commit to user i
HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KEMAMPUAN PENYELESAIAN
SOAL CERITA SISWA KELAS IV SD SE KECAMATAN KLIRONG TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: NUR’AENI
X7210101
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Desember 2012
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NUR’AENI
NIM : X7210101
Jurusan/Program Studi : FKIP/PGSD Guru Kelas
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “HUBUNGAN KEMAMPUAN
MEMBACA PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA SISWA KELAS IV SD SE KECAMATAN KLIRONG TAHUN AJARAN 2011/2012” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user iii
HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KEMAMPUAN PENYELESAIAN
SOAL CERITA SISWA KELAS IV SD SE KECAMATAN KLIRONG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
NUR’AENI X7210101
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Desember 2012
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Desember 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Imam Suyanto, M. Pd. Drs. Joharman, M. Pd.
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA
PEMAHAMAN DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL CERITA SISWA KELAS IV SD SE KECAMATAN KLIRONG TAHUN AJARAN 2011/2012” yang disusun oleh:
Nama : NUR’AENI NIM : X7210101
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 18 Desember 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. ... Sekretaris : Kartika Chrysti S., M.Si. ... Anggota I : Drs. Imam Suyanto, M.Pd. ... Anggota II : Drs. Joharman, M.Pd. ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001
commit to user vi
MOTTO
Karya terindah dari dalam hati adalah mengubah benci menjadi kasih sayang
Percayalah pada diri sendiri, dan yakinlah bahwa kita pasti bisa!
Hadapi masalah dengan ketenangan jiwa dan berdoa
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk: Ayah dan ibuku tercinta
yang selalu memotivasi dan mendoakanku setiap waktu, terima kasih atas pengorbanan dan kasih sayangmu yang tiada batas
Nur Shodik dan Kharisah Kakak dan adikku tersayang
terima kasih karena telah menghiburku disaat aku merasa lelah dan bosan
Sahabat dan temanku semua
terima kasih atas semangat dan kerjasamanya
Kasih dan cinta yang selalu datang memotivasiku
FKIP UNS Kampus VI Kebumen, almamater tercinta
commit to user viii
ABSTRAK
Nur’ Aeni. HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN
MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KEMAMPUAN
PENYELESAIAN SOAL CERITA SISWA KELAS IV SD SE KECAMATAN KLIRONG TAHUN AJARAN 2011/2012.
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan: (1) Apakah ada hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se Kecamatan Klirong Tahun Ajaran 2011/2012; (2) Apakah ada hubungan minat belajar matematika dengan kemampuam penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se Kecamatan Klirong Tahun Ajaran 2011/2012; (3) Apakah ada hubungan kemampuan membaca pemahman dan minat belajar matematika secara brsama-sama dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se Kecamatan Klirong Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian korelasi. Populasinya adalah seluruh siswa sekolah dasar negeri kelas IV di Kecamatan Klirong tahun ajaran 2011/2012, sejumlah 38 sekolah dasar negeri. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling, karena sekolah yang terpilih akan dijadikan sampel. Sejumlah 3 sekolah dipilih untuk dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan angket. Analisis data penelitian menggunakan uji normalitas Lilliefors yang digunakan untuk menguji keadaan distribusi sampel, uji linearitas dengan uji regresi linear, dan uji homogenitas dengan uji Bartlett.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) ada hubungan kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD; (2) ada hubungan minat belajar matematika dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD; (3) ada hubungan kemampuan membaca pemahaman dan minat belajar matematika secara bersama-sama dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD.
commit to user ix
ABSTRACT
Nur ‘Aeni. THE CORRELATION OF ABILITY ON READING
COMPREHENSION AND LEARNING INTEREST ON MATHEMATICS WITH THE ABILITY ON COMPLETING STORY QUESTIONS AT FOURTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL IN KLIRONG SUB-DISTRICT IN THE ACADEMIC YEAR 2011/2012.
Skripsi, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University of Surakarta, Desember 2012.
The purposes of this study are proofing (1) a correlation between ability on reading comprehension with ability on completing story questions at fourth grade students of Elementary School in Klirong Sub-District, (2) a correlation between learning interest on mathematics learning with ability on completing story questions at fourth grade students of Elementary School in Klirong Sub-District, (3) a correlation between ability on reading comprehension and learning interest on mathematics on work together with ability on story questions at fourh grade students of Elementary School in Klirong Sub-District.
This research is quantitative research with correlation method. The population is all of fourth grade students, and there are 38 schools in Klirong Sub-District. The writer takes sample uses cluster random sampling, because she will select 3 school to be sampled.In this research the writer chooses the test and questionnaire for collecting the data and normality lillefors test for analyzing data. It uses to test the state of the sample distribution, linearity test by linear regression, and homogenity test by bartlett test.
Based on these research, can be conclude that: (1) there is a correlation between ability on reading comprehension with ability on completing story questions at fourth grade students of Elementary School in Klirong Sub-District, (2) there is a correlation between learning interest on mathematics learning with ability on completing story questions at fourth grade students of Elementary School in Klirong Sub-District, (3) there is a correlation between ability on reading comprehension and learning interest on mathematics on work together with ability on story questions at fourh grade students of Elementary School in Klirong Sub-District.
