ABSTRAK
Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan ditinjau dari motivasi dan hasil belajar.
Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 25 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data minat dan motivasi belajar matematika siswa dan data hasil belajar siswa. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis sedangkan data minat dan motivasi belajar matematika siswa diperoleh daripengisian angket (kuisioner). Data prestasi belajar siswa dianalisis dengan cara membandingkan banyaknya siswa tuntas dan siswa yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Analisis kuisioner dilakukan dengan menghitung skor total, dan jenis motivasi dari masing-masing siswa. Data hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi digunakan untuk memperkuat hasil kuisioner minat dan motivasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A efektif ditinjau dari minat dan motivasi belajar siswa. Sebanyak 11 siswa masuk kriteria sangat tinggi dan 14 siswa masuk kriteria tinggi. (2) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A belum efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Presentase ketuntasan siswa adalah 20%, hasil ini termasuk dalam kategori rendah, karena dari 25 siswa, hanya 5 siswa yang dapat tuntas KKM.
ABSTRACT
Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. The Effectiveness of Learning Process Using Problem Posing Method Implemented in Grade VIII SMP Kanisius Kalasan 2014/2015 Academic Year. Thesis. Mathematics Education, Mathematics Education and Science Study Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aimed to determine the effectiveness of implemented problem posing method on topic flat side geometry for students grade VIII SMP Kanisius Kalasan are evaluated from interest and motivation and students learning results.
The subjects of this study are the twenty five students grade VIII/A in SMP Kanisius Kalasan. This study itself was conducted using
quantitative-qualitative descriptive technique. The data needed were students’ interests and
motivations in learning Math and their results of the learning process (evaluation).
The results of students’ achievement in learning process came from written test
while their interests and motivations data were from questionnaires. The analysis
on students’ learning results was done by comparing the quantity of students who successfully pass the Minimum Requirement Criteria (MRC-KKM) with those who do not pass. The analysis on questionnaire was done by counting the total score and the type of motivation that each student holds. The result of interviews, documents and observation were analyzed using qualitative descriptive technique. These data are used to support the results of questionnaire.
The results of the study are (1) the using of problem posing method in Class VIII/A effectively increases students’ interests and motivation of learning Math. (2) The using of problems posing in Class VIII/A is not effective enough to increase their achievement in learning Math. The percentage of succeeded students passing the grade was 20%. It is included as low stage because it means among 25 students, there were only 5 students who could pass the standard.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP
KANISIUS KALASAN TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Cicilia Kristiani Tri Astuti
NIM : 111414028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. Berkarya untuk Tuhan dengan sepenuh hati
2. Sekali jatuh harus berusaha bangkit, bukan meratapi nasib
Persembahan :
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan banyak berkatnya untukku.
Dia selalu ada untukku dalam segala hal apapun dan kapanpun, dan
karena berkat dan kasihNya yang selalu membuat aku semangat menjalani
kehidupan.
2. Kedua orang tuaku, Ibu dan Almarhum Bapak yang selalu memberikan
semangat dan doa serta mendidik dan member seluruh usahanya untuk
masa depanku.
3. Kedua kakakku yang selalu memberikan semangat dan doa.
4. Seluruh keluarga, sahabat, OMK Paroki Marganingsih Kalasan dan
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Desember 2015
Penulis,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Cicilia Kristiani Tri Astuti NIM : 111414028
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
“EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP KANISIUS KALASAN TAHUN AJARAN 2014/2015”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hakuntuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data,mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Desember 2015
Yang menyatakan,
ABSTRAK
Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. Efektivitas Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Problem Posing Pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan ditinjau dari motivasi dan hasil belajar.
Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VIIIA SMP Kanisius Kalasan semester genap tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 25 siswa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif-kualitatif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data minat dan motivasi belajar matematika siswa dan data hasil belajar siswa. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes tertulis sedangkan data minat dan motivasi belajar matematika siswa diperoleh daripengisian angket (kuisioner). Data prestasi belajar siswa dianalisis dengan cara membandingkan banyaknya siswa tuntas dan siswa yang tidak tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Analisis kuisioner dilakukan dengan menghitung skor total, dan jenis motivasi dari masing-masing siswa. Data hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi digunakan untuk memperkuat hasil kuisioner minat dan motivasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A efektif ditinjau dari minat dan motivasi belajar siswa. Sebanyak 11 siswa masuk kriteria sangat tinggi dan 14 siswa masuk kriteria tinggi. (2) Penggunaan metode problem posing dalam pembelajaran matematika di kelas VIII A belum efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa. Presentase ketuntasan siswa adalah 20%, hasil ini termasuk dalam kategori rendah, karena dari 25 siswa, hanya 5 siswa yang dapat tuntas KKM. Kata kunci : Hasil Belajar Siswa; Luas Permukaan dan Volume Prisma dan
ABSTRACT
Cicilia Kristiani Tri Astuti, 111414028. 2015. The Effectiveness of Learning Process Using Problem Posing Method Implemented in Grade VIII SMP Kanisius Kalasan 2014/2015 Academic Year. Thesis. Mathematics Education, Mathematics Education and Science Study Program, Teachers Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aimed to determine the effectiveness of implemented problem posing method on topic flat side geometry for students grade VIII SMP Kanisius Kalasan are evaluated from interest and motivation and students learning results.
The subjects of this study are the twenty five students grade VIII/A in SMP Kanisius Kalasan. This study itself was conducted using quantitative-qualitative descriptive technique. The data needed were students’ interests and motivations in learning Math and their results of the learning process (evaluation). The results of students’ achievement in learning process came from written test while their interests and motivations data were from questionnaires. The analysis on students’ learning results was done by comparing the quantity of students who successfully pass the Minimum Requirement Criteria (MRC-KKM) with those who do not pass. The analysis on questionnaire was done by counting the total score and the type of motivation that each student holds. The result of interviews, documents and observation were analyzed using qualitative descriptive technique. These data are used to support the results of questionnaire.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikat berkat dan rahmatNya sehingga penulisdapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Metode
Problem Posing pada Siswa Kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk
mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini
dapat disusun dengan baik atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka
penulis tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Dr. Hongki Julie S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
4. Dosen Penguji Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. dan Bapak Febi Sanjaya,
M.Sc. atas saran yang telah diberikan
5. Bapak Yusup Indrianto P, S.Pd. selaku Kepala SMP Kanisius Kalasan yang
6. Ibu Agustina Kurnia Pancarini, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika
kelas VIII yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam
melaksanakan penelitian.
