• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT AL-QUR’AN SURAH LUQMAN AYAT 16 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB

MENURUT AL-QUR

AN SURAH LUQMAN AYAT 16

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MUHAMMAD DA

I SHOLIH

NIM: 11110 159

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB

MENURUT AL-

QUR’AN SURAH LUQMAN

AYAT 16

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MUHAMMAD DA

I SHOLIH

NIM: 11110 159

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

َر َةَرْ يَرُه ىِبَأ ْنَع

َلاَق ُهْنَع ُللها َيِض

:

ِهْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلْوُسَر َلاَق

َمَّلَسَو

:

َم ْن

َع

ِم

َل

ِب َم

َع ا

ِل َم

َو َ

ر َث ُه

ُللها

اَم َمْلِع

َل ْم

َ ي ْع

َل ْم

(

هيلع قفتم

)

Dari Abu Huroiroh r.a telah berkata, Rasulullah

Saw telah bersabda:

“Barang

siapa mengerjakan

dengan apa yang diketahuinya, niscaya

dipusakakan Allah Swt kepadanya ilmu

pengetahuan yang belum

diketahuinya.”

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Ayahku Bp Syafii dan Ibuku Musyaro

ah yang memberikan

segalanya, tanpa jerih payah dan kasih sayang darinya tak akan

pernah mampu kuberada dalam keadaan yang sebaik ini,

kakak-kakakku yang selalu mensupport, terimakasih atas

nasehat dan omelannya, serta adikku yang selalu menghibur

dengan tingkah konyolnya.

Seluruh teman-teman angkatan 2010 yang telah melambaikan

tangannya jauh-jauh hari, terimakasih telah membuat

warna-warni kehidupan dan semoga kesuksesan bersama kalian.

Teman-teman Ponpes Sunan giri, bersama kalian ku tempuh

masa muda tuk belajar kedewasaan

Dan kepada pembaca yang menyempatkan mengutip ataupun

(9)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swtatas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam AllahSwt, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Penyempurna akhlak manusia dan yang selalu kuucap namamusebagai bentuk kerinduan yang tak ada hentinya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. ketua jurusan pendidikan agama islam IAIN Salatiga.

4. Bapak H. Agus Ahmad Su’aidi, MA. selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak/ ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

(10)

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat نيملاعلا ّبر لله دمحلا. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Salatiga, 13 Maret 2017 Penulis

(11)

ABSTRAK

Sholih, Da’i. 2017. Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab Menurut Al-Qur’an

Surah Luqman Ayat 16. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama

Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H. Agus Ahmad Su’aidi, M.A,

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Tanggung Jawab dan Al-Qur’an.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter bertanggung jawab menurut QS. Luqman ayat 16. Pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti adalah: 1. Bagaimanakah karakter bertanggung jawab menurut Al-Qur’an surah luqman ayat 16. 2. Bagaimanakah Implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan metode library research (kajian pustaka), dengan menjadikan literatur kitab-kitab seperti Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi Saw, ataupun buku-buku sebagai objek penelitian, setelah itu mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tanggung jawab, setelah dikumpulkan maka ayat-ayat tersebut disusun dan dikaitkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya, pada tahap selanjutnya menganalisis isinya (content analysis).

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ………... ... i

LOGO IAIN ... ... ii

JUDUL ... ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ... vi

MOTTO... ... vii

PERSEMBAHAN ... ... viii

KATA PENGANTAR... ... ix

ABSTRAK ... ... xi

DAFTAR ISI ... ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelilitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... .. 7

E. Kerangka Teoritik... 8

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematika Pembahasan... 14

BAB II. LANDASAN TEORI A. Hakekat Karakter Bertanggung Jawab ... 16

B. Macam-macam Bentuk Tanggung Jawab ... 18

(13)

D. Kompilasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Mengandung Nilai Tanggung Jawab ... 26 BAB III. ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH DAN TAFSIR

A. Asbabun Nuzul Q.S Luqman Ayat 16 ... 37 B. Munasabah Nuzul Q.S Luqman Ayat 16 ... 39 C. Tafsir QS. Luqman Ayat 16 ……….... 42 BAB IV. PEMBAHASAN

A. Implementasi Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surah Luqman

Ayat16 ... 46 B. Hikmah Karakter Bertanggung Jawab .………... 56 BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ……… 60

DAFTAR PUSTAKA

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna disisi Allah Swt. Manusia diberikan anugerah berupa akal fikiran agar bisa membedakan perkara yang baik dan perkara yang buruk, agar bisa melakukan segala pekerjaannya dengan sebaik mungkin, dan dengan akal fikiran pula manusia mampu mempertimbangkan apapun yang ingin dilakukan. Tentang kesempurnaan manusia ini, Allah Swt berfirman

ٍْيْىوْقَ ت ىنَسْحَا ىفِ َناَسْنلإا اَنْقَلَخ ْدَقَل

(

ينّتلا

:

4

)

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya .”(At-Tin: 4)

Berbicara tentang akal fikiran, tentunya tidak lepas dari yang namanya pendidikan.Karena dengan pendidikan itulah akal fikiran bisa berkembang dan berlanjut pada perkembangan kehidupan manusia.

Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Tim Penyusun KBBI, 2005: 263)

(15)

mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baikjasmaniah maupun rohaniah.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yangdemokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan uraian undang-undang di atas dapat diketahui bahwa arah pendidikan adalah sebagai wadah pembentuk generasi bangsa yang berpotensi, berilmu, bermoral dan berakhlak mulia.Namun pada kenyataannya, masih banyak kita jumpai tindak kriminal seperti perilaku korupsi yang dilakukan para pejabat, tawuran yang dilakukan pelajar, penyelewengan kekuasaandan lain-lain. Itu semua karena orang lebih mementingkan diri-sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain.

(16)

Persoalan karakter bangsa akhir-akhir ini menjadi sorotantajam masyarakat, yang diungkapkan melalui berbagai tulisan di mediacetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain dimedia massa, para pemuka agama dan masyarakat, para ahli, para pengamatpendidikan, dan para pengamat sosial, mulai gencar angkat bicara mengenaipersoalan budaya dan karakter bangsa diberbagai forum diskusi dan seminar,baik di tingkat lokal maupun nasional. Berbagai kasus dan peristiwa yangsering kita baca di media surat kabar dan amati di layar kaca, seperti kasuskorupsi, kolusi, nepotisme, perampokan, pencurian dengan kekerasan,kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, aksi terorisme, dan kasuslainnya, menimbulkan pertanyaan dalam benak kita: “Dimanakah gerangannilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan pilar kebangsaan kita kini

berada?”(Kementrian pendidikan dan kebudayaan, 2013:3)

Pendidikan adalah wadah untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Proses pengembangan kemampuan manusia dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik hendaknya berjalan dengan seimbang. Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata seimbang. Karena gaya pendidikan dan pembelajaran yang cenderung formalistik dan hanya mementingkan capaian akademik semata (Darmiyati zuchdi, dkk., 2013:2).

(17)

tanggung jawab atas apa yang telah mereka pelajari untuk diterapkan dalam kehidupan dengan sebaik-baiknya.