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penulisan skipsi;
2. Ketua jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret;
3. Ketua Program Studi Strata 1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret;
4. Drs. Imam Suyanto, M.Pd., selaku Koordinator Pelaksana Program Studi PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen dan selaku pembimbing 1, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan serta bantuan dalam berbagai kepentingan yang berhubungan dengan perkuliahan hingga terselesaikannya penulisan skripsi;
5. Sekretaris Pelaksana Program S1 PGSD FKIP UNS Kebumen;
6. Drs. Joharman, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan mulai dari penyusunan proposal hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini;
7. Kepala UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan Klirong, yang telah memberi ijin penelitian di Sekolah Dasar se Kecamatan Klirong,
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi S1 PGSD FKIP UNS Kampus Kebumen yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada peneliti; 9. Kedua orang tua dan semua anggota keluarga yang senantiasa memberikan
dorongan, perhatian, serta untaian do’a yang tak pernah putus kepada Allah SWT untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan belajar pada Program Studi S1 PGSD UNS;
commit to user xi
10. Keluarga SD Negeri 2 Gebangsari, yang telah membantu dan memudahkan saya menyelesaikan skripsi ini;
11. Sahabat-sahabatku, yang telah memberi semangat, dorongan, dan keceriaan serta membantu saya dalam penyusunan skripsi ini;
12. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2012
commit to user xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB IIKAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Has1l Penelitian yang Relevan ... 9
B. Kerangka Berpikir ... 29
C. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
B. Metode Penelitian ... 35
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 37
commit to user xiii
E. Teknik Analisis Data... 40
F. Analisis Data ... 53
G. Hipotesis Statistik ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 61
B. Pengujian Analisis Data ... 66
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 74
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 78
B. Implikasi ... 79
C. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 83
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Rata-rata Nilai Try Out Ujian Nasional Tahun Ajaran 2011/2012 ... 3
2 Jadwal Penelitian ... 34
3 Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Membaca pemahaman ... 44
4 Hasil Uji Coba Instrumen Minat Belajar Matematika ... 49
5 Rangkuman Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear Y atas X ... 55
6 Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett ... 57
7 Ukuran Tendensi Sentral Kemampuan Membaca Pemahaman ... 63
8 Ukuran Tendensi Sentral Minat Belajar Matematika ... 64
9 Ukuran Tendensi Sentral Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita ... 66
10 Rekap Penghitungan Normalitas ... 68
11 Daftar Analisis Varians Regresi Y atas X1 ... 69
12 Daftar Analisis Varians Regresi Y atas X2 ... 69
13 Rekap Penghitungan Regresi ... 70
14 Rekap Uji Signifikansi ... 70
15 Harga-harga yang perlu untuk uji Bartlett ... 71
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Histogram Distribusu Frekuensi Nilai Kemampuan MembacaPemahaman.. 62 2 Histogram Distribusu Frekuensi Skor Angket Minat Belajar Matematika .... 64 3 Histogram Distribusu Frekuensi Nilai Kemampuan PenyelesaianSoal
commit to user xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Kemampuan Membaca Pemahaman ... 87
2 Instrumen Uji Coba Kemampuan Membaca Pemahaman ... 89
3 Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Kemampuan Membaca Pemahaman.... 94
4 Daftar Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Membaca Pemahaman ... 95
5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Membaca Pemahaman ... 103
6 Instrumen Penelitian Kemampuan Membaca Pemahaman ... 105
7 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Kemampuan Membaca Pemahaman .. 108
8 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Minat Belajar Matematika ... 109
9 InstrumenUji Coba Minat Belajar Matematika ... 110
10 Daftar Hasil Uji Coba InstrumenMinat Belajar Matematika ... 112
11 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Minat Belajar Matematika ... 120
12 InstrumenPenelitian Minat Belajar Matematika ... 121
13 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita ... 123
14 Instrumen Uji Coba KemampuanPenyelesaian Soal Cerita ... 124
15 Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba KemampuanPenyelesaian Soal Cerita . 126 16 Daftar Hasil Uji Coba Instrumen KemampuanPenyelesaian Soal Cerita ... 130
17 Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 133
18 Hasil Angket Minat Belajar Matematika ... 138
19 Hasil Tes KemampuanPenyelesaian Soal Cerita ... 143
20 Uji NormalitasKemampuan Membaca Pemahaman ... 148
21 Uji NormalitasMinat Belajar Matematika... 151
22 Uji NormalitasKemampuanPenyelesaian Soal Cerita... 154
23 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors ... 157
24 Penghitungan Regresi Linier Sederhana Y atas X1 ... 158
25 Daftar Distribusi F ... 163
26 Penghitungan Regresi Linier Sederhana Y atas X2 ... 164
27 Penghitungan Regresi Linier Ganda Y atas X1 dan X2 ... 169
commit to user xvii
29 Daftar Distribusi Chi-kuadarat ... 179
30 Penghitungan Korelasi ... 180
31 Daftar Distribusi t ... 183
commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Tujuan dari mata pelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solussi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berbagai bentuk soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika diantaranya berupa soal cerita dan non cerita. Memahami makna tujuan mata pelajaran matematika yang ketiga, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan tersebut berkaitan dengan penyelesaian soal cerita beserta langkah-langkahnya. Soal cerita matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yang didalamnya terkandung konsep matematika (Rahardjo dan Waluyati, 2011). Pengertian soal cerita matematika pada uraian di atas mengindikasikan bahwa siswa sudah sering kali menyelesaikan soal cerita. Namun soal cerita yang masih disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda maupun soal isian dan terkadang soal cerita yang benar-benar harus diselesaikan dengan langkah-langkah penyelesaikan soal cerita.
commit to user
Soal cerita yang masih disajikan dalam bentuk pilihan ganda maupun isian dapat diselesaikan dengan mudah oleh siswa. Caranya dengan mengubah soal tersebut dalam bentuk kalimat matematika dan menyelesaikan kalimat matematika tersebut. Selanjutnya menyilang salah satu jawaban yang benar jika soal tersebut berbentuk pilihan ganda dan mengisi jawaban jika soal tersebut berbentuk soal isian.
Soal cerita yang benar-benar berbentuk cerita atau pertanyan yang harus dijawab harus diselesaikan dengan langkah-langkah yang benar. Langkah pertama untuk menyelesaikan soal cerita adalah dengan membaca dan memahami isi beserta maksud dari soal yang ada, kemudian menuliskan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal. Selanjutnya adalah mengubah isi soal dalam bentuk kalimat matematika dan menyelesaikannya. Oleh karenanya kemampuan membaca pemahaman sangat dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan soal cerita dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memahami isi dan maksud dari soal cerita tersebut.
Rahim (2007) menyatakan bahwa “Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang” (hlm. 1). Ini berarti orang yang sering membaca akan memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang jarang membaca. Karena dengan membaca orang akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan wawasan dari apa yang baru saja dibacanya. Kegiatan membaca merupakan sesuatu yang penting, sehingga perlu diajarkan sejak masih kanak-kanak (minimal saat duduk di bangku Taman Kanak-Kanak). Siswa yang memahami arti pentingnya belajar membaca pasti akan termotivasi untuk belajar. Apalagi kegiatan membaca terlibat pada setiap aspek kehidupan.
