PENINGKATAN KERJASAMA ANAK MELALUI
METODE PROYEK MENGHIAS KELAS PADA
SISWA KELOMPOK B RA AZ-ZAHRA JOMBOR
KEC. TUNTANG, KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
SANIA HIDAYATI
NIM 11613013
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
ِت ﺎَﯿﱢﻨﻟا ِب ُﻞَﻤْﻋ َﺄْﻟا ﺎَﻤﱠﻧ ِإ
“
Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niat”PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk :
1. Orang tuaku bapak Chamam (alm) dan ibu Siti Fatimah (alm).
2. Kepala sekolah RA Az-Zahra Jombor Azizatun Nikmah yang selalu membimbing dan mengarahkan, serta semua keluarga besar RA Az-Zahra Jombor yang telah memberikan motivasi yang besar.
3. Nenekku tercinta Hj. Rubiah.
4. Anak yang saya cintai, sayangi Ananda Ahza Zafira Putri yang ikut serta dalam memperjuangkan hidup, kaulah semangat ibu sayang, beserta bapaknya.
5. Kakak tercinta Arifin.
6. Ibu/Bapak dosen IAIN Salatiga.
7. Saudara-saudara.
8. Ibu Juariyah binti Jumadi yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk hidup lebih maju.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdullilahi robil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional, Kerjasama Anak Melalui Metode Proyek Menghias Kelas Pada Siswa Kelompok B Ra Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga 4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai
7. Keluarga, saudara, sahabat semua yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaikan skripsi ini
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia pendidikan.
Salatiga, 15 Maret 2017 Penulis,
Sania Hidayati
ABSTRAK
Hidayati, Sania. 2017. (Peningkatan Kerjasama Anak Melalui Metode Proyek Menghias Kelas Pada Siswa Kelompok B Ra Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.
Kata Kunci : Peningkatan Kerjasama, Metode Proyek Menghias Kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pencapaian kerjasama anak usia dini pada kelompok B RA Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah anak dengan usia 5-6 tahun yang tergabung dalam Kelompok B dan berjumlah 20 anak. Dari 20 peserta didik kelompok B RA Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, sebanyak 3 anak yang dinyatakan tuntas atau mencapai indikator kinerja yaitu memperoleh bulatan penuh (●) sedangkan 17 anak belum memenuhi indikator kinerja. Berdasarkan hasil penelitian pra siklus dapat diketahui bahwa kerjasama anak sebelum menggunakan metode proyek hanya 15% dengan kategori baik, 35% kategori cukup, dan 35% dengan kategori kurang sehingga perlu ditingkatkan lagi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dapat diketahui bahwa kerjasama anak dengan menggunakan metode proyek membuat kolase mengalami peningkatan. Anak yang mencapai perkembangan baik mencapai 45%, kategori cukup 35%, kategori kurang 20%, sehingga perlu untuk ditingkatkan lagi.
Berdasarkan hasil penelitian siklus II dapat diketahui bahwa kerjasama anak dengan menggunakan metode proyek membuat kolase mengalami peningkatan, terbukti dengan anak yang berhasil mencapai kategori baik 80%, kategori cukup 15%, dan kategori kurang hanya 5% atau 1 anak, sehingga dapat dinyatakan bahwa indikator kinerja mengalami keberhasilan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ……… v
PERSEMBAHAN………... vi
KATA PENGANTAR………... vii
ABSTRAK………... ix
DAFTAR ISI………... x
DAFTAR TABEL………... xii
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN………... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan/ Manfaat Penelitian ... 5
E. Hipotesis Tindakan... 6
F. Definisi Operasional ... 6
G. Metode Penelitian ... 8
H. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Perkembangan Sosial Emosional Kerjasama ... 17
C. Kerangka Berfikir ... 37
D. Hipotesis Tindakan………... 38
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian………... 39
B. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II ... 46
C. Prosedur Penelitian ... 47
D. Pengumpulan Data ………... 50
E. Keabsahan Data ………... 53
F. Analisis Data ………... 54
G. Indikator Keberhasilan ………... 56
H. Jadwal Penelitian ………... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus ... 59
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 61
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ………... 65
D. Pembahasan ………... 69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73 Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Prosedur Penelitian ... 47
Tabel. 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Hasil Belajar Kemampuan Kerjasama ... 52
Tabel 3.4 Indikator Penilaian Kemampuan Kerjasama ... 57
Tabel 3.5 Jadwal Penelitian ... 58
Tabel. 4.1 Hasil Observasi Kondisi Pra Siklus ... ... 60
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I ... 63
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 65
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus II... 67
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Grafik 4.1 Grafik Kerjasama Anak Sebelum Menggunakan Melalui Metode Proyek... 62
Grafik 4.2 Grafik Peningkatan Kemampuan Kerjasama Anak Melalui Metode Proyek Membuat Kolase ... 65
Grafik 4.2 Grafik Peningkatan Kemampuan Kerjasama Anak Melalui Metode Proyek... 69
Grafik 4.3 Grafik Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Metode Proyek Mambuat Kolase ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian Lampiran 4 Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 Indikator Tiap Siklus yang Diamati Lampiran 7 Lembar Observasi
Lampiran 8 Wawancara Lampiran 9 Catatan Lapangan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (early child education/PAUD) sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian
manusi secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti
luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan YME.
Perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan
menentukan kualitas masa depan, oleh karena itu pendidikan anak usia
dini sangat penting dan merupakan investasi yang sangat besar bagi
keluarga dan bangsa karena masa depan dunia ada di tangan anak sebagai
generasi penerus bangsa.
Pada saat anak menjalani usia keemasan (golden age) maka merupakan saat yang tepat untuk mengembangkan 5 aspek perkembangan
anak, salah satu aspek perkembangan tersebut adalah perkembangan
sosial emosional. Pada aspek perkembangan sosial emosional, kompetensi
dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan mengembangkan
konsep diri dan sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa
memiliki.
Ada berbagai kemampuan yang harus distimulasi sejak dini. Salah
satunya adalah kemampuan bekerjasama. Kerjasama merupakan aspek
kemampuan kerjasama penting untuk memberikan keterampilan baru agar
ikut berpartisipasi dalam dunia yang terus berubah dan berkembang.
Biasanya akan terjadi pada saat anak bermain (Hurlock, 1978: 262).
Mengatakan bahwa semakin banyak kesempatan anak untuk melakukan
sesuatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukan dengan
cara bekerja sama. Jika anak memiliki kemampuan kerjasama yang baik
maka anak cenderung mudah memahami perasaan orang lain, anak akan
memiliki perhatian yang besar pada temannya sebayanya dan anak
mampu memotivasi pribadi orang lain.
