• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual di SD Negeri Jetis Bantul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual di SD Negeri Jetis Bantul"

Copied!
351
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD

NEGERI JETIS BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Yusinta Rijayanti

NIM : 131134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD

NEGERI JETIS BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Maria Yusinta Rijayanti

NIM : 131134176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga

selalu menumbuhkan semangat untuk mengerjakan skripsi.

Kedua orang tuaku FX.Paridjo dan Anastasia Karyanti yang telah memberikan

dukungan serta doa dan fasilitas yang diberikan supaya saya tetap semangat

mengerjakan skripsi

Dosen pembimbing skripsi yang sudah dengan sabar membimbing saya dalam

mengerjakan skripsi

Kakak Paulus Bangun Kristianto yang selalu memberikan nasihat

Teman spesialku Agung Nur Cahyo yang selalu memberikan semangat dan selalu

menemaniku saat mengerjakan skripsi

Khalih Ridho dan Bayu Widaryanto yang sudah sedia menjadi partner skripsi dan

saling memberi dukungan

Amah Wulandari, Haryo Putu, Fransiscus Caraccioli Joni, Nur Pratikto, Nurhayati,

dan Yosi yang sudah bersedia menjadi temanku dari semester I sampai sekarang.

Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan doa supaya saya dapat

menyelesaikan skripsi

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(6)

v MOTTO

Jangan mudah melambung karena tersanjung, jangan mudah terjatuh karena

cibiran

Perangi rasa malas dirimu, bentangkan semangatmu

Segala sesuatu dan perkara yang terjadi selalu sertakan Tuhan, karena uluran

tanganNya akan mendorong dirimu untuk lebih kuat.

Hasil yang baik berasal dari pribadi yang baik.

Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi sering ketakutanlah yan

g

membuat jadi sulit. Jadi jangan mudah menyerah.

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Mei 2017

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Yusinta Rijayanti

Nomor Mahasiswa : 131134176

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI JETIS BANTUL

Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berserta perangkat yang

diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Mei 2017

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SD NEGERI JETIS BANTUL

Maria Yusinta Rijayanti Universitas Sanata Dharma

2016

Meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar yang kurang pada siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas di sekolah tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk (1) mengetahui penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul (2) meningkatkan kedisiplinan dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul (3) meningkatkan hasil belajar dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul.

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan 2 siklus yang subjeknya adalah siswa kelas IV di SD Negeri Jetis Bantul. Setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, kuesioner, tes dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, lembar kuesioner dan tes.

Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kedisiplinan belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul. Pada kondisi awal nilai rata-rata kedisiplinan belajar 70,1 (kategori cukup aktif) dengan persentase siswa minimal cukup aktif 66,7 %; siklus I rata-rata 78,6 (kategori cukup disiplin) dengan persentase 83,8 %; siklus II rata-rata 88,6 (kategori disiplin) dan persentasenya 96,8 %. Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata hasil belajar sebesar 75,40 sebanyak 56,7 % siswa mencapai KKM 75; siklus I 77,64 sebanyak 61,3 % siswa yang mencapai KKM; siklus II rata-rata 84,72 dan sebanyak 83,9 % siswa yang mencapai KKM.

(10)

ix

ABSTRACT

ENHANCE THE DISCIPLINE AND LEARNING OUTCOMES IN CLAS IV SUBJECT IN MATHEMATICS USING CONTEXTUAL IN JETIS BANTUL

ELEMENTARY SCHOOL

Maria Yusinta Rijayanti Universitas Sanata Dharma

2017

Enhance of students’ discipline and learning outcome at Jetis Bantul elementary school motivated the researcher to conduct Classroom Action Research in the school. The aims of this research were (1) to know the implementation of contextual approach to increase fourth grade students discipline and learning outcomes on Math subject at Jetis Bantul elementary school (2) enhance discipline with the implementation of contextual approach the fourth grade students on Math subject at Jetis Bantul elementary school (3) enhance learning outcome with the implementation of contextual approach the fouth grade students discipline on Math subject at Jetis Bantul elementary school.

This research was a Classroom Action Research which was conducted with 2 cycles which the subjects were fourth grade students at Jetis Bantul elementary school. Each cycle consisted of two meetings. In each cycle, there were four steps which are planning, action, observation, and reflection. The data gathering technique included interview, observation, questionnaire, and documentation. The research instruments which were used were interview guideline, observation guideline, questionnaire sheet, and test.

The implementation which contextual approach could increase fourth grade students on Math subject at Jetis Bantul elementary school. At the initial condition, the average score of the learning discipline was 70.1 (“disciplined enough” category) with the minimum percentage of adequate discipline 66.7% from 30 students; the average of cycle I was 88.6 (“disciplined enough” category) and the percentage was 83.8%; the average of cycle II was 88.6 (“disciplined” category) and the percentage is 96.8%. The implementation of contextual approach could increase students’ learning outcome. At the initial condition, the average score of the learning outcome was 75.49 as much as 56.7% students reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM) which is 75; cycle I was 77.64 as much as 61.3% students which reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM); cycle II which the average was 84.72 and as much as 83.9% students reached the Minimum Criteria of Mastery Learning (KKM).

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya peneliti

dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Meningkatkan Kedisiplinan

dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran Matematika Menggunakan

Pendekatan Kontekstual di SD Negeri Jetis Bantul. Penulisan skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada

beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Cristiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S.,M.Pd selaku wakil Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

4. Drs. Paulus Wahana, M. Hum dan Andri Anugrahana, S.Pd.,M. Pd., selaku

dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah bersedia

memberikan waktu dan tenaga serta perhatian untuk memberikan

bimbingan dan arahan selama proses penelitian dan penulisan skripsi

(12)

xi

5. Sekretariat program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang sudah

memperlancar segala keperluan perkuliahan

6. Drs. Suharyana selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jetis Bantul yang telah

mengijinkan peneliti melakukan penelitian.

7. Subagiyono, S.Pd selaku guru kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul yang

telah memberikan bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Siswa siswi kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul selaku subjek penelitian

yang telah bersedia membantu peneliti dalam proses penelitian.

9. Bapak dan ibu guru serta karyawan SD Negeri Jetis Bantul yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dalam penelitian sehingga penelitian

dapat berjalan dengan baik dan lancar

10.Keluarga besar tercinta yang telah mendukung dengan doa dan

perhatiannya.

11.Teman-teman satu payung Khalih dan Bayu berkat kerjasamanya selama

ini dalam menyusun skripsi ini.

12.Teman-teman PGSD kelas C dan D semester I hingga VII angkatan 2013

atas semangat, dukungan, doa dan kebersamaannya selama berproses dan

berdinamika selama perkuliahan.

