• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Penempatan Alat Peraga kampanye Di Transportasi Umum Dengan Pilihan Para Pemilih Dapil III (Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia) DPRD Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Penempatan Alat Peraga kampanye Di Transportasi Umum Dengan Pilihan Para Pemilih Dapil III (Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia) DPRD Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif 2014"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada tahun

2004 merupakan tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik

Indonesia modern karena terpilihnya presiden dan wakil presiden didahului

oleh terpilihnya anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah),

dan DPRD telah menuntaskan demokratisasi di bidang lembaga-lembaga

politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa demokratisasi telah berhasil

membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-nilai

demokrasi yang penting telah diterapkan melalui pelaksanaan peraturan

perundangan mulai dari UUD 1945.1

Pemilihan legislatif menjadi sarana bagi rakyat Indonesia untuk

menentukan calon-calon pemimpin dalam DPD, DPR, dan DPRD. Dalam

Pemilu legislatif maupun presiden, masyarakat tidak hanya terlibat dalam

memilih dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), tetapi

merasakan proses yang terjadi menjelang dilaksanakan pemilu. Proses

tersebut adalah kampanye politik yang secara langsung maupun tidak

langsung direalisasikan kepada masyarakat oleh calon legislatif. Dalam

pelaksanaannya, kampanye melibatkan peran serta dari tim dan anggota

yang telah terbentuk didalam partai maupun dari calon legislatif sendiri.

Sebelum kampanye dijalankan, para juru kampanye dari para calon

legislatif dan partai pengusungnya memiliki strategi yang dibentuk sebagai

1

(2)

acuan dalam kegiatan kampanye. Strategi kampanye yang sudah

ditetapkan,akan dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung

kepada publik dalam bentuk yang beragam seperti tulisan, simbol-simbol

atau gambar, seminar, sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan oleh juru

kampanye.

Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih dengan

membangun citra positif dengan tujuan mendapatkan kepercayaan dimata

pemilih. Proses kampanye yang telah dirancang secara bertahap dan

berkelanjutan kemudian dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan

tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.Segala

kegiatan atau tindakan kampanye dilandasi oleh sifat persuasi seperti

mengajak publik untuk menerima sesuatu atas dasar sukarela.

Menurut Peraturan KPU No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPD,

Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemiluuntuk meyakinkan para

pemilih denganmenawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu. Dalam

menjelang pemilu legislatif 2014, kampanye telah dilaksanakan oleh para

calon legislatif selama tahapan kampanye yang telah ditetapkan oleh Komisi

Pemilihan Umum (KPU). Salah satu metode kampanye yang digunakan oleh

calon legislatif adalah pemasangan alat peraga. Alat peraga yang dimaksud

dalam kampanye pemilu ialah semua benda ataubentuk lain yang memuat

(3)

keperluan Kampanye Pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih

Peserta Pemilu dan/ataucalon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu.2

Sebelum adanya pelaksanaan pemungutan suara, calon legislatif diberi

kesempatan untuk mempromosikan diri mereka yaitu dengan kampanye.

Kampanye ialah momentum bagi seorang calon legislatif atau partai politik untuk

mendapatkan hati masyarakat. Tidak hanya berkampanye secara langsung dengan

komunikasi ke masyarakat tetapi kampanye juga memerlukan saluran untuk

menyampaikan pesan secara lebih meluas. Penggunaan alat peraga kampanye

menjadi media yang dapat menjangkau konstituen ke dalam wilayah yang lebih

luas.

Alat peraga kampanye ialah kategori benda yang juga ditempatkan pada

luar ruangan.Media luar ruang merupakan media yang ditempatkan pada

tempat-tempat yang ramai khalayak dan dapat dilihat orang banyak. Bentuk-bentuk media

luar ruang sendiri antara lain: papan reklame (billboard), spanduk, baliho, iklan

bus atau kereta api, electronic board, bendera, umbul-umbul, balon dan iklan

pohon.3

2

Lihat dalam Peraturan KPU No.15 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kampanye anggota DPR,DPD,dan DPRD pasal 1 no.22.

Seiring berkembangnya kegiatan berkampanye, pemanfaatan media lain

juga digunakan oleh calon legislatif atau partai politik. Alternatif lain ini kian

bertambah yaitu penempatan alat peraga kampanye pada transportasi umum.

Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.15 Tahun 2013, menyatakan alat

peraga kampanye yang digunakan calon legislatif hanya berupa spanduk tidak

diperbolehkan dalam bentuk lainnya, hanya satu unit pada satu zona wilayah

kampanye yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum bersama dengan

Pemerintah Daerah. Alat peraga juga tidak diperbolehkan ditempatkan pada

3

(4)

tempat ibadah, rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan, gedung

pemerintahan, lembaga pendidikan, jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan,

sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan. Dengan hal ini, kampanye

media luar ruang seperti menggunakan transpotasi umum tidak menjadi halangan

bagi para kandidat untuk mempromosikan diri karena tidak melanggar aturan

KPU tentang pembatasan alat peraga kampanye.

Pada dasarnya, transportasi umum merupakan suatu sarana untuk

menjangkau tempat yang akan dituju penggunanya. Transportasi umum adalah

seluruh alat transportasi di mana penumpang tidak berpergian menggunakan

kendaraannya sendiri.4 Pengertian angkutan dalam Keputusan Menteri

Perhubungan No. KM.35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di

Jalan dengan Kendaraan Umum adalah angkutan dari pemindahan orang dan/atau

barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Keberadaan angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang

baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan

yang aman, nyaman, cepat dan murah.5

Masyarakat Kota Medan banyak menggunakan angkutan umum roda 4 dan

becak bermotor sebagai alat transportasi untuk berpergian, selain biaya yang

tergolong murah angkutan umum mudah didapatkan masyarakat. Dengan Transportasi umum termasuk angkutan

umum, kereta, bis, becak bermotor.Transportasi umum dipakai oleh masyarakat

dari berbagai unsur kalangan, baik dari kalangan menengah kebawah sampai

kalangan menengah keatas.

4

Dapat dilihat

pukul 12.10 WIB 5

Dapat dilihat d

(5)

angkutan umum yang memiliki banyak rute serta nomor tiap kendaraannya

membuat masyarakat mudah mendapat angkutan ini walaupun harus berdesakkan

di dalam angkutan umum ini. Berbeda dengan becak bermotor, kendaraan khas

Kota Medan ini hanya bisa dinaiki oleh 2-3 orang penumpang saja. Becak

bermotor juga mudah dijangkau karena dapat ditemukan tidak hanya dijalan raya,

jalan kecil seperti gang pada rumah dapat ditempuh oleh transportasi umum ini.

Banyaknya penggunaan alat transportasi umum oleh masyarakat kota

Medan, menjadikan alat transportasi tersebut sebagai salah satu media

penyampaian informasi yang ditempel agar dapat dengan mudah diketahui oleh

masyarakat. Informasi tersebut dapat berupa iklan, lowongan kerja, acara, juga

pemasangan alat peraga kampanye baik dari pihak partai politik maupun calon

legislatif pada saat penyelenggaraan pemilu. Menjelang pemilihan umum

legislatif, terutama pemilu legislatif Kota Medan 2014 banyak sekali ditemukan

pemasangan alat peraga kampanye pada transportasi umum berupa spanduk di

becak bermotor juga sticker yang ditempel pada angkutan umum oleh calon

legislatif di daerah pemilihannya.