7. Dosen dan seluruh karyawan di Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam yang telah membimbing dan membantu penulis selama
belajar di Universitas Sanata Dharma.
8. Orang tua tersayang, Bapak Almarhum Thomas Suwarto dan Ibu Theresia
Sumiyati yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungannya kepada
penulis.
9. Keempat kakakku Gregorius Kristianto Anggoro, Agustina Adi Dwiyanti,
Anastasia Dwi Handayani dan Aditya Setiawan yang telah memberikan
semangat dan doa.
10.Seluruh keluarga, sahabat, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang turut membantu dan selalu memberikan semangat dan doa.
Saran dan masukan sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 16 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….………....…….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………..…..…………... ..…...…...ii
HALAMAN PENGESAHAN ………..……….…..….…….………….…...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………..………..iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……. ...………v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……... ……..…vi
ABSTRAK ……….………..……….……..………vii....
ABSTRACT ………..…….……….viii
KATA PENGANTAR ……….…………..…...……….…... …...…….ix
DAFTAR ISI ………..……….……….……..…….….….xi
DAFTAR TABEL ………...……..……….….xiv DAFTAR GAMBAR ………...………...…xv DAFTAR LAMPIRAN ……….………...…...xvi BAB I PENDAHULUAN ……….……….………...…….1
A. Latar Belakang Masalah ……….……….1
B. Identifikasi Masalah ……….5.….
C. Batasan Masalah ……….……..………..5
D. Rumusan Masalah ……….……….…………..…..6
E. Tujuan Penelitian ……….……….………..6
F. Batasan Istilah ………....………..7…..
G. Manfaat Penelitian ………....……..…….………10
BAB II LANDASAN TEORI ………...….…………12…..
A. Prinsip-prinsip Belajar ………..………...………12
1. Pengertian Belajar …………..……….………....….12.…
2. Hakikat Belajar ………..………....…14.
3. Ciri-ciri Belajar ………...………15.
4. Teori-teori Belajar ………...….……...….17
B. Sifat Matematika dan Struktur Kognitifnya ……….…..………...21
C. Berpikir Geometris dan Konsep-konsep Geometri …………...………….23
D. Pembuatan Soal (Problem Posing) ………...………..…..23
E. Motivasi ………...………30.…
F. Minat ………....………32
G. Efektivitas Pembelajaran ………...………33
H. Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas ………...………34
1. Prisma ……….…...……….34
2. Limas ………...…...……..38
BAB III METODE PENELITIAN ………..……….44
A. Jenis Penelitian ………..……….44.….
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………..……….44.
C. Subjek dan Objek Penelitian ………..……….45
D. Variabel Penelitian ………..……….45...
E. Bentuk Data ………..…………...46
F. Metode Pengumpulan Data ………....…………...47
H. Metode Analisis Data ………...……….57
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………....……….59
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN ………..………....………62
A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ………....……….62
1. Persiapan Penelitian ………...……….….…...……..62
2. Pelaksanaan Penelitian ………...…...……….64
a. Selama Pembelajaran ………...……….6. 4
b. Setelah Pembelajaran ………..……….70
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ………..……….7.…. 2
1. Hasil Penelitian ………...………72
a. Motivasi Belajar Siswa………..……….72
b. Prestasi Belajar Siswa ………...………..……….82
2. Pembahasan Penelitian ………86
C. Keterbatasan Penelitian ……….…...………88
BAB V PENUTUP ………..……….89
A. Kesimpulan ………..……….88
B. Saran ………..…..………….90
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Macam-macam Bentuk Prisma ………..…..… .35
Tabel 2.2 Macam-macam Bentuk Limas ……….………...…39
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Di Kelas VIII A …………..………..….. .…44
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner ………..…...………..….50
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Akhir ……….…….………..…... 51
Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Tes Hasil Belajar ………..………..…... .…62
Tabel 4.2 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa ………....…. .…71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh benda yang menyerupai prisma …………..….…..…..…….34
Gambar 2....2 Bangun ruang prisma ………...….…….……..….34
Gambar 2.3 Prisma segienam ………..………...……..……..….36
Gambar 2.4 (a) Prisma segitiga ………..………..…...……..….37
Gambar 2.4 (b) Jaring-jaring prisma segitiga ………..……….…..….……..37
Gambar 2.5 (a) Bentuk limas di kehidupan sehari-hari ……..….….…...…...……38
Gambar 2.5 (b) Bangun ruang limas segiempat ………...…..…….38
Gambar 2.6 (a) Limas segiempat ………..….…..…..……41
Gambar 2.6 (b) Jaring-jaring limas segiempat ………...…..…..……41
Gambar 2.7 Kubus yang dibagi menjadi bentuk limas segiempat …..……..….…41
Gambar 4.1 Contoh Soal yang tidak dapat dikerjakan ………....…………..87
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………..……....……..……..… .93
Lampiran A.2 LKS ………..………...……...………..105
Lampiran A.3 Lembar Kerja Luas Permukaan ………..……...………..113
Lampiran A.4 Lembar Kerja Volume ………..……...………..114
Lampiran A.5 Soal Tes Tertulis………..………..…....………..115
Lampiran A.6 Pedoman Penskoran Tes Tertulis………...………..118
Lampiran B.1 Validasi Pakar ………....………..…………...122
LAMPIRAN C
Lampiran C.1 Hasil Kerja Kelompok Luas Permukaan………...…....……..……..132
Lampiran C.2 Hasil Kerja Kelompok Volume………..………….……...…………..134
Lampiran C.3 Hasil Ujian Tulis ………..…………..1.. 36
Lampiran C.4 Peta Kerawanan Kelas………..……...…………..143
Lampiran C.5 Hasil Observasi………..………..…………..…………..144
Lampiran C.6 Contoh Pengisian Kuisioner………....…………..1.... 60
Lampiran C.7 Transkrip Wawancara ………..………..………….163
Lampiran C.8 Foto ……….174
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan dunia pendidikan, matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Karena sifatnya
yang abstrak, matematika dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk
dipahami. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
minat dan motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa dalam mempelajari
matematika, diantaranya adalah faktor dari luar dan dari dalam diri siswa.
