• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN STRUKTUR TATA RUANG KOTA (STUDI KASUS: KECAMATAN MEDAN JOHOR) TESIS OLEH SUCI ASTARI / AR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN STRUKTUR TATA RUANG KOTA (STUDI KASUS: KECAMATAN MEDAN JOHOR) TESIS OLEH SUCI ASTARI / AR"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STRUKTUR TATA RUANG KOTA (STUDI KASUS: KECAMATAN MEDAN JOHOR)

TESIS

OLEH

SUCI ASTARI 177020006 / AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

KAJIAN STRUKTUR TATA RUANG KOTA (STUDI KASUS: KECAMATAN MEDAN JOHOR)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUCI ASTARI 177020006 / AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

PERNYATAAN

KAJIAN STRUKTUR TATA RUANG KOTA (STUDI KASUS KECAMATAN MEDAN JOHOR)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam datar pustaka.

Medan, 15 Desember 2020

(Suci Astari)

(4)
(5)

Telah Diuji Pada

Tanggal 15 Desember 2020

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, Ph.D, IPM Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Imam Faisal Pane, ST, MT, IPM

2. Beny O.Y Marpaung, ST, MT, Ph.D, IPM 3. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc, IPM

4. Dr. Achmad Delianur Nasution, ST, MT, IAI, AA, IAP

(6)

ABSTRAK

Pertumbuhan dan perkembangan kota akan memberikan tekanan kepada tingkat pelayanan kota yang semakin menurun dan daya dukung lahan yang berkurang sehingga menurunkan kualitas hidup penduduk dan produktivitas kegiatan di kota seperti kemacetan lalu lintas, lingkungan perumahan kumuh, tata bangunan yang tidak teratur dan sebagainya. Perkembangan dan pertumbuhan kita jika tanpa rencana dan arahan akan menimbulkan persoalan-persoalan yang sulit untuk diselesaikan sehingga tercipta suatu ketidakseimbangan dalam pemanfaatan ruang kota. Untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kota maka pemanfaatan ruang wilayah kota perlu diarahkan dalam rencana tata ruang kota yang terdiri dari struktur ruang dan pola ruang. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menemukan struktur ruang yang ada pada Kecamatan Medan Johor.

Kajian struktur ruang Kecamatan Medan Johor dianalisa berdasarkan unsur- unsur pembentuk struktur ruang, antara lain: Kependudukan, Pusat Pelayanan Kegiatan dan Jaringan Jalan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif, analisis proyeksi bunga berganda dan analisis overlay peta. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur ruang pada Kecamatan Medan Johor memiliki konsep konsentris dengan pola perkembangan kota yang berada di tengah-tengah Kecamatan Medan Johor sebagai pusat kota. Dengan model struktur ruang dilihat berdasarkan pusat-pusat pelayanannya pada Kecamatan Medan Johor memiliki model struktur ruang multi nodal dimana terdiri dari satu pusat pelayanan dan beberapa sub pusat pelayanan yang saling terhubung satu sama lainnya.

Kata Kunci: Struktur, Ruang, Kecamatan Medan Johor

(7)

ABSTRACT

The growth and development of the city will create a pressure on the level of city services which is decreasing and the carrying capacity of the land decreases, thus reducing the quality of life of the population and the productivity of activities in the city such as traffic jams, slum housing environments, irregular building structures and so on. Our development and growth without a plan and direction will cause problems that are difficult to solve, so that an imbalance in the use of urban space will be created. In order to optimize urban development, the use of urban space needs to be directed in a city spatial plan consisting of spatial structure and spatial patterns. Therefore, this research was conducted to find the spatial structure pattern in Medan Johor District.

The study of the spatial structure pattern of Medan Johor District was analyzed based on the elements that form the spatial structure, including: Population, Activity Service Center and Infrastructure Network. This research uses qualitative methods with both primary and secondary data collection techniques. The analysis method used in this research is descriptive analysis, multiple interest projection analysis and map overlay analysis. The results of the study can be concluded that the spatial structure pattern in Medan Johor Subdistrict is close to the concentric concept with the urban development pattern in the middle of Medan Johor District as the city center. With the spatial structure model, seen based on its service centers in Medan Johor Subdistrict, it approaches a multi-nodal spatial structure model which consists of one service center and several sub-centers which are connected to each other.

Key words: Structure, Space, Medan Johor District

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan Karunianya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kajian Struktur Tata Ruang Kota (Studi Kasus Kecamatan Medan Johor)”, yang disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Alm. Prof. Nawawi Lubis, M.Phil, PhD dan Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM serta Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT, Dr selaku Dosen Pembimbing Tesis, atas segala bimbingan, kesempatan dan ide serta masukan-masukan dalam penyusunan dan pembuatan tesis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen dan civitas akademika di lingkungan Program Studi Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan memberikan pembekalan berbagai disiplin ilmu arsitektur, khususnya bidang Manajemen Pembangunan Kota.

(9)

Penghormatan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih dari hati yang terdalam penulis sampaikan kepada Ibu Lastari Ningsih yang tercinta dan Abang serta Kakak saya yang sudah memberikan motivasi, bantuan material maupun non material, serta kasih sayang dan dukungan kepada penulis. Kepada seluruh teman - teman di Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara khususnya jurusan Manajemen Pembangunan Kota, dan seluruh kerabat yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas segala do’a, bantuan dan motivasi yang telah kalian berikan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan proposal penelitian ini. Penulis berharap proposal penelitian ini dapat diterima dan menjadi landasan peneliti dalam melakukan penelitian tesis.

Medan, 15 Desember 2020 Penulis,

Suci Astari 177020006/AR

(10)

RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Suci Astari

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 10 Juli 1994 Status Perkawinan : Belum Menikah Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Email : suciastari1@gmail.com

Nomor Telepon/HP : (+62) 81264338897

Alamat : Jl. Karya III, Gg. Malvinas No. 102 B Helvetia Kec. Sunggal, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara PENDIDIKAN

1999-2000 : TK Helvetia Medan

2000-2006 : SD IKAL Medan

2006-2009 : SMP Negeri 16 Medan 2009-2012 : SMA Negeri 7 Medan

2012-2016 : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Medan

PEKERJAAN

2015 : CV. Gunung Agung Sejahtera

2018 : PT. Suwanda Karya Mandiri

2019 : PT. Daya Cipta Dianrancana

2020 : Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Cipta Karya Satuan Kerja Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sumatera Utara

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Penelitian ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