Menyikapi hal demikian, belakangan sering diwacanakan pendidikan karakter di Indonesia. Pemerintah menggalakkan program penanaman karakter sejak usia dini, membubuhkan pendidikan karakter dalam tiap mata pelajaran, dan berusaha semaksimal mungkin menumbuhkan kesadaran individu manusia.

Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri-sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan.Nilai-nilai tersebutdapat terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatanberdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Jamal, 2011: 35).

Agus Wibowo (2012: 36) menyatakan pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

(18)

akhlak (karakter) manusia.Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan

mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad Saw, yang memiliki sifat Shiddiq, Amanah,

Tabligh, Fathonah (Mulyasa, 2014: 5).Allah Swt telah berfirman dalam Q.S

yang agung.” (Q.S Al-Qalam:4)

Dalam hadits pun telah disebutkan:

اََنَىإ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang

mulia.”(H.R. Bukhori dan Abu Dawud)

(19)

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, maupun Tuhan YME (Darmiyati Zuchidi dkk, 2010:15).

Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya (Abdullah Munir, 2010: 90).

Sebagian orang lebih memilih menghindari tanggung jawab dari pada menerima tanggung jawab atas apa yang dilakukan. Oleh karena itulah muncul

istilah peribahasa, “lempar batu sembunyi tangan.” Sebuah peribahasaan yang mengartikan manusia tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri, dan membiarkan orang lain yang menanggung akibat perbuatannya.

(20)

Berdasarkan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk mendalami ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan tanggung jawab dan memutuskan untuk meneliti dengan judul sebagai berikut:

PENDIDIKAN KARAKTER BERTANGGUNG JAWAB MENURUT

AL-QUR’ANSURAH LUQMAN AYAT 16

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana karakter bertanggung jawab menurut Al-Qur’an surah luqman ayat 16.

2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakter bertanggung jawab yang ditanamkan Allah dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.

2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16.

D. Manfaat Penelitian

(21)

1. Bagi IAIN Salatiga, untuk memperkaya daftar pustaka yang diberikan kepada mahasiswa di perpustakaan IAIN Salatiga, selain itu, bisa dijadikan bukti dalam memberikannya khazanah ilmu baru lewat generasi terdidik yang bisa menunjukkan hasil penelitiannya.

2. Untuk khalayak umum, manfaat dari penelitian yang dibuat ini, bisa mempermudah untuk memahami dari makna tanggung jawab

menurutAl-Qur’ansurah luqman ayat 16, dan maksud dari interpretasi dari ayat-ayat tersebut menurut para ulama’ terkemuka.

3. Untuk peneliti sendiri, selain memberikan wawasan baru dalam dunia pendidikan, peneliti juga akan lebih memahami sejauh mana interpretasi dari Al-Qur’an surah luqman ayat 16 yang telah diteliti tersebut.

E. Kerangka Teoritik

1. Pendidikan

Pendidikan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Tim Penyusun KBBI, 2005: 263).

(22)

2. Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.(Masnur Muslich, 2011: 84)

Karakter ialah watak yang telah tertanam dalam hati yang mudah keluar dalam bentuk perbuatan tanpa melalui proses berfikir dan merenung. Apabila watak itu muncul dengan perbuatan yang baik secara

akal dan syara’ maka itu disebut karakter yang baik (khuluqon khasanan). Dan apabila watak itu mucul dengan perbuatan jelek (‘afalu qobikhah) maka disebut karakter yang jelek (khuluqon syyian) (Al Ghozali, -:52)

Furqon Hidayatullah (2010: 17) mendefinisikan karakter sebagai kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.

Selanjutnya, Daryanto dan Suyatri (2013: 64) mengartikan karakter sebagai pola perilaku yang bersifat individual dan keadaan moral seseorang.

3. Tanggung Jawab

(23)

yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Tanggung jawab pada taraf yang paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya. (Abdullah Munir, 2010: 90)

Menurut Thomas Lickona (2012: 73) Tanggung jawab adalah melaksanakan sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam keluarga, di sekolah, maupun di tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik.

4. Al-Qur’an

Al-Qur’an secara etimologiadalah bentuk kata mashdar dari qa-ra-a, sehingga kata Al-Qur’an dimengerti oleh setiap orang sebagai nama kitab suci yang mulia itu. (Subhi As-Shalih, 1993: 10).

Quraish Shihab (1999: 3) menyatakan Al-Qur’an secara harfiyah

berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak mansia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al

-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.

Sedangkan Al-Qur’an secara terminologi menurut Hasby

Ash-Shidieqy (1954:2) dalam bukunya Syarah dan Pengantar Ilmu Qur’an dan

(24)

Kalam Allah yang dikomunikasikan kepada manusia melali Nabi Muhammad Saw dalam bahasa arab. Al-Qur’an dijadikan Allah Swt dalam bentuk mushaf-mushaf yang dikutip secara mutawatir sehingga dapat diterima dan dipahami dengan benar serta terjaga kelestariannya (Samsurrohman, 2014:22).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalahlibrary research, di mana data-data yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang primer maupun yang skunder, dicari dari sumber-sumber kepustakaan (seperti buku, majalah, artikel dan jurnal) (Adang kuswaya, 2009: 11). Hal ini sejalan dengan penjelasan Mestika (2008:3) yang mengartikan library research sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian.

2. Pendekatan

Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode tematik. Tafsir tematik yaitu sebuah penelitian pada tema tertentu untuk dikaji. Namun, yang menjadi pokok bahasan utama adalah Al-Qur’an surah luqman ayat 16. Adapun ayat-ayat lain sebagai dalil pendukung.

(25)

a. Memilih atau menetapkan masalah alquran yang akan dikaji secara mawdhu’iy (tematik).

b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah telah ditetapkan, ayat Makiyyah dan Madaniyyah.

c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya, disertai pengetahuan menegenai latar belakang turunnya ayat atau asbab al-nuzul

d. Memahami korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam masing-masing suratnya.

e. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh (outline).

f. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadits, bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan antara pengertian ‘am dan khash, antara muthlaq dan yang muqayyad, mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu muara,

(26)

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode yang relevan dengan library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan untuk penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian: a. Sumber data primer, yaitu Al-Qur’an dan hadits Nabi Saw yang

berkaitan dengan tanggung jawab.

b. Sumber data skunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur’an yang berkaitan dengan tanggung jawab dan karya-karya para ahli yang membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan pembahasan pokok.

4. Metode Analisis Data

Analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif atau data textular. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini juga disebut analisis isi (content analysis) (Sumadi Suryabrata, 1995: 85).

Weber menambahkan, kajian isi merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shohih dari sebuah buku atau dokumen (Lexy J. moleong 2010:220).

(27)

G. Sitematika Pembahasan

Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini disusun dalam lima bab yang meliputi:

BAB I Dalam bab ini merupakan pendahuluan, didalamnya memaparkan tentang latar belakang penelitian, rumusan dan tujuan penelitian. Selain itu didalamnya juga membahas tentang manfaat penelitian yang diangkat dalam topik pembahasan, dan diteruskan dengan teknik pengumpulan data serta sistematika pembahasan yang digunakan dalam membuat penelitian ini agar lebih terstruktur dan sistematis.