Melihat, membaca, dan memahami soal try out ujian nasional tahun ajaran 2011/2012 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar soal try out membutuhkan kemampuan membaca. Membaca soal dari mata pelajaran yang di try outkan dengan maksud agar dapat menyelesaikannya. Berdasarkan hasil dua kali try out yang diikuti oleh semua siswa kelas VI di seluruh Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Klirong tahun ajaran 2011/2012 ternyata rata-rata hasil try out pertama dan kedua
commit to user
mengalami peningkatan. Hasil kedua try out secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Rata-rata Nilai Try Out Ujian Nasional Tahun Ajaran 2011/2012
NO MATA PELAJARAN NILAI RATA-RATA
TRY OUT I TRY OUT II
1 Matematika 5,30 6,11
2 Bahasa Indonesia 7,73 7,44
3 IPA 6,78 7,24
Rata-rata 6,60 6,93
Semua bentuk soal yang disajikan dalam kegiatan try out adalah pilihan ganda, termasuk soal matematika. Di depan telah diuraikan bahwa soal cerita matematika dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda maupun isian. Termasuk soal matematika yang ada pada soal try out juga terdapat beberapa soal cerita matematika. Hasil try out untuk mata pelajaran matematika masih tergolong sedang, hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas VI di Kecamatan Klirong mempunyai minat belajar matematika yang masih tergolong sedang. Keadaan siswa yang demikian, maka dimungkinkan siswa yang masih duduk di kelas IV SD di Kecamatan Klirong juga masih memiliki minat belajar matematika yang tidak jauh berbeda dengan siswa yang duduk di kelas VI.
Kemampuan dalam memahami isi bacaan tidak hanya diberikan atapun diperlukan saat siswa mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hampir semua mata pelajaran membutuhkan kemampuan memahami isi bacaan. Termasuk mata pelajaran matematika yang sebagian besar berkaitan dengan kegiatan berhitung. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (masalah kontekstual). Kemudian secara bertahap siswa dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Saat mata pelajaran matematika yang berkaitan dengan soal cerita berlangsung. Guru perlu membelajarkan dan memberikan contoh kepada siswa untuk
commit to user
dapat menyelesaikan soal cerita dengan benar. Langkah-langkah menyelesaikan soal cerita telah diuraikan di depan.
Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran matematika salah satunya adalah menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan matematika. Dalam mata pelajaran matematika masalah-masalah seperti tadi dituangkan dalam bentuk soal cerita. Padahal untuk menyelesaikan soal cerita dibutuhkan waktu yang lama dan dianggap terlalu menyita waktu dan kurang bermanfaat. Tetapi setelah guru memberikan contoh menyelesaikan soal cerita dengan langkah-langkah yang ada membuat siswa mau untuk berusaha belajar menyelesaikan soal cerita dengan langkah-langkah yang benar.
Penilaian terhadap sesuatu bermanfaat atau tidak akan memicu timbulnya minat. Bila seseorang merasa sesuatu tersebut mempunyai manfaat yang sangat besar terutama manfaat untuk dirinya, maka dari diri seseorang tersebut akan muncul minat yang besar pada sesuatu tadi. Begitu juga sebaliknya, jika sesuatu dirasa kurang bermanfaat, maka minat orang tersebut pada sesuatu tadi akan rendah, bahkan tidak akan timbul minat. Jadi, kebermanfaatan sesuatu akan mempengaruhi timbulnya minat pada sesuatu tersebut.
Minat seseorang terhadap sesuatu akan menjadi motivasi yang cukup besar terhadap orang tersebut untuk melakukan sesuatu yang diminatinya, sehingga sesuatu tersebut akan dilakukannya dengan penuh perhatian. Perhatian yang timbul karena adanya minat akan membuat seseorang memperhatikan sesuatu yang diminatinya dengan sungguh-sungguh tanpa adanya paksaan. Termasuk minat siswa pada mata pelajaran matematika akan menjadikan motivasi yang cukup besar terhadap siswa tadi untuk mengikuti pelajaran matematika dengan sungguh-sungguh.
Membaca, menulis, dan berhitung sudah merupakan kesatuan yang menjadi kebiasaan semua orang setiap harinya. Apalagi bagi peserta didik, rasanya tiada hari tanpa ketiga kegiatan tadi. Siswa SD kelas rendah dianggap masih mempunyai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang masih rendah. Namun jika nanti sudah berada pada kelas tinggi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa akan meningkat. Selain itu ketelatenan siswa dalam latihan membaca, menulis, dan berhitung juga berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa.
Kemampuan-commit to user
kemampuan ini tidak hanya dapat diperoleh di sekolah, tetapi di tempat lain yang dapat dijadikan sumber. Seperti kegiatan membaca yang dapat dilakukan di mana saja asal ada tulisan dan kemauan. Jika setiap ada tulisan, siswa berkeinginan untuk membaca maka hal ini sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan membacanya. Selain itu membaca juga akan menambah perbendaharaan kata yang dimiliki seseorang. Semakin sering orang membaca maka perbendaharaan kata yang dimiliki orang tersebut akan semakin banyak.
Membaca sekilas sering dilakukan orang ketika berada di perjalanan. Ketika membaca, orang tersebut dimungkinkan tidak mengetahui secara jelas isi atau maksud dari tulisan yang dibacanya. Untuk dapat memahami isi bacaan, membaca tidak cukup dilakukan sekali, dua kali, namun perlu berkali-kali. Hal seperti ini tergantung pada mudah sulitnya bacaan itu untuk dipahami dan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memahami bacaan. Terkadang ada orang yang dapat memahami isi dan maksud yang terkandung dalam suatu bacaan dengan sekali membaca, baik yang isi bacaanya mudah dipahami ataupun sebaliknya. Terkadang ada juga yang harus berulang kali membaca untuk dapat menangkap isi bacaan tersebut, baik yang isi bacaanya mudah dipahami ataupun sebaliknya. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan kemampuan antara orang yang satu dengan lainnya.
Kemampuan membaca pemahaman seseorang akan menentukan kecepatan orang tersebut dalam menemukan isi dan maksud dari bacaan yang dibacanya. Setelah isi dari bacaan tersebut diketahui, tindakan yang selanjutnya adalah melaksanakan isi dari bacaan tersebut. Oleh karena itu isi bacaan perlu dipahami dengan benar, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menangkap isi dan melakukan perintah yang ada dalam bacaan.
