• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 9

BAB 2

EVALUASI PELAKSANAAN RKPD

TAHUN LALU

Bagian ini memuat gambaran umum kondisi daerah, hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu (Tahun 2014) dan permasalahan pembangunan daerah.

2.1.

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran Umum Kondisi Daerah menjelaskan tentang kondisi daerah mencakup Aspek Geografi dan Demografi, Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan, dan Aspek Daya Saing dengan indikator makro, sebagai berikut:

INDIKATOR MAKRO

ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

ASPEK KESEJAHTERAAN MASAYARAKAT

ASPEK PELAYANAN UMUM

ASPEK DAYA SAING

 Karakteristik Lokasi dan Wilayah  Potensi Pengembangan Wilayah  Wilayah Rawan Bencana

 Demografi

 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

 Fokus Kesejahteraan Sosial  Fokus Seni Budaya dan Olahraga

 Fokus Layanan Urusan Wajib  Fokus Layanan Urusan Pilihan

 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah  Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur  Fokus Iklim Berinvestasi

(2)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 10 2.1.1.

Aspek Geografi dan Demografi

1.

Karakteristik Lokasi dan Wilayah

a.

Luas dan Wilayah Administrasi

Kota Mataram adalah salah satu dari 10 (sepuluh) bagian wilayah kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan terletak di Pulau Lombok, dengan luas wilayah 61,30 Km2 (6.130 Ha). Luas wilayah Kota Mataram 0,30

persen dari luas Provinsi Nusa Tenggara Barat (20.153,15 Km2), menjadikan Kota

Mataram sebagai kota terkecil dari kabupaten/kota yang ada. Adapun luas wilayah Kota Mataram dirinci menurut kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada berikut

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kota Mataram menurut Kecamatan dan Kelurahan

No. Kecamatan Kelurahan Luas

(Ha) 1. Kecamatan Ampenan Ampenan Selatan 83,92 Ampenan Tengah 59,00 Ampenan Utara 249,36 Banjar 41,37 Bintaro 81,77 Dayan Peken 53,87 Kebon Sari 57,52 Pejarakan Karya 73,94 Pajeruk 84,54 Taman Sari 160,71

Luas Kecamatan Ampenan 945,29

No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha)

2. Kecamatan Cakranegara Cakranegara Barat 51,34 Cilinaya 128,94 Sapta Marga 85,72 Cakra Timur 67,03 Mayura 101,97 Cakra Selatan 73,24 Cakra Selatan Baru 55,76 Cakra Utara 129,43 Karang Taliwang 61,59 Sayangsayang 212,00

Luas Kecamatan Cakranegara 967,02

5.31% 13.33% 8.86% 6.93% 10.54% 7.57% 5.77% 13.38% 6.37% 21.92%

Kecamatan Cakranegara

Cakranegara Barat Cilinaya Sapta Marga Cakra Timur Mayura Cakra Selatan Cakra Selatan Baru Cakra Utara Karang Taliwang Sayangsayang 8.87% 6.24% 26.36% 4.37% 8.64% 5.69% 6.08% 7.82% 8.94% 16.99%

Kecamatan Ampenan

Ampenan Selatan Ampenan Tengah Ampenan Utara Banjar Bintaro Dayan Peken Kebon Sari Pejarakan Karya Pajeruk Taman Sari

(3)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 11

No. Kecamatan Kelurahan Luas

(Ha) 3. Kecamatan Mataram Pejanggik 103,49 Mataram Timur 123,51 Pagesangan 195,60 Pagesangan Barat 75,28 Pagesangan Timur 110,12 Pagutan Barat 103,58 Pagutan 186,39 Pagutan Timur 91,03 Punia 87,53

Luas Kecamatan Mataram 1.076,53

No. Kecamatan Kelurahan Luas

(Ha) 4. Kecamatan Sandubaya Selagalas 299,00 Bertais 103,50 Mandalika 100,48 Babakan 109,56 Turida 197,44 Dasan Cermen 158,07 Abian Tubuh Baru 63,95

Luas Kecamatan Sandubaya 1.032,00

No. Kecamatan Kelurahan Luas

(Ha) 5. Kecamatan Sekarbela Kekalik Jaya 135,18 Tanjung Karang Permai 67,81 Tanjung Karang 257,01 Karang Pule 106,75 Jempong Baru 465,25

Luas Kecamatan Sekarbela 964,19

9.61% 11.47% 18.17% 6.99% 10.23% 9.62% 17.31% 8.46% 8.13%

Kecamatan Mataram

Pejanggik Mataram Timur Pagesangan Pagesangan Barat Pagesangan Timur Pagutan Barat Pagutan Pagutan Timur Punia 28.97% 10.03% 9.74% 10.62% 19.13% 15.32% 6.20%

Kecamatan Sandubaya

Selagalas Bertais Mandalika Babakan Turida Dasan Cermen Abian Tubuh Baru

13.10% 6.57% 24.90% 10.34% 45.08%

Kecamatan Sekarbela

Kekalik Jaya Tanjung Karang Permai Tanjung Karang Karang Pule Jempong Baru

(4)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 12

No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha)

6. Kecamatan Selaparang Rembiga 315,00 Karang Baru 237,00 Monjok Timur 36,88 Monjok 134,70 Monjok Barat 50,42 Mataram Barat 68,64 Gomong 38,84 Dasan Agung 79,25 Dasan Agung Baru 115,75

Luas Kecamatan Selaparang 1.076,48

Luas Kota Mataram 6.130,03

Secara administrasi Kota Mataram terbagi dalam 6 wilayah Kecamatan, 50 Kelurahan dan 321 lingkungan. Kecamatan Cakranegara memiliki jumlah wilayah kelurahan dan lingkungan terbanyak yaitu 10 Kelurahan dan 72 lingkungan sedangkan Kecamatan Sekarbela memiliki jumlah wilayah kelurahan dan lingkungan terkecil yaitu 5 Kelurahan dan 34 lingkungan, sebagaimana tabel dan berikut :

Tabel 2.2

Jumlah Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan serta Luas Wilayah di Kota Mataram Tahun 2014 Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah Lingkungan Luas Wilayah (Km2) Persentase (%) Ampenan 10 55 9,46 15,43 Sekarbela 5 34 10,32 16,84 Mataram 9 55 10,76 17,55 Selaparang 9 61 10,77 17,57 Cakranegara 10 72 9,67 15,77 Sandubaya 7 44 10,32 16,84 Jumlah 50 321 61,30 100,00

Sumber: BPS Kota Mataram

29.26% 22.02% 3.43% 12.51% 4.68% 6.38% 3.61% 7.36% 10.75%

Kecamatan Selaparang

Rembiga Karang Baru Monjok Timur Monjok Monjok Barat Mataram Barat Gomong Dasan Agung Dasan Agung Baru

Ampenan 15.43% Sekarbela 16.84% Mataram 17.55% Selaparang 17.57% Cakranegara 15,77% Sandubaya 16.84%

KOTA MATARAM

(5)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 13 Kota Mataram

b.

Letak dan Batas Wilayah

Secara astronomis Kota Mataram terletak pada posisi antara 08o33’ dan

08o38’ Lintang Selatan dan antara 116o04’ dan 116o10’ Bujur Timur, dengan

panjang garis pantai 9 km dengan batas wilayah yaitu:

 Sebelah Utara : Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Batulayar dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat

 Sebelah Timur : Kecamatan Narmada dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat

 Bagian Selatan : Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat  Bagian Barat : Selat Lombok

Gambar 2.1. Letak Geografis Kota Mataram di Provinsi NTB

c.

Topografi

Bentuk topografi wilayah Kota Mataram bervariasi dari datar sampai agak curam dengan klasifikasi sebagai berikut:

 Lereng 0–2%, bentuk wilayah datar, seluas 4.652,057 Ha (75,9 %).

 Lereng 2–8%, bentuk wilayah agak landai, seluas 1.299,147 Ha (21,20%).  Lereng 8-15%,bentuk wilayah bergelombang, seluas 174,283 Ha (2,84 %).  Lereng 15-25%, bentuk wilayah curam, seluas 4,568 Ha (0,07%).

Kondisi tersebut diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram adalah hamparan datar.

Ketinggian tanah bervariasi yaitu Kecamatan Cakranegara mencapai  25 meter, Kecamatan Mataram  15 meter dan Kecamatan Ampenan  5 meter dari permukaan laut termasuk daerah pantai.

d.

Geologi dan Jenis Tanah

Satuan batuan yang tersingkap di Kota Mataram terdiri dari batuan gunung api, batuan sedimen, serta batuan terobosan yang umurnya berkisar dari jaman tersier sampai kuarter. Formasi bantuan yang terbentuk adalah Formasi

(6)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 14 Kalipalung (TQp) yang mempunyai anggota Selayar (TQs), Formasi Kalibalak (TQb), dan Formasi Lekopiko (Qvl) dengan jenis batuan sebagai berikut:

 Formasi Kalipalung : Breksi gampingan dan lava.