BAB II Sebagai kelanjutan dari bab awal yang lebih spesifik dalam sistematika penulisan, bab yang kedua ini menguraikan kajian umum tentang hakikat tanggung jawab, diteruskan penghimpunan segala dalil yang berhubungan dengan sifat tanggung jawab. BAB III Menguraikan tentang sebab-sebab turunnya Al-Qur’an yang

menerangkan tentang karakter bertanggung jawab, selain itu di dalam bab ini juga menerangkan tentang munasabah dengan ayat-ayat lain,dan juga memaparkan tafsirnya.

(28)

dalam Al-Qur’an surah luqman ayat 16 dalam kehidupan sehari -hari.

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Karakter Bertanggung Jawab

Tanggung jawab adalah beban yang dipikul oleh seseorang akibat sesuatu yang ia lakukan, baik karena ucapan dan perbuatannya ataupun karena diamnya. Apa yang dilakukan seseorang pertama-tama akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt., selanjutnya di hadapan dirinya sendiri dan di hadapan masyarakat. Adapun akibat dari apa yang ia lakukan tersebut:

1. Di hadapan Allah Swt, dapat berupa pahala ataupun siksa.

2. Di hadapan diri-sendiri bisa berupa kebahagiaan atau kesengsaraan.

3. Di hadapan masyarakat bisa berupa pujian atau hukuman. (Mahmud, 2004: 150)

(30)

Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa tanggung jawab adalah suatu hal yang wajib untuk dikerjakan. Seperti contoh orang Islam sebagai umat Allah Swt, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan shalat fardlu lima waktu. Dan itu juga sebagai kewajiban orang islam tersebut sebagai seorang hamba.

Abuddin Nata (2002: 132) berpendapat bahwa tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Ini pun sesuai dengan ungkapan Indonesia, yaitu kalau dikatakan bahwa orang yang melakukan kekacauan sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, maka yang dimaksud adalah bahwa perbuatan yang dilakukan orang tersebut secara moral tidak dapat dipertanggungjawabkan, mengingat perbuatan tersebut tidak dapat diterima oleh masyarakat.

لَْوُسَر َثَعْ بَ ن َتََح َْينىبمذَعُم اَّنُك اَمَو ىَرْخُأ َرْزمو ٌةَرىزاَو ُرىزَت َلََو

Artinya: “Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,

dan Kami tidak akan menyiksan sebelum Kami mengutus seorang rasul …”

(Q.S Al-Isra’: 15)

اَهَعْسُو َلَىإ اًسْفَ ن ُللها ُفملَكُي َلَ

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan

kemampuannya …” (Q.S Al-Baqarah: 286)

Dari gabungan dua ayat ini, kita dapat memetik paling tidak dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu:

(31)

2. Manusia tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa yang tidak dilakukannya, sekalipun hal tersebut diketahui. (Shihab, 1999: 257)

Seseorang bisa dinilai memiliki karakter bertanggung jawab jika orang tersebut selalu lebih mementingkan mengerjakan kewajiban dari pada hak pribadinya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Sri Narwanti (2011: 69) bahwa indikator dari tanggung jawab ialah selalu melaksanakan tugas sesuai dengan aturan/ kesepakatan dan bertanggung jawab dengan semua tindakan yang dilakukan.

B. Macam-macam Bentuk Tanggung Jawab

َع ْن

dijunjung tinggi dalam ajaran Islam.Karena tanggung jawab berhubungan dengan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Setiap manusia adalah pemimpin yang akan mempertanggungjawabkan kepimpinannya, baik memimpin diri-sendiri maupun memimpin orang lain. Dan manusia memiliki tanggungan yang akan dipertanggungjawabkan tanggungannya tersebut.

(32)

masyarakat, dan terhadap umat islam mengingat ia adalah bagian dari umat islam.Prinsip tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan Al-Qur’an dalam sejumlah ayatnya.

ٌةَنْ يىهَر ْتَبَسَك اَىبِ ٍسْفَ ن لُك

diperbuatnya,” (Al-Mudatstsir: 38)

َو َلَ

Artinya: “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan

kemudharatannya kembalikepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa

tidak akan memikul dosa orang lain….” (Al-An’aam: 164)

...

Artinya: “…Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Israa’: 36) (Mahmud, 2004: 15)

Dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut bisa dijabarkan, bahwasanya macam -macam tanggung jawab meliputi:

1. Tanggung jawab sebagai seorang individu.

Setiap manusia mempunyai harga diri yang bersumber pada kata hatinya, yaitu bagian dari manusia yang mampu membedakan antara berbagai nilai hidup.Tanggung jawab terhadap diri-sendiri mencegah kita terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat merendahkan martabat manusia, yang dapat merendahkan harga dirinya. (Pribadi, 1987: 77)

(33)

keutamaan.Demikian juga sebaliknya, meninggalkan kewajiban terhadap diri-sendiri merupakan tindakan yang tidak terpuji. Mengenai kebenaran akan hal ini merupakan kesepakatan bersama yang tidak bisa diperdebatkan lagi.(Mahmud, 2004: 15)

Ali Abdul Halim Mahmud menambahkan, Tanggung jawab seseorang terhadap dirinya sendiri meliputi semua yang ia lakukan sepanjang hidupnya; apa yang ia katakan, apa yang ia perbuat, apa yang ia makan, apa yang ia minum, apa yang ia pakai, harta yang ia peroleh dan ia belanjakan, apa yang ia pelajari, apa yang ia ajarkan dan apakah ia mengerjakan ilmu yang ia ketahui, kesemuanya akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt kelak pada hari kiamat. (Mahmud, 2004: 151)

2. Tanggung jawab terhadap orang lain.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak boleh berbuat sewenang-wenang yang dapat merugikan orang lain. Dengan merugikan orang lain berarti manusia mengganggu kebebasan dan menyalahi hak mereka, dan tidak bertanggung jawab terhadap orang lain.

(34)

Cakupan kewajiban sosial sangat luas, mulai dari kewajiban terhadap keluarga, meyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalan, memberi makan orang kesusahan sampai kewajiban menyembelih binatang dengan cara yang baik. Semua itu merupakan ketetapan-ketetapan dalam syariat islam, ketetapan-ketetapan-ketetapan-ketetapan akal manusia serta ketetapan-ketetapan sistem sosial masyarakat (Mahmud, 2004: 15-16).

Bentuk tanggung jawab kepada diri-sendiri dan keluarga pun telah disebutkan dalam ayat lain, yaitu Q.S At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

ي

Artinya: “Hai orang-orang yuang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka

yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6) Kepada kerabat pun, seseorang mendapat tanggung jawab untuk saling mengajak dalam kebaikan dan mengingatkan untuk menjauhi segala larangan Allah Swt yang tertera dalam Q.S Asy-Syu’araa’ ayat 214.

َو َأ ْن

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang

terdekat.” (Q.S Asy-Syu’araa’: 214) 3. Tanggung jawab terhadap Allah Swt.