Soal cerita adalah soal pada mata pelajaran matematika yang disajikan dalam bentuk cerita Kemampuan membaca pemahaman terkait dengan kemampuan penyelesaian soal cerita pada mata pelajaran matematika, untuk dapat menyelesaikan soal cerita terlebih dahulu harus membaca soal tersebut dan memahami isinya. Barulah setelah itu menjawab dari apa yang ditanyakan dalam soal. Walaupun demikian, orang yang mempunyai kemampuan cukup tinggi dalam membaca pemahaman belum tentu orang tersebut mampu menyelesaikan soal cerita karena
commit to user
orang tersebut tidak senang pada matematika. Untuk itu perlu adanya keseimbangan antara kemampuan membaca pemahaman dan minat belajar Matematika dengan penyelesaian soal cerita.
Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dan Minat Belajar Matematika dengan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Siswa Kelas IV SD Se Kecamatan Klirong Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se kecamatan Klirong? 2. Apakah ada hubungan antara minat belajar Matematika dengan kemampuan
penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se kecamatan Klirong?
3. Apakah ada hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan minat belajar Matematika secara bersama-sama dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se kecamatan Klirong?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se kecamatan Klirong. 2. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar Matematika dengan
kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se kecamatan Klirong. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan minat
belajar Matematika secara bersama-sama dengan kemampuan penyelesaian soal cerita siswa kelas IV SD se kecamatan Klirong.
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dengan diadakannya penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan informasi mengenai hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan minat belajar Matematika dengan kemampuan penyelesaian soal cerita.
b. Menambah wawasan mengenai membaca pemahaman, minat belajar Matematika, dan kemampuan penyelesaian soal cerita.
c. Sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Mendorong para siswa agar dapat memanfaatkan waktu luang untuk membaca.
2) Melatih siswa untuk dapat memahami isi bacaan secara cepat dan tepat. 3) Mengurangi rasa tidak senang siswa pada Matematika dan menumbuhkan
minat siswa pada Matematika.
4) Melatih siswa agar mampu menyelesaikan soal cerita dengan langkah-lagkah yang tepat.
b. Bagi pendidik
1) Untuk selalu memberikan penjelasan kepada siswa agar tidak takut mencoba menyelesaikan soal cerita Matematika.
2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai hal yang berhubungan dengan membaca pemahaman, minat belajar Matematika, dan kemampuan penyelesaian soal cerita.
3) Mendorong pendidik agar dapat mengupayakan siswanya menjadi anak yang optimis dan berani mencoba.
c. Bagi peneliti
1) Menambah pengalaman dalam hal membaca pemahaman, minat belajar Matematika, dan kemampuan penyelesaian soal cerita.
commit to user
2) Dapat dijadikan masukan agar kelak dapat menjadi pendidik yang berkualitas.
d. Bagi sekolah
1) Berusaha mengoptimalkan keberfungsian perpustakaan.
2) Untuk selalu melakukan pengawasan terhadap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori
a. Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Siswa Kelas IV SD 1) Karakteristik Siswa Kelas IV SD
Pendapat Desmita (mengutip teori kognitif Piaget) bahwa anak-anak pada usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit (concrete operational) (2008). Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Gunarsa (1981) menyebut tahap operasional konkrit sebagai tahap konkret-operasional. Anak-anak yang tergolong dalam tahap ini adalah anak dengan usia 7-11 tahun, di mana anak-anak ini telah dapat melakukan tugas-tugas konservasi karena telah dapat mengembangkan tiga proses, yaitu negasi, resiprokasi, dan identitas (Abdurrahman, 2003). Melalui proses negasi anak dapat melihat bahwa panjang deretan benda dapat berbeda meskipun jumlah kedua deretan benda tersebut sama. Anak juga dapat melihat hubungan timbal balik atau resiprokasi antara kepadatan atau kerenggangan deretan benda yang jumlahnya sama yang menyebabkan panjang deretan benda berbeda. Proses yang ketiga adalah identitas, anak sudah mengenal identitas benda-benda dalam deretan tersebut dan dapat menghitung jumlahnya untuk menentukan sama atau tidak sama. Hanya saja pada masa ini anak baru dapat memikirkan benda konkrit yaitu benda-benda yang dapat dilihat atau diraba.
Selain mengenai pengembangan tiga proses seperti yang telah disebutkan di atas, perkembangan mengenai hubungan dengan teman sebaya anak usia 7 hingga 11 tahun sudah relatif tinggi. Anak dengan usia ini meluangkan lebih dari 40% waktu yang dimilikinya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
commit to user
Nasution, dkk., (1990) mengemukakan, “Masa usia sekolah sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah” (hlm. 43). Pada masa itu anak akan lebih mudah dididik. Masa bersekolah dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Masa kelas rendah, yaitu antara usia 6 atau 7 tahun sampai usia 9 atau 10 tahun (kelas 1-3 SD).
b) Masa kelas tinggi, yaitu antara usia 9 atau 10 tahun sampai usia 12 atau 13 tahun (kelas 4-6 SD). Anak pada masa ini mempunyai beberapa ciri khas, antara lain:
(1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
(2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
(3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
(4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
(5) Pada masa ini anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
(6) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama dengan membuat peraturan permainan sendiri.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa siswa kelas IV SD berada pada tahap operasional konkrit. Karena siswa kelas IV SD rata-rata berusia 9-10 tahun. Anak-anak dengan usia sekian sudah dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
commit to user
Selain itu anak juga telah dapat melakukan tugas-tugas konservasi karena telah mengembangkan tiga proses, yaitu negasi, resiprokasi, dan identitas.
2) Soal Cerita
a) Pengertian Soal Cerita
Pengertian soal cerita sebagaimana yang dituliskan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terdiri dari dua kata, yaitu kata soal dan kata cerita. Soal berarti hal atau masalah yang harus dipecahkan dan cerita artinya tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu peristiwa yang dipecahkan. Pemecahan masalah yang ada dalam pengajaran matematika biasanya disajikan dalam bentuk soal cerita, namun soal cerita yang diberikan untuk anak sekolah pada tingkat SD masih dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan merupakan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Rahardjo dan Waluyati menyatakan, “Soal cerita matematika adalah soal matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung (+, , x, :) dan relasi (=, <, >, ≤, ≥)” (2011: 8).
