• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing pada siswa kelas VIII Di SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing pada siswa kelas VIII Di SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan ditinjau dari motivasi dan hasil belajar.

Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 25 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data minat dan motivasi belajar matematika siswa dan data hasil belajar siswa. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis sedangkan data minat dan motivasi belajar matematika siswa diperoleh daripengisian angket (kuisioner). Data prestasi belajar siswa dianalisis dengan cara membandingkan banyaknya siswa tuntas dan siswa yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Analisis kuisioner dilakukan dengan menghitung skor total, dan jenis motivasi dari masing-masing siswa. Data hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi digunakan untuk memperkuat hasil kuisioner minat dan motivasi belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A efektif ditinjau dari minat dan motivasi belajar siswa. Sebanyak 11 siswa masuk kriteria sangat tinggi dan 14 siswa masuk kriteria tinggi. (2) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A belum efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Presentase ketuntasan siswa adalah 20%, hasil ini termasuk dalam kategori rendah, karena dari 25 siswa, hanya 5 siswa yang dapat tuntas KKM.

(2)

ABSTRACT

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. The Effectiveness of Learning Process Using Problem Posing Method Implemented in Grade VIII SMP Kanisius Kalasan 2014/2015 Academic Year. Thesis. Mathematics Education, Mathematics Education and Science Study Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aimed to determine the effectiveness of implemented problem posing method on topic flat side geometry for students grade VIII SMP Kanisius Kalasan are evaluated from interest and motivation and students learning results.

The subjects of this study are the twenty five students grade VIII/A in SMP Kanisius Kalasan. This study itself was conducted using

quantitative-qualitative descriptive technique. The data needed were students’ interests and

motivations in learning Math and their results of the learning process (evaluation).

The results of students’ achievement in learning process came from written test

while their interests and motivations data were from questionnaires. The analysis

on students’ learning results was done by comparing the quantity of students who successfully pass the Minimum Requirement Criteria (MRC-KKM) with those who do not pass. The analysis on questionnaire was done by counting the total score and the type of motivation that each student holds. The result of interviews, documents and observation were analyzed using qualitative descriptive technique. These data are used to support the results of questionnaire.

The results of the study are (1) the using of problem posing method in Class VIII/A effectively increases students’ interests and motivation of learning Math. (2) The using of problems posing in Class VIII/A is not effective enough to increase their achievement in learning Math. The percentage of succeeded students passing the grade was 20%. It is included as low stage because it means among 25 students, there were only 5 students who could pass the standard.

(3)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP

KANISIUS KALASAN TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Cicilia Kristiani Tri Astuti

NIM : 111414028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Berkarya untuk Tuhan dengan sepenuh hati

2. Sekali jatuh harus berusaha bangkit, bukan meratapi nasib

Persembahan :

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan banyak berkatnya untukku.

Dia selalu ada untukku dalam segala hal apapun dan kapanpun, dan

karena berkat dan kasihNya yang selalu membuat aku semangat menjalani

kehidupan.

2. Kedua orang tuaku, Ibu dan Almarhum Bapak yang selalu memberikan

semangat dan doa serta mendidik dan member seluruh usahanya untuk

masa depanku.

3. Kedua kakakku yang selalu memberikan semangat dan doa.

4. Seluruh keluarga, sahabat, OMK Paroki Marganingsih Kalasan dan

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Desember 2015

Penulis,

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Cicilia Kristiani Tri Astuti NIM : 111414028

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP KANISIUS KALASAN TAHUN AJARAN 2014/2015”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hakuntuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Desember 2015

Yang menyatakan,

(9)

ABSTRAK

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan ditinjau dari motivasi dan hasil belajar.

Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 25 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data minat dan motivasi belajar matematika siswa dan data hasil belajar siswa. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis sedangkan data minat dan motivasi belajar matematika siswa diperoleh daripengisian angket (kuisioner). Data prestasi belajar siswa dianalisis dengan cara membandingkan banyaknya siswa tuntas dan siswa yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Analisis kuisioner dilakukan dengan menghitung skor total, dan jenis motivasi dari masing-masing siswa. Data hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi digunakan untuk memperkuat hasil kuisioner minat dan motivasi belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A efektif ditinjau dari minat dan motivasi belajar siswa. Sebanyak 11 siswa masuk kriteria sangat tinggi dan 14 siswa masuk kriteria tinggi. (2) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A belum efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Presentase ketuntasan siswa adalah 20%, hasil ini termasuk dalam kategori rendah, karena dari 25 siswa, hanya 5 siswa yang dapat tuntas KKM. Kata kunci : Hasil Belajar Siswa; Luas Permukaan dan Volume Prisma dan

(10)

ABSTRACT

Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. The Effectiveness of Learning Process Using Problem Posing Method Implemented in Grade VIII SMP Kanisius Kalasan 2014/2015 Academic Year. Thesis. Mathematics Education, Mathematics Education and Science Study Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This study aimed to determine the effectiveness of implemented problem posing method on topic flat side geometry for students grade VIII SMP Kanisius Kalasan are evaluated from interest and motivation and students learning results.

The subjects of this study are the twenty five students grade VIII/A in SMP Kanisius Kalasan. This study itself was conducted using quantitative-qualitative descriptive technique. The data needed were students’ interests and motivations in learning Math and their results of the learning process (evaluation). The results of students’ achievement in learning process came from written test while their interests and motivations data were from questionnaires. The analysis on students’ learning results was done by comparing the quantity of students who successfully pass the Minimum Requirement Criteria (MRC-KKM) with those who do not pass. The analysis on questionnaire was done by counting the total score and the type of motivation that each student holds. The result of interviews, documents and observation were analyzed using qualitative descriptive technique. These data are used to support the results of questionnaire.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikat berkat dan rahmatNya sehingga penulisdapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Metode

Problem Posing pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk

mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini

dapat disusun dengan baik atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka

penulis tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Dr. Hongki Julie S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika

4. Dosen Penguji Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. dan Bapak Febi Sanjaya,

M.Sc. atas saran yang telah diberikan

5. Bapak Yusup Indrianto P, S.Pd. selaku Kepala SMP Kanisius Kalasan yang

(12)

6. Ibu Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika

kelas VIII yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam

melaksanakan penelitian.

7. Dosen dan seluruh karyawan di Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam yang telah membimbing dan membantu penulis selama

belajar di Universitas Sanata Dharma.

