• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA"

Copied!
307
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA

TESIS

OLEH:

GANDA SIMATUPANG 117009024/LNG

PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

GANDA SIMATUPANG 117009024/LNG

PROGRAM STUDI MAGISTER LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(3)

Judul Tesis : DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA

Nama Mahasiswa : Ganda Simatupang Nomor Induk Mahasiswa : 117009024

Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Kajian Terjemahan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Roswita Silalahi, Dip.TESOL M.Hum) Ketua

Dr. Asmyta Surbakti, M.Si Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D)

Dekan,

(Dr. Syahron Lubis, M.A)

Tanggal Lulus: 8 Oktober 2013

(4)

Telah diuji Pada

Tanggal: 8 Oktober 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Roswita Silalahi, Dip.TESOL, M.Hum Anggota : 1. Dr. Asmyta Surbakti, M, Si

2. Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D 3. Dr. Muhizar Mochtar, M.A 4. Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D

(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

Ganda Simatupang

(6)

DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL INFORMATION AND

COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks pada buku bilingual ICT ke dalam bahasa Indonesia, (2) mengkaji dampak penerapan teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT, serta (3) mengemukakan teknik penerjemahan yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT. Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual ICT pada bab 1 serta beberapa informan ahli dibidang penerjemahan dan informan ahli dibidang komputer. Data yang dikaji berupa satuan lingual yang telah diperoleh, dikumpulkan dengan teknik simak catat dan wawancara mendalam terhadap seluruh responden. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Berdasarkan temuan hasil penelitian, teridentifikasi sebanyak 13 teknik penerjemahan yang didominasi oleh teknik penerjemahan harafiah sebanyak 112 data atau 22,40 %, peminjaman murni 101 data (20,20%), amplifikasi 62 data (12,40%), peminjaman alamiah 58 data 11,60%, kalke 57 data (11,40%), modulasi 36 data atau 7,20%, transposisi 27 data atau 5,40%, reduksi 22 data (4,40%), kesepadanan lazim 18 data (3,60%), partikularisasi 4 data (0,80%), adaptasi 1 data (0,20%), deskripsi 1 data (0,20%), dan generalisasi 1 data (0,20%).

Dari 163 data yang diteliti, hasil analisis menunjukkan bahwa dampak dari penerapan teknik penerjemahan tersebut menghasilkan tingkat ketepatan terjemahan yang didominasi oleh kategori terjemahan yang sesuai sebanyak 121 data (74,23%), cukup sesuai 36 data (22,09%), tidak sesuai 5 data (3,07%) dan kategori terjemahan tidak sesuai sama sekali 1 data (0,61%). Pada tingkat kejelasan, teridentifikasi sebanyak 132 data (80,98%) didominasi oleh kategori terjemahan yang sangat jelas, 22 data (13,50%) cukup jelas, 8 data (4,91%) kurang jelas, dan 1 data (0,61%) sebagai kategori terjemahan yang tidak tepat atau salah terjemahan. Ketidaktepatan dan ketidakjelasan terjemahan dipengaruhi oleh pesan yang disampaikan dari Bsu tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan ke dalam Bsa, serta bahasa yang diterapkan sulit dipahami. Teknik penerjemahan yang disarankan untuk menghasilkan terjemahan yang baik terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT yaitu teknik harafiah, peminjaman murni, peminjaman alamiah, kalke, amplifikasi modulasi, transposisi, reduksi, kesepadanan lazim, partikularisasi, adaptasi dan deskripsi.

Kata Kunci: Teknik Penerjemahan, Ketepatan dan Kejelasan, Buku Bilingual ICT

(7)

THE IMPACT OF TRANSLATION TECHNIQUES ON THE QUALITY OF TRANSLATION OF BILINGUAL BOOK “INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY” INTO BAHASA INDONESIA

ABSTRACT

This study aims to (1) describe the translation techniques which is applied by the translator in translating the text on bilingual book ICT into bahasa Indonesia, (2) review the impact of translation techniques toward the level of translation accuracy and clarity on bilingual book ICT, (3) reveal the recommended translation techniques toward the accuracy and clarity of translation on bilingual book ICT. The type of research which is applied is qualitative research. The data sources of this study are bilingual book ICT chapter one, and some talented informants who field in translation and computer expert. The data gathering used a content analysis and in-dept interview technique with all respondents.

The data analysis technique uses an interactive model that includes data reduction, data presentation, and making conclusion/verification. The findings of the research show that, there are 13 translation techniques are identified, which is dominated by literal translation as many as 112 data (22.40%), pure borrowing 101 data (20.20%), amplification 62 data (12.40%), natural borrowing 58 data (11.60%), calque 57 data (11.40%), modulation 36 data (7.20%), transposition 27 data (5.40%), reduction 22 data (4.40%), establish equivalence 18 data (3.60%), particularization 4 data (80%), adaptation 1 data (0.20%), description 1 data (0.20%), and so is generalization only 1 data (0.20%). From 163 of the examined data, the result of this analysis shows that, the impact of translation techniques application, produce the aspect of accuracy which is dominated by accurate translation category as many as 121 (74.23%), quite accurate translation category 36 data (22.09%), less accurate translation category 5 data (3.07%) and 1 data (0.61%) as the obviously inaccurate translation category. From the aspect of clarity translation data, it has been identified 132 data (80.98%) which is dominated by a very clear translation category, and followed by 22 data (13.50%) as quite clear translation category, 8 data (4.91%) as not clear translation category, and there is also 1 data (0.61%) is found as not appropriate or incorrect translation category. The inaccurateness and obscurity translation categories are influenced by the transferring message from the source language is not equivalent to the target language as well as the applied of elusive languages.

The translation techniques which are recommended to produce good translation toward the accuracy and clarity of bilingual book ICT are literal technique, pure borrowing, natural borrowing, calque, amplification, modulation, transposition, reduction, established equivalence, particularization, adaptation and description.

Key Words: Translation Techniques, Accuracy and Clarity, Bilingual Book ICT

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, rezeki, dan kesempatan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya dukungan moral dan spiritual dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan kontribusi baik tenaga maupun ide-ide yang cerdas dan cemerlang terhadap kemajuan pendidikan serta arahan yang memotivasi para mahasisiwa Fakultas Ilmu Budaya, khususnya mahasiswa Program Studi S2 Lingustik.

4. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister Linguistik di Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan motivasi kepada para mahasiswa serta kontribusi yang besar terhadap kemajuan pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana yang memadai.

5. Ibu Dr. Roswita Silalahi, Dip.TESOL, M.Hum., selaku Ketua Komisi (Pembimbing I) dan sekaligus sebagai informan ahli terjemahan pada tingkat ketepatan terjemahan yang telah membimbing dalam mengarahkan, mengkritisi, serta mengoreksi isi tulisan tesis ini dengan sangat teliti, disiplin serta rasa tanggung jawab yang tulus hingga terwujudnya tesis ini.

6. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M,Si., selaku Pembimbing II yang sangat antusias dalam memberikan dukungan serta referensi buku-buku teori penerjemahan yang berkualitas dan mutakhir. Beliau juga aktif dalam memberikan masukan, kritikan, motivasi serta pencerahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

7. Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D., Dr. Muhizar Mochtar, M.A dan Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D selaku Penguji tesis yang telah banyak memberikan banyak masukan serta ide yang cerdas dan cemerlang hingga terwjudnya kesempurnaan tesis ini.

8. Bapak Prof. Roger T. Bell, Ph.D., selaku Dosen di Program S2 Linguistik Terjemahan Universitas Sumatera Utara yang telah berkesempatan meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan arahan yang sangat berarti kepada penulis perihal tentang terjemahan istilah-istilah komputer guna kesempurnaan tesis ini.

9. Ibu Dr. Nurlela H.Hum., selaku Sekretaris Program Studi S2 Linguistik SPs.

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis menyangkut

(9)

administrasi sehingga segala permasalahan mengenai administrasi kuliah dan ujian dapat diselesaikan dengan baik dan efektif.

10. Ibu Drs. Hayati Chalil, M.hum selaku Koordinator Konsentrasi Kajian Terjemahan pada Program Studi Magister Linguistik di Universitas Sumatera Utara yang dengan pengabdian serta semangat yang tulus dalam memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat berupa ide dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.