Pada buku yang sama halaman 19 “Soal cerita matematika adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yang didalamnya terkandung konsep matematika”. Keadaan yang demikian akan lebih mudah untuk dipahami oleh siswa dibandingkan keadaan yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Uraian mengenai pengertian soal cerita di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita adalah soal pada mata pelajaran matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa.
b) Langkah-langkah Menyelesaikan Soal Cerita
Eicholz mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut:
commit to user (1) memahami apa yang ditanyakan, (2) menemukan data yang dibutuhkan, (3) merencanakan apa yang harus dilakukan,
(4) menemukan jawaban melalui komputasi (penghitungan), (5) mengoreksi kembali jawaban (Ahmad, 2000).
Selain itu, pendapat Ahmad (mengutip saran Skemp) bahwa langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal cerita matematika adalah:
(1) pemahaman masalah, berhubungan dengan masalah dunia nyata; (2) pembuatan model matematika (mathematical model) dalam proses
abstraksi (abstracting);
(3) melakukan interpretasi terhadap masalah semula.
Ditambah lagi kesimpulan yang dikemukakan oleh Polya bahwa langkah-langkah yang diperlukan dalam menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut:
(1) Memahami masalah yang terdapat dalam soal cerita. Dalam hal ini adalah dapat menentukan data yang diketahui dan data yang tidak diketahui (apa yang ditanyakan) dalam soal cerita.
(2) Membuat rencana penyelesaian. Dalam hal ini adalah menentukan hubungan antara data yang diketahui dengan apa yang tidak diketahui (yang ditanyakan) dalam soal. Atau dengan kata lain adalah membuat model (kalimat) matematika sesuai dengan data yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam soal.
(3) Melaksanakan rencana penyelesaian. Dalam hal ini adalah menyelesaikan model (kalimat) matematika yang telah dibuat dengan melakukan komputasi yang sesuai.
(4) Melakukan pengecekan terhadap hasil yang telah diperoleh serta menginterpretasikan hasil tersebut terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal cerita (Ahmad, 2000).
Beberapa pendapat yang mengemukakan tentang langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita di atas dapat diambil
commit to user
kesimpulan mengenai langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita sebagai berikut:
(1) menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, (2) mengubah soal cerita menjadi model (kalimat) matematika,
(3) menyelesaikan model (kalimat) matematika, (4) mengecek kembali hasil yang diperoleh,
(5) menginterpretasikan jawaban terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal (Ahmad, 2000).
c) Contoh Menyelesaikan Soal Cerita
Setelah diuraikan mengenai langkah-langkah menyelesaikan soal cerita, di bawah ini akan diberikan suatu contoh menyelesaikan soal cerita menggunakan langkah-langkah Polya. Perhatikan contoh soal cerita berikut:
Ayah Marbun mengecat kayu sepanjang meter dengan warna hijau dan kuning. Sepanjang meter dicat berwarna hijau. Berapa meter panjang kayu yang dicat kuning?
Langkah-langkah penyelesaian: (1) Memahami masalah
Diketahui : mengecat kayu sepanjang meter dengan warna hijau dan kuning, sepanjang meter dicat berwarna hijau Ditanyakan : panjang kayu yang dicat kuning
(2) Menyusun rencana penyelesaian
panjang kayu yang dicat kuning adalah panjang kayu yang dicat hijau dan kuning ( m) dikurangi panjang kayu yang dicat hijau ( m) (3) Melaksanakan rencana penyelesaian
panjang kayu yang dicat kuning adalah (4) Memeriksa kembali
commit to user (a) Langkah pertama
Karena penyebutnya belum sama maka disamakan terlebih dahulu. Bilangan penyebut 10 dan 2 disamakan menjadi penyebut 10.
(b) Langkah kedua
Jadi, panjang kayu yang dicat hijau adalah meter.
3) Penyelesaian Soal Cerita
Penyelesaian berasal dari kata dasar selesai yang artinya adalah sudah dikerjakan dengan tuntas/ habis/ mengakhiri (Fajri dan Senja, 2008). Berawal dari kata selesai mendapat imbuhan yang berupa awalan pe- dan akhiran -an yang akhirnya menjadi kata penyelesaian. Penyelesaian dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan tuntas.
Sedangkan kaitannya dengan mata pelajaran matematika tentang soal cerita, jika kata penyelesaian digabungkan dengan kata soal cerita akan terbentuk kata penyelesaian soal cerita yang artinya cara yang digunakan oleh seseorang untuk mengakhiri atau memecahkan masalah yang berupa soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari orang tersebut.
4) Kemampuan
Kemampuan mempunyai kata dasar mampu yang artinya kuasa melakukan sesuatu (Fajri dan Senja, 2008). Kata kemampuan mempunyai arti yang tidak jauh berbeda dengan kata mampu. Kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Robbins (2006) mendefinisikan “kemampuan sebagai suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan” (Thohiron, 2012). Sedangkan Thohiron (mengutip pendapat Davis, 2002)
commit to user
mendefinisikan “kemampuan sebagai karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum phisik dan mental seseorang” (2012).
Definisi kemampuan dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang untuk menyelesaikan tugas dalam pekerjaannya.
5) Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita
Berdasarkan uraian yang berkaitan dengan kemampuan, penyelesaian, dan soal cerita, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penyelesaian soal cerita adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk mengakhiri atau memecahkan masalah yang berupa soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari orang tersebut.
b. Kemampuan Membaca Pemahaman 1) Membaca
a) Pengertian Membaca
Klien, dkk., (1996) mengemukakan bahwa “definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif” (Rahim, 2007: 3). Dari definisi membaca di atas dapat dijelaskan satu persatu, pertama membaca merupakan suatu proses artinya informasi dari teks dan pengetahuan pembaca mempunyai peran utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis maksudnya adalah pembaca yang efektif yaitu pembaca yang menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai teks dan konteks dalam mengonstruk makna. Sedangkan yang ketiga adalah membaca merupakan interaktif, hal ini dimaksudkan bahwa orang yang senang membaca teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan, teks itu harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Sedangkan menurut Amir dan Rukayah membaca adalah peristiwa penangkapan dan pemahaman aktifitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bentuk bahasa tertulis dengan tepat dan cermat (1996).
commit to user
b) Tujuan Membaca
Semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari tujuan, termasuk kegiatan membaca. Tujuan utama dari mambaca tidak lain adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Tarigan berpendapat bahwa tujuan membaca antara lain:
(1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus. Atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
(2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
(3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya-setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Membaca seperti ini adalah untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
(4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan. Membaca inferensi (reading for inference).
commit to user
(5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
(6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai (reading to evaluate). (7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,
bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast) (2008).