Faktor dari luar misalnya faktor guru yaitu cara mengajar dan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Selain faktor dari luar, faktor dari
dalam siswa juga dapat mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa,
misalnya anggapan siswa bahwa matematika merupakan pelajaran yang
sulit untuk dipahami.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Kanisius
Kalasan, pembelajaran matematika di kelas VIII lebih didominasi oleh
guru. Guru melakukan pembelajaran secara klasikal, namun juga ada
kalanya guru memberikan latihan-latihan soal kepada siswa dan dikerjakan
secara mandiri. Soal berasal dari guru dan buku pegangan siswa. Siswa
Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada
siswa, baik kelas VIII maupun kelas IX. Pada siswa kelas VIII dilakukan
wawancara mengenai pelajaran matematika dan metode pembelajaran.
Banyak siswa yang kurang suka dengan pelajaran matematika karena
matematika merupakan pelajaran yang sulit, banyak rumus dan susah
untuk dipahami. Beberapa siswa juga mengaku tidak suka dengan
pelajaran matematika karena malas menghitung dan tidak suka dengan
metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada metode
pembelajaran yang digunakan, siswa mengaku bosan dengan metode
pembelajaran di kelas karena kurang bervariasi. Pada segi materi,
kebanyakan siswa mengalami kesulitan pada materi Bangun Ruang Sisi
Datar terutama prisma dan limas. Menurut mereka pada materi ini banyak
rumus yang harus dihafal dan malas untuk menghitung.
Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan Marpaung
(Marpaung, 2005:21) bahwa cara berpikir siswa hanyalah tiruan dari cara berpikir guru. Siswa bukan lagi dirinya sendiri, tetapi telah menjadi
robot-robot kecil dalam cara berpikirnya. Dalam pembelajaran, guru sering
memberikan contoh soal berikut dengan cara menyelesaikannya. Namun
tidak jarang jika guru hanya menggunakan satu cara kemudian siswa
diberikan latihan soal yang serupa dan diminta untuk mengerjakannya.
Siswa akan menyelesaikan soal seperti apa yang dicontohkan guru. Siswa
cenderung meniru dan kurang berani untuk menggunakan caranya sendiri
Metode pembelajaran seperti yang dicontohkan tersebut kurang
efektif karena tujuan pembelajaran hanya sekedar siswa mengetahui apa
yang diajarkan oleh guru, bukan memahami dan menerapkan apa yang
sudah dipelajari. Tujuan pembelajaran yang diperlukan pada masa
sekarang ini adalah siswa harus mengetahui, memahami, dan menerapkan
pengetahuan yang didapat dalam proses belajar. Siswa diharapkan mampu
untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru juga harus dapat memfasilitasi
siswa dalam belajar, salah satunya adalah dengan menerapkan metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menarik
perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal.
Berbagai metode pembelajaran telah diciptakan demi kemajuan
dunia pendidikan. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus
tepat, bervariasi dan dapat menarik perhatian siswa. Selain metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru, pembelajaran matematika di
kelas juga harus difokuskan pada pemecahan masalah matematika. Dalam
pembelajaran matematika hendaknya menjadikan pemecahan masalah
sebagai bagian utama dari semua kegiatan pembelajaran. Pemecahan
masalah perlu untuk dikuasai oleh siswa karena kemampuan ini dapat
menjadi bekal bagi siswa dalam menghadapi masalah nyata yang
berhubungan dengan matematika di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
alasan inilah, maka guru harus tahu metode pengajaran yang tepat dan
pembelajaran dibandingkan dengan guru sehingga sasaran utama dari
pembelajaran di kelas adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis,
kritis, dan sistematis.
Cara berpikir logis, kritis, dan sistematis diperlukan siswa agar
mereka dapat memahami materi dengan baik sehingga motivasi belajar
siswa dapat meningkat. Jika motivasi belajar dapat terbangun dengan baik,
maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga sekolah yang
bersangkutan dapat menghasilkan siswa-siswa dengan kualitas yang baik.
Untuk mengembangkan potensi siswa tersebut, maka guru dapat
menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dan dapat
menarik perhatian siswa serta dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, salah satu cara atau strateginya dengan menggunakan metode
problem posing.
Metode problem posing adalah metode pembelajaran yang
meningkatkan aktifitas kognitif siswa untuk menghasilkan soal baru dari
soal yang telah diberikan dan diselesaikan kemudian dimodifikasi untuk
mencari solusi penyelesaian yang lebih mudah dan bervariasi. Metode ini
diharapkan cocok digunakan dalam pembelajaran Bangun Ruang Sisi
Datar karena pada materi ini, siswa dapat lebih banyak memodifikasi
soal-soal sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi ini.
Sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan penelitian
yang berjudul Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Metode
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan diatas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah, yaitu :
1. Ada siswa yang kurang suka dengan pelajaran matematika karena
menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk
dipahami
2. Ada siswa yang malas belajar matematika karena banyak rumus
dan menghitung
3. Guru lebih aktif di kelas sedangkan siswa pasif
4. Beberapa siswa hanya meniru apa yang dicontohkan guru sehingga
siswa kesulitan memahami makna dari penyelesaian soal yang
diberikan guru
5. Ada siswa yang tidak memahami materi dengan baik
6. Metode pembelajaran matematika yang digunakan kurang menarik
perhatian siswa
7. Ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran karena metode
pembelajaran yang monoton dan kurang menarik
8. Nilai siswa yang kurang baik dalam pelajaran matematika
C. Batasan Masalah
Karena keterbatasan dalam waktu, tenaga, serta biaya, maka
1. Penelitian dilakukan di SMP Kanisius Kalasan kelas VIII Semester
II tahun pelajaran 2014/2015
2. Penelitian dipusatkan pada proses pembelajaran, minat dan
motivasi belajar, dan hasil belajar siswa
3. Materi yang digunakan adalah materi Bangun Ruang Sisi Datar
Prisma dan Limas
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dapat di simpulkan beberapa rumusan
masalah, yaitu :
1. Bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam
pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar siswa?
2. Bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing dalam
pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar siswa?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan
kelas ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode
pembelajaran problem posing pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar
siswa kelas VIII di SMP Kanisius Kalasan. Secara khusus penelitian ini
1. Mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing
dalam pembelajaran ditinjau dari motivasi belajar siswa?
2. Mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan metode problem posing
dalam pembelajaran ditinjau dari prestasi belajar siswa?
F.Batasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan
batasan istilah sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip belajar
Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli, salah satunya
adalah Drs. Slameto yang merumuskan pengertian belajar sebagai
berikut : belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Seseorang yang telah belajar maka dia akan mendapatkan suatu
pengetahuan dan pengalaman yang baru yang merupakan hasil dari
belajar.
2. Sifat matematika dan struktur kognitifnya
Matematika merupakan ilmu yang abstrak. Manusia tumbuh dan
berkembang, olehkarenanya maka manusia juga mengalami
3. Berpikir geometris dan konsep-konsep geometri
Berpikir geometris perlu untuk diberikan kepada siswa karena
dapat memberikan manfaat kepada siswa yaitu logika (pemahaman)
keruangan dan materi geometri.
4. Pembuatan soal (problem posing)
Problem posing merupakan istilah lain dari kata pembuatan soal.
Dalam pembelajaran matematika, pembuatan soal merupakan salah
satu tema utama. Problem posing bukan lagi ide baru dalam
pembelajaran matematika. Istilah tersebut sudah diperkenalkan di
beberapa negara di dunia seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang,
dan Singapura.
Problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal
berdasarkan konteks, cerita, informasi atau gambar yang diketahui.
Menurut Silver (Abu Elwan, 2000), pengertian problem posing tidak
terbatas pada pembentukan soal yang betul-betul baru, tetapi dapat
berarti mereformulasi soal-soal yang diberikan.
5. Motivasi
Menurut Mc Donald (Djamarah, 2011:148) motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi dapat muncul dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan
motivasi yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motivasi
tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah kebalikan dari motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang aktif
berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Kedua macam motivasi
tersebut diperlukan para peserta didik untuk kemajuan belajar.
6. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap
suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten
dengan rasa senang.
7. Efektivitas pembelajaran
Efektivitas berkaitan dengan tercapainya tujuan, katepatan waktu,
dan partisipasi aktif dari anggota (kelompok).
8. Bangun ruang sisi datar prisma dan limas
Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bangun ruang
sisi datar prisma dan limas, lebih khususnya adalah volume dan luas
G.Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Menambah keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sehingga
dapat memotivasi siswa untuk mempelajari matematika dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru
Menambah wawasan dalam penggunaan metode pembelajaran
sehingga dapat menarik minat dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar matematika.
3. Bagi sekolah
Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dalam
pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
H.Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan
yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat hasil
penelitian, batasan istilah, manfaat hasil penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II berisi landasan teori yang berisi penjelasan mengenai beberapa teori
yang digunakan sebagai dasar penelitian, seperti : (i) prinsip-prinsip belajar,
konsep-konsep geometri, (vi) pembuatan soal (problem posing), (vii) motivasi,
(viii) minat, (ix) efektivitas pembelajaran, (x) Bangun Ruang sisi Datar Prisma
dan Limas.
Bab III merupakan metode penelitian yang berisi penjelasan mengenai
tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, subjek penelitian, objek
penelitian, metode pengumpulan data, instrument penelitian, data penelitian,
teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan hasil
penelitian yang berisi tentang diskripsi tentang proses pelaksanaan penelitian
dan hasil penelitian. Pada bab V merupakan penutup yang berisi tentang
kesimpulan hasil penelitian dan saran untuk pembelajaran dan penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prinsip-prinsip Belajar
Belajar merupakan kata yang sering disengar setiap hari. Belajar biasanya
identik dengan para pelajar baik siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa.
Bukan hanya sekedar kata, namun belajar sudah sangat lekat dengan kegiatan
sehari-hari bagi para pelajar dalam menuntut ilmu di institusi pendidikan
formal. Kegiatan belajar dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan
dimanapun sesuai dengan keinginan masing-masing orang. Meskipun kata “belajar” selalu dipakai, didengar, dan di lakukan setiap saat, namun tidak
semua orang tahu apa arti dan makna dari belajar.
1. Pengertian Belajar
Setiap orang seharusnya tahu setiap arti dan kata yang diucapkan,
namun dalam kenyataannya kadang orang kurang tahu arti dan makna
dari kata yang sedang diucapkannya. Mengerti dan memahami dengan
baik suatu kata merupakan hal yang penting agar tidak menjadikan pemahaman yang keliru akan suatu kata. Seperti kata “belajar” juga harus
diketahui dengan baik apa arti dan maknanya agar tidak menimbulkan
kekeliruan makna dari kata tersebut.
Beberapa ahli psikologi dan pendidikan telah mengemukakan
Ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli (Djamarah, 2011:12),
diantaranya adalah
a) James O Whittaker merumuskan belajar sebagai proses dimana
tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
b) Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in
behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
c) Howard L Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by
which behavior (in the broader sense) is originated or changed
through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah
laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.
d) Geoch merumuskan learning is change is performance as a result of
practice. Belajar adalah perubahan suatu tindakan yang merupakan
akibat dari latihan.
e) Slameto juga merumuskan pengertian belajar yaitu belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
psikis. Gerakan fisik dilakukan sebagai suatu perantara dari aktifitas
psikis, sebagai contoh dengan melihat atau menggerakkan anggota tubuh.
Namun demikian, belajar merupakan suatu perubahan dari psikis
seseorang dengan adanya kesan baru. Kesan tersebut akan mempengaruhi
dan mengubah psikis seseorang menjadi lebih baik yang kemudian dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa belajar serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Djamarah, 2011:13).
2. Hakikat Belajar
Pada pembahasan sebelumnya telah disampaikan pengertian
belajar menurut beberapa ahli. Dari beberapa pendapat mengenai belajar, ada kata yang sangat penting yaitu “perubahan” atau “change“. Beberapa
pendapat tentang belajar yang telah dikemukakan sebelumnya, yang
paling penting dalam belajar adalah adanya sebuah perubahan. Perubahan
yang dikehendaki tentu saja merupakan suatu perubahan yang sesuai
dengan perubahan yang dikehendaki dalam pengertian belajar.