11. Seluruh dosen pengajar di Program Studi S2 dan S3 Linguistik Terjemahan di Universitas Sumatera Utara tanpa kecuali sebagai motor penggerak dunia pendidikan yang berdasarkan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik dalam memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan maupun yang menyangkut terjemahan, dan tidak lupa juga kepada seluruh staf pegawai pada Program Studi Magister Linguistik maupun karyawan perpustakaan di Universitas Sumatera Utara yang telah mengabdikan diri dengan tulus dalam pelayanan administrasi kepada penulis hingga terwujudnya tesis ini.

12. Bapak Dr. Mimpin Ginting, M.Si., selaku Ketua STMIK Mikroskil Medan, Bapak Djoni, S.Kom, M.Kom., selaku Wakil Ketua Satu STMIK Mikroskil Medan, Bapak Poi Wong, S.Kom, M.Kom., selaku Kaprodi Teknik Informatika, Bapak Gunawan S.Kom, M.T., selaku Kaprodi Sistem Informasi, Bapak Roni Yunis, S.Kom, M.T., selaku Ketua PUSLIT & PPM STMIK Mikroskil, sekaligus juga sebagai informan ahli dibidang komputer, Bapak Eko Kornelius Sitepu, S.Si, M.Si., selaku Kabag Personalia STMIK-STIE Mikroskil, serta seluruh staf dosen dan pegawai STMIK-STIE Mikroskil Medan, tempat penulis mengajar yang telah banyak memberikan banyak kontribusi serta informasi perihal tentang ilmu komputer yang bermanfaat guna kelancaran tesis ini.

13. Pemerintah melalui Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dalam mengikuti jenjang pendidikan S2 linguistik terjemahan di Universitas Sumatera Utara.

14. Seluruh teman seangkatan S2 Linguistik Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan 2011 yang dengan antusias telah memberikan motivasi dan saran guna kesempurnaan tesis ini.

15. Seluruh keluarga, khususnya buat almarhum Ayah tercinta Sabaruli Simatupang (+) yang telah lebih dahulu kembali kepangkuan Yesus Kristus, dimana semasa hidupnya berprofesi sebagai Petani. Namun beliau merupakan sosok ayah yang patut dibanggakan oleh keluarga penulis, yang juga sebagai motivator bagi penulis hingga terwujudnya tesis ini. Beliau juga dikenal sebagai sosok ayah yang memiliki semangat juang yang tinggi dalam mencari nafkah serta kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan anak- anaknya. Demikian juga kepada Ibunda, Osnaria Saragih serta kedua Mertua penulis yang terkasih Sunah Bangun dan Dingin Surbakti yang telah banyak memberikan doa, motivasi serta materi guna terwujudnya tesis ini. Istri penulis Nina Bibina Bangun, S.Pd serta kedua anak penulis yaitu Steven Danison Immanuel Simatupang dan Christian Lorenzo Simatupang yang menjadi telah menjadi motivator demi kesempurnaan tesis ini. Tidak lupa juga ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kakak serta abang-abang penulis dr. Hoopmen Silaen/Lelyta Simatupang, A.Md.Kep., Alpan

(10)

Simatupang (+), Brigadir Pol. Andy Simatupang/Roslena Purba, A.Md.Keb, Aswindo Simatupang, Masa Bangun,Vrilda Bangun, S.Th dan Adven Bangun yang telah mendukung demi kelancaran tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

Ganda Simatupang

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1 DATA PRIBADI

Nama : Ganda Simatupang

Tempat/Tgl lahir : Tebing-Tinggi, 16 mei 1980

Pekerjaan : Dosen

Alamat Kantor : Jl. Thamrin No. 112, 140 Medan Alamat Rumah : Jl. Melati 1 No. 25A Komp.

Pemda TK.1 Medan, kode pos 20132

Alamat E-mail : Ganda_tupang@yahoo.com

Telepon Rumah/HP : 081376310014

Status : Menikah (7 Januari 2008)

Nama Istri : Nina Bibina Br. Bangun, Spd

Nama Anak : 1. Steven Danison Immanuel

Simatuapng

2. Christian Lorenzo Simatupang

2 RIWAYAT PENDIDIKAN NAMA SEKOLAH/THN

LULUS

1. Pascasarjana Linguistik Terjemahan : Universitas Sumatera Utara (2013)

2. AKTA mengajar IV : UMN Alwasliyah medan (2006)

3. Sarjana S1 : Unika ST. Thomas Medan

(2004)

4. Sekolah Menengah Atas Negri I : SMU Negeri 1 Tebing-tinggi (1999)

5. Sekolah Menengah Pertama Negri I : SMP Negeri 1 Tebing-tinggi (1997)

6. Sekolah Dasar : SD Methodist 2 Tebing-tinggi (1995)

7. Taman Kanak-kanak : TK Methodist 2 Tebing-tinggi (1989)

3 RIWAYAT PEKERJAAN TAHUN

1. Dosen Bahasa Inggris STMIK Mikroskil Prodi Teknik Informatika Medan

2. Guru Bahasa Inggris SD dan SMP Katolik ASSISI Medan

:

:

2010 s/d sekarang

2006 s/d 2010

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... x xi DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 7

1.3. Tujuan Penelitian ……… 8

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 8

1.5. Batasan Masalah penelitian ………. 9

1.6. Klarifikasi Istilah ……….. 10

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ………. 12

2.1. Teknik Penerjemahan ... 12

2.2 Penilaian Kualitas terjemahan ………. 19

2.5.1. Ketepatan Terjemahan ... 22

2.5.2. Kejelasan Terjemahan ... 24

2.3 Pengertian Buku Bilingual dan Manfaatnya ……….. 26

2.1.1. Pengertian Buku Bilingual ... 26

2.1.2. Manfaat Bilingual ... 26

2.1.3. Beberapa Manfaat Potensial dari Bilingual ... 28

2.4 Pengertian Terjemahan dan Penerjemahan ………. 30

2.5 Penerjemah dan Kompetensi Penerjemah …………... 35

2.6. Kerangka Pikir Penelitian ………... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ……… 42

3.1. Metode Penelitian ………... 42

3.2. Sumber Data dan Data ……….. 42

3.3. Teknik Cuplikan ……… 44

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

3.4.1. Mengkaji Dokumen (Content Analysis) ……….. 45

3.4.2. Kuesioner (Questionnaire) ………. 46

3.4.3. Wawancara Mendalam (In-depth interview) …. 46 3.5. Validitas Data ……….. 47

3.6. Teknik Analisis Data ………... 48

3.7. Prosedur Penelitian ………. 50

(13)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 52

4.1. Teknik Penerjemahan ……….. 53

4.1.1. Teknik Penerjemahan Tunggal ………... 53

4.1.2. Teknik Penerjemahan Kuplet ... 56

4.1.3. Teknik Penerjemahan Triplet ... 72

4.1.4. Teknik Penerjemahan Kwartet ... 100

4.1.5. Teknik Penerjemahan Kuintet ... 126

4.1.6. Teknik Penerjemahan Sekstet ... 151

4.1.7. Frekuensi Teknik Penerjemahan ... 154

4.1.8. Tingkat Kecenderungan Teknik Penerjemahan ... 162

4.2. Dampak Teknik penerjemahan Terhadap Tingkat Ketepatan dan Kejelasan Terjemahan ... 164

4.2.1. Tingkat Ketepatan Terjemahan ... 164

4.2.1.1. Kategori Terjemahan Sesuai ... 165

4.2.1.2. Kategori Terjemahan Cukup Sesuai ….. 173

4.2.1.3. Kategori Terjemahan Tidak Sesuai ... 179

4.2.1.4. Kategori Terjemahan Tidak Sesuai Sama Sekali ... 183

4.2.2. Tingkat Kejelasan Terjemahan ... 187

4.2.2.1. Kategori Terjemahan Sangat Jelas ... 188

4.2.2.2. Kategori Terjemahan Cukup Jelas ... 196

4.2.2.3. Kategori Terjemahan Kurang Jelas ... 205

4.2.2.4. Kategori Terjemahan Tidak Tepat ... 210

4.3. Teknik Penerjemahan Yang Disarankan Terhadap Ketepatan dan Kejelasan Terjemahan Buku Bilingual ICT ... 216

4.3.1. Teknik Penerjemahan Yang Berorientasi Ke Dalam Bahasa Sumber ... 218

4.3.1.1. Teknik Harafiah dan Kalke ... 219

4.3.1.2. Teknik peminjaman murni dan peminjaman alamiah ... 220

4.3.2. Teknik Penerjemahan Yang Berorientasi Ke Dalam Bahasa Sasaran ... 221

4.3.2.1. Teknik amplifikasi dan reduksi ... 222

4.3.2.2. Teknik transposisi ... 224

4.3.2.3. Teknik modulasi dan kesepadanan lazim ... 225

4.3.2.4. Teknik adaptasi, deskripsi dan partikularisasi ... 225

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 229

5.1. Kesimpulan ... 229

5.2. Saran ... 231

DAFTAR PUSTAKA ... 236

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Aspek Penilaian Tingkat Ketepatan Terjemahan ... 24