(35)

manusia bertanggung jawab dalam menggunakan dan melestarikan apa yang sudah dikaruniakan padanya. Dan Allah Swt menciptakan manusia tidak lain agar manusia selalu menyembah dan beribadah kepadaNya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S Adz-Dzaariyaat: 56 yang

Artinya: “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56)

Manusia sebagai makhluk Tuhan, harus dapat mentaati hukum kehidupan yang diadakan oleh Tuhan, sebagai instansi yang tertinggi yang membela keadilan.Tuhan adalah instansi yang bersifat Maha Adil.Segala perbuatan kita tidak ada yang terlepas dari penilaian oleh Tuhan, karena Tuhan bersifat Maha Mengetahui (omniscient) dan Maha Kuasa

(omnipotent). Bahkan rekaman terhadap segala perbuatan kita berlaku

sampai kehidupan ukhrawi yang juga mengenal sistem ganjaran (surga) dan sistem hukuman (neraka). (Pribadi, 1987:77)

C. Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab

ىإ َّن

(36)

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S Al-Nahl: 90)

Kedudukan akhlak (karakter) dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa.Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya sesuatu bangsa dan masyarakat, tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir-batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahirnya dan atau batinnya. (Djatnika, 1996: 11)

Dalam islam pun, akhlak menjadi pokok keimanan seseorang. Tanpa akhlak seseorang tidak bisa dikatakan sebagai orang yang beriman, dan semakin tinggi akhlak seseorang tersebut, maka nilai keimanan seseorang semakin matang. Sebagai mana dalam suatu hadits bahwasanya Nabi Muhammad Saw telah bersabda,

َأ

Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang

paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim) Tanggung jawab adalah salah satu akhlak terpuji yang harus ditanamkan pada diri seseorang. Dengan menanamkan sikap tanggung jawab, seseorang akan memetik hasil yang positif dan tidak akan merugikan diri-sendiri maupun orang lain. Karena pada dasarnya akhlak baik itu adalah suatu perbuatan yang bermanfaat dan tidak merugikan.

(37)

adanya tanggung jawab. Seperti contoh orang yang berlaku adil dan menolong sesama, maka semua itu harus didasari dengan perasaan tanggung jawab agar apa yang dilakukan benar-benar ikhlas dan mendapat ridho Allah Swt. Jika tanpa didasari sifat tanggung jawab, maka dalam menjalankan keadilan dan menolong sesama akan dilakukan dengan semaunya sendiri, tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin.

Dalam berbuat, selayaknya seseorang merenungi hal tersebut. Sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah dalam berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk senantiasa bersikap tanggung jawab, di antaranya QS.Luqman ayat 16. Tujuan kenapa manusia diperintahkan untuk senantiasa bertanggung jawab, di antaranya:

1. Mendidik manusia untuk selalu bertanggung jawab.

Tanggung jawab bukanlah hal yang mudah, maka dari itu sering kali seseorang mengabaikan tanggung jawab yang seharusnya dipikulnya. Padahal setiap hal yang dilakukan dengan tanggung jawab tersebut juga akan kembali pada kebahagiaan hidupnya.

َم ْن

Artinya: “barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka akan kami berikan

kepadanya kehidupan yang baik…” (Q.S An-Nahl: 97)

(38)

akan merasa puas sebelum apa yang dicapainya benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Mendidik manusia untuk menjalani kehidupan yang sebaik-baiknya dalam bermasyarakat

Artinya: “…dan tidaklah seseorang membuat dosa, melainkan

kemudharatannya kembali dirinya sendiri; dan seseorang yang

berdosa tidak akan memikul dosa orang lain…” (Q.S Al-An’aam: 164)

Ruang lingkup tanggung jawab, pada dasarnya adalah perbuatan individu seseorang dan kembali pada diri-sendiri saja. Akan tetapi perbuatan individu tersebut dilakukan pada waktu, tempat dan kondisi tertentu yang berhubungan dengan orang lain dan meninggalkan bekas dan berpengaruh dalam kehidupan sosial.

Maka dengan menanamkan sikap tanggung jawab, seseorang akan menjaga hubungan sebaik-baiknya dengan orang lain untuk menjaga keharmonisan bermasyarakat. dan sebaliknya, ketika dalam hubungan bermasyarakat seseorang acuh dan tidak menerapkan sikap tanggungh jawab, maka akan mendapat sorotan negatif dari orang lain juga.

(39)

3. Mendidik manusia untuk selalu taat pada Allah Swt.

Tanggung jawab adalah sikap terpuji yang datang dari agama islam yang diperintahkan Allah Swt. Dalam Al-Qur’an Allah Swt menyebut tanggung jawab dengan kata mas’uliyah. Dengan menerapkan karakter bertanggung jawab, maka senantiasa seseorang akan mempergunakan segala apa yang telah dianugerahkan Allah Swt dengan sebaik-baiknya. Seseorang akan selalu ingat bahwa setiap yang dilakukan selalu mendapat pengawasan dari Allah Swt. Dengan demikian akan menjadikan seseorang selalu patuh atas apa yang telah diperintahkannya dan menjauhi apa yang telah dilarangnya dengan penuh tanggung jawab dan ketakwaan.

D. Kompilasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Mengandung Nilai Tanggung

Jawab

Allah Swt menciptakan Al-Qur’an sebagai pedoman bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia untuk mencari ridho Allah di akherat kelak.Dalam mencari ridhonya terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan dan larangan-larangan yang harus ditinggalkan.Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS.Al-balad ayat 10.

ىنْيَدْجَنلا ُهاَنْ يَدَهَو

(

دلبلا

:

49

)

Artinya: “Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua

(40)

Setiap hal yang manusia kerjakan tidak akan luput dari catatan Malaikat

Rakib dan Malaikat ‘Atid yang akan dipertanggungjawabkan manusia di hari

perhitungan amal kelak.

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan anjuran bertanggung jawab di dalamnya. Berikut kompilasi ayat-ayat yang berkenaan dengan sikaptanggung jawab, yang mana ayat pertama disebutkan akan menjadi pokok pembahasan peneliti:

1. QS. Luqman ayat 16

ْوَأ ٍةَرْخَص ىفِ ْنُكَتَ ف ٍلَدْرَخ ْنىم ٍةَّبَح َلاَقْ ثىم ُكَت ْنىإ اَهَ نىإ ََّنَُ باَي

ىضْرَلِا ىفِ ْوَأ ىتاَواَمَسلا ىفِ

ٌرْ يىبَخ ٌفْيىطَل َللها َّنىإ ُللها اَىبِ ىتْأَي

(

نامقل

:

46

)

Artinya: “(Luqman berkata): ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya

(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Haluslagi Maha

Mengetahui’.”

2. QS. Al-Baqarah ayat 119

ىمْيىحَلا ىباَحْصَأ ْنَع َنْوُلَ ئْسُت َلََو اًرْ يىذَنَو اًرْ يىشَب مقَلاىب َكاَنْلَسْرَأ اَّنىإ

(

ةرقبلا

:

440

)

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang

(41)

3. QS. Al-Baqarah ayat 134

4. QS. Al-Baqarah ayat 141

َنْوُلَمْعَ ي اوُناَك اَّمَع َنْوُلَ ئْسُت َلََو ْمُتْبَسَك اَم ْمُكَلَو ْتَبَسَك اَم اََلَ ْتَلَخ ْدَق ٌةَّمُأ َكْلىت

5. QS. Al-Baqarah ayat 225

ْنىكَلَو ْمُكىناَْيَأ ىفِ ىوْغَللاىب ُللها ْمُكُذىخاؤُي َلَ

ْتَبَسَك اَىبِ ْمُكُذىخاَؤُ ي

Artinya: “Allah tidak akan meminta pertanggungjawabanmu atas

sumpah-sumpah yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia akan meminta

pertanggungjawabanmu terhadap apa yang disengaja oleh hatimu.”