Sejalan dengan hal tersebut Parten dalam Sujiono, (2009: 144)
memandang kegiatan bermain sebagai sarana bersosialisasi, diharapkan
melalui kegiatan bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara
menyenangkan. Selanjutnya, Nugraha & Rachmawati (2008: 217)
menjelaskan dalam periode prasekolah memiliki ciri sosialisasi pada anak
yaitu mulai bermain bersama (cooperative play). Oleh karena itu kemampuan bekerjasama penting diperhatikan sejak dini.
Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi
semakin maju berimbas pada permainan anak. Berbagai macam
permainan “games” elektronika atau melalui “gadget”. Orangtua yang
mempunyai kesibukan tinggi mempunyai kecenderungan memberikan
permainan tersebut pada anak-anaknya, akibatnya anak kurang mendapat
anak rendah. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembangkan
berbagai kemampuan kerjasama anak yaitu dengan mengikutsertakan
anak pada pendidikan anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut sebagaimana
yang dinyatakan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 Tahun 2003 (Permendiknas, No 58 Tahun 2009).
Pemberian rangsangan atau stimulus pada anak usia dini dilakukan
melalui kegiatan bermain. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
anak secara berulang tanpa paksaan. Bermain dapat dilakukan sendiri
maupun bersama-sama. Ketika bermain, secara tidak langsung seluruh
kemampuan anak terstimulus. Begitu juga dengan kemampuan kerjasama
anak.
Realita dilapangan banyak anak yang memiliki kemampuan
kerjasama belum berkembang. Demikian juga yang terjadi apada anak
kelompok B RA Az Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan ketika anak
bermain balok, dari 20 anak dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing
kelompok 5 anak, hanya 1 kelompok yang bisa bekerjasama dan berhasil
berebut, dan bahkan ada yang merusak ketika temannya berusaha
membuat bangunan dari balok.
Kenyataan diatas diperparah dengan kondisi guru yang masih
menggunakan metode pembelajaran yang kurang variatif. Oleh karena itu
peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang kegiatan anak
yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama anak pada RA Az-Zahra
Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dengan metode proyek
kegiatan menghias kelas. Selanjutnya penelitian tersebut penulis tuangkan
dalam bentuk tulisan yang berjudul, “Peningkatan Kerjasama Anak
Melalui Metode Proyek Menghias Kelas Pada Siswa Kelompok B RA
Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
Apakah penggunaan metode proyek dengan kegiatan menghias kelas
dapat meningkatkan kerjasama anak kelompok B RA Az-Zahra
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimana tingkat pencapaian kerjasama anak usia
dini pada kelompok B RA Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang,
Kabupaten Semarang.
D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Diharapkan melalui hasil penelitian ini, dapat menjadi salah satu
pedoman untuk meningkatkan kemampuan kerjasama melalui
penggunaan metode proyek menghias kelas bagi dalam dunia
pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru
1) Meningkatkan kreatifitas guru menggunakan metode proyek
menghias kelas.
2) Memberikan pengalaman pada guru tentang penelitian tindakan
kelas.
b. Bagi anak
Sebagai media untuk meningkatkan kerjasama anak sehingga
c. Bagi sekolah
Sebagai upaya memberikan pembelajaran terbaik bagi anak
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada lembaga
tersebut.
E. Hipotesis Tindakan
Dengan berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat diajukan
hipotesis tindakan yaitu melalui metode proyek menghias kelas dapat
meningkatkan kemampuan kerjasama siswa pada kelompok B RA
Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang
berbeda pada judul di atas, maka peneliti perlu menjelaskan berbagai
istilah sekaligus sebagai batasan penelitian. Adapun istilah-istilah tersebut
adalah:
1. Perkembangan Sosial Emosional
Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai
makhluk sosial (zoon politicori). Syamsuddin (1995: 105) dalam Nugraha & Rahmawati (2007: 118) mengungkapkan bahwa "sosialisasi
adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan
menurut Loree (1970: 86) dalam Nugraha & Rahmawati (2007: 118)
melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta
belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam
lingkungan sosialnya".
Muhibin (1999: 35) dalam Nugraha & Rahmawati (2007: 118)
mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock
(1978: 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan
perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
"Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma,
nilai atau harapan sosial".
Goleman (1995: 411) menyatakan bahwa "emosi merujuk pada
suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak".
2. Kerja Sama
Pada dasarnya tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri.
Manusia adalah mahluk sosial, yaitu manusia yang selalu membutuhkan
orang lain disisinya sehingga mau atau tidak mau mereka akan saling
berhubungan satu sama lain. Meski hubungan itu tidak selalu baik,
namun banyak manusia menempatkan hal ini sebagai hal yang
terpenting dalam hidup mereka. Salah satu fitrah manusia sebagai
3. Metode Proyek Menghias Kelas
Metode proyek menghias kelas merupakan metode yang berusaha
meningkatkan aktifitas belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah dari orientasi tanggung jawab yang penekanannya pada guru
beralih ke tekanan tanggung jawab kepada anak-anak melalui kegiatan
menghias kelas. Metode proyek dengan kegiatan menghias kelas
diharapkan dapat menjadi wahana untuk menggerakkan kemampuan
kerjasama dengan sepenuh hati, dan meningkatkan keterampilan dan
menumbuhkan minat dalam memecahkan masalah tertentu secara
efektif dan kreatif.
Metode proyek melalui kegiatan menghias kelas merupakan
strategi pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar memecahkan
masalah dengan melakukan kerjasama dengan anak lain,
masing-masing melakukan bagian pekerjaannya secara individual atau dalam
kelompok kecil untuk menjadi milik bersama.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di RA Az-Zahra
Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Hal ini karena
peneliti mengajar di sekolah tersebut sehingga terlibat langsung dalam
proses pembelajaran di kelas, khususnya dalam mencermati
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
pada tahun pelajaran 2016/2017 .
2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelompok B RA Az-Zahra
Jombor Kec. Tuntang, Kab. Semarang yang berjumlah 20 orang terdiri
dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
3. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam tahap ini peneliti membuat perencenaan tentang apa yang
akan dilaksanakan dalam penelitian dalam tabel di bawah ini:
Tabel. 1. Langkah–langkah penelitian
Kegiatan Siklus 1 Siklus 1
Perencanaan 1. Guru menyusun
RKH, satu siklus 3
RKH
2. Guru menyiapkan
lembar observasi
dan bahan untuk
menghias kelas
1. Guru menyusun RKH
2. Guru memberi
penjelasan pada
peserta didik tentang
membuat lukisan
a. Doa dan salam
pembuka
a. Doa dan salam
dengan kolase
didik
Refleksi Guru dan observer
mengoreksi kebehasilan
indikator kinerja maka
penelitian tindakan kelas
dinyatakan berhasil.