 Anggota Selayar : Batu pasir tuffan dan batu lempung tuffan dengan sisipan tipis karbon.

 Formasi Kalibabak : Breksi dan lava.

 Formasi Lekopiko : Tuff berbatu apung, breksi lahar, dan lava.

Qa Alluvium yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, dan pecahan koral tersebar hampir di seluruh Kota Mataram, khususnya di daerah muara sungai. Kota termasuk dalam Busur Bergunung Api Nusa Tenggara Barat, yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah timur dan Busur Banda sebelah barat. Busur tersebut terbentang dari Pulau Jawa ke Nusa Tenggara dan melengkung mengitari Laut Banda. Kota Mataram sendiri tidak memiliki daerah pegunungan dengan timbulan kasar.

e.

Hidrologi

Kota Mataram memiliki potensi air tanah (aquifer) yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat di beberapa bagian wilayah Kota Mataram, seperti Kelurahan Rembiga (Kecamatan Selaparang), Kelurahan Sayangsayang (Kecamatan Cakranegara), dan Kecamatan Mataram memiliki kedalaman akuifer 5-7 m. Sedangkan Kelurahan Monjok dan Kelurahan Dasan Agung bagian utara (Kecamatan Selaparang) memiliki kedalaman air tanah hingga 15 m. Di samping potensi akuifer, Kota Mataram masih dapat mensuplai kebutuhan air bersih yang berasal dari mata air Sarasuta, Ranget, dan Saraswata di Kecamatan Narmada (Kabupaten Lombok barat).

Titik-titik mata air tersebar di Kelurahan Pejeruk, Karang Baru, Sayangsayang, Cakranegara Utara, Dasan Cermen, Babakan, Mandalika, dan Pagesangan Tengah. Kota Mataram dialiri empat sungai besar yang berfungsi sebagai drainase alam, yaitu Sungai Jangkok (86 km dengan luas 1.712,12 Ha), Sungai Ancar (21 km dengan luas 858,47 Ha), Sungai Brenyok (42 km dengan luas 2.277,55 Ha), dan Sungai Midang (26 km dengan luas 562,47 Ha). Hulu sungai-sungai tersebut berada di sekitar lereng Gunung Rinjani dan bermuara di Selat Lombok.

f.

Klimatologi

Menurut Stasiun Klimatologi I Mataram, suhu udara rata-rata di Mataram berkisar antara 21,03°C sampai dengan 26,62°C. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 77% sampai dengan 87%. Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Januari sebesar 424 mm dan hari hujan terbanyak tercatat pada bulan Januari sebesar 29 hari.

(7)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 15

g.

Penggunaan lahan

Pola guna lahan di Kota Mataram dalam kurun waktu 10 tahun terakhir cenderung berkembang secara linier, konsentrik, dan parsial. Perkembangan pola linear terjadi karena tata guna lahan mengikuti pola jaringan jalan yang ada, seperti pada koridor utama Kota Mataram di Jalan Yos Sudarso – Jalan Langko – Jalan Pejanggik – Jalan Selaparang – Jalan Sandubaya (Ampenan-Mataram-Cakranegara). Perkembangan guna lahan secara konsentrik ditunjang pola jaringan jalan yang berbentuk grid (mengelompok) seperti yang tersebar di Kawasan Cakranegara dan sekitarnya.

Sedangkan pola guna lahan yang berkembang secara parsial terjadi di Kelurahan Rembiga, Sayangsayang di bagian utara, Kelurahan Jempong Baru, Pagutan, dan pusat permukiman di Kawasan Bertais. Pada pola linier, konsentrik, dan parsial tersebut terjadi penyatuan-penyatuan guna lahan, sehingga terbentuklah kawasan terbangun yang telah berkembang seperti saat ini. Perubahan penggunaan lahan menjadi kawasan terbangun terjadi pada lahan non-terbangun dengan perubahan yang bersifat fungsional, seperti kawasan permukiman berubah menjadi kawasan pusat perdagangan dan jasa.

Neraca penggunaan tanah Kota Mataram pada tahun 2013 menunjukkan komposisi yang berimbang antara penggunaan tanah terbangun sebesar 3.176,25 Ha (51,82%) dan non terbangun seluas 2.953,25 Ha (48,18%) dari total luas wilayah Kota Mataram seluas 6.130 Ha. Penggunaan lahan di Kota Mataram sampai 2012 didominasi oleh kawasan perumahan (39,17%) dan tanah pertanian (45,08%). Dalam perkembangannya konversi lahan sebagian besar untuk fungsi perumahan, perkantoran, pendidikan serta untuk pertokoan. Hal ini tentunya terjadi dengan semakin pesatnya dinamika perkembangan dan pertumbuhan Kota yang berimplikasi pada penyesuaian terhadap kebutuhan lahan untuk pengembangannya, sebagaimana Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3

Penggunaan Lahan Menurut Kesesuaian dengan RUTR (Ha) di Kota Mataram Tahun 2011-2013

No Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

2011 2012 2013 1 Perumahan 2.338,56 2.352,18 2.401,12 2 Lapangan Olahraga 46,10 46,10 46,10 3 Kuburan 51,64 51,64 51,64 4 Perkantoran 115,36 115,45 115,45 5 Pendidikan 146,50 151,82 151,82 6 Kesehatan 20,95 23,37 23,37 7 Ibadah 63,33 63,33 63,33 8 Pasar / Terminal 67,35 68,35 68,35 9 Pertokoan / SPBU 97,80 101,98 102,78 10 Warung / Rumah Makan 0,40 1,32 1,56

(8)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 16 No Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

2011 2012 2013

11 Hotel 18,91 18,91 18,91

12 Pergudangan 50,60 50,60 50,01

13 Industri dan Jasa 51,75 51,75 51,24

14 Taman Kota 6,07 6,07 6,07

15 Tanah Diperuntukan 125,32 125,82 129,88 16 Tanah Pertanian 2,847,47 2,819,42 2,763,49 17 Tanah Tidak Diusahakan 81,88 81,89 81,89 Kota Mataram 6.130,00 6.130,00 6.130,00

Sumber: Mataram Dalam Angka, 2014

Sedangkan menurut data yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi NTB tahun 2014, lahan di Kota Mataram digunakan untuk wilayah Permukiman (3.263,93 ha), Industri (843,53 ha), Persawahan (1.881,56 ha), Perairan Darat (94,43 ha), dan Tanah terbuka (46,45 ha).

2.

Potensi Pengembangan Wilayah

Dalam RTRW Nasional, Kota Mataram ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berfungsi sebagai simpul utama transportasi serta kegiatan perdagangan dan jasa skala regional. Sementara, dalam RTRW Provinsi NTB, Kota Mataram ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Mataram Metro di bidang pertumbuhan ekonomi. Keberadaan Kota Mataram sebagai PKN dan KSP memiliki potensi yang sangat strategis dalam pengembangan wilayah kota.

Secara kewilayahan Kota Mataram dibagi menjadi beberapa pusat pelayanan dengan fungsi utama adalah:

1)

Wilayah Ampenan berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perdagangan dan jasa serta pariwisata;

2)

Wilayah Mataram berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perkantoran pemerintahan dan fasilitas sosial, seperti pendidikan;

3)

Wilayah Cakranegara berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perdagangan dan pusat bisnis.

Kota Mataram memiliki beberapa kawasan strategis yang diharapkan mampu untuk mendorong pertumbuhan wilayah dan memiliki pengaruh yang sangat penting dan strategis terhadap pertumbuhan dan perkembangan wilayah baik dalam bidang ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan, yaitu:

a.

Kawasan strategis bidang pariwisata;

Kawasan pariwisata biasanya akan membawa pada efek berganda (multiplier effects), sehingga mampu menghasilkan pemasukan bagi suatu wilayah. Kawasan strategis bidang pariwisata ditetapkan di beberapa lokasi berikut ini:

(9)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 17 1) Kawasan eks. Bandar Udara Selaparang di Kelurahan Rembiga (Kecamatan

Selaparang) dan Kelurahan Ampenan Utara (Kecamatan Ampenan) sebagai kawasan pariwisata dengan konsep MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) yang berbasis lingkungan;

2) Kawasan Mayura yang terdiri dari Taman Mayura, Pura Meru, dan kolam pemandian Mayura di Kelurahan Mayura (Kecamatan Cakranegara);

3) Kawasan Udayana di Kelurahan Kebon Sari dan Kelurahan Pejarakan Karya (Kecamatan Ampenan);

4) Kawasan Mutiara Sekarbela di Kelurahan Pagesangan, Kelurahan Pagesangan Barat (Kecamatan Mataram), dan Kelurahan Karang Pule (Kecamatan Sekarbela); 5) Kawasan Mapak yang terdiri dari pariwisata pantai, situs makam Loang Baloq,

dan taman rekreasi, serta kawasan pengembangan pelabuhan wisata yang membentang dari Kelurahan Tanjung Karang hingga Kelurahan Jempong Baru (Kecamatan Sekarbela);

6) Kawasan Kota Tepian Air di Kelurahan Bintaro, Kelurahan Ampenan Tengah, dan Kelurahan Ampenan Selatan (Kecamatan Ampenan);

7) Kawasan Sayang-Sayang di Kelurahan Rembiga dan Kelurahan Sayang-sayang (Kecamatan Sandubaya) sebagai kawasan pariwisata kuliner.

b.

