KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
DEPUTI BIDANG KOORDINASI PANGAN DAN AGRIBISNIS ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA
NOTA DINAS
Nomor: AK.03.01/406/DII.M.EKON.02/10/2021
Yth. : Kepala Biro Perancanaan
Dari : Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura
Hal : Penyampaian Narasi Kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Triwulan III Tahun 2021
Tanggal : 8 Oktober 2021 Lampiran : Satu Berkas
Menindaklanjuti nota dinas Saudara Nomor AK.3.1- 182/SET.M.EKON.01/09/2021 tanggal 30 September 2021, bersama ini kami sampaikan Narasi Kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Triwulan III Tahun 2021. Salinan digital narasi kinerja dimaksud telah kami unggah pada laman https://tinyurl.com/laporanTW3 untuk dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja sama Saudara kami ucapkan terima kasih
Tembusan:
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis
Laporan Capaian Kinerja Triwulan III Tahun 2021 Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura
A. Capaian Kinerja Triwulan III Tahun 2021
Hasil pengukuran kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 dapat ditampilkan pada Tabel 1, sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Triwulan III Tahun 2021
No Indikator Kinerja Utama Satuan Target
Tahun 2021
Realisasi Triwulan
III
Capaian (%) I Sasaran Kegiatan 1. Terwujudnya
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Hortikultura
1.1 Indikator 1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Hortikultura
% 3,0 – 4,0 N/A N/A
II
2.1
Sasaran Kegiatan 2. Tercapainya Kesejahteraan Petani Hortikultura Indikator 2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
Subsektor Hortikultura Indeks 102 100,04 98,08
III
3.1
Sasaran Kegiatan 3. Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Bidang
Pengembangan Agribisnis
Hortikultura yang Berkualitas
Indikator 3.1 Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Hortikultura yang Diterima Deputi
% 100 75 75
Ket: N/A=data tidak tersedia
Kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 sebagaimana tercantum dalam ringkasan Tabel 1 dapat diuraikan sebagai berikut:
1
Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor HortikulturaPencapaian Sasaran Kegiatan 2: Terwujudnya Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Hortikultura ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu
1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Hortikultura Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Hortikultura
Latar Belakang
PDB subsektor hortikultura merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di sektor hortikultura yang dihitung dengan pendekatan produksi. Pertumbuhan PDB subsektor hortikultura menunjukkan perubahan PDB subsektor hortikultura atas dasar harga konstan (ADHK) yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu yaitu tahun 2000 sebagai acuan.
Pertumbuhan PDB subsektor hortikultura menjadi salah satu indikator kinerja Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura yang menggambarkan capaian Pemerintah dalam melakukan upaya peningkatan nilai tambah barang dan jasa subsektor hortikultura. Hasil capaian tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi Pemerintah dalam mendorong kebijakan peningkatan produksi hortikultura.
Data PDB subsektor hortikultura dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap triwulan dengan lag (jeda waktu) selama dua bulan per triwulan. Pertumbuhan PDB subsektor hortikultura digunakan untuk mengetahui pertumbuhan hortikultura dari tahun ke tahun (Y on Y) atau triwulan ke triwulan (Q to Q).
Hasil Pengukuran Kinerja
Capaian pertumbuhan PDB subsektor hortikultura pada triwulan III tahun 2021 belum dapat diketahui karena baru akan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 November 2021.
Pelaksanaan Rencana Aksi TW III
Adapun rencana aksi yang telah dilaksanakan untuk mencapai target Triwulan III Tahun 2021 adalah sebagai berikut:
No Rencana Aksi TW III Status Keterangan 1 1 Identifikasi potensi
wilayah baru untuk pengembangan integrasi hortikultura dengan sapi
Terlaksana Telah dilaksanakan rapat Koordinasi dan Kunjungan Kerja Penyiapan Model Integrasi Pertanian Terpadu Antara Pisang dan Ternak Sapi di Kab. Tanggamus.
2 Monev Hortikultura Orientasi Ekspor di Kab.
Bondowoso dan Kab.