Pelaksanaa siklus 2
merupakan perbaikan
pada hasil refleksi guru
dan observer.
4. Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen observasi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel. 1.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Hasil Belajar
No. ASPEK INDIKATOR BUTIR
1. Anak dapat berperan
serta dalam kegiatan
membuat hiasan kelas
1
2. Anak dapat berperan
serta dalam kegiatan
membuat hiasan kelas
2
2 Anak mau berbagi
dan mampu
2. Anak tidak saling
berebut
1. Anak mau mengerjakan
tugas sampai selesai
5
2. Anak mau membereskan
alat-alat permainan
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi, dokumentasi dan penugasan.
a. Metode Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati setiap kejadian dengan alat observasi tentang hal-hal
yang akan diteliti. Observasi melibatkan teman sejawat dengan
menggunakan lembar observasi.
Obervasi hasil belajar menggunakan lembar observasi akan
digunakan sebagai sebagai pedoman dalam mengumpulkan data
tentang kemampuan kerjasama anak. Lembar observasi ini diambil
dari tahapan kerjasama. Menurut Tedjasaputra (2001: 88) tahapan
dalam kemampuan kerjasama anak adalah:
1) Anak dapat membina dan mempertahankan hubungan dengan
teman
2) Anak mau berbagi dengan teman yang lain
3) Anak mau menghadapi masalah bersama–sama
4) Mau menunggu giliran
5) Belajar mengendalikan diri
6) Mau berbagi
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal sesuai variabel
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang
digunakan dalam peelitian ini adalah profil sekolah, portofolio,
raport siswa (Suharsimi, 2010: 231).
c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan bertanya kepada guru mengenai
proses pembelajaran khususnya pembelajaran yang terkait untuk
meningkatkan kerjasama anak melalui metode proyek menghias
kelas.
6. Analisis Data
Setelah terkumpul data dengan lengkap, maka selanjutnya adalah
menganalisis data tersebut untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian
yang telah dilakukan. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.
Menurut Arikunto (2010: 13) dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas, menggunakan jenis data kualititatif (nilai hasil belajar
siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti
menggunakan analisis statistik deskriptif.
H. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Abstrak
Daftar Isi
Daftar Gambar
BAB I: Pada bab pertama membahas tentang Pendahuluan yaitu,
membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan, Kegunaan penelitian, Hipotesis Tindakan, Definisi
Operasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Pada bab kedua mengkaji tentang Kajian Pustaka yaitu, Hakikat
Perkembangan Sosial Emosional Kerjasama, Metode Proyek
Menghias Kelas, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Tindakan.
BAB III: Menjelaskan lebih lanjut tentang Pelaksanaan Penelitian yaitu,
Pendekatan Penelitian, Deskripsi Pelaksanaan Siklus II,
Prosedur penelitian, Pengumpulan Data, Keabsahan Data,
Analisis Data, Indikator Keberhasilan, dan Jadwal Penelitian.
BAB IV: Membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, Deskripsi
Per Siklus, Deskripsi Pelaksanaan Siklus I, Deskripsi
Pelaksanaan Siklus II, dan Pembahasan.
BAB V: Yaitu Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Perkembangan Sosial Emosional Kerjasama 1. Perkembangan Sosial Emosional
Menurut Plato secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial(zoon politicori).Syamsuddin (1995: 105) dalam Nugraha & Rahmawati (2007: 118) mengungkapkan bahwa "sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial", sedangkan menurut Loree, (1970: 86) dalam Nugraha & Rahmawati (2007: 118) "sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya".
Muhibin (1999: 35) dalam Nugraha & Rahmawati (2007: 118) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukansocial self(pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978: 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. "Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial".
Goleman (1995: 411) menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak".
Syamsuddin (1990: 69) dalam Nugraha & Rahmawati (2007: 114) mengemukakan bahwa "emosi merupakan suatu suasana yang kompleks(a complex feeling state)dan getaran jiwa(stid up state)
yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku". Berdasarkan definisi di atas kita dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku. Sedangkan
dalam kehidupan anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan dalam lingkungan kehidupan anak.
Hurlock (1978) menyatakan bahwa sosial emosional adalah suatu pola perilaku dalam situasi sosial dalam masa kanak-kanak melalui proses penerimaan sosial.
2. Proses Perkembangan Sosial
Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1978) dalam Nugraha dan Rahmawati (2007: 118), yaitu sebagai berikut: (1) Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat, (2) Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat, (3) Mengembangkan
sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.
Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu untuk mengikuti kelompok yang diinginkan dan diterima sebagai anggota kelompok. Adakalanya mereka selalu menginginkan adanya orang lain dan merasa kesepian apabila berada seorang diri. Selain itu mereka juga merasa puas dan bahagia jika selalu berada dengan orang lain. Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu antisosial, yaitu individu yang mengetahui harapan kelompok sosial, tetapi dengan sengaja melawan hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini ditolak atau dikucilkan oleh
kelompok sosial.
Selain kedua kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini adapula istilah individu yangintrovertdanextrovert. Introvertadalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan
selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Orang-orang dengan kecenderunganintrovert,biasanya pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri. Sedangkanextrovertadalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang-orangextrovertbiasanya cenderung aktif, suka berteman, dan ramah-tamah. Seorang ahli menyatakanintrovertdan
extroverthanya merupakan suatu tipe dari reaksi yang ditunjukkan seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus-menerus seperti itu atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suatu kepribadian yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini. Dengan demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta kebutuhan akan prestasi dan refleksi diri keduanya bisa terpuaskan.
( http://rizaladriene.blogspot.com/2017/02/makalah-perkembangan-sosial-dan-emosi.html) diakses pada 2 Februari 2017 pukul 17.18 WIB
3. Ciri Tingkah Laku Sosial Anak Usia Prasekolah
Ciri sosialisasi periode usia prasekolah menurut Nugraha & Rahmawati (2007: 217) adalah sebagai berikut:
a. Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya
b. Dikenal dengan istilah pregang age. Dikatakan pregang karena anak prasekolah berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi
yang sebenarnya. Mereka mulai belajar menyesuaikan diri dengan
harapan lingkungan sosial.
c. Hubungan dengan orang dewasa. Melanjutkan hubungan dan selalu
ingin dekat dengan orang tua maupun guru. Mereka selalu berusaja
untuk berkomunikasi dan menarik perhatian orang dewasa.
e. 3-4 tahun mulai main bersama (cooperative play). Mereka tampak mengobrol selama bermain, memilih teman untuk bermain,
mengurangi tingkah laku bermusuhan.
4. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Perkembangan emosional anak tidak selamanya stabil. Banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas emosi dan kesanggupan sosial anak, baik yang berasal dari anak itu sendiri maupun berasal dari luar dirinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak menurut Hurlock (1993: 261-263) adalah sebagai berikut: a. Kondisi Fisik
1) Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan atau
kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari
perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang
meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu antara lain:
2) Kesehatan yang buruk, di sebabkan karena gizi yang buruk,
gangguan pencernaan atau penyakit. Masih menurut Hurlock
kondisi kesehatan yang buruk pada seseorang akan membuat
dirinya menjadi terbatas dibanding dengan orang yang sehat,
apalagi jika kondisi tersebut berlangsung lama.
3) Kondisi yang merangsang, seperti penyakit kulit termasuk rasa
gatal apabila ada pada bagian tubuh yang terbuka bisa
yang tak henti akan mengakibatkan kejengkelan pada individu
dan dapat menimbulkan emosi yang tak terkontrol, terutama
pada saat ingin mengahiri rasa sakit.
4) Gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis.
Penyakit kronis kerap membuat seorang putus asa.
5) Perubahan kelenjar, terutama pada saat masa puber.
b. Kondisi Psikologi
Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi emosi antara lain:
1) Perlengkapan intelektual yang buruk, anak yang memiliki
tingkat intelektual rendah rata-rata mempunyai pengendalian
emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang pandai pada
tingkat umur yang sama.
2) Kegagalan dalam mencapai tingkatan aspirasi. Kegagalan
berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas,
sedikit atau banyak.
3) Kecemasan setelah pengamalan emosi tertentu yang sangat kuat.
Sebagai contoh akibat lanjutan dari pengalaman menakutkan
akan mengakibatkan anak merasa takut kepada setiap situasi
yang mengancam.
c. Kondisi lingkungan
1) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan
penyelisihan yang terus menerus. Pertengkaran atau perselisihan
dalam konteks hubungan sosial sebenarnya wajar akan tetapi
jika konflik tersebut berlangsung secara terus menerus akan
menimbulkan emosi dan akibatnya rusaknya hubungan sosial
yang wajar.
2) Ketegangan yang disebabkan serta disiplin yang otoriter.
Disiplin itu baik tetapi jika dipaksakan akan menimbulkan
dampak buruk bagi pihak yang dikenalnya. Lama-kelamaan bisa
menimbulkan pemberontakan serta keinginan untuk keluar dari
tata norma yang ada tersebut.
3) Sikap orang tua yang selalu mencemaskan atau terlalu
melindungi, over protective bisa mengakibatkan penolakan dari orang yang disayanginya. Seolah-olah rasa sayang dibalas
dengan rasa benci. Karena sesungguhnya sudah menjadi sifat
alamiah manusia tidak mau terlalu dilindungi dan diatur oleh
pihak luar.
4) Suasana otoriter di sekolah. Guru yang terlalu menuntut atau
pekerjaan sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuan anak
akan menimbulkan kemarahan sehingga pulang ke rumah dalam
keadaan kesal.
Sedangkan perkembangan sosial anak dapat dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga dan banyak berpengaruh terhadap perkembangan
sosial anak adalah:
a. status sosial ekonomi keluarga,
b. keutuhan keluarga, dan
c. sikap dan kebiasaan orang tua (Hurlock, 1993: 261-263).
5. Indikator Tingkat Perkembangan Sosial Emosional Anak TK/RA Kelompok B
Dalam pedoman penyusunan perangkat pembelajara RA/BA Kemenag (2011: 6 ) disebutkan indikator tingkat perkembangan sosial anak TK/RA kelompok B meliputi :
a. Bersikap kooperatif dengan teman.
b. Menunjukkan sikap toleran.
c. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada
(senang, sedih, antusias, dan sebagainya).
d. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial
budaya setempat.
e. Memahami peraturan dan disiplin.
f. Menunjukkan rasa empati.
g. Memliki sikap gigih ( tidak mudah menyerah ).
h. Bangga terhadap hasil karya sendiri.
i. Menghargai keunggulan orang lain.
6. Kerjasama
a. Pengertian
membutuhkan orang lain disisinya sehingga mau atau tidak mau mereka akan saling berhubungan satu sama lain. Meski hubungan itu tidak selalu baik, namun banyak manusia menempatkan hal ini sebagai hal yang terpenting dalam hidup mereka. Salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial adalah kerjasama.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 554) definisi dari kerjasama adalah melakukan (melaksanakan) suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan atau ditangani oleh 2 orang (pihak) atau lebih. Sedangkan menurut Yudha (2005: 39) di dalam bukunya menjelaskan bahwa kerjasama (cooperative) adalah sebuah kondisi dimana satu orang dengan orang lainnya saling mendekat untuk mengurus sebuah kepentingan dan tujuan bersama-sama. Lebih lanjut menurut Santosa (2004: 22) Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga setiap individu dapat mencapai tujuan apabila individu lain juga
mencapai tujuan. ( http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-meitakurni-550-2-babii.pdf) diakses pada 2 Februari 2017 pukul 11.05 WB.
b. Tahap–Tahap Kerjasama
Kerjasama bukan hal yang serta merta ada dan tumbuh dalam diri anak. Menurut Tedjasaputra (2001: 88) Tahapan dalam kemampuan kerjasama anak adalah :
1) Anak dapat membina dan mempertahankan hubungan dengan
teman
2) Anak mau berbagi dengan teman yang lain
3) Anak mau menghadapi masalah bersama–sama
4) Mau menunggu giliran
5) Belajar mengendalikan diri
Menurut Yudha (2005: 43) tahap-tahap kerjasama ini
menjadi langkah keberlangsungan dari suatu wujud kebersamaan.
Tahap–tahap kerjasama antara lain :
1) Bekerja sendiri
Pada tahap ini seseorang memerlukan waktu dan proses untuk mengenal dirinya sendiri.
2) Mengamati dan mengenal lingkungan
Mengenal lingkungan tempat kerjasama akan terjadi merupakan cara yang dapat membantu seseorang menentukan siap untuk terlibat atau tidak terlibat dengan mengacu pada pemahaman potensi diri.
3) Merasa tertarik dan mengadakan penyesuaian diri
Pada tahap ini keterampilan untuk melakukan kerjasama perlu dilakukan dengan penyesuaian.
