• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA BERMAIN PUZZLE TERHADAP KETERAMPILAN MENGGOSOK GIGI PADA

ANAK USIA SEKOLAH DI SD BANGUNKERTO TURI SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

NUR ARTANTI KURNIASIH 2212048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

iii

HALAMAN JUDUL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA BERMAIN PUZZLE TERHADAP KETERAMPILAN MENGGOSOK GIGI PADA

ANAK USIA SEKOLAH DI SD BANGUNKERTO TURI SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

NUR ARTANTI KURNIASIH 2212048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta”.

Skripsi ini telah diselesaikan, atas bimbingan, arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ingin berterimakasih kepada:

1. Bapak Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua STIKes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Bapak Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Sp.Kep.M.B selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan di STIKes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Ibu Masta Hutasoit, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan saran serta masukan terhadap penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Suwarno, S.Kep., Ns., M.Ns, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dwi Yati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala sekolah SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta dan responden dengan bersedia meluangkan waktunya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini berguna bagi semua.

Yogyakarta, 2017

(6)

v DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix INTISARI ... x ABSTRACT ... xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. ujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Usia sekolah a. Definisi Anak Usia Sekolah ... 7

b. Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 7

2. Menggosok Gigi a. Definisi Menggosok Gigi ... 9

b. Definisi Keterampilan Menggosok Gigi ... 9

c. Kebiasaan Menggosok Gigi ... 9

d. Waktu yang Tepat untuk Menggosok Gigi... 10

e. Cara Menggosok Gigi... 10

f. Hal Penting dalam Menggosok Gigi... 13

g. Akibat tidak Menggosok Gigi... 14

h. Masalah Gigi yang Sering Terjadi... 16

i. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menggosok Gigi... 17

3. Pendidikan Kesehatan a. Definisi Pendidikan Kesehatan ... 19

b. Metode Pendidikan Kesehatan ... 19

c. Macam-macam Alat Bantu Pendidikan Kesehatan ... 20

4. Permainan Puzzle a. Definisi Puzzle ... 21

(7)

viii

c. Manfaat Permainan Puzzle ... 23

d. Permainan Puzzle untuk Pendidikan Kesehatan ... 24

B. Kerangka Teori ... 25

C. Kerangka Konsep ... 26

D. Hipotesis Penelitian... 26

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Definisi Operasional ... 29

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 30

G. Uji Validitas ... 32

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

I. Etika Penelitian ... 34

J. Pelaksanaan Penelitian ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 37 B. Pembahasan ... 41 C. Keterbatasan Penelitian ... 46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 47 B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRA

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian Penelitian ... 5 Tabel 2 Definisi Operasional ... 29 Tabel 3 Hasil Uji Validitas Expert ... 32 Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Anak

Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta ... 37 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta ... 38 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Keterampilan Menggosok Gigi pada Anak

Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan

Media Bermain Puzzle ... 38 Tabel 7 Peningkatan Keterampilan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah

Dilakukan Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta ... 39 Tabel 8 Hasil Uji Normalitas Data Pendidikan Kesehatan dengan Media

Bermain Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta ... 40 Tabel 9 Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain

Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di Sd Bangunkerto Turi Sleman hadap Keterampilan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta ... 40

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ... 26 Gambar 2 Kerangka Konsep ... 27

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi

Lampiran 2 Lembar Permohonan

Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden. Lampiran 4 Lembar Observasi.

Lampiran 5 Permohonan Izin Uji Content Validitas Lampiran 6 Lembar Uji Content Validitas

Lampiran 7 Rumus Uji Expert

Lampiran 8 Satuan Acara Penyuluhan Menggosok Gigi Lampiran 9 Hasil Analisa Data

Lampiran 10 Gambar

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian

(11)

x

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA BERMAIN PUZZLE TERHADAP KETERAMPILAN MENGGOSOK GIGI PADA

ANAK USIA SEKOLAH DI SD BANGUNKERTO TURI SLEMAN YOGYAKARTA

Nur Artanti Kurniasih1, Suwarno2, Dwi Yati3

INTISARI

Latar Belakang : Hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) tahun 2013 oleh Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) menunjukkan prevalensi anak yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut berdasarkan karakteristik umur adalah 5-9 tahun sebesar 28,9%, umur 10-14 tahun sebesar 25,2% dan terjadi di pedesaan sebesar 25,9%. Anak dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab terkait kebersihan dirinya sendiri. Metode pendidikan kesehatan dengan media puzzle sangat cocok dalam mengajarkan anak saat menyikat gigi dengan benar karena lebih menarik, interaktif, melatih kekuatan dan kemampuan motorik halus anak.

