• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA."

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yudha Adhi Prakosa NIM 10105244033

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Untuk benar-benar menjadi besar, seseorang harus berdampingan dengan orang lain, bukan di atas orang lain”.

Charles De Montesquieu

“Salah satu hal yang bisa dilakukan seorang Guru adalah mengirim pulang seorang murid di siang hari dalam keadaan menyukai diri mereka sedikit lebih

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, tugas akhir ini saya persembahkan kepada: 1. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa memberikan semangat, bimbingan,

(7)

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA

KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA

Oleh

Yudha Adhi Prakosa NIM 10105244033

ABSTRAK

Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan 1 Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD dengan jumlah 20 siswa. Kegiatan Penelitian berlangsung dua siklus dimulai dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Metode pengumpulan data yang diajukan adalah lembar observasi, tes, dan dokumentasi. Lembar observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran. Lembar tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan dokumentasi sebagai data diadakannya proses pembelajaran IPS dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPS pada siswa di kelas IV SD Kanisius Kintelan 1 Kecamatan Mergangsan kota Yogyakarta dengan menggunakan strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS setelah diadakan tindakan yaitu pada peningkatan persentase ketuntasan kelas pada tahap pra tindakan sebanyak 6 siswa (30%), pada siklus I sebanyak 13 siswa (65%), dan pada siklus II sebanyak 20 siswa (100%) dengan nilai rata-rata kelas yang terus meningkat pada tahap pra tindakan mencapai angka 65,25, pada tahap siklus I mencapai angka 71,25, dan pada tahap siklus II mencapai angka 82,75

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama Puji Syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik. Tugas akhir skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan Akademik Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini, terdapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, bersama dengan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengesahan secara resmi judul skripsi.

3. Kedua orang tua, Yuswadi dan Iwuk Riyadina K. yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, doa, dan kasih sayang kepada penulis untuk mengerjakan tugas akhir skripsi ini

4. Kakak Adhitya Wisnu Jatmiko yang telah memberikan dukungan moril dan mendoakan saya dalam mengerjakan tugas akhir skripsi ini

5. Ketua jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. selaku dosen pembimbing I yang penuh kesabaran meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membimbing, memberikan arahan, serta saran-saran dalam proses penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Suyantiningsih, M. Ed. selaku dosen pembimbing II yang penuh

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 10

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah... 11

E. Tujuan Penelitian... 11

F. Manfaat Penelitian... 11

G. Definisi Operasional... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPS SD... 15

1. Pengertian Mata Pelajaran IPS... 15

2. Tujuan Mata Pelajaran IPS... 16

3. SK dan KD Mata Pelajaran IPS... 17

(11)

B. Hasil Belajar IPS... 20

1. Pengertian Hasil Belajar IPS... 20

2. Klasifikasi Hasil Belajar IPS... 22

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPS... 26

4. Kaitan Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar... 29

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas IV... 36

1. Pengertian Siswa... 36

2. Tahap Perkembangan Siswa Kelas IV SD... 37

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 43

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 43

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.... 47

3. Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Mata Pelajaran IPS... 49

E. Kerangka Berpikir... 52

F. Penelitian Yang Relevan... 54

G. Hipotesis Penelitian... 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 56

B. Setting Penelitian... 59

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 60

D. Keabsahan Data... 62

E. Pelaksanaan Tindakan... 62

F. Teknik Pengamatan... 66

G. Analisis Data dan Refleksi... 66

H. Indikator Keberhasilan... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian... 71

B. Deskripsi Lokasi Penelitian... 71

C. Deskripsi Subjek Penelitian... 72

D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 73

(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 113

B. Saran... 114

DAFTAR PUSTAKA ... .. 115

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1.1 Tabel Nilai Ujian Tengah Semester ... 3

Tabel 1.2 Tabel Perbandingan Nilai Ulangan Harian ... 5

Tabel 2.1 Tabel SK dan KD Mata Pelajaran IPS ... 18

Tabel 2.2 Tabel Tahap-Tahap Perkembangan Kogniif Piaget ... 38

Tabel 2.3 Tabel Perhitungan Poin Kemajuan Individu/Tim ... 46

Tabel 2.4 Tabel Kriteria Tingkatan Penghargaan Kelompok ... 47

Tabel 3.1 Tabel Inteval Uji Instrumen ... 69

Tabel 4.1 Tabel Nama Siswa Kelas IV SD ... 72

Tabel 4.2 Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 75

Tabel 4.3 Tabel Daftar Nilai UTS IPS Pra Tindakan... 95

Tabel 4.4 Tabel Hasil Observasi Kelas Siklus I... 97

Tabel 4.5 Tabel Daftar Nilai Hasil Belajar IPS Siklus I ... 99

Tabel 4.6 Tabel Hasil Observasi Kelas SIklus II ... 101

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gambar Model Kemmis dan Mc. Taggart ...58

Gambar 2. Grafik Rata-Rata Lembar Observasi Kelas Siklus I...98

Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Belajar IPS Pra-Siklus I...100

Gambar 4. Grafik Rata-Rata Lembar Observasi Kelas Siklus II ...102

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. RPP Siklus I...118

Lampiran 2. Lembar Diskusi Kelompok Ahli Siklus I ...135

Lampiran 3. Lembar Observasi...140

Lampiran 4. Soal Tes Evaluasi Siklus I ...143

Lampiran 5. RPP Siklus II ...150

Lampiran 6. Lembar Diskusi Kelompok Ahli Siklus II...169

Lampiran 7. Soal Tes Evaluasi Siklus II...174

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Penelitian...180

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian...186

Lampiran 10. Surat Pernyataan Expert Judgement ...195

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian ...196

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS dimaknai sebagai seperangkat fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun diri, masyarakat, bangsa, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang (Depdiknas, 2004: 51).

Ilmu Pengetahuan Sosial dapat diartikan sebagai penyederhanaan suatu integrasi ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah untuk tujuan instruksional dengan materi yang disederhanakan agar mudah untuk dipelajari. Ilmu Pengetahuan Sosial berupaya mengembangkan dan membina individu, meningkatkan toleransi individu dan lingkungan, serta mengatasi masalah sosial dengan aktif menemukan solusi.

Jarolimek (1986: 4) menyatakan tujuan utama dari IPS yaitu membantu mendewasakan siswa mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta mengajarkan siswa untuk berpartisipasi dalam kelompok masyarakat. Tujuan tersebut mempunyai arti yaitu IPS sebagai ilmu yang berkaitan langsung dengan masyarakat atau kelompok sosial yang berperan dan berupaya menjadikan individu sebagai suatu manusia yang berkembang dan baik dalam kehidupannya di masyarakat.

(17)

dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPS yang dilaksanakan di sekolah dasar mempunyai peranan mempersiapkan siswa memperoleh bekal pengetahuan mengenai konsep kehidupan masyarakat dan lingkungan serta memperoleh keterampilan dalam menerapkan pengetahuan tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar seharusnya dikembangkan dan diorientasikan pada realita kondisi lingkungan peserta didik dengan harapan melalui suatu pembelajaran IPS hakekat tersebut dapat terlaksana dan diwujudkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran IPS menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Guru harus mempersiapkan komponen yang terkait untuk pembelajaran IPS salah satunya yaitu pendekatan atau metode pembelajaran.

Pendekatan atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran IPS di sekolah dasar haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar yang dikemukakan oleh Susanto (2013: 157) yaitu Pertama, berpusat pada peserta didik. Kedua, pembelajaran dengan memadukan utuh aspek kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Ketiga, pembelajaran dihadapkan pada situasi kehidupan lingkungan sosial sekitar. Keempat, guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber. Kelima, pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang peserta didik.