4) Terbuka untuk memberi dan menerima
Kemampuan menyesuaikan diri adalah langkah menuju keterbukaan sikap.
c. Tujuan Kerjasama
Hafsah (2000: 5) mengatakan“tujuan dalam kerjasama harus menimbulkan kesadaran dan saling menguntungkan kedua pihak. Tentu saja saling menguntungkan bukan berarti bahwa kedua pihak yang bekerjasama tersebut harus memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama serta memperoleh keuntungan yang sama besar. Akan tetapi, kedua pihak memberi kontribusi atau peran yang sesuai dengan kekuatan dan potensi masing–masing pihak, sehingga keuntungan atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua pihak bersifat prporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing–masing”.
Menurut Yudha (2005: 54) tujuan kerjasama anak usia dini yaitu :
1) Menyiapkan anak didik dengan ketrampilan baru agar ikut
berpartisipasi dalam dunianya yang terus berubah dan
2) Membentuk kepribadian anak agar dapat mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang
lain dalam berbagai situasi sosial.
3) Mengajak anak untuk membangun pengetahuan secara aktif.
4) Dapat memantapkan interaksi pribadi dengan anak dan
diantara guru dengan anak. Hal ini bertujuan untuk
membangun proses sosial yang akan membangun tujuan
bersama.
Jadi, sosial emosianal kerjasama merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial, yang merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional anak usia dini sehingga mampu berinteraksi dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Metode Proyek Menghias Kelas 1. Pengertian Metode Proyek
Metode proyek menurut Moeslichatoen (2004: 137) merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Metode proyek berasal dari
gagasan John Dewey tentang konsep “learning by doing” yakni
Di dalam kehidupan berkelompok, masing-masing anak belajar untuk dapat mengatur diri sendiri agar dapat membina persahabatan, berperan serta dalam keguatan kelompok,
memecahkan masalah yang dihadapi kelompok, dan bekerja sama mencapai tujuan bersama (Gordon, 1985: 17 dalam Moeslicatoen, 2004: 137-138). Misalnya anak dihadapkan pada suatu masalah begaimana menyiapkan perayaan lebaran itu mereka harus bekerjasama untuk menghadapi itu dan memecahkan bersama, masing-masing anak tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus berbagi pekerjaan untuk diselesaikan secara perseorangan atau dalam kelompok 2 atau 3 orang untuk mencapai tujuan bersama (Moeslichatoen, 2004: 138).
Karena berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari, metode proyek diharapkan dapat menjadi wahana untuk
menggerakkan kemampuan kerjasama dengan sepenuh hati, dan meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan minat dalam memecahkan masalah tertentu secara efektif dan kreatif (Moeslichatoen, 2004: 138).
2. Tujuan dan Manfaat Metode Proyek
Tujuan metode proyek menurut Moeslichatoen (2004: 146) yaitu untuk melatih anak memperoleh keterampilan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari baik secara mandiri maupun kelompok, keterampilan bekerja secara terpadu untuk mencapai tujuan kelompok, keterampilan kerjasama secara harmonis, bekerja secara tuntas. Pada tujuan metode proyek ini, anak dilatih untuk mendapat keterampilan memecahkan persoalan sehari-hari dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat secara mandiri maupun kelompok. Selain itu juga melatih anak-anak untuk saling bekerjasama dalam pekerjaannya demi mencapai tujuan bersama secara harmonis, karena kerjasama dalam metode proyek dapat meningkatkan keterampilan sosial anak.
mengembangkan hubungan antar pribadi yang saling memberi dan menerima.
Manfaat metode proyek ditinjau dari pengembangan pribadi sosial, intelektual maupun pengembangan kreatifitas antara lain yaitu memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan mendistribusikan kegiatan, belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing, mempuk semangat gotong royong dan kerjasama di antara anak-anak yang terlibat, memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat, mampu mengeksplorasikan bakat, minat dan kemampuan anak, memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya yaitu
kemampuan yang telah dimilikinya yaitu keterampilan yang sudah dikuasainya untuk mewujudkan daya kreativitasnya secara optimal.
3. Tahap-Tahap Pelaksanaan Metode Proyek
Tahap-tahap pelaksanaan metode proyek menurut
Moeslichatoen (2004: 145-150) ada 3 tahap, yaitu tahap rancangan persiapan, rancangan pelaksanaan dan rancangan evaluasi. Tahapan yang pertama adalah persiapan metode proyek. Pada tahap persiapan ini yang dilakukan guru adalah: (a) menetapkan tujuan dan tema kegiatan sesuai dengen metode proyek, (b) Menetapkan rancangan bahan dan alat yang akan diperlukan dalam metode proyek, (c) Menetapkan rancangan pegelompokan anak untuk melaksanakan kegiatan proyek, (d) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (e) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan metode proyek.
Tahapan yang kedua dari metode proyek adalah pelaksanaan kegiatan meliputi: (a) kegiatan apa yang harus dilakukan anak secara mandiri atau tim kecil (2 atau 3 anak), (b) hasil yang diharapkan dari masing kegiatan, (c) Bagaimana cara mengerjakan masing-masing bagian pekerjaan yang harus diselesaikan, (d) bahan dan alat apa yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, (e) memadukan kegiatan-kegiatan itu untuk menghasilkan sesuatu karya sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai.
keterampilan dalam penyiapan proyek, peningkatan keterampilan dalam bekerjasama, pengembangan kreatifitas anak, dan atanggung jawab menyelesaikan tugas sampai tuntas.
4. Metode Proyek Menghias Kelas
Berdasarkan teori di atas metode proyek menghias kelas merupakan metode yang berusaha meningkatkan aktifitas belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dari orientasi tanggung jawab yang penekanannya pada guru beralih ke tekanan tanggung jawab kepada anak-anak melalui kegiatan menghias kelas. Metode proyek dengan kegiatan menghias kelas diharapkan dapat menjadi wahana untuk menggerakkan kemampuan kerjasama dengan sepenuh hati, dan meningkatkan keterampilan dan
menumbuhkan minat dalam memecahkan masalah tertentu secara efektif dan kreatif.
Metode proyek melalui kegiatan menghias kelas merupakan strategi pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar
memecahkan masalah dengan melakukan kerjasama dengan anak lain, masing-masing melakukan bagian pekerjaannya secara
individual atau dalam kelompok kecil untuk menjadi milik bersama. Pada penelitian ini menghias kelas dilaksanakan dengan membuat lukisan dinding dan membuat kolase. Adapun kegiatan tersebut menurut Kathy Charner (1993: 136) diuraikan sebagai berikut:
a. Lukisan Dinding
Kegiatan ini merangsang kreativitas anak dan kerjasama dalam kelompok
Bahan
Kertas putih besar/kertas pembungkus pos Pastel, krayon dan atau spidol
Selotip kertas
Yang harus dilakukan
1) Rekatkan kertas ukuran 1,2 m x 3 m di papan tulis. Letakkan
krayon di kursi atau pinggiran papan agar mudah diraih
2) Minta anak-anak memilih tema atau judul lukisan itu
nakal. Pemungutan suara dapat dilakukan untuk memilih
judul yang terbaik.