1.7 Kerangka Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Struktur Tata Ruang Kota ... 7

2.2 Kependudukan ... 15

2.3 Pusat Pelayanan Kegiatan ... 16

(12)

2.5 Penelitian yang sudah dilakukan ... 20

2.6 Rangkuman Tinjauan Pustaka ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Metode Penentuan Variabel Penelitian ... 25

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4 Populasi ... 30

3.5 Metode Analisa Data ... 30

3.5.1 Metode penelitian deskriptif ... 31

3.5.2 Analisa proyeksi bunga berganda ... 31

3.5.3 Metode analisa overlay ... 32

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN ... 33

4.1 Kawasan Kota Medan ... 33

4.2 Kebijakan Penataan Ruang Kota Medan ... 34

4.2.1 Arahan pengembangan dan distribusi penduduk ... 35

4.2.2 Rencana sistem pusat pelayanan kota ... 36

4.2.3 Rencana sistem jaringan transportasi ... 40

4.3 Kecamatan Medan Johor ... 41

4.4 Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Medan Johor ... 43

4.4.1 Jumlah dan distribusi penduduk ... 44

4.4.2 Rencana sistem pelayanan kota ... 45

4.4.3 Rencana sistem jaringan transportasi ... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1 Analisa Kependudukan ... 49

5.1.1 Pertumbuhan penduduk ... 49

(13)

5.1.2 Sebaran penduduk ... 51

5.1.3 Proyeksi Penduduk ... 52

5.2 Analisa Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan ... 53

5.2.1 Pelayanan fasilitas pendidikan ... 54

5.2.2 Pelayanan fasilitas peribadatan ... 56

5.2.3 Pelayanan fasilitas perdagangan dan jasa ... 58

5.2.4 Pelayanan fasilitas kesehatan ... 61

5.2.5 Pelayanan fasilitas perkantoran ... 63

5.2.6 Pusat Pelayanan Fasilitas Kegiatan ... 64

5.3 Analisa Sistem Jaringan Jalan ... 67

5.3.1 Sistem pergerakan ... 67

5.3.2 Pengembangan Jaringan Jalan ... 68

5.4 Struktur Ruang Kecamatan Medan Johor ... 71

BAB VI PENUTUP... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir ... 6

2.1 Model Konsentris ... 11

2.2 Model Sektoral ... 12

2.3 Model Pusat Berganda ... 13

2.4 Model Struktur Ruang ... 14

2.5 Kerangka Teori Stukrtur Tata Ruang Kota ... 24

3.1 Metode Analisa Data ... 32

4.1 Peta Kota Medan ... 33

4.2 Arahan dan Distribusi Penduduk Kota Medan ... 36

4.3 Sistem Pusat Pelayanan Kota Medan ... 39

4.4 Rencana Jaringan Jalan Kota Medan ... 40

4.5 Lokasi Penelitian ... 41

5.1 Kondisi Sebaran Penduduk Kecamatan Medan Johor ... 52

5.2 Kondisi Fasilitas Pendidikan Kecamatan Medan Johor ... 56

5.3 Kondisi Fasilitas Peribadatan Kecamatan Medan Johor ... 58

5.4 Kondisi Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kecamatan Medan Johor ... 60

5.5 Kondisi Fasilitas Kesehatan Kecamatan Medan Johor ... 62

5.6 Kondisi Fasilitas Perkantoran Kecamatan Medan Johor... 64

5.7 Proses Analisa Overlay Pusat Pelayanan Fasilitas Kegiatan ... 65

(15)

5.8 Pusat Pelayanan Fasilitas Kegiatan Kecamatan Medan Johor ... 66 5.9 Arah Pergerakan Kecamatan Medan Johor ... 68 5.10 Kondisi Jaringan Jalan Kecamatan Medan Johor ... 70

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Unsur Pembentuk Struktur Ruang... 9

2.2 Penelitian yang sudah dilakukan ... 20

2.3 Rangkuman Kajian Teori ... 23

3.1 Variabel Penelitian ... 26

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.3 Administrasi dan Kependudukan Kecamatan Medan Johor ... 30

4.1 Rencana Pusat Pelayanan Kota ... 37

4.2 Perkembangan Penduduk Kecamatan Medan Johor ... 42

5.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Medan Johor ... 50

5.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Johor ... 53

5.3 Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Medan Johor ... 54

5.4 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Medan Johor... 57

5.5 Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Medan Johor ... 59

5.6 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Medan Johor ... 61

5.7 Rencana Peningkatan Jaringan Jalan Kecamatan Medan Johor ... 69

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan kawasan permukiman yang secara fisik ditunjukan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kota, maka pemanfaatan ruang wilayah kota perlu diarahkan dalam rencana tata ruang kota yang terdiri dari struktur ruang dan pola ruang. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang tujuan dari penataan ruang dimaksudkan untuk mencapai kondisi aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Salah satu aspek utama dalam perencanaan tata ruang adalah struktur tata ruang. Penetapan dan arahan struktur ruang tersebut pada prinsipnya hanya digunakan untuk mengarahkan/membentuk tata jenjang pusat-pusat pelayanan wilayah dan jaringan transportasi serta jaringan sarana dan prasarana lainnya yang mendukung pusat-pusat suatu pelayanan tersebut, sehingga membentuk suatu sistem terpadu yang mampu memanfaatkan potensi suatu wilayah yang pada giliraannya akan meningkatkan daya saing wilayah itu sendiri (Fausan, 2018).

Bentuk kota adalah wujud terakhir dari akumulasi peningkatan jumlah penduduk, perilaku, kegiatan, serta kebijakan-kebijakan pembangunan yang dibuat

(18)

(Heryanto, 2011). Dalam konteks Indonesia struktur ruang terbentuk berdasarkan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai kegiatan pendukung sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional (UU No. 26/2007).

Pertambahan penduduk yang terjadi di perkotaan menyebabkan berkembangnya wilayah perkotaan yang berdampak pada perubahan struktur ruang.

Perkembangan sebuah kota tidak dapat dihindari, baik itu dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Perkembangan kota ini data ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas yang ada di dalamnya (Dwiyanto & Sariffuddin, 2013).

Dalam Rencana Struktur Ruang Kota Medan yang tercantum dalam RTRW Kota Medan telah menetapkan Kecamatan Medan Johor sebagai pusat pemerintahan kecamatan, permukiman perkotaan, pengembangan kawasan perumahan dan juga kawasan hijau Kota Medan (RTRW Kota Medan Tahun 2010-2030). Dalam orientasi pengembangan wilayah Kota Medan, Kecamatan Medan Johor pada masa-masa mendatang dipastikan akan semakin tumbuh dan berkembang secara pesat. Pesatnya pembangunan permukiman di Kecamatan Medan Johor merupakan implikasi dari posisi Medan Johor sebagai wilayah yang berada di tepi kota inti (Kota Medan).