6. QS. Al-Baqarah ayat 286

(42)

Artinya: “Untuk manusia ganjaran bagi perbatan baik yang

dilakukannya dan sanksi bagi perbuatan (buruk) yang dilakukannya.”

7. QS.Al-An’aam ayat 52

Artinya: “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak)

mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).”

8. QS.Al-An’aam ayat 159

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa

yang telah mereka perbuat.”

(43)

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata:

‘Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka

atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?’ Mereka

menjawab: ‘Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)

kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.’”

10.QS. An-Nahl ayat 93

Artinya: “Bacalah kitab amalm (catatan perbuatan);cukuplah engkau

sendiri yang melakukan perhitungan atas dirimu.”

َ ثَعْ بَ ن َتََح َْينىبمذَعُم اَّنُك اَمَو ىَرْخُأ َرْزمو ٌةَرىزاَو ُرىزَت َلََو

Artinya:“Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain,

dan Kami tidak akan menyiksan sebelum Kami mengutus seorang rasul.”

12.QS. Al-Isra’ ayat 34 penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan

(44)

13.QS. Al-Isra’ ayat 36 mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan

jawabnya.”

Artinya: “Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat tuhannya. Dan sesungguhnya azab di

akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.”

15.QS. Asy-Syu’ara’ ayat 216

Artinya: “Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: ‘Sesungguhnya

aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan’.”

16.QS. Al-‘Ankabuut ayat 13

ْوُ ناَك اَّمَع ىةَماَيىقلا َمْوَ ي َّنُلَ ئْسُيَلَو ْمىىلَاَقْ ثَأ َعَم ًلَاَقْ ثَأَو ْمَُلَاَقْ ثَأ َّنُلىمْحَيَلَو

Artinya: “Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka.,

dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang

apa yang selalu mereka ada-adakan .”

(45)

Artinya: “Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu, dan barang siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang

menyenangkan).”

Artinya: “Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur)." Dan adalah

perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya.”

19.QS. Saba’ ayat 25

Artinya: “Katakanlah: ‘Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula)

tentang apa yang kamu perbuat’.”

20.QS. Yaasiin ayat 12

ىْينىبُلا ىماَمىإ ىفِ ُهاَنْ يَصْحَأ ٍئْيَش لُكَو ْمُهَراَثَأَو اوُمَّدَق اَم ُبُتْكَنَو ىَتْوَلا ىيُْنَ ُنَْنَ اَّنىإ

Artinya: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab

induk yang nyata (Lauh Mahfudz).”

21.QS. Shaad ayat 39

(46)

22.QS. Az-Zumar ayat 35

Artinya: “Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al-kitab

(Al-Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran, siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung

jawab terhadap mereka.”

Artinya: “Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut Fir’aun

yang menyembinyikan imannya berkata: “apakah kamu akan membunuh

(47)

tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu, dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian

(bencana) yang diancamkannya kepadamu akan

menimpamu.”Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang

melampaui batas lagi pendusta.”

25.QS. Az-Zukhruf ayat 19

ْمُهُ تَداَهَش ُبَتْكُتَس ْمُهَقْلَخ اْوُدىهَشَأ اًثاَنىإ ىنَْحمَّرلا ُداَبىع ْمُه َنْيىذَلا َةَكىئ َلََلا اوُلَعَجَو

Artinya: “Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai

pertanggung-jawaban..”

26.QS. Az-Zukhruf ayat 26

َنْوُدُبْعَ ت اَّىمِ ٌءاَرَ ب ىنََّنىإ ىهىمْوَ قَو ىهْيىبَىلِ ُمْيىهاَرْ بىإ َلاَق ْذىإَو

kaumnya: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang

kamu sembah.”

27.QS. Az-Zukhruf ayat 44

َنْوُلَ ئْسُت َفْوَسَو َكىمْوَقىلَو َكَل ٌرْكىذَل ُهَّنىإَو

kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta

(48)

28.QS. Al-Jaatsiyah ayat 14

Artinya: “Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena

Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang mereka kerjakan.”

29.QS. Al-Qalam ayat 40

bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu?.’”

30.QS. Al-Muddatstsir ayat 38

ٌةَنْ يىهَر ْتَبَسَك اَىبِ ٍسْفَ ن لُك

31.QS. Al-Qiyaamah ayat 36

ىًدُس َكَرْ تُ ي ْنَأ ُناَسْنىلإا ُبَسُْيَُأ

Artinya: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja

(tanpa pertanggung jawaban)?,”

32.QS. Al-Ghaasyiyah ayat 1

َه ْل

Artinya: “Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari

(49)

33.QS. At-Tiin ayat 7

َف َم

ُي ا

َك

مذ ُب

َك

َ ب ْع

ُد

ىب

مدلا

ْي ىن

(

ينتلا

:

9

)

Artinya: “Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari)

pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?”

34.QS. Az-Zalzalah ayat 7-8

ُهَرَ ي اًرْ يَخ ٍةَّرَذ َلاَقْ ثىم ْلَمْعَ ي ْنَمَف

,

ُهَرَ ي اَّرَش ٍةَّرَذ َلاَقْ ثىم ْلَمْعَّ ي ْنَمَو

(

هلزلزلا

:

9

-3

)

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasannya) pula (7). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat

(50)

BAB III

ASBABUN NUZUL, MUNASABAH DAN TAFSIR

A. Asbabun Nuzul QS. Luqman Ayat 16

Menurut bahasa “sabab al-Nuzul” berarti sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan Allah Swt kepada Muhammad Saw secara berangsur-angsur selama lebih kurang 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak dan pergaulan orang yang sudah menyimpang dari kebenaran.Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan kehidupan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur’an.Ini adalah sebab umum turunnya Al-Qur’an.Hal ini

tidak termasuk dalam pembahasan yang hendak dibicarakan.Sabab al-Nuzul atau Asbab al-Nuzul (sebab turun ayat) di sini dimaksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu. (Syadili &Rofi‟i, 1997: 89).

Pada bab sebelumnya telah disebutkan, banyak sekali ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan sikap tanggung jawab atau amal manusia akan dipertanggungjawabkan. Akan tetapi cakupan peneliti hanya fokus dalam QS.luqman ayat 16.

اَواَمَسلا ىفِ ْوَأ ٍةَرْخَص ىفِ ْنُكَتَ ف ٍلَدْرَخ ْنىم ٍةَّبَح َلاَقْ ثىم ُكَت ْنىإ اَهَ نىإ ََّنَُ باَي

ىتْأَي ىضْرَلِا ىفِ ْوَأ ىت

ٌرْ يىبَخ ٌفْيىطَل َللها َّنىإ ُللها اَىبِ

(

(51)

Artinya: “(Luqman berkata): ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Haluslagi Maha Mengetahui.’”