Pemasangan alat peraga kampanye pada alat transportasi umum juga

banyak di jumpai pada daerah pemilihan III DPRD Kota Medan, mengingat

banyaknya transportasi umum pada daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan perhatian masyarakat untuk mendapatkan perhatian pemilih.

Masyarakat dapat dengan mudah melihat informasi baik nama calon, partai,

nomor urut atau visi dan misi calon legislatif pada transportasi umum tersebut.

Calon legislatif tidak harus turun dengan mengadakan kampanye langsung¸ karena

(6)

dengan melihat alat kampanye yang dipasang di transportasi umum. Pemasangan

alat peraga kampanye oleh calon legislatif yang menggunakan transportasi umum

dengan jumlah yang banyak, dapat berpengaruh terhadap pengenalan diri kepada

masyarakat dan mendapat suara pemenangan di pemilu legislatif.

Keuntungan dapat diperoleh dari kedua pihak antara calon legislatif

peserta pemilu yang memasang alat kampanye dan pemilik transportasi umum

tersebut.Kampanye dengan media ini dapat dikatakan dengan meminimkan biaya

kampanye calon legislatif serta alat kampanye tersebut bergerak tidak hanya

berdiam pada satu zona daerahnya. Kepada pemilik transportasi umum mendapat

keuntungan secara financial, karena sudah pasti pemasangan kampanye tersebut

memakai biaya.

Adapun jumlah calon legislatif DPRD Kota Medan pada tiap partai di

Dapil III yaitu Nasdem (8), PKB (8), PKS (8), PDIP (7), Golkar (8), Gerindra (7),

Demokrat (8), PAN (8), PPP (8), Hanura (8), PBB (8), PKPI (8), total 94 calon

legislatif. Dengan jumlah 8 kursi pada Dapil III untuk duduk di DPRD Kota

Medan. Mengingat wilayah Kota Medan yang terlalu luas, peneliti memilih

wilayah Daerah Pemilihan III (DAPIL III) yang terdiri dari kecamatan Medan

Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia sebagai sebagai tempat

penelitian.

Dari sudut geografis, kecamatan-kecamatan tesebut tidak jauh dari pusat

kota yang menjadi pusat aktivitas masyarakat Kota Medan. Dapil III termasuk

daerah pemilihan yang terdiri dari beberapa kecamatan yang wilayahnya terletak

di Kota Medan sebagai pusat aktivitas seperti perdagangan, perkantoran,

(7)

di Dapil III Kota Medan menggunakan transportasi umum sebagai penempatan

alat peraga kampanye, dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian pemilih.Dari

masing-masing partai terdapat beberapa calon legislatif yang menggunakan

transportasi umum sebagai strategi pengenalan dirinya ke masyarakat.

Dalam tujuannya mempengaruhi konstituen agar dapat berpihak kepada

calon legislatif maka diperlukan instrumen seperti kampanye, untuk mendekatkan

calon legislatif dengan konstituennya. Pemasaran politik yang menjadi roda

instrumen tersebut diterapkan secara matang untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Artinya, pemaksimalan kemenangan pada pemilihan umum

bergantung pada efektifitas dan efisiensi pengaplikasian marketing politik tersebut

sehingga sampai pada tujuannya. Berhasil atau tidaknya pemasaran politik dengan

media luar ruang ini akan berpengaruh pada perilaku memilih masyarakat pada

pemungutan suara tiba. Dalam hal ini penggunaan alat peraga kampanye sebagai

instrument pemasaran politik yang dibuat oleh para calon legislatif DPRD Kota

Medan Dapil III. Maka dengan fenomena tersebut menjadi dasar bagi penulis

untuk meneliti tentang pengaruh penempatan alat peraga kampanye di transportasi

umum oleh calon legislatif Dapil III DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif

2014.

B. Rumusan Masalah

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan aturan mengenai

pedoman pelaksaan kampanye yang menjadi instrument penting dalam

(8)

Kampanye sudah dimulai oleh peserta pemilu sejak beberapa bulan sebelum

penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan.

Cara yang ditempuh dalam ajang memperkenalkan diri kepada masyarakat

diantaranya dengan pemasangan spanduk, baliho, iklan di media massa, dan

sebagainya. Banyaknya atribut kampanye yang dipasang di berbagai tempat

strategis namun saling menumpuk antar satu sama lain dari partai atau calon

legislatif yang berbeda, hal ini akan membuat bingung masyarakat dalam

mengenali calon legislatif daerahnya. Transportasi umum merupakan sarana

angkutan untuk masyarakat kecil dan menengah supaya dapat melaksanakan

kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam masyarakat. Pengguna

trasnportasi umum atau yang lebih dikenal dengan angkutan umum ini bervariasi,

mulai dari buruh, ibu rumah tangga, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain.

Angkutan umum dan becak bermotor menjadi transportasi umum yang

tergolong mendominasi di Kota Medan. Masyarakat umum, pelajar hingga pekerja

menggunakan transpotasi umum sebagai media untuk sampai pada tujuan

perjalanan. Salah satu faktornya karena dengan biaya yang tergolong tidak mahal

dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

Penggunaan alat peraga kampanye menggunakan transportasi umum

menjadi salah satu bentuk strategi kampanye yang sering dijumpai dan tren di

kalangan calon legislatif. Bukan hanya pemilu legislatif saat ini, pada saat

pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2013, penggunaan

transportasi umum sudah dilakukan oleh para calon gubernur dan wakil gubernur.

(9)

masyarakat yang berada di lalu lintas jalan karena rute perjalanan yang

berbeda-beda yang dimiliki oleh pengendara transportasi umum.

Setiap strategi kampanye yang dibentuk dan dilaksanakan memiliki tujuan

untuk pemenangan dalam perolehan hasil suara yang didapat dari pemilih.

Peletakkan alat peraga kampanye dalam bentuk spanduk dan stiker di transportasi

umum kini tengah menjamur. Media luar ruang yang ditempatkan pada angkutan

umum dan becak bermotor yang banyak menjadi sasaran calon legislatif dengan

menempakan alat peraga kampanye.

Hal ini menunjukkan, para calon legislatif Pemilu 2014 memanfaatkan

metode tersebut dengan harapan pada Pemilu, masyarakat mengenal dan memilih

calon legislatif tersebut. Pemanfaatan alat peraga yang ditempatkan pada

transportasi umum yang telah dilaksanakan selama masa kampanye akan tampak

pada perilaku pemilih, berhasil atau tidakkah pesan tersebut sampai ke

masyarakat. Para calon legislatif DPRD kota Medan khususnya pada Dapil III

beberapa calon legislatif menggunakan transportasi umum sebagai strategi

kampanyenya. Setiap bentuk kampanye yang dibentuk dan dilaksanakan memiliki

tujuan untuk pemenangan dalam perolehan hasil suara yang didapat dari pemilih.