Pertumbuhan dan perkembangan kota akan memberikan tekanan kepada tingkat pelayanan kota yang semakin menurun dan daya dukung lahan yang berkurang sehingga menurunkan kualitas hidup penduduk dan produktivitas kegiatan di kota seperti kemacetan lalu lintas, lingkungan perumahan kumuh, tata bangunan yang tidak teratur dan sebagainya. Perkembangan dan pertumbuhan kita jika tanpa

(19)

rencana dan arahan akan menimbulkan persoalan-persoalan yang sulit untuk diselesaikan sehingga tercipta suatu ketidakseimbangan dalam pemanfaatan ruang kota. Untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kota maka pemanfaatan ruang wilayah kota perlu diarahkan dalam rencana tata ruang kota yang terdiri dari struktur ruang dan pola ruang. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya kajian struktur ruang wilayah Kecamatan Medan Johor. Adapun hasil dari kesimpulan akhir akan menjadi masukan kepada pihak pemerintah dalam agar dapat mengantisipasi perkembangan yang tidak diinginkan sehingga rencana tata ruang dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu bagaimana struktur tata ruang kota pada Kecamatan Medan Johor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang akan dijawab, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan struktur tata ruang yang ada pada Kecamatan Medan Johor.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diberikan dari penelitian ini terhadap aspek teoritis adalah sebagai tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang struktur ruang ditinjau dari unsur-unsur pembentuk struktur ruang. Selain manfaat dari aspek teoritis, manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan informasi berupa kondisi struktur ruang dari hasil penelitian sehingga diharapkan kepada pemerintah dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan terkait dengan struktur ruang kota dan kepada masyarakat lokal sebagai upaya untuk menambah wawasan masyarakat tentang pentingnya perencanaan struktur ruang dalam membentuk sistem terpadu yang mampu memanfaatkan potensi suatu wilayah.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji struktur tata ruang pada Kecamatan Medan Johor berdasarkan unsur-unsur pembentuk struktur ruang yaitu, kependudukan, pusat pelayanan kegiatan dan jaringan jalan. Dengan lokasi penelitian adalah Kecamatan Medan Johor.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun urutan metode-metode pembahasan yang digunakan dan menerangkan tentang sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

(21)

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berfikir dan sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini berisi tinjauan pustaka yang mengemukakan dasar teori yang menjadi landasan kajian yang digunakan oleh peneliti yaitu tentang struktur ruang kota.

BAB III Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang metode yang digunakan dalam proses penelitian tersebut. Bab ini berisi uraian tentang penentuan jenis penelitian, metode, metode penentuan variabel penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisa data.

BAB IV Deskripsi Kawasan Penelitian

Dalam bagian ini menjelasskan kawasan kajian yang digunakan peneliti untuk memaparkan gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini dijelaskan hasil dan pembahasan dalam bentuk hasil kajian dan analisa terhadap landasan teori dan rumusan temuan penelitian.

BAB VI Kesimpulan

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang didapat dari pembahasan pada tahap-tahap sebelumnya.

(22)

1.7 Kerangka Penelitian

Proses penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan berpikir. Tahapan- tahapan berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan kota akan memberikan tekanan kepada tingkat pelayanan kota yang semakin menurun dan daya dukung lahan yang berkurang sehingga menurunkan kualitas hidup penduduk dan produktivitas kegiatan di kota seperti kemacetan lalu lintas, lingkungan perumahan kumuh, tata bangunan yang tidak teratur dan sebagainya.

Perkembangan dan pertumbuhan kita jika tanpa rencana dan arahan akan menimbulkan persoalan-persoalan yang sulit untuk diselesaikan sehingga tercipta suatu ketidakseimbangan dalam pemanfaatan ruang kota. Untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kota maka pemanfaatan ruang wilayah kota perlu diarahkan dalam rencana tata ruang kota yang terdiri dari struktur ruang dan pola ruang.

Rumusan Masalah

Bagaimana struktur ruang pada Kecamatan Medan Johor?

Tinjauan Pustaka

1. Unsur Pembentuk Struktur Ruang 2. Bentuk Struktur Ruang Kota 3. Model Struktur Ruang Kota 4.

Pengumpulan data dengan observasi lapangan

Metode Penelitian Kualitatif

Penemuan Kesimpulan

Analisa Data

Data yang didapatkan akan dianalisa secara kualitatif meliputi analisa proyeksi penduduk dan analisa menggunakan teknik overlay peta serta mengkaji literatur terkait dengan pembentukan struktur ruang perkotaan.

Tujuan Penelitian

Untuk menemukan struktur ruang yang ada pada Kecamatan Medan Johor.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Tata Ruang Kota

Dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dinyatakan bahwa struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan dan sistem prasarana maupun sarana. Struktur ruang merupakan pembangkit berbagai aktivitas di dalam wilayah dan sangat berpengaruh dalam menentukan arah penggunaan lahan di masa yang akan datang (Tarigan, 2004). Struktur ruang kota adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem sarana maupun prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional (Geovani Jason J, 2015).

Struktur ruang diwujudkan sebagai pusat-pusat permukiman yang merupakan sentra aktivitas kegiatan atau pusat kegiatan dalam jangkauan pelayanan tertentu. Struktur ruang dalam suatu wilayah perencanaan memiliki hirarki berdasarkan jangkauan pelayanannya, mulai dari hirarki paling tinggi yang memiliki jangkauan pelayanan lebih dekat hingga yang paling berjauhan.

Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan

(24)

satu kesatuan dari sistem regional, provinsi, nasional bahkan internasional. Rencana sturktur ruang kota mencakup: rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota, dan rencana sistem prasarana kota. Rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kegiatan kota menggambarakan lokasi pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hirarkinya, cakupan/skala layanannya, serta dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan tersebut. Sedangkan rencana sistem prasarana kota mencakup sistem prasarana yang mengintegrasikan kota dalam lingkup yang lebih luas maupun mengitegrasikan bagian wilayah kota serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota, sehingga kota dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan penataan ruang kota yang ditetapkan.

Menurut Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional dan jaringan jalan.