2.2. Aspek Penilaian Tingkat Kejelasan dalam Terjemahan ... 25

4.1. Teknik Penerjemahan Tunggal ... 53

4.2. Teknik Penerjemahan Kuplet ... 57

4.3. Teknik Penerjemahan Triplet ... 73

4.4. Teknik Penerjemahan Kwartet ... 102

4.5. Teknik Penerjemahan Kuintet ... 127

4.6. Teknik Penerjemahan Sekstet ... 151

4.7. Frekuensi Varian Teknik Penerjemahan ... 154

4.8. Tingkat Kecenderungan Teknik Penerjemahan ... 162

4.9. Kategori Terjemahan Sesuai ... 166

4.10. Kategori Terjemahan Cukup Sesuai ... 174

4.11. Kategori Terjemahan Tidak Sesuai ... 180

4.12. Kategori Terjemahan Tidak Sesuai Sama Sekali... 184

4.13. Frekuensi Teknik Penerjemahan pada Tingkat Ketepatan ... 186

4.14. Kategori Terjemahan Sangat Jelas ... 189

4.15. Kategori Terjemahan Cukup Jelas ... 196

4.16. Kategori Terjemahan Kurang Jelas ... 206

4.17. Kategori Terjemahan Tidak Tepat ... 211

4.18. Frekuensi Teknik Penerjemahan Pada Tingkat Kejelasan ... 213

4.19. Analisis Frekuensi Teknik Penerjemahan Pada Tingkat Terjemahan Kategori Sesuai dan Sangat Jelas ... 217

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Proses Penerjemahan menurut Bell (1991:21) ... 33

2.2. Kerangka Pikir Penelitian ... 40

3.1. Analisis Model Interaktif (Miles dan Huberman, 2007:20) ... 48

4.1. Diagram Frekuensi Teknik Penerjemahan ... 161

4.2. Diagram Tingkat Kecenderungan Teknik Penerjemahan ... 163

4.3. Grafik Tingkat Ketepatan ... 187

4.4. Grafik Tingkat Kejelasan ... 214

4.5. Persentase Tingkat Ketepatan dan Kejelasan ... 215

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Lampiran Alternatif Terjemahan Tingkat

Ketepatan Terjemahan ... 240 Lampiran 2 Lampiran Alternatif Terjemahan Tingkat

Kejelasan Terjemahan ... 264 Lampiran 3 Lampiran Kuesioner Tingkat Ketepatan ... 283 Lampiran 4 Lampiran Kuesioner Tingkat Kejelasan ... 285 Lampiran 5 Lampiran Wawancara Mendalam

Pada Tingkat Ketepatan ... 287 Lampiran 6 Lampiran Wawancara Mendalam

Pada Tingkat Kejelasan ... 289

(17)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

1. Kode Huruf Kepanjangan

Bsu = Bahasa Sumber

Bsa = Bahasa Sasaran

CS = Cukup Sesuai

CJ = Cukup Jelas

ICT KJ

=

=

Information and Commnication Technology Kurang Jelas

S = Sesuai

SJ = Sangat Jelas

TS = Tidak Sesuai

TSSS = Tidak Sesuai Sama Sekali

TT = Tidak Tepat

2. Lambang Angka Romawi Arti

I = Varian Tunggal

II = Varian Kuplet

III = Varian Triplet

IV = Varian Kwartet

V = Varian Kuintet

VI = Varian Sekstet

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesalahan dalam pemilihan arti ketika menerjemahkan akan sangat fatal akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada tanggal 6 Agustus dan disusul Nagasaki 9 Agustus 1945 merupakan salah satu dampak kesalahan penerjemahan yang mengakibatkan ribuan manusia cacat, luka, bahkan meninggal. Perdana mentri Jepang, Suzuki Kantarou saat itu, mengadakan pidato kenegaraan di radio yang disiarkan ke seluruh penjuru bumi. Pidatonya berbunyi, Seifu wa kore o mokusatsu shi, aku made sensou kanchiku ni maishin suru. Kantor berita Doumei menerjemahkan menjadi Goverment is ignoring the declaration and until then we still go forward with the war solution. Pemerintah AS yang mendengarnya mengira ignoring sama dengan rejecting dan 10 hari kemudian menjatuhkan bom atom di Hiroshima yang berakibat akhirnya Jepang menyerah pada sekutu. Menurut Torikai Kumiai, ahli penerjemahan Jepang, memang dalam bahasa Jepang pun arti mokusatsu memiliki dua arti yang aimai (bermakna bias) yakni menolak dan tidak mau berkomentar dulu atau ingin berdiam diri sejenak. (www.kingtranz.com)

Salah satu contoh data pada kalimat yang merupakan kesalahan penerjemahan buku bilingual ICT dapat dilihat pada halaman 14:C tentang multimedia pada kalimat sebagai berikut, Bsu:” Microsoft Windows Vista provides Windows Media Player 11 as an application to play multimedia files”

diterjemahkan ke dalam Bsa menjadi “Windows Media Player 11 sebagai aplikasi

(19)

file-file pemutar multimedia” yang seharusnya diterjemahkan menjadi Windows Media Player 11 sebagai aplikasi pemutar file-file multimedia” hasil terjemahan pada buku bilingual ICT (hal. 14: C) menurut hemat peneliti, penerjemah menerapkan teknik modulasi yang tidak ada kaitannya sama sekali ke dalam Bsu namun justru menyebakan distorsi makna yang terdapat pada frasa nomina Bsa aplikasi file-file pemutar multimedia, sebab menurut pendapat salah seorang ahli di bidang komputer dikatakan bahwa bukanlah file yang memutar multimedia, melainkan aplikasi multimedia seperti windows media player yang mampu memutar atau membaca file bertipe multimedia baik audio, video maupun gambar.

Dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan buku bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia sangat perlu dikaji secara mendalam melalui proses penelitian agar diperoleh informasi yang tepat dan akurat. Apakah penyampaian pesan atau informasi yang terdapat dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia), sudah tepat atau belum? Kesalahan penerjemahan buku-buku teks pelajaran yang berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dikhawatirkan bukannya berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, namun justru menyesatkan para peserta didik.

Di era globalisasi saat ini penerjemahan buku-buku berbahasa asing khususnya teknologi informasi komputer sering kali menyisakan kesulitan sendiri bagi para ahli bahasa dikarenakan ilmu komputer merupakan teknologi baru yang terus menerus berkembang dan menciptakan istilah-istilah baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam ilmu linguistik. Bahasa Inggris yang dipergunakan

(20)

dalam komputer, baik dalam perangkat lunak maupun perangkat kerasnya, diduga telah menyulitkan pengguna dalam memanfaatkan komputer. Oleh karena itu tidak jarang terjemahan langsung suatu istilah terasa janggal untuk diucapkan maupun ditulis. Sebagai contoh istilah mouse terasa janggal bila diterjemahkan menjadi tikus, begitu juga dengan istilah memory menjadi kenangan atau menu menjadi daftar makanan dalam bahasa Indonesia, sehingga hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas hasil terjemahannya.