Banyuwangi
Tidak terlaksana
Adanya PPKM level 4 diwilayah Jawa Bali pada akhir Juni menyebabkan pembatasan mobilitas masyarakat keluar kota 3 Rakor percepatan
pengembangan komoditas lokal
unggulan di Provinsi Bali
Tidak terlaksana
Adanya PPKM level 4 diwilayah Jawa Bali pada akhir Juni menyebabkan pembatasan mobilitas masyarakat keluar kota 4 Rakor dukungan
fasilitasi untuk percepatan ekspor hortikultura
Terlaksana Koordinasi dilakukan dengan pelaku usaha eksportir hortikultura dalam rangka mind mapping percepatan ekspor.
Selain kegiatan yang sudah direncanakan pada rencana aksi Triwulan III Tahun 2021, beberapa kegiatan yang juga dilakukan dalam rangka peningkatan pertumbuhan PDB subsektor hortikultura antara lain:
1. Monev dalam rangka kunjungan kerja Menko Perekonomian
Dilakukan melalui audiensi dengan Bupati Karanganyar terkait rencana kunjungan kerja Menko Perekonomian, kunjungan lapang ke lokasi korporasi beras organik di Kab. Wonogiri serta audiensi dengan Bupati Sleman sekaligus kunjungan lapang pengembangan buah di Kab. Sleman.
2. Monev dalam rangka pengembangan kemitraan closed loop agribisnis hortikultura untuk komoditas buah
Telah dilaksanakan Audiensi bersama Bupati Subang, Rapat Koordinasi dan Kunjungan Lapang Pengembangan Kemitraan Closed Loop Agribisnis Hortikultura untuk Komoditas Buah di Kabupaten Subang.
3. Rapat Koordinasi Revitalisasi Gambir
Dilakukan dalam rangka peningkatan daya saing gambir, perlu adanya reviltalisasi pengembangan usaha gambir yang terintegrasi dari hulu hingga hilir melalui optimalisasi pemanfaatan teknologi dalam peningkatan produktivitas dan pengolahan gambir sehingga dapat menghasilkan katekin dengan kualitas ekspor dan berdaya saing di pasar internasional.
4. Kunjungan Lapang Pengembangan Potensi Hortikultura dan Pariwisata untuk Mendorong Ekonomi Daerah di Kab. Langkat.
Kunjungan dilakukan dalam rangka menghadiri FGD Penyusunan RPJMD Tahun 2021-2026 Kab. Simalungun, audiensi dengan Bupati Karo sekaligus kunjungan lapang pengembangan hortikultura serta kunjungan lapang pengembangan lengkeng dan salak madu di Kab.
Deli Serdang
Capaian Output Kegiatan
Realisasi output untuk pencapaian IKU Pertumbuhan PDB Subsektor Hortikultura sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 adalah 75% dari target output IKU Pertumbuhan PDB Subsektor Hortikultura tahun 2021.
Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam
tabel sebagai berikut:
No Output Target
Tahun 2021 Realisasi TW II
% Capaian
Output 1
Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Hortikultura
1 paket rekomendasi
1 paket
rekomendasi 75%
Untuk mendukung pencapaian IKU Pertumbuhan PDB Subsektor Hortikultura, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura melakukan koordinasi kebijakan melalui beberapa program yaitu:
1. Pengembangan Hortikultura integrasi hortikultura dengan sapi dilakukan melalui penerapan circular economy/zero waste yaitu pemanfaatan batang tanaman pisang (ares) untuk bahan pakan ternak dan kotoran sapi untuk pupuk kandang.
2. Program Pengembangan Kemitraan Hulu Hilir Komoditas Hortikultura bertujuan untuk mengatasi permasalahan adanya mismatch antara produksi dan kebutuhan pasar, sehingga dapat memberikan kepastian pasar dengan harga yang baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura telah melakukan koordinasi antara lain sebagai berikut:
Koordinasi dengan Bank Indonesia terkait dengan integrated farming hortikultura;
Koordinasi dukungan logistik pangan berbasis kereta api;
Koordinasi revitalisasi komoditas gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota;
Koordinasi pengiriman hasil produksi poktan tani mandiri ke start up pangan (eden farm).