Dengan jumlah DPT Dapil III (293.927) salah satu yang tergolong besar

ke-4 dari 5 Dapil pada kota yaitu Dapil I (389.166), Dapil II (410.419), Dapil IV

(268.229), Dapil V (354.563). Walaupun tercatat DPT pada Dapil ini tidak

sebanyak dapil lainnya, tetapi kecamatan pada Kecamatan Medan Petisah yang

menjadi bagian dari Dapil III termasuk dalam kecamatan yang dipenuhi

banyaknya aktifitas di Kota Medan. Kemacetan kendaraan yang telah biasa

(10)

di daerah ini, menimbulkan upaya para calon legislatif memanfaatkan transpotasi

umum sebagai alat kampanye tanpa harus turun langsung ke konstituen. Ramainya

pemukiman dan hiruk pikuk serta pasar tradisional terdapat pada Kecamatan

Medan baru maupun Petisah, Kecamatan Medan Barat tempat ideal bagi

penduduk asli maupun pendatang untuk bermukim dan berdagang. Kecamatan

Medan Helvetia yang juga kepadatan penduduknya banyak karena terdapat

perumahan nasional (perumnas), terdapat Plaza yang menjadi salah satu pusat

perdagangan alat komunikasi seperti handphone, terbesar di Kota Medan.

Transportasi umum dipasang dengan spanduk atau sticker dengan nama calon,

partai dan pesan kampanye sebagai cara yang ditempuh beberapa calon legislatif

DPRD Kota Medan Dapil III untuk mendapatkan suara di daerah ini.

Media luar ruang yang mencakup cukup luasnya wilayah yang efektif

sebagai penempatan alat peraga kampanye, mudah dijangkau oleh khalayak, hal

ini yang menjadi salah satu strategi yang banyak digunakan sebagai media

promosi kampanye kandidat. Menjelang Pemilu Legislatif 2014, media luar ruang

seperti alat peraga kampanye di transportasi umum dimanfaatkan oleh calon

legislatif untuk menampilkan iklan kampanye politik mereka guna menarik

perhatian masyarakat. Maka pertanyaan dalam penelitian ini ialah “Apakah

penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum berpengaruh untuk

pilihan para pemilih DAPIL III (Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, dan

(11)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari

penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum dengan pilihan para

pemilih Dapil III DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif 2014.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukkan dan pengetahuan

yang bermanfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan, terutama dibidang

politik dan khususnya mengenai menemukan strategi kampanye pemilu yang

efektif atau tidak melalui penggunaan transportasi umum.

2. Manfaat Praktis

Mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berfikir secara

akademis dalam melihat strategi kampanye calon legislatif pada pemilihan umum.

Serta menambah literatur kepustakaan untuk yang tertarik dan konsentrasi dengan

bidang dan permasalahan yang sama.

E. Kerangka Teori

E.1 Alat Peraga Kampanye

Alat peraga kampanye merupakan media luar ruang yang dipakai oleh

pada kandidat politik, yang pemakaiannya hanya pada saat masa kampanye

(12)

strategis seperti ruang publik, jalan-jalan protokol, ditempel pada kendaraan

umum serta halte-halte. Cara ini dipandang strategis memperkenalkan kandidat

dengan penyampaian profil diri, serta pesan singkat yang menarik kepada

masyarakat.

Menurut Pfau dan Parrot (1993),”A campaign is consicious, sustained and

incremental process designed to be implemented over a specified periode of time

for the purpose of influencing a specified audience” (Kampanye adalah suatu

proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan

pada rentang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan

padarentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang

telah ditetapkan).6

Menurut Sigit Santosa (dalam buku Creative Advertising Petunjuk Teknis

Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien, 2011) “Media luar

ruangan adalah semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang

berada di luar rumah atau kantor. Media luar ruangan membujuk konsumen ketika

mereka sedang di tempat-tempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu,

juga di tempat-tempat terjadi transaksi.”7

Dalam kampanye, media menjadi instrument penting sebagai alat

penyampaian informasi sebuah produk maupun seorang kandidat politik. Media

umum yang lazim digunakan dalam berkampanye, baik sebagai alat (tool media)

maupun saluran (channel media) untuk penyebaran pesan atau informasi kepada

public sebagai sasarannya melalui pemasangan poster, spanduk, plakat,

6

Drs. Antar Venus, M.A. 2004. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. hal.8-9

7

Dapat dilihat pada

(13)

umbul, selebaran (flier), brosur, press/news release, slide film, rekaman video dan

pita kaset, iklan komersial, balon promosi, mencarter pesawat kecil yang

berkeliling dan membawa poster parpol atau peragaan lainnnya, hingga

mengadakan kerja sama dengan pihak media pers (press tour, press conference,

dan press statement).8

E.1.1 Penempatan Alat Peraga Kampanye

Dalam sebuah proses pemasaran harus digerakkan oleh empat elemen

utama seperti product (produk), place (tempat), price (harga), dan promotion

(promosi). Dalam hal ini place (termpat) dalam pemasaran sangat penting dan

strategis dalam menarik perhatian pembeli. Pemilihan dan penentuan tempat harus

memiliki nilai ekonomi untuk memajang (display) produk-produk yang ingin

dipasarkan. Dalam konteks komunikasi politik seperti dalam berkampanye,

tempat sering diasosiasikan dengan ruang publik seperti internet, ruang reklame di

persimpangan jalan dapat dimanfaatkan untuk memasang tanda gambar guna

menarik perhatian masyarakat. Seorang politisi harus mampu membaca dan

melihat peluang seperti ini sebagai tempat atau ruang yang harus dimanfaatkan

untuk memasarkan partainya.

Menurut Lee dan Johnson, ketika satu pengiklan ingin membanjiri pasar

dengan pengenalan sebuah produk baru, media luar ruang merupakan pilihan

media yang dianggap cukup tepat karena periklanan media luar ruang

8

(14)

memungkinkan cakupan luas dalam waktu cepat.9

Memanfaatkan ruang publik sebagai ruang berkampanye dengan

penggunaan media luar ruang yang diperuntukkan ke masyarakat agar dikenal.

Penggunaan alat peraga luar ruang semakin bertambah, kreatifitas kandidat dalam

membuat isi pesan pun beragam, tetapi hal ini diikuti dengan banyaknya kandidat

memproduksi alat peraga kampanye. Sehingga ruang publik dipenuhi dengan

alat-alat peraga kampanye yang berlebihan.

Media periklanan luar ruangan

merupakan salah satu media yang diletakan di luar ruangan yang pada saat ini

telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, yang memiliki tujuan

menyampaikan pesan promosi suatu produk atau jasa. Alat peraga kampanye

termasuk media luar ruang, dengan spanduk, baliho dan alat peraga lainnya yang

ditempatkan diluar ruang. Tetapi masa pemakaian alat peraga kampanye ini sesuai

kurun waktu dan tempat selama masa kampanye yang sudah ditentukan oleh

Komisi Pemilihan Umum, berbeda dengan media luar ruang iklan sebuah produk

barang atau makanan yang dapat ditampilkan kapan dan dimana saja.