Berkualitas tidaknya suatu terjemahan tentu dipengaruhi oleh kompetensi seorang penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan khususnya pener- jemahan teks bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam bahasa Indonesia sangat diperlukan, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memiliki dampak yang besar bagi pembelajaran. Masing-masing penerjemah memiliki ukuran dan pandangan berbeda mengenai terjemahan yang baik yang bisa saja berbeda satu sama lain walaupun mereka sama-sama ingin menghasilkan terjemahan yang memberikan informasi dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Dalam proses penerjemahan, apapun tujuannya, tidak luput dan merupakan cerminan dari ideologi yang dimiliki dan berfungsi dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai jenis penerjemahan yang memiliki muatan budaya, misalnya: teks sastra, berita surat kabar, film dan ilmu pengetahuan dan teknologi (Hoed 2004:1)

Menjadi seorang penerjemah khususnya menerjemahkan bidang teknologi tentunya menuntut beberapa kompetensi. Neubert (2000:6) mengidentifikasikan lima parameter kualitatif kompetensi penerjemahan, yaitu kompetensi kebahasaan,

(21)

kompetensi tekstual, kompetensi bidang keilmuan yang diterjemahkan, kompetensi budaya, dan kompetensi transfer. Hal senada juga diungkapkan Sakri, (1999:1) yang mengatakan bahwa siapapun yang berminat melakukannya asalkan mereka memenuhi kompetensi-kompetensi seperti berikut ini: 1) menguasai materi yang akan diterjemahkan, 2) menguasai bahasa asing (bahasa sumber) yang diterjemahkan, 3) menguasai bahasa sasaran dengan baik, dan 4) menguasai teknik penerjemahan.

Benny Hoed dalam artikel tentang penerjemah pada situs (http://penerjemah.setneg.go.id) mengatakan bahwa fasih berbahasa asing tidak dengan sendirinya mampu menerjemahkan. Penguasaan bahasa sasaran sangat penting. Kemampuan menerjemahkan bertumpu pada pengalaman, bakat, dan pengetahuan umum: gabungan pengetahuan atau inteligensi (kognitif), rasa bahasa (emotif), dan ketrampilan menggunakan bahasa (retoris). Seorang penerjemah tidak dapat menerjemahkan naskah untuk segala bidang. Penerjemah harus menguasai pengetahuan umum, seperti tentang kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan.

Larson (1984: 532) menyatakan bahwa terjemahan harus diuji karena penerjemah ingin memastikan keakuratan, kejelasan dan kewajaran terjemahannya. Akurat berarti terjemahannya adalah sepadan dengan teks Bsu.

Jelas berarti terjemahannya mudah dipahami oleh pembaca. Wajar berarti terjemahannya merupakan ungkapan-ungkapan yang wajar atau berterima menurut tata bahasa baku bahasa Indonesia untuk menghindari kesalahpahaman pembaca teks bahasa sasaran.

(22)

Sebagai negara berkembang, Indonesia banyak membutuhkan infomasi mengenai perkembangan terbaru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara-negara maju. Seiring perkembangan zaman, informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang banyak diterbitkan dan diperjualbelikan baik di luar maupun di dalam negeri. Namun permasalahanya, buku-buku tersebut sebagian besar ditulis dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Sementara, pengguna buku-buku tadi belum mampu memahami bahasa asing tersebut dengan baik. Hal ini diperparah dengan minimnya ilmuwan dan teknokrat Indonesia yang mampu menulis bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari minimnya buku- buku dari penulis Indonesia (Nababan, 2003:2).

Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia berkualitas.

Bahasa yang dimiliki oleh bangsa yang unggul dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peluang menjadi wahana komunikasi global. Bahasa Inggris nampaknya menjadi pemenang dalam percaturan komunikasi global (Huda, 1999:118). Komunikasi antar budaya tidak selalu mudah dan tergantung pada besarnya perbedaan antara kebudayaan yang bersangkutan. Walaupun secara teoretis penerjemahan tidak mungkin dilaksanakan akibat adanya kesenjangan linguistik dan budaya, secara praktik kegiatan penerjemahan sampai batas-batas tertentu bisa dilakukan dengan cara mencari dan menemukan padanan di dalam bahasa sasaran. Hal ini dimungkinkan

(23)

karena adanya sifat-sifat universal bahasa serta konvergensi kebudayaan- kebudayaan di dunia (Hoed, 1992:80).

Pengalihan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui karya terjemahan baik bahasa pengantar komputer, perangkat lunak, perangkat keras telah dilakukan oleh pemerintah khususnya pusat bahasa yang bekerja sama dengan Microsoft untuk mengalihkan lebih dari 250.000 kosakata atau istilah bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Upaya ini memperkaya bahasa Indonesia dan memberi kemudahan generasi muda dalam memanfaatkan komputer dan mengakses teknologi informasi (http://www.tempo.com). Namun pengalaman selama ini berdasarkan fakta dilapangan bahwa pengalihan kata/istilah bahasa Inggris, yang telah lama digunakan ke dalam bahasa Indonesia cenderung tidak diterima masyarakat. Tidak demikian halnya dengan kata/istilah yang baru masuk dalam kehidupan masyarakat langsung dialihkan ke dalam bahasa Indonesia dan diperkenalkan kepada masyarkat pengguna bahasa Indonesia. Kata/istilah itu langsung diterima dan digunakan oleh masyarakat (Sugono, 2005:2).

Masuknya istilah-istilah asing sebetulnya tak terelakkan. Komunikasi semakin gencar dan global, terlebih lagi ke dalam bahasa Indonesia setelah dikatalisasi oleh revolusi Internet. Mayoritas dari apa yang tersedia di web adalah dalam bahasa Inggris. Materi yang berbahasa Indonesia mungkin tidak akan mencapai seperseratusnya. Acara televisi impor, majalah dan buku asing, jumlahnya semakin banyak saja. Semua ini pun masih berkembang amat cepat, sehingga kadang tak ada waktu untuk mensosialisasikan padanan istilah yang telah dibuat. Bisa saja sebuah teknologi hanya bertahan sesaat, sehingga

(24)

jangankan padanannya, istilah asli di bidang teknologi tersebut pun lebih dahulu tersingkir sebelum sempat populer di masyarakat (Haryanto, 2002:4)

Berdasarkan latar belakang di atas dan pentingnya peranan ilmu komputer sebagai teknologi informasi dan komunikasi yang dituangkan dalam buku bilingual, sebagai wahana untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang bersifat mengglobal, kemudahan untuk kecepatan saling mengerti antar bangsa khususnya bagi pengguna fasilitas teknologi di Indonesia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia”

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Teknik penerjemahan apakah yang diterapkan dalam menerjemahkan teks buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia?

2. Bagaimanakah dampak teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan pada buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia?

3. Teknik penerjemahan manakah yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia?

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Sekaitan dengan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks pada buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia,

2. mengkaji dampak teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan pada buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia, dan

3. mengemukakan teknik penerjemahan yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis temuan penelitian

1. dapat memberikan masukan teoretis tentang cara seorang penerjemah melakukan teknik penerjemahan bidang teknologi komputer agar makna yang tersampaikan tepat dan jelas dalam bahasa sasaran,

2. sebagai masukan dalam pengembangkan kosa kata mengingat masih banyaknya istilah-istilah komputer yang masih belum mempunyai padanan.

3. sebagai kajian agar bahasa Indonesia tidak dipandang sebagai bahasa yang miskin dilingkungan masyarakat bahasanya sendiri khususnya

(26)

pelajar terhadap padanan istilah-istilah teknologi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

4. dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis temuan penelitian

1. dapat memberikan pandangan atau masukan khususnya bagi dunia pendidikan dan penerjemah bahwa penggunaan buku bilingual oleh pelajar dapat dijadikan sebagai momentum dalam mensosialisasikan istilah-istilah komputer dari Bsu (bahasa Inggris) yang pada dasarnya telah memiliki padanan istilah baku dalam Bsa (bahasa Indonesia) yang selama ini kurang tersosialisasi.