Kawasan strategis bidang perdagangan dan jasa.

Kawasan yang memiliki nilai ekonomi tinggi bidang perdagangan dan jasa ditetapkan di lokasi berikut:

1) Pusat perdagangan Ampenan di Kelurahan Dayan Peken, Kelurahan Ampenan Tengah, dan Kelurahan Ampenan Selatan (Kecamatan Ampenan);

2) Pusat perdagangan grosir dan pusat bisnis Cakranegara di Kelurahan Cakranegara Barat, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan Mayura, Kelurahan Cakranegara Timur, dan Kelurahan Cakranegara Selatan;

3) Kawasan Bertais dan Kawasan Mandalika.

c.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya

Kawasan strategis di bidang sosial budaya ditetapkan pada sebuah kawasan yang dianggap memiliki nilai historis maupun kegiatan-kegiatan budaya untuk tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya. Kawasan strategis ini juga merupakan aset wisata sejarah dan budaya yang dapat menunjukkan jati diri maupun penanda Kota Mataram. Kawasan-kawasan tersebut adalah:

1) Kawasan Bintaro di Kelurahan Bintaro (Kecamatan Ampenan);

2) Kawasan Makam Van Ham di Kelurahan Cilinaya (Kecamatan Cakranegara); 3) Kawasan Pusat Kajian Islam (Islamic Center) di Kelurahan Dasan Agung;

4) Kawasan Kota Tua Ampenan di Kelurahan Ampenan Tengah dan Ampenan Selatan (Kecamatan Ampenan).

(10)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 18

d.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kota Mataram adalah:

1) Kawasan konservasi di sepanjang Sungai Midang, Sungai Jangkok, Sungai Ancar, dan Sungai Brenyok;

2) Kawasan konservasi sempadan pantai Selat Lombok sepanjang 8 - 9 km;

3) Kawasan lindung di Kelurahan Pagutan Timur (Kecamatan Mataram) serta Kelurahan Sayang-sayang dan Selagalas (Kecamatan Sandubaya);

4) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tiap tanah pecatu yang terdapat di Kota Mataram.

3.

Wilayah Rawan Bencana

Dalam RPJMD Kota Mataram 2011-2015 wilayah rawan bencana di Kota Mataram, antara lain:

1) Longsor, Genangan, dan Banjir

Kondisi topografi Kota Mataram yang sebagian besar merupakan daerah datar-landai dan dilalui oleh empat sungai besar, menyebabkan tiap daerah aliran sungai tersebut menjadi daerah rawan longsor terutama di musim penghujan. Selain bencana longsor, beberapa titik di Kota Mataram terutama di Kecamatan Sekarbela, Mataram, dan Cakranegara kerap terjadi genangan dan banjir. Genangan air ini, selain disebabkan oleh kondisi topografi yang cenderung datar, juga disebabkan oleh banyaknya saluran drainase yang tidak berfungsi secara optimal. Beralihnya fungsi dari saluran irigasi menjadi drainase/air buangan. 2) Gelombang Pasang dan Tsunami

Wilayah-wilayah yang rentan terkena bencana gelombang pasang dan tsunami adalah wilayah yang dekat dengan pantai (Selat Lombok) atau dengan kata lain adalah kawasan pesisir. Wilayah-wilayah yang masuk dalam kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami adalah Kelurahan Bintaro, Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan Banjar, Kelurahan Ampenan Selatan, Kelurahan Tanjung Karang Permai, Kelurahan Tanjung Karang, dan Kelurahan Jempong Baru. 3) Abrasi Pantai

Abrasi pantai terjadi karena tergerusnya pantai oleh gelombang atau ombak tinggi pada waktu tertentu yang terus menerus. Hal ini dikarenakan pantai tidak memiliki penahan gelombang, sehingga mempercepat proses terjadinya abrasi pantai. Kawasan yang rawan abrasi pantai di Kota Mataram adalah wilayah pesisir yang telah disebutkan di atas. Salah satu dampak abrasi pantai adalah terjadinya intrusi air laut yang dapat mempengaruhi kondisi air tanah di wilayah Kota Mataram.

(11)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 19 4) Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang waktu kejadiannya tidak bisa diprediksi. Kondisi tektonik di wilayah Provinsi NTB, khususnya Kota Mataram merupakan jalur tumbukan lempeng Hindia-Australia dengan lempeng Euro-Asia menyebabkan wilayah ini memiliki ancaman kegempaan yang potensial. Selain ini terdapat ancaman dari utara berupa patahan busur belakang. Kedalaman pusat gempa di wilayah Kota Mataram dan sekitarnya adalah sekitar 50 km.

4.

Kondisi Demografi

a.

Jumlah Penduduk

Kota Mataram merupakan daerah otonom dengan luas wilayah terkecil di Provinsi NTB, namun dihuni oleh jumlah penduduk yang relatif besar. Berdasarkan data BPS, penduduk Kota Mataram pada tahun 2011 hingga tahun 2014 didominasi oleh penduduk perempuan dengan selisih antara penduduk perempuan dan laki-laki 4.928 jiwa pada tahun 2014. Jumlah penduduk tahun 2014 mengalami peningkatan 9.188 jiwa dari tahun 2013. Besarnya jumlah penduduk tersebut di satu sisi dapat menjadi potensi Sumber Daya Manusia bagi pembangunan Kota Mataram di segala bidang, namun di sisi yang lain banyak kebutuhan sosial kemasyarakatan yang harus dipenuhi.

Lebih jelas mengenai gambaran komposisi jumlah penduduk Kota Mataram tahun 2011 hingga tahun 2014 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat sebagaimana gambar berikut.

Gambar 2.2

Jumlah Penduduk Kota Mataram Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 - 2014

Sumber : BPS Kota Mataram, 2015 0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 2012 2013 2014 2012 2013 2014 Laki - Laki 208,886 213,520 218,068 Perempuan 213,787 218,356 222,996 Total Penduduk 422,673 431,876 441,064 Laki - Laki Perempuan Total Penduduk

(12)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 20

b.

Pertumbuhan Penduduk

Kota Mataram pada tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sebagai akibat kelahiran alami dan migrasi. Kedudukan dan fungsi Kota Mataram sebagai Ibukota Provinsi, pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan serta perdagangan dan jasa menjadi penyebab tingginya migrasi ke Kota Mataram dibandingkan daerah lain di Provinsi NTB. Peningkatan jumlah penduduk tersebut terjadi merata di seluruh wilayah kecamatan di Kota Mataram. Kepadatan penduduk Kota Mataram tahun 2014 yaitu 7.195 jiwa/km² dimana angka tersebut menjadikan Kota Mataram memiliki tingkat kepadatan tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tabel 2.4

Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan Tahun 2012-2014

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2 ) Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa /Km2) 2012 2013 2014 2012 2013 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Ampenan 9,46 82.585 84.324 86.052 8.730 8.914 9.096 2 Sekarbela 10,32 57.792 60.123 62.508 5.600 5.826 6.057 3 Mataram 10,76 77.397 79.420 81.450 7.193 7.381 7.570 4 Selaparang 10,77 73.806 74.181 74.513 6.853 6.888 6.919 5 Cakranegara 9,67 65.488 66.026 66.516 6.772 6.828 6.879 6 Sandubaya 10,32 65.605 67.802 70.025 6.357 6.570 6.785 Jumlah/Total 61,30 422.673 431.876 441.064 6.895 7.045 7.195 Sumber: data proyeksi BPS Kota Mataram, 2015

Dari tabel 2.4 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Ampenan memiliki jumlah penduduk terbanyak tiap tahunnya, dengan luas wilayah terkecil jumlah penduduk di wilayah ini menghasilkan kepadatan penduduk yang paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Kota Mataram, pada tahun 2014 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Ampenan sebesar 9.096 Jiwa/Km2.Sedangkan jumlah Kecamatan Sekarbela dengan luas wilayah terbesar

ketiga memiliki jumlah penduduk terkecil sehingga kepadatan penduduknya paling rendah yaitu 6.057 Jiwa/Km2 pada tahun 2014.

