• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL PADI SAWAH

PADA SISTEM TANAM YANG BERBEDA

DI KECAMATAN ARGAMAKMUR PROPINSI BENGKULU

Yartiwi dan Yahumri

Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Kota Bengkulu. Indonesia

Email: yartiwitiwi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Rendahnya pengetahuan petani terhadap teknologi budidaya padi yang spesifik lokasi terutama pengaturan populasi tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi di Propinsi Bengkulu sehingga masih perlu dilakukan pengkajian tentang pengaturan jarak tanam pada tanaman padi sawah. Tujuan pengkajian untuk membandingkan daya hasil padi sawah pada berbagai macam sistem tanam dengan pendekatan teknologi PTT di Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara. Pengkajian telah dilakukanpada bulan Maret - Juni tahun 2012 di Kelurahan Kemumu, Kecamatan Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu sistem tanam (ST) dengan 4 taraf yaitu: tegel (ST1), legowo 2:1 (ST2), legowo 4:1 (ST3) dan legowo 6:1 (ST4). Masing-masing diulang sebanyak 5 kali. Varietas padi yang digunakan adalah Inpari 1. Parameter yang diamati adalah komponen hasil yang terdiri dari tinggi tanaman maksimal, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah hampa, jumlah gabah bernas, dan berat 1000 butir. Analisis data dilakukan dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) bila terdapat perbedaan antar perlakuan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sistem tanam legowo 4:1 (ST4) dan 2:1 (ST2) tidak terdapat perbedaan yang nyata, hal ini terlihat pada parameter jumlah gabah bernas dan berat 1000 butir yaitu rata-rata untuk ST4 69.56 butir dan 38.69 gr, sedangkan ST2 rata-rata 90.68 butir dan 37.36 gr.

Kata kunci: padi sawah, sistem tanam

PENDAHULUAN

Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Untuk tahun 2011 Kementerian Pertanian telah menetapkan target produksi sebesar 70,60 juta ton GKP. Sampai dengan tahun 2014 pertumbuhan produksi padi ditargetkan meningkat sebesar 5,22% per tahun (Dirjen Tanaman Pangan, 2011).

Peningkatan produktivitas padi sawah di Provinsi Bengkulu dihadapkan pada masalah rendahnya produktivitas disebabkan oleh rendahnya penerapan inovasi teknologi di tingkat petani pada berbagai daerah sentra produksi. Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa luas panen padi di Propinsi Bengkulu adalah 133.629 ha dengan produksi 516.869 ton, sehingga produktivitasnya hanya 3,87 t/ha. Produktivitas ini masih di bawah produktivitas nasional yang mencapai 4,99 t/ha (BPS, 2011).

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian mengeluarkan rekomendasi paket teknologi untuk diaplikasikan ke petani dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Salah satu komponen PTT adalah pengaturan populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam jajar legowo.Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga akan memiliki jumlah tanaman pinggir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Sistem tanam legowo dapat meningkatkan produksi padi sawah dengan jalan menata populasi tanaman menjadi lebih tinggi 20-25 % dibandingkan dengan sistem tanam biasa (Azwir, 2008).Dibandingkan dengan sistem tegel yang biasa digunakan petani, peningkatan populasi tanaman dengan penggunaan sistem tanam jajar legowo mencapai 30% (jajar legowo 2:1), 20%(jajar legowo 4:1), 14,3% (jajar legowo 6:1). Dengan peningkatan populasi tanaman akan berpeluang meningkatkan produksi padi (Pahrudin, et.al. 2004).

(2)

Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat.

Pengkajian ini bertujuan untuk membandingkan daya hasil padi sawah pada berbagai macam sistem tanam dengan pendekatan teknologi PTT di Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara.

METODE PENELITIAN

Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni tahun 2012 di Kelurahan Kemumu Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Bengkulu menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu sistem tanam (ST) dengan 4 taraf perlakuan yaitu: tegel (ST1), legowo 2:1 (ST2), legowo 4:1 (ST3) dan legowo 6:1 (ST4). Masing-masing diulang sebanyak 5 kali.