(18)

menemukan hasil rata-rata nilai ulangan tengah semester mata pelajaran IPS yang rendah dan bila dibandingkan dengan hasil mata pelajaran bahasa indonesia dan matematika, hasil belajar IPS paling rendah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Tabel Nilai Ujian Tengah Semester

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Matematika IPS

Rata-rata nilai UTS 80,25 75,40 65,25

Pada catatan rekapitulasi hasil belajar IPS menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal siswa pada ulangan tengah semester atau UTS dari total 20 siswa yang mengikuti UTS menunjukkan 30% atau 6 orang siswa telah mencapai nilai yang ditetapkan pihak sekolah sebagai nilai KKM yaitu 70, sedangkan 70% siswa atau 14 orang siswa belum mencapai nilai yang ditetapkan sebagai nilai KKM yaitu 70 . Data ini disajikan dalam tabel yang terdapat pada bagian bab IV hasil penelitian dan pembahasan serta halaman lampiran.

(19)

Berdasarkan data dan fakta dari hasil observasi awal yang telah dipaparkan, peneliti mengidentifikasi dan meyakini suatu permasalahan dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta adalah penggunaan strategi pembelajaran konvensional yang dinilai kurang efektif digunakan dikarenakan berkurangnya peranan aktif siswa dalam memahami materi pembelajaran IPS sehingga berdampak rendahnya pemahaman dan hasil belajar IPS siswa. Selain itu sumber belajar yang digunakan siswa yaitu buku paket dimana siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran karena tidak adanya gambar-gambar yang dapat mebantu memperjelas informasi siswa.

Setelah peneliti berdiskusi dengan guru berbagai macam permasalahan yang terjadi, peneliti merasa perlu untuk diadakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD dengan cara menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan akan berdampak pada hasil belajar siswa. Telah disimpulkan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPS pada siswa kelas IV yaitu pada pendekatan atau metode pembelajaran dan sumber belajar yang digunakan.

(20)

Tabel 1.2 Tabel Perbandingan Nilai Ulangan Harian

Kompetesi Dasar IPS

Kategori

Mencapai KKM Belum Mencapai KKM Mengenal aktivitas ekonomi yang

berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya

35% 65%

Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat

80% 20%

Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya 75% 25%

Strategi pembelajaran Konvensional merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru dan melalui metode ceramah serta menekankan pada aspek penguasaan pengetahuan dan sebagai kekurangan membatasi peranan aktif siswa dalam pembelajaran dan posisi siswa sebagai objek pembelajaran, sedangkan posisi dari guru adalah subjek pembelajaran. Berdasarkan pada karakteristik strategi pembelajaran tersebut, strategi pembelajaran konvensional dinilai kurang sesuai untuk digunakan dan kurang efektif bila diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar.

(21)

pada prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar, menyatakan kaitan antara strategi pembelajaran konvensional dengan pengertian IPS tidak terdapat adanya unsur yang saling terkait.

Strategi pembelajaran konvensional akan baik digunakan pada objek atau siswa yang mampu memahami sesuatu yang bersifat abstrak dan kaku serta berpusat pada guru. Berdasarkan pada poin nomor lima yang termuat di prinsip-prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang atau karakteristik peserta didik, siswa SD kelas IV adalah anak rentang usia 7-12 tahun yang berada pada masa perkembangan tahap operasional konkret. Piaget (Budiningsih, 2005: 37-40) menyatakan siswa atau anak mampu memahami pada sesuatu benda yang nyata atau bersifat konkret. Hal tersebut menyatakan kaitan antara strategi pembelajaran konvensional dengan karakteristik siswa tidak terdapat adanya unsur terkait dan strategi yang digunakan tidak memenuhi sudut pandang atau karakteristik siswa pada masa tahap tersebut, karena itu tidak sesuai bila diterapkan pada tahap anak tersebut.

Berdasarkan pengertian sebelumnya, telah menyatakan penggunaan strategi pembelajaran konvensional tidak tepat diterapkan dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas IV SD. Oleh karena itu penggunaan metode pembelajaran dan sumber belajar sebagai suatu komponen pembelajaran perlu menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan pembelajaran IPS pada siswa kelas IV dalam penelitian ini.

(22)

pembelajaran untuk memahami suatu mata pelajaran yang diajarkan sebagai cara pemenuhan pengetahuan dan guru berperan sebagai fasilitator dan narasumber siswa. Selain pada peranan aktif, strategi pembelajaran perlu memandang pada karakteristik yang terperinci pada aspek kebutuhan siswa dimana siswa kelas IV SD adalah siswa yang mulai tertarik dengan pergaulan teman sebaya dan suka membentuk kelompok bermain (peer group) dimana terjadi interaksi antara individu dengan teman sebaya yang dapat dipenuhi sebagai cara pemenuhan keterampilan dasar siswa. Maka strategi pembelajaran yang diharapkan adalah strategi yang memandang dan berjalan pada peranan aktif dan karakteristik yang terkhusus pada aspek kebutuhan siswa.

Berdasarkan pada pengertian sebelumnya, strategi pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPS untuk siswa kelas IV SD adalah strategi yang berorientasi pada peranan aktif siswa dan karakteristik siswa yang juga termasuk pula pada aspek kebutuhan siswa yaitu interaksi dan berkelompok dengan teman sebaya adalah strategi pembelajaran berkelompok atau pembelajaran kooperatif.

(23)

ZPD anak akan menjadi matang dengan syarat yaitu bantuan dari orang dewasa atau teman sebaya yang kompeten.

Wina Sanjaya (2006: 241) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan sistem tim kecil antara empat sampai enam orang yang heterogen. Pernyataan membuktikan bahwa strategi kooperatif merupakan strategi pembelajaran siswa aktif dimana siswa menjadi subjek pembelajaran dengan berorientasi pada interaksi sosial dan pembelajaran oleh teman sebaya. Strategi pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi dan karakterisitik yang berbeda dan salah satunya adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw atau dikenal dengan strategi Puzzle adalah satu dari berbagai variasi strategi pembelajaran kooperatif. Slavin (2009: 237) menyatakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu pengetahuan sosial, literatur, dan sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah. Strategi ini menjadikan satu bab terbagi menjadi beberapa topik yang harus dikuasai satu anggota yang disebut ahli. Seorang ahli harus mengajarkan keahlian topik tersebut pada semua anggota kelompok.

(24)

dan keaktifan siswa dalam setiap rangkaian langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dari pemilihan tim, kegiatan diskusi sampai kuis pada akhir pertemuan. Posisi guru tidak lagi menjadi subjek pembelajaran, namun guru menjadi objek dari suatu pembelajaran dengan tugas sebagai fasilitator dan narasumber siswa.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah memenuhi kriteria prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar. Melihat pada poin nomor lima, strategi ini mampu memenuhi sudut pandang atau karakteristik terkhusus pada aspek kebutuhan siswa yang telah dijelaskan sebelumnya dengan cara menitikberatkan pada pembentukan dua kelompok yaitu home dan expert dimana terjadi kegiatan pembelajaran dan interaksi bersama dengan teman sebaya yang dikenal sebagai karakteristik strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

(25)

dari strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dari strategi pembelajaran yang lainnya.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah memenuhi kriteria prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar. Melihat pada poin nomor dua, strategi ini memadukan aspek kompetensi yaitu kognitif dan keterampilan dasar. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah strategi pembelajaran ini dominan pada penguasaan konsep dan sesuai untuk subjek seperti pelajaran ilmu sosial sebagai pemahaman kognitif siswa dan penguasaan keterampilan dasar ada dalam setiap dua kegiatan diskusi yaitu home dan expert team.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas IV SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut

1. Pembelajaran dengan strategi pembelajaran konvensional yang diterapkan di sekolah dinilai kurang efektif yang ditandai dengan kurangnya peranan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran.