5.

Struktur dan Komposisi Penduduk

Secara umum komposisi penduduk Kota Mataram pada tahun 2014 didominasi oleh penduduk perempuan. Kondisi ini terjadi hampir di semua kelompok umur terutama pada kelompok usia di atas 14 tahun. Namun pada kelompok umur dengan jumlah terbesar yaitu 20-24 tahun, penduduk laki-laki lebih banyak daripada peduduk perempuan dengan jumlah selisih 2.941 jiwa.

(13)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 21 Menurut komposisi umur, komposisi penduduk tahun 2014 terbanyak pada umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 56.105 jiwa, sedangkan komposisi penduduk terkecil pada kelompok umur 70-74 tahun 4.896.

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0 – 4

21.347

20.428

41.775

5

– 9

19.760

18.988

38.748

10

– 14

18.861

17.990

36.851

15

– 19

22.487

22.767

45.254

20 – 24

29.523

26.582

56.105

25 – 29

18.394

19.352

37.746

30 – 34

16.852

19.384

36.236

35 – 39

15.312

16.925

32.237

40 – 44

14.541

15.578

30.119

45 – 49

11.762

12.306

24.068

50

– 54

9.246

9.541

18.787

55

– 59

7.615

7.853

15.468

60

– 64

4.891

5.290

10.181

65 – 69

3.408

3.985

7.393

70 – 74

2.121

2.775

4.896

75 +

1.948

3.252

5.200

Jumlah

218.068

222.996

441.064

Sumber: BPS Kota Mataram, 2015.

Jika dikelompokkan masing-masing menurut jenis kelamin dan kelompok usia produktif maka komposisi penduduk Kota Mataram dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.3

Persentase Penduduk Kota Mataram Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

Gambar 2.4

Struktur Umur Penduduk Kota Mataram Tahun 2013

49.44 % 50.56 % Laki-laki Perempuan 26.61% 69.42% 3.97% 0 -14 thn 15 - 64 thn > 65 thn

(14)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 22 Melihat kondisi struktur umur penduduk Kota Mataram pada tahun 2014 termasuk dalam transisi demografi yang menguntungkan karena proporsi penduduk terbesar adalah yang berusia 15 sampai 64 tahun atau yang masih dalam usia produktif. Kondisi demografi ini disebut menguntungkan karena berpeluang untuk menciptakan kesejahteraan bila penduduk produktif tersebut merupakan sumber daya manusia yang dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan. Proporsi penduduk wanita yang lebih besar dan tingginya jumlah penduduk usia produktif ini perlu di antisipasi oleh pemerintah dengan kebijakan pembangunan daerah yang pro gender dan pro job.

Jika disusun dalam struktur piramida, penduduk Kota Mataram termasuk dalam Piramida Penduduk Muda yaitu kondisi penduduk yang memiliki pertumbuhan penduduk yang cepat dimana angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian. Hal ini ditandai dengan komposisi jumlah penduduk usia muda sangat besar, sedangkan usia tua sedikit sebagaimana dapat dilihat seperti gambar di atas

Gambar 2.5

Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Sumber: BPS Kota Mataram, 2015

40,000 30,000 20,000 10,000 00 10,000 20,000 30,000 0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 + Jumlah Penduduk Kelompok Umur Laki-laki Perempuan

(15)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 23 2.1.2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

a.

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1.

Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan oleh seluruh aktivitas perekonomian di suatu daerah pada tahun tertentu. Dengan kata lain, PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya guna menciptakan nilai tambah bagi masing-masing sektor perekonomian.

Menurut data BPS Kota Mataram, hingga tahun 2014 nilai PDRB Kota Mataram Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) terus mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2014 PDRB ADHB Kota Mataram menjadi Rp.8,116 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 15,58% dari tahun 2013. Sejalan dengan PDRB ADHB, nilai PDRB Kota Mataram Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PDRB ADHK sebesar Rp.2,43 triliun, meningkat menjadi Rp.2,63 triliun pada tahun 2013 dan menjadi Rp.2,84 triliun pada tahun 2014

Tabel 2.6

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Mataram Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 - 2014

Sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Ribu Rp.) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Ribu Rp.) 2012* 2013** 2014*** 2012* 2013** 2014*** (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pertanian 218.470.419 241.666.672 265.314.721 91.015.340 92.823.309 95.014.395 Pertambangan & Penggalian 663.802 701.816 736.305 313.601 314.573 316.335 Industri Pengolahan 613.314.304 668.264.359 743.426.751 293.450.261 307.858.669 326.207.700 Listrik, Gas, Air 71.596.604 82.907.708 95.669.685 21.298.973 23.421.960 25.647.700 Bangunan 583.903.454 669.098.062 781.009.156 245.802.804 267.998.797 292.440.287 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.397.171.260 1.695.799.388 2.022.777.111 524.314.619 582.996.649 647.532.922 Pengangkutan & Komunikasi 1.182.536.034 1.319.148.200 1.452.809.230 476.425.057 497.939.720 522.245.263 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.196.064.654 1.413.991.859 1.689.150.598 486.286.378 541.705.980 605.286.889 Jasa-Jasa 829.208.988 930.799.139 1.064.855.196 290.910.948 310.328.988 330.816.924 PDRB 6.092.929.519 7.022.377.203 8.115.748.753 2.429.817.981 2.625.388.645 2.845.507.761 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ***) Angka Prediksi

(16)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 24 Gambar 2.6

Kontribusi Masing-masing Sektor (persen) terhadap Pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kota Mataram Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014

Sebagai ibukota Provinsi, Kota Mataram menjadi pusat perdagangan dan jasa dimana arus keluar masuk barang dari berbagai daerah serta jasa terjadi di Kota Mataram. Peranan pemerintah daerah dalam mendukung aktivitas perdagangan cukup besar yang ditandai dengannya banyaknya bangunan ruko-ruko baru di Kota Mataram. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2014 menjadi leading sector bagi perekonomian yang mana tercermin dalam nilai tambah bruto atas PDRB ADHB pada sektor ini mencapai nilai sebesar Rp.2,02 trilliun atau kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB ADHB Kota Mataram sebesar 24,92 persen. Penyumbang terbesar dari sektor ini adalah subsektor perdagangan besar dan eceran. Pada nilai tambah bruto ADH Konstan sektor ini sebesar Rp.647,53 miliar rupiah atau berkontribusi 22,76 persen.

Penyumbang PDRB terbesar kedua adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Pada tahun 2014 nilai tambah bruto atas PDRB ADHB pada sektor ini mencapai sebesar Rp.1,68 trilliun, dengan kata lain kontribusi sektor ini sebesar 20,81 persen. Subsektor Bank merupakan kontributor dominan dimana kegiatan perbankan merupakan penunjang semua kegiatan perekonomian masyarakat baik melalui simpanan maupun kredit yang tersalurkan, selanjutnya yang lain dihasilkan oleh lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan. Nilai tambah bruto ADH Konstan sektor ini sebesar Rp.605,28 miliar rupiah atau berkontribusi 21,27 persen.

0 1,000,000,000 2,000,000,000 Pertanian

Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 3,27% 0,01% 9,16% 1,18% 9,62 24,92% 17,90% 20,81% 13,12% 3,34% 0,01% 11,46% 0,90% 10,28 22,76% 18,35% 21.27% 11,63%

(17)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 25 Perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah, salah satunya sangat ditentukan oleh kelancaran distribusi hasil kegiatan produksi dan didukung oleh kegiatan komunikasi yang memadai. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2014 telah menghasilkan nilai tambah bruto adh berlaku sebesar Rp 1,45 trilliun atau kontribusi 17,90 persen. Untuk nilai tambah bruto adh konstan, sektor ini mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp.522,24 miliar atau berkontribusi sebesar 18,35 persen.

Kontribusi sektor jasa-jasa terhadap pembentukan PDRB ADHB Kota Mataram tahun 2014 sebesar Rp.1,06 triliun atau 13,12 persen, dimana nilai tambah yang dihasilkan sektor ini masih didominasi oleh subsektor pemerintahan umum dibandingkan oleh subsektor swasta termasuk perorangan. Sedangkan nilai tambah bruto ADHK sektor ini sebesar Rp. 330,81 miliar atau dengan kontribusi sebesar 11,63 persen.

Sektor industri pengolahan pada tahun 2014 mampu menciptakan nilai tambah bruto ADHB sebesar Rp. 743,42 miliar dengan kontribusi sebesar 9,16 persen. Sektor industri pengolahan memiliki potensi yang besar untuk berkembang menjadi leading sektor bagi perekonomian Kota Mataram. Industri pengolahan memiliki dampak yang luas terhadap perkembangan sektor perekonomian lainnya. Sektor bangunan pada tahun 2014 juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pembentukan PDRB Kota Mataram dengan memberikan nilai tambah Rp.781 miliar atau kontribusi sebesar 9,62 persen pada PDRB ADHB dan Rp.292,44 miliar atau 1,28 persen pada PDRB ADHK.