Rekomendasi Kebijakan Pertumbuhan PDB Subsektor Hortikultura
1. Pemanfaatan lahan dalam rangka perluasan tanam pisang cavendish di lokasi demplot, khususnya pada lahan idle aset Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dapat dilakukan dengan kerjasama program pada Kementerian/Lembaga/Pemda untuk mempercepat implementasi pemanfaatan lahan dengan tetap memperhatikan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan program kemitraan hulu hilir komoditas hortikultura diperlukan kerjasama dari para stakeholder, dimulai dari penyedia sarpras (benih, pupuk, pestisida), dukungan permodalan, digitalisasi program, perbaikan teknologi pengolahan, dukungan Sistem Resi Gudang (SRG) hingga adanya kepastian pasar (off taker). Selain itu perlu segera didorong penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pelaksanaan program sebagai dasar dan acuan para pihak yang terlibat dalam pelaksaan program kemitraan hulu hilir.
3. Dalam rangka peningkatan pendapatan petani serta mendukung terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan, khususnya di lokasi pengembangan hortikultura berorientasi ekspor, perlu untuk dilakukan pengembangan model integrasi budi daya pisang dan ternak sapi.
Bagian dalam batang pisang (ares) yang telah dipanen dapat dimanfaatkan untuk bahan baku komposisi pakan sapi dan di sisi lain, kotoran sapi dimanfaatkan untuk bahan baku pupuk organik untuk produksi pisang. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan kajian/studi kelayakan untuk menyusun model bisnis, stakeholders yang terlibat serta rencana aksi untuk memastikan program dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
Kendala Pencapaian Target
Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:
1. Program pengembangan hortikultura berorientasi ekspor terkendala oleh skema pemanfaatan aset BMN dalam rangka perluasan tanam yang membutuhkan waktu yang cukup lama.
2. Program pengembangan kemitraan hulu hilir komoditas hortikultura terkendala pada keterbatasan SDM, kurangnya pendampingan, keterbatasan bibit, teknologi pengolahan yang masih konvensional, pemanfaatan SRG yang belum optimal, serta belum adanya kepastian pasar.
3. Dampak perubahan iklim yang ikut mengganggu produksi hortikultura.
4. Terbatasnya kontainer untuk pengiriman komoditas ke pasar luar negeri.
5. Keterbatasan akses pasar sehingga menyebabkan fluktuasi harga komoditas hortikultura.
Rekomendasi Pencapaian Target
Adapun rekomendasi dalam mencapai target kinerja ke depan, sebagai berikut:
1. Koordinasi akselerasi pemanfaatan lahan melalui kerjasama program antar stakeholders terkait.
2. Program pengembangan kemitraan hulu hilir komoditas hortikultura perlu didorong dengan adanya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, serta pelaku usaha dalam hal budidaya, pendampingan, teknologi pengolahan, dukungan permodalan, pemanfaatan Sistem Resi Gudang dan pemasaran sehingga mampu menghasilkan komoditas dengan produktifitas yang tinggi dan harga yang kompetitif. Untuk kelancaran program dimaksud maka perlu adanya penandatangan nota kesepahaman (MoU) pelaksanaan program sebagai dasar dan acuan para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.
3. Koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memetakan lokasi dengan potensi perubahan iklim terbesar sehingga dapat memitigasi dampak akibat perubahan iklim.
4. Koordinasi dengan Pelindo, pelaku usaha kontainer serta stakeholders lain yang terlibat untuk memetakan permasalahan yang ada serta merumuskan alternatif solusi kelangkaan kontainer.
5. Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait, BUMN, pasar induk, supermarket, serta market place terkait penyerapan panen komoditas hortikultura pada daerah yang mengalami surplus produksi.
Ke depan, petani diarahkan untuk mengetahui permintaan pasar terhadap suatu komoditas sebelum melakukan penanaman untuk memitigasi permasalahan yang sama terjadi kembali.
2
Sasaran Kegiatan 2: Tercapainya Kesejahteraan Petani HortikulturaPencapaian Sasaran Kegiatan 2: Tercapainya Kesejahteraan Petani ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu
1. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor Hortikultura
Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
2.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor Hortikultura
Latar Belakang
Nilai Tukar Petani (NTP) hortikultura adalah perbandingan indeks harga tanaman hortikultura yang diterima petani tanaman hortikultura (It) terhadap indeks harga tanaman hortikultura yang dibayar petani tanaman hortikultura (Ib), yang menunjukkan tingkat daya saing produk Hortikultura dibandingkan produk lainnya. Jika NTP > 100, artinya petani mengalami surplus karena pendapatan petani lebih besar dari pengeluarannya. Jika NTP = 100, artinya petani mengalami impas/break even point karena kenaikan atau penurunan harga barang produksinya sama dengan presentase kenaikan atau penurunan harga barang konsumsinya. Jika NTP < 100, artinya petani mengalami defisit karena kenaikan harga barang produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan barang konsumsi.