(26)

C. Batasan Masalah

Penelitian dibatasi pada peningkatan hasil belajar IPS siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan di kelas IV SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana meningkatan hasil belajar IPS siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw kelas IV SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta. E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I, Yogyakarta

F. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoretis, penelitian ini memberikan informasi mengenai peningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SD kanisius Kintelan I Yogyakarta. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan wawasan bagi

(27)

a. Untuk siswa

Penelitian ini memudahkan siswa memahami penguasaan konsep pembelajaran sehingga pemahaman dalam pembelajaran menjadi bermakna dalam diri siswa sehingga hasil belajar mereka terus meningkat.

b. Untuk guru

Penelitian ini memberi wawasan dan pengertian mengenai suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar.

c. Untuk sekolah

Penelitian ini dapat menjadi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah khususnya penggunaan metode atau pendekatan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

(28)

lembar observasi yang dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Hal tersebut digunakan peneliti untuk menilai hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan I. 2. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan bentuk variasi dari strategi pembelajaran kooperatif. Metode ini bergantung pada kerjasama dan komunikasi teman satu tim untuk memberikan suatu informasi kelompok. Berikut langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw :

a. Guru menyiapkan bahan baku pembelajaran Jigsaw dengan memilih suatu bab yang diambil dari buku mata pelajaran yang nantinya dibagi menjadi beberapa sub bab atau unit. Guru juga menyiapkan lembar ahli yang berisi topik berbeda yang memberikan penjelasan dimana nantinya siswa perlu berkonsentrasi, mempersiapkan kuis serta mempersiapkan tes evaluasi pada akhir siklus.

b. Siswa membentuk home team yang terdiri atas 4-5 anggota. Tiap anggota kelompok harus heterogen baik dari kemampuan, ras, etnik, dan jenis kelamin.

c. Guru memberikan topik ahli yang berbeda pada siswa dalam tiaphome teamuntuk membentukexpert team.

d. Siswa diharuskan membaca materi atau topik ahli untuk menemukan berbagai informasi yang akan dipelajari.

(29)

f. Siswa ahli kembali ke dalam home team untuk mengajarkan informasi pada rekan-rekan satu timnya sebagai ahli topik lain dan sebaliknya. g. Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik.

(30)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran IPS SD

1. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan terjemahan dari social studies yang diartikan menurut Bining, C.A. & Bining, H.D. (1952: 3) menyatakan “The social studies as those (studies) whose subject matter relates directly to the organization and development of human society and to the man as a member of social group”. Hal tersebut berarti IPS sebagai pembelajaran yang berhubungan langsung dengan organisasi dan pengembangan masyarakat serta menjadikan manusia sebagai anggota kelompok sosial.

Banks (Susanto, 2013: 141) pendidikan IPS atau yang disebutsocial studies, bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat. Pendidikan IPS begitu penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat sekolah dasar dan menengah.

(31)

Pelaksanaan pembelajaran IPS bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya kehidupan bermasyarakat. Siswa yang mempelajari mata pelajaran IPS itu akan mendapatkan pemahaman mengenai diri dan interaksinya dengan lingkungan sosial baik secara individu dan kelompok. Di sisi lain, siswa dilatih sejak dini untuk belajar berperan dalam lingkungan sosial, mengetahui dan menghargai perbedaan serta mengembangkan pola berpikir.

Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan guna mewujudkan tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa yang cenderung rendah. Strategi pembelajaran yang nanti akan digunakan tetap berorientasi kepada prinsip pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar dan karakteristik siswa serta tujuan pembelajaran.

2. Tujuan Mata Pelajaran IPS

John Jarolimek (1986:4) mendefinisikan tujuan utama IPS sebagai berikut: “The major mission of social studies education is to help children learn about the social world in which they live and how it got that way; to learn to cope with social realities; and to develop the knowledge, attitudes, and skills needed to help shape and enlightened humanity. Social studies focuses specifically on citizenship education, which means learning to participate in group life”.

(32)

terfokus pada pendidikan bermasyarakat yang berarti belajar untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Berdasarkan pada tujuan utama IPS yang telah dijelaskan sebelumnya, Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai faktor yang besar untuk membantu menjadikan individu yang mempunyai kualitas diri yang baik dengan cara membuat individu mengenal posisi dan tujuan dalam kehidupannya, interaksi dirinya dan ikut berperan dalam lingkungan sosial baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan teman sebaya. Karena itu, pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar penting sebagai pondasi siswa dalam membentuk pribadi yang mempunyai kualitas baik dari segi pengetahuan dan keterampilan dasar.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD Materi pembelajaran IPS di sekolah dasar mencakup aspek alam, manusia dan interaksinya dengan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar peneliti memilih suatu standar kompetensi yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

(33)
[image:33.595.107.518.107.455.2]

Tabel 2.1 Tabel SK dan KD Mata Pelajaran IPS SD Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Mengenal Sumber daya alam, kegiatan ekonomi, kemajuan teknologi di lingkungan Kabupaten/Kota dan Provinsi Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

 Menyebutkan SDA yang berpotensi di daerahnya

 Menjelaskan kegiatan pemanfaatan SDA di daerahnya

 Menyebutkan hasil SDA di daerahnya

 Menjelaskan cara pelestarian SDA  Menjelaskan kegiatan distribusi,

komsumsi dan produksi  Menjelaskan bentuk-bentuk

kegiatan ekonomi di daerah  Menjelaskan pengaruh kondisi

alam terhadap kegiatan ekonomi

Pemilihan standar kompetensi berdasarkan pada rekapitulasi data hasil observasi awal yang peneliti temukan pada tahun sebelumnya yang menunjukkan dimana beberapa siswa memperoleh hasil belajar rendah yang menunjukkan 35% siswa yang lulus dan mencapai KKM yaitu 70 untuk materi IPS tersebut, sedangkan 65% siswa belum lulus KKM yaitu 70.

4. Pembelajaran IPS di sekolah dasar

(34)

pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa sedini mungkin dan tercapainya tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar disampaikan Chapin & Messick (Susanto, 2013: 147) yaitu 1) memberikan siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat, 2) menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan mengolah informasi, 3) menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap dalam kehidupan bermasyarakat dan 4) menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan hal diatas, proses pembelajaran IPS di sekolah dasar yang akan diajarkan pada siswa harus berorientasi pada realita kondisi sosial siswa di sekitar lingkungan sehingga siswa dapat memahami alam, keberadaanya, peran dan interaksinya dalam kehidupan sosial. Pembelajaran tersebut diharapkan dapat menuju ke arah tercapainya hakekat dan tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar.