Sektor listrik, gas dan air bersih memberikan nilai tambah PDRB ADHB Rp.95,66 miliar senilai dengan kontribusi yang tetap dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 1,18 persen dan pada PDRB ADHK dengan nilai tambah Rp.292,44 miliar atau kontribusi 0,90 persen. Sektor pertanian dan sektor pertambangan memberikan kontribusi yang tidak terlalu tinggi pada pembentukan PDRB Kota Mataram. Pada tahun 2014 sektor pertanian memberikan nilai tambah bruto ADHB sebesar Rp.265,31 miliar dengan kontribusi sebesar 3,27 persen dan nilai tambah bruto ADHK Rp. 95,01 miliar atau kontribusi 3,34%. Sedangkan sektor pertambangan memberikan kontribusi sebesar 0,01 persen pada PDRB Kota Mataram dengan nilai tambah bruto ADHB Rp.736,81 juta dan ADHK Rp.316,3 juta.

Pembentukan PDRB ADHB menurut lapangan usaha di Kota Mataram dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok sektor yaitu: kelompok sektor Primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian; kelompok sektor Sekunder terdiri dari sektor Industri sektor Pengolahan, Listrik, Gas, Air, dan sektor Bangunan; dan; sektor Tersier terdiri dari sektor perdagangan hotel & restoran, sektor pengangkutan & komunikasi, sektor bank, usaha persewaan & jasa perusahaan dan sektor jasa- jasa.

(18)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 26 Gambar 2.7

PDRB Kota Mataram Menurut Kelompok Sektor Tahun 2012-2014 (Ribu Rp)

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ***) Angka Prediksi Sumber: Dokumen PDRB Kota Mataram, 2013; BPS Kota Mataram, 2015.

Peranan PDRB atas dasar harga berlaku menurut kelompok sektor dalam kurun waktu 2012-2014 masih didominasi oleh kelompok sektor tersier. Pada tahun 2014 kontribusi sektor tersier mengalami peningkatan dari 76,32 persen pada tahun 2013 menjadi 76,76 persen. Hal ini menggambarkan struktur perekonomian Kota Mataram mengarah kepada struktur jasa (Service City), dimana Kota Mataram yang menjadi Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai fungsi-fungsi utama sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perdagangan, jasa dan pariwisata. Sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perkantoran pemerintahan dan fasilitas sosial. Juga sebagai pusat pelayanan bagi kegiatan perdagangan dan pusat bisnis. Karena fungsinya sebagai pusat pelayanan-pelayanan tersebut, maka kebutuhan akan jasa pendukungnya cukup tinggi.

Struktur perekonomian di setiap kecamatan di Kota Mataram secara umum sama yaitu pada sektor tersier sangat menonjol sedangkan sektor primer sangat kecil peranannya. Gambaran kinerja perekonomian kecamatan dapat dianalisa dari data berikut :

0.00 1,000,000,000.00 2,000,000,000.00 3,000,000,000.00 4,000,000,000.00 5,000,000,000.00 6,000,000,000.00 7,000,000,000.00 2012* 2013** 2014*** 3,60% 3,45% 3,28% 20,82% 20,22% 19,96% 75,58% 76,32% 76,76% 2012* 2013** 2014*** Primer 219,134,221.00 242,368,488.00 266,051,026.00 Sekunder 1,268,814,362.00 1,420,270,129.00 1,620,105,592.00 Tersier 4,604,980,936.00 5,359,738,586.00 6,229,592,135.00

(19)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 27 Tabel 2.7

PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2011-2013 Kota Mataram No Kecamatan PDRB ADHB (Rp.000) PDRB ADHK (Rp.000) 2011 2012* 2013** 2011 2012* 2013** 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Ampenan 674.103.473 763.565.986 877.181.149 291.355.138 318.179.389 341.739.449 2 Sekarbela 448.994.312 507.559.850 574.657.923 197.098.377 213.986.722 227.046.109 3 Mataram 806.604.103 936.982.270 1.075.617.986 327.621.180 358.242.089 386.947.682 4 Selaparang 1.304.581.291 1.260.092.753 1.442.284.321 595.016.668 491.100.464 529.699.500 5 Cakranegara 1.282.759.111 1.499.107.672 1.738.687.360 546.945.075 606.133.845 660.533.449 6 Sandubaya 978.049.907 1.125.620.988 1.313.948.464 400.559.220 442.175.472 479.422.456 Jumlah/Total 5.495.092.197 6.092.929.519 7.022.377.203 2.358.595.658 2.429.817.981 2.625.388.645

Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber: Dokumen PDRB Kecamatan di Kota Mataram, 2013.

Memperhatikan PDRB yang dihasilkan oleh kecamatan se-Kota Mataram dalam kurun waktu 2012-2013 tampak cukup bervariasi dimana kecamatan yang mencapai PDRB tertinggi atas dasar harga berlaku adalah Kecamatan Cakranegara dan yang terkecil adalah Kecamatan Sekarbela. Semua Kecamatan di Kota Mataram mengalami peningkatan PDRB yang positif. Keunggulam masing-masing Kecamatan dalam hal pembentukan nilai tambah PDRB juga bervariasi dan berbeda. Kecamatan Ampenan dan Sekarbela memberikan kontribusi terbesar pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dna air bersih, serta sektor bangunan.

Kecamatan Cakranegara memberikan kontribusi terbesar pada sektor industri pengolahan, sektor keuangan dan jasa perusahaan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara Kecamatan Sandubaya memberikan kontribusi terbesar pada sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan Kecamatan Mataram dan Selaparang memberikan kontribusi terbesar pada sektor jasa-jasa terutama jasa pemerintahan.

2.

Laju Inflasi

Salah satu indikasi stabilnya perekonomian suatu daerah adalah harga barang. Inflasi atau deflasi adalah perubahan harga barang di tingkat konsumen, atau merupakan persentase perubahan dari indeks harga konsumen (IHK). Dalam PDRB, kenaikan harga barang-barang dicerminkan oleh perkembangan laju indeks harga implisit (IHI). Indeks harga implisit menggambarkan tingkat inflasi yang menyeluruh dari seluruh kegiatan perekonomian mulai sektor pertanian sampai dengan jasa-jasa atau dengan kata lain tingkat perubahan

(20)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 28 6.38 4.1 9.27 7,18 0 5 10 2011 2012 2013 2014 Gambar 2.8

LAJU INFLASI KOTA MATARAM TAHUN 2011 - 2014

2011 2012 2013 2014 1,56 1,01 0,72 0,61 -1,03 0,91 4,55 0,78 -1,51 0,62 0,03 0,77 1,48 0,30 -0,39 -0,49 -0,04 0,45 0,98 0,73 0,26 0,30 1,14 2,27 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

2013 2014

indeks harga implisit menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada sektor/sub sektor. Secara agregat indeks harga implisit menunjukkan tingkat perubahan harga yang terjadi di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

Perkembangan harga barang akan mempengaruhi kemampuan masyarakat membeli barang-barang kebutuhan hidup. Sehingga dalam hal ini pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila tanpa diikuti oleh stabilnya harga-harga barang, dikatakan belum mampu menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Inflasi pada tahun 2014 dapat ditekan, hasilnya nilai inflasi tahun 2014 lebih kecil dibanding tahun 2013. Inflasi pada tahun 2014 yaitu 7,18% atau menurun 2,09% dari tahun 2013 sebesar 9,27%.

Sumber : BPS Kota Mataram dan Bank Indonesia, 2015

Adapun fluktuasi inflasi bulanan selama tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.9

Inflasi bulanan Kota Mataram (%) Tahun 2013-2014

(21)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 29 Dari gambar dapat terlihat bahwa tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada bulan Juli dengan nilai 4,55%, sedangkan pada tahun 2014 tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan nilai 2,27%. Sementara pada tahun 2013 terjadi deflasi sebesar 1,51% di bulan September pada dan pada tahun 2014 terjadi deflasi pada bulan April sebesar 0,49%. Adapun penyebab utama inflasi pada tahun 2014 antara lain didorong permintaan saat Maulid Nabi Muhammad SAW (Januari), Hari Raya Idul Fitri (Juli) dan efek kenaikan BBM pada akhir tahun 2014 (Desember).