Varietas padi yang digunakan adalah Inpari 1, dengan sistem budidaya padi sawah yang diterapkan mengikuti pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali selama musim tanam yaitu pemupukan I pada umur 7-14 Hari setelah tanam (HST), pemupukkan II pada umur 21 – 25 HST dan pemupukkan III pada umur 35-40 HST dengan dosis pupuk urea (250 kg/ha), SP-36 (100 kg/ha), KCl (50 kg/ha).

Parameter yang diamati yaitu komponen hasil yang terdiri dari tinggi tanaman maksimal, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah hampa, jumlah gabah bernas, dan berat 1000 butir. Analisis data dilakukan dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) bila terdapat perbedaan antar perlakuan, sedangkan untuk melihat pertumbuhan dan hasil secara deskriptif yaitu membandingkan hasil pengkajian dan deskripsi padi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Lokasi Pengkajian

Data kondisi umum Kelurahan Kemumu diambil dari Monografi Kelurahan Kemumu Tahun 2012. Kelurahan Kemumu adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara dengan luas wilayah 815 ha dan jumlah penduduk 2.310 jiwa (625 KK). Kelurahan ini merupakan salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Bengkulu Utara dengan luas lahan sawah 368 ha atau 45,16% dari luas wilayah kelurahan. Jenis irigasi pada lahan sawah adalah irigasi teknis 315 ha dan irigasi setengah teknis 53 ha.

Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Kemumu tergolong relatif masih rendah. Tercatat 83,86% persen penduduk yang tidak sekolah sampai dengan tamat SMP. 10,62% penduduk tamat SMA, dan 5,53% tamat perguruan tinggi.

Sebanyak 82,67% penduduk di Kemumu hidup dari sektor pertanian. Tercatat 706 orang bekerja sebagai petani/peternak, lainnya berprofesi sebagai PNS/TNI/Polri, pedagang, pengumpul hasil hutan, usaha kerajinan, dan usaha jasa.

(3)

Tingkat kesuburan tanah pada lokasi pengkajian berdasarkan hasil analisis tanah sebelum pengkajian dilaksanakan adalah bertekstur lempung berpasir, dengan bahan organik tinggi dan N total sedang. Kandungan hara P tergolong sedang dan hara K rendah. Selangkapnya hasil analisis tanah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis tanah lokasi pengkajian, 2012.

No Jenis Analisis Hasil Analisis*) Kriteria/Status Hara**) 1. Tekstur

*) Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu, 2012, **) Pusat Penelitian Tanah (1983).

Perbandingan Dosis Pupuk Eksisting dan Rekomendasi Pupuk Spesifik

Berdasarkan Uji Tanah di Laboratorium.

Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil uji tanah di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu. Hasil uji tanah direkomendasikan ke sekitar wilayah pengkajian sehingga petani dapat menerapkan paket pupuk tersebut sehingga menurunkan output dari usaha tani yang selama ini menggunakan dosis pupuk yang masih tinggi terutama penggunaan pupuk SP-36 seperti terlihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Perbandingan dosis pupuk eksisting petani dengan dosis rekomendasi.

Jenis Pupuk Dosis eksisting (kg/ha) Dosis rekomendasi (kg/ha)

Urea 258,7 250

SP-36 269,4 100

KCl 53,3 50

Sumber: Data Primer.

Secara rata-rata kandungan unsur N, P2O5, dan K2O dalam pupuk yang digunakan petani sudah melampaui dosis rekomendasi. Kandungan ketiga unsur tersebut dalam dosis rekomendasi masing-masing adalah N (115 kg), P2O5 (36 kg), dan K2O (15 kg) per hektar.Sedangkan kandungan rata-rata ketiganya dalam dosis eksisting adalah N (119 kg), P2O5 (97 kg), dan K2O (16 kg).