8. Orang tua tersayang, Bapak Almarhum Thomas Suwarto dan Ibu Theresia

Sumiyati yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungannya kepada

penulis.

9. Keempat kakakku Gregorius Kristianto Anggoro, Agustina Adi Dwiyanti,

Anastasia Dwi Handayani dan Aditya Setiawan yang telah memberikan

semangat dan doa.

10.Seluruh keluarga, sahabat, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu yang turut membantu dan selalu memberikan semangat dan doa.

Saran dan masukan sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 16 Desember 2015

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….………....…….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………..…..…………... ..…...…...ii

HALAMAN PENGESAHAN ………..……….…..….…….………….…...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..………..iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……. ...………v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……... ……..…vi

ABSTRAK ……….………..……….……..………vii....

ABSTRACT ………..…….……….viii

KATA PENGANTAR ……….…………..…...……….…... …...…….ix

DAFTAR ISI ………..……….……….……..…….….….xi

DAFTAR TABEL ………...……..……….….xiv DAFTAR GAMBAR ………...………...…xv DAFTAR LAMPIRAN ……….………...…...xvi BAB I PENDAHULUAN ……….……….………...…….1

A. Latar Belakang Masalah ……….……….1

B. Identifikasi Masalah ……….5.….

C. Batasan Masalah ……….……..………..5

D. Rumusan Masalah ……….……….…………..…..6

E. Tujuan Penelitian ……….……….………..6

F. Batasan Istilah ………....………..7…..

G. Manfaat Penelitian ………....……..…….………10

(14)

BAB II LANDASAN TEORI ………...….…………12…..

A. Prinsip-prinsip Belajar ………..………...………12

1. Pengertian Belajar …………..……….………....….12.…

2. Hakikat Belajar ………..………....…14.

3. Ciri-ciri Belajar ………...………15.

4. Teori-teori Belajar ………...….……...….17

B. Sifat Matematika dan Struktur Kognitifnya ……….…..………...21

C. Berpikir Geometris dan Konsep-konsep Geometri …………...………….23

D. Pembuatan Soal (Problem Posing) ………...………..…..23

E. Motivasi ………...………30.…

F. Minat ………....………32

G. Efektivitas Pembelajaran ………...………33

H. Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas ………...………34

1. Prisma ……….…...……….34

2. Limas ………...…...……..38

BAB III METODE PENELITIAN ………..……….44

A. Jenis Penelitian ………..……….44.….

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………..……….44.

C. Subjek dan Objek Penelitian ………..……….45

D. Variabel Penelitian ………..……….45...

E. Bentuk Data ………..…………...46

F. Metode Pengumpulan Data ………....…………...47

(15)

H. Metode Analisis Data ………...……….57

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………....……….59

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN ………..………....………62

A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ………....……….62

1. Persiapan Penelitian ………...……….….…...……..62

2. Pelaksanaan Penelitian ………...…...……….64

a. Selama Pembelajaran ………...……….6. 4

b. Setelah Pembelajaran ………..……….70

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ………..……….7.…. 2

1. Hasil Penelitian ………...………72

a. Motivasi Belajar Siswa………..……….72

b. Prestasi Belajar Siswa ………...………..……….82

2. Pembahasan Penelitian ………86

C. Keterbatasan Penelitian ……….…...………88

BAB V PENUTUP ………..……….89

A. Kesimpulan ………..……….88

B. Saran ………..…..………….90

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Macam-macam Bentuk Prisma ………..…..… .35

Tabel 2.2 Macam-macam Bentuk Limas ……….………...…39

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Di Kelas VIII A …………..………..….. .…44

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner ………..…...………..….50

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Akhir ……….…….………..…... 51

Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar ………..………..…... .…62

Tabel 4.2 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa ………....…. .…71

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh benda yang menyerupai prisma …………..….…..…..…….34

Gambar 2....2 Bangun ruang prisma ………...….…….……..….34

Gambar 2.3 Prisma segienam ………..………...……..……..….36

Gambar 2.4 (a) Prisma segitiga ………..………..…...……..….37

Gambar 2.4 (b) Jaring-jaring prisma segitiga ………..……….…..….……..37

Gambar 2.5 (a) Bentuk limas di kehidupan sehari-hari ……..….….…...…...……38

Gambar 2.5 (b) Bangun ruang limas segiempat ………...…..…….38

Gambar 2.6 (a) Limas segiempat ………..….…..…..……41

Gambar 2.6 (b) Jaring-jaring limas segiempat ………...…..…..……41

Gambar 2.7 Kubus yang dibagi menjadi bentuk limas segiempat …..……..….…41

Gambar 4.1 Contoh Soal yang tidak dapat dikerjakan ………....…………..87

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………..……....……..……..… .93

Lampiran A.2 LKS ………..………...……...………..105

Lampiran A.3 Lembar Kerja Luas Permukaan ………..……...………..113

Lampiran A.4 Lembar Kerja Volume ………..……...………..114

Lampiran A.5 Soal Tes Tertulis………..………..…....………..115

Lampiran A.6 Pedoman Penskoran Tes Tertulis………...………..118

Lampiran B.1 Validasi Pakar ………....………..…………...122

(19)

LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Hasil Kerja Kelompok Luas Permukaan………...…....……..……..132

Lampiran C.2 Hasil Kerja Kelompok Volume………..………….……...…………..134

Lampiran C.3 Hasil Ujian Tulis ………..…………..1.. 36

Lampiran C.4 Peta Kerawanan Kelas………..……...…………..143

Lampiran C.5 Hasil Observasi………..………..…………..…………..144

Lampiran C.6 Contoh Pengisian Kuisioner………....…………..1.... 60

Lampiran C.7 Transkrip Wawancara ………..………..………….163

Lampiran C.8 Foto ……….174

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia pendidikan, matematika merupakan

salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Karena sifatnya

yang abstrak, matematika dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk

dipahami. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

minat dan motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari

matematika, diantaranya adalah faktor dari luar dan dari dalam diri siswa.