Kota atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem spasial, yang secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi pembentuknya serta keterkaitannya satu sama lain. Kota sebagai suatu sistem/tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak, yang mencirikan kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota adalah unsur-unsur pembentuk kawasan perkotaan secara hierarkis dan struktural berhubungan satu sama dengan yang lainnya membentuk tata ruang kota. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota diantaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota dan

(25)

pusat lingkungan yang ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor dan lokal.

Secara konsepsional, unsur-unsur pembentuk struktur tata ruang kota telah dikemukakan oleh banyak pakar. Menurut Setiawan (2004) struktur ruang kota terdiri dari kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan. Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota (Sinulingga, 2005:97), antara lain:

a. Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat pelayanan.

b. Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir yang cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat.

c. Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka hijau.

d. Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat diatas.

Berdasarkan kajian literatur terkait struktur ruang kota maka penulis dapat menyimpulkan beberapa unsur pembentuk struktur ruang kota (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Unsur Pembentuk Struktur Ruang

Referensi Unsur Pembentuk

Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan, 2008

1. Pusat Kegiatan 2. Kawasan Fungsional 3. Jaringan Jalan

(26)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Referensi Unsur Pembentuk Setiawan, 2004 1. Kependudukan

2. Guna Lahan 3. Jaringan Jalan Sinulingga, 2005 1. Pusat Pelayanan.

2. Permukiman

3. Jaringan Transportasi Geovani Jason J, 2015 1. Penduduk

2. Fasilitas Umum 3. Jaringan Jalan 4. Terminal

Berdasarkan rangkuman dari unsur pembentuk struktur ruang kota, peneliti menyimpulkan beberapa unsur pembentuk yang dominan. Unsur-unsur pembentuk struktur ruang tersebut adalah 1) Kependudukan, 2) Pusat Pelayanan, dan 3) Jaringan Jalan.

Kawasan perkotaan memiliki struktur ruang yang beragam dan selalu berkembang. Keberagaman struktur ruang kota dipengaruhi oleh banyak faktor.

Adapun beberapa faktor tersebut antara lain kependudukan, pusat pelayanan dan jaringan jalan. Adapun teori-teori yang melandasi struktur ruang kota antara lain:

1. Teori Konsentris (Burgess, 1925)

Menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau CBD (Central Bussiness District) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi,

(27)

budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. Daerah Pusat Kota (DPK) atau CBD (Central Bussiness District) tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama,

bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings).

Gambar 2.1 Model Konsentris Sumber: Burgess, 1925 2. Teori Sektoral (Hoyt, 1939)

Menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau CBD (Central Bussiness District) memiliki pengertian yang sama dengan yang

diungkapkan oleh Teori Konsentris. Dalam teori ini yang lebih berfokus pada pola sewa tempat tinggal cenderung terbentuk sebagai pola sektor - sektor dan bukannya pola zona konsentris.

(28)

Hommer Hoyt berpendapat bahwa unit-unit kegiatan di perkotaan tidak menganut teori konsentris melainkan membentuk unit-unit yang lebih bebas. Ia menambahkan bahwa daerah dengan harga tanah yang mahal pada umumnya terletak di luar kota sedangkan harga tanah yang lebih murah biasanya merupakan jalur-jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota (pusat kegiatan) menuju daerah perbatasan.

Gambar 2.2 Model Sektoral Sumber: Hommer Hoyt, 1939 3. Teori Pusat Berganda (Harris dan Ullman, 1945)

Menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau CBD (Central Bussiness District) adalah pusat kota yang letaknya relatif di tengah-

tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu “growing points”.

Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti “retailing” distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain (Yunus, 2000:49). Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak Daerah

(29)

Pusat Kota (DPK) atau CBD (Central Bussiness District) dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.

Gambar 2.3 Model Pusat Berganda Sumber: Harris dan Ullman, 1945

Harris dan Ullman berpendapat bahwa teori konsentris dan sektoral memang terdapat di perkotaan namun apabila dilihat lebih dalam lagi, maka akan didapati kenyataan yang lebih kompleks. Kenyataan yang kompleks ini disebabkan karena dalam sebuah kota yang berkembang akan tumbuh inti-inti kota yang baru yang sesuai dengan kegunaan sebuah lahan, misalnya adanya pabrik, universitas, bandara, stasiun kereta api dan sebagainya. Inti-inti kota tersebut akan menciptakan suatu pola yang berbeda-beda karena kita tentunya akan tahu bahwa sebuah tempat yang dibuka (misalnya pabrik), maka disekitarnya akan tumbuh pemukiman kos-kosan, perdagangan kecil dan sebagainya yang tentunya semua ini akan ikut mempengarui struktur ruang kota. Biasanya faktor keuntungan dari segi ekonomilah yang melatar belakangi munculnya inti- inti kota ini.

(30)

Adapun beberapa model struktur ruang kota apabila dilihat dari pusat-pusat pelayanannya (Sinulingga, 2005), antara lain:

1. Mono Centered

Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain.

2. Multi Nodal

Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub sub pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat selain terhubung langsung dengan sub pusat juga terhubung langsung dengan pusat.

3. Multi Centered

Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling terhubung satu sama lainnya.

4. Non Centered

Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub pusat.

Semua node memiliki hirarki yang sama dan saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.

Gambar 2.4 Model Struktur Ruang Sumber: Sinulingga, 2005

(31)

2.2 Kependudukan

Struktur kota adalah tatanan beberapa bagian yang menyusun suatu kota yang menunjukkan keterkaitan antar bagian. Penjabaran struktur kota membentuk pola kota yang menginformasikan antara lain kesesuaian lahan, kependudukan, gun lahan, sistem transportasi dan sebagainya, dimana semuanya memiliki kaitan satu sama lain.

Menurut Handajani (2010), struktur kota mencakup luas, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan PDRB. Bentuk kota adalah wujud terakhir dari akumulasi peningkatan jumlah penduduk, perilaku, kegiatan, serta kebijakan-kebijakan pembangunan yang dibuat warganya (Bambang Heryanto, 2011).

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan kota dipengaruhi oleh adanya berbagai faktor, antara lain faktor kependudukan, serta adanya interaksi antara kota dengan kota lainnya dalam lingkup wilayah maupun luar wilayah dalam suatu daerah.

Perkembangan faktor tersebut (penduduk, kegiatan penduduk dan interaksi kota dengan wilayah lain) merupakan pemicu tumbuh dan berkembangnya wilayah yang berdampak terhadap terjadinya perubahan fisik. Perkembangan fisik ini menyebabkan terjadinya pergeseran pola struktur tata ruang kota. Hal serupa dinyatakan oleh Marianto (2010) pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan berkembangnya wilayah perkotaan yang berdampak terhadap perubahan struktur ruang.