Dengan demikian, seseorang yang telah melakukan aktivitas
belajar, maka ia akan mengalami perubahan dalam dirinya dengan
memperoleh pengalaman atau kesan yang baru. Namun perlu dipahami
bahwa perubahan dalam belajar merupakan perubahan pada aspek
bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan
adalah sebagai hasil belajar (Djamarah,2011:14).
3. Ciri-ciri Belajar
Berikut merupakan ciri-ciri belajar berdasarkan hakikat belajar
yang merupakan perubahan tingkah laku (Djamarah,2011:15-16), yaitu
a) Perubahan yang terjadi secara sadar
Perubahan yang terjadi secara sadar berarti individu yang belajar
akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya
individu telah merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Misalnya ia akan menyadari akan kemampuannya yang bertambah,
kecakapan bertambah, atau kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan
individu yang terjadi karena ia tidak sadar bukan termasuk ke dalam
perubahan dalam pengertian belajar.
b) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis. suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna
bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Sebagai contoh
adalah seorang anak yang belajar menulis, maka ia akan mengalami
perubahan yang semula tidak bisa menulis menjadi dapat menulis.
Selanjutnya ia dapat menulis dengan baik dan dapat menggunakan
kecakapan dalam menulis surat, catatan, mengerjakan soal, dan
sebagainya.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Pada dasarnya, belajar akan menghasikan perubahan-perubahan
yang selalu bertambah dan akan menuju ke hal yang lebih baik.
Dengan demikian, semakin banyak belajar, maka akan semakin
banyak pengalaman dan perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
diharapkan dalam belajar adalah perubahan yang aktif, artinya bahwa
perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha
individu yang bersangkutan.
d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang hanya bersifat sementara (temporer) bukan
merupakan perubahan dalam pengertian belajar, misalnya menangis,
berkeringat, dan sebagainya. Perubahan dalam belajar bersifat
menetap (permanen) dan kemungkinan akan terus berkembang bila
terus digunakan atau dilatih.
e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada tingkah laku
yang benar-benar disadari dan yang telah ditetapkan.
f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
4. Teori-teori Belajar
Berbagai macam teori belajar telah ditemukan oleh para ahli
melalui penelitian. Teori-teori yang didapat terus menerus dikembangkan
oleh para ahli sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian dan
mendapatkan teori yang baru dan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan. Berikut akan dikemukakan teori-teori belajar menurut para
ahli (Djamarah,2011:17-27)
a) Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Menurut para ahli ilmu jiwa daya, jiwa manusia mempunyai
daya-daya. Manusia akan memanfaatkan daya itu dengan cara melatihnya
sehingga ketajamannya akan dirasakan ketika dipergunakan untuk
sesuatu hal, misalnya mengenal, mengingat, dan sebagainya.
Akibat adanya teori inimaka belajar hanyalah melatih semua daya
dengan cara menghafal kata-kata atau angka. Pengaruh teori ini dalam
belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanya bersifat hafalan
dan kurang menekankan makna dari apa yang dipelajari. Walaupun
begitu,teori ini cocok digunakan untuk menghafal rumus, kata-kata
asing, dan sebagainya. Oleh karena itu menurut para ahli jiwa daya,
bila ingin berhasil dalam belajar maka latihlan semua daya yang ada
b) Teori tanggapan
Teori tanggapan merupakan suatu teori yang menentang teori jiwa
daya. Tokoh dalam teori ini adalah Herbart. Menurut Herbart, teori
yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi
daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu
Herbart menunjukkan teorinya yaitu teori tanggapan, karena
menurutnya unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.
Menurut teori tanggapan, belajar adalah memasukkan tanggapan
sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak
tanggapan berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti
dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai berarti orang
yangbanyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya.
Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka
belajar adalah memasukkan kesan-kesan kedalam otak dan
menjadikan orang pandai.
c) Teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt
Gestalt merupakan sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh
Koffka dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa
keseluruhan lebih penting daripada bagian, sebab
bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan.
Menurut teori Gestalt, yang terpenting dalam belajar adalah
tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi, namun mengerti
atau memperoleh insight (pengertian).
d) Teori belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu
1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2) Belajar adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
instruksi
Gegne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh
manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the
domains of learning, yaitu
i. Keterampilan motoris (motor skill)
ii. Informasi verbal
iii. Kemampuan intelektual
iv. Strategi kognitif
v. Sikap
e) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori sarbond. Sarbond merupakan
singkatan dari Stimulus (rangsangan), Respons (tanggapan), dan Bond
(dihubungkan). Rangsangan diciptakan untuk memunculkan
tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah
terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya.
Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan.
Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal,
yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari
Ivan P Pavlov.
1) Teori konektionisme
Dalam penelitiannya, Thorndike menyimpulkan bahwa
respons lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan
situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error. Respons
benar lambat laun akan diperkuat melalui percobaan yang
berulang-ulang, sedangkan renpons yang tidak benar akan
diperlambat atau dihilangkan. Gejala ini disebut substitusi respons
(kondisioning instrumental). Ada tiga hokum belajar menurut
Torndike, yaitu
i. Hukum efek
Hukuman tidak sama pengaruhnya dengan ganjaran dalam
belajar
ii. Hukum latihan
Pengalaman yang diulang-ulang akan memperbesar
peluang timbulnya respons yang benar
iii. Hukum kesiapan
Pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu
menghalang-halangi pelaksanaan tindakan akan
memaksanya menimbulkan kejengkelan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Thorndike, dasar
dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra
dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan
connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi.
2) Teori conditioning
Manusia pasti pernah melakukan hal-hal sesuai dengan
kebiasaan dalam kondisi tertentu. Bentuk-bentuk kelakuan
tersebut terjadi karena adanya conditioning. Karena kondisinya
diciptakan, maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, sehingga
kondisi yang diciptakan merupakan syarat memunculkan refleks
bersyarat.