Pemilihan NTP Hortikultura sebagai salah satu dari Indikator Kinerja Asdep Pengembangan Agribisnis Hortikultura adalah wujud dari peran Kemenko Perekonomian untuk memastikan kesejahteraan petani Hortikultura, meningkatkan semangat Petani Hortikultura dalam melakukan pengelolaan lahan pertanian dengan baik dan berkelanjutan, sehingga terciptanya kedaulatan produk hortikultura nasional.
Hasil Pengukuran Kinerja
Hingga Triwulan III Tahun 2021, Nilai Tukar Petani (NTP) yang terealisasi sebesar 100,04 atau 98,08%. Adapun ringkasan NTP Subsektor Hortikultura adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-2.1.
Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor Hortikultura
% 102 100,04 98,08%.
Narasi Capaian IKU
Berdasarkan data BPS (2021), rata-rata NTP Hortikultura Triwulan III (Juli s.d September 2021) sebesar 100,04. NTP dianggap belum memenuhi ekspektasi dikarenakan panen raya komoditas hortikultura di berbagai wilayah mengakibatkan harga komoditas mengalami penurunan.
Pelaksanaan Rencana Aksi TW III
Adapun rencana aksi yang telah dilaksanakan untuk mencapai target Triwulan III tahun 2021 adalah sebagai berikut:
No Rencana Aksi TW II Status Keterangan 1 Identifikasi potensi
wilayah baru untuk pengembangan Closed Loop
Terlaksana Telah dilaksanakan Rapat Virtual bersama dengan stakeholder terkait pengembangan CL di 74 Kabupaten
2 Panen perdana kemitraan closed loop cabai di Kab.
Sukabumi
Terlaksana Telah dilaksanakan bersamaan dengan pengiriman perdana hasil CL Sukabumi ke
Paskomnas sebagai off taker.
3 Rakor/FGD finalisasi penyusunan grand design hortikultura Indonesia dengan K/L terkait, akademisi dan pelaku usaha
Terlaksana Telah dilaksanakan FGD
”Pengembangan Hortikultura Berbasis Kemitraan” kerjasama dengan ISEI dan Perhepi
4 Pelatihan Manajemen Bisnis Petani Milenial Kab. Sukabumi
Terlaksana Dilakukan dalam rangka peningkatan kapabilitas sumber daya manusia perdesaan di bidang pertanian dan teknologi.
Selain kegiatan yang sudah direncanakan pada rencana aksi Triwulan III Tahun 2021, beberapa kegiatan yang juga dilakukan dalam rangka peningkatan pertumbuhan PDB subsektor hortikultura antara lain:
1. Rakor Percepatan Replikasi Program Kemitraan Closed Loop Hortikultura
Rakor dilaksanakan dalam rangka percepatan replikasi program Closed Loop di wilayah eksisting (Kab. Garut dan Sukabumi) serta rencana replikasi di beberapa wilayah di 74 Kabupaten.
2. Rakor Integrasi Kemitraan CL dengan Program YESS
Rakor dilaksanakan dalam rangka sinergitas Program kemitraan Closed Loop dengan program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) dari kementerian Pertanian bersama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD).
3. Rakor Kesiapan Teknis Pelaksanaan Closed Loop Hortikultura di Kab. Sikka.
Rapat dilakukan secara daring dalam rangka memastikan kesiapan teknis pelaksanaan CL yang meliputi kesiapan offtaker, sarana dan prasarana, pembiayaan serta asuransi.
4. Rakor Pembahasan Mekanisme Kerja Sama Pemanfaatan Lahan Milik PTPN VIII untuk Petani Hortikultura
Rakor dilakukan dalam rangka pembahasan mekanisme pemanfaatan lahan PTPN untuk petani hortikultura di Kab Subang dan Kab. Bandung Barat.