Perkembangan, pertumbuhan dan kemajuan suatu kota ditentukan oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan penduduk, pergerakan penduduk, perkembangan perekonomian serta perkembangan sistem jaringan. Faktor inilah yang ikut

(32)

mempengaruhi corak kehidupan masyarakat yang berakibat pada bentuk fisik dan struktur ruang kota (Aryunto, 2012)

2.3 Pusat Pelayanan Kegiatan

Pusat pelayanan merupakan titik-titik pertumbuhan yang terjadi di beberapa tempat tertentu karena adanya kekuatan penggerak pembangunan, dimana kekuatan tersebut dapat merangsang kegiatan-kegiatan lainnya untuk tumbuh dan berkembang.

Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai kecenderungan untuk mengelompok membentuk suatu kesatuan yang pada akhirnya menjadi pusat dari kegiatan atau disebut sebagai pusat pelayanan. Jadi pusat-pusat pelayanan merupakan aglomerasi dari berbagai prasarana dan sarana yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wilayah (Pane, 2013).

Pusat pelayanan merupakan tempat yang menyajikan barang dan jasa bagi masyarakat di wilayah sekelilingnya dengan membentuk suatu hirarki berdasarkan jangkauan (range) dan ambang batas (threshold) penduduk (Muliana, 2018). Menurut Utoyo, 2007 suatu pusat aktivitas yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk harus terletak pada suatu lokasi yang sentral yaitu suatu tempat atau wilayah yang memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah maksimum, baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen sari barang dan jasa tersebut. Budiharsono (2001) menyatakan bahwa pada dasarnya pusat wilayah mempunyai hierarki. Hierarki dari suatu pusat ditentukan oleh beberapa

(33)

faktor, yaitu jumlah penduduk yang bermukim pada wilayah tersebut, jumlah fasilitas pelayanan umum yang tersedia dan jumlah serta jenis fasilitas umum yang tersedia.

Pusat Pelayanan atau pusat wilayah dimaksudkan sebagai bagian dari kehidupan yang mempunyai fungsi pelayanan, yang berarti jasa dari pusat pelayanan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Perkembangan tiap jenis pusat pelayanan sangat bergantung pada jumlah penduduk yang melayani dan dilayani. Tidak seimbangnya pelayanan dapat memberikan kesenjangan antar wilayah.

Kesenjangan merupakan fenomena perbedaan antar wilayah dikarenakan ketidakmerataan pembangunan antar wilayah dan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesenjangan adalah dengan mengoptimalkan pusat-pusat pelayanan (Muliana, 2018). Pemerintah daerah juga mengamanatkan agar meningkatkan pusat pelayanan yang fungsional, berhierarki dan terintegerasi karena kunci bagi pertumbuhan sekaligus pemerataan di suatu wilayah adalah melalui penciptaan hubungan (keterkaitan) yang saling menguntungkan antar pusat-pusat pertumbuhan juga dengan wilayah pengaruhnya (Firmansyah, 2016).

2.4 Jaringan Jalan

Indikator struktur ruang kota dapat ditunjukkan juga dalam jaringan jalan karena jaringan jalan dapat merupakan komponen yang paling nyata manifestasinya untuk menentukan pembentukan struktur ruang kota (Budiarto, 2014). Jaringan jalan pada suatu kota merupakan komponen yang mendominasi dalam menentukan

(34)

morfologi kota (Yunus, 2000). Jalan merupakan salah satu jenis prasarana yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan kawasan perkotaan.

Sistem jaringan jalan merupakan aspek penting dalam membentuk struktur ruang wilayah. Peranan jaringan jalan sebagai penghubung antar komponen kegiatan antar wilayah kecamatan dan komponen kegiatan antar kabupaten, disamping itu jaringan jalan akan sangat mempengaruhi bentuk struktur tata ruang kabupaten.

Struktur rung kota memperlihatkan penggunaan ruang kota oleh pergerakan dan aktivitas masyarakat dengan pertimbangan kondisi fisik kota sehingga struktur ruang kota tergantung kepada kondisi fisik penggunaan lahan dan pola jaringan transportasi serta kondisi non fisik yaitu pergerakan dan aktivitas masyarakat didalamnya.

Pola jaringan jalan terbentuk melalui suatu proses yang Panjang dan merupakan bagian atau kelanjutan dari pola yang ada sebelumnya. Pola jalan dapat dibentuk regular atau irregular (natural) yang sangat dipengaruhi oleh topografi kawasan (Carmona et.al, 2003). Jaringan jalan merupakan prasarana distribusi dan sekaligus unsur pembentuk struktur ruang (Theresiana, 2013). Bentuk perkotaan yang tercermin dalam struktur dan pola ruang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan sistem transportasi perkotaan karena keterkaitannya yang bersifat timbal balik.

Sebagai contoh, keterkaitan antara transportasi dengan bentuk perkembangan kota yang berkelanjutan dapat mengurangi dampak negatif terhadap pencemaran.

Sistem transportasi suatu wilayah adalah sistem pergerakan manusia dan barang antar suatu zona asal ke zona tujuan dalam wilayah yang bersangkutan.

Pergerakan yang dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana

(35)

atau moda dengan menggunakan berbagai sumber tenaga dan dilakukan untuk keperluan tertentu. Jaringan jalan merupakan bagian dari sebuah jaringan transportasi darat yang menghubungkan simpul-simpul kegiatan (Febri, 2018).

Sistem transportasi adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman yang terdiri dari jaringan transportasi, jaringan pelayanan, arah pergerakan dan moda transportasi dengan tujuan terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus mengerakan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa serta mendukung pengembangan wilayah (Adisasmita, 2011). Munawar (2011) menyatakan bahwa sistem transportasi adalah bentuk keterkaitan yang integral antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan mengatur dan mengkoordinasikan pergerakan manusia dan barang.

Pengembangan sistem transportasi dimaksudkan untuk memudahkan interaksi antar pusat, pusat dengan wilayah belakangnya, pusat dengan kawaasan strategis/prioritas dan pusat dengan wilayah yang lebih luas sehingga akan mendorong perkembangan kegiatan perekonomian wilayah. Kebutuhan pengembangan sistem transportasi tersebut salah satunya adalah pembentukan jaringan jalan yang berhierarki sehingga fungsi jaringan jalan yang dituju dapat diwujudkan dan memanfaatkan serta meningkatkan fungsi prasarana transportasi yang telah ada secara optimal prasarana.