Keragaan Hasil Tanaman

Hasil pengukuran tinggi tanaman maksimal dan jumlah anakan produktif pada tanaman padi varietas Inpari 1 pada sistem tanam berbeda menunjukkan bahwa secara statistik untuk tinggi tanaman tidak ada perbedaan yang nyata setiap perlakuan, namun pada jumlah anakan antara perlakuan ST3 berbeda nyata dengan perlakuan lain seperti terlihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata tinggi tanaman (cm) dan jumlah anakan produktif (batang) pada tanaman padi varietas Inpari 1 dengan sistem tanam berbeda.

Perlakuan Tinggi

(4)

Pada parameter tinggi tanaman tidak menunjukkan perbedaan hal ini diduga karena sifat genetis dan kemampuan adaptasi yang dimiliki varietas padi yang ditanam. Sedangkan pada parameter jumalh anakan berbeda diduga karena faktor lingkungan seperti curah hujan, kelembaban, intensitas cahaya dan kesuburan tanah. Jumlah anakan produktif dipengaruhi oleh jarak tanam, semakin luas ruang antar tanaman maka anakan produktif akan lebih banyak (Astri dan Sugiyatna, 2010).

Dari keempat sitem tanam yang di gunakan tinggi tanaman dan jumlah anakan tertinggi pada perlakuan ST3 yaitu rata-rata 87,07 cm dan 15.27 batang. Untuk perlakuan ST4 merupakan rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan yang paling rendah yaitu 84,09 cm dan 11,84 batang. Tinggi tanaman digunakan sebagai salah satu kriteria seleksi pada tanaman padi, namun perbedaan tinggi tanaman belum menjamin perbedaan hasil produksi(Rubiyo, et,al., 2005).

Untuk komponen hasil, hanya parameter panjang malai yang tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan, namun pada jumlah gabah bernas dan jumlah gabah hampa perlakuan ST2 berbeda nyata dengan perlakuan ST1, ST3 dan ST4. Pada parameter berat 1000 butir ST3 dan ST2 berbeda nyata dengan ST1 dan ST4 seperti terlihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Rata-rata komponen hasil tanamanpada tanaman padi varietas Inpari 1 dengan sistem tanam berbeda.

Perlakuan Panjang Malai (cm)

Jumlah Gabah Bernas (butir/malai)

Gabah Hampa

(butir/malai) B_1000 Butir (gr)

ST1 21.19 a 66.49b 20.30a 26.06b

ST2 22.12a 90.68a 11.80b 37.36 a

ST3 20.98a 69.56b 16.32ab 38.69a

ST4 21.35a 68.92b 15.10ab 28.54 b

Keterangan: ST1 = tegel, ST2 = legowo 2:1, ST3 = legowo 4:1 dan ST4 = legowo 6:1

Angka-angka dalam kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji DMRT.

Berdasarkan Tabel 4. di atas bahwa pada parameter panjang malai dan jumlah gabah bernas tertinggi pada ST2 yaitu rata-rata 22.12 cm dan 90.68 butir/malai, hal ini seiring dengan jumlah gabah hampah terendah juga terdapat pada perlakuan ST2 yaitu rata-rata 11.80 butir/malai. Menurut Setiobudi et, al., (2009) banyaknya gabah selain ditentukan oleh banyaknya malai yang dihasilkan juga oleh proses diferensiasi spikelet, penyerbukan dan fertilisasi.Berkurangnya pasokan asimilat, dimensi ukuran dan percabangan malai juga mengurangi potensi gabah yang dihasilkan.