(35)

B. Hasil Belajar IPS

1. Pengertian Hasil Belajar IPS

Budiningsih (2005: 58-59) menyatakan kendali belajar sepenuhnya di tangan siswa, karena itu belajar adalah kegiatan pokok yang mengutamakan untuk menumbuhkan kemandirian, kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak, serta meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan menyediakan lingkungan sarana pembelajaran yang tepat. Sedangkan peranan guru mendukung prakarsa, memfasilitasi, dan menjalankan dengan menciptakan proses belajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Gagne (1977: 3) mendefinisikan tentang belajar sebagai berikut:

“learning is a change in human disposition or capability, which persists over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth. The kind of change called learning exhibits itself as a change in behaviour, and the inference of learning is made by comparing what behaviour was possible before the individual was placed in a “learning situation” and what behaviour can exhibited after such treatment. The change may be, and often is, an increased capability for some type of performance. It may also be an altered diposition of the sort called “attitude” or “interest” or “value”. The change must have more than momentary performance; it must be capable of being retained over some period of time”.

(36)

individu. Perubahan mungkin menjadi sebuah watak disebut sikap, ketertarikan, atau nilai. Perubahan harus lebih dari pencapaian sebelumnya. Perubahan dapat tersimpan selama jangka waktu tertentu.

Winkel (2007: 59) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar juga dikatakan sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya.

Disimpulkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan bertujuan menghasilkan sejumlah perubahan baik watak dan atau kemampuan dalam individu sebagai bentuk individu telah mendapat perlakuan dan ditempatkan dalam situasi belajar.

Hasil belajar adalah hasil penilaian dari sebuah proses belajar. Hasil belajar merupakan sesuatu yang menunjukkan tingkat keberhasilan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa di kelas. Guru mempunyai hak untuk menentukan ukuran seperti kriteria keberhasilan, cara penilaian, dan jenis penilaian dalam suatu pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar. Hasil belajar siswa yang telah didapat nantinya dikategorikan menjadi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

(37)

keterampilan sosial. Hal tersebut menyatakan bahwa siswa sekolah dasar yang telah ditempatkan dalam situasi belajar IPS akan mendapatkan perubahan dalam dirinya baik dari sisi pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial, serta lebih dapat berperan serta dalam lingkungan sosial. Hal tersebut dapat tercapai bila dalam suatu pembelajaran diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa.

2. Klasifikasi Hasil Belajar IPS

Keberhasilan dan baiknya suatu pembelajaran dilihat dari hasil data suatu pembelajaran. Pada umumnya suatu hasil belajar mengacu pada taksonomi variabel Bloom yang telah membagi hasil belajar menjadi tiga aspek dan berbagai klasifikasi atau golongan di dalamnya yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran IPS yang telah dijelaskan sebelumnya juga mengacu pada pembentukan tiga aspek sebagai sebuah output atau hasil belajar yang siswa dapatkan setelah diadakan pembelajaran IPS. Tiga aspek yang sesuai dengan taksonomi variabel Bloom pada umumnya mempunyai klasifikasi atau golongan di dalamnya yaitu sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

(38)

a) Remember(mengingat)

Tingkat mengingat mempunyai dua macam proses kognitif yaitu mengenal (recognizing) dan pengingatan (recalling). Kata operasional yaitu mengutip, menjelaskan, menyebutkan, menandai, dan menamai.

b) Understand(memahami)

Tingkat memahami terdiri dari tujuh proses: penafsiran (interpreting), pemberian contoh (exemplifying), penggolongan (classifying), meringkas (summarizing), penyimpulan (inferring), membandingkan (comparing), menjelaskan (explaining). Kata operasional yang digunakan yaitu memasang, mengkalsifikasi, meringkas, membandingkan, dan menjelaskan.

c) Apply(menerapkan)

Tingkat menerapkan dibagi menjadi dua macam proses kognitif yaitu pelaksanaan (executing) dan menerapkan (implementing). Kata operasional yaitu melaksanakan, menjalankan, menyusun, dan menyelesaikan

d) Analyze(menganalisis)

Tingkat menganalisis dibagi menjadi tiga macam proses kognitif yaitu perbedaan (differentiating), pengaturan (organizing), penentuan (attributing). Kata operasional yaitu mengorganisasi, menyusun ulang, menguraikan, mengintegrasikan, dan memilah.

e) Evaluate(mengevaluasi)

(39)

f) Create(menciptakan)

Tingkat menciptakan dibagi dalam tiga macam proses : membangkitkan (generating), merencanakan (planing), memproduksi (producing). Kata operasional yaitu merancang, memperbaharui, memproduksi.

b. Ranah Afektif

Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap atau watak individu. Kemampuan afektif sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Kemampuan afektif mencerminkan tingkat penguasaan kognitif yang berarti kemampuan afektif siswa mencerminkan tingkat kognitifnya. Ranah afektif dibagi menjadi lima klasifikasi yang saling berkaitan menurut Krathwohl, Bloom & Masia (1973: 95) sebagai berikut:

a) Receiving(penerimaan)

Tingkat penerimaaan dapat dilihat berdasarkan kepekaan siswa akan rangsangan dan adanya kesediaan siswa untuk memperhatikan atau mencari tahu rangsangan tersebut.

b) Responding(partisipasi)

(40)

c) Valuing(penilaian/penentuan sikap)

Tingkat penentuan mencakup kemampuan memberikan suatu penilaian terhadap kegiatan danmampu untuk menerima suatu nilai yang diajarkan, nantinya siswa akan membawa diri yang disebut internalized.

d) Organizing(organisasi)

Tingkat mengorganisasi dimana mempertemukan nilai yang berbeda kemudian membentuk suatu nilai baru yang universal untuk membawa perbaikan dan menjadi prioritas dalam diri.

e) Characterizing by value or value complex(pembentukan pola hidup)

Tingkat pembentukan pola hidup mencakup suatu kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan agar menjadi pegangan pribadi dalam mengatur kehidupan dan konsisten dalam waktu yang lama.

c. Ranah Psikomotor

Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kemampuan bertindak siswa. Ranah psikomotor mempunyai enam tingkatan yaitu: 1). Gerakan refleks, 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, 3) Kemampuan perseptual (termasuk membedakan visual, auditif, dan motorik), 4) kemampuan bidang fisik, 5) Gerakan-gerakan skill dan 6) Kemampuan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

(41)

kuis dan tes evaluasi siklus melalui penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS

Telah dijelaskan hasil belajar digunakan sebagai pedoman yang berisi data untuk menyatakan keberhasilan dari suatu proses pembelajaran yang dijalankan. Hasil belajar selalu berkaitan dengan proses belajar sebagai sebuah interaksi yang bersifat aktif dan komunikatif antara siswa dan guru dalam waktu yang bersamaan di lingkungan belajar. Diketahui, terdapat beberapa faktor baik dalam maupun luar yang mempengaruhi hasil belajar menurut Jamil (2013: 80) diantaranya berupa sebagai berikut:

a. Faktor dalam

Faktor dalam adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam siswa. Dwi Siswoyo, dkk, (2008: 87) menyatakan Faktor dalam terdiri atas dua hal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor Fisiologis

(42)

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis berhubungan dengan keadaan psikologis seseorang. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a) Kecerdasan/IQ

Kecerdasan pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan fisik dan mental individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kecerdasan sering dikaitkan dengan otak sebagai organ yang penting. Oleh karena itu kecerdasan merupakan faktor psikologis yang penting dalam keberhasilan proses belajar karena menentukan kualitas siswa.

b) Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor keberhasilan pembelajaran yang menumbuhkan tingkat keaktifan. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi ditunjukan dengan siswa yang antusias, aktif, mendorong diri dan orang lain untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Jamil (2013: 86) menyatakan motivasi dapat dibedakan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi Intrinsik lebih kuat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran karena menimbulkan pengaruh keaktifan pada siswa.

c) Perhatian

(43)

intensitas respon rangsangan, keberagaman rangsangan, warna, dan sistem penyajian materi.