(36)

2.5 Penelitian yang sudah dilakukan

Adapun beberapa penelitian tentang struktur ruang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Penelitian yang sudah dilakukan

Peneliti Judul Variabel Metode Hasil

Jason J. Geovani P.

Lahagina, Ir. R. J.

Poluan, Windy Mononimbar - Program Studi

Perencanaan Wilayah

& Kota, Universitas Sam Ratulangi Manado

Kajian Struktur Ruang Kota Tomohon

1. Jumlah Penduduk 2. Fasilitas Pendidikan 3. Fasilitas Peribadatan 4. Fasilitas Kesehatan 5. Fasilitas

Perdagangan dan Jasa

6. Fasilitas Perkantoran 7. Jaringan Jalan 8. Terminal

Metode penelitian deskriptif

Hasil analisis

menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek yang menjadi pembentuk ruang yaitu

kependudukan, pusat pelayanan kegiatan kota dan jaringan prasarana wilayah kota.

(37)

Tabel 2.2 (Lanjutan)

Peneliti Judul Variabel Metode Hasil

Awal Wibowo - Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Muhammadiyah Purwokerto

Studi Tentang Struktur Kota dan Sistem

Transportasi di Perkotaan Purwokerto Tahun 2013

1. Penggunaan Lahan 2. Kependudukan 3. Persebaran Fasilitas

Perkotaan Bentuk Jaringan Transportasi Perkotaan

Metode penelitian deskriptif kualitatif

Hasil analisis

menunjukkan struktur kota terbentuk dari sistem transportasi kota, pola pergerakan dan mobilitas penduduk.

Pransiska Archivianti Toriki, Nurini – Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Kajian Struktur Pola Ruang Kampung Berdasarkan Budaya Lokal Di Perkampungan Ke’Te Kesu, Kabupaten Toraja Utara

1. Kondisi Fisik (Pola Jaringan Jalan, Tipe Bangunan dan Penggunaan Lahan) 2. Kondisi Non Fisik

(Sosial Budaya Masyarakat)

Menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif (mixed methods).

Hasil analisis

menunjukkan bahwa pola jaringan jalan dan keberadaan kampung tradisional, sistem sosial masyarakat, budaya serta tradisi mempengaruhi terbentuknya struktur dan pola ruang.

(38)

Tabel 2.2 (Lanjutan)

Peneliti Judul Variabel Metode Hasil

Muh. Irzan Fausan – Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar

Kajian Struktur Ruang Kawasan Perdagangan Di Kota Makassar

1. Perdagangan 2. Aksesibilitas 3. Jaringan Jalan 4. Pola Pergerakan

Penelitian

bersifat deskriptif kuantitatif

dengan teknik pengumpulan data adalah survey primer dan survey sekunder

Faktor yang

mempengaruhi struktur ruang berupa

perdagangan, aksesibilitas berupa jaringan jalan dan pola pergerakan.

Theodorus Filipus, Linda Tondobala, Michael M.

Rengkung – Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Universitas Sam Ratulangi

Analisi Struktur Ruang

Berdasarkan Pusat Pelayanan Di Kabupaten Minahasa Utara

1. Demografi 2. Fasilitas Umum 3. Jaringan Jalan

Metode penelitian kuantitatif

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat berpengaruh pada jumlah fasilitas umum dan sosial serta kondisi

infrastruktur yang akan berdampak pada kondisi struktur ruang.

(39)

2.6 Rangkuman Tinjauan Pustaka

Berdasarkan kajian teori mengenai struktur tata ruang kota , maka peneliti merangkum kajian referensi tersebut, pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.5.

Tabel 2.3 Rangkuman Kajian Teori Permasalahan

Penelitian Landasan Teori Kajian Teori

Bagaimana struktur tata ruang kota pada Kecamatan Medan Johor

Setiawan (2004), struktur ruang kota terdiri dari kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan.

Struktur kota mencakup luas, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan PDRB (Handajani, 2010).

Bambang Heryanto (2011), bentuk kota merupakan wujud terakhir dari akumulasi peningkatan jumlah penduduk, perilaku, kegiatan serta kebijakan-kebijakan pembangunan yang dibuat warganya.

Marianto (2010), pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan berkembangnya wilayah perkotaan yang berdampak terhadap perubahan struktur ruang.

Teori ini

memberikan pemahaman bahwa penduduk

mempengaruhi perubahan pada struktur tata ruang kota.

Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional dan jaringan jalan.

Pane (2013), pusat pelayanan merupakan aglomerasi dari berbagai prasarana dan sarana yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wilayah.

Teori ini

memberikan pemahaman bahwa keberadaan pusat pelayanan dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan sebuah wilayah.

Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional dan jaringan jalan.

Teori ini

menyatakan bahwa jaringan jalan merupakan

komponen fisik

(40)

Tabel 2.3 (Lanjutan) Permasalahan

Penelitian Landasan Teori Kajian Teori

Setiawan (2004), struktur ruang kota terdiri dari kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan.

Budiarto (2014), indikator struktur ruang dapat ditunjukkan dalam jaringan jalan karena jaringan jalan merupakan komponen paling nyata manifestasinya dalam pembentukan struktur ruang kota.

Herbet dan Yunus, 2004 menyatakan struktur ruang lebih difokuskan padda bentuk-bentuk fisik dari lingkungan perkotaan yang dapat diamati melalui sistem jaringan jalan.

Theresiana (2013), jaringan jalan merupakan prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang.

yang paling nyata dalam menentukan struktur ruang kota

Gambar 2.5 Kerangka Teori Stukrtur Tata Ruang Kota

Struktur Tata Ruang Kota

Kependudukan

Pusat Pelayanan Kegiatan

Jaringan Jalan

1. Jumlah Penduduk 2. Distribusi Penduduk 3. Kepadatan Penduduk 4. Proyeksi Penduduk

1. Fasilitas Pendidikan 2. Fasilitas Peribadatan 3. Fasilitas Perdagangan

dan Jasa

4. Fasilitas Kesehatan 5. Fasilitas Perkantoran

1. Jaringan Jalan 2. Arah Pergerakan Unsur Pembentuk

Struktur Ruang

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian kajian pola struktur ruang kota pada Kecamatan Medan Johor dilakukan untuk menemukan pola struktur ruang kota yang ditinjau berdasarkan unsur pembentuk kota. Untuk mendapatkan gambaran yang tepat, Jason (2015) pada penelitian sebelumnya menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang mampu menyimpulkan gambaran hasil dari sampel yang digunakan. Penelitian deskriptif akan menghasilkan penemuan penelitian dari data analisa yang jelas. Hal ini dikarenakan data yang digunakan dalam analisa melalui tahap pembersihan data (Creswell, 2002). Dengan menggunakan metode deskriptif, peneliti akan dapat mendeskripsikan bagaimana pola struktur ruang di Kecamatan Medan Johor yang berdasarkan unsur pembentuk kota.