Bank Indonesia telah memetakan inflasi yang terjadi di Kota Mataram tahun 2014, hasil pemetaan menunjukan bahwa trend yang berbeda dengan daerah lain dimana di kota Mataram ketika perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW terjadi inflasi yang tinggi bahkan lebih tinggi daripada saat Idul Fitri. Komoditi yang paling sering menjadi penyumbang inflasi tertinggi sepanjang tahun 2014 yaitu beras, tongkol pindang, tomat sayur, cabai rawit, dan daging ayam ras. Perkembangan Inflasi Kota Mataram menjadi perhatian bagi NTB karena memiliki bobot terbesar bagi inflasi NTB secara keseluruhan.

3.

PDRB per Kapita

Angka PDRB per Kapita memberikan gambaran kasar bagian PDRB yang diterima secara rata-rata oleh seluruh penduduk dalam suatu daerah. Meskipun kasar, PDRB per Kapita tetap ianggap relevan digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu daerah. Angka ini merupakan hasil pembagian antara besaran PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Adapun perkembangan pendapatan per Kapita Kota Mataram dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.10

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Mataram Tahun 2011-2014

**data prediksi

Sumber: BPS Kota Mataram, 2015.

Pada Tahun 2014 PDRB Per Kapita Kota Mataram atas harga berlaku mencapai kisaran Rp. 18.822.000, yang mana mengalami peningkatan sebesar 12,48% dibandingkan dengan tahun 2013.

2011 2012 2013 2014** PDRB Per Kapita (Rp.000/tahun) 13,504 14,745 16,734 18,822 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000

(22)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 30

4.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya mencerminkan aktifitas perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan, sedangkan pertumbuhan yang negatif menunjukkan terjadinya perlambatan dalam kegiatan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan oleh laju PDRB berdasarkan harga konstan. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil. Kebijakan tersebut akan tercermin dari kondisi makro ekonomi yang kondusif seperti tingkat inflasi yang cukup terkendali dan nilai tukar rupiah yang semakin menguat terhadap mata uang asing terutama Dolar Amerika (USD).

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Mataram kurun waktu 2011-2014 dapat dilihat sebagai berikut:

**data prediksi

Sumber: BPS Kota Mataram, 2015

Pada tahun 2013 masa transisi perpindahan bandara Selaparang ke Bandara Internasional Lombok telah selesai, sehingga pertumbuhan ekonomi Kota Mataram yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Mataram mencapai 3,02 persen sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mencapai 8,05 persen dan terus meningkat di tahun 2014 mencapai 8,38 persen. Pada tahun 2012 sektor pengangkutan dan komunikasi khususnya subsektor angkutan udara tidak lagi berkontribusi terhadap pembentukan PDRB, hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sangat rendah.

7.67 3.02 8.05 8,38** 0 5 10 2011 2012 2013 2014 Gambar 2.11

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA MATARAM TAHUN 2011-2014

(23)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 31 b. Fokus Kesejahteraan Sosial

1. Kemiskinan

Selama tahun 2011-2014 jumlah penduduk miskin Kota Mataram terus mengalami penurunan. Dengan kecenderungan selalu menurun di beberapa tahun terakhir, Angka kemiskinan diharapkan akan terus dapat ditekan sekecil mungkin sehingga kesejahteraan masyarakat di Kota Mataram dapat dinikmati secara menyeluruh dan merata. Penurunan angka kemiskinan Kota Mataram yang juga menjadi tanda peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat sebagaimana grafik berikut:

Grafik 1.9

Penduduk Miskin di Kota Mataram Tahun 2011 - 2014

*data proyeksi diolah

Sumber: BPS Kota Mataram (2011-2013)

Berkurangnya jumlah penduduk miskin setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya IPM Kota Mataram. Hal ini juga dapat diartikan bahwa pendapatan penduduk semakin meningkat, karena secara konseptual penduduk miskin adalah penduduk yang pendapatannya lebih kecil dari pendapatan yang dibutuhkan untuk hidup secara layak di wilayah tempat tinggalnya.

2. Pendidikan

Penduduk usia 10 tahun keatas dari hasil Susenas menunjukkan, pencapaian angka melek huruf (AMH) di Kota Mataram tahun 2014 telah mencapai angka 94,31 persen. Sedangkan penduduk yang masih buta huruf sebesar 5,69 persen. Jumlah itu kebanyakan di dominasi oleh penduduk perempuan dan penduduk usia lanjut. Diperlukan kerja keras semua pihak sehingga buta huruf di Kota Mataram bisa berangsur-angsur berkurang.

2011 2012 2013 2014*

Jumlah Penduduk Miskin

(Jiwa) 53,736 49,633 46,670 44,772 Persentase Penduduk Miskin

Kota Mataram (%) 13.18 11.87 10.75 10.06 0 2 4 6 8 10 12 14 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 Jiwa %

(24)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 32 Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Mataram dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan semakin sadarnya masyarakat akan arti pentingnya pendidikan. Pada tahun 2011 rata-rata lama sekolah selama 9,22 tahun, tahun 2014 rata – rata lama sekolah meningkat signifikan menjadi 9,89. Artinya rata-rata penduduk Kota Mataram bersekolah selama 9,89 tahun atau setingkat dengan kelas 1 SMA. Dengan demikian wajib belajar 9 tahun di Kota Mataram sudah dapat dilampaui.

Gambar 2.12

Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Kota Mataram Tahun 2012 – 2014

Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Walikota Mataram Periode 2011-2015

Adapun persentase tingkat kelulusan pada tahun 2013 untuk tingkat SD sebesar 99,83 persen, tingkat SMP kelulusan sebesar 100 persen dan tingkat SLTA kelulusan sebesar 98,05 persen. Untuk kelulusan MI, MTs, dan MA masing – masing 100 persen, 100 persen, dan 96,92 persen. Dengan semakin baiknya ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, serta kualitas tenaga pendidik dapat meningkatkan mutu pendidikan penduduk.

Pembangunan bidang pendidikan di Kota Mataram merupakan proses panjang untuk meningkatkan daya saing warga Kota Mataram. Berbagai kebijakan untuk memberikan hasil yang memuaskan dengan meningkatnya IPM Kota Mataram.

Daya serap penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu, dapat dilihat dengan menggunakan indikator yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Angka Partisipasi Kasar adalah perbandingan antara jumlah murid pada setiap jenjang pendidikan (SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, SMA/MA/Paket C), tanpa memperhitungkan umur, terhadap jumlah warga kota kelompok usia

2011 2012 2013 2014 AMH (%) 91.85 92.25 93.68 94.31 RLS (tahun) 9.22 9.68 9.69 9.89 8.8 9 9.2 9.4 9.6 9.8 10 90.5 91 91.5 92 92.5 93 93.5 94 94.5 Rata-rata Lama Sekolah Angka Melek Huruf

(25)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 33 sekolah (7-12, 13-15, 16-18 tahun) yang sesuai. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah (7-12, 13-15, 16-18 tahun) pada jenjang pendidikan tertentu ( SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, SMA/MA/Paket C) terhadap jumlah warga kota kelompok usia sekolah (7-12, 13-15, 16-18 tahun) yang sesuai.

Berikut gambaran perkembangan APK dan APM di Kota Mataram pada tahun 2012-2013 :

Gambar 2.13

Perkembangan APM dan APK untuk SD/Setara, SMP/Setara dan SMU/Setara Di Kota Mataram Tahun 2012 – 2014

Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Walikota Mataram Periode 2011-2015

Dari gambar dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Kasar tahun 2012 - 2014 pada jenjang pendidikan SD/MI/Paket A mencapai lebih dari 100% dimana hal ini disebabkan terdapat murid sekolah yang berusia di luar usia resmi sekolah atau terdapat murid sekolah yang berasal dari luar Kota Mataram. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs/PAket B dan SMA/MA/PAket C juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama untuk tahun 2014 mencapai lebih dari 100% dengan factor penyebab sama dengan yang terjadi pada tingkat SD/MI/Paket A.

Angka Partisipasi Murni tahun 2014 juga mengalami peningkatan di semua jenjang pendidikan kecuali pada tingkat SMP/MTs/Paket B yang mengalami penurunan. APK SD sampai dengan 2014 telah tercapai sebesar 110,4% dan melampaui target RPJMD yang ditetapkan sebesar 105,27%, termasuk APM SD sampai dengan 2014 telah tercapai sebesar 98,91% dan melampaui target RPJMD yang ditetapkan sebesar 89,68%. Sementara capaian untuk APK dan APM SMP/MTs/Paket B serta APK dan APM SMA/SMK/MA/Paket C dipengaruhi oleh masih tingginya biaya pendidikan pada dua jenjang pendidikan tersebut.

100.7 91.8 84.63 94.76 74.22 64.41 101.35 96.82 75.91 95.91 83.19 64.67 110.4 106.65 92.16 98.91 77.82 67.01 60 66 72 78 84 90 96 102 108

APK SD APK SMP APK SMA APM SD APM SMP APM SMA 2012 2013 2014

(26)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 34 Dalam mengatasi keterbatasan tersebut, Pemerintah Kota Mataram melakukan mekanisme pembiayaan tambahan melalui BOSDA untuk memberikan pembebasan biaya pendidikan bagi siswa miskin/tidak mampu.