B. Sifat Matematika dan Struktur Kognitifnya
Matematika merupakan suatu ilmu yang abstrak, objek-objeknya tidak
dapat diamati oleh indera manusia. Konsep-konsep matematika semuanya
merupakan hasil rekayasa mental (mental construct) yang terjadi melalui
proses abstraksi, generalisasi, idelaisasi, deduksi, dan sebagainya, dan oleh
karenanya sifatnya abstrak. Hanya representasi obyek matematika yang dapat
Menurut Piaget (Baharuddin, 2009) perkembangan intelegensi manusia
dibagi dalam tahapan-tahapan yang berjenjang sebagai berikut :
1. Tahap sensori-motor : pada umur sekitar 0 - 2 tahun
Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:
a. Meniru, mengingat, dan berpikir
b. Mulai mengenal dunia luar meskipun masih secara samar
c. Aktifitas gerak refleks
2. Tahap pre-operasional : pada umur sekitar 2 tahun - 7 tahun
Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:
a. Mengembangkan kecakapan berbahasa
b. Mempunyai kemampuan berpikir dalam bentuk simbol
c. berpikir logis
3. Tahap operasional konkrit : umur sekitar 7 tahun - 11 tahun
Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:
a. Mampu memecahkan masalah yang nyata
b. Mengerti hukum dan mampu membedakan baik buruk
4. Tahap operasi formal : pada umur lebih dari 11 tahun
Karakteristik intelektual pada umur ini meliputi:
a. Mampu memecahkan masalah yang abstrak
b. Dapat berpikir ilmiah
c. Mengembangkan kepribadian
Siswa SMP berada pada tahap keempat yaitu tahap operasi formal. Pada
lebih ilmiah dan dapat memecahkan masalah yang abstrak. Pada jenjang
SMP, siswa sudah diajak untuk berpikir matematis dan lebih abstrak
dibandingkan dengan jenjang sekolah dasar.
C. Berpikir Geometris dan Konsep-konsep Geometri
Berpikir geometris perlu untuk diberikan kepada siswa karena dapat
memberikan manfaat kepada siswa yaitu logika (pemahaman) keruangan dan
materi geometri. Pemahaman ruang dan materi mengenai geometri bermanfaat
untuk siswa karena dapat membantu perkembangan siswa. Walle (Van De
Walle, 2008:150) mendefinisikan pemahaman ruang sebagai naluri akan
bentuk-bentuk dan kaitan diantaranya. Seseorang yang memiliki pemahaman
ruang mempunyai kepekaan akan aspek-aspek geometri di sekelilingnya dan
berbagai bentuk bangun yang terbentuk oleh objek-objek di lingkungan
sekitar.
Walle juga berpendapat bahwa pemahaman ruang didapat bukan dari bakat
yang dimiliki seseorang, namun karena seseorang mau berlatih secara
konsisten. Tanpa pengalaman geometri, maka kebanyakan orang tidak
berkembang dalam pemahaman dan logika keruangan. Pada materi geometri
mencakup empat tingkatan, yaitu bentuk dan sifat, transformasi, lokasi, dan
D. Pembuatan Soal (Problem posing)
Menurut Gonzales (Abu Elwan, 2000) salah satu tujuan utama
pembelajaran matematika adalah untuk mendorong para murid untuk menjadi
pemecah masalah terbaik. Untuk mencapai tujuan tersebut, diajarkan strategi
pemecahan masalah matematika dengan melibatkan keaktifan siswa. Metode
yang menekankan pada pemecahan masalah bagi para siswa adalah metode
problem posing. Gaya baru dalam pendidikan matematika merekomendasikan
perubahan pembelajaran yang meminta siswa untuk memecahkan masalah,
mengembangkan pengetahuan dengan memodifikasi pertanyaan-pertanyaan
siswa, menambahkan data baru, menghilangkan beberapa data, mengubah
variabel atau membangun masalah baru berdasarkan gagasan yang asli.
Problem posing merupakan istilah lain dari kata pembuatan soal. Dalam
pembelajaran matematika, pembuatan soal merupakan salah satu tema utama.
Problem posing bukan lagi ide baru dalam pembelajaran matematika. Istilah
tersebut sudah diperkenalkan di beberapa negara di dunia seperti Amerika,
Inggris, Australia, Jepang, dan Singapura.
Problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan
konteks, cerita, informasi atau gambar yang diketahui. Menurut Silver (Abu
Elwan, 2000), pengertian problem posing tidak terbatas pada pembentukan
soal yang betul-betul baru, tetapi dapat berarti mereformulasi soal-soal yang
diberikan. Terdapat beberapa cara pembentukan soal baru dari soal yang telah
pada soal itu, misalnya mengubah bilangan,operasi, objek, syarat, atau
konteksnya.
Tentang pembentukan pertanyaan oleh siswa, Brown dan Walter (1990:10)
menyatakan bahwa : There is a myth that it is the role ofthe expert or
authority (textbook, teachers, research mathematician) to ask the question
and for the student merely to answer them. Of course,it is considered good
pedagogy to encourage students to ask questions,but there are usually
questions of an instrumental nature questions that enable teachers to pursue
their pre-conceived agendas.
Seorang guru diharapkan dapat memberikan pertanyaan untuk dijawab
oleh siswa yang berguna untuk mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan balikan kepada guru. Seorang siswa didorong untuk mengajukan
pertanyaan agar dapat mengikuti alur pembelajaran yang sudah direncanakan
oleh guru. Misalnya di sekolah dasar, guru mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan untuk memastikan bahwa siswa dapat memahami
dengan baik materi yang telah disampaikan. Menurut Silver (Mahmudi,
2008), problem posing meliputi beberapa pengertian,yaitu (1) perumusan soal
atau perumusan ulang soal yang telah diberikan dengan beberapa perubahan
agar lebih mudah dipahami siswa, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan
syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka penemuan
alternatif penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang
Silver dan Cai (Abu Elwan, 2000) mengklasifikasikan tiga aktivitas
kognitif dalam pembuatan soal sebagai berikut :
1. Pre solution posing
Pre solution posing adalah p
embuatan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan.
Contoh :
Buatlah soal berdasarkan informasi berikut ini : Ali bermaksud membeli
sebuah buku seharga Rp 10.000,00 tetapi ia hanya mempunyai uang Rp
6.000,00
Soal-soal yang mungkin dibuat siswa adalah (1) Apakah Ali mempunyai
cukup uang untuk membeli buku?, (2) Baerapa rupiah lagi yang
dibutuhkan Ali agar dapat membeli buku itu?