Capaian Output Kegiatan
Realisasi output untuk pencapaian IKU Nilai Tukar Petani (NTP) Hortikultura sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 adalah 75% dari target output IKU NTP Hortikultura Tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
No Output Target Tahun
2021
Realisasi TW II
% Capaian
Output 1
Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Hortikultura
1 paket rekomendasi
1 paket
rekomendasi 75%
Untuk mendukung pencapaian IKU NTP subsektor Hortikultura, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura melalui kegiatan koordinasi dan pengendalian kebijakan dengan kementerian/lembaga terkait, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Desa dan PDTT, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, Badan Pusat Statistik, Kadin, swasta/industri, asosiasi pelaku usaha komoditas, kelembagaan petani, dan masyarakat lainnya untuk memastikan ketersediaan pasokan dengan harga yang ekonomis serta upaya meningkatkan nilai tambah produk petani, antara lain sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Kemitraan Closed Loop Komoditas Hortikultura yang dilakukan bekerja sama dengan kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan terkait. Melalui program dimaksud, pemerintah mendorong petani untuk bergabung dalam kemitraan hulu hilir agar lebih efektif dalam melakukan pengelolaan lahan, adanya kemudahan akses pembiayaan dari lembaga keuangan, tersedianya pasokan benih, pupuk, dan saprodi pertanian yang berkualitas, adanya dukungan asuransi, adanya kepastian pasar produk hortikultura serta adanya pendampingan dari para stakeholder yang tergabung dalam program closed loop.
2. Pengembangan Integrasi Hortikultura dan Peternakan melalui penerapan Creating Shared Value (CSV) dalam pengembangan pisang cavendish di kawasan orientasi ekspor. Selain itu PT Great Giant Livestock (GGL) sebagai anak perusahaan menjalankan unit usaha pengembangan ternak sapi potong dan fasilitas pembuatan pakan ternak memafaatkan kulit nenas dan sedang dalam penilitian untuk memanfaatkan batang tanaman pisang (ares). Kemampuan untuk memadukan antara agribisnis hortikultura dengan peternakan sapi memberikan nilai tambah pemanfaatan sisa produksi hortikultura dan ternak. Potensi penerapan model pertanian terpadu ini juga sangat besar untuk dilakukan di beberapa kelompok peternak binaan yang sudah dilakukan oleh PT GGL di Provinsi Lampung khususnya kawasan kebun nenas dan pisang.
Kemenko Perekonomian menekankan inisiasi pengembangan model kemitraan CSV integrasi hortikultura dan peternakan agar dapat diwujudkan di tahun 2021 dimulai di Kab. Tanggamus. Selanjutnya agar dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia.
Rekomendasi Kebijakan Nilai Tukar Petani (NTP) Hortikultura
1. Percepatan implementasi program pengembangan kemitraan closed loop hortikultura di berbagai wilayah harus dilakukan secara terintegrasi, konsisten, dan berkelanjutan, sehingga petani akan mendapatkan hasil produksi yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang pada akhirnya mampu memperbesar skala ekonomi,
mempermudah hilirisasi dan kontinuitas produk, serta memperluas akses pemasaran.
2. Mendorong program integrasi hortikultura dan peternakan secara berkelanjutan sehingga mampu menciptakan lapangan kerja khususnya sektor pertanian dengan memanfaatkan sumber daya lokal berupa limbah hasil panen pisang dan nenas dan juga limbah kotoran/urin peternakan dan diaplikasikan ke tanaman hortikultura sehingga lebih efisien (zero waste) dan pada akhirnya tercapai pengembangan agribisnis yang berkelanjutan.
Kendala Pencapaian Target
Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:
1. Program pengembangan kemitraan closed loop komoditas hortikultura terkendala pada pada pemakaian benih yang belum sesuai dengan kondisi tanah, kelompok tani belum terbentuk dalam suatu kelembagaan, serta belum adanya gudang pascapanen yang memenuhi standar.
2. Pengembangan integrasi hortikultura dan peternakan terkendala mundurnya waktu pembahasan konsep integrasi dan bisnis model yang akan dijalankan karena situasi pandemi
3. Komoditas hortikultura yang bersifat perishable dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam seperti bencana banjir/kekeringan di beberapa daerah mengganggu pasokan dan pemasaran.
4. Panjangnya rantai pemasaran komoditas hortikultura menyebabkan ketidakefisienan dalam pemasaran barang dan menyebabkan tingginya harga dipasaran.