2. dapat memberikan pandangan atau masukan bagi penerjemah buku bilingual agar lebih teliti dalam menerapkan teknik penerjemahan.

1.5 Batasan Masalah Penelitian

Pembatasan masalah dalam penelitian dilakukan agar penelitian ini akan terarah dan teranalisa secara mendalam. Pembatasan masalah dilakukan dengan cara:

1. Penelitian ini diorientasikan pada produk atau karya terjemahan

2. Membatasi kajian pada masalah dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan. Satuan terjemahan (translation unit) yang dikaji dibatasi pada tataran kata, frasa, klausa, kalimat, yang terdapat pada buku Bilingual Information and communication technology dalam teks

(27)

terjemahan bahasa Indonesia.

3. Membatasi data yang akan diteliti

Dengan demikian, pernyataan tentang teknik penerjemahan, dampak teknik penerjemahan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan serta teknik penerjemahan yang disarankan terkait ketepatan dan kejelasan terjemahan disimpulkan berdasarkan kajian terhadap produk tanpa mengkaitkannya dengan penerjemah secara langsung dan dengan proses penerjemahan yang telah dilakukan oleh penerjemah.

1.6 Klarifikasi Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang makna istilah-istilah yang digunakan, maka istilah-istilah tersebut perlu diklarifikasi sebagai berikut

1. Bahasa sumber (Bsu) Bahasa sumber merujuk pada bahasa yang diterjemahkan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris tersebut menempati posisi sebagai bahasa sumber.

2. Bahasa sasaran (Bsa). Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia diposisikan sebagai bahasa sasaran.

3. Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas, yaitu menerima input, memproses input sesuai dengan instruksi yang diberikan, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahannya, serta menyediakan output dalam bentuk informasi (Blissmer, 1985:2).

(28)

11

4. Kompetensi penerjemah dapat diartikan sebagai sistem yang mendasari pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan agar seseorang dapat menerjemahkan (Nababan, 2004:4).

5. Teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina & Albir 2002:509).

6. Kualitas terjemahan merupakan hasil terjemahan yang memiliki tiga ciri utama terjemahan yaitu tepat, jelas dan wajar. Tepat berarti pesan yang terdapat dalam bahasa sumber itu sama dengan amanat yang terdapat dalam terjemahannya. Jelas berarti mudah dipahami, memiliki struktur kalimat yang sederhana, memperhatikan ejaan dan memilih kosakata yang lazim dan tepat dipakai. Wajar berarti bahasa terjemahan itu lancar, wajar dan tidak terasa ada keganjilan (Syihabuddin, 2002: 207).

7. Buku bilingual merupakan sebuah buku yang menyeimbangkan penggunaan dua bahasa yang berbeda. Buku Bilingual Information and communication technology merupakan buku bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan serta penilaian kualitas terjemahan, pengertian bilingual dan manfaat bilingual serta mengaitkannya dengan buku bilingual Information and communication technology, pengertian terjemahan dan penerjemahan serta teori tentang penerjemah dan kompetensi penerjemah. Selain itu untuk menggambarkan alur berpikir peneliti, akan disajikan kerangka pikir yang mencakup analisis dan hubungannya dengan teori.

2.1 Teknik Penerjemahan

Menurut Collins English Dictionary, technique is a practical method, skill, or art applied to a particular task. (Teknik adalah suatu metode, keahlian atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas tertentu). Dari defenisi tersebut terdapat dua hal penting yaitu: 1) teknik sebagai hal yang bersifat praktis dan 2) teknik diberlakukan terhadap tugas tertentu dalam hal ini tugas penerjemahan, dari dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode dan prosedur yang sifatnya kurang-lebih normatif. Sesuai dengan sifatnya yang praktis, ”teknik” secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya daripada norma maupun pedoman penerjemahan tertentu (Machali, 2009:107).

(30)

Sementara itu Molina Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklarifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual.

Penelitian ini mengadopsi 18 teknik penerjemahan yang diusulkan Molina

& Albir, (2002:509) serta membandingkannya dengan pendapat ahli penerjemah lainnya. Berikut jenis teknik-teknik penerjemahan tersebut:

1. Adaptasi (adaptation), teknik penggantian unsur budaya pada Bsu dengan hal yang sifatnya sama pada budaya Bsa (Molina & Albir, 2002:509). Teknik ini sama dengan teknik yang diungkapkan oleh ahli lainnya seperti (Newmark, 1988:82) disebut ’culltural equivalent, sementara Baker, (1992:31) mengungkapkannya sebagai cultural substitution, dan Hoed, (2006:12) menyebutnya sebagai padanan budaya. Konsep adaptasi di atas juga selaras dengan pendapat Newmark (1988:91). Jadi teknik adaptasi belum tentu mengubah seluruh teks menjadi sebuah saduran, karena teknik ini hanya menerjemahkan unsur-unsur teks saja, kecuali memang semua unsur dalam teks diadaptasi secara keseluruhan. Kalau dalam terjemahan Inggris ke Indonesia kita menjumpai terjemahan frasa Dear sir menjadi yang ’terhormat’

atau frasa Sincerely yours diterjemahkan menjadi ‘hormat saya’. Teknik penerjemahan ini disesuaikan dengan budaya sasaran dalam bahasa Indonesia.

Demikian juga halnya dengan ungkapan as white as snow, misalnya, digantikan dengan ungkapan seputih kapas, bukan seputih salju karena salju tidak dikenal dalam bahasa sasaran.

(31)

2. Amplifikasi (amplification), teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrasa suatu informasi yang implisit dalam Bsu (Molina & Albir, 2002:509). Amplifikasi merupakan lawan dari reduksi atau pengurangan. Hal senada juga diungkapkan oleh Newmark (1988:90) sebagai Paraphrase dalam prosedur penerjemahannya, Newmark mengungkapkankan bahwa paraphrase adalah penjelasan tambahan makna dari sebuah segmen teks karena segmen tersebut mengandung makna yang tersirat atau hilang, sehingga perlu dijelaskan atau diparafrasa sehingga menjadi lebih jelas. Sementara itu Molina dan Albir (2002:502) menyatakan bahwa teknik penambahan dilakukan untuk mengklarifikasi sebuah ekspresi ellipsis, menghindari ketaksaan atau ambiguitas, menambah konektor. Berikut adalah beberapa contoh teknik penambahan: Bsu: employees of all industries took part in the conference.

Bsa: karyawan-karyawan dari semua cabang industry mengambil bagian dalam konferensi tersebut. Terdapat penambahan kata cabang untuk memperjelas industry. Demikian juga halnya dengan kata Ramadan, misalnya, diparafrasa menjadi Bulan puasa kaum muslim.

3. Peminjaman (borrowing), adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing). Teknik peminjaman murni juga dikenal dengan sebagai transference oleh Newmark (1988:81), sementara itu Baker (1992:36) menyebutnya sebagai loan word. Hal senada juga diungkapkan oleh Hoed (2006:12) sebagai teknik dengan tidak diberi padanan (Hoed, 2006:12).

Contoh dari pure borrowing adalah harddisk yang diterjemahkan menjadi

(32)

harddisk. Teknik naturalized borrowing sama dengan teknik penerjemahan fonologis yang diungkapkan Hoed, (2006:12) dan prosedur naturalisasinya Newmark (1988:82) yaitu dengan mengambil bunyi kata yang bersangkutan dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyi atau pengucapan seperti contoh dari naturalized borrowing adalah computer yang diterjemahkan menjadi komputer, goal diterjemahkan menjadi gol.

4. Kalke (calque), teknik penerjemahan dengan mentransfer kata atau frasa dari Bsu secara harfiah ke Bsa baik secara leksikal maupun struktural (Molina &

Albir, 2002:509; Dukate, 2007:44). Contoh: secretariat general diterjemahkan menjadi sekretaris jendral, begitu juga dengan frasa formal education diterjemahkan menjadi pendidikan formal. Interferensi struktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah ciri khas dari teknik calque.