3) Mintalah anak-anak merancang gambar yang berhubunga
dengan tema yang ditentukan. Tiap aak membuat sebagian
gambar sampai selesai. Jika anda memiliki murid yang
sedikit, anak-anak dapat menggambar sekaligus, atau
mereka dapat menyelesaikan satu demi satu.
4) Kegiatan tambahan
Jika lukisan sudah jadi, ajaklah anak-anak membicarakan perasaan mereka setelah bekerja dalam kelompok. Anak-anak dapat memutuskan secara kelompok dimana mereka akan menggantung lukisan dinding mereka.
b. Kolase Persahabatan
Anak-anak belajar bergaul dan bekerjasama secara positif . 1) Bahan
Kertas besar (cukup untuk menutup meja), bahan-bahan untuk kolase (potongan kertas, tekstil, tali sepatu, pita dan kertas aluminium), kancing, renda,glitter, guntung, lem, krayon atau spidol.
2) Langkah-langkah
a) Rekatkan kertas menggunakan selotip diatas meja rendah.
Kumpulkan semua bahan untuk membuat karya seni di
tengah-tengah kertas. Pastikan semua anak-anak yang
berdiri disekeliling meja dapat meraihnya.
b) Katakan pada anak-anak, “Kita akan membuat kolase
persahabatan. Kita akan berbagi semua hal yang akan kita
c) Biarkan anak-anak menggambar dan merekatkan
benda-benda di kertas. Mereka dapat menggunakan semua bahan
kolase yang tersedia di meja.
d) Beri semangat anak-anak untuk mengungkapkan diri
sendiri. Ingatkan anak-anak agar semua mereka saling
berbagi semua bahan bagaimana layaknya sahabat.
Bicarakan bagaimana nikmatnya bekersama dalam tugas.
e) Pastikan anak-anak mengoleskan tipis-tipis saat
menggunakan lem. Gumpalan lem membuat kertas
menjadi berat dan akan menyulitkan saat digantung.
f)Ketika anak-anak sudah merasa cukup menghias kertasnya,
biarkan mereka membuat titik, garis dan membuat
coret-coret dengan lem diseluruh permukaan karya. Berikan
satu wadah glitter dan tabur pada setiap anak kemudian taburkan. Beri semangat anak-anak agar glitter tetap melekat dikertas.
g) Biarkan karya mengering kemudian lepaskan selotip.
Goyangkan dengan lembut untuk membuang kelebihan
glitter ke meja kemudian kumpulkan untuk tugas
berikutnya. Gantungkan karya di dinding agar semua
C. Kerangka Berfikir
Gambar 1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, memperbaiki kondisi dimana praktik - praktik pembelajaran tersebut dilakukan, serta dilakukan secara kolaboratif (Saminanto: 2010: 2).
Adapun gambaran umum RA Az-Zahra Jombor:
1. Letak Geografis
RA Az-Zahra terletak di Jalan Jawa No. 10, Desa Jombor, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Karena letaknya sangat strategis dekat dengan kelurahan Jombor dan perbatasan dengan kota Salatiga, maka banyak sekali peserta didik yang bersekolah di RA Az-Zahra. Mata pencaharian penduduk di sekitar RA Az-Zahra adalah sebagi pedagang.
Sekolah ini berdiri di atas tanaha seluar 400 m2, luas bangunan 250 m2terdiri dari empat kelas, sebuah kantor, sebuah UKS, 2 kamar mandi yaitu kamar mandi anak dan guru, sebagai pendukung aktivitas warga sekolah.
Setiap ruangan dihiasi dengan berbagai macam hasil karya anak dan guru sehingga bisa bermanfaat sebagai media
pembelajaran. Selain itu, alat kebersihan, sarana olah raga serta berbagai alat peraga yang memadai.
Jumlah peserta didik pada tahun 2016 adalah 95 siswa yang terbagi ke dalam empat rombongan belajar. Jumlah pendidik sebanyak 8 (delapan) orang. Banyaknya siswa yang bersekolah di RA Az-Zahra Jombor menunukkan adanya dorongan dari
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelompok B RA Az-Zahra Jombor, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang yang berjumlah 20 orang teriri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Peneliti memilih RA Az-Zahra Jombor karena salah satu alasannya yaitu RA Az-Zahra Jombor sudah menerapkan BCCT (Beyond Center Cycle Time) atau sentra yang di dalamnya terdapat sentra bahan alam yang cocok untuk peningkatan kemampuan sosial kerjasama anak melalui metode proyek menghias kelas.
Menulut peneliti, salah satu keunggulan RA Az-Zahra Jombor sudah menggunakan sentra. Sentra bukanlah hal yang baru bagi anak di Indonesia. Adapun manfaat dari sentra yang dijumpai peneliti ketika melakukan observasi yaitu dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional, kerjasama anak melalui metode proyek menghias kelas. Dapat meningkatkan kreativitas anak dengan memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, bereksplorasi, dan menemukan bahwa kerjasama anak melalui menghias kelas akan membantu anak dalam memecahkan masalah.
Dan keberhasilan RA Az-Zahra Jombor dalam mendidik anakanya telah teruji dengan memperoleh terakreditasi B.
3. Visi dan Misi Sekolah:
a. Visi RA Az-Zahra Jombor:
Mempersiapkan peserta didik menjadi generasi yang Islami, cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.
b. Misi RA Az-Zahra Jombor:
1) Menggali potensi siswa melalui proses pembelajaran dan
bimbingan.
2) Tumbuhkembangkan potensi peserta didik melalui belajar
sambil bermain.
3) Bimbing dan tanamkan peserta didik melalui iman dan
4) Libatkan seluruh elemen masyarakat dalam proses
bimbingan dan pembelajaran.
c. Tujuan RA Az-Zahra Jombor:
1) Mempersiapkan peserta didik untuk memasuki jenjang
pendidikan dasar.
2) Pembiasaan anak terhadap hal-hal baik.
3) Pembentukan karakter sejak dini.