3.2 Metode Penentuan Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Setelah mengkaji teori-teori struktur ruang dan rumusan permasalahan, peneliti menentukan variabel yang sesuai dalam Tabel berikut (Tabel 3.1).

(42)

Tabel 3.1 Variabel Penelitian Rumusan

Masalah Landasan Teori Variabel Sub

Variabel Parameter Bagaimana

struktur tata ruang kota pada

Kecamatan Medan Johor

Setiawan (2004), struktur ruang kota terdiri dari kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan.

Struktur kota mencakup luas, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan PDRB (Handajani, 2010).

Bambang Heryanto (2011), bentuk kota merupakan wujud terakhir dari akumulasi peningkatan jumlah penduduk, perilaku, kegiatan serta kebijakan-kebijakan pembangunan yang dibuat warganya.

Marianto (2010), pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan berkembangnya wilayah perkotaan yang berdampak terhadap perubahan struktur ruang.

Kependudukan Jumlah Penduduk

1. Jumlah Penduduk 2. Distribusi Penduduk 3. Kepadatan

Penduduk 4. Proyeksi

Penduduk

Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional dan jaringan jalan.

Pane (2013), pusat pelayanan merupakan aglomerasi dari berbagai prasarana dan sarana yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wilayah.

Pusat Pelayanan Kegiatan

Fasilitas Pendidikan

1. Persebaran sekolah

2. Jumlah sekolah 3. Persebaran

sekolah

4. Jumlah sekolah Fasilitas

Peribadatan

1. Persebaran rumah ibadah 2. Jumlah rumah

ibadah

(43)

Tabel 3.1 (Lanjutan) Rumusan

Masalah Landasan Teori Variabel Sub

Variabel Parameter Pane (2013), pusat pelayanan merupakan aglomerasi

dari berbagai prasarana dan sarana yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan wilayah.

Fasilitas Kesehatan

1. Persebaran fasilitas kesehatan 2. Jumlah

fasilitas kesehatan Fasilitas

Perkantoran

1. Persebaran perkantoran 2. Jumlah

perkantoran Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur

pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional dan jaringan jalan.

Setiawan (2004), struktur ruang kota terdiri dari kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan.

Budiarto (2014), indikator struktur ruang dapat ditunjukkan dalam jaringan jalan karena jaringan jalan merupakan komponen paling nyata manifestasinya dalam pembentukan struktur ruang kota.

Herbet dan Yunus, 2004 menyatakan struktur ruang lebih difokuskan padda bentuk-bentuk fisik dari lingkungan perkotaan yang dapat diamati melalui sistem jaringan jalan.

Jaringan Jalan Jaringan Jalan

1. Jaringan jalan 2. Arah

Pergerakan

(44)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diharapkan agar dapat menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan, maka harus melakukan pengumpulan data dengan teknik, antara lain:

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian. Berhubungan dengan hal-hal yang terkait dengan struktur ruang. Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang diperoleh langsung dari hasil observasi lapangan, seperti data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitatif objek studi.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari dinas/instansi atau lembaga-lembaga terkait. Teknik pengumpulan data sekunder hanya menggunakan telaah dokumen. Telaah dokumen yang dimaksud adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi pendukung melalui berbagai sumber. Informasi data sekunder bisa didapatkan dari dokumen-dokumen berbagai kebijakan, seperti Data Statistik atau Kependudukan dari BPS (Badan Pusat Statistik), Jurnal, RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dan lain sebagainya.

(45)

Dari penjelasan diatas, peneliti menentukan data yang diperlukan berdasarkan variabel yang sudah ditetapkan sebelumnya. Metode pengumpulan data dalam rangka menyelesaikan kajian pola struktur ruang pada Kecamatan Medan Johor dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Metode Pengumpulan Data Variabel Sub

Variabel Data yang dibutuhkan Sumber Data Kependudukan Jumlah

Penduduk

1. Jumlah Penduduk 2. Distribusi Penduduk 3. Kepadatan Penduduk 4. Proyeksi Penduduk

1. Observasi Lapangan 2. Data Statistik 3. Dokumen Tata

Ruang Pusat Pelayanan

Kegiatan

Fasilitas Pendidikan

1. Persebaran sekolah 2. Jumlah sekolah

1. Observasi lapangan 2. Data Statistik Fasilitas

Peribadatan

1. Persebaran rumah ibadah

2. Jumlah rumah ibadah

1. Observasi lapangan 2. Data Statistik Fasilitas

Kesehatan

1. Persebaran fasilitas kesehatan

2. Jumlah fasilitas kesehatan

1. Observasi lapangan 2. Data Statistik

Fasilitas Perkantoran

1. Persebaran perkantoran 2. Jumlah perkantoran

1. Observasi lapangan 2. Data Statistik Jaringan

Prasarana

Jaringan Jalan

1. Jaringan Jalan 2. Arah Pergerakan

1. Observasi lapangan 2. Dokumen Tata

Ruang

(46)

3.4 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000). Adapun populasi yang termasuk ke dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah Kecamatan Medan Johor yang meliputi beberapa kelurahan dan penduduk yang menempati wilayah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Administrasi dan Kependudukan Kecamatan Medan Johor Kelurahan

Luas Wilayah

(Km²)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

Kwala Bekala 5.50 35.382 6.433

Gedung Johor 3.15 25.636 8.138

Kedai Durian 0.98 7.251 7.399

Suka Maju 1.52 10.505 6.911

Titi Kuning 1.81 22.774 12.582

Pangkalan Masyhur 4.00 34.521 8.630

Total 16.96 136.069 8.023

Sumber: BPS Kecamatan Medan Johor

3.5 Metode Analisa Data

Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini dilakukan untuk dapat menjawab rumusan masalah yang ada sehingga antara metode analisa yang ada harus saling mendukung terutama dari segi keluarannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(47)

3.5.1 Metode penelitian deskriptif

Analisa ini menjelaskan tentang bagaimana bentuk struktur ruang yang ada pada Kecamatan Medan Johor. Dalam penelitian ini peneliti merangkum dari beberapa teori maupun kebijakan terkait dengan struktur ruang untuk dijadikan variabel penelitian yang dapat mewakili konsep struktur ruang. Dari variabel-variabel pembentuk ruang tersebut peneliti menyimpulkan menjadi 3 (tiga) variabel yang dijadikan sebagai batasan penelitian. Variabel yang akan dipakai dalam konsep penyusunan struktur ruang yaitu distribusi penduduk, sistem pusat pelayanan dan sistem jaringan jalan karena variabel tersebut dapat mewakili dalam pembentukan struktur ruang perkotaan dalam penelitian ini.