5. Kompensasi (compensation), teknik memperkenalkan elemen informasi atau efek stilistik lain pada tempat lain pada Tsa karena tidak ditempatkan pada posisi yang sama seperti dalam Tsu (Molina & Albir, 2002:509; Newmark, 1988:90). Contoh: Never did she visit her aunt diterjemahkan menjadi, Wanita itu benar-benar tega tidak menemui bibinya. Sama halnya dengan Enter,

stranger, but take heed. Of what awaits the sin of the greed. Diterjemahkan menjadi Masuklah orang asing tetapi berhati-hatilah. Terhadap dosa yang ditanggung orang serakah.

6. Deskripsi (description), teknik yang mengganti istilah dengan deskripsi bentuk atau fungsinya (Molina & Albir, 2002:509). Hal ini berbeda dengan amplifikasi yang mengeksplisitkan informasi yang implisit. Teknik yang termasuk jenis ini antara lain padanan deskriptif (descriptive equivalent) dan

(33)

padanan fungsional (functional equivalent) dalam Newmark, (1988:83).

Contoh: kata dalam bahasa Italia panettone diterjemahkan menjadi kue tradisional Italia yang dimakan pada saat tahun baru. Teknik penerjemahan

tersebut dilakukan karena dalam bahasa Inggris tidak dikenal istilah atau jenis makanan Panetto, sehingga dianggap untuk menggantikan kata benda itu dengan sebuah desripsi yang menggambarkan jenis makanan tersebut.

7. Kreasi diskursif (discursive creation), teknik Penggunaan suatu padanan temporer yang diluar konteks atau tak terprediksikan. Dengan kata lain teknik penerjemahan yang berupaya untuk menentukan atau menciptakan sebuah padanan sementara yang benar-benar di luar konteks yang tak terprediksi. Hal tersebut biasanya digunakan pada penerjemahan judul (Molina & A1bir, 2002:509). Contoh: Judul buku Si Malinkundang diterjemahkan sebagai A betrayed son si Malinkundang

8. Kesepadanan lazim (established equivalent), Penggunaan istilah yang telah lazim digunakan baik dalam kamus atau dalam bahasa sasaran sebagai padanan dari Bsu tersebut (Molina & Albir, 2002:509). Teknik ini juga dikenal dengan recognized translational/accepted standard translation (Newmark, 1988:89) atau terjemahan resmi (Suryawinata & HariYanto, 2003). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah. Contoh: kata efisien dan efektive lebih lazim digunakan dari pada kata sangkil dan mangkus, sama halnya dengan red rose diterjemahkan menjadi mawar merah.

9. Generalisasi (generalization), teknik penggunaan istilah yang lebih umum atau netral dalam bahasa sasaran (Molina & Albir, 2002:509) Neutralization (Newmark, 1988:82) dan translation by netral/less expressive dan translation

(34)

by general word (Baker 1992:36) termasuk dalam teknik generalisasi. Kata penthouse, misalnya, diterjemahkan menjadi tempat tinggal, dan becak

diterjemahkan menjadi vehicle (subordinat ke superordinat).

10. Amplifikasi linguistik (linguistic amplification), teknik penambahan elemen linguistik sehingga terjemahannya lebih panjang (Molina & Albir, 2002:509).

Teknik ini biasanya digunakan dalam pengalihbahasaan dan dubbing. Contoh:

I get it diterjemahkan menjadi biar saya saja yang mengangkat telepon

11. Kompresi linguistik (linguistic compression), teknik ini mensintesis elemen linguistik yang ada menjadi lebih sederhana karena sudah dapat dipahami (Molina & Albir, 2002:509). Misalnya you must find out! menjadi carilah!

12. Terjemahan harfiah (literal translation), teknik penerjemahan suatu kata atau ungkapan secara kata per kata (Molina & Albir, 2002:509). Teknik ini sama dengan teknik padanan formal yang diajukan Nida namun bukan penggunaan padanan yang sudah merupakan bentuk resmi. Misalnya, kalimat I will ring you diterjemahkan menjadi Saya akan menelpon Anda.

13. Modulasi (modulation), teknik penerjemahan dimana penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya terhadap Bsu;

bisa dalam bentuk struktural maupun leksikal. Hal senada tentang modulasi juga diungkapkan oleh Hoed (2006:12) dan Newmark, (1988:88). Misalnya you are going to have a child, diterjemahkan menjadi Anda akan menjadi seorang bapak. Contoh lainnya adalah 1 cut my finger yang diterjemahkan menjadi Jariku tersayat, bukan saya memotong jariku.

14. Partikularisasi (particularization), teknik penggunaan istilah yang lebih spesifik dan konkrit bukan bentuk umumnya (Molina & Albir, 2002:509).

(35)

Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan bahwa teknik penerjemahan partikularisasi itu mencoba menerjemahkan satu istilah dengan cara mencari padanannya yang lebih spesifik atau khusus. Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat ke subordinat)

15. Reduksi (reduction), teknik mengimplisitkan informasi karena komponen maknanya sudah termasuk dalam bahasa sasaran. Teknik ini sama dengan reduksi yang diajukan Newmark (1988:90) atau penerjemahan dengan penghilangan kata atau ungkapan omissian yang diajukan Baker (1992:36).

Contoh: the month of fasting diterjemahkan menjadi Ramadan. Penghilangan frasa the month of fasting untuk penerjemahan kata benda Ramadhan ke dalam bahsa Inggris karena kata tersebut ada dalam bahasa Arab dan sudah mengandung makna the month of fasting atau ’bulan puasa’ sehingga tidak perlu disebutkan lagi. Teknik ini mirip dengan teknik penghilangan (ommission atau deletion atau subtraction) atau implisitasi. Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran.

16. Subtitusi (substitution: linguistic, paralinguistic), teknik penggantian elemen eleman linguistik dengan paralinguistik (intonation, gesture) dan sebaliknya.

Biasanya digunakan dalam pengalihbahasaan (Molina & Albir, 2002:509).

Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih. Sama halnya dengan he shakes his head diartikan menjadi dia tidak setuju.

(36)

17. Transposisi (transposition), teknik penggatian kategori grammar, Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit misal Bsu : You must get the money Bsa : Uang itu harus kamu dapatkan. Ungkapan yang sama juga tentang transposisi diungkapkan oleh Hoed, (2006:12) dan Newmark (1988:85) menyebutnya sebagai shifts atau transposition.

18. Variasi (variation), merupakan teknik penggantian unsur linguistik atau para linguistik (intonasi, gesture) yang mempengaruhi aspek keragaman linguistik misalnya penggantian gaya, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama. Contoh dari teknik penerjemahan variasi ini adalah memperkenalkan atau mengubah indikator- indikator dialektikal dari karakter-karakter atau lakon dalam sebuah cerita ketika seseorang akan menerjemahkan sebuah novel menjadi sebuah pertunjukan drama untuk anak-anak. Nada dalam hal ini adalah cara menyampaikan pikiran atau perasaan.

2.2 Penilaian Kualitas Terjemahan

Memperoleh terjemahan yang berkualitas perlu diperhatikan kesepadanan dalam mengatur, menggolongkan, menyamakan gaya antara teks Bsu dengan Bsa, dll. Jadi pada dasarnya kesepadanan tersebut harus dinamis, dan bukan sekedar kesamaan harfiah. Penerjemah harus mampu menghasilkan kesepadanan yang sedekat mungkin antara dua teks tersebut dengan mempertimbangkan target pembaca sasaran.

Larson, (1984:489) mengatakan bahwa untuk menilai sebuah terjemahan ada lima langkah yang harus dilakukan yaitu, a) Comparison with the source

(37)

language (perbandingan dengan teks Bsu) Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk memeriksa apakah padanan informasi dalam teks Bsu sudah dimasukkan semua ke dalam Bsa, tidak ada yang tertinggal, dihilangkan, ditambahkan atau yang berbeda. b) Back-translation (terjemahan balik). Penerjemahan balik ini hendaknya dilakukan dengan meminta orang lain yang juga menguasai teks Bsu dan teks Bsa. Orang ini diminta untuk menulis dalam teks Bsu apa yang didapatnya dari Bsa tanpa memperlihatkan kepadanya teks Bsu yang diterjemahkan oleh penerjemah, c) Comprehension test (tes pemahaman). Tujuan dari tes ini adalah untuk melihat apakah terjemahan itu dapat dimengerti secara tepat oleh konsumen yang sebelumnya tidak pernah melihat terjemahan itu.