2. Within solution posing
Pembuatan atau formulasi soal yang sedang diselesaikan.
Pembuatan soal demikian sebagai penyederhanaan dari soal yang sedang
diselesaikan. Dengan demikian, pembuatan soal demikian akan
mendukung penyelesaian semula.
Contoh :
Diketahui soal sebagai berikut :
Sebanyak 20.000 galon air diisikan ke kolam renang dengan
kecepatan tetap. Setelah 4 jam pengisian, isi kolam renang tersebut
menjadi 5
Soal-soal yang mungkin disusun oleh siswa yang dapat mendukung
penyelesaian soal tersebut adalah sebagai berikut:
a) Berapa gallon air di kolam renang ketika kolam berisi seperempatnya?
Berapa gallon air di kolam renang ketika kolam renang itu berisi 5 8
nya?
b) Berapakah perubahan banyaknya air dalam kolam renang setelah 5
jam pengisian?
c) Berapakah rata-rata perubahan banyaknya air kolam renang itu?
d) Berapa waktu yang diperlukan untuk mengisi kolam renang tersebut
sampai penuh?
3. Post solution posing
Post solution posing disebut juga sebagai find a more challenging
problem. Siswa memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang
telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih
menantang. Pembuatan soal demikian merujuk pada strategi what if not
atau what happen if . Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
membuat soal dengan strategi itu adalah sebagai berikut :
a) Mengubah informasi atau data pada soal semula
b) Menambah informasi atau data pada soal semula
c) Mengubah nilai data yang diberikan, tetapi tetap mempertahankan
kondisi atau situasi soal semula
d) Mengubah situasi atau kondisi soal semula, tetapi tetap
Contoh :
Luas persegi panjang dengan panjang 4 m dan lebar 2 m adalah 8 m²
Soal-soal yang dapat disusun adalah sebagai berikut :
a) Bagaimana jika lebarnya menjadi 3 m? Bagaimana luasnya?
b) Apa yang terjadi jika mengubah panjang dan lebarnya menjadi
masing-masing dua kali? Apakah luasnya juga akan menjadi dua kaliluas
semula?
c) Bagaimana jika kita mengubah panjangnya menjadi dua kali dan
mengurangi lebarnya menjadi setengahnya? Apakah luasnya akan
tetap?
d) Tentukan panjang dan lebar suatu persegi panjang yang luasnya sama
dengan dua kali luas semula?
Abu-Elwan (Abu Elwan, 2000) mengklasifikasikan problem posing
menjadi tiga tipe yaitu :
1. Free problem posing (problem posing bebas)
Menurut tipe ini siswa diminta untuk membuat soal secara bebas
berdasarkan situasi di kehidupan sehari-hari (dalam atau luar sekolah).
Pada tipe ini guru dapat menghubungkan situasi kehidupan nyata dengan
ilmu matematika dan meminta para siswa untuk membuat contoh masalah
yang baru namun masih berhubungan dengan contoh yang diberikan guru.
2. Semi structured problem posing (problem posing semi terstruktur)
Dalam hal ini siswa diberikan suatu situasi bebas dan diminta
keterampilan, atau konsep yang telah mereka miliki. Bentuk soal yang
dapat diberikan adalah soal terbuka yang melibatkan aktivitas integrasi
matematika, membuat soal berdasarkan soal yang diberikan, membuat
soal dengan konteks yang sama dengan soal yang diberikan, membuat
soal terkait dengan teorema tertentu, atau membuat soal berdasarkan
gambar yang diberikan.
3. Structured problem posing (problem posing terstruktur)
Dalam hal ini siswa diminta untuk membuat soal berdasarkan soal
yang diketahui dengan mengubah data atau informasi yang diketahui.
Brown dan Walter (1990) merancang formula pembuatan soal
berdasarkan soal-soal yang telah diselesaikan dengan menvariasikan
kondisi atau tujuan dari soal yang diberikan.
Pada metode ini, guru harus mendorong siswa untuk membuat contoh
masalah baru dan bekerjasama dengan teman sebangku (satu kelompok 2
siswa) untuk membuat contoh soal serta penyelesaiannya, dengan demikian
siswa menjadi lebih kompeten dalam memahami materi. Kerjasama dengan
teman dapat juga dilakukan dengan teman lain sesuai dengan kelompok yang
sudah ditentukan oleh guru, jumlah kelompok tidak begitu dipermasalahkan
karena kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan melatih siswa agar dapat
membuat soal dengan baik sesuai dengankompetensi yang akan dicapai pada
Dengan kata lain dapat di simpulkan bahwa metode problem posing
(pembuatan soal) ini digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa
dapat memahami materi dengan baik, bukan menghafal namun memahami.
Siswa yang dapat membuat soal pasti dapat memberikan jawaban atas soal
yang telah dibuat (kunci jawaban), dengan demikian jika siswa tidak
memahami materi dengan baik, maka siswa tidak dapat membuat soal dengan
baik pula.
E. Motivasi
Menurut Mc Donald (Djamarah, 2011:148) motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar
mengajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar.
Menurut Moslow (Djamarah, 2011:149), dia sangat percaya bahwa
tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan
tertentu, misalnya kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, pengharapan,
aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik.
Kebutuhan-kebutuhan inilah yang dapat memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena
itu apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya
sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya
Motivasi dapat muncul dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan motivasi
yang berasal dari luar diri seseorang (ekstrinsik). Motivasi intrinsik
merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena di dalam individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari
motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang aktif berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar. Kedua macam motivasi tersebut diperlukan para peserta
didik untuk kemajuan belajar.
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Fungsi motivasi dalam belajar
adalah
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Siswa senang dengan hal-hal baru dan akan terus mencari tahu hal-hal
lainnya untuk memuaskan rasa keingintahuannya itu. Sesuatu yang belum
diketahuinya itu dapat menjadi pendorongnya untuk belajar.
Keingintahuannya yang tinggi inilah yang membuat siswa terdorong
untuk belajar.