d) Sikap

Sikap berkaitan dengan watak dan perilaku yang menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Sikap dapat diartikan kecenderungan untuk merespon dengan cara relatif tetap terhadap seseorang secara positif/negatif. Sikap siswa merupakan respon balik dari sikap maupun perasaan yang telah diberikan oleh siswa lain.

b. Faktor Luar

Selain faktor dalam yang berhubungan dengan siswa, Jamil (2013: 80) menyatakan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar yang digolongkan menjadi dua yaitu lingkungan dan instrumental.

a) Faktor Lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial terbagi menjadi tiga yaitu: a) Faktor lingkungan sosial sekolah

Faktor lingkungan sekolah meliputi guru, kepala sekolah, dan teman-teman di lingkungan sekolah. Motivasi belajar dan keaktifan individu dapat muncul berkat hubungan yang stabil dan simpatik di lingkungan sekolah. b) Faktor lingkungan sosial masyarakat

(44)

c) Lingkungan sosial keluarga

Keluarga adalah tempat pertama siswa menemukan pengetahuan dan belajar. Keluarga sangat berpengaruh terhadap motivasi dan aktivitas belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar.

b) Lingkungan alam

Lingkungan alam atau disebut dengan lingkungan alamiah sangat berpengaruh terhadap timbulnya motivasi belajar.

c) Faktor Instrumental

Faktor intrumental berkaitan dengan perangkat belajar yang digolongkan menjadi dua macam, Hardware terdiri dari gedung sekolah, alat belajar, fasilitas belajar. Software terdiri dari kurikulum, peraturan sekolah, dan silabus serta RPP. 4. Kaitan Kooperatif tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang akan digunakan dalam proses pembelajaran IPS dalam penelitian ini masuk dalam kategori faktor ekternal yang mempengaruhi hasil belajar IPS. Wina Sanjaya (2006: 241) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sistem pengelompokan kecil/tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin atau suku yang berbeda yang disebut heterogen.

(45)

membantu temannya dalam menyelesaikan tugas manakala ada teman yang kurang mampu menyelesaikan tugas, namun tetap ada tanggung jawab perseorangan. Hal tersebut secara tidak langsung akan tumbuh sesuatu yang disebut ketergantungan yang positif.

Pemberian ruang bertatap muka dan berinteraksi yang diberikan secara luas dengan waktu yang telah ditentukan sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran berkelompok dimana siswa aktif menerima informasi dan memberikan informasi yang dibutuhkan dan saling membelajarkan kepada anggota sebagai tugas utama. Di samping itu dapat memberikan pengalaman positif siswa untuk mengenal dan mengetahui kelebihan dan kekurangan anggota dan mampu menghargai setiap perbedaan yang heterogen baik latar belakang individudan kemampuan akademik.

Pemberian kesempatan berinteraksi dan bertatap muka dalam kelompok dapat melatih menumbuhkan nilai kerjasama dan berkomunikasi. Keadaan dimana siswa dihadapkan pada pembelajaran yang aktif dan mengharuskan untuk berkomunikasi dan berpatisipasi dengan siswa lain dalam kelompok juga dapat membawa hal positif dimana siswa dapat belajar berani mengungkapkan pendapat mereka dan belajar mendengarkan pendapat.

(46)

Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sosial sehari-hari. Mereka terlibat secara aktif dalam interaksi sosial untuk memperoleh dan menyebarkan pengetahuan yang dimiliki seperti adanya kerjasama antar anggota keluarga dalam interaksi.

Vygotsky (Budiningsih, 2005: 100) mengatakan perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi kesadaran sosial bersifat primer dan dimensi individual bersifat sekunder yang berarti pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya yang diperoleh melalui peranan aktif seseorang dalam memaknai pengetahuan. Pada intinya disimpulkan perkembangan pemahanam individu ditentukan disamping oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang juga aktif melalui sebuah penghubung yang dinamakan interaksi.

Vygotsky mengatakan konsep-konsep penting tentang perkembangan kognitif terbagi menjadi tiga hukum yaitu hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan proksimal (zone of proximal development),dan mediasi.

a. Hukum genetik tentang perkembangan

(47)

pembentukan pengetahuan dan perkembangan pemahaman individu. Berdasarkan hal tersebut, individu diharapkan turut berpartisipasi dalam lingkungan sosial dan kegiatan sosial untuk membentuk pengetahuan dan kemampuan.

b. Zona perkembangan proksimal

Vygotsky (Budiningsih, 2005: 101) mengatakan perkembangan kemampuan dibedakan dalam dua tingkatan, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang menyelesaikan tugas secara mandiri atau dapat disebut kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang menyelesaikan tugas dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten atau dapat disebut kemampuan intermental. Jarak antara keduanya disebut zona perkembangan proksimal.

Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai kemampuan individu yang belum atau masih berada dalam proses pematangan. Kemampuan yang belum atau masih berada dalam proses pematangan akan menjadi matang melalui proses interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten yang disebut scaffolding. Tugas dariscaffolding yaitu memandang zona perkembangan proksimal sebagai suatu penyangga untuk individu mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi.

(48)

dapat dipisahkan dari konteks sosial dan sebagai bentuk fundamental atau dasar belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial. Berkembangnya kemampuan individu juga tidak lepas dari konteks sosial yaitu bantuan dari lingkungan sosial seperti orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten agar kemampuan intramental individu semakin matang.

Berdasarkan pada penjelasan mengenai teori belajar Vygotsky diperoleh hal bahwa lingkungan sosial merupakan aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kemampuan siswa. Adanya kesempatan berinteraksi yang besar dan luas antara siswa dengan lingkungan sosial di sekitar siswa akan membuat siswa memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya melalui belajar dan berkembang. Lingkungan sosial di sekitar siswa dapat menjadi bantuan dalam mengembangkan zona perkembanagan proksimal. Gutu menyediakan bantuan siswa dalam rangka memfasilitasi agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi diantaranya teman sebaya yang lebih berkompeten atau melalui pemberian contoh, menarik kesimpulan dengan atau bersama teman sebaya.

(49)

Terkait mengenai karakteristik, proses belajar harus memperhatikan salah satu hal yaitu siswa. Siswa yang memasuki tahap kanak-kanak akhir atau dalam tahap perkembangan kognitif Piaget telah memasuki tahap operasional konkret memiliki ciri-ciri mampu berpikir logis dan memahami mengenai sesuatu yang bersifat konkret, menginginkan mengenal luasnya lingkungan pergaulan sosial, memahami suatu konsep percakapan. Siswa juga lebih suka bermain bersama teman sebaya sebagai lingkup interaksi di lingkungan sosialnya. Secara garis besar siswa pada usia kanak-kanak akhir memerlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat berorientasi pada siswa dan pemberian kesempatan untuk berinteraksi dalam suatu lingkup yaitu pembelajaran kooperatif. Itulah keterkaitan antara karakteristik siswa dengan pembelajaran kooperatif dimana keduanya terjadi saling isi.

(50)

Terkait mengenai hasil belajar IPS, suatu proses pembelajaran yang berlangsung akan berakhir pada suatu kesimpulan yaitu hasil belajar. Hasil belajar IPS sebagaimana telah dijelaskan dalam tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar menurut Chapin & Messick (Susanto, 2013: 147) yaitu 1) memberikan siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat, 2) menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan mengolah informasi, 3) menolong siswa mengembangkan nilai/sikap dalam kehidupan bermasyarakat dan 4) menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan dalam kehidupan sosial.