3. Kesehatan

Kota Mataram dengan karakteristik perkotaan yang berkembang membutuhkan upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Hal ini menjadi prioritas bagi Pemerintah Kota Mataram, agar derajat kesehatan selalu meningkat dan lebih baik. Muara dari kualitas kesehatan masyarakat, akan tergambarkan dalam Angka Harapan Hidup (AHH), Angka kelangsungan hidup bayi dan persentase balita gizi buruk. Adapun capaian kualitas kesehatan masyarakat Kota Mataram yang terukur dari indikator-indikator tersebut di atas dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.14

Perkembangan Angka Indikator Kesehatan Kota Mataram 2011-2014

Sumber: LKPJ Akhir Masa Jabatan Walikota Mataram Periode 2011-2015

Setiap tahunnya angka harapan hidup Kota Mataram mengalami peningkatan, selama kurun waktu 2011 – 2014. Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Mataram pada tahun 2011 mencapai 67,13 tahun meningkat 1,67 menjadi 68,80 tahun pada tahun 2014. Meningkatnya AHH mencerminkan derajat kesehatan masyarakat Kota Mataram dari tahun ke tahun semakin baik oleh karena meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan, intensitas penyuluhan kesehatan dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap arti hidup sehat. Pada kasus prevalensi gizi buruk terjadi pada anak usia Balita sebagai dampak kekurangan asupan gizi. Langkah penurunan angka kejadian gizi buruk setiap tahunnya dilakukan dengan mengefektifkan mekanisme pendataan, kontrol kejadian, dan intervensi penanganannya.

2.5 2.5 2.25 40.82 40.31 43.22 44.5 67.13 67.62 68.12 68.63 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 30 40 50 60 70 2011 2012 2013 2014 PGB AHH & AHKB

Prevalensi Gizi Buruk (%)

Angka Kelangsung-an Hidup Bayi per 1000 kelahiran hidup (%) Angka Harapan Hidup (Tahun)

(27)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 35 4. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Pemerintah Kota Mataram terus mengupayakan peningkatan mutu tenaga kerja dengan cara membekali masyarakat dengan keterampilan sehingga dapat memasuki lapangan pekerjaan sesuai yang dikehendaki. Bahkan, pemerintah sangat mengharapkan agar masyarakat mampu menciptakan lapangan kerja sendiri dengan memanfaatkan peluang yang ada atau membuka kesempatan kerja. Menurut data statistik yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, jumlah pengangguran penduduk Kota Mataram tahun 2014 sebanyak 9.530 jiwa atau menurun 212 jiwa dari tahun 2013 yang berjumlah 9.742 jiwa.

Indikator yang memliki relevansi dalam pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari, merujuk pada suatu waktu dalam periode survey. Sedangkan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) merupakan peluang penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja untuk bekerja.

Terjadinya penurunan TPAK tidak serta merta diartikan minimnya kinerja pemerintah Kota Mataram dalam hal penanganan ketenagakerjaan akan tetapi lebih pada pola penghitungan yang digunakan, dimana penghitungan TPAK didasarkan atas jumlah angkatan kerja berbanding jumlah penduduk usia kerja sehingga dapat dijelaskan bahwa angkatan kerja berdasarkan kelompok umur yaitu 15-24 tahun (kelompok usia sekolah) dan umur 65 ke atas (kelompok purna bakti/pensiun) lebih banyak masuk ke kelompok bukan angkatan kerja. Dengan demikian terjadi penurunan rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja yang berimplikasi pada berfluktuasinya angka TPAK.

Gambar 2.15

Perkembangan Angka Indikator Ketenagakerjaan Kota Mataram 2011-2014

Sumber: BPS Kota Mataram, 2015

6.7 6.53 5.48 4.79 64.71 61.98 56.15 61.2 93.3 93.47 94.52 95.21 4 5 6 7 45 65 85 105 2011 2012 2013 2014 TPT TPAK & TKK

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)

(28)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 36 Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) menunjukkan besarnya penyerapan angkatan kerja terhadap pasar kerja. Meningkatnya TKK tidak terlepas dari upaya pemerintah Kota Mataram diantaranya dengan menjalin kerjasama secara intens dan berkelanjutan dengan stakehoder ketenagakerjaan, peningkatan kapasitas dan profesionalisme pencari kerja, adanya regulasi ketenagakerjaan yang berorientasi pada pemanfaatan tenaga kerja lokal serta keterbukaan akses informasi melalui bursa tenaga kerja online.

c.

Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Jumlah grup/sanggar kesenian di Kota Mataram berfluktuasi dari tahun ke tahun sebagaimana diuraikan dalam berikut:

Tabel 2.8

Rasio Grup Kesenian/Sanggar Kesenian per 10.000 penduduk di Kota Mataram Tahun 2014

No Uraian Jumlah

1 Jumlah Grup/Sanggar Kesenian 206

2 Jumlah Penduduk 441.064

Rasio Sanggar Kesenian per 10.000 penduduk 4,67

Sumber : BPS Kota Mataram, 2015 dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Mataram, 2014

Sementara itu kondisi jumlah klub olahraga dan lapangan olah raga yang ada di Kota Mataram menunjang peningkatan prestasi di even olahraga baik tingkat nasional maupun internasional. Rasio klub olahraga di Kota Mataram, sebagaimana tabel terlampir:

Tabel 2.9

Rasio Klub Olahraga per 10.000 penduduk di Kota Mataram Tahun 2013

No Uraian Jumlah

1 Jumlah Klub Olahraga 55

2 Jumlah Penduduk 441.064

Rasio Klub Olahraga per 10.000 penduduk 1,25 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Mataram, 2014 2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

1. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Pendidikan

Program pendidikan gratis yang dilaksanakan secara nasional untuk tingkat SD dan SMP sangat membantu masyarakat kurang mampu untuk melanjutkan sekolah termasuk Kota Mataram. Dengan dilaksanakan program pendidikan gratis diharapkan kualitas pendidikan di Kota Mataram meningkat. Pelaksanaan Urusan Wajib Kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran

(29)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 37 strategis meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat yang ditetapkan dalam RKPD Tahun 2014.

Tabel 2.10

Statistik Sekolah di Kota Mataram Tahun 2013

URAIAN TK & RA SD & MI SMP & MTs SMA, SMK, MA

Sekolah 117 184 58 56

Guru 640 2.608 1.645 2.097

Murid 6.661 47.155 23.235 22.465

Sumber: Mataram dalam Angka 2014

Kebijakan pemerintah yang semakin memperhatikan pendidikan maka fasilitas pendidikan di Kota Mataram juga semakin meningkat. Tahun 2013 Di Kota Mataram terdapat 95 Pra sekolah atau TK, 184 SD sederajat (2012:179), 62 SMP sederajat (2012:62) dan 56 SMA sederajat (2012:55) yang tersebar di enam kecamatan. Tenaga pengajar masing – masing 497 guru TK, 2.608 guru SD, 1.645 guru SMP dan 2.097 guru SMA.

Tabel 2.11

Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5-24 tahun Di Kota Mataram Tahun 2013 (%)

Jenis Kelamin Tidak/Belum

Pernah Sekolah Masih Bersekolah Tidak Bersekolah Lagi Laki-laki 8,52 71,21 20,26 Perempuan 7,87 68,58 23,55

Laki-laki & Perempuan 8,20 69,89 21,91

Sumber: Buku Statistik Daerah Kota Mataram, 2014

Program belajar 9 tahun di Kota Mataram sedang diupayakan meningkat menjadi 12 tahun. Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduk usia 10 keatas tahun 2013 umumnya pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah SMA yaitu sebanyak 29,64 persen, terdapat penduduk lulusan Perguruan tinggi sebanyak 8,02 persen. Untuk melihat penduduk usia sekolah umumnya mengacu pada penduduk usia 5- 24 tahun. Dari seluruh penduduk usia ini sebanyak 69,28 persen masih bersekolah sedangkan 21,91 persen sudah tidak bersekolah lagi, dan sebanyak 8,2 persen tidak pernah atau belum bersekolah. Masih adanya penduduk usia 5-24 tahun yang tidak atau belum bersekolah ini perlu menjadi perhatian semua pihak, karena masih ada warga Kota Mataram yang belum pernah mengenyam pendidikan di era modern ini.