13.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

(13)

xii

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kendala yang peneliti temukan baik

dari faktor dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut tidak menjadi

hambatan dalam diri peneliti melainkan menjadi semangat untuk terus maju dan

menyelesaikan menyusun skripsi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca

dan Universitas Sanata Dharma. Penulis meminta maaf apabila dalam penyajian

terdapat beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian, isi, dan

sebagainya, serta peneliti menerima kritik dan saran sebagai masukan untuk

memperbaiki penelitian ini.

Yogyakarta, 19 April 2017

Penulis

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pembatasan Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian ... 7

1.6Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Kedisiplinan ... 11

2.1.2 Hasil Belajar ... 12

2.1.2.1 Pengertian Hasil ... 12

(15)

xiv

2.1.3.1 Pengertian Belajar ... 13

2.1.4 Hasil Belajar ... 16

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar ... 16

2.1.4.2 Penggolongan Hasil Belajar ... 16

2.1.5 Pembelajaran ... ... 19

2.1.6 Matematika ... 20

2.1.6.1 Pelajaran Matematika ... 20

2.1.6.2 Materi Perkalian dan Pembagian ... 21

2.1.7 Pembelajaran Matematika ... 25

2.1.8 Pendekatan Kontekstual ... 26

2.1.8.1 Langkah Pendekatan kontekstual ... . 28

2.1.8.1 Kekurangan dan Kelebihan ... 28

2.1.9 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 30

2.2 Teori-teori Mendukung ... 33

2.3 Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

2.4 Desain Diagram Penelitian yang Relevan ... 37

2.5 Kerangka Berpikir... . 39

2.6 Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Setting Penelitian ... 44

3.2.1 Tempat Penelitian ... 44

3.2.2 Waktu Penelitian ... 45

3.2.3 Subjek Penelitian ... 45

3.2.4 Objek Penelitian ... 45

3.3 Rencana Tindakan ... 45

3.3.1 Persiapan ... 45

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 46

3.3.2.1 Siklus I ... 46

(16)

xv

3.4 Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 65

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.5.1 Kuesioner ... 66

3.5.2 Dokumentasi ... 67

3.5.3 Tes ... 67

3.5.4 Wawancara ... 68

3.5.5 Observasi ... 68

3.6 Instrumen Penelitian ... 68

3.6.1 Non Tes ... 69

3.6.1.1 Pedoman Wawancara ... 69

3.6.1.2 Pedoman Observasi ... 70

3.6.1.3 Lembar Kuesioner ... 70

3.6.2 Tes ... 72

3.7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data ... 73

3.8 Uji Validitas, Reliabilitas, dan Indeks Kesukaran (IK) ... 74

3.8.1 Validitas ... 74

3.8.1.1 Validitas Variabel Kedisiplinan ... 75

3.8.1.2 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 76

3.8.2 Reliabilitas ... 83

3.8.3 Indeks Kesukaran Soal (IK) ... 85

3.9 Teknik Analisis Data ... 88

3.9.1 Analisis Data Kedisiplinan Siswa ... 88

3.9.2 Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 89

3.10 Jadwal Penelitian ... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 91

4.1.1 Perencanaan ... 91

4.1.2 Pelaksanaan ... 94

4.1.3 Observasi ... 95

(17)

xvi

4.2 Hasil Penelitian ... 97

4.2.1 Kedisiplinan Siswa ... 97

4.2.1.1 Kondisi Awal ... 97

4.2.1.2 Siklus I ... 98

4.2.1.3 Siklus II ... 100

4.2.2 Hasil Belajar ... 103

4.2.2.1 Kondisi Awal ... 103

4.2.2.2 Siklus I ... 105

4.2.2.3 Siklus II ... 106

4.3 Pembahasan ... 110

4.3.1 Penerapan Pendekatan Kontekstual ... 111

4.3.1.1 Siklus I ... 112

4.3.1.2 Siklus II ... 122

4.3.1.3 Pembahasan Siklus I dan Siklus II ... 128

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 138

5.2 Keterbatasan ... 139

5.3 Saran ... 140

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan dan Alat Ukur Siklus I ... 65

Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan dan Alat Ukur Siklus II ... 66

Tabel 3.3 Pertanyaan Wawancara ... 69

Tabel 3.4 Indikator Observasi ... 70

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kedisiplinan ... 71

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II Sebelum Validasi ... 72

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I dan Siklus II Sesudah Validasi ... 73

Tabel 3.8 Instrumen Pengumpulan Data ... 73

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kedisiplinan Oleh Validator ... 76

Tabel 3.10 Hasil Validasi Silabus ... 77

Tabel 3.11 Hasil Validasi RPP ... 78

Tabel 3.12 Hasil Validasi LKS ... 79

Tabel 3.13 Hasil Validasi Soal Hasil Belajar ... 79

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validitas Soal Hasil Belajar Siklus I ... 81

Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Validitas Soal Hasil Belajar Siklus II ... 82

Tabel 3.16 Kriteria Reliabilitas ... 83

Tabel 3.17 Reliabilitas Siklus I ... 84

Tabel 3.18 Reliabilitas Siklus II ... 84

Tabel 3.19 Kriteria Indeks Kesukaran ... 86

Tabel 3.20 Indeks Kesukaran Soal Hasil Belajar Siklus I ... 86

Tabel 3.21 Indeks Kesukaran Soal Hasil Belajar Siklus II ... 87

Tabel 3.22 Kriteria Skor Kuesioner Kedisiplinan ... 89

Tabel 3.23 Jadwal Penelitian ... 90

Tabel 4.1 Kondisi Awal Kedisiplinan Belajar Siswa ... 97

(19)

xviii

Tabel 4.3 Hasil Kedisiplinan Belajar Siswa Siklus II ... 100

Tabel 4.4 Hasil Kedisiplinan Belajar Siswa ... 101

Tabel 4.5 Nilai Ulangan Tengah Semester Mata Pelajaran Matematika Tahun 2016/2017 ... 104

Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 105

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 106

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan

Mc. Taggart ... 41

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Kediiplinan Siswa ... 100

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Presentase Kedisiplinan Siswa ... 100