4. Profil sekolah
a. Identitas sekolah
1) Nama sekolah : RA Az-Zahra Jombor
2) Nomor Statistik : 10123320077
3) Provinsi : Jawa Tengah
4) Otonomi daerah : Kabupaten Semarang
5) Kecamatan : Tuntang
6) Desa : Jombor
7) Jalan dan nomor : Jawa nomor 10
8) Kode pos : 5773
9) Telepon : 0857415594649
10) Fax/e-mail :ra_azzahra@gmail.com
11) Daerah : pedesaan
12) Status sekolah : swasta
13) Akreditasi : B
15) Menegemen : sendiri
b. Data nama siswa kelompok B
Adapun keadaan siswa kelompok B di RA Az-Zahra Jombor sebagai berikut:
Semarang, 2
13. S13 Salatiga, 26
Maret 2010
15. S15 Salatiga, 10
17. S17 Kab.
c. Daftar Guru dan Karyawan
1) Kepala RA Aaz-Zahra : Azizatun Nikmah, S.Pd.
2) Wakil Kepala : Juariyah
3) Guru sentra bahan alam A : Mulyani
4) Guru sentra bahan alam B : Siti Karimah
5) Guru sentra persiapan A : Arum Pangestu
6) Guru sentra persiapan B : Eniyati
7) Guru sentra balok A : Miskiyah
8) Guru sentra balok B : Umi Farihah, S.H.I.
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
dari beberapa komponen yaitu:Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing), Perenungan (reflecting) (Arikunto, 2010 : 92).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di RA Az-Zahra Jombor, Hal ini Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Karena peneliti mengajar di sekolah tersebut sehingga terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya dalam mencermati
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pada tahun ajaran 2016/2017.
C. Prosedur penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk kolaborasi dimana peneliti dibantu oleh guru yang lain. Pada penelitian tindakan kelas ini
pengamatan dilakukan terhadap kemampuan kerjasama peserta didik kelompok B RA Az-Zahra Jombor, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2.
Tabel. 1 . Prosedur Penelitian
Kegiatan Siklus 1 Siklus 2 Perencanaan a. Guru menyusun RKH,
satu siklus 3 RKH
b. Guru menyiapkan
a. Guru menyusun RKH
Pelaksanaan
- Guru memberi arahan
dalam melaksanakan
kegiatan menghias
kelas
b. Kegiatan Inti
- Guru member contoh
- Penutup
b. Aktifitas peserta didik
(memperhatikan
penjelasan guru,
bersemangat, aktif,
motivasi dan
mengerjakan tugas)
a. Aktivitas guru (memberi
observasi, apersepsi,
mengkondisikan siswa,
memberi contoh
menghias kelas dengan
kolase
b. Aktifitas peserta didik
(memperhatikan
penjelasan guru,
bersemangat, aktif,
motivasi dan
mengerjakan tugas)
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, dokumentasi dan penugasan.
1. Metode observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diteliti. Observasi melibatkan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi.
Obervasi hasil belajar menggunakan lembar observasi akan digunakan sebagai sebagai pedoman dalam mengumpulkan data tentang kemampuan kerjasama anak. Lembar observasi ini diambil dari tahapan kerjasama. Menurut (Tedjasaputra, 2001: 88) Tahapan dalam kemampuan kerjasama anak adalah :
a. Anak dapat membina dan mempertahankan hubungan dengan
teman
b. Anak mau berbagi dengan teman yang lain
c. Anak mau menghadapi masalah bersama–sama
d. Mau menunggu giliran
e. Belajar mengendalikan diri
f. Mau berbagi
2. Metode dokumentasi
Menurut (Suharsimi, 2010: 231) dokumentasi adalah mencari data atau hal-hal sesuai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang digunakan adalah profil sekolah, portofolio, raport siswa.
3. Wawancara
4. Instrumen Pengumpulan Data
Kisi-kisi instrumen observasi adalah sebagai berikut: Tabel. 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Hasil Belajar
Kemampuan Kerjasama
No. ASPEK INDIKATOR BUTIR
1. Anak dapat membina dan mempertahankan hubungan dengan teman
a. Anak dapat berperan
serta dalam kegiatan
membuat hiasan kelas 1
b. Anak dapat berperan
serta dalam kegiatan
membuat hiasan kelas 2
2. Anak mau berbagi dan mampu
b. Anak tidak saling
membereskan alat-alat
permainan
bersama-sama
E. Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007: 330).
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan metode. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei.
Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran
( http://phisiceducation09.blogspot.com/2017/02/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html#sthash.zDGLS7nG.dpu) diakses 1 Februari 2017, pukul 12.00 WIB.
F. Analisis Data
Menurut Patton (Moleong, 2001: 103), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penilitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara , observasi dan survei.
2. Reduksi data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan - catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.
3. Displaydata
Displaydata adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
4. Verivikasi dan penegasan kesimpulan
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.
Dalam penelitian ini data–data yang telah didapat dianalisis mulai dari siklus 1 dan siklus 2 untuk dibandingkan perolehan nilai rata-ratanya.
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan, yakni:
1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran yang menerapkan
metode proyek dengan kegiatan menghias kelas untuk
meningkatkan kemampuan sosial emosional kerjasama dtandai
dengan aktivitas guru dalam kategori baik di lembar observasi.
2. 75% peserta didik kelompok kelompok B RA Az-Zahra Jombor,
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, kerjasamanya menjadi
lebih baik setelah mengikuti proses pembelajaran yang
menerapkan metode proyek dengan kegiatan menghias kelas
ditandai dengan aktivitas siswa dalam kategori baik di lembar
observasi dan ditandai dengn perolehan nilai bulatan penuh (●).
3. Indikator penelitian yang digunakan peneliti untuk meningkatkan
kemampuan sosial emosional kerjasama melalui metode proyek
menghias kelas.