Pemakaian media luar ruang yang menyampaikan iklan kampanye

kandidat dan partai politik, didasari pada pemilihan karakteristik media yang tidak

dimiliki oleh media lainnya. Contohnya, memiliki kemampuan agar dapat diingat

oleh masyarakat, serta fleksibelitas media yang dapat menjangkau wilayah lebih

luas, dalam hal ini dapat pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Dalam

hal ini, transportasi umum menjadi media yang dipakai sebagai penempatan alat

peraga kampanye yang bergerak dengan memanfaatkan ruang publik masyarakat.

Peneliti melihat penempatan alat peraga sebagai faktor yang menjajikan, bahwa

9

(15)

hal ini dapat berpengaruh kepada mudahnya masyarakat dijangkau oleh alat

peraga kampanye bergerak, melihat, dan membaca alat peraga kampanye di media

luar ruang (transportasi umum).

E.1.2 Jenis Alat Peraga Kampanye

Alat peraga kampanye sebagai media luar ruang tentu tidak hanya pada

satu jenis media yang dipakai. Alat peraga kampanye memiliki beragam jenis dan

bentuk yang memiliki fungsi dan tempat tertentu untuk pemasangannya. Contoh

dari media luar ruang sebagai alat peraga kampanye antara lain:

a. Billboard: semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka

sedang berada diluar rumah atau kantor.10

b. Baliho: sebagai media promosi yang memiliki unsur informasi yang

berhubungan dengan kegiatan masyarakat luas dan iklan suatu produk

yang disajikan dengan teknologi digital printing.

Promosi iklan luar ruang

yang memiliki ukuran yang cukup besar. Seiring perkembangan jaman,

billboard kini menggunakan teknologi baru yaitu mobile billboard.

Mobile billboard ialah iklan yang dipasang di kendaraan seperti mobil,

sehingga iklan dapat berjalan dengan kendaraaan tersebut.

c. Spanduk dan banner: media promosi yang berbahankan kain

membentang di tepi-tepi jalan maupun tengah jalan yang berisikan teks

singkat, gambar, dan warna yang mudah diingat orang banyak.

10

(16)

d. Rontek dan umbul-umbul: media iklan yang sama bahannya dengan

spanduk, tetapi berbentuk vertikal. Yang biasanya dipasang pada saat

sebuah acara diadakan.

e. Stiker dan poster: media promosi yang berhankan kertas, ditempel di

berbagai tempat strategis seperti tembok-tembok jalan, halte, angkutan

umum dan tempat-tempat yang biasa dilewati masyarakat.

Di masa teknologi maju, alat peraga kampanye cetak diaplikasikan pada

media kertas dan semua material yang dapat digambar maupun ditulis. Namun

jika ditinjau dari segi kuantitas penggunaan, media luar ruang seperti sapanduk,

baliho, billboard secara waktu media ini sangat efisien mengingat jangka waktu

pemasangan relatif singkat, dan penempatannya di lokasi keramaian menjadikan

sering dilihat oleh pemilih.11 Menurut Lee dan Johnson, “reklame (baliho) adalah

media luar ruang utama karena berbiaya efektif”.12 Peneliti melihat bahwa

penggunaan media luar ruang dengan jenis alat peraga tersebut telah

menggunakan konsep yang kreatif (penggunaan transportasi umum) untuk dapat

menarik perhatian khalayak di jalan dan sulit diabaikan karena khalayak yang

lewat, alat peraga ini juga media yang permanen, tahan lama, sehingga

memudahkan masyarakat mengingat kandidat yang memakai alat peraga

kampanye bergerak di luar ruang.

11

Dapat dilihat dalam jurnal: Idipta Sriwidiyanto Budi Utomo, Pengaruh Iklan Politik Alat Peraga Kampanye Luar Ruang Terhadap Pengeruh Pemilih Pemula Pilkada Kota Malang Tahun 2013. Universitas Brawijaya. Malang

12

(17)

E.1.3 Isi/Pesan

Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam

bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian

makna. Menurut bentuknya, simbol yang disampaikan dapat dibedakan atas dua

macam, yakni simbol verbal dan simbol nonverbal. Simbol verbal dalam

pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat membantu kita menyusun

struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima oleh orang lain sebab

bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak disusun menurut struktur bahasa

yang benar, ide yang baik akan menjadi kacau. Bahasa bukan hanya membagi

pengalaman, tetapi juga membenttuk pengalaman itu sendiri. Tanpa bahasa

manusia tidak berpikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi dan pola-pola

berpikir seseorang. Kata pakar linguistik Benyamin Lee Whorf dan Edward

Sapir.13

Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dan pengirim

kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk

mulai dari poster, spanduk, baliho (billboard), pidato, diskusi, iklan, hingga

selebaran. Apapun bentuknya, pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik

verbal maupun nonverbal, yang diharapkan memancing respons khalayak.

Applbaum dan Anatol menekankan pentingnya menyadari bahwa kegiatan

kampanye mengandalkan pesan-pesan simbolis.14

Secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan pada

pertimbangan kesederhanan (simplicity), kedekatan (familiarity) dengan situasi

khalayak, kejelasan (clariy), keringkasan (conciseness), kebaruan (novelty),

13

Hafied Cangara, Op.Cit., hal.316-317. 14

(18)

konsistensi, kesopanan (courtessy), dan kesesuaian objek kampanye.

Kesederhanaan dapat membuat pesan menjadi mudah dipahami dan diingat. Salah

satu contoh slogan kampanye PDIP yang berbungi “coblos moncong

putih…nomor 18”. Slogan ini dapat dikatakan popular selama kampanye Pemilu

2004 yang lalu.15 Peneliti melihat efektivitas dari isi/pesan dalam alat peraga

kampanye yang disajikan dengan bahasa yang jelas, tidak berbelit-belit yang

mencakup promosi personal kandidat dapat memudahkan masyarakat membaca

sekaligus mengingat calon legislatif tersebut.

E.1.4 Potensi Alat Peraga Kampanye sebagai Media Luar Ruang

Menurut Linda Lee Kaid, iklan politik adalah proses komunikasi dimana

seorang sumber (biasanya kandidat dan atau partai politik) membeli atau

memanfaatkan kesempatan melalui media massa guna meng-exposure

pesan-pesan politik dengan sengaja untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan

perilaku politik khalayak.16

Efektivitas dari media luar ruang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Iklan sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk

komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang

ditujukan kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik.

Iklan berusaha untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan. Pada

masa kampanye, kandidat atau partai politik menggunakan alat peraga kampanye

sebagai iklan politik luar ruang.

15

Ibid., hal.203 16

(19)

- Jangkauan: kemampuan sebuah media menjangkau khalayak sebagai

sasaran, dan hanya mampu menjangkau daerah disekitarnya saja.

- Frekuensi: pada media luar ruang, yakni melihat pesan yang sama pada

saat masih ingat. Ini terjadi karena khalayak sasaran meilihat iklan

tersebut berulang-ulang.

- Kontinuitas: media luar ruang memiliki kesinambungan yang baik

meningat lokasi yang tepat.

- Ukuran: media luar ruang, seperti Spanduk pada transportasi umum

yang berukuran besar memiliki kemampuan untuk tampil mencolok

dan berbeda dengan yang lain.