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 107

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 107

Gambar 4.5 Guru Menjelaskan Materi kepada Siswa ... 110

Gambar 4.6 Siswa Melakukan kegiatan diskusi ... 111

Gambar 4.7 Siswa Melakukan Kegiatan bertanya ... 112

Gambar 4.8 Siswa Menggunakan Media untuk Mengerjakan Soal ... 113

Gambar 4.9 Guru Menjelaskan Materi ... 114

Gambar 4.10 Siswa Berdiskusi ... 115

Gambar 4.11 Siswa Menulis Refleksi ... 116

Gambar 4.12 Guru Menjelaskan Materi ... 117

Gambar 4.13 Siswa Bertanya Kepada Guru ... 118

Gambar 4.14 Refleksi Siswa ... 118

Gambar 4.15 Penilaian Kelompok ... 119

Gambar 4.16 Guru Menjelaskan Materi ... 120

Gambar 4.17 Siswa Bertanya Kepada Guru ... 121

Gambar 4.18 Refleksi Siswa ... 122

Gambar 4.19 Penilaian Soal Evaluasi Siklus II ... 122

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Sebelum dan Sesudah Penelitian ... 145

Lampiran 2 Instrumen Pembelajaran ... 148

Lampiran 3 Instrumen Penelitian (Lembar Kuesioner) ... 235

Lampiran 4 Hasil Kuesioner Kedisiplinan Siswa ... 239

Lampiran 5 Soal Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 243

Lampiran 6 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 268

Lampiran 7 Hasil Output Data Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran dan R-Tabel ... 282

Lampiran 8 Data Nilai Kondisi Awal dan Setelah Tindakan ... 311

Lampiran 9 Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 315

Lampiran 10 Hasil Wawancara Guru Kelas ... 325

Lampiran 11 Foto-foto Kegiatan ... 328

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ahmadi (2014: 50) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah

untuk mengembangkan potensi bawaan manusia agar dapat berkembang

secara optimal dan mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai

manusia di bumi dan secara lebih spesifik sebagai subjek pembangunan

guna mencapai kebahagiaan hidup sekarang dan masa mendatang. Sekolah

Dasar merupakan jenjang dasar untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.

Pendidikan di Sekolah dasar haruslah memberikan makna bagi siswa

melalui kegiatan belajar yang mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa.

Kegiatan belajar yang disiplin merupakan strategi yang baik untuk

(23)

mempengaruhi hasil belajar siswa. Lickona (2014: 73-74) menyatakan

disiplin adalah celah masuk bagi pendidikan karakter. Pendidikan karakter

menegaskan bahwa jika disiplin hendak berfungsi, hal itu harus mengubah

anak-anak pada sisi dalamnya. Disiplin harus mengubah sikap mereka,

cara mereka berpikir dan merasa. Disiplin harus menyebabkan mereka

ingin berperilaku secara berbeda. Disiplin harus membantu mereka

mengembangkan kebajikan-kebajikan, penghormatan, empati, penilaian

yang baik, dan pengendalian diri yang tanpa hal-hal ini, masalah disiplin

muncul pertama kali.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

mengajarkan siswa untuk belajar mengukur dan berhitung sehingga dapat

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari mengenai bilangan

seperti mengukur dan menghitung. Suherman (2008: 888) menyatakan

bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan,

hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian masalah mengenai bilangan. Tinggih (dalam Suherman,

2001: 18) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang

diperoleh dengan nalar. Hal ini dimaksud bukan berarti ilmu lain diperoleh

tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan

aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Ketika siswa mulai ikut serta dan

percaya diri dalam kegiatan belajar terutama pada mata pelajaran

matematika guru perlu untuk mempertimbangkan ruangan agar siswa

(24)

kelas yang memadai. Pembelajaran matematika yang seharusnya anak

adalah anak dihadapkan pada kehidupan nyata yang berhubungan dengan

pengukuran dan perhitungan.

Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar

adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar akan maksimal

jika guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sani (2013: 40)

mengatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang

mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Pembelajaran tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi

pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber

belajar/lingkungan belajar yang mendukung. Oleh karena itu, perlu

pendekatan yang tepat bagi siswa untuk mencapai tujuan belajar, dan salah

satu pendekatan yang dapat membantu siswa mengembangkan

pengetahuannya yaitu dengan pendekatan kontekstual.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 19 Juli 2016 yang

dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas IV SD Negeri Jetis Bantul

mengenai proses pembelajaran matematika, cara guru untuk memperjelas

konsep perkalian dan pembagian, media yang digunakan untuk

memperjelas materi, kedisiplinan siswa kelas IV ketika mengikuti

pembelajaran matematika, hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran

(25)

KKM, penyebab siswa tidak paham terhadap materi perkalian dan

pembagian dan menanyakan pendekatan apa yang digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul. Guru kelas menjawab

seluruh pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti.

Peneliti melakukan observasi bertempat di SD N Jetis Bantul pada

kelas IV pada tanggal 19 Juli 2016 tentang kompetensi dasar 1.3

melakukan operasi perkalian dan pembagian. Berdasarkan hasil observasi

di kelas 4 SD Negeri Jetis Bantul pada pelajaran matematika, kelemahan

siswa pada pelajaran matematika adalah (1) mengerjakan tugas lebih cepat

lebih baik, (2) membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai,

(3) menghindari mengulur-ulur waktu, (4) berusaha untuk menjadi percaya

diri, (5) menghindari kecemasan, (6) merencanakan yang akan datang, (7)

menyiapkan diri saat belajar. Siswa masih kurang disiplin dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam pengamatan, hanya enam siswa

atau presentasenya 20% dari 30 siswa yang keluar kelas dengan meminta

ijin kepada guru dan yang lain masih belum meminta ijin saat keluar kelas

dan ada yang tidak berminat untuk keluar kelas. Ada 25 siswa atau 83,3%

dari 30 siswa yang sudah tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Jumlah

seluruh kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul yaitu 30 siswa yang terdiri dari

11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Masalah-masalah tersebut

merupakan masalah pendekatan yang tidak digunakan oleh guru, belum

lagi masalah dari siswa itu sendiri. Rendahnya hasil belajar matematika

(26)

menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan rumit,

sehingga siswa cukup disiplin dalam mengikuti setiap pembelajaran

matematika terbukti dalam kondisi awal rata-rata kedisiplinan siswa

adalah 70,1 dan kondisi awal hasil belajar siswa adalah 75,4.

Salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam

mengikuti pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa

adalah melalui pendekatan Kontekstual. Jhonson (2007: 14) menyatakan

bahwa pendekatan kontekstual adalah sebuah sistem belajar didasarkan

pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka

menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan

mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa

mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang

sudah dimiliki sebelumnya. Maka dari itu, pendekatan dalam kegiatan

belajar sangat menentukan keberlangsungan kegiatan belajar. Semakin

menarik pendekatan yang dipilih oleh guru, maka kegiatan belajar akan

membuat siswa disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar tersebut dan

mau terlibat langsung dalam seluruh kegiatan pembelajaran. Pendekatan

kontekstual adalah suatu proses pembelajaran yang bersifat menyeluruh

atau holistik. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual

untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa. Pada

pembelajaran kontekstual siswa dimotivasi sehingga mereka dapat

memahami makna bahan pelajaran sesuai konteks konteks kehidupan

(27)

melaksanakan pengajaran matematika menggunakan pendekatan

kontekstual diperlukan kerjasama antara guru yang mengampu mata

pelajaran matematika (guru kelas) dengan peneliti yaitu melalui Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada

peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah-masalah

pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan

dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran matematika di sekolah

yang menerapkan pembelajaran dengan melalui pendekatan Kontekstual,

diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dan hasil

belajar siswa.

1.2Pembatasan Masalah

Permasalahan peelitian ini difokuskan pada pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan standar

kompetensi 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung

bilangan dalam pemecahan masalah. Kompetensi 1.3 Melakukan operasi

perkalian dan pembagian.

1.3Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan

(28)

1. Bagaimana proses pembelajaran matematika menggunakan

pendekatan kontekstual yang diterapkan di kelas IV SD Negeri Jetis

Bantul dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar

siswa?

2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dengan langkah-langkah

konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan kedisiplinan siswa

pada pelajaran matematika selama proses pembelajaran di SD Negeri

Jetis Bantul?

3. Apakah penerapan pendekatan konteksual dengan langkah-langkah

konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada pelajaran matematika selama proses pembelajaran di SD Negeri

Jetis Bantul?

1.4Tujuan Penelitian

Memperhatikan masalah-masalah yang timbul dalam proses

pembelajaran diperlukan usaha-usaha agar dapat meningkatkan

kedisiplinan dan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui proses pembelajaran matematika dalam rangka

meningatkan kedisiplinan dan hasil belajar di kelas IV SD Negeri Jetis

(29)

2. Meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul

selama proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

kontekstual.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul

selama proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan

kontekstual.

1.5Manfaat Penelitian

Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan

manfaat konseptual terutama pada pembelajaran, selain itu juga

kepada hasil belajar dan kedisiplinan pada pembelajaran matematika.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian tindakan kelas mampu memberikan

manfaat terhadap pembelajaran matematika, terutama dalam meningkatkan

kedisiplinan dan hasil belajar pada pembelajaran matematika

menggunakan pendekatan kontekstual.

1.5.2 Manfaat Praktis

Pada manfaat praktis penelitian ini memberikan manfaat bagi:

1.5.2.1 Bagi Guru

Guru dapat menjadi fasilitator untuk membantu siswa di

(30)

banyak memberikan kemudahan dan sumber-sumber informasi

yang dibutuhkan siswa untuk proses belajar.

1.5.2.2 Bagi Siswa

Siswa akan menemukan sendiri dan menghubungkan

pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan yang

dimilikinya dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk

menyelesaikan masalah-masalah kontekstual.

1.5.2.3 Bagi Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperbaiki

kinerja peneliti bahwa pendekatan kontekstual yang diterapkan

pada pelajaran matematika baik bagi siswa dan sebagai pembuktian

untuk membantu siswa dalam meningkatkan kedisiplinan dan hasil

belajar siswa.

1.6Definisi Operasional

Pada bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah yang digunakan pada

penelitian, antara lain:

1.6.1 Kedisiplinan adalah sesuatu yang berkenaan dengan

kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan norma yang

berlaku.

1.6.2 Hasil belajar adalah hasil pencapaian siswa melalui kegiatan

(31)

1.6.3 Pendekatan kontekstual adalah kosep belajar dimana guru

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan

sehari-hari.

1.6.4 Siswa sekolah dasar adalah siswa dengan kemampuan

berpikir secara logis meskipun harus dengan objek yang

bersifat konkret.

1.6.5 Matematika adalah pelajaran yang berkaitan dengan sesuatu

yang dapat dihitung atau sesuatu yang dinyatakan dalam

bentuk kuantitas (jumlah) dan terdapat nilai konsistensi

dalam berpikir logis.

1.6.6 Pembelajaran matematika adalah proses belajar siswa dalam

memahami konsep matematika dengan cara menemukan

pengetahuan baru, sehingga konsep tersebut sebagai kunci

(32)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II berisi landasan teori yang akan dibahas adalah kajian pustaka,

kajian penelitian yang relevan memuat beberapa hasil penelitian terdahulu yang

sesuai topik penelitian, selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir, dan hipotesis

yang menjadi dugaan/ jawaban sementara dari masalah penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kedisipinan

2.1.1.1 Pengertian Kedisiplinan

Lickona (2014: 73-74) mengatakan disiplin adalah celah masuk bagi

pendidikan karakter. Pendidikan karakter menegaskan bahwa jika disiplin hendak

berfungsi, hal itu harus mengubah anak-anak pada sisi dalamnya. Disiplin harus

mengubah sikap mereka, cara mereka berpikir dan merasa. Disiplin harus

menyebabkan mereka ingin berperilaku secara berbeda. Disiplin harus membantu

mereka mengembangkan kebajikan-kebajikan, penghormatan, empati, penilaian

yang baik, dan pengendalian diri yang tanpa hal-hal ini, masalah disiplin muncul

pertama kali.

Mustari (2014: 35-36) menyatakan disiplin merujuk pada instruksi

sistematis yang diberikan kepada murid. Mendisiplinkan berarti menginstruksikan

orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu. Dalam arti

lisan, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid. Disiplin

(33)

dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku

tertentu, walaupun bawaanya adalah malas. Disiplin diri adalah penundukan diri

untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar. Disiplin diri biasanya disamakan

artinya dengan “kontrol diri” (self-control). Disiplin ini diperlukan dalam rangka

menggunkan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya tindakan yang terbaik

yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki.

Jadi, kedisiplinan adalah pendidikan karakter yang memberikan instruksi

kepada siswa untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu,

sehingga siswa dapat mengembangkan kebijakan-kebijakan, penghormatan,

empati, penilaian yang baik, dan pengendalian diri.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil

Engkoswara (2010: 212) menyatakan bahwa hasil merupakan pengertian

dari seseorang dalam memahami hasil kerja yang diperoleh nanti setelah

pekerjaan tersebut selesai. Apabila hasil yang akan diperoleh sudah dapat

diprediksi dan dipahami, maka dapat memberikan motivasi pada seseorang untuk

lebih giat dalam melakukan pekerjaannya.