Faktor dari luar misalnya faktor guru yaitu cara mengajar dan metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selain faktor dari luar, faktor dari

dalam siswa juga dapat mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa,

misalnya anggapan siswa bahwa matematika merupakan pelajaran yang

sulit untuk dipahami.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Kanisius

Kalasan, pembelajaran matematika di kelas VIII lebih didominasi oleh

guru. Guru melakukan pembelajaran secara klasikal, namun juga ada

kalanya guru memberikan latihan-latihan soal kepada siswa dan dikerjakan

secara mandiri. Soal berasal dari guru dan buku pegangan siswa. Siswa

(21)

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada

siswa, baik kelas VIII maupun kelas IX. Pada siswa kelas VIII dilakukan

wawancara mengenai pelajaran matematika dan metode pembelajaran.

Banyak siswa yang kurang suka dengan pelajaran matematika karena

matematika merupakan pelajaran yang sulit, banyak rumus dan susah

untuk dipahami. Beberapa siswa juga mengaku tidak suka dengan

pelajaran matematika karena malas menghitung dan tidak suka dengan

metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada metode

pembelajaran yang digunakan, siswa mengaku bosan dengan metode

pembelajaran di kelas karena kurang bervariasi. Pada segi materi,

kebanyakan siswa mengalami kesulitan pada materi Bangun Ruang Sisi

Datar terutama prisma dan limas. Menurut mereka pada materi ini banyak

rumus yang harus dihafal dan malas untuk menghitung.

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan Marpaung

(Marpaung, 2005:21) bahwa cara berpikir siswa hanyalah tiruan dari cara berpikir guru. Siswa bukan lagi dirinya sendiri, tetapi telah menjadi

robot-robot kecil dalam cara berpikirnya. Dalam pembelajaran, guru sering

memberikan contoh soal berikut dengan cara menyelesaikannya. Namun

tidak jarang jika guru hanya menggunakan satu cara kemudian siswa

diberikan latihan soal yang serupa dan diminta untuk mengerjakannya.

Siswa akan menyelesaikan soal seperti apa yang dicontohkan guru. Siswa

cenderung meniru dan kurang berani untuk menggunakan caranya sendiri

(22)

Metode pembelajaran seperti yang dicontohkan tersebut kurang

efektif karena tujuan pembelajaran hanya sekedar siswa mengetahui apa

yang diajarkan oleh guru, bukan memahami dan menerapkan apa yang

sudah dipelajari. Tujuan pembelajaran yang diperlukan pada masa

sekarang ini adalah siswa harus mengetahui, memahami, dan menerapkan

pengetahuan yang didapat dalam proses belajar. Siswa diharapkan mampu

untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru juga harus dapat memfasilitasi

siswa dalam belajar, salah satunya adalah dengan menerapkan metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menarik

perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

maksimal.

Berbagai metode pembelajaran telah diciptakan demi kemajuan

dunia pendidikan. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus

tepat, bervariasi dan dapat menarik perhatian siswa. Selain metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru, pembelajaran matematika di

kelas juga harus difokuskan pada pemecahan masalah matematika. Dalam

pembelajaran matematika hendaknya menjadikan pemecahan masalah

sebagai bagian utama dari semua kegiatan pembelajaran. Pemecahan

masalah perlu untuk dikuasai oleh siswa karena kemampuan ini dapat

menjadi bekal bagi siswa dalam menghadapi masalah nyata yang

berhubungan dengan matematika di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan

alasan inilah, maka guru harus tahu metode pengajaran yang tepat dan

(23)

pembelajaran dibandingkan dengan guru sehingga sasaran utama dari

pembelajaran di kelas adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis,

kritis, dan sistematis.

Cara berpikir logis, kritis, dan sistematis diperlukan siswa agar

mereka dapat memahami materi dengan baik sehingga motivasi belajar

siswa dapat meningkat. Jika motivasi belajar dapat terbangun dengan baik,

maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga sekolah yang

bersangkutan dapat menghasilkan siswa-siswa dengan kualitas yang baik.

Untuk mengembangkan potensi siswa tersebut, maka guru dapat

menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dan dapat

menarik perhatian siswa serta dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah, salah satu cara atau strateginya dengan menggunakan metode

problem posing.

Metode problem posing adalah metode pembelajaran yang

meningkatkan aktifitas kognitif siswa untuk menghasilkan soal baru dari

soal yang telah diberikan dan diselesaikan kemudian dimodifikasi untuk

mencari solusi penyelesaian yang lebih mudah dan bervariasi. Metode ini

diharapkan cocok digunakan dalam pembelajaran Bangun Ruang Sisi

Datar karena pada materi ini, siswa dapat lebih banyak memodifikasi

soal-soal sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi ini.

Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian

yang berjudul Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Metode

(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan diatas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah, yaitu :

1. Ada siswa yang kurang suka dengan pelajaran matematika karena

menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk

dipahami

2. Ada siswa yang malas belajar matematika karena banyak rumus

dan menghitung

3. Guru lebih aktif di kelas sedangkan siswa pasif

4. Beberapa siswa hanya meniru apa yang dicontohkan guru sehingga

siswa kesulitan memahami makna dari penyelesaian soal yang

diberikan guru

5. Ada siswa yang tidak memahami materi dengan baik

6. Metode pembelajaran matematika yang digunakan kurang menarik

perhatian siswa

7. Ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran karena metode

pembelajaran yang monoton dan kurang menarik

8. Nilai siswa yang kurang baik dalam pelajaran matematika

C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan dalam waktu, tenaga, serta biaya, maka

(25)

1. Penelitian dilakukan di SMP Kanisius Kalasan kelas VIII Semester

II tahun pelajaran 2014/2015

2. Penelitian dipusatkan pada proses pembelajaran, minat dan

motivasi belajar, dan hasil belajar siswa

3. Materi yang digunakan adalah materi Bangun Ruang Sisi Datar

Prisma dan Limas

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dapat di simpulkan beberapa rumusan

masalah, yaitu :

1. Bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam

pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar siswa?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam

pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar siswa?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan

kelas ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode

pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar

siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan. Secara khusus penelitian ini

(26)

1. Mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing

dalam pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar siswa?

2. Mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing

dalam pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar siswa?

F.Batasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan

batasan istilah sebagai berikut :

1. Prinsip-prinsip belajar

Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli, salah satunya

adalah Drs. Slameto yang merumuskan pengertian belajar sebagai

berikut : belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Seseorang yang telah belajar maka dia akan mendapatkan suatu

pengetahuan dan pengalaman yang baru yang merupakan hasil dari

belajar.