- Warna: media luar ruang membantu menampilkan gambar produk

pemilih (kandidat calon) dalam tata wrana hingga mampu tampil

sesuai aslinya. Dan warna mencerminkan identitas. Misalnya,

dominasi warna merah pada alat peraga kampanye menunjukkan

bahwa kandidat calon dari partai PDIP.

- Pengaruh: karena media luar ruang menghadapi khalayak sasaran yang

hampir tidak memiliki kesempatan membaca saat berkendara, maka

pesan yang disajikan harus singkat dan ditampilkan secara jelas.17

Teori iklan politik media luar ruang, tentang pengaruh iklan terhadap

pemilih pernah dilakukan Hofstetter dan Buss menyatakan bahwa eksposureiklan

kampanye pada menit-menit terakhir cenderung berpengaruh terhadap keputusan

17

(20)

pemilih.18 Rothschild dan Ray menyatakan bahwa iklan kampanye cenderung

berpengaruh di kalangan orang-orang yang memiliki keterlibatan rendah dalam

lingkungan politiknya. Rothscild (1978) dalam artikelnya menunjukkan bahwa

iklan berperan aktif dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat semenjak era

Presiden Abraham Lincoln (1984). Media publikasi dalam pemilihan presiden pun

mengalami evolusi. Sampai tahun 1926, pesan politik di Amerika Serikat

dilakukan melalui media cetak seperti poster, pamphlet, koran dan majalah. Sejak

tahun 1926 sampai 1952, terdapat pengunaan misalnya radio dalam penyampaian

pesan-pesan politik.19 Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melihat pengaruh

alat peraga kampanye di transportasi umum pada media luar ruang terhadap

pilihan para pemilih DAPIL III DPRD Kota Medan pada pemilihan legislative

2014 dalam penelitian ini.

E.2 Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih yang merupakan bentuk dalam perilaku politik. Perilaku

memilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuat

keputusan. Tindakan tersebut merupakan respon terhadap lingkungan politik

tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam

masyrakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk.

Firmanzah mencoba membangun “tipologi pemilih” berdasarkan

pertimbangan bahwa pemilih mengangkut pandangan objektif sekaligus subjektif

ketika memeilih sebuah partai atau seorang kontestan. Bahwa dalam diri

18

Hofstetter, C. Richard. dan Buss, Terry F. 1980. Politikcs and Last-Minute Political Television, dikutip dalam buku: Pawito.2009. Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra. hal.196

19

(21)

masing pemilih terdapat dua orientasi sekaligus yaitu; (1) orientasi

‘policy-problem-solving’, dan (2) orientasi ‘ideologi’. Ketika pemilih menilai partai

politik atau seorang kontestan dari kacamata ‘policy-problem-solving’, yang

terpenting bagi mereka adalah sejauh mana para kontestan mampu menawarkan

program kerja atas solusi dari suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan

cenderung objektif memilih partai politk atau kontestan yang memiliki kepekaan

terhadap masalah nasional dan kejelasan program kerja. Partai politik atau

kontestan yang arah kebijakkannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih.

Sementara pemilih yang lebih mementingkan ikatan ‘ideologi’ suatu partai atau

seorang kontestan, akan lebih menekankan aspek-aspek subjektivitas seperti

kedekatan nilai, budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis.

Semakin dekat kesamaan partai politik atau calon kontestan, pemilih jenis ini akan

cenderung memberikan suaranya ke partai atau kontestan tersebut.20

Penyampaian informasi berupa program kerja dan kebijakan pasangan

calon kepada konstituen menggunakan media media pidato kampanye secara

langsung , atau tidak langsung. Untuk itu diperlukan analisis mendalam dan lebih

komprehensif sangat dibutuhkan untuk memahami perilaku politik. Kondisi

pemilih adalah dimensi yang sangat kompleks. Begitu banyak karakteristik

pemilihnya akan menjadi terbatas jika hanya didasarkan pada pendukung atau

massa mengambang. Para pendukung maupun non-pendukung sama-sama

memiliki karakteristik sebagai pemilih rasional dan non-rasional.21

20

Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 113-114 21

(22)

E.2.1 Kategori Pemilih22

1. Pemilih Rasional

Dalam kategori pertama ini terdapat pemilih rasional (rational voter), di

mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan

berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih

mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program

kerjanya. Kinerja partai atau calon kontestan biasanya termanivestasikan pada

reputasi dan ‘citra’ (image) yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks ini

yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar

mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan

kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.

Pemilih jenis ini memilki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan

ideologi suatu partai politik atau seorang kontestan. Analisis kognitif dan

pertimbangan logis sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan. Hal

yang terpenting begi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa (dan yang telah)

dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan daripada paham dan nilai partai dan

kontestan. Dalam konfigurasi pertama ini terdapat pemilih rasional (rational

voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’

dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih

mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program

kerjanya. Program kerja atau ‘platform’ partai bisa dianalisis dalam dua hal: (1)

kinerja partai di masa lampau (back ward looking), dan (2) tawaran program

untuk menyelesaikan permasalahan nasional yang ada (forward-looking). Pemilih

22

(23)

tidak hanya melihat program kerja atau ‘platform’ partai yang berorientasi ke

masa depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh partai

tersebut di masa lampau. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik

dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan

publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.

2. Pemilih Kritis

Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada

kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan

permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang

bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih

terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah

‘rational vote’ untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis

ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan

nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana

mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang

akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih

tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru

kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi

pembuatan sebuah kebijakan.

Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai

partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul

ketika terdapat perbedaan antara nilai ideologi dengan ‘platform’ partai: (1)

(24)

memiliki kemiripan karakteristik ideologi dengan partai lama. Kritik internal

merupakan manifestasi ketidaksetujuan akan sebuah kebijakan partai politik atau

seorang kontestan. Ketika pemilih merasa kritikannya tidak difasilitasi oleh

mekanisme internal partai politik, mereka cenderung menyuarakannya melalui

mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi,

radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini.

Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan

adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka

merasakan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai.

Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu (wait and see) sebelum munculnya

ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan partai

biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu

partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan

reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya

tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya.

3. Pemilih Tradisional

Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai,

asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai

politik.biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan kepribadian

pemimpin dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah

satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang

(25)

Pemilih tradisional adalah jenis pemilih yang bisa dimobilisasi selama

periode kampanye.Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri khas yang paling

kelihatan bagi pemilih jenis ini.Ideologi dianggap sebagai satu landasan dalam

membuat suatu keputusan serta bertindak, dan kadang kebenarannya tidak bisa

diganggu-gugat.

4. Pemilih Skeptis

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan

sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan

sebagai sesuatu yang penting.Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik

pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang

rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan ‘platform’ dan kebijakan sebuah

partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka

melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun

dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa

ke arah perbaikan yang mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan

emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan.