Jika dikaitkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hasil belajar IPS karena strategi kooperatif tipe Jigsaw pada dasarnya memiliki hal yang penting yaitu mengajarkan pada siswa dimana siswa harus bekerja dan belajar dalam suatu kelompok heterogen (home dan expert) dan sekaligus memberikan kesempatan yang besar untuk berinteraksi dan belajar dengan teman sebayabersama-sama. Berdasarkan hal itu, penggunaan strategi kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS untuk siswa akan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terkait materi pembelajaran IPS, juga mampu memenuhi aspek keterampilan sosial siswa dan sesuai dengan karakteristik, serta siswa dapat berperan aktif dengan lingkungan sosial yaitu teman sebaya dalam sebuah proses pembelajaran.

(51)

C. Karakteristik Siswa Kelas IV SD 1. Pengertian Siswa

Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri dan membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang ke kedewasaan yang relatif menetap melalui proses pendidikan (Dwi Siswoyo, 2008: 87). Umar Tirtarahardja & La Sulo (Dwi Siswoyo, 2008: 88) menjelaskan ciri khas siswa yaitu:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan mental yang khas b. Individu yang sedang berkembang

c. Membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri

Pengertian siswa adalah individu yang sedang mengalami perkembangan menuju ke proses kedewasaan dan pengertian perkembangan terbagi menjadi dua hal menurut Rita Eka Izzaty (2008: 3) menyatakan pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik contoh ukuran berat dan tinggi badan, umur tulang, sedangkan perkembangan dipakai untuk perubahan yang bersifat psikis berkaitan pematangan fungsi dari organ, contoh bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh seperti perkembangan dalam bahasa, emosi, intelektual, dan perilaku, yang ditandai dengan proses kematangan dan belajar.

(52)

agar nanti diterima di lingkungannya. Rita Eka Izzaty (2008: 103) menyatakan tugas perkembangan siswa masa kanak-kanak akhir sebagai berikut:

a. Belajar keterampilan fisik untuk bermain

b. Mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri c. Belajar bergaul dengan teman sebaya

d. Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis, dan berbicara e. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial

f. Mencapai kebebasan diri

g. Mengembangkan kata moral dan skala nilai (sopan-tidak sopan) 2. Tahap Perkembangan Siswa Kelas IV SD

(53)
[image:53.595.145.493.106.509.2]

Tabel 2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap-Tahap Umur Kemampuan

Sensori Motorik

0-2 menunjukkan pada konsep

permanenisasi objek yaitu kecakapan praktis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek belum sempurna. Pra

Operasional

3-7 Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikirnya masih egosentris dan berpusat Operasional

Konkret

7-11 Berpikir logis dan memperhatikan satubenda atau konsep yang bersifat konkret. Memahami konsep

percakapan, mampu menempatkan objek-objek menjadi urutan tingkatan kelasyang teratur dan menghitung. Operasional

formal

11 sampai dewasa

Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah

(54)

Perkembangan sosial merupakan kemampuan berperilaku anak sesuai dengan tuntutan lingkungan sosial. Perkembangan sosial berkaitanaspek emosi dan kognitif. Anak dengan usia 9-11 tahun memerlukan tiga tahap perkembangan menurut Hurlock (1978: 250-251) (1) belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, (2) memainkan peran sosial (3) sikap sosial.

Rita Eka Izzaty (2008: 113) menyatakan perkembangan sosial atau sosio-emosionalyang terjadi pada anak pada masa kanak-kanak akhir ditandai dengan anak lebih mendengarkan pengaruh dari orang-orang di sekitarnya seperti teman sebaya sebagai lingkup interaksinya yang menjadi suatu faktor yang dapat berpengaruh dalam kehidupan sosial anak. Berikut penjelasannya:

a. Bermain

Rita Eka Izzaty (2008: 114) menyatakan kegiatan bermainsangat penting bagi perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Anak lebih suka membentuk kelompok bermain (peer group), selain dapat berinteraksi juga menumbuhkan rasa tenggang rasa dengan teman sebayanya. Permainan anak usia ini cenderung lebih bersifat mencoba sesuatu secara berkelompok.

b. Teman sebaya

Rita Eka Izzaty (2008: 115) menyatakan lingkup teman sebaya anak umumnya teman sekolah atau teman bermain. Pengaruh teman sebaya lebih besar dalam pembentukan perkembangan sosial baik yang bersifat positif maupun negatif.

(55)

terlihat pada perbuatan antisosial. Anak pada usia ini timbul kemauan selalu melakukan kegiatandengan teman sebaya dalam menghabiskan waktudan hanya ditengah-tengah teman sebaya anak bisa menyadari posisinya di dalam lingkup kelompok bermain. Dengan begitu anak akan berusaha agar teman sebaya dalam lingkup kelompoknya mau menerimanya.

Perkembangan emosi memainkan peran penting dalam kehidupan.Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku, intelektual, dan moral. Tumbuhnya emosi anak sangat berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkungan sosialnya.

Perkembangan emosi anak juga tumbuh dan dipengaruhi oleh teman sebaya. Rita Eka Izzaty (2008: 114) menyatakan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya akan mulai belajar memahami dan mengendalikan ungkapan emosi yang kurang diterima oleh temansebaya seperti amarah, perasaan menyakiti, menakuti, takut, dan iri hati disebut “unpleasent emotion”, sedangkan emosi untuk membangun kebersamaan dan diterima oleh teman sebaya disebut “pleasent emotion” seperti kasih sayang, rasa senang, semangat, dan suka cita.

Berdasarkan pada penjelasan tahap perkembangan siswa, pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang berorientasi pada karakteristik siswa yang diharapkan dapat memenuhi perkembangan siswa baik secara intelektual, sosial dan emosi. Suatu strategi pembelajaran yang digunakan untuk memenuhi pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran dengan metode berkelompok.

(56)

memerlukan kegiatan pemahaman materi sekaligus berinteraksi membentuk relasi dengan teman sebaya dalam lingkungan belajar. Strategi ini berorientasi pada keaktifan siswa dalam pembelajaran dimana siswa menjadi actordalam aktivitas belajar. Peranan guru sebagai sebagai pendukung dalam pembelajaran yang dapat sebagai narasumber, fasilitator, dan motivator siswa.

Cooperative learning mempunyai bentuk variasi yang sangat beragam jenisnya, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif dengan ciri prinsip interdependensi yaitu prinsip dimana setiap siswa bergantung pada teman satu timuntuk memberikan informasi yang diperlukan. Pola strategi ini yaitu tiap siswa dalam satu kelompok akan menjadi ahli dalam tiap unit atau bagian dan nanti siswa ahli tersebut akan mengajarkan keahliannya pada teman tim yang merupakan ahli unit lain. Strategi Jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara serta cocok untuk bidang pengajaran dengan tujuan penguasaan pemahaman dan sikap (Lie, 2007: 69).

Prinsip Interdependensi yaitu saling bergantung dengan anggota yang lain, bergantung dalam hal ini adalah bergantung secara positif dimana pemahaman materi tidak hanya berasal dari diri sendiri, melainkan juga dari teman-temannya dalam home team berkat adanya keahlian yang dimiliki semua anggota tim sehingga pada dasarnya adalah adanya sifat saling membutuhkan terhadap anggota tim.

(57)

kegiatan dimulai dari pembentukan kelompok home and expertsampai pada kegiatan kuis. Peranan guru hanya sebagai narasumber dan fasilitator. Berbeda dengan Jigsaw, jenis STAD yang merupakan salah satu variasi dari pembelajaran kooperatif secara keseluruhan belum sepenuhnya berpusat pada siswa yang ditunjukan masih adanya kegiatan penjelasan materi oleh guru dengan metode ceramah.