Berat 1000 butir tertinggi pada perlakuan ST3 yang di ikuti dengan ST2 yaitu rata-rata 38,69 gr dan 37,36 gr, sedangkan berat 1000 butir terendah pada perlakuan ST1 yaitu rata-rata 26.06 gr. Hal tersebut diatas dapat simpulkan bahwa sistem tanam legowo 2:1 (ST2) menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pengisian gabah dipengaruhi oleh suhu udara dimana semakin tinggi suhu udara laju pengisian gabah makin cepat namun distribusi pengisian gabah tidak merata sehingga mengakibatkan pengisian gabah tidak penuh atau partially filled gain (Setiobudi et, al., 2009).

(5)

Perbandingan Hasil Pengkajian dengan Deskripsi Varietas

Perbandingan antara hasil pengkajian dengan deskripsi varietas padi Inpari 1 yang diintroduksi adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Perbandingan hasil pengkajian dengan deskripsi varietas yang di introduksi oleh Balai Besar Penelitian Padi.

**) Deskripsi varietas padi menurut BB-Padi. 2009 dan Suprihatno, et. al., 2011.

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil pengkajian yang dilakukan dengan deskripsi padi terdapat perbedaan antara tinggi tanaman, jumlah anakan, berat 1000 butir dan hasil perhektarnya. Tinggi tanaman dan jumlah anakan hasil pengkajian lebih rendah, tetapi untuk berat 1000 butir lebih tinggi. Selain itu juga untuk rata-rata hasil produktivitas bahwa hasil pengkajian yaitu 7.5 t/ha GKG lebih baik dari produksi rata-rata pada deskripsi yang hanya 7.3 t/ha GKG. Berdasarkan hasil produktivitas tersebut masih ada peluang untuk meningkatkan produktivitas karena potensi hasil bisa mencapai 10 t/ha GKG.

Tinggi dan rendahnya produktivitas tergantung dengan teknologi yang diterapkan dan kesesuaian iklim di lahan setempat. Semakin baik teknologi yang diterapkan dengan kondisi iklim yang mendukung, produktivitas yang dicapai akan lebih baik. Menurut Sutardjo (2012), salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas dengan diterapkannya cara tanam sistem jajar legowo yang menambah barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis. Pada lahan yang lebih terbuka dengan adanya lorong pada baris tanaman, serangan hama, khususnya tikus, dapat ditekan karena tikus tidak suka tinggal di dalamnya dan dengan terciptanya kelembaban lebih rendah, perkembangan penyakit dapat juga ditekan. Tidak hanya itu, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong.

Persaingan antar tanaman yang sama jenisnya(kompetisi inter spesies) lebih tinggi dibandingkan dengan persaingan pada jenis tanaman yang berbeda (kompetisi antar spesies). Pada kompetesi tanaman yang sama jenis akan mempunyai jenis kebutuhan intensitas cahaya matahari, unsur hara, air dan tempat tumbuh yang sama (Mujisihono dan Santosa. 2001).

Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Jatmiko, et.al., 2002). Selain persaingan antar tanaman, persaingan juga terjadi dengan gulma untuk mempertahankan siklus hidupnya. Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air yang dapat menyebabkan kehilangan hasil padi mencapai 10-15% di tingkat petani.

Dengan adanya efisiensi dan peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi padi, diharapkan petani akan mengadopsi teknologi yang akan diintroduksikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Adam (2009) bahwa kecepatan dan tingkat adopsi teknologi oleh petani ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) teknologi yang diintroduksi membantu menyelesaikan permasalahan petani, (2) sarana yang diperlukan untuk implementasi teknologi tersebut mudah didapat, dan (3) teknologi yang diperkenalkan memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi sebelumnya (Astri dan Sugiyatna, 2010).

KESIMPULAN

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, M. 2009. Pengaruh Tingkat Penyerapan Adopsi Teknologi serta Pendapatan Petani Padi Sawah Pasang Surut di Kabupaten Indragiri dan Siak. Jurnal Teroka Vol. IX No. 2 April 2009. hal. 181-190.

Asep, W. 2011. Tanam Padi Cara Jajar Legowo di Lahan Sawah, Balai Penelitian Teknologi Pertanian Banten [6 Februari 2012].