Tujuan Penelitian : Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta.

Metode Penelitian : Jenis penelitian eksperimen semu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian adalah One group Pre test – Post test”. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling yaitu 50 siswa. Instrumen penelitian adalah lembar observasi dan media puzzle. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian : Keterampilan menggosok gigi anak sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle kategori kurang sebesar 44%. Keterampilan menggosok gigi anak setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle kategori baik sebesar 88%. Rata-rata keterampilan menggosok gigi anak setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle mengalami kenaikan sebesar 2,10. Hasil uji Wilcoxon diperoleh p-value 0,000.

Kesimpulan : Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta,

Kata kunci : media bermain puzzle, keterampilan menggosok gigi

1Mahasiswa Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2

Dosen Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 3Dosen Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

(12)

xi

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION WITH PUZZLE TOWARD THE RUBBING DENTAL SKILLS ON CHILDREN IN ELEMENTARY

SCHOOL OF BANGUNKERTO TURI SLEMAN YOGYAKARTA

Nur Artanti Kurniasih4, Suwarno5, Dwi Yati6

ABSTRACT

Background: The results of Regional Health Research in 2013 by the Ministry of Health showed the prevalence of children with dental and oral health problems based on age are five to nine years old as much 28.9%, age 10-14 years as much 25.2 % and occurred in rural areas around 25.9%. Children can be taught how to maintain oral hygiene in more detail, so that will lead to a sense of responsibility related to cleanliness itself. Health education method with puzzle media is very suitable for children to learn about dental rubbing properly because it is more interesting, interactive, train their motor skills and abilities.

Research Method: To known the effect of health education with puzzle media towardtherubbing dental skills on children on elementary school of Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta.

Research Method: This research was quasi experiments with quantitative approach. Research design was One group Pre test – Post test”. Sample taken by simple random sampling technique about 50 respondents. The research instrument was observation sheet and puzzle. Research result was analyzed by Wilcoxon test. Research Result: The children’s rubbing dental skills before got the health education with puzzle was on fewer categories as much as 44% and increased in after given the health education was good categories as much as 88%. The average of children’s rubbing dental skills after given the health education with puzzle media increased as many 2,10. With the significant level of Wilcoxon test obtained p-value 0,000 or < 0,001.

Conclusion: There was effect of health education with puzzle media towardthe rubbing dental skills on elementary school age children in Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta,

Keywords : health education with puzzle media, rubbing dental skills

4Student of Nursing Department of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 5

Lecturer of Nursing Department of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 6Lecturer of Nursing Department of STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan yang biasanya cenderung menetap sampai dewasa (Hariyanti, 2008). Salah satu kebiasaan tersebut yaitu menjaga kebersihan gigi dan mulut. Menurut Sondang (2008) perilaku anak Indonesia didalam menjaga kesehatan rongga mulut masih rendah. Sebab perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).

Hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) tahun 2013 oleh Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) menunjukkan prevalensi anak yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut berdasarkan karakteristik umur adalah 5-9 tahun sebesar 28,9%, umur 10-14 tahun sebesar 25,2% dan terjadi di pedesaan sebesar 25,9%. Data dari pengurus besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mengatakan bahwa ada 89% penderita karies gigi adalah anak-anak diusia dibawah 12 tahun (Sariningsih, 2012). Menurut prevalensi nasional masalah gigi dan mulut sebesar 51,9% dengan proporsi didaerah perkotaan dan pedesaan yang hampir sama yaitu 26,0% dan 25,9%. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai prevalensi masalah gigi-mulut dan karies aktif diatas prevalensi nasional (25,9%), yaitu sebesar 32,1% (Depkes RI, 2013).