5. Dampak pandemi sejak awal tahun 2020 hingga saat ini di berbagai sektor yang masih terus berlanjut.
Rekomendasi Pencapaian Target
Adapun rekomendasi dalam mencapai target kinerja ke depan, sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan penanaman, tim teknis kemitraan closed loop perlu melakukan identifikasi terkait kondisi tanah (bekas lahan tanam sawah apa kebun) sehingga pemilihan benih akan lebih tepat, tahan terhadap penyakit dan perubahan cuaca. Selain itu, kelompok tani yang tergabung dalam kemitraan closed loop harus memiliki kelembagaan (seperti koperasi) sehingga memudahkan petani dalam akses permodalan dan bantuan dari pemerintah. Komoditas hortikultura bersifat perishable sehingga perlu adanya gudang pascapanen yang terstandar agar hasil panen dapat dilakukan sorting, grading, dan penyimpanan sementara sebelum dikirim ke off taker. Adanya gudang pasca panen terstandar juga menjadi persyaratan dalam melakukan kerja sama dengan perusahaan besar.
2. Perlu segera dilakukan rapat koordinasi lintas sektor agar Program Pengembangan Integrasi Hortikultura dan Peternakan segera
terlaksana untuk membahas konsep dan bisnis model, indentifikasi lokasi, calon peternak dan petani pisang dan model pembiayaan 3. Peningkatan koordinasi stabilisasi harga komoditas hortikultura
khususnya di sentra-sentra produksi melalui suatu mekanisme sistem informasi harga yang memungkinkan semua pelaku usaha mendapatkan informasi secara proporsional sehingga informasi harga tidak bersifat asimetris dalam rantai pelaku pasar.
4. Koordinasi lintas sektor dalam upaya optimalisasi rantai pasok sehingga tercapai efisiensi dalam pemasaran. Pemahaman mendalam mengenai rantai pasokan, mulai dari pasokan sarana produksi, budi daya, pascapanen, pemasaran hingga distribusi ke konsumen menjadi sangat penting, sebagai pertimbangan untuk mengembangkan dukungan bagi petani untuk memperkuat akses pasar.
3
Sasaran Kegiatan 3: Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura yang BerkualitasPencapaian Sasaran Kegiatan 3: Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura yang Berkualitas ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu
1. Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura yang Diterima Deputi Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.1 Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura yang Diterima Deputi
Latar Belakang
Rekomendasi kebijakan pangan yang diterima Deputi adalah rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura yang disetujui oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis untuk ditindak lanjuti dalam bentuk regulasi/deregulasi, policy brief pada Rakortas/Rakornis, dan arahan/disposisi Deputi.
Rekomendasi kebijakan tersebut diperlukan untuk memastikan rekomendasi kebijakan bidang pangan yang disampaikan kepada Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis telah ditelaah dan dikaji secara mendalam serta dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga dan stakeholder terkait dan implementatif untuk penyelesaian isu strategis di bidang pangan.
Persentase rekomendasi kebijakan bidang pengembangan agribisnis hortikultura yang diterima Deputi dihitung dengan menggunakan formula jumlah rekomendasi kebijakan bidang pangan dari Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura yang disetujui oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis untuk dilaksanakan/ditindaklanjuti dibagi dengan jumlah rekomendasi kebijakan bidang pangan yang diusulkan dikalikan 100%.
Hasil Pengukuran Kinerja
Hingga Triwulan III Tahun 2021, Persentase Rekomendasi Kebijakan
Bidang Pengembangan Hortikultura yang Diterima Deputi yang telah terealisasi sebesar 75% dari target tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja IKU-3.1. Persentase
Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura yang Diterima Deputi
% 100 75 75 %
Narasi Capaian IKU
Berdasarkan persentase disposisi yang diterima Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura, 100% disposisi Deputi atas Nota Dinas laporan baik rapat maupun monitoring dan evaluasi yang disampaikan Asisten Deputi diterima/disetujui Deputi Koordinasi Pangan dan Agribisnis.
Berdasarkan hasil capaian triwulan III tahun 2021, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura memperkirakan bahwa target persentase rekomendasi kebijakan bidang pangan yang diterima Deputi tahun 2021 dapat terpenuhi.