2. Sifat matematika dan struktur kognitifnya

Matematika merupakan ilmu yang abstrak. Manusia tumbuh dan

berkembang, olehkarenanya maka manusia juga mengalami

(27)

3. Berpikir geometris dan konsep-konsep geometri

Berpikir geometris perlu untuk diberikan kepada siswa karena

dapat memberikan manfaat kepada siswa yaitu logika (pemahaman)

keruangan dan materi geometri.

4. Pembuatan soal (problem posing)

Problem posing merupakan istilah lain dari kata pembuatan soal.

Dalam pembelajaran matematika, pembuatan soal merupakan salah

satu tema utama. Problem posing bukan lagi ide baru dalam

pembelajaran matematika. Istilah tersebut sudah diperkenalkan di

beberapa negara di dunia seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang,

dan Singapura.

Problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal

berdasarkan konteks, cerita, informasi atau gambar yang diketahui.

Menurut Silver (Abu Elwan, 2000), pengertian problem posing tidak

terbatas pada pembentukan soal yang betul-betul baru, tetapi dapat

berarti mereformulasi soal-soal yang diberikan.

5. Motivasi

Menurut Mc Donald (Djamarah, 2011:148) motivasi adalah suatu

perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan

timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi dapat muncul dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan

motivasi yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motivasi

(28)

tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik

adalah kebalikan dari motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang aktif

berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Kedua macam motivasi

tersebut diperlukan para peserta didik untuk kemajuan belajar.

6. Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap

suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten

dengan rasa senang.

7. Efektivitas pembelajaran

Efektivitas berkaitan dengan tercapainya tujuan, katepatan waktu,

dan partisipasi aktif dari anggota (kelompok).

8. Bangun ruang sisi datar prisma dan limas

Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bangun ruang

sisi datar prisma dan limas, lebih khususnya adalah volume dan luas

(29)

G.Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sehingga

dapat memotivasi siswa untuk mempelajari matematika dan

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

Menambah wawasan dalam penggunaan metode pembelajaran

sehingga dapat menarik minat dan meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar matematika.

3. Bagi sekolah

Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dalam

pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.

H.Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan

yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat hasil

penelitian, batasan istilah, manfaat hasil penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi landasan teori yang berisi penjelasan mengenai beberapa teori

yang digunakan sebagai dasar penelitian, seperti : (i) prinsip-prinsip belajar,

(30)

konsep-konsep geometri, (vi) pembuatan soal (problem posing), (vii) motivasi,

(viii) minat, (ix) efektivitas pembelajaran, (x) Bangun Ruang sisi Datar Prisma

dan Limas.

Bab III merupakan metode penelitian yang berisi penjelasan mengenai

tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, subjek penelitian, objek

penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, data penelitian,

teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan hasil

penelitian yang berisi tentang diskripsi tentang proses pelaksanaan penelitian

dan hasil penelitian. Pada bab V merupakan penutup yang berisi tentang

kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk pembelajaran dan penelitian

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar merupakan kata yang sering disengar setiap hari. Belajar biasanya

identik dengan para pelajar baik siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa.

Bukan hanya sekedar kata, namun belajar sudah sangat lekat dengan kegiatan

sehari-hari bagi para pelajar dalam menuntut ilmu di institusi pendidikan

formal. Kegiatan belajar dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan

dimanapun sesuai dengan keinginan masing-masing orang. Meskipun kata “belajar” selalu dipakai, didengar, dan di lakukan setiap saat, namun tidak

semua orang tahu apa arti dan makna dari belajar.

1. Pengertian Belajar

Setiap orang seharusnya tahu setiap arti dan kata yang diucapkan,

namun dalam kenyataannya kadang orang kurang tahu arti dan makna

dari kata yang sedang diucapkannya. Mengerti dan memahami dengan

baik suatu kata merupakan hal yang penting agar tidak menjadikan pemahaman yang keliru akan suatu kata. Seperti kata “belajar” juga harus

diketahui dengan baik apa arti dan maknanya agar tidak menimbulkan

kekeliruan makna dari kata tersebut.

Beberapa ahli psikologi dan pendidikan telah mengemukakan

(32)

Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli (Djamarah, 2011:12),

diantaranya adalah

a) James O Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana

tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

b) Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in

behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas

yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman.

c) Howard L Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by

which behavior (in the broader sense) is originated or changed

through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah

laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau

latihan.

d) Geoch merumuskan learning is change is performance as a result of

practice. Belajar adalah perubahan suatu tindakan yang merupakan

akibat dari latihan.

e) Slameto juga merumuskan pengertian belajar yaitu belajar merupakan

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

(33)

psikis. Gerakan fisik dilakukan sebagai suatu perantara dari aktifitas

psikis, sebagai contoh dengan melihat atau menggerakkan anggota tubuh.

Namun demikian, belajar merupakan suatu perubahan dari psikis

seseorang dengan adanya kesan baru. Kesan tersebut akan mempengaruhi

dan mengubah psikis seseorang menjadi lebih baik yang kemudian dapat

mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa belajar serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik (Djamarah, 2011:13).

2. Hakikat Belajar

Pada pembahasan sebelumnya telah disampaikan pengertian

belajar menurut beberapa ahli. Dari beberapa pendapat mengenai belajar, ada kata yang sangat penting yaitu “perubahan” atau “change“. Beberapa

pendapat tentang belajar yang telah dikemukakan sebelumnya, yang

paling penting dalam belajar adalah adanya sebuah perubahan. Perubahan

yang dikehendaki tentu saja merupakan suatu perubahan yang sesuai

dengan perubahan yang dikehendaki dalam pengertian belajar.

Dengan demikian, seseorang yang telah melakukan aktivitas

belajar, maka ia akan mengalami perubahan dalam dirinya dengan

memperoleh pengalaman atau kesan yang baru. Namun perlu dipahami

bahwa perubahan dalam belajar merupakan perubahan pada aspek

(34)

bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan

adalah sebagai hasil belajar (Djamarah,2011:14).

3. Ciri-ciri Belajar

Berikut merupakan ciri-ciri belajar berdasarkan hakikat belajar

yang merupakan perubahan tingkah laku (Djamarah,2011:15-16), yaitu

a) Perubahan yang terjadi secara sadar

Perubahan yang terjadi secara sadar berarti individu yang belajar

akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya

individu telah merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya.