Pengujian ini hendaknya dilakukan oleh orang yang lancar menggunakan bahasa sasaran. Apabila terjemahan diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat, maka hendaknya orang tua, muda, setengah tua, orang terpelajar dimasukkan menjadi responden. Sendainya terjemahan ini diperuntukan bagi kalangan tertentu saja maka yang jadi respondennya juga kalangan tertentu tersebut. d) Naturalness test (test kewajaran) Tes ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk terjemahan itu wajar dan apakah gaya bahasanya juga sesuai dengna bahasa sasaran. Pengujian ini hendaknya dilakukan oleh mereka yang mengerti Bsu dan Bsa, juga mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang prinsip penerjemahan.

Pemeriksa yang sudah terlatih akan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk sebuah terjemahan, e) Readibility test (test keterbacaan). Keterbacaan teks merupakan seberapa mudahnya sebuah teks dipahami oleh pembaca. Tes ini bisa dilakukan dengan meminta seseorang membaca terjemahan ini dengan bersuara.

Sewaktu orang itu membaca, penguji harus memperhatikan dan mencatat bagian

(38)

mana yang membuat pembaca ragu-ragu, atau berhenti dan membaca ulang dan tidak mengerti mengapa teks itu mengatakan demikian. Pembaca yang terpelajar akan dapat dengan mudah memahami struktur kalimat yang agak rumit sedangkan pembaca yang kurang terpelajar akan kesulitan. Inilah alasan kenapa tes keterbacaan sangat perlu dilakukan.

Larson (1989:6) juga mengemukakan bahwa dalam memperoleh terjemahan yang terbaik adalah terjemahan yang: (1) memakai bentuk-bentuk bahasa sasaran yang wajar, (2) menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sama kepada penutur bahasa sasaran seperti yang dimengerti oleh penutur bahasa sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya menyajikan terjemahan yang sedemikan rupa sehingga kesan dan respon yang diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan.

Syihabuddin (2002:175) mengatakan bahwa berbagai kualifikasi yang perlu dipenuhi oleh seorang penerjemah dimaksudkan agar para pembaca dapat memahami terjemahan dengan mudah, karena terjemahan itu memiliki tingkat keterpahaman yang tinggi, memenuhi seluruh makna dan maksud teks sumber dan bersifat otonom. Otonom maksudnya adalah terjemahan itu dapat menggantikan teks sumbernya. Kualifikasi tersebut ditetapkan supaya terjemahan yang dihasilkan berkualitas. Kualitas ini dapat bersifat intrinsik yaitu berkaitan dengan ketepatan, kejelasan, dan kewajaran teks. Namun, dapat pula bersifat ekstrinsik yaitu berkenaan dengan tanggapan pembaca dan pemahamannya terhadap terjemahan.

(39)

Secara lebih rinci Syihabuddin (2002:207) menyebutkan bahwa terdapat tiga ciri utama terjemahan yang berkualitas, antara lain: (1) tepat yaitu pesan yang terdapat dalam bahasa sumber itu sama dengan amanat yang terdapat dalam terjemahannya. (2) jelas yaitu terjemahan itu mudah dipahami, memiliki struktur kalimat yang sederhana, memperhatikan ejaan dan memilih kosakata yang lazim dan tepat dipakai. (3) wajar yaitu bahasa terjemahan itu lancar, wajar dan tidak terasa ada keganjilan.

Pandangan di atas selaras dengan pendapat Larson yang menegaskan bahwa kualitas terjemahan itu ditentukan oleh ketepatan, kejelasan dan kewajaran (Syihabuddin, 2002:207).

Dalam penelitian ini, penilaian terhadap kualitas terjemahan yang akan dilakukan oleh penulis yaitu dalam hal ketepatan dan kejelasan terjemahan.

Sementara kewajaran terjemahan tidak penulis nilai, karena kewajaran terjemahan menurut hemat penulis merupakan penilaian yang kontroversial serta sulit untuk dipenuhi. Bagi seseorang, terjemahan sudah dapat dikatakan wajar, namun beberapa orang dapat berpendapat terjemahan tersebut tidak wajar.

2.5.1 Ketepatan Terjemahan

Menurut Larson (1984:485), “Accurate is reproducing as exactly as possible meaning of the source text.” Yang mengandung arti bahwa terjemahan tersebut menghasilkan makna yang sama dengan makna dalam teks sumber.

Schaffner, (1997:1) mengungkapkan hal yang sama bahwa ketepatan adalah pesan yang terkandung dalam teks terjemahan harus sama dengan pesan yang terkandung dalam teks asli atau teks sumber.

(40)

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Syihabuddin (2002:207) mengungkapkan bahwa ketepatan berkaitan dengan kesesuaian antara pesan yang terdapat dalam bahasa sumber dengan pesan yang terdapat dalam terjemahannya.

Sesuai dengan penjelasan singkat di atas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan format penilaian yang berkaitan dengan aspek ketepatan terjemahan yang merujuk pada model penilaian ketepatan terjemahan menurut Larson dan Syihabuddin. Hal tersebut menurut peneliti sangat sesuai dengan penjelasan sebelumnya pada bab II tentang pengertian bilingual dan manfaatnya bahwa selain mengajarkan ilmu tentang teknologi informasi dan komunikasi, buku bilingual juga berkontribusi dalam menambah pengetahuan serta wawasan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris. Dalam bidang penerjemahan kesamaan isi, pesan dan makna yang terdapat dalam bahasa sumber merupakan prioritas paling utama dalam penilaian kualitas terjemahan khususnya tingkat ketepatan terjemahan.

Ketidaktepatan terjemahan akan berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa yang hendak dipelajari atau yang berusaha dikuasainya khususnya bagi pelajar yang memiliki pemahaman serta kemampuan dalam menerjemahkan yang masih sangat minim. Adapun format penilaian yang akan penulis nilai berdasarkan aspek ketepatan terjemahan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

(41)

Tabel 2.1: Aspek Penilaian Tingkat Ketepatan Terjemahan Aspek Yang

Dinilai Penjelasan Skala

Penilaian Penyampaian isi, pesan dan makna pada

satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, sesuai dengan isi, pesan dan makna dalam teks bahasa sasaran. Tidak ada penyimpangan dan tidak ada penambahan, penghilangan atau perubahan pesan.

3

Penyampaian isi, pesan dan makna pada satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, cukup sesuai dengan isi, pesan dan makna dalam teks bahasa sasaran. Adanya penyimpangan makna, serta terdapat sedikit penambahan, penghilangan atau perubahan pesan.

2

Penyampaian isi, pesan dan makna pada satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, tidak sesuai dengan isi, pesan dan makna dalam teks bahasa sasaran, adanya penyimpangan makna, serta terdapat banyak penambahan, penghilangan atau perubahan pesan.

1 Ketepatan

Terjemahan

Penyampaian isi, pesan dan makna pada satuan lingual yang terkandung dalam teks bahasa sumber, tidak sesuai sama sekali dengan isi, pesan, dan makna dalam teks bahasa sumber.

0

Sumber Syihabuddin (2002:207) 2.5.2 Kejelasan Terjemahan

Menurut Larson (1984:485), “Natural is using natural forms of the receptor language in a way that appropriate to the kind of text being translated.” Yang dapat disimpulkan bahwa kejelasan berarti menggunakan bahasa sederhana agar mudah dipahami dalam teks sasaran.

(42)

Menurut Schaffner, (1997:1), kejelasan adalah teks terjemahan diungkapkan dengan kaidah-kaidah yang lazim serta dapat dipahami dalam bahasa sasaran dan tidak bertentangan dengan norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran,

Sama halnya menurut Syihabuddin (2002:207) kejelasan berkaitan dengan masalah kebahasaan dan kemudahan dalam memahami maksud teks. Terjemahan yang jelas berarti terjemahan itu mudah dipahami maknanya dengan baik. Bahasa yang digunakan adalah bahasa elegan, sederhana dan mudah dipahami.