Hasil merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk memperoleh apa

yang diinginkan melalui kerja keras atau upaya belajar lebih giat agar

mendapatakan hasil yang maksimal atau hasil yang sudah ditargetkan secara

individual, penjelasan ini diperkuat menurut Zalukhu (2010: 29) yang menyatakan

(34)

sebuah keputusan. Dipembelajaran matematika hasil merupakan kemampuan

siswa dalam memahami materi perkalian dengan ditujuan yang sudah ditentukan

sehingga menyebabkan peningkatan kemampuan kognitif yang akan

menyebabkan timbulnya hasil dari proses belajar

Dari definisi dua ahli tersebut peneliti menyatakan bahwa hasil adalah suatu

tindakan yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan yang sudah

ditentukan dan kesuksesan tercapainya tujuan tersebut yang akan menimbulkan

hasil. Hasil merupakan sesuatu yang didapat setelah pelajaran selesai.

2.1.3 Belajar

2.1.3.1 Pengertian Belajar

Rohmah (2015: 171-172) menyatakan belajar adalah key term, istilah kunci, yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar

sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Karena demikian pentingnya arti

belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun

diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai

proses perubahan manusia itu. Belajar yaitu setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Belajar

adalah perubahan kepribadian sebagai pola baru yang berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepandaian/suatu pengertian. Makmun (dalam Rohmah, 2015: 172)

menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi

(35)

Skinner, dkk (dalam Kurniawan, 2014: 3) mengatakan bahwa belajar

menurut golongan behavioristik dipandang sebagai proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Timbulnya tingkah

laku itu disebabkan oleh adanya hubungan stimulus dengan respon dimana suatu

stimuli tertentu akan menyebabkan respon tertentu dari individu. Bruner, dkk

(dalam Kurniawan, 2014: 3) menyatakan dalam pandangan para kognitivistik

belajar dipandang sebagai proses aktif individu dalam memproses individu dalam

memproses informasi. Mayer, dkk (dalam Kurniawan, 2014: 3) menyatakan

faham konstruktivisme memandang belajar sebagai proses aktif pebelajar dalam

mengkonstruk ilmu pengetahuan melalui proses seleksi, organisasi, dan integrasi

informasi.

Syah (dalam Kurniawan, 2014: 4) menyatakan belajar pada hakikatnya

merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah

psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat,

mengucapkan. Apapun manifestasi belajar yang dilakukan siswa hampir dapat

dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang intensitas pengunaannya

tentu berbeda dengan peristiwa belajar lainnya.

Rohmah (2015: 172) menyatakan ada beberapa karakteristik belajar antara

lain, yaitu:

1. Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku

2. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman(perubahan karena

pertumbuhan atau kematangan bukan merupakan hasil belajar, contoh

(36)

3. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman, berarti perubahan tingkah

laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi/kepekaan

seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara bukan merupakan

hasil belajar.

4. Perubahan tingkah laku itu menyangkut beberapa aspek kepribadian

(fisik/psikis) seperti perubahan pengertian, berpikir, keterampilan,

kebiasaaan, sikap, dan lain-lain.

Fudyartanto (dalam Baharudin dan Wahyuni, 2015: 15) menyatakan

belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Usaha

untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi

kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai

sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami,

mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Morgan, dkk (dalam Baharudin dan Wahyuni, 2015: 18) menyatakan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai

hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan-kawan senada

dengan pendapat yang dikemukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar

merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan

adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di

dalam diri seseorang.

Dari uraian pendapat tujuh ahli yang mendefinisikan pengertian belajar,

(37)

diperoleh. Belajar adalah mencari tahu apa yang belum diketahui dan

mengembangkan pengetahuan yang sudah diketahui.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (dalam Kurniawan, 2014: 9) mengatakan Kingsley membedakan

hasil belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan

kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Setiap golongan

bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

2.1.4.2 Penggolongan Hasil Belajar

Bloom menggolongkan hasil belajar menjadi tiga bagian yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor.

1. Hasil Belajar Kognitif

Dimyati dan Mudjiono (dalam Kurniawan, 2014: 10-11) menyatakan

hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan,

kemampuan berpikir atau intelektual. Hasil belajar ranah kognitif meliputi

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi, dan

kreativitas. Hasil belajar pengetahuan meliputi kemampuan berupa ingatan

terhadap suatu yang pernah dipelajari. Hasil belajar pemahaman, yaitu

kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu yang sudah dipelajari.

Penerapan yaitu kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang

sudah dipelajari dalam situasi nyata maupun tiruan. Hasil belajar analisis

(38)

menjadi jelas unsur-unsur pembentuk kesatuan suatu entitas. Hasil belajar

sintetis yaitu kemampuan membuat intisari, membentuk suatu pola tertentu

berdasarkan elemen-elemen yang berbeda, sehingga membentuk suatu

kesatuan yang bermakna. Hasil belajar evaluasi yaitu kemampuan

memberikan pendapat atau menentukan baik dan tidak baik atas sesuatu

dengan menggunakan suatu kriteria tertentu. Kreativitas merupakan

kemampuan kognitif tertinggi, menggantikan kemampuan evaluasi.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkreasi atau mencipta, yaitu

kemampuan yang dipandang paling sulit/tinggi dibandingkan dengan

kemampuan kognitif lainnya.

2. Hasil Belajar Afektif

Dimyati dan Mudjiono (dalam Kurniawan, 2014: 12) menyatakan

hasil belajar ranah afektif yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa

kepekaan rasa atau emosi. Hasil belajar afektif terdiri dari lima jenis

tahapan, yaitu:

a. Kepekaaan, yaitu sensitivitas mengenai situasi dan kondisi tertentu

serta memperhatikan keadaan tersebut.

b. Partisipasi, yaitu mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penilaian dan penentuan sikap, yaitu mencakup menerima suatu nilai,

menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

(39)

pedoman atau pegangan hidup.

e. Pembentukan pola hidup, yaitu kemampuan menghayati nilai dan

membentuk menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

3. Hasil Belajar Psikomotorik

Dimyati dan Mudjiono (dalam Kurniawan, 2014: 12-13)

menyatakan hasil belajar psikomotorik yaitu berupa kemampuan gerak

tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat mulai dari gerak sederhana

yang mungkin dilakukan secara refleks hingga gerak kompleks yang

terbimbing hingga gerak kreativitas. Menurut Simpson (dalam Kurniawan,

2014: 12-13) gerak psikomotorik meliputi:

a. Persepsi, yaitu kemampuan memilah-milah dan kepekaan terhadap

sesuatu.

b. Kesiapan, yaitu kemampuan bersiap diri secara fisik.

c. Gerakan terbimbing, yaitu kemampuan meniru contoh.

d. Gerakan terbiasa, yaitu keterampilan yang berpegang pada pola.

e. Gerakan kompleks, yaitu gerakan luwes, lancar, gesit, dan lincah.

f. Penyesuaian, yaitu kemampuan mengubah dan mengatur kembali.

g. Kreativitas, yaitu kemampuan mencipta pola baru.