3.5.2 Analisa proyeksi bunga berganda

Presentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah prioritas pertambahan penduduk rata-rata tiap tahun. Pertumbuhan penduduk kawasan penelitian dihasilkan oleh berubahnya jumlah secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk akibat migrasi. Dalam memperkirakan jumlah penduduk kawasan penelitian selama 5 tahun yang akan datang digunakan metode proyeksi penduduk dengan metode bungan berganda. Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif berganda dengan sendirinya. Perhitungan proyeksi penduduk menurut metode bunga berganda dengan rumusan sebagai berikut (Pers. 1).

(48)

3.5.3 Metode analisa overlay

Penelitian ini menggunakan analisa spasial dengan teknik overlay yang dimaksudkan untuk melihat jumlah fasilitas dan skala pelayannya. Teknik overlay dibentuk melalui penggunaan secara tumpeng tindih suatu peta yang masing-masing mewakili sebaran fasilitas.

Gambar 3.1 Metode Analisa Data

………. (3.1)

Teori

Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008) menyatakan bahwa unsur pembentuk struktur ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional dan jaringan jalan.

Menurut Setiawan (2004) struktur ruang kota terdiri dari kependudukan, guna lahan dan jaringan jalan.

Sinulingga (2005) menyatakan beberapa model struktur ruang apabila ditinjau dari pusat pelayanan, antara lain:

1. Mono Centered 2. Multi Nodal 3. Multi Centered 4. Non Centered

Rumusan Masalah Bagaimana struktur tata ruang pada Kecamatan Medan Johor?

Data

Pengumpulan data observasi lapangan. Hasil observasi lapangan kemudian dikelompokkan berdasarkan bentuk struktur tata ruang kota.

Kajian

Teori ini memberikan pemahaman bahwa pusat pelayanan kegiatan dan jaringan jalan mempengaruhi bentuk dan struktur tata ruang wilayah tersebut.

Penemuan

Struktur tata ruang kota pada Kecamatan Medan Johor

(49)

BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

4.1 Kawasan Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir keseluruhan wilayahnya berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Timur dan Selatan. Untuk lebih Jelas dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peta Kota Medan

Kota Medan memiliki luas wilayah administrasi sebesar 26.510 Ha yang terdiri dari 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan

(50)

dan dengan jumlah penduduk 2.264.145 jiwa (BPS Kota Medan, 2019).

Dibandingkan dengan kota/kabupaten lain yang berada di Sumatera Utara, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Kota Medan memiliki perkembangan jumlah penduduk yang cukup pesat.

Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat ini mengakibatkan peningkatan lahan bagi kegiatan ekonomi dan permukiman sehingga menyebabkan perkembangan fisik yang pesat terutama pada daerah yang berada di tepi Kota inti (Medan).

4.2 Kebijakan Penataan Ruang Kota Medan

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumber daya air dan sistem jaringan lainnya. Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk :

1. Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk yang merupakan perkiraan jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang

(51)

selanjutnya diuraikan dalam rencana pendistribusian untuk setiap kawasan/kecamatan sesuai dengan daya dukungnya.

2. Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan yang merupakan pengembangan sistem penyebaran pusat-pusat pelayanan kota yang disusun secara hirarkis dan terstruktur sesuai dengan arahan dan rencana fungsi masing- masing pusat. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.

3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi merupakan pengembangan sistem jaringan yang menggambarkan pola pergerakkan dan penyebaran prasarana dan sarana penunjangnya, mencakup sistem transportasi darat, sistem jaringan kereta api, sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan, sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.

4.2.1 Arahan pengembangan dan distribusi penduduk

Penyebaran penduduk Kota Medan saat ini tidak merata, terkonsentrasi di kawasan pusat kota seperti di Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan fisik kota, saat ini perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan. Perkembangan permukiman

(52)

ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan ini merupakan daerah konservasi.

Untuk itu pada masa yang akan datang perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke Utara, seperti Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan. Untuk lebih jelasnya arahan pengembangan dan distribusi penduduk Kota Medan hingga akhir tahun 2030, dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Arahan dan Distribusi Penduduk Kota Medan

4.2.2 Rencana sistem pusat pelayanan kota

Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 2 (dua) Pusat pelayanan kota, yaitu satu Pusat pelayanan kota di Utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan kota di Pusat Kota dan didukung oleh 8 (delapan) Subpusat pelayanan kota. Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke arah utara

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.4 Model Struktur Ruang  Sumber: Sinulingga, 2005
Tabel 2.3 (Lanjutan)  Permasalahan
Gambar 3.1 Metode Analisa Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan mengenai Pengetahuan lansia tentang posyandu lansia di Lingkungan XII Kelurahan Pangkalan Mashyur Kecamatan Medan Johor

Penelitian yang berjudul Bangkitan Pergerakan Keluarga dari Zona Perumahan Tertata (Studi Kasus : Perumahan di Kecamatan Medan Johor) ini bertujuan untuk mengetahui pergerakan yang

Sedangkan alasan yang membuat mereka lebih memilih tinggal di perumahan kecamatan Medan Johor adalah karena 41 % karena lingkungan yang nyaman, jarak ke tempat bekerja lebih

Konsumen beras di Kecamatan Medan Johor memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda-beda dilihat dari, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah

Aspek pengukuran adalah berupa kuesioner untuk melihat faktor risiko cemaran mikroba pada penjamah makanan di kantin sekolah dasar di Kecamatan Medan Johor yang meliputi

Hadirnya kebijakan pemerintah Kota Medan dalam bentuk peraturan daerah no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah merupakan terobosan baru yang diharapkan mampu

Hasil penelitian menunjukkan konsumen beras di Kecamatan Medan Johor memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik itu dari pendapatan rumah tangga, umur, pendidikan, jumlah

Hasil penelitian menunjukkan konsumen beras di Kecamatan Medan Johor memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik itu dari pendapatan rumah tangga, umur, pendidikan, jumlah