Astri, A.M dan Sugiyatna. 2010. Optimasi Jarak Tanam dan Umur Bibit Padi Sawah. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/35906/Makalah%20seminar%20ade%20astri%20 Muliasari%20A24051850.pdf

Azwir. 2008. Sistem Tanam Legowo dan Pemberian P-Stater pada Padi Sawah Dataran Tinggi. Jurnal Akta Agrosia 11(2) : 102-107.

BPS. 2011. Tabel Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Padi Seluruh Propinsi(http://www,bps,go,id/tnmn_pgn,php?adodb_next_page=2&eng=0&pgn=1&prov=99&thn1=201 0&thn2=2011&luas=1&produktivitas=1&produksi=1, [7 Juni 2012].

Damardjati, J.S. 2006. Learning from Indonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.

Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.

Ditjen Tanaman Pangan. 2011. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan.

Jatmiko, S,Y, Harsanti S, Sarwoto dan A,N, Ardiwinata. 2002. Apakah herbisida yang digunakan cukup aman? hlm, 337-348,Dalam Noeriwan B, Soerjandono,Buletin Teknik Pertanian. Vol. 10 (1) 2005. 8 hal

Mujisihono, R dan T, Santosa. 2001, Sistem Budidaya Teknologi Tanam Benih Langsung (TABELA) dan Tanam Jajar Legowo (TAJARWO). Makalah Seminar Perekayasaan Sistem Produksi Komoditas Padi dan Palawija, Diperta Prop. DIY. Yogyakarta.

Pahrudin, A., Maripul, dan Philips Rido Dida. 2004. Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usaha Tani di Desa Bojong Cikembar Sukabumi. Buletin Teknik Pertanian 9 (I):10-12.

Rubiyo, Suprapto dan A. Dradjat. 2005. Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah Vol. 11(1).

Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.

Setiobudi, D., Y. Samaullah dan T. Rustiati. 2009. Kepekaan Relatif Padi Inbrida dan Hibrida Terhadap Variasi Pasokan Air Selama Fase Vegetatif dan Reproduktif. Inovasi Teknologi Padi untuk mempertahankan Swasembada dan mendorong Ekspor beras. Buku 2. Balai Besar Penelitian Padi. Sukamandi. p.683-700. Suprihatno, B., Aan A. Daradjat., Satato., Erwin Lubis., Baehaki, SE., S. DEwi Indrasari., I Putu Wardana, dan

M.J. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 118 hal. Sutardjo, W.2012. Tanam Padi Sistem Jajar Legowo.

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis tanah lokasi pengkajian, 2012.
Tabel 4. Rata-rata komponen hasil tanamanpada tanaman padi varietas Inpari 1 dengan sistem tanam berbeda
Tabel 5. Perbandingan hasil pengkajian dengan deskripsi varietas yang di introduksi oleh  Balai Besar Penelitian Padi

Referensi

Dokumen terkait

Semua pekerjaan instalasi sistem perpipaan air bersih tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknisnya, serta memenuhi semua persyaratan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan serta analisa data yang peneliti lakukan, diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kemampuan personal

Namun demikian, karena keterbatasan dana dan prioritas yang berbeda, beberapa OPD seperti Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama (Kemenag) mengintegrasikan rencana partisipasi

Dari hasil penelitian, baik pada siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan siswa kelas IV SD GKLB

Menurut pengakuan beberapa napi yang pernah mengandung di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Pekanbaru saat mengandung tidak ada perlakuan khusus terhadap narapidana

Harga V dari suatu Rhodococcus TPIK, LP3, GLB5 kecil berarti reaksi enzimatis akan meningkat dengan kompleks E-S mantap, afinitas enzim tinggi bertambahnya konsentrasi

Ke empat negara dipilih berdasarkan empat aspek yaitu (1) jaminan independensi peradilan dalam konstitusinya, (2) Pengaturan judicial council di dalam level konstitusi