Masa kanak-kanak pertengahan 6-12 tahun sering disebut sebagai masa-masa rawan, karena pada masa-masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). Gigi yang baru tumbuh tersebut belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan (Darwita, 2011). Oleh karena itu, gigi permanen yang tumbuh hanya satu kali dalam seumur hidup harus dijaga, dirawat dan dipelihara dengan baik supaya terhindar dari masalah gigi. Menjaga kebersihan gigi harus dilakukan setiap hari sehingga gigi dan mulut bersih dari sisa-sisa makanan yang bisa menyebabkan kerusakan gigi. Kerusakan gigi pada anak bisa menyebabkan gangguan masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak akibat kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut akan menurunkan

(14)

selera makan anak dan pemecahan makanan didalam mulut tidak sempurna sehingga penyerapan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh akan terganggu (Cahyati, 2008).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Peran sekolah sangat diperlukan dalam proses menciptakan kebiasaan menyikat gigi pada anak. Usia sekolah dasar merupakanusia yang tepat untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk menyikat gigi (Riyanti & Saptarini, 2012). Perkembangan motorik halus dan kasar pada anak semakin menuju kearah kemajuan. Anak dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab terkait kebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat pada umumnya dan anak sekolah khususnya dapat dilakukan melalui program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Penyampaian materi pada program KIE dapat dilakukan melalui beberapa metode dan media. Media yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari yang tradisional yaitu mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetak), permainan ular tangga, permainan puzzle sampai dengan elektronik yang modern yaitu televisi dan internet (Zulaekah, 2012).

Metode pendidikan kesehatan dengan media puzzle sangat cocok dalam mengajarkan anak saat menyikat gigi dengan benar karena lebih menarik, interaktif, melatih kekuatan dan kemampuan motorik halus anak. Metode ini juga dapat membangun dan memotivasi serta menimbulkan suasana yang menghibur dan mengurangi ketegangan selama proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yunus (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara metode bermain puzzle dan kemampuan melakukan mencuci tangan.

Metode bermain puzzle merupakan alat permainan yang terpotong-potong dan disusun sehingga membentuk satu kesatuan gambar yang utuh dan memiliki makna (Damay, 2012). Menurut hasil penelitian Nurhidayah (2015), menunjukkan bahwa ada pengaruh media Puzzle Gosok Gigi (PuGoGi) terhadap kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita kategori sedang yang ditunjukkan

(15)

oleh berkurangnya frekuensi kesalahan menggosok gigi yang dilakukan subjek setelah diberikan intervensi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 September 2016, pada anak kelas 1-6 di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta. Dari observasi yang dilakukan pada anak kelas 1-6 yang paling banyak mengalami kerusakan gigi yaitu pada anak kelas 2, terdapat 32 siswa yang duduk di kelas 2. Sedangkan jumlah siswa kelas 1 sebanyak 50 anak. Observasi dilakukan oleh peneliti terdapat 20 anak yang mengalami karies gigi. Guru SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta mengatakan bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai metode bermain puzzle dan keterampilan menggosok gigi yang benar pada anak. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengambil judul pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

a. Diketahui keterampilan menggosok gigi sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

b. Diketahui keterampilan menggosok gigi setelah diberikan pendidikan kesehatan.

(16)

c. Diketahui peningkatan keterampilan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu keperawatan khususnya tentang pendidikan kesehatan menggosok gigi dengan menggunakan media bermain puzzle.

2. Manfaat secara Praktis a. Bagi Anak Usia Sekolah

Metode puzzle yang digunakan dalam penelitian ini, diharapkan menjadi metode yang efektif dan mudah dipahami oleh anak-anak dalam menggosok gigi dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Bagi Guru SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta

Sebagai referensi tambahan tentang cara pemilihan metode pendidikan kesehatan menggosok gigi dan menambah masukan pada guru pengajar yang ada disekolah agar bisa diterapkan pada anak usia sekolah tentang pentingnya melakukan gosok gigi.

c. Bagi Perawat Khususnya Anak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ataupun sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan berupa pendidikan kesehatan melalui media bermain puzzle pada anak usia usia sekolah tentang keterampilan menggosok gigi.

d. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dasar bagi peneliti selanjutnya, menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman peneliti.

(17)

5

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Perbedaan Persamaan

Sari (2012)

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Wilayah Paron Ngawi.

Desain penelitian Quasy-Experimental dengan rancangan penelitian pre-post test control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test (uji komparasi 2 sampel berpasangan) dan uji statistik Mann Whitney UTest (uji komparasi 2 sampel bebas/independen).

