak, nilai-nilai hidup, dan segala pertimbangan
didasarkan atas kata hati.
8. Memiliki kemerdekaan pribadi. Pada masa ini, amak diharapkan mampu
memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan pada
tergantung pada orang dewasa.
2.2.Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan buku cerita anak tentang upacara tradisi nyadran
dalam konteks pendidikan karakter bangsa masih sedikit untuk dijadikan sumber
hasil penelitian yang relevan. Berikut merupakan hasil penelitian yang relevan yang
bersangkutan dengan buku cerita anak tentang tradisi dalam kontek pendidikan
karakter.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Parmadi (2013) dengan judul jurnal “Upacara Tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan Karangdowo Kabupaten
klaten (Kajian Makna Simbolik dan Nilai Reigius)”. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendiskripsikan atar belakang dan prosesi tradisi nyadran di dusun
mendeskripsikan nilai religius yang terkandung di dalam upacara tradisi nyadran.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data berupa
informan, tempat, peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan
teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan
teknik analisis data model interaktif. Hasil penelitian ini adalah upacara tradisi
nyadran di Desa Bulusan Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten memiliki
latar belakang sejarah berupa cerita lisan asal mula Desa Bulusan. Upacara tradisi
nyadran memiliki rangkaian prosesi acara berupa membersihkan desa dan makam,
tabur bunga, malam tirakatan, kenduri rumah, kenduri bangsal makam, dan kenduri
pelataran rumah. Ketiga, makna simbolik yang terdapat dalam acara nyadran yang
terdapat di upacara tradisi nyadran pada umumnya berupa pesan-pesan bagi
kehidupan masyarakat
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Sutrisno (2015) dengan judul jurnal “Pengembangan Protipe Buku Delapan Permainan Tradisional Jawa untuk
Membangun Karakter Anak”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk
mengembangkan prototipe buku delapan permainan tradisional Jawa untuk
membangun karakter anak. Masalah yang didapatkan oleh peneliti dari hasil
kuesioner yang dibagikan kepada 50 anak yang dilakukan di Desa Minggir 3
,Yogyakarta dan di Dusun Sejati Dukuh, Mertoyudan adalah terdapat 86% anak
lebih tertarik pada permainan elektronik dan hanya 14% anak yang masih mengenal
Penelitian yang ketiga dilakuka oleh Dany (2016), dengan judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam
Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan prototipe buku cerita anak mengenai tradisi nyadran dalam
konteks pendidikan karakter kebangsaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian pengembangan (R&D). Prosedur penelitian yang dilakukan adalah
analisis potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain,
dan revisi desain, dan ujicoba produk. Data awal dalam penelitian ini adalah data
kualitatif dari hasil penyebaran kuesioner kepada anak guna memperoleh
pemahaman anak mengenai tradisi nyadran. Pengumpulan data pada penelitian ini
berupa angket guna yang dibagikan seusai ujicoba produk yang dilaksanakan
bersama siswa sekolah dasar. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut adalah
prototipe buku cerita anak mengenai tradisi nyadran. Bacaan disertai dengan
gambar ilustrasi yang diberi warna yang menarik. Bacaan yang dikembangkan
mengandung nilai-nilai karakter kebangsaan.
Berdasarkan peneitian di atas, peneliti belum menemukan penelitian yang
berkaitan dengan pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran
dalam konteks pendidikan karakter. Penelitian di atas masih terbatas pada
penjelasan tentang tujuan dari buku cerita, penjelasan tentang tradisi nyadran itu
sendiri, dan juga penjelasan tentang pendidikan karakter bagi anak. Ketiga
akan mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam
konteks pendidikan karakter kebangsaan.
Gambar 2.1 Literatur Map dan Penelitian yang Relevan
2.3.Kerangka Berpikir
Karakter merupakan watah atau ciri khas yang ada dalam diri seseorang dan
sangat berpengaruh untuk setiap orang. Karakter bersumber dari empat olah Marcelina Felix Sari Budi Sutrisno (2015)
Pengembangan Prototipe Buku Delapan
Permainan Tradisional Jawa untuk
Membangun Karakter Anak
Dalam penelitian ini dapat peneliti
menyimpulkan bahwa dengan delapan
permainan tradisional Jawa. Anak-anak dapat dilatih untuk bersikap jujur, teliti, sportif, mau bekerjasama, pantang menyerah, kreatif, dan teliti.
Parmadi (2013)
Ruwatan: Upacara tradisi guna membersihkan makam dan desa dilanjutkan kenduri dan tirakatan. nyadran mengandung nilai luhur seperti toleransi dan membina toleransi. Penelitian ini membahas tentang tradisi nyadran terkait kajian simbolik dan makna religius.