Misalnya ia akan menyadari akan kemampuannya yang bertambah,

kecakapan bertambah, atau kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan

individu yang terjadi karena ia tidak sadar bukan termasuk ke dalam

perubahan dalam pengertian belajar.

b) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

berlangsung terus menerus dan tidak statis. suatu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna

bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Sebagai contoh

adalah seorang anak yang belajar menulis, maka ia akan mengalami

perubahan yang semula tidak bisa menulis menjadi dapat menulis.

Selanjutnya ia dapat menulis dengan baik dan dapat menggunakan

(35)

kecakapan dalam menulis surat, catatan, mengerjakan soal, dan

sebagainya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Pada dasarnya, belajar akan menghasikan perubahan-perubahan

yang selalu bertambah dan akan menuju ke hal yang lebih baik.

Dengan demikian, semakin banyak belajar, maka akan semakin

banyak pengalaman dan perubahan yang diperoleh. Perubahan yang

diharapkan dalam belajar adalah perubahan yang aktif, artinya bahwa

perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha

individu yang bersangkutan.

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang hanya bersifat sementara (temporer) bukan

merupakan perubahan dalam pengertian belajar, misalnya menangis,

berkeringat, dan sebagainya. Perubahan dalam belajar bersifat

menetap (permanen) dan kemungkinan akan terus berkembang bila

terus digunakan atau dilatih.

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada tingkah laku

yang benar-benar disadari dan yang telah ditetapkan.

f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

(36)

seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami

perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan,

keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

4. Teori-teori Belajar

Berbagai macam teori belajar telah ditemukan oleh para ahli

melalui penelitian. Teori-teori yang didapat terus menerus dikembangkan

oleh para ahli sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian dan

mendapatkan teori yang baru dan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan. Berikut akan dikemukakan teori-teori belajar menurut para

ahli (Djamarah,2011:17-27)

a) Teori belajar menurut ilmu jiwa daya

Menurut para ahli ilmu jiwa daya, jiwa manusia mempunyai

daya-daya. Manusia akan memanfaatkan daya itu dengan cara melatihnya

sehingga ketajamannya akan dirasakan ketika dipergunakan untuk

sesuatu hal, misalnya mengenal, mengingat, dan sebagainya.

Akibat adanya teori inimaka belajar hanyalah melatih semua daya

dengan cara menghafal kata-kata atau angka. Pengaruh teori ini dalam

belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanya bersifat hafalan

dan kurang menekankan makna dari apa yang dipelajari. Walaupun

begitu,teori ini cocok digunakan untuk menghafal rumus, kata-kata

asing, dan sebagainya. Oleh karena itu menurut para ahli jiwa daya,

bila ingin berhasil dalam belajar maka latihlan semua daya yang ada

(37)

b) Teori tanggapan

Teori tanggapan merupakan suatu teori yang menentang teori jiwa

daya. Tokoh dalam teori ini adalah Herbart. Menurut Herbart, teori

yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi

daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu

Herbart menunjukkan teorinya yaitu teori tanggapan, karena

menurutnya unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.

Menurut teori tanggapan, belajar adalah memasukkan tanggapan

sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak

tanggapan berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti

dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai berarti orang

yangbanyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya.

Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka

belajar adalah memasukkan kesan-kesan kedalam otak dan

menjadikan orang pandai.

c) Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt

Gestalt merupakan sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh

Koffka dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa

keseluruhan lebih penting daripada bagian, sebab

bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan.

Menurut teori Gestalt, yang terpenting dalam belajar adalah

(38)

tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi, namun mengerti

atau memperoleh insight (pengertian).

d) Teori belajar dari R. Gagne

Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu

1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2) Belajar adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari

instruksi

Gegne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh

manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the

domains of learning, yaitu

i. Keterampilan motoris (motor skill)

ii. Informasi verbal

iii. Kemampuan intelektual

iv. Strategi kognitif

v. Sikap

e) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi

Teori asosiasi disebut juga teori sarbond. Sarbond merupakan

singkatan dari Stimulus (rangsangan), Respons (tanggapan), dan Bond

(dihubungkan). Rangsangan diciptakan untuk memunculkan

tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah

(39)

terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya.

Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan.

Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal,

yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari

Ivan P Pavlov.

1) Teori konektionisme

Dalam penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa

respons lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan

situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error. Respons

benar lambat laun akan diperkuat melalui percobaan yang

berulang-ulang, sedangkan renpons yang tidak benar akan

diperlambat atau dihilangkan. Gejala ini disebut substitusi respons

(kondisioning instrumental). Ada tiga hokum belajar menurut

Torndike, yaitu

i. Hukum efek

Hukuman tidak sama pengaruhnya dengan ganjaran dalam

belajar

ii. Hukum latihan

Pengalaman yang diulang-ulang akan memperbesar

peluang timbulnya respons yang benar

iii. Hukum kesiapan

Pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu

(40)

menghalang-halangi pelaksanaan tindakan akan

memaksanya menimbulkan kejengkelan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Thorndike, dasar

dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra

dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan

connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan

hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi.

2) Teori conditioning

Manusia pasti pernah melakukan hal-hal sesuai dengan

kebiasaan dalam kondisi tertentu. Bentuk-bentuk kelakuan

tersebut terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisinya

diciptakan, maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, sehingga

kondisi yang diciptakan merupakan syarat memunculkan refleks

bersyarat.

B. Sifat Matematika dan Struktur Kognitifnya

Matematika merupakan suatu ilmu yang abstrak, objek-objeknya tidak

dapat diamati oleh indera manusia. Konsep-konsep matematika semuanya

merupakan hasil rekayasa mental (mental construct) yang terjadi melalui

proses abstraksi, generalisasi, idelaisasi, deduksi, dan sebagainya, dan oleh

karenanya sifatnya abstrak. Hanya representasi obyek matematika yang dapat

(41)

Menurut Piaget (Baharuddin, 2009) perkembangan intelegensi manusia

dibagi dalam tahapan-tahapan yang berjenjang sebagai berikut :

1. Tahap sensori-motor : pada umur sekitar 0 - 2 tahun

Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:

a. Meniru, mengingat, dan berpikir

b. Mulai mengenal dunia luar meskipun masih secara samar

c. Aktifitas gerak refleks

2. Tahap pre-operasional : pada umur sekitar 2 tahun - 7 tahun

Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:

a. Mengembangkan kecakapan berbahasa

b. Mempunyai kemampuan berpikir dalam bentuk simbol

c. berpikir logis

3. Tahap operasional konkrit : umur sekitar 7 tahun - 11 tahun

Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:

a. Mampu memecahkan masalah yang nyata

b. Mengerti hukum dan mampu membedakan baik buruk

4. Tahap operasi formal : pada umur lebih dari 11 tahun

Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:

a. Mampu memecahkan masalah yang abstrak

b. Dapat berpikir ilmiah

c. Mengembangkan kepribadian

Siswa SMP berada pada tahap keempat yaitu tahap operasi formal. Pada

(42)

lebih ilmiah dan dapat memecahkan masalah yang abstrak. Pada jenjang

SMP, siswa sudah diajak untuk berpikir matematis dan lebih abstrak

dibandingkan dengan jenjang sekolah dasar.