Ada pengaruh pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan aplikasi tindakan gosok gigi anak usia sekolah

Variabel bebas pendidikan kesehatan dengan metode permainan simulasi ular tangga, sedangkan dalam

penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan metode puzzle. Variabel terikat yaitu pengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi sedangkan pada penelitian yang telah peneliti lakukan variabel terikatnya keterampilan menggosok gigi. Rancangan penelitian pre-post test control group design sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan rancangan One group Pre test – Post test. Analisis data menggunakan uji statistik Mann Whitney U test, sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan alat uji non parametric wilcoxon sign rank test.

Metode penelitian Quasy Eksperimen

Yunus (2013)

Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Anak Tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember.

Metode Quasy Eksperimen, rancangan penelitian pre and post test. Metode analisa data menggunakan uji statistic Chi-Square.

Ada pengaruh pelatihan cuci tangan bersih dengan metode puzzle terhadap kemampuan melakukan cuci tangan bersih anak tunagrahita

Variabel terikat kemampuan mencuci tangan, sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan variabel terikat keterampilan

menggosok gigi. Sampel penelitian anak tunagrahita sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan sampel anak sekolah dasar.

Metode penelitian yaitu Quasy Eksperimen dan rancangan penelitian pre and post test. Variabel bebas yaitu pendidikan kesehatan dengan media puzzle.

(18)

6

Peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Perbedaan Persamaan

Nurhidayah (2015)

Pengaruh Media Puzzle Gosok Gigi (PuGoGi) terhadap Kemampuan Menggosok Gigi pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas V di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1

Yogyakarta.

Metode penelitian Quasy Eksperimen, rancangan penelitian pre and post test.

Ada pengaruh media Puzzle Gosok Gigi (PuGoGi) terhadap

kemampuan menggosok gigi pada anak tunagrahita kategori sedang.

Sampel penelitian anak tunagrahita sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan peneliti menggunakan sampel anak sekolah dasar.

Metode penelitian Quasy Eksperimen dengan rancangan pre and post test. Variabel bebas yaitu pendidikan kesehatan dengan media puzzle gosok gigi.

(19)

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian

SD Bangunkerto Turi terletak di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Apabila dilihat dari lokasinya SD Bangunkerto Turi terletak cukup strategis sehingga dekat dengan sumber informasi. Berdasarkan hasil observasi, SD Bangunkerto Turi memiliki tenaga pengajar dan jumlah anak terdiri dari 14 guru dan 152 anak, serta memiliki fasilitas pendukung yaitu 6 ruang kelas,1 ruang UKS (unit kesehatan sekolah), tempat bermain, toilet dan keran air, 1 kantin, ruang guru, ruang kepala sekolah dan perpustakaan. SD Bangunkerto Turi belum pernah mengadakan pendidikan kesehatan tentang menggosok gigi.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan umur dan jenis kelamin yang diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi

Sleman Yogyakarta

Variabel Mean SD Minimum Maksimum

Usia 7,52

0,614

7 9

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata responden adalah 7,52 tahun dengan usia maksimum 9 tahun dan usia minimum 7 tahun.

(20)

38

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto

Turi Sleman Yogyakarta

Jenis kelamin Frekuensi %

Laki-laki Perempuan 27 23 54,0 46,0 Jumlah 50 100

Sumber: Data primer tahun 2017

Tabel 5 menunjukkan jenis kelamin responden kebanyakan adalah laki-laki (54%).

3. Keterampilan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Hasil analisis data keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menggosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta Sebelum

dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain Puzzle Keterampilan menggosok gigi Sebelum Setelah F % f % Baik 17 34,0 44 88,0 Cukup 11 22,0 5 10,0 Kurang 22 44,0 1 2,0 Jumlah 50 100 50 100

Sumber: Data primer tahun 2017

Tabel 6 menunjukkan keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terbanyak adalah kategori kurang 44%. Setelah diberikan pendidikan kesehatandidapatkan hasil mayoritas responden dalam kategori baik 88%.