Kaitan kooperatif tipe Jigsaw dengan karakteristik siswa kelas IV SD yaitu strategi ini sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa masa kanak-kanak akhir sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dalam masa perkembangannya. Kegiatan bermain merupakan hal yang penting bagi anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya yang memberikan pengalaman dan lebih bersikap sosial dengan membentuk kelompok bermain atau peer group. Anak harus belajar memahami dan mengungkapkan emosi yang menyenangkan untuk membangun suatu relasi kebersamaan dalam lingkup teman sebaya. Bila melihat kembali strategi kooperatif tipe Jigsaw yaitu strategi pembelajaran kelompok yang berorientasi dan memberi kesempatan siswa untuk belajar serta berinteraksi bersama teman-temannya dan saling bergantung dengan anggota tim dimana satu anggota akan membutuhkan anggota yang lain untuk melengkapi keutuhan materi pembelajaran, bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memenuhi karakteristik siswa dan kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

(58)

mendapatkan predikat tim terbaik dan anggota dapat memberikan pengaruh positif seperti motivasi dan keaktifan bagi anggota lain. Pengaruh besar tim tidak hanya terbatas pada kegiatan pembelajaran ini saja, interaksi yang telah ada dengan teman sebaya selama pembelajaran akan tetap terus terjalin di luar pembelajaran guna diharapkan memenuhi tugas-tugas perkembangan siswa.

Pembelajaran seharusnya tidak lagi terfokus pada guru melainkan guru sebagai fasilitator dan narasumber siswa serta pembelajaran kiranya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di masa kanak-kanak akhir yang membutuhkan banyak pergaulan dengan teman-temannya serta sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui hal tersebut dengan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

D. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

(59)

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran berkelompok didesain untuk melatih tanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain dimana siswa tidak hanya bertanggung jawab menguasai sub materi yang diberikan, namun mampu mengajarkan penguasaan kepada anggota demi keberhasilan kelompok, sehingga kemampuan siswa secara kognitif maupun sosial sangat diperlukan. Oleh karena itu, kooperatif tipe Jigsaw tidak hanya berorientasi pada peningkatan penguasaan konsep siswa saja, tetapi juga membentuk sikap sosial yang positif yaitu kerjasama dan berkomunikasi.

Jigsaw can be used whenever the material to be studied is in written narrative form. It’s most appropriate in such subjects as social studies, literature, some parts of science and related areas in which concepts rather than skills are their learning goals. The instructional raw materials for Jigsaw should usually be a chapter, story, bioghraphy, or simillar narrative and descriptive materials (Slavin, 1995: 122)

Hal diatas diartikan bahwa Jigsaw dapat digunakan apabila materi yang dipelajari adalah berbentuk narasi tertulis. Strategi ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pembelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang yang mempunyai tujuan lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan keterampilan. Pengajaran bahan baku untuk Jigsaw biasaanya selalu berupa sebuah bab, cerita, biografi, atau materi-materi narasi atau deskripsi yang serupa (Slavin, 2009: 237).

(60)

(1995: 124) assign students to four – or five – member heterogenemous teams, exactly as in STAD. Kelompok asal juga berarti kelompok yang terdiri dari para ahli. Slavin (1995: 122) menyatakan langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:

In jigsaw, students work in heterogeneous teams. The students are assigned chapters or other units to read, and are given “expert sheets” that contain different topics for each team member to focus on when reading. When every one has finished reading, students from different teams with the same topic meet in “expert group” to discuss their topic for about thirty minutes. The expert then return to their teams and take turns teaching their teammates about their topic. Finally, students take assesments that cover all the topics, and the quize scores become team scores, as in STAD. Also as in STAD, the scores that students contribute to their teams are based on individual improvement score system, and students on high – scoring teams may receive certificates or their recognition. The key to jigsaw is interdependence: every student depends or his or her teammates to provide the information needed to do well on the assesments (Slavin, 1995: 122)

(61)

dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.

[image:61.595.144.483.273.439.2]

Adapun perhitungan nilai atau poin peningkatan dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw sama dengan STAD seperti dalam tabel 2.3 tabel perhitungan poin kemajuan individu di bawah ini:

Tabel 2.3 Tabel Perhitungan Poin kemajuan Individu/Tim (Robert E. Slavin, 1995: 80)

Skor Tes Akhir Nilai Peningkatan >10 poin di bawah skor dasar 5

1 - 10 poin di bawah skor dasar 10 Skor awal – 10 poin di atas skor dasar 20 > 10 poin di atas skor dasar 30

Nilai sempurna 30

Tujuan dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah memungkinkan siswa terus bekerja keras memberikan kinerja maksimum untuk kesuksesan kelompoknya, disamping itu siswa akan termotivasi dan mempunyai perhatian yanglebih untuk mempelajari materipembelajaran.Kriteria penghargaan kelompok dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didasarkan atas pemberian penghargaan kelompok yang memperoleh poin tertinggi ditentukan dengan rumus perhitungan menurut Trianto (2011) sebagai berikut:

(62)
[image:62.595.149.488.250.357.2]

Berdasarkan poin perkembangan yang dihitung dari rumus rata-rata kelompok diatas kemudian dapat melihat tabel tiga tingkatan penghargaan yang diperoleh kelompok dalam tabel 2.4 tabel kriteria tingkatan penghargaan kelompok berikut ini:

Tabel 2.4 Tabel Kriteria Tingkatan Penghargaan Kelompok (Robert E. Slavin, 1995: 80)

Kriteria rata-rata Penghargaan 15

20 25

Good Team Great Team Super Team

Berdasarkan tabel diatas, seluruh tim dapat memperoleh penghargaan dan dapat lebih dari satu tim mendapatkan penghargaan tim super, tim hebat dan tim baik dalam satu kelas, asalkan kriteria di atas terpenuhi.

2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Suatu strategi pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi pembelajaran dan tentumempunyai karakteristik yang membedakan sekaligus menyatakan antara jenis strategi pembelajaran kooperatif satu dengan yang lain. Guru harus mengerti agar mampu membedakan dan menerapkan jenis strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran. Variasi seperti STAD, TGT, dan lainnya yang dapat dilihat dari karakteristik strategi tersebut yang dapat diamati melalui syntaksatau langkah strategi pembelajaran kooperatif tersebut.

(63)

lainnya. Karakteristik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat melalui syntaks atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Adapun langkah-langkah dari strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Slavin (2005: 238) sebagai berikut:

a. Membentukhome teamyang heterogen terdiri dari 4 sampai 5 anggota b. Tentukan pedoman skor awal (dapat berupa nilai terakhir siswa)

seperti dalam STAD

c. Siswa menerima topik ahli dan membaca materi untuk menemukan informasi

d. Siswa dengan keahlian yang sama dari tiap anggota home teambertemu untuk berdiskusi dalamexpert team

e. Para ahli kembali ke home team untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada rekan tim

f. Para ahli dapat memberikan pertanyaan pada rekan setelah mengajarkan topik mereka agar mereka siap mengerjakan evaluasi g. Para siswa mengerjakan kuis atau tes individual yang mencakup

seluruh topik

h. Skor tim dihitung dalam kegiatan rekognisi tim seperti STAD

(64)

a. Menitikbertkan pada pembentukan dua kelompok yaitu home team danexpert teamdengan memperhatikan keheterogenan.

b. Bersifat interdependensi dimana setiap anggota bergantung pada anggota tim yang lainnya.

c. Adanya kelompok expert yaitu kelompok delegasi yang mempunyai topik sama diambil dari tiap anggotahome team.

d. Berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw menunjukkan strategi ini berorientasi dan berpusat pada siswa.

e. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengedepankan pada peranan teman sebaya sebagi pusat sumber informasi dan bantuan.

f. Adanya kegiatan laporan tim ahli dimana siswa akan melaporkan hasil diskusi kelompok ahli kepada anggota kelompok asal.