C. Berpikir Geometris dan Konsep-konsep Geometri

Berpikir geometris perlu untuk diberikan kepada siswa karena dapat

memberikan manfaat kepada siswa yaitu logika (pemahaman) keruangan dan

materi geometri. Pemahaman ruang dan materi mengenai geometri bermanfaat

untuk siswa karena dapat membantu perkembangan siswa. Walle (Van De

Walle, 2008:150) mendefinisikan pemahaman ruang sebagai naluri akan

bentuk-bentuk dan kaitan diantaranya. Seseorang yang memiliki pemahaman

ruang mempunyai kepekaan akan aspek-aspek geometri di sekelilingnya dan

berbagai bentuk bangun yang terbentuk oleh objek-objek di lingkungan

sekitar.

Walle juga berpendapat bahwa pemahaman ruang didapat bukan dari bakat

yang dimiliki seseorang, namun karena seseorang mau berlatih secara

konsisten. Tanpa pengalaman geometri, maka kebanyakan orang tidak

berkembang dalam pemahaman dan logika keruangan. Pada materi geometri

mencakup empat tingkatan, yaitu bentuk dan sifat, transformasi, lokasi, dan

(43)

D. Pembuatan Soal (Problem posing)

Menurut Gonzales (Abu Elwan, 2000) salah satu tujuan utama

pembelajaran matematika adalah untuk mendorong para murid untuk menjadi

pemecah masalah terbaik. Untuk mencapai tujuan tersebut, diajarkan strategi

pemecahan masalah matematika dengan melibatkan keaktifan siswa. Metode

yang menekankan pada pemecahan masalah bagi para siswa adalah metode

problem posing. Gaya baru dalam pendidikan matematika merekomendasikan

perubahan pembelajaran yang meminta siswa untuk memecahkan masalah,

mengembangkan pengetahuan dengan memodifikasi pertanyaan-pertanyaan

siswa, menambahkan data baru, menghilangkan beberapa data, mengubah

variabel atau membangun masalah baru berdasarkan gagasan yang asli.

Problem posing merupakan istilah lain dari kata pembuatan soal. Dalam

pembelajaran matematika, pembuatan soal merupakan salah satu tema utama.

Problem posing bukan lagi ide baru dalam pembelajaran matematika. Istilah

tersebut sudah diperkenalkan di beberapa negara di dunia seperti Amerika,

Inggris, Australia, Jepang, dan Singapura.

Problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan

konteks, cerita, informasi atau gambar yang diketahui. Menurut Silver (Abu

Elwan, 2000), pengertian problem posing tidak terbatas pada pembentukan

soal yang betul-betul baru, tetapi dapat berarti mereformulasi soal-soal yang

diberikan. Terdapat beberapa cara pembentukan soal baru dari soal yang telah

(44)

pada soal itu, misalnya mengubah bilangan,operasi, objek, syarat, atau

konteksnya.

Tentang pembentukan pertanyaan oleh siswa, Brown dan Walter (1990:10)

menyatakan bahwa : There is a myth that it is the role ofthe expert or

authority (textbook, teachers, research mathematician) to ask the question

and for the student merely to answer them. Of course,it is considered good

pedagogy to encourage students to ask questions,but there are usually

questions of an instrumental nature questions that enable teachers to pursue

their pre-conceived agendas.

Seorang guru diharapkan dapat memberikan pertanyaan untuk dijawab

oleh siswa yang berguna untuk mendorong siswa untuk mengajukan

pertanyaan balikan kepada guru. Seorang siswa didorong untuk mengajukan

pertanyaan agar dapat mengikuti alur pembelajaran yang sudah direncanakan

oleh guru. Misalnya di sekolah dasar, guru mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan untuk memastikan bahwa siswa dapat memahami

dengan baik materi yang telah disampaikan. Menurut Silver (Mahmudi,

2008), problem posing meliputi beberapa pengertian,yaitu (1) perumusan soal

atau perumusan ulang soal yang telah diberikan dengan beberapa perubahan

agar lebih mudah dipahami siswa, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan

syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka penemuan

alternatif penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang

(45)

Silver dan Cai (Abu Elwan, 2000) mengklasifikasikan tiga aktivitas

kognitif dalam pembuatan soal sebagai berikut :

1. Pre solution posing

Pre solution posing adalah p

embuatan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.

Contoh :

Buatlah soal berdasarkan informasi berikut ini : Ali bermaksud membeli

sebuah buku seharga Rp 10.000,00 tetapi ia hanya mempunyai uang Rp

6.000,00

Soal-soal yang mungkin dibuat siswa adalah (1) Apakah Ali mempunyai

cukup uang untuk membeli buku?, (2) Baerapa rupiah lagi yang

dibutuhkan Ali agar dapat membeli buku itu?

2. Within solution posing

Pembuatan atau formulasi soal yang sedang diselesaikan.

Pembuatan soal demikian sebagai penyederhanaan dari soal yang sedang

diselesaikan. Dengan demikian, pembuatan soal demikian akan

mendukung penyelesaian semula.

Contoh :

Diketahui soal sebagai berikut :

Sebanyak 20.000 galon air diisikan ke kolam renang dengan

kecepatan tetap. Setelah 4 jam pengisian, isi kolam renang tersebut

menjadi 5

(46)

Soal-soal yang mungkin disusun oleh siswa yang dapat mendukung

penyelesaian soal tersebut adalah sebagai berikut:

a) Berapa gallon air di kolam renang ketika kolam berisi seperempatnya?