Sesuai dengan penjelasan singkat di atas, peneliti menggunakan format penilaian yang berkaitan dengan aspek kejelasan terjemahan yang merujuk pada model penilaian kejelasan terjemahan menurut Larson dan Syihabuddin. Adapun format penilaian yang akan penulis nilai berdasarkan aspek kejelasan terjemahan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

Tabel 2.2: Aspek Penilaian Tingkat Kejelasan dalam Terjemahan Aspek Yang

Dinilai Penjelasan Skala

Penilaian Teks bahasa sasaran dapat disampaikan

sangat jelas, bahasa yang digunakan sederhana, lazim digunakan dan mudah dipahami oleh pengguna bahasa sasaran.

3

Teks bahasa sasaran dapat disampaikan cukup jelas, bahasa yang digunakan sedikit sederhana dan sedikit lazim digunakan, tetapi masih dapat dipahami oleh pengguna bahasa sasaran.

2

Teks bahasa sasaran disampaikan kurang jelas, bahasa yang digunakan tidak sederhana dan tidak lazim digunakan, sehingga sulit dipahami oleh pengguna bahasa sasaran.

1 Kejelasan

Terjemahan

Teks bahasa sasaran yang disampaikan

tidak tepat dan salah terjemahan 0

(43)

2.3 Pengertian Buku Bilingual dan Manfaatnya

2.3.1 Pengertian Buku Bilingual

Pengertian buku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia offline V 1.5.1 adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Pengertian bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Contoh Bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Menurut Hurlock, (1993:238), dwibahasa (bilingualism) adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwibahasa memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu berbicara, membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan yang sama. Pelaksanaan pembelajaran secara bilingual menjadikan anak dapat memiliki pemahaman berkomunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa.

2.3.2 Manfaat Bilingual

Menurut Baker (2000:12) mengungkapkan bahwa bilingual memberi dampak pada kehidupan anak dan orangtuanya. Bilingual atau monolingual akan mempengaruhi identitas anak saat dewasa yaitu, sekolah, pekerjaan, pernikahan, area tempat tinggal, perjalanan dan cara berpikir. Kemampuan bilingual bukan hanya sekedar mempunyai dua bahasa, akan tetapi juga mempunyai konsekuensi pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya.

(44)

Baker (2000:12) juga mengatakan bahwa terdapat banyak keuntungan dan sangat sedikit kerugian dengan menguasai bilingual. Menguasai bilingual membuat anak mampu berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya dengan bahasa yang sama dimiliki anggota keluarga tersebut karena anak menguasai dua bahasa. Anak yang memiliki kemampuan bilingual mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa dan etnis dalam ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi dibanding anak yang monolingual. Selanjutnya keuntungan lain dalam berkomunikasi secara bilingual adalah ketika anak belajar dalam dua bahasa, saat dewasa dapat mengakses dua literatur, memahami tradisi yang berbeda, juga cara berpikir dan bertindak.

Sedangkan kerugian dari bilingual adalah orang yang menggunakan dua bahasa secara ekstensif dapat mengubah pelafalan secara halus pada beberapa komunikasi antar dua bahasa (Caramazza, 1973:421).

Anak atau orang dewasa yang memiliki kemampuan bilingual akan memiliki dua atau lebih pengalaman di dunia, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku yang berbeda, pepatah kuno, cerita, sejarah, tradisi, cara berkomunikasi, literatur yang berbeda, musik, bentuk hiburan, tradisi religius, ide dan kepercayaan, cara berpikir, dan bentuk kepedulian. Dengan dua bahasa maka akan didapat pengalaman budaya yang lebih luas dan sangat mungkin untuk menghasilkan toleransi yang lebih besar antara budaya-budaya yang berbeda serta akan menipiskan rasa rasialis. Monolingual juga bisa mengenal perbedaan budaya, tapi untuk mengenal budaya-budaya yang berbeda dibutuhkan bahasa dari budaya tersebut.

Memiliki kemampuan bilingual memberi kesempatan yang lebih besar untuk secara

(45)

aktif mengenal budaya, karena menguasai bahasa dari budaya tersebut. (Jurnal Pendidikan Penabur, 2007:3)

Terlepas dari aspek sosial, budaya, ekonomi, hubungan pribadi dan keuntungan komunikasi, riset telah menunjukkan bahwa bilingual memberi keuntungan tertentu dalam berpikir, anak yang memiliki kemampuan bilingual akan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide. Ketika perbedaan asosiasi yang terdapat pada setiap kata, anak yang memiliki kemampuan bilingual dapat berpikir lebih tajam, fleksibel, kreatif, dan dapat membawa seseorang menjadi lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda bahasa.

(Jurnal Pendidikan Penabur, 2007:4)

2.3.3 Beberapa Manfaat Potensial dari Bilingual

Menurut Baker (2000:12) bahwa ada beberapa manfaat potensial dari bilingual yang mencakup hal-hal berikut ini:

1. Manfaat komunikasi (Communication advantages) yaitu komunikasi lebih luas (Wider communication) dan memahami dua bahasa (literacy in two languages). Mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak dalam penggunaan bilingual dapat berkomunikasi dengan menggunakan dua bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh anak terhadap anggota keluarga dan juga terhadap orang lain.

2. Manfaat budaya (Cultural advantages) yaitu penyerapan budaya asing (broader enculturation) dan memiliki rasa toleransi lebih besar dan kurang rasisme (Greater tolerance and less racism). Pemanfaatan bilingual dalam belajar dapat membantu anak mengenal budaya asing, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku dan budaya yang

(46)

berbeda. Melalui pengenalan bahasa, anak mampu memahami budaya dari bahasa tersebut, serta membentuk sikap toleransi anak terhadap orang lain yang memiliki budaya yang berbeda.

3. Manfaat kognitif (cognitive advantages) yaitu menciptakan kreativitas dan sensitivitas dalam berkomunikasi (creativity, sensitivity to communication). Penggunaan bilingual bermanfaat dalam memacu kemampuan berpikir anak, lebih kreatif serta memiliki dua atau lebih kata- kata untuk setiap obyek dan ide, serta membuat anak lebih berhati-hati dalam berkomunikasi terhadap orang-orang yang memiliki bahasa yang berbeda.

4. Manfaat kepribadian (character advantages: Raised self-esteem) yaitu meningkatkan rasa percaya dan harga diri. Manfaat bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada anak, karena dengan menguasai dua bahasa anak lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa yang dipahami oleh anak.

5. Manfaat pendidikan (curriculum advantages) yaitu meningkatkan prestasi pendidikan dan lebih mudah mempelajari bahasa ketiga.

Penggunaan bilingual akan memudahkan anak mempelajari bahasa yang ketiga, ketika anak sudah menguasai dua bahasa. Di samping itu prestasi belajar anak meningkat karena anak memperoleh kata-kata baru dalam bahasa Inggris, untuk kata yang sama dalam bahasa Indonesia.

Menurut Hurlock (1993:238) pada saat anak diharapkan untuk mempelajari dua bahasa secara serempak, anak harus mempelajari dua kata yang berbeda untuk

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penggunaan rute pengangkutan sampah di Kecamatan Medan Baru dengan menggunakan Algoritma Dijkstra tidak selamanya dapat dijadikan sebagai acuan untuk penentuan rute karena

Temuan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rithaudin yang menunjukkan bahwa dalam melakukan adaptasi model Montessori untuk mata pelajaran

Perusahaan mempunyai aset yang tersedia untuk qardh yang apabila dialihkan ke dana tabarru cukup untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas dana tabarru. Hal ini menunjukkan

As seen from the prior experimental investigations to find the laminar burning velocities [1-2,5,12-17], the laminar burning velocities of biogas-air mixtures

Peningkatan Keterampilan Membaca Memindai Melalui Metode SQ3R Berbantuan Media Kliping Pada Siswa Kelas V SD 1 Jepang Kudus .Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan

this study is to obtain a method of in vitro ger- mination of alfalfa seed, and the formulation of appropriate media for shoot induction and multiplication.. MATERIALS

Skripsi ini berjudul “ Model Penumbuhan Klaster Agroindustri Nanas Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Komoditas Buah Unggulan di Kota Pangkalpinang” yang merupakan salah