4. Indikator Penilaian Kemampuan Kerjasama
Tabel 3.4 Indikator Penilaian Kemampuan Kerjasama
No. Aspek Yang Diamati
Kriteria Penilaian
1. Anak dapat berperan serta dalam
kegiatan membuat hiasan kelas
○ √ ●
2. Anak dapat berperan serta dalam
3. Anak bersedia menggunakan alat dan
bahan yang digunakan dalam
pembuatan lukisan dinding dan kolase
secara bersama–sama
4. Anak tidak saling berebut
5. Anak mau mengerjakan tugas sampai
selesai
6. Anak mau membereskan alat – alat
permainan bersama–sama
H. Jadwal Penelitian
Tabel 3.5 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Menyusun
proposal
√ √
2. Perijinan √
3. Menyusun instrumen penelitian
√
4. Penelitian lapangan
5. Analisis data √
6. Penulisan laporan dan konsultasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus
1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus
Berdasarkan data hasil kondisi awal yang diperoleh peneliti
sebelum dilakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan
sosial emosional kerjasama anak melalui metode proyek di
kelompok B RA Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2016/2017 diperoleh data bahwa
kemampuan sosial emosional kerjasama anak masih rendah. Hal ini
dikarenakan salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya proses
kegiatan belajar mengajar. Dari 20 peserta didik kelompok B RA
Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang,
sebanyak 3 anak yang dinyatakan tuntas atau mencapai indikator
kinerja yaitu memperoleh bulatan penuh (●) sedangkan 17 anak
belum memenuhi indikator kinerja. Selengkapnya dapat dilihat
dalam daftar indikator berikut:
Indikator
Kondisi Awal
Presentase (%) Tingkat Pencapaian
Perkembangan
Jumlah Anak
Mau
bekerjasama
dalam
kelompok
dalam
melakukan
kegiatan
sosial
emosional
● Baik 3 15%
√ Cukup 7 35%
○ Kurang 10 50%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kerjasama anak
sebelum menggunakan metode proyek hanya 15% dengan kategori baik,
35% kategori cukup, dan 35% dengan kategori kurang sehingga perlu
Grafik 4.1 Grafik Kerjasama Anak Sebelum Menggunakan
Melalui Metode Proyek
B.Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan Tindakan
Peneliti menerencanakan upaya meningkatkan kemampuan
kerjasama anak melalui metode proyek membuat kolase yang dapat
menstimulasi kemampuan kerjasama anak. Peneliti merencanakan
penelitian tindakan kelas siklus I untuk meningkatkan kemampuan
kerjasama anak melalui metode proyek membuat kolase pada anak
kelompok B RA Az-Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2016/2017.
Perencanaan tindakan ini dimulai dengan membuat rencana
kegiatan harian (RKH) yang memfokuskan metode proyek dengan
membuat kolase . Kemudian guru menyiapkan peralatan yang akan
digunakan dalam pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar berjalan
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas siklus I untuk meningatkan
kemampuan kerjasama anak melalui metode proyek membuat kolase pada
kelompok B RA Az Zahra Jombor Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2016/2017 berpedoman pada rencana kegiatan
harian (RKH) yaitu:
a. Selasa, 14 Maret 2017
Rencana kegiatan harian (RKH) hari Selasa, 14 Maret 2017
yaitu: 1) Doa dan salam pembuka; 2) Apersepsi; 3) bercakap-cakap
tentang alat komunikasi; 4) Menjelaskan tentang aturan main membuat
kolase alat komunikasi; 5) Membuat kolase secara berkelompok; 6)
Istirahat; 7) Mengulas kegiatan sehari; 8) penutup.
b. Rabu, 15 Maret 2017
Rencana kegiatan harian (RKH) hari Rabu, 15 Maret 2017
yaitu: 1) Berbaris, doa dan salam pembuka; 2) Apersepsi; 3)
bercakap-cakap; 4) Menjelaskan tentang aturan main membuat kolase; 5)
Membuat kolase secara berkelompok; 6) Istirahat; 7) Mengulas
kegiatan sehari; 8) penutup.
Penelitian tindakan kelas berjalan lancar. Anak dibagi menjadi
5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 anak.
Masing-masing kelompok harus menyelesaikan tugas yang diberikan guru
kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, namun
sebagian masih terlihat asik bermain sendiri dan ada sebagian saling
berebut peralatan.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan melibatkan kepala sekolah dan teman
sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan pada
siklus I yang telah dilakukan tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4.2: Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I
Indikator
Siklus I
Presentase % Tingkat Pencapaian
Perkembangan
Jumlah Anak
Mau bekerjasama
dalam kelompok
melakukan
kegiatan kolase
● Baik 9 45%
√ Cukup 7 35%
○ Kurang 4 20%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kerjasama anak
dengan menggunakan metode proyek membuat kolase mengalami
peningkatan. Anak yang mencapai perkembangan baik mencapai 45%,
kategori cukup 35%, kategori kurang 20%, sehingga perlu untuk
Grafik 4.2 Grafik Peningkatan Kerjasama Anak Melalui Metode
Proyek Membuat Kolase
4. Refleksi
Refleksi berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
untuk mengetahui kekurangan pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi
ditemukan ditemukan bahwa aktifitas anak pada kelompok B RA
Az-Zahra Jombor, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, belum
maksimal. Kekurangan siklus I yaitu: a) Masih banyak siswa yang pasif
dalam mengikuti kegiatan secara berkelompok, dengan bukti mereka
masih asik bermain sendiri atau ngobrol dengan temannya, masih ada anak
yang saling berebut peralatan. b) Guru kurang terampil dalam
memberikan motivasi anak agar dapat bekerjasama dalam kelompok, c)
Siswa yang masuk dalam kategori baik baru mencapai 45%. Berdasarkan
hal tersebut diatas harus dilakukan siklus II.
Siklus II dilaksanakan dalam satu minggu pada pertengahan bulan
Maret 2017.
1. Perencanaan Tindakan
Peneliti merencanakan penelitian tindakan kelas siklus II untuk
meningkatkan kemampuan kerasama melalui metode proyek membuat
kolase bintang ayam pada anak RA Az-Zahra Jombor, Kecamatan
Tuntang, Kabupaten Semarang. Jadwal kegiatan penelitian tindakan
kelas siklus II dinyatakan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
Pertemuan Hari dan Tanggal
1 Selasa, 14 Maret 2017
2 Rabu, 15 Maret 2017
3 Kamis, 16 Maret 2017
Peneliti juga mempersiapkan rencana kegiatan harisn (RKH),
media dan alat untuk mendukung pelaksanaan penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksaaan penelitian tindakan kelas siklus II untuk
anak kelompok B RA Az-Zahra Jombor, Kecamatan, Kabupaten
Semarang, tahun pelajaran 2016/2017 ini berpedoman pada rencana
kegiatan harian atau RKH yang telah direncanakan yaitu:
a. Rencana kegiatan harian (RKH) hari Kamis, 16 Maret 2017 yaitu: 1)
Berbaris, doa dan salam, 2) appersepsi, 3) senam sehat ceria, 4)
disentra imtaq, 5) Membuat kolase, 6) istirahat, 7) mengulas kegiatan
sehari, 8) penutup.
Penelitian tindakan kelas ini berjalan sangat baik dan lancer
sesuai harapan peneliti. Anak memberikan tanggapan baik dengan
mengikuti seluruh kegiatan dan lebih antusias dibandingkan pada
kegiatan sebelumnya. Apalagi ketika anak mengetahui bahwa kegatan
ini dilombakan antar kelompok. Anak dapat melaksanakan tugas yang
diberikan guru secara berkelompok dan bekerjasa dengan teman dalam
kelompoknya.
3. Observasi
Hasil pengamatan pada kegiatan siklus II yang telah dilakukan
tersaji dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5: Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus II
Indikator
SIKLUS II
Presentase
% Tingkat Pencapaian
Perkembangan
Jumlah
Anak