Orang yang membaca dengan suatu tujuan akan lebih memahami dibandingkan orang yang tidak mempunyai tujuan. Oleh karena itu saat kegiatan membaca di kelas hendaknya guru menyusun tujuan dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai. Tujuan membaca juga dapat disusun sendiri oleh siswa dengan bimbingan dan bantuan dari guru.
Rahim (2007) mengemukakan beberapa tujuan membaca diantaranya: (1) kesenangan; (2) menyempurnakan membaca nyaring; (3) menggunakan strategi tertentu; (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk. dan Irwin dalam Burns dkk., 1996) (hlm. 11).
Selain beberapa tujuan membaca yang telah disebutkan sebelumnya. Kegiatan membaca juga mempunyai tujuan akhir. Abdurrahman mengemukakan tentang tujuan akhir membaca adalah
commit to user
untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam ini ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca (2003).
c) Jenis Membaca
Menurut Amir dan Rukayah jenis membaca dibedakan menjadi tiga yaitu:
(1) Membaca menurut obyek yang dibaca dibagi menjadi dua yaitu membaca semesta dan membaca teks. Membaca semesta merupakan membaca yang menggunakan alam semesta yang menjadi obyek pembacaan sedangkan membaca teks adalah membaca yang menggunakan naskah.
(2) Membaca berdasarkan tingkatan membaca digolongkan menjadi membaca permulaan dan membaca lanjutan. Membaca permulaan merupakan kegiatan membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang tertulis dan pelafalan kata, sedangkan membaca lanjutan adalah kegiatan membaca yang sudah berusaha untuk memahami bacaan yang dibaca.
(3) Membaca berdasarkan tekniknya membaca digolongkan menjadi membaca dengan teknik bersuara dan membaca tidak bersuara. Membaca bersuara meliputi membaca teknik, membacakan dan membaca indah. Selanjutnya, membaca tidak bersuara meliputi membaca cepat, membaca bahasa, membaca cermat, membaca kritis, membaca intensif, membaca apresiatif, dan membaca pustaka (1996).
Sedangkan jenis-jenis membaca menurut Marwoto, dkk., ada tiga yaitu: membaca permulaan, membaca pemahaman, dan membaca cepat. Di bawah ini akan dijelaskan satu per satu dari ketiga jenis membaca di atas.
(1) Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan jenis membaca sebagai dasar untuk kegiatan membaca lanjut. Kegiatan membaca permulaan
commit to user
dilaksanakan pada kelas rendah yaitu kelas I-II Sekolah Dasar. Kegiatan membaca ini dilakukan dengan nyaring atau bersuara. Tujuannya adalah memperlancar siswa dalam mengubah lambang-lambang tertulis menjadi suara. Apabila siswa telah lancar menyuarakan lambang-lambang grafis ini berarti telah memiliki modal untuk kegiatan membaca yang lebih tinggi.
(2) Membaca Pemahaman
Jenis membaca lebih lanjut dari membaca permulaan adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang menitikberatkan pada pemahaman isi bacaan. Menurut Drs. Jazir Burhan menyatakan bahwa kegiatan membaca pemahaman disebut dengan membaca intensif, yang artinya perbuatan membaca dilakukan secara hati-hati dan teliti.
Membaca pemahaman dilakukan dalam hati, tanpa bersuara. Dengan membaca dalam hati kerja otak menangkap ide, pesan dalam bacaan akan lebih cepat bila dibandingkan dengan bibir menyuarakan lambang-lambang di dalam bacaan yang dibaca.
(3) Membaca Cepat
Suatu kegiatan membaca yang menitikberatkan pada pemahaman gagasan pokok bacaan dalam waktu yang relatif singkat, terbatas dan kemampuan untuk memahami yang cukup tinggi (1991). Muchlisoh, dkk., menjelaskan bahwa membaca ada beberapa macam, yaitu meliputi membaca teknik, membaca bahasa, membaca indah, membaca cepat, membaca pustaka, dan membaca dalam hati. Penjelasan mengenai macam-macam membaca di atas adalah sebagai berikut.
(1) Membaca Teknik
Membaca teknik dapat diartikan membaca tulisan sehingga bermakna. Membaca teknik dimulai sejak anak belajar bahasa. Di SD membaca teknik dimulai sejak anak kelas I. Makin tinggi kemajuan
commit to user
anak, membaca teknik berkurang, tetapi tidak berarti hilang sama sekali.
(2) Membaca Bahasa
Membaca bahasa dapat diartikan suatu kegiatan membaca yang dilakukan tanpa suara. Tujuan dari kegiatan membaca bahasa adalah bukan pada pemahaman isi wacana melainkan pada struktur bahasa itu sendiri, untuk menambah pengetahuan bahasa serta kaidah-kaidahnya kemudian menerapkannya dalam berbagai kalimat. (3) Membaca Indah
Membaca indah merupakan suatu kegiatan membaca bersuara, seperti membaca teknik. Unsur intonasi, pemenggalan, dan sebagainya sangat memegang peranan yang sangat penting. Sebab dengan unsur-unsur itu keindahan yang ditimbulkan dapat menyentuh hati dan rasa. Keindahan di sini bukan sekedar keindahan yang dilukiskan tetapi ketepatan kata-kata yang digunakan.
(4) Membaca Cepat
Membaca cepat merupakan kegiatan membaca tanpa suara. Tujuan dari kegiatan membaca ini yaitu agar anak mampu menemukan bagian yang penting dalam suatu wacana dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
(5) Membaca Pustaka
Membaca pustaka berguna untuk menambah informasi beberapa bidang ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di bangku sekolah, mengembangkan wacana anak-anak, menikmati keindahan bacaan. Sumber yang dibaca merupakan buku-buku yang ada di perpustakaan.