2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Motivasi siswa juga dapat diperlihatkan dengan aktifitas fisik siswa.
Dengan melakukan aktifitas fisik, siswa sudah melakukan kegiatan
belajar.
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Motivasi jugadapat menjadikan siswa dapat menyeleksi mana perbuatan
Ketiga fungsi motivasi tersebut sangat penting untuk dicapai. Untuk dapat
mengoptimalkan fungsi motivasi tersebut, maka harus ada upaya peningkatan
motivasi belajar siswa. Siswa yang kurang termotivasi untuk belajar biasanya
cenderung kurang aktif saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
Menurut De Decce dan Grawford, guru harus dapat menggairahkan peserta
didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan
mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan
pengajatan.
F. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu
aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa
senang. Dengan kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Djamarah,
2011:166).
Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat
juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak
didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tidak
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya secara
sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Proses belajar akan berjalan lancar
jika disertai minat. Minat merupakan alat motivasi utama yang dapat
membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu
tertentu. Oleh karena itu guru perlu untuk membangkitkan minat peserta didik
agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh peserta didik.
G. Efektivitas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti dapat membawa
hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan) atau ada pengaruhnya (tentang
akibatnya, pengaruhnya, kesannya), sedangkan efektivitas berarti
keberhasilan (tentang usaha, tindakan) atau keadaan berpengaruh.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa efektivitas
berkaitan dengan tercapainya tujuan, katepatan waktu, dan partisipasi aktif
H. Bangun Ruang Sisi Datar Prisma dan Limas
(Sumber : Marsigit. 2009.Matematika 2 SMP Kelas VIII.Jakarta: Yudhistira
dan Agus,Nuniek Avianti.2007.Mudah Belajar Matematika 2.Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional)
1. Prisma
a. Pengertian Prisma
Gambar 2.1 Contoh benda yang menyerupai prisma
Gambar 2.2 Bangun ruang prisma
Benda tersebut memiliki alas dan atap (tutup) yang bentuk dan
ukurannya sama (kongruen), selain itu semua sisi bagian samping
berbentuk jajar genjang. Bangun ruang seperti ini disebut prisma.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prisma adalah benda yang dibatasi dua
bidang sejajar yang saling kongruen dan beberapa bidang berbentuk
jajargenjang yang memotong kedua bidang tersebut menurut garis-garis
b. Macam-macam Prisma
Tabel 2.1 Macam-macam Bentuk Prisma
Gambar Nama Jumlah Sisi (S)
Jumlah Rusuk
(R )
Jumlah Titik Sudut (T)
Prisma
segitiga 5 9 6
Prisma
segiempat 6 12 8
Prisma segilima
7 15 10
Prisma
segienam 8 18 12
c. Unsur-unsur Prisma
Perhatikan prisma segienam ABCDEF.GHIJKL berikut :
Gambar 2.3 Prisma segienam
Prisma segienam tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1) Sisi/ Bidang
Pada prisma segienam tersebut memiliki 8 sisi atau bidang yaitu
ABCDEF (sisi alas), GHIJKL (sisi atas), BCIH, CDJI, DEKJ,
EFLK, FAGL, dan ABHG yang merupakan sisi tegak yang
berbentuk persegi panjang.
2) Rusuk
Pada prisma segienam tersebut terdapat 18 rusuk , 6 diantaranya
adalah rusuk tegak. Rusuk-rusuk tersebut adalah AB, BC, CD, DE,
EF, FA, HI, IJ, JK, KL, LG, dan rusuk tegaknya adalah AG, BH,
CI, DJ, EK, dan FL.
3) Titik sudut
Prisma segienam memiliki 12 titik sudut, yaitu Titik A, B, C, D, E,
4) Diagonal bidang
Pada prisma segienam terdapat 30 diagonal bidang, diantaranya
adalah BG, CJ, KG, dan KH.
5) Bidang diagonal
Pada prisma segienam memiliki 9 bidang diagonal salah satunya
adalah bidang ACIG, ADJG, dan AEKG.
d. Sifat-sifat prisma
1) Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen
2) Sisi tegak prisma berbentuk jajargenjang
3) Prisma memiliki rusuk-rusuk tegak
4) Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang
sama
e. Luas Permukaan Prisma
Perhatikan gambar berikut ini
Gambar 2.4 (a) Prisma segitiga (b) Jaring-jaring prisma segitiga
Gambar tersebut merupakan gambar prisma segitiga (a) dan
jaring-jaring prisma (b). Dari gambar (b) terluhat bahwa prisma segitiga terdiri
persegi panjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian dapat disimpulkan
luas permukaan prisma adalah
f. Volume Prisma
Volume prisma dapat dicari dengan rumus :
2. Limas
a. Pengertian Limas
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) Bentuk limas di kehidupan sehari-hari ( Piramida Mesir), (b) Bangun ruang limas segiempat
Limas adalah benda yang dibatasi oleh bidang alas dan bidang-bidang
sisi yang bersekutuan di satu titik. �
= 2 ×� + � − � �
b. Macam-macam Limas
Tabel 2.2 Macam-macam Bentuk Limas
Gambar Nama Jumlah Sisi (S)
Jumlah Rusuk
(R )
Jumlah Titik Sudut (T)
Limas
segitiga 4 6 4
Limas
segiempat 5 8 5
Limas
segilima 6 10 6
Limas
segienam 7 12 7
c. Unsur-unsur Limas
Unsur-unsur limas segiempat adalah
1) Sisi/ Bidang
Sisi PQRS (alas) dan KPQ, KQR, KRS, KSP (sisi tegak)
2) Rusuk
Prisma segiempat memiliki 8 rusukyaitu PQ, QR, RS, ST, KP, KQ,
KR, dan KS
3) Titik sudut
Titik sudut limas segiempat adalima yaitu titik P, Q, R, S, dan K
(titik puncak)
d. Ciri-ciri limas
Ciri-ciri limas beraturan adalah sebagai berikut
1) Bidang alasnya beraturan
2) Proyeksi titik puncak pada bidang alas berimpitan dengan titik pusat
dari bidang alas
3) Bidang-bidang sisi merupakan segitiga samakaki yang sama dan
sebangun (kongruen)
4) Rusuk-rusuk tegaknya sama panjang