Dalam penelitian ini, alat peraga kampanye yang ditempatkan di

transportasi umum merupakan media luar ruang. Jangkauannya terbatas, kecuali

orang yang lewat dan sempat mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun

sepintas lalu, tetapi memiliki kelebihan karena bisa tahan lama.23

23

Hafied Cangara. Op. Cit., hal. 378

Media luar

ruang cukup memberi pengaruh pada orang yang lalu lalang atau yang melihat

(26)

politik atau kandidat pemilu pada perusahaan reklame. Tentu saja diharapkan agar

media luar ruang dibuat lebih menarik karena sifatnya visual. Untuk media luar

ruang sedapat mungkin menggunakan foto yang close-up dan tidak memuat

banyak pesan tertulis sebab media seperti ini tujuannya hanya untuk

mengingatkan orang pada sang kandidat.24 Masyarakat yang telah mengingat

dapat mencari tahu asal usul maupun track record kandidat dan partainya,

sehingga dapat membantu seorang pemilih dalam menentukan pilihannya pada

saat pemilu berlangsung. Alat peraga kampanye yang membantu masyarakat

untuk mengetahui calon kandidat legislatif, tetapi selama kampanye berlangsung

masyarakat dapat saja mengubah pikirannya dalam pemilihan. Hal ini dapat

dilihat dengan berbagai macam tipe-tipe perilaku pemilih. Kategori pemilih ini

yang dapat menjadi penentuan masyarakat memilih seorang kandidat berdasarkan

pikiran rasionalnya, kritis, tradisional, skeptis atau dari beberapa faktor

pendukung dalam kampanye seperti alat peraga kampanye dalam media luar

ruang.

F. Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan

kata thesis. Hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat.25

24

Ibid., hal. 406

Dengan

demikian hipotesis diartikan sebagai teori yang kurang sempurna. Dirumuskan

dengan cara lain hipotesis berarti kesimpulan yang belum final karena belum diuji

25

(27)

atau dibuktikan kebenarannya.26

- Hipotesis Alternatif (Ha) : bahwa penempatan alat peraga kampanye di

transportasi umum berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III pada

pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014.

Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan

pengertian yang dikemukakan maka hipotesis yang diajukan penulis adalah

sebagai berikut:

- Hipotesis Nol (H0) : bahwa penempatan alat peraga kampanye di

transportasi umum tidak berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III

pada pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014.

G. Kerangka Konseptual

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam definisi konsep akan

dibentuk menjadi suatu gambar/model paradigma berpikir penelitian sebagai

berikut:

26

(28)

• Penempatan

• Jenis

• Isi / Pesan

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

H. Defenisi Konsep

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan defenisi konsep sebagai

berikut:

1. Alat Peraga Kampanye

Alat peraga kampanye merupakan media luar ruang yang dipakai oleh

kandidat politik untuk memperkenalkan diri secara persuatif (tidak

memaksa) yang menyertakan profil diri, serta pesan singkat menarik

kepada masyarakat.

- Penempatan : Wadah atau ruang bagi alat peraga kampanye,

ditempatkan di luar ruang yang menjadi bagian dalam masyarakat

dan menjangkau khalayak.

- Jenis : Media luar ruang yang memiliki berbagai jenis dan

fungsi dari setiap alat peraga kampanye. Bentuk/jenis alat peraga

kampanye dipakai pada masa kampanye dilaksanakan dan saat

kampanye berlangsung. Alat Peraga Kampanye

Perilaku Pemilih

• Rasional

• Kritis

(29)

- Isi/pesan : Merupakan suatu pesan singkat yang didasarkan

pada pertimbangan kesederhanan, kedekatan dengan situasi

khalayak, kejelasan, keringkasan, kebaruan, konsistensi,

kesopanan, dan kesesuaian objek kampanye.

2. Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih merupakan tindak respon terhadap lingkungan politik

tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan

dalam masyarakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai

bentuk, dalam pengambilan keputusan pada pemilu.

a. Pemilih Rasional

Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai

politik atau calon kontestan dalam program kerjanya.

b. Pemilih Kritis

Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara

sistem nilai partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat.

c. Pemilih Tradisional

Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya,

nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih

sebuah partai politik. Biasanya pemilih jenis ini lebih

mengutamakan figur dan kepribadian pemimpin dan nilai historis

sebuah partai politik atau seorang kontestan.

(30)

Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi

dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak

menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting.

I. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah operasionalisasi dari variabel, berupa

pengukuran (measurement) atau pengujian (test) suatu variabel. Pengukuran

atau pengujian tersebut bisa dilihat dari indikator, kriteria, tolak ukur, alat

ukur, alat uji untuk menentukan kualitas atau kuantitas sesuatu

variabel.unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu

variabel sehingga dengan pengkuran tersebut dapat diketahui

indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel tersebut.27

Berdasarkan judul skripsi terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas

(X) dan variabel terikat (Y). Masing-masing variabel tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut.

1. Variabel Bebas (X) : Alat Peraga Kampanye

a. Sub Variabel X1 : Penempatan Alat Peraga Kampanye

- Alat peraga kampanye ditempatkan di transportasi umum

- Jangkauan alat peraga kampanye pada pengguna

transportasi umum

b. Sub Variabel X2 : Jenis Alat Peraga Kampanye

- Spanduk yang ditempatkan di becak bermotor

- Stiker yang ditempel pada angkutan umum

27

(31)

- Digital Billboard yang ditempatkan di angkutan umum

c. Sub Variabel X3 : Isi/Pesan

- Kelengkapan isi dari alat peraga kampanye

- Kejelasan isi dari alat peraga kampanye

2. Variabel Terikat (Y) : Perilaku Pemilih

a. Pemilih Rasional

- Policy problem solving tinggi : Mengutamakan kemampuan

partai dan kinerja kerja caleg dengan partai Dapil III

- Ideologi rendah : program kerja caleg Dapil III atau partai

hanya sebagai faktor pendukung.

b. Pemilih Kritis

- Policy problem solving tinggi : pengetahuan pemilih

tentang visi,misi dan track record caleg Dapil III

- Ideologi tinggi : memilih berdasarkan kesamaan ideologi,

platform (partai nasionalis,agama,dll) dan partai pengusung

caleg Dapil III

c. Pemilih Tradisional

- Policy problem solving rendah : Pemilih yang dapat

dimobilisasi selama kampanye di Dapil III

- Ideologi tinggi : mengutamakan kedekatan sosial-budaya,

nilai, asal-usul, paham dan agama caleg dan partai Dapil III

d. Pemilih Skeptis

- Policy problem solving rendah : pemilih yang tidak melihat

(32)

- Ideologi rendah : pemilih yang tidak tahu

sosial-budaya,agama maupun paham partai maupun caleg Dapil

III

J. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam menjawab serta

mempelajari peraturan yang terdapat dalam suatu penelitian.Ditinjau dari sudut

filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang

menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.28

J.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian dalam

penelitian ini adalah :

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kuantitatif. Jenis penelitian ini digunakan karena peneliti ingin menggambarkan

pengaruh alat pearaga kamapanye yang ditempatkan pada transportasi umum

sebagai mediakampanye luar ruang calon legislatif Daerah pemilihan III di Kota

Medan pada Pemilihan Legislatitf 2014.

J.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah pemilihan (Dapil) III yang terdiri dari 4

(empat) kecamatan yaitu Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan

Helvetia. Pemilihan lokasi di daerah ini karena peneliti melihat adanya beberapa

28

(33)

calon legislatif Dapil III yang memakai alat peraga kampanye melalui transportasi

umum.