(21)

39

4. Peningkatan Keterampilan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan

Besarnya peningkatan keterampilan menggosok gigi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dilihat dari selisih skor keterampilan sebelum dan setelah diberikan pendidikan dengan media puzzle yang hasilnya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 7. Peningkatan Keterampilan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain

Puzzle Terhadap Keterampilan Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman

Yogyakarta Rata-rata Skor keterampilan

Menggosok gigi Selisih skor keterampilan Menggosok gigi Sebelum 3,36 2,10 Sesudah 5,46

Sumber: Data primer tahun 2017

Tabel 7 menunjukkan rata-rata keterampilan menggosok gigi sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle sebesar 3,36 dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebesar 5,46 berarti mengalami kenaikan sebesar 2,10.

5. Uji Normalitas

Untuk menentukan statistik penelitian yang akan digunakan, data yang akan diteliti diuji terlebih dahulu kenormalannya. Data yang berdistribusi normal hasilnya lebih akurat bila menggunakan statistik parametrik, sebaliknya data yang berdistribusi tidak normal penelitiannya menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogorov-smirnov hasilnya disajikan pada tabel berikut:

(22)

40

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain Puzzle Terhadap Keterampilan Menggosok Gigi Pada Anak

Usia Sekolah Di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta

Variabel Statistic p-value

Skor keterampilan sebelum diberikan pendidikan kesehatan

Skor keterampilan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

1,687

3,320

0,007

< 0,001

Sumber: data primer, 2017

Hasil uji normalitas data skor keterampilan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan semuanya berdistribusi tidak normal karena memiliki p-value < 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas, maka dalam penelitian ini digunakan uji parametrik Wilcoxon.

6. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi

Hasil uji pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta disajikan pada tabel berikut:

Tabel 9. Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi Pada

Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta N Mean ranks Sum of Ranks p-value Keterampilan menggosok gigi sesudah Keterampilan menggosok gigi Sebelum Negatif ranks Positif ranks Ties Total 0 32 18 50 0,00 16,50 0,00 528,00 < 0,001

(23)

41

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Wilcoxon atau p-value sebesar 0,000 <  (0,05), artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta.

B. Pembahasan

1. Keterampilan Menggosok Gigi Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan

Keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terbanyak adalah kategori kurang (44%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Prasada (2016) yang menunjukkan gambaran perilaku menggosok gigi yang baik pada siswa Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Rendang masih kurang (81,5%).

Ketrampilan dan kebersihan gigi mulut responden kurang memenuhi standar yang diharapkan karena siswa belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan menggosok gigi sebelumnya. Pendidikan kesehatan merupakan pendidikan yang tidak lepas dari proses belajar karena proses belajar itu ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sebelum terjadi perubahan perilaku, seseorang akan mempunyai persepsi terhadap apa yang akan dijalaninya sehingga menimbulkan persepsi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh dari informasi, sehingga bila informasi yang diterima kurang jelas, hasil pembelajaran yang didapat juga tidak optimal (Sari, 2012).

Informasi yang diperoleh oleh responden mempengaruhi pengetahuan responden yang semula cukup akan berubah dengan sendirinya menjadi baik. Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Proses pembelajaran yang tidak optimal akan mempengaruhi persepsi seseorang sehingga perubahan untuk berperilaku hidup sehat akan sulit didapatkan. Proses penerimaan informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan (Sari, dkk, 2012).

(24)

42

Faktor usia responden yang sebagian besar masih 7 tahun (54%) juga mempengaruhi tingkat ketrampilan responden yang kurang. Usia mempengaruhi perilaku seseorang sehingga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Faktor lain yang turut mempengaruhi rendahnya keterampilan responden adalah jenis kelamin responden yang sebagian besar laki-laki (54%). Menurut Patmonodewo (2008) anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus dibandingkan dengan anak laki-laki.

2. Keterampilan Menggosok Gigi Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terbanyak adalah kategori baik (88%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Nurhidayah (2015) yang menunjukkan ada pengaruh media Puzzle Gosok Gigi (PuGoGi) terhadap kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita yang ditunjukkan oleh berkurangnya frekuensi kesalahan menggosok gigi yang dilakukan subjek setelah diberikan intervensi.

Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari piaget, kemampuan intelektual anak usia 6-12 sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya (Yusuf, 2011). Sehingga diharapkan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya membuat mereka berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2007).