Dari definisi di atas peneliti menyatakan bahwa hasil belajar berupa

pengetahuan yang akan menjadi tolak ukur seberapa jauh siswa mampu

(40)

mampu mengaplikasikan materi tersebut ke dalam sikap dan keterampilan, karena

hasil belajar bukan hanya dari kemampuan kognitif saja, tetapi sikap dan

keterampilan akan ikut serta mempengaruhi hasil belajar. Dalam penelitian ini

peneliti membatasi pada aspek penilaian kognitif. Penilaian kognitif adalah

penilaian yang berkaitan dengan ingatan, kemampuan berpikir, dan intelektual.

2.1.5 Pembelajaran

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran

Gagne (dalam Kurniawan, 2014: 27) menyatakan bahwa pembelajaran

adalah serangkaian aktivitas untuk membantu mempermudah seseorang belajar,

sehingga terjadi belajar secara optimal. Dalam proses pembelajaran merujuk pada

segala peristiwa (events) yang bisa memberikan pengaruh langsung terjadinya belajar pada manusia. Dalam konteks pembelajaran di sekolah guru adalah salah

satunya, bukan satu-satunya.

Romizowski (dalam Kurniawan, 2014: 28) menjelaskan bahwa

pembelajaran itu memiliki dua ciri aktivitas yang berorientasi pada tujuan yang

spesifik serta adanya sumber dan aktivitas belajar yang telah direncanakan

sebelumnya. Tujuan, sumber dan aktivitas belajar yang ditetapkan sebelum proses

belajar mengajar terjadi inilah yang terpenting. Belajar dan pembelajaran

merupakan dua hal berbeda namun memiliki keterkaitan, dimana dalam konteks

ativitas di dalam kelas, pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru

untuk menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif bagi terjadinya proses

(41)

materi, dan situasi kelas yang dipandang akan kondusif bagai proses belajar siswa

didesain oleh guru sebelumnya dalam bentuk desain pembelajaran.

Al-Tabany (2014: 19) menyatakan bahwa pembelajaran hakikatnya adalah

usaha sadar untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari

makna ini jelas bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang

guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang

intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah

serangkaian aktivitas yang memiliki tujuan untuk mempermudah seseorang dalam

aktivitas belajar yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga proses belajar

akan terjadi secara optimal

2.1.6 Matematika

2.1.6.1 Pelajaran Matematika

Menurut Nasution (dalam Suparman, 2009: 8) menyatakan bahwa

matematika merupakan ilmu mengenai dasar-dasar perhitungan, pengukuran, dan

penggambaran bentuk objek. Ilmu ini melibatkan logika dan kalkulasi kuantitatif,

dan pengembangannya telah meningkatkan idealisasi subjek.

Menurut Al-Arif (2013: 16-17) mengatakan matematika merupakan

cabang dari logika yang memberikan suatu kerangka kinerja yang sistematis,

(42)

dengan sesuatu yang dapat dihitung atau sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk

kuantitas (jumlah).

Zubaedi (2014: 296) menyatakan mata pelajaran matematika terdapat nilai

konsistensi dalam berpikir logis, pemahaman aksioma kemudian mencari

penyelesaian melalui pengenalan terhadap kemungkinan yang ada (semua

probabilitas) lalu mengeliminasi sejumlah kemungkinan tertentu dan akhirnya

menemukan sesuatu kemungkinan yang pasti akan membawa kepada jawaban

yang benar. Dari sini ada pengenalan probabilitas, ada eliminasi probabilitas, ada

konklusi yang menunjukkan jalan pasti akan menuju kepada suatu jawaban yang

benar.

Dari definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa matematika

adalah salah satu mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk belajar mengukur

dan berhitung sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan

sehari-hari mengenai bilangan seperti mengukur dan mengitung.

2.1.6.2 Materi Perkalian dan Pembagian

Peneliti memilih materi pembelajaran yaitu perkalian dan pembagian.

Perkalian dan pembulatan merupakan bagian dari materi pada mata pelajaran

Matematika kelas IV semester I. Berdasarkan silabus, materi ini tercantum dalam

Standar Kompetisi 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung

bilangan dalam pemecahan masalah. Dalam Standar Kompetensi tersebut,

Kompetensi dasarnya yaitu 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian.

(43)

Mustaqim & Astuty (2008 : 18) mengatakan bahwa perkalian merupakan

penjumlahan yang berulang. Berikut adalah contoh perkalian:

Contoh:

Ema mempunyai 4 kaleng permen pemberian paman. Setelah dibuka satu

kaleng ternyata berisi 21 permen. Menurut Paman, semua kaleng isinya

sama. Berapa banyaknya permen Ema pemberian paman?

Banyaknya permen Ema dapat kita cari dengan perkalian bilangan 4 × 21.

a. Dengan definisi perkalian sebagai penjumlahan yang berulang, maka

bentuk perkalian tersebut dapat kita tuliskan:

4 × 21 = 21 + 21 + 21 + 21 = 84

b. Dengan perkalian langsung dapat kita tuliskan 4 × 21 = 21× 4 (sifat

komutatif perkalian).

21 × 4 = 84

c. Dengan perkalian bersusun dapat kita tuliskan:

Cara Susun Pendek Cara Susun Panjang

2 1 2 1 4 x 4 x 8 4 4 8 0 +

(44)

Keterangan:

1. Cara susun 1 (Perkalian bersusun pendek)

2 1 4 dikalikan dengan 1 (satuan), hasilnya 4

4 x 4 dikalikan dengan 2 (puluhan), hasilnya 8

8 4

Pada cara bersusun pendek, ketika angka 4 dikalikan

dengan angka 2 yang terletak pada puluhan, maka angka 0 tidak

perlu dituliskan dalam hasilnya dan hanya dituliskan angka

depannya saja.

2. Cara susun 2 (Perkalian bersusun panjang)

2 1 4 dikalikan dengan 1 (satuan) hasilnya ditulis 4)

4 x 4 dikalikan dengan 2 (puluhan) hasilnya ditulis 80)

4 Kemudian semua hasil dijumlahkan

8 0 +

8 4

Pada cara bersusun panjang, ketika angka 4 dikalikan dengan

angka 2 yang terletang pada puluhan, maka hasilnya tetap ditulis

utuh 80 dan angka 0 tidak dihilangkan, kemudian baru dijumlahkan.