3. Kooperatif tipe Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS

Mata pelajaran IPS di sekolah dasar mempunyai pengertian yaitu bidang studi yang mempelajari manusia dan interaksinya dalam masyarakat dengan hakekat yaitu memberikan pengetahuan dasar, sikap serta keterampilan bagi siswa sedini mungkin. Pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah dasar diharapkan dapat membantu siswa memahami dirinya dan lingkungan kehidupan sosial baik secara individu maupun kelompok untuk membantu mengembangkan aspek pribadi, di sisi lain secara tidak langsung siswa dilatih untuk mampu berpartisipasi secara aktif di lingkungan kehidupan di sekitar siswa baik di keluarga maupun sekolah.

(65)

manusia dalam kehidupan bermasyarakat masa lalu, sekarang, dan masa depan, 2) menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mengolah informasi dan sosial, 3) menolong siswa untuk mengembangkan sikap dalam kehidupan bermasyarakat, 4) menyediakan kesempatan pada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial. Berdasarkan tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar nyata sekali begitu pentingnya keberhasilan Pembelajaran IPS di sekolah dasar harus tercapai dengan memberikan siswa pembelajaran yang memberikan suatu hasil belajar yang sesuai dengan tujuan IPS di sekolah dasar.

Suatu pembelajaran yang dinilai dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS di sekolah dasar tersebut adalah pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan memperhatikan karakteristik siswa yang diajarkan yang berdampak pada hasil belajar yang diinginkan. Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat menjadi langkah awal guna mencapai hasil belajar yang diinginkan yaitu pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

(66)

dan narasumber. Kelima, pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang peserta didik.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Slavin (2009: 237) yaitu strategi yang dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari berbentuk narasi tertulis bab, cerita, biografi, atau materi-materi narasi atau deskripsi serupa seperti pelajaran ilmu sosial, literatur sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah.Strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw termasuk pembelajaran peer teaching(pembelajaran teman sebaya) dimana teman atau anggota tim merupakan pusat sumber informasi atau sumber belajar bagi siswa tersebut, dengan kata lain siswa tersebut sangat bergantung pada teman kaitannya pemenuhan pemahaman materi pembelajaran disebut Interdepensi sebagai prinsip pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berorientasi penuh pada siswa dan teman sebaya dengan kata lain individu akan terus bersama dengan teman selama pembelajaran berlangsung untuk menjalin interaksi yang lebih kuat, disamping itu pemenuhan perkembangan siswa masa kanak-kanak akhir diharapkan terpenuhi melalui strategi pembelajaran ini.

(67)

pembelajaran IPS di sekolah dasar serta sesuai dengan karakteristik siswa yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Singkatnya ini merupakan strategi pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.

E. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki peran dalam perkembangan pribadi siswa serta penunjang keberhasilan siswa untuk berperan serta dan mengenal tentang kehidupan di lingkungan sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial dalam pembelajaran SD diharapkan membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penguasaan konsep sebagai pamahaman dan keterampilan dasar sebagai hasil belajar siswa.

Hasil belajar adalah suatu unsur yang menyatakan sukses tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil belajar merupakan suatu hal yang didapat siswa setelah mengikuti pembelajaran yang berisi kemampuan akademik maupun non-akademik dalam diri siswa. Hasil belajar bergantung pada suatu proses pembelajaran yang terjadi dan di dalam pembelajaran terdapat suatu komponen pembelajaran yang saling mendukung.

(68)

pemilihan strategi pembelajaran IPS di sekolah dasar dimana terdapat beberapa poin di dalamnya.

Berkaitan strategi pembelajaran dengan karakteristik siswa SD sebagai poin nomor lima dalam prinsip tersebut bahwa dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang dapat memenuhi aspek kebutuhan siswa disamping pemenuhan penguasaan konsep sebagai sisi kognitif. Siswa SD kelas IV adalah siswa dengan karakterisik suka membentuk kelompok bermain (peer group) dan bermain bersama dengan teman sebaya untuk membentuk suatu lingkungan pergaulan serta diterima dalam lingkup teman sebaya. Berdasakan pada pernyataan ini, strategi pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD yaitu strategi pembelajaran kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif memiliki macam variasi, salah satunya strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan strategi pembelajaran dimana keseluruhan langkah-langkah strategi ini mengutamakan pada keaktifan siswa dan pembelajaran teman sebaya yang dimulai dari pemilihan tim sampai kepada kuis. Strategi ini mempunyai karakteristik pembentukan dua kelompok yaitu home dan expert. Posisi guru dalam strategi ini sebagai fasilitator dan narasumber bagi siswa.

(69)

mediated learning. Peer mediated learning adalah sebuah praktik berbasis kelas dimana individu bekerja berpasangan melengkapi suatu kegiatan dengan tujuan menyelesaikan permasalahan teman sebaya oleh teman sebaya. Proses tersebut terjadi pada kegiatan kelompok expert dan home dimana siswa berdiskusi dan bekerja bersama dalam suatu kelompok expert dan dimana siswa menjelaskan informasi pada kelompokhomesebagai tugas menjadi seorangexpert.

Kaitan strategi kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS adalah strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar terutama pada penguasaan konsep sebagai aspek kognitif. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa studi yang menunjukkan tidak banyak perbedaan dan tidak ada hasil yang negatif diantaranya penelitian yang dilakukan Rizki Dwi Putranto pada tahun 2012 yang berfokus pada hasil belajar kognitif menunjukkan terjadi peningkatan nilai dari pra tindakan sampai pada siklus II yang ditujukan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tidak tuntas terus berkurang.

Berdasarkan pada peryataan diatas, diharapkan melalui penelitian ini peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV akan tercapai menggunakan strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw di SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan

(70)

tidak banyak perbedaan dan tidak satupun studi yang menunjukkan hasil negatifnya diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Dwi Putranto (2012) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Koperasi Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Traji”. Hasil penelitian menyimpulkan terjadi peningkatan nilai dari pra tindakan sampai pada siklus II yang ditujukan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tidak tuntas terus berkurang

G. Hipotesis penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kajian penelitian yang relevan, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

(71)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan sebagai metode pemecahan masalah dengan memanfaatkan sebuah tindakan nyata yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Nilai Ujian Tengah Semester
Tabel 1.2 Tabel Perbandingan Nilai Ulangan Harian
Tabel 2.1 Tabel SK dan KD Mata Pelajaran IPS SD
Tabel 2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas IV SD Negeri 124 Pekanbaru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Kanisius Minggir tahun pelajaran 2012/2013 dengan

Hasil penelitian menunjukkan:(1) upaya meningkatkan kemandirian dan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu menggunakan media

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius

Hasil penelitian menjukkan bahwa:1 upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Pugeran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTeams

Pada pelaksanaan tindakan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas IV SD terdiri dari 6

Pada penelitian ini adapun rumusan permasalahan adalah “A pakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas

Selanjutnya, dari hasil penelitian di atas, peneliti memberikan saran kepada guru yaitu untuk mengajarkan pem- belajaran IPS pada siswa kelas IV SD guru dapat