(6) Membaca dalam Hati
Membaca dalam hati hakekatnya merupakan kegiatan membaca bagi orang yang telah dewasa. Rata-rata mereka juga sudah meninggalkan bangku sekolah, kegiatan membaca yang mereka
commit to user
lakukan adalah membaca dalam hati, bukan membaca nyaring atau membaca bersuara (1991).
2) Membaca Pemahaman
a) Pengertian Membaca Pemahaman
Penjelasan mengenai membaca pemahaman telah diuraiakan di depan. Beberapa pendapat mengenai membaca pemahaman dapat diambil kesimpulan bahwa membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang menitikberatkan pada pemahaman isi bacaan. Membaca pemahaman dilakukan secara hati-hati dan teliti atau biasa disebut dengan membaca intensif. Membaca pemahaman dilakukan dalam hati. Sehingga jenis membaca seperti ini lebih cocok diberikan di kelas tinggi.
b) Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
Menurut McLaughlin & Allen (2000) prinsip-prinsip membaca pemahaman meliputi: (1) memahaman merupakan suatu proses konstruktivis social; (2) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman; (3) guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa; (4) pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca; (5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna; (6) siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas; (7) perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca; (8) pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman; (9) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan; (10) asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman (Rahim, 2007: 3).
c) Tujuan Membaca Pemahaman
Menurut Abdurrahman (mengutip pendapat Hargrove dan Poteet, 1984) bahwa ada tujuan kemampuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman yaitu: (1) mengenal ide pokok suatu bacaan; (2) mengenal detail yang penting; (3) mengembangkan imajinasi visual; (4)
commit to user
meramalkan hasil; (5) mengikuti petunjuk; (6) mengenal organisasi karangan; (7) membaca kritis (2003).
3) Kemampuan Membaca Pemahaman
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk melakukan kegiatan membaca yang menitikberatkan pada pemahaman isi bacaan.
c. Minat Belajar Matematika 1) Matematika
Banyak orang yang kurang suka pada mata pelajaran matematika dan sering kali mereka mendefinisikan mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang berhubungan dengan hitung-menghitung. Hal ini dirasa kurang benar, karena sebenarnya mata pelajaran matematika itu tidak mutlak atau tidak seutuhnya berhitung. Berhitung hanyalah bagian dari matematika saja. Paling mengemukakan tentang pengertian matematika
matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi; menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan (Abdurrahman, 2003: 252).
Secara singkat pengertian matematika dikemukakan oleh Masykur (2007) yang menyebutkan istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenin”, yang artinya “mempelajari” (hlm. 42).
Sedangkan James dan James mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri (Ruseffendi, 1992).
Banyak orang yang menganggap matematika itu sulit. Menurut Padmono “Mata pelajaran Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan
simbol-commit to user
simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari” (2010: 79).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang membahas tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya yang terbagi menjadi aljabar, analisis, dan geometri dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol.
2) Belajar
Fajar (2005) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan pengetahuan, kecakapan, daya pikir, sikap, kebiasaan, dan lain-lain” (hlm. 10).
Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seseorang (pelajar, mahasiswa) untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui atau diketahui tetapi belum menyeluruh tentang suatu hal. Melalui belajar seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuannya seperti yang dikemukakan sebelumnya. Apabila di dalam suatu proses seseorang tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut belum mengalami proses belajar. Atau orang tersebut mengalami kegagalan dalam proses belajar.
Belajar merupakan proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melalukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berpikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya. Tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai usaha siswa walaupun hasilnya belum memuaskan, dan menata siswa sehingga berbuat dan berpikir merupakan strategi guru yang memungkinkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa utuk belajar sepanjang hayat.
commit to user
Gagne menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi” (Purwanto, 1990: 84). Purwanto (mengutip pendapat Morgan) mengemukakan bahwa “Belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman” (1990: 84). Sedangkan Fortana mengartikan “Belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hail dari pengalaman” (Winataputra, dkk., 2009: 1.8).
Aunurrahman (mengutip pendapat Burton) mengemukakan bahwa “Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya” (2009: 35). Whittaker dalam Aunurrahman (2009: 35) mengemukakan “Belajar adalah proses dimana tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkunganya.”
Beberapa definisi di atas, dapat ditemukan beberapa ciri belajar secara umum. Aunurrahman (mengutip pendapat Wragg, 1994) mengemukakan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: (1) belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja; (2) belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya; (3) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (2009).
Berdasarkan ciri-ciri umum dari kegiatan belajar pada uraian di atas dapat diambil suati kesimpulan mengenai pengertian belajar sebagai berikut. Belajar merupakan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disengaja yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
3) Belajar Matematika
Pengertian dari kata belajar dan matematika dapat dirangkai menjadi suatu kata yaitu belajar matematika yang artinya suatu aktivitas
commit to user
seseorang yang disengaja yang merupakan hasil dari interaksi dengan pada mata pelajaran yang membahas tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol.
4) Minat
a) Pengertian Minat
Minat mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan seseorang, karena minat akan menjadi motivasi yang besar untuk melakukan sesuatu yang telah diminatinya dengan penuh perhatian. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Perhatian yang lahir karena adanya minat akan membuat seseorang memperhatikan suatu objek secara sungguh-sungguh dengan perasaan senang tanpa ada unsur paksaan dari dalam maupun dari luar diri.
Pengertian minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Fajri dan Senja, 2008). Sedangkan Hurlock (1978) mengemukakan bahwa “Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih” (hlm. 114).
Uraian mengenai definisi minat di atas dapat diambil kesimpulan mengenai minat. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pengertian minat di atas menunjukkan bahwa keberadaan minat pada diri seseorang merupakan hasil dari serangkaian proses. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu, maka hal pertama kali yang dirasakan oleh orang tersebut adalah pengarahan terhadap objek, subjek atau aktivitas yang merupakan rangsangan bagi diri individu.