Berapa gallon air di kolam renang ketika kolam renang itu berisi 5 8

nya?

b) Berapakah perubahan banyaknya air dalam kolam renang setelah 5

jam pengisian?

c) Berapakah rata-rata perubahan banyaknya air kolam renang itu?

d) Berapa waktu yang diperlukan untuk mengisi kolam renang tersebut

sampai penuh?

3. Post solution posing

Post solution posing disebut juga sebagai find a more challenging

problem. Siswa memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang

telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih

menantang. Pembuatan soal demikian merujuk pada strategi what if not

atau what happen if . Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk

membuat soal dengan strategi itu adalah sebagai berikut :

a) Mengubah informasi atau data pada soal semula

b) Menambah informasi atau data pada soal semula

c) Mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap mempertahankan

kondisi atau situasi soal semula

d) Mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap

(47)

Contoh :

Luas persegi panjang dengan panjang 4 m dan lebar 2 m adalah 8 m²

Soal-soal yang dapat disusun adalah sebagai berikut :

a) Bagaimana jika lebarnya menjadi 3 m? Bagaimana luasnya?

b) Apa yang terjadi jika mengubah panjang dan lebarnya menjadi

masing-masing dua kali? Apakah luasnya juga akan menjadi dua kaliluas

semula?

c) Bagaimana jika kita mengubah panjangnya menjadi dua kali dan

mengurangi lebarnya menjadi setengahnya? Apakah luasnya akan

tetap?

d) Tentukan panjang dan lebar suatu persegi panjang yang luasnya sama

dengan dua kali luas semula?

Abu-Elwan (Abu Elwan, 2000) mengklasifikasikan problem posing

menjadi tiga tipe yaitu :

1. Free problem posing (problem posing bebas)

Menurut tipe ini siswa diminta untuk membuat soal secara bebas

berdasarkan situasi di kehidupan sehari-hari (dalam atau luar sekolah).

Pada tipe ini guru dapat menghubungkan situasi kehidupan nyata dengan

ilmu matematika dan meminta para siswa untuk membuat contoh masalah

yang baru namun masih berhubungan dengan contoh yang diberikan guru.

2. Semi structured problem posing (problem posing semi terstruktur)

Dalam hal ini siswa diberikan suatu situasi bebas dan diminta

(48)

keterampilan, atau konsep yang telah mereka miliki. Bentuk soal yang

dapat diberikan adalah soal terbuka yang melibatkan aktivitas integrasi

matematika, membuat soal berdasarkan soal yang diberikan, membuat

soal dengan konteks yang sama dengan soal yang diberikan, membuat

soal terkait dengan teorema tertentu, atau membuat soal berdasarkan

gambar yang diberikan.

3. Structured problem posing (problem posing terstruktur)

Dalam hal ini siswa diminta untuk membuat soal berdasarkan soal

yang diketahui dengan mengubah data atau informasi yang diketahui.

Brown dan Walter (1990) merancang formula pembuatan soal

berdasarkan soal-soal yang telah diselesaikan dengan menvariasikan

kondisi atau tujuan dari soal yang diberikan.

Pada metode ini, guru harus mendorong siswa untuk membuat contoh

masalah baru dan bekerjasama dengan teman sebangku (satu kelompok 2

siswa) untuk membuat contoh soal serta penyelesaiannya, dengan demikian

siswa menjadi lebih kompeten dalam memahami materi. Kerjasama dengan

teman dapat juga dilakukan dengan teman lain sesuai dengan kelompok yang

sudah ditentukan oleh guru, jumlah kelompok tidak begitu dipermasalahkan

karena kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan melatih siswa agar dapat

membuat soal dengan baik sesuai dengankompetensi yang akan dicapai pada

(49)

Dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa metode problem posing

(pembuatan soal) ini digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa

dapat memahami materi dengan baik, bukan menghafal namun memahami.

Siswa yang dapat membuat soal pasti dapat memberikan jawaban atas soal

yang telah dibuat (kunci jawaban), dengan demikian jika siswa tidak

memahami materi dengan baik, maka siswa tidak dapat membuat soal dengan

baik pula.

E. Motivasi

Menurut Mc Donald (Djamarah, 2011:148) motivasi adalah suatu

perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya

afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar

mengajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak

mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas

belajar.

Menurut Moslow (Djamarah, 2011:149), dia sangat percaya bahwa

tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan

tertentu, misalnya kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, pengharapan,

aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik.

Kebutuhan-kebutuhan inilah yang dapat memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena

itu apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya

sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya

(50)

Motivasi dapat muncul dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan motivasi

yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motivasi intrinsik

merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena di dalam individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari

motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang aktif berfungsi karena adanya

rangsangan dari luar. Kedua macam motivasi tersebut diperlukan para peserta

didik untuk kemajuan belajar.

Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Fungsi motivasi dalam belajar

adalah

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Siswa senang dengan hal-hal baru dan akan terus mencari tahu hal-hal

lainnya untuk memuaskan rasa keingintahuannya itu. Sesuatu yang belum

diketahuinya itu dapat menjadi pendorongnya untuk belajar.

Keingintahuannya yang tinggi inilah yang membuat siswa terdorong

untuk belajar.

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Motivasi siswa juga dapat diperlihatkan dengan aktifitas fisik siswa.

Dengan melakukan aktifitas fisik, siswa sudah melakukan kegiatan

belajar.

3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Motivasi jugadapat menjadikan siswa dapat menyeleksi mana perbuatan

(51)

Ketiga fungsi motivasi tersebut sangat penting untuk dicapai. Untuk dapat

mengoptimalkan fungsi motivasi tersebut, maka harus ada upaya peningkatan

motivasi belajar siswa. Siswa yang kurang termotivasi untuk belajar biasanya

cenderung kurang aktif saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung.

Menurut De Decce dan Grawford, guru harus dapat menggairahkan peserta

didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan

mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan

pengajatan.

F. Minat

Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu

aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa

senang. Dengan kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Djamarah,

2011:166).

Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan

bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat

juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak

didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian

yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tidak

(52)

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang

berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya secara

sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar

jika disertai minat. Minat merupakan alat motivasi utama yang dapat

membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu

tertentu. Oleh karena itu guru perlu untuk membangkitkan minat peserta didik

agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh peserta didik.

G. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti dapat membawa

hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan) atau ada pengaruhnya (tentang

akibatnya, pengaruhnya, kesannya), sedangkan efektivitas berarti

keberhasilan (tentang usaha, tindakan) atau keadaan berpengaruh.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa efektivitas

berkaitan dengan tercapainya tujuan, katepatan waktu, dan partisipasi aktif

(53)

H. Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas

(Sumber : Marsigit. 2009.Matematika 2 SMP Kelas VIII.Jakarta: Yudhistira

dan Agus,Nuniek Avianti.2007.Mudah Belajar Matematika 2.Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional)

1. Prisma

a. Pengertian Prisma

Gambar 2.1 Contoh benda yang menyerupai prisma

Gambar 2.2 Bangun ruang prisma

Benda tersebut memiliki alas dan atap (tutup) yang bentuk dan

ukurannya sama (kongruen), selain itu semua sisi bagian samping

berbentuk jajar genjang. Bangun ruang seperti ini disebut prisma.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prisma adalah benda yang dibatasi dua

bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang berbentuk

jajargenjang yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis

(54)

b. Macam-macam Prisma

Tabel 2.1 Macam-macam Bentuk Prisma

Gambar Nama Jumlah Sisi (S)

Jumlah Rusuk

(R )

Jumlah Titik Sudut (T)

Prisma

segitiga 5 9 6

Prisma

segiempat 6 12 8

Prisma segilima

7 15 10

Prisma

segienam 8 18 12

(55)

c. Unsur-unsur Prisma

Perhatikan prisma segienam ABCDEF.GHIJKL berikut :

Gambar 2.3 Prisma segienam

Prisma segienam tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1) Sisi/ Bidang

Pada prisma segienam tersebut memiliki 8 sisi atau bidang yaitu

ABCDEF (sisi alas), GHIJKL (sisi atas), BCIH, CDJI, DEKJ,

EFLK, FAGL, dan ABHG yang merupakan sisi tegak yang

berbentuk persegi panjang.

2) Rusuk

Pada prisma segienam tersebut terdapat 18 rusuk , 6 diantaranya

adalah rusuk tegak. Rusuk-rusuk tersebut adalah AB, BC, CD, DE,

EF, FA, HI, IJ, JK, KL, LG, dan rusuk tegaknya adalah AG, BH,

CI, DJ, EK, dan FL.

3) Titik sudut

Prisma segienam memiliki 12 titik sudut, yaitu Titik A, B, C, D, E,

(56)

4) Diagonal bidang

Pada prisma segienam terdapat 30 diagonal bidang, diantaranya

adalah BG, CJ, KG, dan KH.

5) Bidang diagonal

Pada prisma segienam memiliki 9 bidang diagonal salah satunya

adalah bidang ACIG, ADJG, dan AEKG.

d. Sifat-sifat prisma

1) Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen

2) Sisi tegak prisma berbentuk jajargenjang

3) Prisma memiliki rusuk-rusuk tegak

4) Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang

sama

e. Luas Permukaan Prisma

Perhatikan gambar berikut ini

Gambar 2.4 (a) Prisma segitiga (b) Jaring-jaring prisma segitiga

Gambar tersebut merupakan gambar prisma segitiga (a) dan

jaring-jaring prisma (b). Dari gambar (b) terluhat bahwa prisma segitiga terdiri

(57)

persegi panjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian dapat disimpulkan

luas permukaan prisma adalah

f. Volume Prisma

Volume prisma dapat dicari dengan rumus :

2. Limas

a. Pengertian Limas

(a) (b)

Gambar 2.5 (a) Bentuk limas di kehidupan sehari-hari ( Piramida Mesir), (b) Bangun ruang limas segiempat

Limas adalah benda yang dibatasi oleh bidang alas dan bidang-bidang

sisi yang bersekutuan di satu titik. �

= 2 ×� + � − � �

(58)

b. Macam-macam Limas

Tabel 2.2 Macam-macam Bentuk Limas

Gambar Nama Jumlah Sisi (S)

Jumlah Rusuk

(R )

Jumlah Titik Sudut (T)

Limas

segitiga 4 6 4

Limas

segiempat 5 8 5

Limas

segilima 6 10 6

Limas

segienam 7 12 7

(59)

c. Unsur-unsur Limas

Unsur-unsur limas segiempat adalah

1) Sisi/ Bidang

Sisi PQRS (alas) dan KPQ, KQR, KRS, KSP (sisi tegak)

2) Rusuk

Prisma segiempat memiliki 8 rusukyaitu PQ, QR, RS, ST, KP, KQ,

KR, dan KS

3) Titik sudut

Titik sudut limas segiempat adalima yaitu titik P, Q, R, S, dan K

(titik puncak)

d. Ciri-ciri limas

Ciri-ciri limas beraturan adalah sebagai berikut

1) Bidang alasnya beraturan

2) Proyeksi titik puncak pada bidang alas berimpitan dengan titik pusat

dari bidang alas

3) Bidang-bidang sisi merupakan segitiga samakaki yang sama dan

sebangun (kongruen)

4) Rusuk-rusuk tegaknya sama panjang

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Di Kelas VIII A …………..………..…..
gambar yang diberikan.
Gambar 2.1 Contoh benda yang menyerupai prisma
Tabel 2.1 Macam-macam Bentuk Prisma
+7

Referensi

Dokumen terkait

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Therefore, the researcher tries to analyze naturalness characteristics in the Indonesian translation in a famous novel The Devil and Miss Prym is written by

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Matriks EFE ( External Factors Evaluation ), Analisis Matriks IFE ( Internal Factors

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian populasi.Menurut Arikunto (2006, hlm. 131) "Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Sampel penelitian

Diharapkan kepada saudara harus membawa berkas Dokumen Asli berikut salinannya, seperti yang telah di upload ke Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) LPSE Kabupaten Bangka

Walaupun price discount yang diberikan Matahari Department Store Tunjungan Plaza Surabaya pada penelitian ini berpengaruh dominan, tetapi meningkatkan impulse

Pada penelitian ini dilakukan penelitian pengembangan ekstrak etanol daun bandotan yang diformulasikan dalam bentuk krim a/m terhadap pembentukan serabut kolagen

Kedua yaitu data penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut provinsi dan lapangan pekerjaan utama menghasilkan ukuran