Usia sekolah dasar merupakan usia yang tepat untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk menyikat gigi (Riyanti & Saptarini, 2012). Perkembangan motorik halus dan kasar pada anak semakin menuju ke arah kemajuan. Anak dapat diajarkan cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan menimbulkan rasa tanggung jawab terkait kebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005).

(25)

43

3. Peningkatan Keterampilan Menggosok Gigi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan

Rata-rata keterampilan menggosok gigi usia sekolah di SD Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle mengalami kenaikan sebesar 2,10. Hasil penelitian ini sesuai dengan Sari dkk (2012) yang menunjukkan aplikasi tindakan gosok gigi anak usia sekolah di SD wilayah Paron Ngawi meningkat setelah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga.

Peningkatan keterampilan menggosok gigi disebabkan adanya informasi melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Sehingga diharapkan pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap perilakunya (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku siswa dalam menggosok gigi akan lebih mudah apabila siswa tersebut tahu apa manfaat menggosok gigi, tahu cara menggosok gigi yang benar dan tahu akibat atau dampak bila tidak menggosok gigi. Hal ini sejalan dengan teori Green dalam Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini peningkatan keterampilan menggosok gigi diduga sebagai pengaruh dari pendidikan kesehatan dengan media puzzle sehingga responden bisa merubah perilaku gosok gigi dengan benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa upaya agar

(26)

44

berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan. Hal ini didukung oleh penelitian Sari (2012) yang menyimpulkan ketrampilan menggosok gigi pada sebagian besar anak sebelum diberikan pendidikan kesehatan simulasi menggosok gigi teknik modifikasi bass kategori cukup dan kebersihan gigi mulut kategori sedang, sesudah diberikan pendidikan kesehatan simulasi menggosok gigi teknik modifikasi bass keterampilan mengosok gigi dan kebersihan gigi mulut kategori baik.

4. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi

Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi, Sleman, Yogyakarta. Hasil ini didukung oleh penelitian Nurhidayah (2015) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh media Puzzle Gosok Gigi terhadap kemampuan menggosok gigi anak tunagrahita yang ditunjukkan oleh berkurangnya frekuensi kesalahan menggosok gigi yang dilakukan subjek setelah diberikan intervensi.

Menurut Nursalam (2008) tujuan pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh-sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri atau tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan, dimaksudkan hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan (Riyadi & Sukarmin, 2009).

Menurut Caruana (1971) dalam Notoatmodjo (2007), metode yang dianggap paling efektif di dalam usaha pendidikan kesehatan khususnya pada anak-anak adalah metode bermain puzzle. Metode bermain puzzle adalah media permainan anak yang menarik dan menyenangkan akan merubah dan

(27)

45

meningkatkan kemampuan untuk berperilaku sehat pada anak.

Permainan puzzle merupakan salah satu jenis APE (Alat Pendidikan Edukatif). Penggunaan APE dalam pendidikan dapat menjadikan proses mengajar lebih cepat, menambah daya pengertian, menambah ingatan anak, dan menambah kesegaran dalam mengajar (Ismail, 2009). Menurut Rokhmat (2006), melalui permainan puzzle secara tidak langsung anak akan diminta memecahkan sebuah masalah. Masalahnya adalah menggabungkan potongan-potongan sehingga terbentuk sebuah gambar utuh. Otak anak akan dilatih untuk berpikir kreatif dengan memasang kepingan gambar. Ketika tangan memasang potongan gambar, keterampilan motorik halus anak akan semakin terasah. Motorik halus adalah koordinasi antara otot-otot kecil. Semakin terampil anak memasang potongan gambar, keterampilan anak akan semakin baik. Berulang kali anak mencoba memasang dan menggabungkan potongan gambar, membantu anak membuat kesimpulan sebuah masalah.

Keterampilan motorik halus pada usia 6 sampai 7 tahun dalam menggosok gigi adalah anak masih membutuhkan bantuan untuk menggosok gigi dengan seksama dan perlu diajarkan cara melakukan perawatan gigi secara mandiri (Potter & Perry, 2005). Oleh karena itu, anak belum mampu menggosok gigi secara seksama dan mandiri pada usia 6 sampai 7 tahun.

Anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada usia 8 sampai 10 tahun. Hal ini dikarenakan, anak mengalami peningkatan keterampilan motoric halus yang membuat anak mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada usia 8 sampai 10 tahun (Potter & Perrry, 2005). Edelman &Mandle (2006) juga mengungkapkan bahwa anak telah memiliki koordinasi tangan yang baik pada usia 8 sampai 9 tahun. Oleh karena itu, anak sudah mampu melakukan perawatan gigi secara mandiri pada usia 8 sampai 10 tahun.

Alat bantu peraga yang berupa puzzle banyak disukai oleh anak-anak. Selain itu metode yang digunakan juga sesuai dengan anak usia sekolah. Selain mendapatkan pengetahuan bermain juga merupakan kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan pada anak, melatih motorik halus anak pada saat

(28)

46

bermain puzzle yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan pada saat anak menyusun puzzle, permainan puzzle juga dapat membantu anak memecahkan masalah sendiri dengan mencari jawaban yang tepat dan sesuai. Dengan bermain puzzle tanpa disadari anak akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat tersusun membentuk gambar maka bagian-bagian puzzle harus disusun secara hati-hati. Kegiatan anak dalam kehidupan sehari-hari secara aktif menggunakan jari-jari tangannya (Soraya, 2014).

C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Belum dilakukan pengendalian terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seperti sikap, kepercayaan, tradisi, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku kelompok referensi, serta dukungan. Sehingga diharapkan peneliti selanjutnya untuk meneliti salah satu faktor-faktor tersebut.

(29)

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle terhadap keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta, ditunjukkan dengan hasil uji Wilcoxon diperoleh p-value < 0,001.

2. Keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle termasuk dalam kategori kurang sebesar 44%.

3. Keterampilan menggosok gigi anak usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media bermain puzzle termasuk dalam kategori baik sebesar 88%.

4. Rata-rata keterampilan menggosok gigi usia sekolah di SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle mengalami kenaikan sebesar 2,10.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah perlu lebih meningkatkan pemahaman tentang keterampilan menggosok gigi dengan lebih memperhatikan instruksi permainan puzzle gosok gigi yang diberikan guru atau petugas kesehatan supaya dapat menggosok gigi secara baik dan benar.

2. Bagi Guru SD Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta

(30)

48

Guru hendaknya menggunakan media puzzle sebagai salah satu alternatif dalam memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya meningkatkan ketrampilan mengosok gigi siswa.

3. Bagi Perawat Anak

Perawat anak hendaknya menggunakan metode bermain puzzle sebagai rujukan dalam memberikan asuhan keparawatan pada anak usia sekolah dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya perlu menyempurnakan hasil penelitian ini dengan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seperti sikap, kepercayaan, tradisi, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku kelompok referensi, serta dukungan.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, W,H. (2008). Karies Gigi Pada Anak TK. Kemas. vol. 4, no. 1.

Damay, D. (2012). Tips Meningkatkan Ketekunan dan Ketelitian Anak Agar Sukses dan Berprestasi. Yogyakarta: Araska.

Darmawan, L. (2007). Cara Instan Membuat Gigi Sehat & Cantik Dengan Dental Cosmetics, Kiat Merawat Gigi Yang Tepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Darwita, RR. (2011). Efektifitas Program Sikat Gigi Bersama Terhadap Risiko Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar. Journal Indonesia Mededical Association. Vol 61. No 5. http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/

idnmed/article/download/352/350. (Akses tanggal 12 September 2016).

Depkes RI. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Direktorat Bina Kesehatan Anak. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Anak Departemen Kesehatan RI.

Edelman, D.L & Mandle, C.L. (2006). Health Promotion: Throughout the Life Span. St. Louis: Mosby.

Fankari. (2004). Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Stimulasi dan Demonstrasi Terhadap Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia Sekolah Dasar. Karya Tulis Ilmiah DIV. Perawat Pendidikan UGM. Grove, S., Burns, N. & Gray, J. (2013). The Practice of Nursing Research:

appraisal, synthesis, and generation of evidence. China: Library of Congress cataloging in pulication data, China.

Hariyanti. (2008). Mengatasi Kegagalan Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak dengan Pendekatan Psikologi. Dentika Dental Journal. Vol 13. No 1.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131088084.pdf. (Akses tanggal 12

September 2016).