Pelaksanaan Rencana Aksi TW III
Adapun rencana aksi yang telah dilaksanakan untuk mencapai target Triwulan III tahun 2021 adalah sebagai berikut:
No Rencana Aksi TW III Status Keterangan
1 Rakor Penyusunan Peta Sebaran, Produksi, Distribusi, dan Konsumsi Hortikultura dengan Basis GIS
Terlaksana Rakor sudah pernah dilaksanakan namun K/L terkait terkendala dengan anggaran yang dialihkan untuk refocusing
penanganan Covid-19.
2 Rakor Penyusunan Database Terintegrasi Supply-Demand Hortikultura
Terlaksana Dilaksanakan melalui penyusunan database secara digital untuk supply-demand
pengembangan kemitraan closed loop komoditas hortikultura.
3 Penandatanganan MoU Kerja sama Pelatihan SDM Hortikultura dengan Korea Selatan
Tidak Terlaksana
MoU tidak perlu dilaksanakan karena sudah ada kerja sama bidang pertanian dalam bentuk Working Group Indonesia dan Korea.
Koordinasi oleh Kemenko Perekonomian dilakukan untuk mendorong adanya kerja sama pelatihan petani Indonesia ke Korsel dengan melibatkan petani binaan Kementan, Kemendes, Kemenkop, dan Perguruan Tinggi.
4 Monev pelaksanaan korporasi petani hortikultura di dua lokasi eksisting
Terlaksana Telah dilaksanakan monev di Kab Garut Uji coba perdana pengiriman hasil produksi Petani Eptilu sekaligus dilakukan penandatanganan MoU antara Pemda Kab. Garut dan PT Kereta Api Logistik (Kalog). Serta di Kab Sukabumi dalam rangka panen perdana komoditas cabai
5 Peyelenggaraan Florikultura Indonesia 2021
Tidak terlaksana
Adanya PPKM level 4 diwilayah Jawa Bali pada akhir Juni hingga
September menyebabkan kendala koordinasi dengan stakeholder terkait
Selain kegiatan yang sudah direncanakan pada rencana aksi Triwulan III Tahun 2021, terdapat kegiatan yang semula direncanakan pada Triwulan II namun baru terealisasi pada Triwulan III, yaitu:
1. Penyelenggaraan Gelar Buah Nusantara (GBN) ke-6
GBN ke-6 diselenggarakan pada tanggal 9 – 31 Agustus 2021 dengan mengusung tema ”Gerakan Konsumsi Buah Nusantara untuk Mendorong Produksi dan Investasi Buah Nusantara”. Pembukaan GBN ke-6 dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2021 di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian dan dibuka oleh Presiden RI (secara virtual) dan dihadiri secara offline maupun online oleh para Menteri dan pejabat Kabinet Indonesia Bersatu. Rangkaian kegiatan GBN ke-
6 terdiri dari: Penyerahan paket buah untuk nakes dan peserta vaksin, Bazaar buah di pusat dan daerah, display buah di Istana Negara dalam rangka HUT RI ke-76, Webinar Series, On boarding pelaku buah nusantara di marketplace, serta sinergi program K/L.
Capaian Output Kegiatan
Realisasi output untuk pencapaian IKU Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura yang Diterima Deputi sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 adalah sebanyak tiga paket rekomendasi atau mencapai 75% dari target output IKU Persentase Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura Yang Diterima Deputi. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
No Output Target
Tahun 2021
Realisasi TW III
% Capaian Output
1
Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Agribisnis Hortikultura
2 paket rekomendasi
2 paket rekomendasi
75%
2
Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor
1 paket rekomendasi
1 paket
rekomendasi 75%
Adapun muatan Paket Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura yang diterima Deputi dapat dirinci sebagai berikut:
1. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Closed Loop Hortikultura (Satu Paket Rekomendasi)
Inisiasi skema closed loop perlu untuk terus dikembangkan sebagai bagian arahan Presiden pada acara Jakarta Food Security Summit, Rekomendasi terutama dalam pengembangan kemitraan antar pemangku kepentingan yang saling menguntungkan dari hulu-hilir sebagai inisiatif kolabolator yang melibatkan petani, koperasi, perbankan dan off taker sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan nilai tambah bagi petani.
Kemitraan closed loop eksisting sudah berjalan di Kab.Garut dan Kab. Sukabumi dengan komoditas Cabai Rawit Merah (CRM) dan Cabai Merah Besar dengan sistem tumpangsari. Pada triwulan III tahun 2021 sudah dilakukan inisiasi pengiriman perdana hasil komoditas hortikultura melalui Kereta api Logistik.
2. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Integrasi Hortikultura dan Peternakan (Satu Paket Rekomendasi)
Perlu dilakukan pemetaan potensi lahan hortikultura untuk budi daya pisang dan juga potensi kawasan ternak di Kabupaten Tanggamus untuk bergabung dalam kemitraan dengan PT Great Giant Livestock dan stakeholder lainnya.
3. Rekomendasi Kebijakan Bidang Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor (Satu Paket Rekomendasi)
Program Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor bertujuan untuk meningkatkan produksi dan daya saing produk hortikultura dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri, substitusi impor, dan peningkatan ekspor. Program ini telah diimplementasikan di tujuh kabupaten untuk komoditas pisang cavendish yaitu Tanggamus (Lampung), Jembrana (Bali), Blitar (Jawa Timur), Bener Meriah (Aceh), Bondowoso (Jawa Timur), Garut (Jawa Barat) dan Ponorogo (Jawa Timur).
Kendala Pencapaian Target
Sampai dengan Triwulan III Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:
1. Program Pengembangan Closed Loop Hortikultura terkendala pada keterbatasan informasi kemitraan yang dapat dibangun antara petani dan perusahaan off taker sehingga belum banyak program kemitraan yang dilaksanakan, belum optimalnya peran seluruh stakeholders pada program kemitraan yang sudah berjalan serta belum sinkronnya kebijakan dari sisi fiskal dan nonfiskal untuk mendorong percepatan program kemitraan.
2. Program Pengembangan Integrasi Hortikultura dan Peternakan terkendala karena belum adanya persamaan persepsi di antara stakeholders terkait.
3. Program Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor terkendala pada kurangnya koordinasi antar stakeholder terkait serta keterbatasan informasi mengenai perusahaan eksportir yang mau bermitra dengan petani dalam rangka mengembangkan skala usaha.
4. Adanya perubahan iklim yang berdampak pada penurunan produksi sehingga menyebabkan fluktuasi harga;
5. Masih terbatasnya informasi kemitraan yang dapat dibangun antara petani dan perusahaan off taker sehingga belum banyak program kemitraan yang dilaksanakan;
6. Belum optimalnya peran seluruh stakeholders pada program kemitraan yang sudah berjalan;
7. Belum sinkronnya kebijakan dari sisi fiskal dan nonfiskal untuk mendorong percepatan program kemitraan.
Rekomendasi Pencapaian Target
Adapun rekomendasi dalam mencapai target kinerja ke depan, sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Closed Loop Hortikultura ke depan difokuskan pada sinkronisasi kebijakan untuk mendorong implementasi kebijakan fiskal dan nonfiskal khusus untuk komoditas hortikultura serta memperkuat jalinan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mencari pasar buat petani, misal kerja sama dengan Bumdes binaan Kementerian Desa dan PDTT, off taker yang sudah bekerja sama dengan bank
Indonesia, kerja sama dengan berbagai start-up seperti Tani Hub, Eden Farm, Kedai Sayur, Crowde, dan lain-lain.
2. Program Pengembangan Integrasi Hortikultura dan Peternakan ke depan difokuskan pada rapat koordinasi untuk membahas konsep dan bisnis model, indentifikasi lokasi, calon peternak dan petani pisang dan model pembiayaan
3. Program Bidang Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor kedepan difokuskan pada mengidentifikasi perusahaan eksportir baik skala kecil maupun besar yang bersedia menjadi off taker yang bisa menyerap produk petani serta menjajaki peluang kerja sama yang bisa dibangun.
4. Sinkronisasi kebijakan untuk mendorong implementasi kebijakan fiskal dan nonfiskal khusus untuk komoditas hortikultura.
5. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mencari pasar buat petani, misal kerja sama dengan Bumdes binaan Kementerian Desa dan PDTT, off taker yang sudah bekerja sama dengan bank Indonesia, kerja sama dengan berbagai start-up seperti Tani Hub, Eden Farm, Kedai Sayur, Crowde, dan lain-lain.
6. Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang lebih kompeten.
7. Mengidentifikasi off taker yang bisa menyerap produk petani serta menjajaki peluang kerja samanya.