Dari ketiga cara perkalian di atas, kalian peroleh hasil yang sama.

(45)

2. Melakukan Operasi Pembagian

Pada kelas-kelas sebelumnya, kalian mengenal pembagian sebagai

pengurangan yang berulang oleh bilangan pembagi terhadap bilangan

yang dibagi.

a. Bagaimana cara membagi bilangan 20 dengan 5? Mari kita

kurangi secara berulang.

20 – 5 = 15

15 – 5 = 10

10 – 5 = 5

5 – 5 = 0

Berapa kali pengurangan dilakukan? Berapa hasil akhir pengurangan

berulang tersebut? Dalam operasi pembagian dituliskan:

20 : 5 = 4

Pembagian tersebut dinamakan pembagian tanpa sisa.

b. Bandingkan dengan pembagian bilangan 20 oleh bilangan 6

berikut ini.

20 – 6 = 14

14 – 6 = 8

8 – 6 = 2

Berapa kali pengurangan dilakukan? Berapa hasil akhir pengurangan

berulang tersebut? Dalam operasi pembagian dituliskan:

(46)

Pembagian tersebut dinamakan pembagian bersisa. Hasil

pembagian bersisa kita tuliskan sebagai berikut:

20 : 6 = 3 (sisa 2)

2.1.7 Pembelajaran Matematika

Bruner (Ruseffendi, 1991) mengatakan dalam metode penemuannya

mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan

sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Menemukan, di sini yang

terutama adalah „menemukan lagi‟ (discovery), atau dapat juga menemukan yang

sama sekali baru (invation). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan

dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam

pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pemimbing

dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Heruman (2007: 5) menyatakan selain belajar penemuan dan belajar

bermakna, pada pembelajaran matematika harus terjadi pula belajar secara

“konstruktivisme” Piaget. Dalam konstruktivisme, konstruksi pengetahuan

dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan

menciptakan iklim yang kondusif.

Susanto (2013: 186-187) menyatakan bahwa pembelajaran matematika

adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

bepikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

(47)

materi matematika. Proses belajar pada matematika mengandung dua kegiatan

yaitu belajar dan mengajar. Kegiatan kolaborasi berupa interaksi antar siswa

dengan guru, antar siswa dengan siswa, dan antar siswa dengan lingkungan di saat

pembelajaran matematika sedang berlangsung.

Dari hasil definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses belajar siswa dalam memahami konsep matematika

dengan cara menemukan pengetahuan baru, sehingga konsep tersebut sebagai

kunci untuk memecahkan masalah. Pembelajaran matematika harus menuntut

siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan

menggunakan daya nalar yang tinggi.

2.1.8 Pendekatan Kontekstual

Kontekstual adalah sebuah sistem yang bersifat menyeluruh yang

menyerupai cara alam bekerja. Kata konteks dipahami sebagai pola

hubungan-hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang. Pembelajaran dan pengajaran

kontekstual, sebagai sebuah sistem mengajar, didasarkan pada pikiran bahwa

makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Semakin banyak

keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin

bermaknalah isinya bagi mereka. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual

melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka

mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka

hadapi. Ketika para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang

(48)

informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih,

menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan,

dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam

situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna (Jhonson,

2006: 32-35).

Majid (2013: 228) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah

konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran aktif, yakni:

konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Baharudin dan Wahyuni (2015: 190-192) menyatakan kontekstual adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari. Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada

memberi informasi. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama,

yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam

(49)

2.8.1.1 Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual

Baharuddin (2015: 190-192) menyatakan bahwa langkah-langkah

menerapkan pendekatan kontekstual di dalam kelas, adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya.

2. Langsungkan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4. Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok)

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan

dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan

sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks

yang terbatas, sedikit demi sedikit, dari proses pengkonstruksian sendiri, sebagai

(50)

2.1.8.2 Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Kontekstual

Menurut Shoimin (2014: 44) kelebihan dan kekurangan kontekstual

adalah sebagai berikut :

A. Kelebihan

1. Pembelajaran kontesktual dapat menekankan aktivitas berfikir siswa

secara penuh, baik fisik maupun mental.

2. Pembelajaran kontesktual dapat menjadikan siswa belajar bukan

menghafal, melainkan proses pengalaman dalam kehidupan nyata.

3. Kelas dalam kontesktual bukan sebagai tempat untuk memperoleh

informasi, melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan

mereka di lapangan.

4. Materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari

orang lain.

Kelebihan menurut Jhonson (2006: 303-304) bahwa keampuhan

kontekstual terletak pada kesempatan yang diberikan siswa untuk

mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan bakat mereka, dan

mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat

demokrasi yang cakap.

Kekurangan penerapan pembelajaran kontesktual merupakan

pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks

(51)

Dari pendapat dua ahli ahli peneliti menyatakan bahwa kelebihan

pendekatan kontekstual adalah mengajarkan siswa untuk mengeksplor

pengetahunnya sendiri serta memahami guna materi tersebut bagi kehidupan

sehari-hari. Kekurangan dari pendekatan kontesktual ialah membutuhkan

waktu yang cukup lama untuk membantu siswa agar mendapatkan pengetahuan

yang akan dikembangkan.

2.1.9 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Supriadi (2004: 81-88) menyatakan bahwa karakteristik siswa sekolah

dasar dibedakan ke dalam karakteristik pribadi dan sosial, dan karakteristik

psikologis.

1. Karakteristik Pribadi dan Sosial

a. Umur, secara umum umur menentukan kesiapan siswa untuk belajar.

Siswa yang umurnya lebih tua akan mempunyai kesiapan belajar yang

lebih tinggi daripada siswa yang lebih muda. Ketentuan wajib belajar

dimulai pada umur 7 tahun.

b. Jenis kelamin, dari penelitan-penelitian psikologi diketahui bahwa

perempuan dan laki-laki mempunyai tempo dan ritme perkembangan

yang relatif berbeda. Misalnya anak perempuan lebih cepat memasuki

tahap keremajaan dan anak perempuan lebih cepat mengenal “hidup

teratur” dan lebih mandiri dari pada anak laki-laki.

c. Pengalaman Prasekolah, TK merupakan persiapan untuk memasuki

(52)

d. Kemampuan Sosial-Ekonomi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang

tua, penghasilan orang tua dan tempat tinggal berkaitan satu sama lain.

Sosial ekonomi keluarga siswa perlu dipertimbangkan dalam proses

belajar dan mengajar, karena hal ini akan mempengaruhi keberhasilan

belajarnya disekolah.