Data penunjang layanan pendidikan Kota Mataram tahun 2014 dapat dilihat sebagai berikut:

(30)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 38 Tabel 2.12

Pembangunan Urusan Wajib Pendidikan Kota Mataram Tahun 2014

FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB PENDIDIKAN

No Indikator Pembangunan Satuan Realisasi 2014 1. Pendidikan dasar:

1.1. Angka partisipasi sekolah % 110,4 1.2. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia

sekolah % 37,81

1.3. Rasio guru/murid % 587,55

1.4. Rasio guru/murid per kelas rata-rata %

58,82 2. Pendidikan menengah:

2.1. Angka partisipasi sekolah % 35,22 2.2. Rasio ketersediaan sekolah terhadap

penduduk usia sekolah %

37,81 2.3. Rasio guru terhadap murid % 1:25 2.4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-

rata % 36,7

2.5. Penduduk yang berusia >15 Tahun melek

huruf (tidak buta aksara) % 99,1

3. Fasilitas Pendidikan:

3.1. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi

bangunan baik % 2,601

3.2. Sekolah pendidikan SMP/MTs dan

SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik %

1,881 4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD):

4.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) % 0,3 5. Angka Putus Sekolah:

5.1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI %

0,14 5.2. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs % 0,39 5.3. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA % 1,7 6. Angka Kelulusan:

(31)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 39 FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB PENDIDIKAN

No Indikator Pembangunan Satuan Realisasi 2014 6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI %

100 6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs % 100 6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA % 99,9 6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke

SMP/MTs % 110,04

6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke

SMA/SMK/MA % 124,24

6.6. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV %

90,97

b.

Kesehatan

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai sebuah investasi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan terjangkau, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan Urusan Wajib Kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran strategis meningkatkan kualitas dan derajat kesehatan masyarakat yang ditetapkan dalam RKPD Tahun 2014.

Kondisi umum kesehatan di Kota Mataram dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Kebijakan dalam memfungsikan Puskesmas sebagai Pelayanan Perawatan dengan ketersediaan 4 Puskesmas Perawatan di Kota Mataram agar masyarakat dapat lebih efisien dalam mendapatkan layanan kesehatan, serta dalam memberikan pemerataan pelayanan antara RSUD dan Puskesmas, sehingga optimalisasi pelayanan kesehatan tingkat pratama atau pelayanan kesehatan tingkat dasar dapat dicapai. Sebagai sebuah Kota dengan dinamika yang kompleks, penanganan penyakit tertentu membutuhkan penanganan khusus dan berkelanjutan, seperti Penanganan HIV-AIDS, Gizi Buruk dan Gizi Kurang. Langkah-langkah optimalisasi dilakukan dengan penguatan kelembagaan dan jejaring kerja yang jelas dan berkesinambungan antara stakeholders terkait.

(32)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 40 Guna melayani masyarakat di bidang kesehatan di Kota Mataram, pada tahun 2014 terdapat fasilitas kesehatan yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.13

Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Mataram Tahun 2014 No Sarana Kesehatan Jumlah Keterangan

1 RSU Pemerintah 2 RSUD Pemprov NTB & Kota Mataram

2 RSU TNI/Polri 2 TNI/Polri

3 RSU Swasta 5

RS Islam Siti Hajar, RS Saint Antonius, RS Risa, RS

Biomedika, RS Harapan Keluarga

4 Rumah Sakit Jiwa 1 Pemprov NTB 5 Rumah Bersalin 7 Swasta 6 Balai Kesehatan Mata 1 Pemprov NTB

7 Klinik 5 Swasta

8 Puskesmas Perawatan 4 Pemerintah Kota Mataram 9 Puskesmas Non Perawatan 7 Pemerintah Kota Mataram 10 Puskesmas Pembantu 18 Pemerintah Kota Mataram

11 UP2F 1 Swasta

12 Poskesdes 24 Pemerintah Kota/Kabupaten 13 Posyandu 344 Pemerintah Kota/Kabupaten

14 Poskestren 12 Swasta

15 Praktek Dokter Perorangan 523 Swasta Sumber: Mataram Dalam Angka, 2014

Di bawah ini diuraikan mengenai sebaran (proporsi) jumlah Puskesmas & Pustu di Kota Mataram diuraikan sebagai berikut:

Gambar 2.16

Sebaran Puskesmas, Pustu dan Poskesdes di masing-masing Kecamatan di Kota Mataram:

(33)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 41

Sumber: Dinas Kesehatan, 2014

Tersedianya tenaga medis juga sangat menunjang, dengan banyaknya tenaga medis masyarakat dapat terlayani dengan baik. Hal ini terlihat jumlah dokter umum sebanyak 28 orang, dokter spesialis 37 orang, dokter gigi 12 orang, dan perawat sebanyak 118 orang. Dengan ketersediaanya fasilitas kesehatan maka akses masyarakat akan kesehatan menjadi mudah. Keberhasilan pelayanan kesehatan masyarakat tidak saja meningkatkan usia harapan hidup namun seseorang akan tetap aktif sampai usia lanjut hal ini otomatis akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tabel 2.14

Pembangunan Urusan Wajib Kesehatan Kota Mataram Tahun 2014

FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB KESEHATAN

No Indikator Pembangunan Satuan Realisasi 2014 1. Rasio Posyandu per satuan balita %

7,67 2. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per

satuan penduduk % 0,06

3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk %

0,02 4. Rasio dokter per satuan penduduk % 0,086 5. Rasio tenaga medis per satuan penduduk % 0,022 6. Cakupan komplikasi kebidanan yang

ditangani % 120,93

AMPENAN SEKARBELA MATARAM SELAPARANG CAKRANEGAR

A SANDUBAYA PUSKESMAS 2 2 1 3 1 2 PUSTU 2 5 0 5 1 5 POSKESDES 1 6 2 5 1 9 0 2 4 6 8 10

(34)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Mataram Tahun 2016 42 FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB KESEHATAN

No Indikator Pembangunan Satuan Realisasi 2014 7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

%

88,25 8. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child

Immunization (UCI) % 92

9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat

perawatan % 100

10. Cakupan penemuan dan penanganan

penderita penyakit TBC BTA %

60,13 11. Cakupan penemuan dan penanganan

penderita penyakit DBD % 100

12. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan

pasien masyarakat miskin % 10,83

13. Cakupan kunjungan bayi %

92,99

14. Cakupan puskesmas %

183,33 15. Cakupan pembantu puskesmas %

36

c.

Pekerjaan Umum

Penyelenggaraan Urusan Wajib Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Layanan Urusan Wajib Pekerjaan Umum diarahkan untuk mencapai sasaran strategis Fungsi Saluran Drainase, Optimalisasi Penataan Sempadan Sungai dan Pantai, dan Meningkatkan penanganan perumahan tidak layak huni dan kawasan permukiman kumuh yang ditetapkan dalam RKPD Tahun 2014.

Pembangunan urusan pekerjaan umum mencakup penyediaan sarana dan prasarana yang dapat mempermudah akses masyarakat. Sebagai sektor penunjang, urusan pekerjaan umum berperan besar dalam mendukung keberhasilan pembangunan pertanian, membuka isolasi wilayah, serta pembangunan sektor-sektor lainnya. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai yang dikelola secara efisien, akan menciptakan peningkatan aksesibilitas dan kinerja sistem transportasi sehingga kegiatan perdagangan dan jasa akan berkembang dan memicu keunggulan daya saing perekonomian. Pada sisi lainnya tersedianya sarana prasarana perkotaan yang memadai, akan mampu minimalisir terjadinya bencana serta dampaknya yang menghambat kemajuan perkembangan kota.

Gambar

Gambar 2.1. Letak Geografis Kota Mataram di Provinsi NTB
Gambar 2.12: Keterkaitan Misi dan Sasaran Strategis

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sebuah rencana bayaran kompetitif pasar, kompensasi suatu pekerjaan mencerminkan nilai pekerjaan tersebut dalam perusahaan, serta berapa yang dibayarkan pemberi kerja

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan terhadap IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2013; (2) menganalisis

Hal ini sesuai dengan teori Marni (2013), bahwa pemberian nutrisi melalui orang tua pada anaknya selain agar anak mau mengkonsumsi berbagai zat gizi yang sesuai

Fakta di lapangan tersebut didukung dengan pengakuan dari guru lain yang mengatakan bahwa guru kelas 4 ketika memberikan materi pembelajaran acuan utama

Seperti yang tercantum dalam versi Lovasz yang diusulkan oleh banyak orang, Lovasz awalnya dipahami sebagai kasus khusus dari yang lain, maka masalah di teori graph yang meminta

Dalam kuesioner ini nantinya terdapat rancangan pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan keputusan kepemilikan asuransi jiwa di Surabaya sebagai variabel

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran mind mapping adalah suatu model yang menggunakan sistem belajar berfikir menggunakan kedua belah

Keuntungan dari menggunakan strategi ini adalah: (1) memaksimalkan kontrol terhadap output yang dihasilkan pada retailer tersebut; (2) meningkatkan imej produk