Berbagai macam rangsangan tersebut dapat berbentuk benda-benda atau suatu kegiatan. Berdasarkan pengenalan ini, dimungkinkan akan tumbuh perasaan sadar pada diri individu bahwa objek, subjek atau aktivitas tersebut bermanfaat untuk dirinya. Adanya pengenalan dan perasaan sadar yang didasarkan pada asas manfaat (dalam artian bahwa
commit to user
objek, subjek atau aktivitas itu diperlukan oleh individu), maka pada saat itu juga akan timbul perasaan senang pada objek, subjek atau aktivitas tersebut. Dengan demikian kedua rangkaian tersebut dapat dijadikan pedoman akan terbentuk minat atau tidak.
b) Unsur-unsur Minat
Unsur-unsur yang menjadi pembentuk timbulnya suatu minat pada diri seseorang antara lain:
(1) perhatian, (2) perasaan, (3) motif.
Ketiga unsur di atas dapat dijelaskan bahwa perhatian merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Hal ini diindikasikan akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada mata pelajaran matematika.
Suryabrata berpendapat bahwa “Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan” (1989: 14). Aktivitas yang dalam pelaksanaannya disertai dengan perhatian intensif akan mendapatkan kesuksesan yang lebih dan prestasi serta kemampuannya juga akan tinggi.
Oleh karena itu, orang yang menaruh minat tinggi pada suatu aktivitas maka orang tersebut juga akan memberikan perhatian yang besar terhadap aktivitas tersebut. Dia tidak segan-segan untuk mengorbankan waktu dan juga tenaganya bahkan semua yang dimilikinya demi keberhasilan aktivitasnya.
Unsur yang kedua yang juga tidak kalah penting adalah perasaan yang dimiliki peserta didik terhadap suatu mata pelajaran. Mata pelajaran yang dimaksud adalah mata pelajaran matematika yang diajarkan oleh pendidik atau gurunya.
Perasaan mengandung pengertian yaitu gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
commit to user
mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf. Setiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan seseorang akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik berupa perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan senang akan berkecenderungan menimbulkan minat dan sikap positif, sedangkan perasaan yang tidak sedang berkecenderungan menghambat. Hal ini disebabkan tidak adanya minat yang selanjutnya akan muncul sikap yang negatif terhadap pelajaran.
Unsur terakhir adalah motif yang diartikan sebagai alasan seseorang melakukan sesuatu (Fajri dan Senja, 2008). Seorang siswa akan dapat menyelesaikan soal cerita pada mata pelajaran matematika ketika ada suatu sebab atau penggerak yang mendorong untuk melakukan hal tersebut. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorongnya untuk belajar.
Berdasarkan uraian mengenai unsur-unsur minat dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur minat terdiri atas:
(1) perhatian, yaitu banyak sedikitnya kesadaran untuk melakukan suatu aktivitas;
(2) perasaan, berkenaan dengan gejala psikis yang berkaitan dengan perasaan senang atau tidak senang;
(3) motif, yaitu sebab yang dapat mendorong atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
5) Minat Belajar Matematika
Berdasarkan uraian di atas minat belajar matematika dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi yang dimiliki seseorang untuk melakukan interaksi dengan ilmu yang membahas tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya yang terbagi menjadi aljabar, analisis, dan geometri dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol.
commit to user
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan digunakan untuk memperkuat hipotesis. Peneliti hanya akan menggunakan jurnal dari hasil penelitian yang relevan. Tiga penelitian yang relevan yang diambil oleh peneliti diantaranya:
a. Jurnal dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Keterampilan Membaca dan Minat Siswa pada Pelajaran Matematika terhadap Kemampuan Menyelesaiakan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Somagede 2010” karya Prio Wibowo yang kesimpulannya adalah:
1) Ada pengaruh keterampilan membaca terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita Matematika, karena Fhitung lebih besar dari pada Ftabel yaitu (16.51
> 3.94).
2) Ada pengaruh minat siswa pada pelajaran Matematika dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita Matematika, karena Fhitung lebih besar dari pada
Ftabel (16.55 > 3.94).
3) Ada pengaruh bersama-sama keterampilan membaca dan minat siswa pada pelajaran Matematika dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita Matematika, karena Fhitung lebih besar dari pada Ftabel yaitu (39.23 > 3.94).
b. Jurnal dari penelitian yang berjudul “Korelasi Kemampuan Membaca dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pada Siswa Kelas IV SD Kecamatan Tanjunganom Nganjuk” karya Nur Farida yang kesimpulannya adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV MIN Tanjunganom dan MIN Kedungombo Kec. Tanjunganom Nganjuk.
c. Jurnal dari penelitian yang berjudul “Studi Korelasi antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Penyelesaian Soal Cerita Siswa Kelas III SDN Penanggungan Malang” karya Wina Sinatra dengan kesimpulan ada korelasi yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan penyelesaian soal cerita siswa kelas III SDN Penanggungan Malang.
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang akan peneliti kemukakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu:
1. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita
Pembelajaran matematika mengenai soal cerita hampir diberikan di setiap akhir bab. Soal cerita dapat diselesaikan dengan langkah-langkah seperti memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Keempat langkah tersebut harus ditempuh secara berurutan, dengan demikian langkah pertama yang harus dikuasai oleh siswa adalah memahami masalah. Memahami masalah dalam soal cerita dilakukan dengan membaca secara teliti soal cerita yang disajikan. Selain itu, ketika membaca juga harus menitikberatkan pada inti dari masalah yang tertuang dalam soal. Membaca diartikan sebagai peristiwa penangkapan dan pemahaman aktifitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bentuk bahasa tertulis dengan tepat dan cermat. Sedangkan tujuan utama dari membaca tidak lain adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Memahami makna bacaan bukanlah sesuatu yang mudah, untuk itu diperlukan kemampuan membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang menitikberatkan pada pemahaman isi bacaan. Memahami masalah merupakan langkah pertama yang harus ditempuh siswa untuk dapat menyelesaikan soal cerita, sehingga untuk memahami masalah diperlukan kemampuan membaca pemahaman. Maka untuk dapat menyelesaikan soal cerita secara tepat diperlukan kemampuan membaca pemahaman yang tinggi.
2. Hubungan Minat Belajar Matematika dengan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita
Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Minat antara siswa yang satu dengan siswa yang lain terhadap mata pelajaran tidaklah sama. Kesenangan siswa pada suatu mata pelajaran akan mempengaruhi besar kecilnya minat mereka terhadap mata pelajaran tersebut.