Surah Luqman ini merupakan salah satu surah yang turun di Mekkah dan disebut Surah Luqman karena adanya nama Luqman dalam surah tersebut. Surah ini termasuk salah satu dari enam surah yang diawali dengan singkatan huruf alif,lam, Mim (Imani dkk., 2008: 247-248).

Penyebab turunnya surah luqman ini ialah adanya pertanyaan dari orang-orang Quraisy mengenai kisah Luqman dan anaknya, serta mengenai sikap anaknya yang sangat berbakti kepada orang tuanya.

Para ulama berikhtilaf mengenai Luqman, mayoritas ulama berpendapat bahwa dia adalah hamba Allah Swt yang saleh tanpa menerima kenabian. Menurut Ibnu Abbas, Luqman adalah seorang hamba kebangsaan Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdillah mengidentifikasi Luqman sebagai orang bertubuh pendek dan berhidung pesek. Sedangkan Said bin Musayyab mengatakan bahwa Luqman berasal dari kota Sudan, memiliki kekuatan, dan mendapat hikmah dari Allah Swt, namun dia tidak menerima kenabian.(Ar-Rifa’i, 2000: 787)

Sahabat Nabi Muhammad Saw, Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi

bersabda: “Aku berkata benar, sesungguhnya Luqman bukanlah seorang nabi,

(52)

B. Munasabah QS. Luqman ayat 16

Munasabah secara bahasa artinya cocok, patut, sesuai atau mendekati (Soenarjo, 1997: 654).Sedangkan secara istilah menurut Syadili dan Rofi’I, Ilmu munasabah ialah yang menerangkan korelasi atau hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, baik yang ada di belakangnya atau ayat yang ada di

mukanya (Syadili &Rofi‟i, 1997: 168). Sejalan dengan pendapat As- Suyuthi dalam bukunya Al-Itqan fu Ulumul Qur’an yang berpendapat munasabah adalah hubungan yang mencakup antar ayat ataupun antar surat.

Sebelum membahas munasabah QS. Luqman dengan ayat yang lain, perlu diketahui keterkaitan antara Surah Luqman dengan surah yang turun sebelumnya (Surah Ar-Ruum), yaitu:

1. Dalam surah yang lalu, Tuhan menjelaskan bahwa Dia yang membuat berbagai perumpamaan dalam Al-Qur’an untuk manusia. Dalam permulaan surat ini, Tuhan kembali mengisyaratkan hal itu.

2. Dalam surah yang lalu, Tuhan menyatakan bahwa, walaupun berbagai macam keterangan disampaikan, orang-orang kafir tetap berkata: “Kamu (Muhammad dan pengikutnya) mengemukakan sesuatu pendapat yang

keliru.” Dalam surah ini, Tuhan menerangkan bahwa apabila Nabi

membaca ayat-ayat Allah, maka orang-orang musyrik membelakanginya dengan penuh keangkuhan.

(53)

bagi-Nya. Dalam surah ini, Tuhan menyatakan bahwa menjadikan makhluk dan menghidupkannya kembali sama dengan menjadikan orang-seorang. 4. Dalam surah yang lalu, Tuhan menjelaskan bahwa orang-orang musyrik,

bila ditimpa suatu bencana, mereka kembali kepada Tuhan. Tetapi bila mendapatkan rahmat, segolongan di antara mereka mempersekutukan Tuhan. Dalam surah ini, Tuhan mengatakan bahwa apabila mereka ditelan ombak, mereka berdoa kepada Allah dengan hati yang sejujur-jujurnya. Tetapi apabila mereka telah sampai ke darat, di antara mereka ada yang menepati apa yang telah diucapkan di tengah laut dan ada pula yang mengingkarinya.

5. Dalam surah yang lalu, Tuhan menerangkan masalah peperangan yang terjadi antara dua kerajaan besar karena tamak kepada dunia, yakni Romawi Timur dan Persia. Dalam surah ini, Allah menerangkan kisah seorang budak yang tidak menyukai dunia dan mewasiatkan kepada anaknya supaya bersabar dan berlaku damai. (Ash-Shiddieqy, 2000: 3197-3198)

Pada poin kelima itulah yang menyinggung QS.Luqman ayat 16, tentang wasiat seorang budak (Luqman) kepada anaknya untuk selalu beramal saleh, termasuk selalu bertanggung jawab dalam bertindak.

(54)

َو َو

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada

kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.Hanya kepada Aku kembalimu.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah negkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya du dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Maka akan

Aku beritahukan kepadamu apa yang telah engkau kerjakan. (QS. Luqman:

14-15)

(55)

memerintahkan anak untuk senantiasa memperlakukan dengan sebaik-baiknya.

Dalam ayat tersebut Allah Swt juga memberikan pemahaman akidah yang harus ditanamkan kepada anak adalah sifat senantiasa bersyukur kepada Allah Swt atas nikmat dan karunia yang telah diberikanNya.Rasa syukur kepada Allah Swt harus didahulukan dari rasa syukur kepada manusia, termasuk kedua orang tua.Artinya, meskipun kedua orang tua sangat berjasa dalam memelihara dan mengasuh anaknya sejak dalam kandungan, rasa syukur kepada mereka tidak boleh mendahului rasa syukur kepada Allah Swt. Sebab tempat kembali semua makhluk hanyalah kepada Allah Swt.

Kaitannya dengan ayat selanjutnya adalah pada akhir ayat kelima belas, Allah Swt menjelasakan bahwa hanya kepadaNya semua akan kembali. Dan Allah Swt kelak akan memberikan laporan tentang apa-apa yang telah dikerjakan selama hidup di dunia. Hal ini juga sesuai dengan ayat keenam belas yang pada intinya menegaskan bahwa perbuatan sekecil apapun, baik itu kebaikan atau keburukan, maka Allah Swt akan menghadirkannya kepada manusia pada hari kiamat kelak sebagai balasan pada mereka.

C. Tafsir QS. Luqman Ayat 16

Dalam ayat ini berisi pesan yang dikisahkan Allah melalui Luqmanul

Hakim agar diteladani dan diikuti oleh manusia. Luqman berkata, “Hai

anakku, sesungguhnya walaupun ia seberat biji sawi.” Maksudnya, jika

(56)

menampilkannya pada hari kiamat, lalu membalasnya. Jika yang seberat biji sawi itu kebaikan maka dibalas dengan kebaikan dan bila berupa keburukan maka dibalas dengan keburukan pula. Penggalan ini seperti firman Allah,

“Barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat zarah maka Dia akan melihatnya. Dan barangsiapa melakukan keburukan seberat zarah maka dia

akan melihatnya.” (az-Zalzalah: 7-8)

Walaupun zarah itu samar dan tersembunyi di pelataran langit dan bumi, niscaya akan ditampilkan oleh Zat yang tidak ada satu kesamaran pun bagi-Nya. Karena itu Dia berfirman, “Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi

Maha Mengetahui.”Yakni, Maha Halus pengetahuan-Nya atas berbagai perkara yang lembut dan halus, dan Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu, termasuk pada sayap nyamuk di malam gulita.Segala makhluk, naik yang terlihat manusia maupun tidak, adalah diketahui Allah. (Ar-Rifa’i, 2000: 792)

(57)

Sawi adalah suatu tanaman yang memiliki biji hitam yang sangat kecil, saking kecilnya biji ini seringkali dijadikan perumpamaan. Maksud perumpamaan itu merujuk pada kenyataan bahwa perbuatan manusia itu, baik dan jahat, yang paling kecil atau paling remeh sekalipun, bahkan hingga yang tersembunyi seperti biji sawi yang tersembunyi di balik batu atau kedalaman bumi atau sudut langit sekalipun, akan dihisab dan diberi ganjaran oleh Allah Swt yang maha lembut. Maha Mengetahui dan memahami segala sesuatu di seluruh penjuru dunia, baik besar atau pun kecil dan tak satu pun yang terluput (Imani dkk., 2008: 295).