J.3 Populasi dan Sampling J.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi penelitian ini adalah masyarakat Daerah Pemilihan

(Dapil) III DPRD Kota Medan yaitu sebanyak 293.927 jiwa.

J.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan ketentuan besaran

sampel atas besaran populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian

ini, maka penulis menggunakan Taro Yamane:

𝑛 = 𝑁

𝑁.𝑑2+ 1

Keterangan:

n : Jumlah sampel yang dicari.

N : Jumlah populasi.

D² = Presesi ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %.

𝑛 = 𝑁

𝑁.𝑑2 + 1

𝑛 = 293.927

293.927(0,01) + 1

𝑛 =293.927

2940,27

(34)

Teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah teknik sampling

probabilitas. Teknik sampling ini memberikan kesempatan yang sama

kepada setiap anggota populasi agar dapat terpilih untuk menjadi sampel

dalam penelitian.29 Pewawancara dalam penelitian ini akan melakukan

wawancara tatap muka dari rumah ke rumah dengan mengaplikasikan teknik

sampling probabilitas. Mempertimbangkan bahwa jumlah populasi

penduduk berusia 15 tahun keatas di 4 Kecamatan tersebut merupakan

jumlah yang besar, maka teknik sampling probabilitas yang akan digunakan

adalah multistage random sampling. Multistage random sampling terdiri dari

dua atau lebih bentuk random sampling. Proses dari sampling ini biasanya

dimulai dengan melakukan random cluster sampling, yaitu mengambil

secara acak anggota dari populasi yang menjadi bagian dari kelompok

tertentu atau disebut juga “cluster”, dan kemudian mengaplikasikan simple

random sampling, yaitu menggunakan tabel acak.30

1. Pemilihan Rukun Tetangga (RT) sebagai unit sampling sekunder. Di setiap

kelurahan tempat penelitian dilangsungkan, hanya terdapat maksimal 5

responden dalam tiap RT dengan menggunakan systematic random sampling. Dalam penelitian ini,

aplikasi dari multistage random sampling akan sebagai berikut:

2. Pemilihan unit rumah tangga sebagai unit sampling primer. Dalam setiap RT

yang terpilih sebelumnya, unit rumah tangga akan dipilih juga dengan

menggunakan systematic random sampling. Titik awal dan interval yang akan

dilakukan oleh pewawancara sudah ditetapkan dari awal. Dengan begitu,

setiap rumah tangga dalam RT memiliki kemungkinan yang sama untuk

29

Sherri, L Jackson. 2006. Research Methods and Statistics. Belmont: Thomson Wadsworth. hal.145 30

(35)

terpilih. Tetapi dalam hal ini, peneliti hanya memilih jumlah rumah tangga

yang terpilih dari setiap kelurahan.

3. Dalam setiap rumah tangga, responden yang berusia 15 tahun keatas yang

memenuhi kriteria akan dipilih untuk diwawancarai. Jika terdapat lebih dari

satu orang dalam rumah tangga yang memenuhi kriteria tersebut,

pewawancara akan menggunakan tabel acak Kish Grid untuk menentukan

responden terpilih. Tabel acak Kish Grid merupakan tabel acak yang

dikembangkan oleh Leslie Kish pada tahun 1949 dan digunakan pada saat

melakukan survey berskala besar. Teknik ini digunakan dalam equal

probability sampling untuk memilih responden saat ditemukannya lebih dari

satu orang yang memenuhi syarat saat pewawancara mengunjungi satu unit

rumah tangga.31

Dengan populasi Dapil III yang terdiri dari Kecamatan Medan Baru,

Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia yaitu 293.927. Pembagian

populasi dari setiap kecamatan kemudian ditarik kembali dari beberapa

kelurahan sebagai penentuan jumlah sampel.

Tetapi dikarenakan keterbatasan peneliti, penentuan sampel

responden dengan maksimal 5 responden acak dalam tiap rumah tangga yang

terpilih.

Dari jumlah populasi tersebut, maka akan diperoleh jumlah sampel

dari tiap kelurahan, dengan rumus:

Sampel 1 = 𝑝𝑜𝑝𝑙𝑎𝑠𝑖1

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

31

(36)

1. Kecamatan Medan Baru, terdiri dari kelurahan: 2. Kecamatan Medan Petisah, terdiri dari kelurahan:

- Petisah Tengah (S7) : 10.393 3. Kecamatan Medan Barat, terdiri dari kelurahan:

(37)

- Sei Agul (S1) : 17.580

293.927𝑥 100 = 5,9 𝑎𝑡𝑎𝑢 6 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

- Silalas (S19) : 8.051

293.927𝑥 100 = 2,7 𝑎𝑡𝑎𝑢 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 4. Kecamatan Medan Helvetia, terdiri dari kelurahan:

- Cinta Damai (S20) : 16.589 Dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Sampel Tiap Kelurahan dari Setiap Kecamatan

No. Kecamatan Kelurahan Populasi Sampel

(38)

PULO BERAYAN

KOTA 13.849 5

SEI AGUL 17.580 6

SILALAS 8.051 3

4. Medan Helvetia CINTA DAMAI 16.589 6

DWIKORA 16.962 6

HELVETIA 12.029 4

HELVETIA TENGAH 29.667 10

HELVETIA TIMUR 19.452 7

SEI SIKAMBING CII 12.209 4

TANJUNG GUSTA 22.882 8

TOTAL 293927 100

J.4 Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam peneltian ini dikelompokkan menjadi dua

bagian, yakni data primer dan data sekunder:

1. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti

penyebaran kuesioner, wawancara dari pihak terkait dan Observasi

kepada objek yang diteliti;

2. Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data

yang berasal dari buku, berita, peraturan perundang-undangan, dan

sebagainya.

J.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik

yang relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan penelitian

lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research).

Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan :

1. Penelitian Lapangan (field research): Penyebaran Kuesioner diberikan

(39)

pengumpulan data penelitian ini juga berupa observasi. Observasi

merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dijalankan dengan cara

mengadakan penelitian secara teliti, dengan jalan pencatatan dan

pengamatan secara sistematis.32

2. Pengumpulan data penelitian kepustakaan (library research) yaitu:

dengan mendapatkan data dari buku-buku, jurnal, dokumen lembaga dan

sumber-sumber lain yang berkaitan.

Kemudian disertai dengan data

dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

J.6 Teknik Pengukuran Skor

Pengukuran skor pada penelitian ini menggunakan skala Likert.

Skala Likert dirancang untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial.Jawaban setiap item

instrument memiliki gradasi sangat positif sampai sangat negatif.33

Adapun penentuan skor dari setiap pertanyaan adalah sebagai berikut:

1. Sangat Setuju (SS) : diberi skor 4

2. Setuju (S) : diberi skor 3

3. Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

4. Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing

variabel apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat

rendah maka terlebih dahulu ditetapkan hasil kelas intervalnya. Berdasarkan

32

Imam Gunawan, S. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.Jakarta: PT. Bumi Aksara. hal.143.