2. Karakteristik Psikologis

a. Tingkat kecerdasan, dapat diamati dari kemampuan belajarnya siswa

yaitu cepat, tepat dan akurat. Ada siswa yang mudah mengingat

sederet angka, ada yang dapat mengingat setelah belajar

berulang-ulang.

b. Kreativitas, kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang

baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada. Kreativitas seseorang

ditandai oleh kemampuannya dalam mencetuskan gagasan-gagasan

yang relatif baru (misalnya dalam cara memecahkan masalah), dapat

menguraikan sesuatu secar lancar dengan bahasa dan istilah yang kaya

serta bervariasi.

c. Bakat dan minat, guru perlu mengakomodasi perbedaan minat dan

bakat tanpa mengabaikan usaha untuk membimbing siswa sehingga

menguasai secara merata materi mata pelajaran sesuai dengan tuntutan

kurikulum.

d. Pengetahuan dasar dan prestasi terdahulu, guru perlu mengetahui dan

(53)

mereka diberikan materi baru. Siswa yang mempunyai pengetahuan

dasar yang kuat dari proses belajar sebelumnya, mencapai prestasi

yang lebih baik pada proses belajar berikutnya.

e. Motivasi belajar, motivasi merupakan modal yang sangat penting

untuk belajar, tanpa ada motivasi proses belajar akan kurang berhasil.

f. Sikap dan kebiasaan belajar, sikap siswa terhadap sekolah, guru,

siswa-siswa yang lain dan terhadap materi pelajaran dalam kurikulum

akan menentukan keberhasilan dalam belajar. Ada siswa yang merasa

sekolah merupakan keharusan untuk masa depannya, ada siswa yang

memandang bahwa ia bersekolah karena disuruh oleh orang tuanya.

Suryobroto (dalam Djamarah, 2011: 124) menyatakan bahwa pada umur

antara 6 atau 7 tahun biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah

dasar. Masa keserasian bersekolah ini secara relatif diperinci menjadi dua fase

yaitu: (1) masa kelas rendah, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun

dan (2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 atau 10 sampai

kira-kira umur 12 atau 13 tahun.

Dari definisi di atas peneliti menyatakan bahwa karakteristik siswa

sekolah dasar adalah terpengaruh oleh umur karena mempertimbangkan kesiapan

siswa untuk belajar dari pra sekolah ke sekolah dasar, kondisi ekonomi dan

lingkungan keluarga akan mempengaruhi siswa dalam merancang pola pikir, dan

(54)

2.2 Teori-teori Mendukung

2.2.1 Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Nur (dalam Al-Tabany, 2014: 30) menyatakan perkembangan kognitif

sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan

lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan

penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi

sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu

memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih

logis. Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang

perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif

membangun sistem makna dan pemahaman realistis melalui pengalaman dan

interaksi mereka.

Menurut Nur (dalam Al-Tabany, 2014: 30) tahap-tahap perkembangan

kognitif Piaget adalah sebagi berikut:

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Terbentuknya konsep “kepermanenan objek” dan kemajuan gradual

dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah pada tujuan.

2. Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)

Perkembangan kemampuan menggunakan simbol untuk menyatakan

objek-objek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi.

3. Tahap Operasi Konkret (7-11 tahun)

Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis.

(55)

tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak

begitu dibatasi oleh keegosentrisan.

4. Tahap Operasi Formal (11 tahun-dewasa)

Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan.

Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi

sistematis.

Menurut Piaget (dalam Al-Tabany, 2014: 31) menyatakan perkembangan

kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi

dan berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini adalah implikasi penting

dalam model pembelajaran:

1. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak

sekedar pada hasilnya. Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan

dengan memperhatikan tahap kognitif siswa yang mutakhir, dan jika guru

penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai

pada kesimpulan terntentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam

posisi memberikan pengalaman sesuai dengan yaang dimaksud.

2. Dalam kelas Piaget, penyajian pengetahuan jadi (ready-made) tidak mendapat penekanan, tetapi didorong menemukan sendiri pengetahuan itu

(Discovery maupun Inquiry) melalui interaksi spontan dengan lingkungannya.

3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

(56)

melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

Dari teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa tahap siswa sekolah dasar

adalah tahap perkembangan operasi konkret dimana tahap perkembangan siswa

sudah mampu berpikir secara logis dan pemecahan masalah tidak terlalu dibatasi

oleh keegosentrisan.

2.3 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Adapun hasil penelitian ini antara lain hasil penelitian yang

dilakukan oleh Catur, Wiji (2013) perbaikan pembelajaran melalui PTK mata

pelajaran matematika. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika

Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Media CD Interaktif Pada SD

Negeri Kebogadung 02 Brebes. Hasil penelitian menunjukan keterampilan guru

siklus I memperoleh skor 16 dengan kreteria kurang, Siklus II memperoleh skor

20 dengan kreteria cukup, dan siklus III memperoleh skor 30 dengan kreteria

sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I mendapat skor 17 dengan kreteria

cukup, siklus II mendapat skor 23 dengan kreteria baik,. Hasil belajar siswa setiap

siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan klasikal 60%, siklus II

ketuntasan klasikal meningkat menjadi 85%. Berdasarkan penelitian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika melalui pendekatan kontekstual

dapat berhasil, sehingga dapat dijadikan salah satu aternatif solusi untuk

(57)

Sari, Puspa (2014) perbaikan pembelajaran melalui PTK mata pelajaran

IPA kelas VA SD Negeri Kenaran 2 Prambanan. Peningkatan Penguasaan Konsep

IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Kenaran 2

Prambanan Sleman Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

penguasaan konsep IPA siswa kelas VA SD Negeri Kenaran 2 Prambanan Sleman

Yogyakarta melalui pendek

Gambar

Gambar 2.1 Bagan desain diagram penelitian yang relevan
gambar 3.1 bagan desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc
Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1 Indikator keberhasilan dan alat ukur siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bidang Pengolahan, Pemasaran Hasil dan Data Perikanan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas untuk

Dalam hal ini dukungan dari dunia usaha/industri pada keterlaksanaan proses pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Tasikmalaya dengan meningkatkan perannya

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam kompetensi pelayanan prima yang

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Gibberellin Terhadap Pertumbuhan Awal Tanaman Pepaya ( Carica papaya L.),

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup akibat dari kelainan sistem imun tubuh yang menghancurkan sel penghasil insulin atau juga

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pengalaman Pribadi dengan Metode Kontruktivisme Pada Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 01 Pulokulon Grobogan Tahun Ajaran

[r]

Oleh karena itu penulis membuat website tentang penyakit flu burung dengan tujuan supaya masyarakat luas khususnya masyarakat di seluruh Indonesia agar lebih mengerti dan waspada