Ketika menafsirkan kata (لدرخ)khardal pada QS. Al-Anbiya’ : 47, penulis mengutip penjelasan tafsir Al-Muntakhob yang melukiskan biji tersebut. Disana, dinyatakan bahwa satu kilogram biji khardal/ moster terdiri atas 913.000 butir. Dengan demikian, berat satu biji monster hanya sekitar satu per seribu gram, atau ±1 mg., dan merupakan biji-bijian yang teringan yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena itu, biji ini sering digunakan oleh Al-Qur’an untuk menunjuk sesuatu yang sangat kecil dan halus (Shihab, 2002: 306).

Innallaha lathiifun khabiir yang berarti Sesungguhnya Allah itu maha

lembut lagi maha mengetahui. Maksudnya Allah itu Maha Lembut, ilmunya tembus kepada semua hal yang tersembunyi. Allah mengetahui semua permasalahan yang nyata (terlihat) dan yang tersembunyi.

(58)

lembut, halus dan kecil.Dari makna ini kemudian lahir makna keterembunyian dan ketelitian (Shihab, 2002: 308).

Al-Ghazali menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini adalah yang mengetahui perincian kemaslahatan dan seluk-beluk rahasianya, yang kecil dan yang halus., kemudian menempuh jalan untuk menyampaikannya kepada yang berhak secara lemah lembut bukan kekerasan. Pada akhirnya tidak keliru jika dikatakan bahwa Allah Lathif, karena Dia selalu menghendaki untuk makhluk-Nya kemaslahatan dan kemudahan lagi menyiapkan sarana dan prasarana guna kemudahan meraihnya.

(59)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Implementasi Pendidikan Karakter Bertanggung Jawab yang

Terkandung dalam A-Qur’an Surah Luqman Ayat 16

Allah Swt tidak menjadikan sesuatu yang sia-sia dalam menciptakan makhluk di dunia ini. Begitu pula dalam menurunkan wahyu, tiap huruf dan kata yang tersusun dalam mushaf Al-Qur’an tersusun menjadi untaian kalimat yang begitu indah dan bermakna hingga menjadi mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw.

Jika dicermati secara detail, tiap kata yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an, menganduk rahasia yang bisa dijadikan khasanah ilmu dalam kehidupan di dunia ini.Dalam penelitian ini, yang menjadi pokok pembahasan peneliti adalah implementasi pendidikan karakter bertanggung jawab yang terkandung dalam QS.Luqman ayat 16 dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan-pesan yang tersirat untuk menjadi pegangan hidup dalam QS. Luqman ayat 16, antara lain:

1. Kasih sayang terhadap anak

Lafadz pertama dalam QS.Luqman ayat 16 adalah yaabunayya

secara ilmu nahwu adalah susunan dari huruf nida’(kata panggilan), isim

tasghir dari lafadz ibnu (anak) dan disandarkan pada ya’ mutakallim

wahdah menjadi panggilan penuh kasih sayang orang tua kepada anaknya

(60)

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mustofa Al-Ghulayaini (2008: 243) bahwa tasghir lafadz ibnun berubah menjadi Bunayyun memiliki faedah tahbib ilaih (mencintai/ menyayanginya). Jadi lafadz bunayya

dalam awal ayat ke-16 dari surah luqman tersebut mengandung makna panggilan dengan penuh rasa kasih sayang dan mencintai

Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang. Hal itu dimulai dengan panggilan-panggilan sayang yang ditujukan dan akan menjadikan anak patuh dan membalas rasa kasih sayang yang diterimanya.

Penerapan panggilan sayang pun tidak hanya berhenti di kalangan keluarga, karena hubungan anak dan orang tua secara umum bisa merambah di masyarakat dan sekolah. Seyogyanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari orang yang lebih tua memanggil dengan panggilan yang baik dan kasih sayang kepada orang yang lebih muda. Sehingga hal tersebut akan membuat mereka merasa dihargai dan menjadikan hubungan yang baik antara keduanya, menumbuhkan rasa simpati dansaling menghormati.

(61)

menjadikan mereka tunduk, patuh dan menumbuhkan semangat menuntut ilmu kepada gurunya tersebut.

2. Selalu waspada dan hati-hati.

Sekecil apapun amal perbuatan manusia kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Allah Swt di akherat kelak. Hal tersebut dilukiskan Allah swt dalam lafadz “Innahaa intaku mitsqoola Habbatin

min khordalin” (sesungguhnya, jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi).

Sawi adalah suatu tanaman yang memiliki biji hitam yang sangat kecil, saking kecilnya biji ini seringkali dijadikan perumpamaan. Maksud perumpamaan itu merujuk pada kenyataan bahwa perbuatan manusia itu, baik dan jahat, yang paling kecil atau paling remeh sekalipun, bahkan hingga yang tersembunyi seperti biji sawi yang tersembunyi di balik batu atau kedalaman bumi atau sudut langit sekalipun, akan dihisab dan diberi ganjaran oleh Allah Swt yang maha lembut. Maha Mengetahui dan memahami segala sesuatu di seluruh penjuru dunia, baik besar atau pun kecil dan tak satu pun yang terluput (Imani dkk., 2008: 295).

Dari keterangan tersebut sudah jelas, manusia harus selalu berhati-hati dalam melangkah dan beramal. Tiap hal yang dikerjakan akan selalu mendapat pengawasan dari Allah Swt.

3. Bertakwa kepada Allah Swt.

(62)

dari pengawasan Allah Swt. Dari ujung barat hingga ujung timur, dari pucuk atas hingga bawah tanah pun, Allah Swt selalu mengetahui perbuatan makhluknya.

Dalam hal tersebut, disebutkan dalam lafadz “fa takun fii

shokhrotin aw fissamaawaaati wal ardhi” (berada dalam batu atau di langit atau di bumi).

Shokhrotin (batu) adalah sesuatu yang keras dan

padat.Fissamaawaati (di langit) adalah sesuatu yang sangat jauh dan belum ada manusia yang mampu menembusnya kecuali Nabi Muhammad Saw, wal Ardhi (Di bumi) adalah sedalam dan segelap mungkin mengerjakan amal. Ini dimaksudkan sepadat dan seaman mungkin usaha manusia dalam menutup-nutupi perbuatannya, sejauh mungkin dan sedalam apapun hingga tak ada manusia lain yang bisa melihatnya. Tapi bagi Allah Swt tak ada kesulitan tuk mengetahui perbuatan tersebut.