Heribertus Dany (2016)
Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Tradisi Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan.
yaitu, 1)olah pikir yang memuat nilai cerdas, kritis dan rasa ingin tahu; 2) olah
hati yang memuat jujur, tertib, adil, berempati, tanggung jawab, dan bersahabat;
3) olah raga/kinetetika yang memuat nilai bersih, sehat, tangguh handal gigih,
kompetitif, dan sportif; 4) olah rasa dan karsa yang memuat nilai gotong royong,
toleransi, kebersamaan, ramah, hormat, dan peduli.
Keempat karakter berserta semua nilai yang termuat di dalamnya dapat
ditanamkan pada diri anak sejak usia dini. Masa sekolah menjadi masa yang
efektif untuk dapat menanamkan dan menumbuhkembangkan karakter dalam
diri anak. Buku cerita bisa menjadi salah satu media yang dapat dikembangkan
untuk menumbuhan karakter pada diri anak. Salah satu buku cerita yang dapat
menanamkan pendidikan karakter pada anak adalah dengan menggunakan buku
cerita bergambar tentang tradisi nyadran. Tradisi nyadran merupakan sebuah
tradisi yang telah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini
sering disebut ziarah kubur dan bertujuan untuk menghormati dan mendoakan
arwah leluhur yang telah meninggal dunia.
Namun pada jaman sekarang upacara tradisi nyadran sudah jarang
dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga banyak anak-anak yang tidak
mengetahui tentang tradisi nyadran.
Upacara tradisi nyadran memiliki nilai-nilai yang dapat membentuk
karakter dalam diri anak-anak. beberapa karakter tersebut diantaranya beriman
dan bertaqwa kepada Sang Pencipta, nilai gotong royong, kebersamaan,
solidaritas, dan lain sebaginya. Akibat dari lunturnya kebudayaan ini akan
memuat nilai-nilai luhur akan mulai terlupakan, selain itu anak-anak akan tidak
mengenal upacra tradisi yang ada dalam masyarakatnya. Bermula dari
keprihatinan tersebut, maka peneliti mengembangkan prototipe buku cerita
anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter. Buku cerita
tersebut diharapkan mampu membentuk karakter melaui nilai-nilai yang ada
dalam upacara tradisi nyadran.
2.4.Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan teori di atas, maka pertanyaan penelitian adalah:
1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe buku cerita anak tentang
upacara nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.
2. Bagaimana kualitas prototipe dapat membantu anak mengerti tatacara
32 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III dalam metode penelitian ini akan membahas tentang jenis penelitian,
setting penelitian, prosedur penelitian, uji coba produk, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian.
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah R & D (Research and Development)
yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penelitian dan pengembangan. R&D
(Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono,
2010:297). Sejalan dengan pendapat tersebut, R&D (Research and Development)
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertangungjawabkan (Syaodih, 2008:164). Berdasarkan dua pendapaat ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa Research and Development jenis penelitian yang
menghasilkn dan mengembangkan suatu produk tertentu dengan cara yang
sistematis.
Penelitian ini disebut penelitian pengembangan dikarenakan peneliti
mengembangkan suatu produk berupa prototipe pengembangan buku cerita
bergambar yang berkaitan dengan tradisi “nyadran” untuk anak 9-10 tahun dalam
3.2Setting Penelitian
Setting penelitian ini akan membahas tetntang tempat penelitian, subjek
penelitian, objek penelitian dan waktu penelitian.
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini diawali dengan wawancara terhadap tiga narasumber dari dusun
Ngaranan, Sendangrejo, Minggir, Sleman. Selanjutnya adalah penyebaran
kuesioner di SD Kanisius Kenteng yang beralamatkan di Dusun Kenteng,
Kembang, Nanggulan, Kulonprogo.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek uji penelitian yang akan diteliti adalah anak usia 9-11 tahun.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek ini adalah prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi
nyadran untuk anak usia 9-11 tahun dalam konteks pendidikan karakter
kebangsaan.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu selama delapan bulan. Terhitung mulai dari
bulan Juni 2015 sampai bulan Februari 2016.
3.3Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan penelitian Research and
Development (R&D) menurut Sugiyono (2010: 409). Prosedur pengembangan
menurut Sugiyono ini dilakukan melalui sepuluh langkah prosedur
produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk,
(8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono ditunjukkan pada bagan
berikut:
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan Menurut Sugiyono
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 7 prosedur yang ada dalam
buku Sugiyono dikarenakan keterbatasannya waktu, tenaga, dan biaya yang tidak
memungkinkan peneliti melakukan semua langkah yang ada. Peneliti hanya
menggunakan 7 langkah tersebut diantaranya adalah (1) potensi dan masalah, (2)
pengumulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji
coba produk, sehingga dapat menghasilkan produk prototipe pengembangan buku