33

(40)

alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas

intervalnya sebagai berikut :

𝐼 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙= 4−1

4 = 0,75

Dengan demikian, dapat ditentukan kategori jawaban dari masing-masing variabel, yaitu:

1. Skor untuk kategori sangat kuat = 3,25 – 4,00

2. Skor untuk kategori kuat = 2,50 – 3,24

3. Skor untuk kategori rendah = 1,74 – 2,49

4. Skor untuk kategori sangat rendah = 0,98 – 1,73

J.7 Teknik Analisis Data

Pada penelitian kuantitatif ini, peneliti menggunakan analisa data

deskriptif yaitu dengan menggambarkan sampel yang dituju seperti profil dari

responden. Analisis deskriptif ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan

presentatif. Dan analisis data inferensial, yaitu teknik analisis sampel yang

digunakan untuk menjawab hasil data responden dengan memakai rumus Korelasi

Momen Produk Pearson.

J.7.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang didapat

setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang

digunakan (kuesioner). Apabila instrumen sudah disusun, instrumen

disebarkan kepada kelompok responden, yaitu sampel yang telah ditentukan

(41)

acak. Setelah instrument dikembalikan, maka dapat dilakukan pengujian

validitas secara statistik.34

Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah

dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item

tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut

Sugiyonoyang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut

:

Menghitung korelasi antara masing-masing

pertanyaan dengan skor total yang menggunakan rumus teknik Korelasi

Product Moment Pearson .

35

a. Jika r ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid,

b. Jika r ≤ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak

valid.

Dengan uji validaitas empiris atau statistik. Adapun uji validitas

statistik dapat dilakukan dengan cara menggunakan rumus Pearson’s

Product Moment, yaitu:

N : Banyakknya data keseluruhan

∑X : jumlah skor X

34

Ibid., hal 79 35

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Hal.134

36

(42)

Interpretasi menggunakan tabel nilai "r" product moment (𝑟𝑡), denganterlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degress of freedom (df), yaitu:37

df = N – nr

Keterangan:

df : Degrees of Freedom

N : Number of Cases

Nr : Banyaknya variable

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS

(Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.

J.7.2 Uji Reliabilitas

Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk melihat apakah instrument

penelitian merupakan instrument yang handal dan dapat dipercaya.38 Teknik

perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan

menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha yang dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :39

Dimana,

k : banyaknya belahan item

Si2 : Varians dari item ke –i

S2 : Total varians dari keseluruhan item

(43)

Dikatakan bahwa sebuah pertanyaan yang reliabel mungkin saja tidak

valid, tetapi jika pertanyaan tersebut tidak reliabel maka pasti tidak valid. Hal ini

berarti sebuah ukuran tidak akan valid jika tidak reliabel. Maka dari itu reliabilitas

merupakan kondisi yang penting untuk validitas. Perhitungannya adalah dengan

menggunakan Croanbach’s alpha.

Teknik pengukuran reliabilitas terhadap instrumen penelitian

yangdigunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach. Besaran

koefisien Alpha yang diperoleh sama dengan besaran koefisien korelasi, yaitu

antara 0-1. Jika dikelompokkan berdasarkan koefisiennya untuk melihat seberapa

reliabelsuatu alat ukur, maka dapat dilihat sebagai berikut:40

- Nilai Alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel - Nilai Alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel - Nilai Alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel - Nilai Alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

- Nilai Alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS

(Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.

J.7.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel Alat Peraga Kampanye

(APK) terhadap variabel Perilaku Pemilih, maka penelitian ini menggunakan

analisis statistik regresi linier sederhana.41

40

Dalam tesis: Ardha Renzulli.2012. Hubungan FaktorKredibilitas Media Terhadap Aktivitas Akses Berita Online BerdasarkanSegmentasi PsikografiIs.Jakarta: FISIPUI

Persamaan yang digunakan adalah:

Y = a + bX

41

(44)

Keterangan :

Y = Perilaku Pemilih

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X = Alat Peraga Kampanye (APK)

J.7.4 Uji Hipotesis

1. Uji Signifikansi Parsial (Uji-T)

Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis regresi parsial (sebuah

variabel bebas dengan sebuah variabel terikat). Misalnya peneliti

bermaksud menguji apakah alat peraga kampanye (APK) pada transportasi

umum berpengaruh signifikan terhadap pilihan pemilih, maka

hipotesisnya:

a. H0 : Pengaruh APK pada transportasi umum terhadap pilihan pemilih

tidak signifikan.

b. Ha : Pengaruh APK pada transportasi umum terhadap pilihan pemilih

signifikan.

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Tolak H0 jika nilai probabilitas ≤ taraf signifikan sebesar 0,05 (Sig. ≤ α 0,05)

b. Terima H0 jika nilai probabilitas > taraf signifikan sebesar 0,05 (Sig. > α 0,05)

2. Analisis Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antar

variabel yang diteliti. Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(45)

kekuatan hubungan timbal balik antara 2 variabel. Ukuran yang dipakai untuk

mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara X dan Y disebut koefisien

korelasi (r).

Nilai koefisien korelasi paling sedikit -1 dan paling besar 1 jadi r

dapat dinyatakan dengan -1 < r < 1 yang berarti :

- r = -1, artinya terdapat hubungan linier negatif antara variabel X terhadap

Y

- r = 0, artinya tidak terdapat hubungan linier antara variabel X terhadap Y - r = 1, artinya terdapat hubungan linier positif antara variabel X terhadap Y

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien

Determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin

baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0 < R2 < 1. Sebaliknya, jika R2

semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh

variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model

yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas

yang diteliti terhadap variabel terikat.42

42

(46)

K. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II : DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL CALON

LEGISLATIF DAPEIL III DPRD KOTA MEDAN

Dalam Bab ini akan mendeskripsikan lokasi penelitian dan profil calon

legislatif pada Dapil III kota Medan yang memasang alat peraga kampanye

melalui transportasi umum tersebut.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam Bab ini berisi penyajian dan analisa data yang diperoleh dari

pengumpulan data dan teknik analisa data serta pembahasan pada

penelitian Dapill III kota Medan dalam Pemilihan Legislatif 2014.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan ini. Bab ini yang berisi

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Karena nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi dalam konseling dengan pelaksanaan pelayanan ANC

Prior to developing PLS calibration model, an exploratory analysis using PCA ( principal component analysis ) on all spectral data was performed in order to investigate the presence

Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi proses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orlando menyatakan

Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat di kalangan

Mobil-mobil tersebut kemudian menarik hati para otaku sehingga mereka mulai mengikuti menghias mobil-mobil mereka menjadi itasha meski kebanyakan mereka tidak menggunakan

Apabila dalam keadaan yang sangat memaksa perkawinan di bawah umur dapat dilakukan dengan mengajukan dispensasi ke pengadilan agama yang telah ditunjuk oleh kedua orang tua dari

Sesuai dengan hasil analisis data primer, maka masing- masing instrumen yang digunakan dalam penelitian memiliki hasil uji yang menunjukkan bahwa angka cronbach

Pada perkebunan tanaman karet Jamur Akar Putih merupakan penyakit umum dan yang paling merugikan pada tanaman karet.Penyakit ini adalah penyakit yang utama pada tanaman