Maka dari itu, manusia harus selalu bertakwa dan beribadah kepada Allah Swt sebagai bentuk penghambaan dan rasa syukur telah diberikan hidup dan kenikmatan dalam menjalani kehidupan di mana pun mereka berada.

4. Beribadah tekun kepada Allah swt

(63)

memberikan balasan berupa surga di akherat atau menambahkan nikmat di dunia karena bentuk rasa syukur manusia dalam beribadah kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt “ya’tii biha Allah” (Allah akan mendatangkannya/ membalasinya)

Contoh penerapan amal yang disertai niat ibadah, ketika siswa belajar maka hendaknya mereka menanamkan dalam hatinya bahwa menuntut ilmu adalah suatu kewajiban dan menjadi tanggung jawabnya

yang telah diwajibkan dalam hukum syar’i. Contoh lain adalah seorang

ayah yang mencari nafkah untuk keluarganya, dalam bekerja jika diserta niat ibadah maka akan mencegah dari perkara-perkara haram, dan selalu berusaha mencari rizki yang halal. Hingga dalam lingkungan pemerintahan, ketika seorang pemimpin menyertai niat ibadah kepada Allah Swt, dia akan mempergunakan amanah yang diterimanya sebaik mungkin, tidak akan mendholimi rakyatnya serta tidak mengambil barang haram yang bukan menjadi haknya.

5. Selalu bersyukur kepada Allah Swt.

Sungguh kenikmatan yang tiada bandingannya, manusia dalam menjalani kehidupan.Semua yang ada di dunia ini diciptakan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia, setiap langkah yang dijalani selalu mendapat pengawasan dan perlindungan.Innallaha lathifun khobiirun

(sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui).

(64)

dimulai nafas, gerak tubuh, langkah kaki, mata mampu menatap hingga detak jantung berdenyut semuanya adalah kehendak dari Allah Swt. Maka dari itu, jika Allah sedetik saja melepas pengawasan-Nya, maka kehidupan manusia akan tamat.

Dalam ayat tersebut Allah Swt menyanding kan lafadz Lathif dan

Khabiir ada maksud tertentu di dalamnya, Al-Ghazali menjelaskan bahwa

yang berhak menyandang sifat ini adalah yang mengetahui perincian kemaslahatan dan seluk-beluk rahasianya, yang kecil dan yang halus., kemudian menempuh jalan untuk menyampaikannya kepada yang berhak secara lemah lembut bukan kekerasan. Pada akhirnya tidak keliru jika dikatakan bahwa Allah Lathif, karena Dia selalu menghendaki untuk makhluk-Nya kemaslahatan dan kemudahan lagi menyiapkan sarana dan prasarana guna kemudahan meraihnya.

Secara balaghah dalam lafadz Innallaha lathiifun khobiirun

mengandung badi’ tasaabuhul athrof (adanya keserasian antara awal dan akhirnya kalam dalam makna).

نىعلا فِ هرخاو لوأ ينب بسانتلا وهو فارطلِا هباست

(

يرضخلِا

,

:

494

)

Keserasian tersebut dilihat dari lafadz lathifun yang mensifati Allah Swt dalam pengetahuan-Nya pada perkara makhluknya sekecil dan selembut apapun (inntaku mitsqoola habbatin min khordalin), dan lafadz

khobiirun mensifati Maha Mengetahui-Nya Allah Swt di mana saja

(65)

Setelah Allah Swt memberikan segala kenikmatan tersebut, maka Dia mengawasi dan selalu mengetahui, dipergunakan untuk apakah segala yang diberikan-Nya, apakah manusia membalas dengan rasa syukur, dan apakah kenikmatan tersebut menjadi alat dalam meningkatkan ibadah kepada-Nya.

Untuk menjadikan seseorang memiliki karakter tanggung jawab, sebagaimana yang telah diperintahkan Allah Swt dalam QS. Luqman ayat 16 tersebut, maka perlu adanya pendidikan di mulai sejak dini serta memberikan nasehat pentingnya melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab dan menakut-nakuti dengan akibat-akibat yang akan terjadi jika hal tersebut diabaikan.

Masnur Muslich (2011: 180-182) menyatakan bahwa untuk mewujudkan agar anak memiliki karakter bertanggung jawab ada tujuh cara, yaitu:

1. Memulai pada saat anak masih kecil

Memberi semangat pada anak melalui sesuatu yang kreatif seperti membersihkan pampers dan memasukkan air ke dalam botol yang mana hal tersebut biasa dikerjakan oleh anak kemudian memberinya penghargaan guna meningkatkan harga dirinya.

Rosulullah Saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori,

مبِدأ اونسحأ و مكدلَوأ اومركأ

(

(66)

Artinya: “Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan

budi pekerti yang baik.” (HR. Bukhori)

Akhlak adalah hal pokok yang menjadi takaran seseorang berada pada jalan yang baik atau buruk, maka karena hal tersebut adalah suatu pokok atau dasar, harus dilatih sejak usia dini. Pendidikan usia dini ini menjadi tanggung jawab orang tua di lingkungan keluarga, sehingga akan menjadi pembiasaan ketika sudah berumur dan terjun di lingkungan yang lebih luas.

2. Jangan menolong dengan hadiah

Mengajarkan pada anak keinginan untuk berbagi dengan sesama, membangun keinginan anak untuk membantu tanpa melalui pemberian hadiah sehingga muncul rasa empati dalam diri anak.

Dalam hal ini, orang tua melatih anak pentingnya sifat ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan ketika membantu orang lain. Hubungannya dengan sikap tanggung jawab adalah, ketika orang tua membutuhkan bantuan, ketika sifat ikhlas tersebut telah tertanamkan pada diri anak. Maka tanpa menunggu iming-iming hadiah yang akan diberikan orang tua, anak akan menyadari tanggung jawabnya untuk membantu orang tua dengan sifat ikhlas tersebut.

3. Biarkan konsekuensi alamiah menyelesaikan kesalahan anak

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang sebaliknya akan terjadi, yaitu individu akan merasa tertekan, tidak akan menyenangi, tidak dapat menghargai dan tidak menerima dirinya sendiri apabila

Peserta didik merupakan bagian tidak terpisahkan dari pendidikan, bahkan sebagai objek dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan tidak akan dapat berlangsung tanpa adanya objek

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan loyalitas pada teman sebaya akan sangat berperan penting jika tidak seimbang dengan kontrol diri yang baik maka dari itu untuk

Sebuah modul dapat dikatakan baik dan menarik apabila modul yang dikembangkan telah memenuhi karakteristik sebagai berikut (Kemendiknas, 2008).. 1) Self instrucsional, melalui

Akan tetapi, siswa kurang mengerti konsep perbandingan walaupun sering menggunakannya (Hamidah et al, 2017:2). Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika

Nilai pendidikan akhlak yang ditekankan dalam Al- Israa‟ ayat 29 tersebut bahwa ada larangan untuk tidak menjadi orang pelit atau kikir dalam membelanjakan harta yang

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring aksara Jawa nglegena atau tanpa sandhangan siswa berupa membaca nyaring yang dilihat

Munculnya istilah bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini adalah menciptakan manusia yang tidak hanya berperilaku arif terhadap lingkungan, akan tetapi juga penciptaan