Hockenbery, W dan Wilson, D. (2009). Wong’s Nursing Care of Infant and Children. St. Louis: Mosby Elvesier.

(32)

Khairani, H.M. (2009). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Kusumawardani, E. (2011). Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut Memicu Penyakit Diabetes, Strok, dan Jantung. Yogyakarta: SIKLUS Hangar Creator.

Machfoedz, I. (2013). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut anak-anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhidayah (2015). Pengaruh Media Puzzle Gosok Gigi (PuGoGi) terhadap Kemampuan Menggosok Gigi pada Anak Tunagrahita Kategori Sedang Kelas V di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Yogyakarta.

Olivia, F. (2009). Career Skills For Kids Kembagnkan Kecerdikan Anak dengan Taktik Biosmart. Jakarta. Gramedia.

Potter, P.A dan Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Prasada, I.G.D.B.D. (2016). Gambaran Perilaku Menggosok Gigi pada Siswa SD Kelas Satu dengan Karies Gigi di Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Karangasem Bali Oktober 2014. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. E- ISSN: 2503-3638. Print ISSN: 2089-9084 ISM Vol. 6 NO.1, Mei-Agustus.

Pratiwi, D. (2007). Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Riyanti, E & Saptarini, R. (2012). Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut melalui Perubahan Perilaku Anak. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-Gigi-dan-Mulut-Melalui-Perubahan.pdf. (Akses tanggal 12 September

2016).

Rahmanelli. (2007). Efektivitas Pemberian Tugas Media Puzzle dalam Pembelajaran Geografi Regional. Jakarta: PT Indeks.

Riyanti, E. 2005. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/ Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20Gigi%20Anak%20 Sejak%20Dini.pdf. (Akses tanggal 12 September 2016).

Rokhmat, J. (2006). Pengembangan Taman Edukatif Berbasis Permainan untuk Permainan di TK dan SD. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(33)

Santyasa, I.W. (2007). Media Pembelajaran Disajikan dalam Work Shop Media Pembelajaran Bagi Guru-Guru SMAN Banjarangkan. pembelajaran.pdf [12-09-2016].

Sari, E.K. (2012) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Wilayah

Paron Ngawi. Skripsi. Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga.

Sariningsih, E. 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta : Gramedia.

Silvia. (2005). Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi Dengan Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Palaran Kota Madya Samarinda Profinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.). Vol.38, no. 2 hal 88.

Sondang. 2008. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press.

Soraya, A. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Puzzle terhadap Kemampuan Mencuci Tangan pada Anak Usia Sekolah (6-12) Tahun di Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Skripsi. Prodi. S1 Keperawatan FIKES Universitas Muhammadiyah Jember.

Srigupta. (2007). Perawatan gigi dan mulut. Jakarta: prestasi pustaka.

Sudiono, A. (2010). Sumber dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: PT Grasindo.

WHO. (2009). Oral Health. http:who.int/media center (akses tanggal 20 oktober 2016.

Wong, D,L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1. Jakarta: EGC.

Yudha, S dan Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas

Yunus (2013). Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Anak Tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Negeri Jember.

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

Gambar

Gambar 1   Kerangka Teori ..........................................................................
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan   Jenis Kelamin pada Anak Usia Sekolah di SD Bangunkerto
Tabel 7. Peningkatan Keterampilan Menggosok Gigi Sebelum dan  Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain
Tabel 9. Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Bermain  Puzzle terhadap Keterampilan Menggosok Gigi Pada

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Wonosari, Gunungkidul, dengan jumlah responden 31 responden diperoleh data bahwa, sebagian besar responden merupakan ibu nifas multipara

Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan suami tentang pengertian berada pada kategori baik sebanyak 14 orang (63,6%), jenis berada pada kategori

Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tentang pengaruh pengaruh terapi bermain dengan menggambar dan mewarnai terhadap penurunan tingkat

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul ―Pengaruh Terapi Emotional

Dari pembandingan tersebut (0,497) terdapat diantara 0,4– 0,6 yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sedang (moderat) antara tingkat pengetahuan tentang pubertas

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karakteristik dan pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada akseptor KB MKJP di Puskesmas

62,57 % dan rata-rata harapan ibu hamil terdapat 66,50% ini menunjukan bahwa hasil persespsi lebih rendah dari hasil harapan yang artinya responden tidak puas dengan pelayanan yang