• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR DALAM UPACARA ADAT NCAYUR TUA PADA MASYARAKAT BATAK PAKPAK: KAJIAN PRAGMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAK TUTUR DALAM UPACARA ADAT NCAYUR TUA PADA MASYARAKAT BATAK PAKPAK: KAJIAN PRAGMATIK"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR DALAM UPACARA ADAT NCAYUR TUA PADA MASYARAKAT BATAK PAKPAK: KAJIAN PRAGMATIK

SKRIPSI

DISUSUN OLEH

MARTAFANI MERIAH SITUMORANG

NIM 160703014

PROGRAM STUDI SASTRA BATAK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih karunia-Nya, yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah “Tindak Tutur Dalam Upacara Adat Ncayur Tua Pada Masyarakat Batak Pakpak”. Upacara adat ncayur tua ini merupakan salah satu jenis kegiatan adat selalu dilakukan pada saat orang tua meninggal pada Masyarakat Batak Pakpak.

Akan tetapi seiring perkembangan jaman upacara adat ini telah mengalami banyak perubahan dan pergeseran. Oleh karena itu penulis ingin menggali kembali tahapan upacara adat ncayur tua ini dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak. Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang isi skripsi ini, penulis memaparkan rincian sistematika penulis sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II merupakan tinjauan pustaka. Yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan.

Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri atas: metode dasar, lokasi penelitian, sumber data penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV merupakan membahas tentang rumusan masalah yang ada pada rumusan masalah

Bab V Berisi Simpulan dan Saran

(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis.

Medan, Mei 2021

Penulis,

Martafani Meriah Situmorang

NIM: 160703014

(5)

RANA PERJOLO

Puji engket lias ate i pesaket penurat mendahi Tuhan simerkuasa kumerna kelleng atena, si enggo I bere gegeh engket kesehaten mendahi penulis, ku mernai boi sidung skripsi en.

Skripsi en merjudul “Tindak Tutur Dalam Upacara Adat Ncayur Tua Pada Masyarakat Batak Pakpak: Kajian Pragmatik” upacara adat ncayur tua en I mo sada jenis adat sikiulaken tikan pertua barang pe orang tua kalak pakpak mate.tapi kemerna zaman modern en upacara en enggo membue perubahan engket pergeserenna ku mernai penurat lako ke gali ulang tahapan upacara adat ncayur tua mi kalak pakpak. Asa dapet bakune gambaran sejelas engket skripsi en penurat kipaparken perdalan bindu bage mo: Bindu perjolo i mo:

pendahuluan i binduen i jelasson mo latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian engket manfaat penelitian

Bindu peduaken i mo: tinjauan pustaka sikipaparken kepustakaan sirelevan engket teori sinipakke

Bindu peteluken i mo: metode penelitian si lot i bagas metode dasar inganan penelitian, sumber data penelitian,instrument penelitian, metode penumpulan data, engket metode analisis data.

Bindu peempatken i mo: kibabas rumusan masalah si lot ibagas rumusan masalah

Bindu pelimaken i mo: kesimpulan engket peddah penurat kisadari skripsi en madeng mo mende ku merna waktu engket sinibettoh ni penurat oda mo mbue ku mernai penurat kiharapken peddah mendahi karina sijaka skripsi en mudah-mudahen skripsi en lot manfaatna mendahi sikijaka engket penurat.

Medan, Mei 2021 Penulis,

Martafani Meriah Situmorang

NIM: 160703014

(6)

Rnpre\jolo

Pjiae^kte\lia\s\ateIpeskt\peNrt\mne\dkiTkn\simre\

KasKmre\nklel^atensin\goIbre\regegke\ae^kte\kesekt ne\mne\dkipeNrt\kmre\nIboIsiD^s\k\rpi\siae\s\k\rp i\siane\mre\JdL\tni\dk\TtR\Upcradt\n\cyR\Tapd

ms\yrkt\btk\pk\pk\k jian\p\rg\mtki\Upcradt\n\cyR\Ta a ne\Imosdjensi\siniUlkne\tikn\pre\Tabr^peaor^Takl

k\pk\pk\mtetpiKmre\njmn\modre\n\ane\Upcrane\n\

<\gom\BaepeRbhn\ae^kte\pre\geserne\nKmrenIpeNrt\lk okigliUl^tkpn\Upcradtn\cyR\Tamiklk\pk\pk\as

dpte\gm\brn\sijels\Is\k\rpi\siane\peNrt\kippr\

kne\pre\dln\bni\Dbgne\mobni\Dpre\joloImopne\dKL an\Ibni\Dane\Ijels\kne\moltr\belk^mslk\RMsn\m slk\TJan\penelitian\ae^kte\mm\pat\penelitian\bin DImotni\jUan\pS\tksikipapar\kne\kepStkan\sire

lepn\ae^kte\teaorisinipk\kebni\Dpetel\Lkne\Imometode penelitian\silto\Ibgs\metodedsr\I<na\penelitian\

sMber\dtpenelitianIn\s\tRmne\penelitian\metodepe<

M\Pln\dtae^kte\metodeanlissi\dtbnoDpeame\pt\kne\I mokibhs\RMsn\mslk\bniDpelimkne\Imokesmi\Pln\ae^k te\pde\dhpeNRT\kisdris\k\rpi\siane\mde^momne\deKmre\

nwk\Tae^kte\sinibte\tko\nopeNrt\aodmom\BaeKmre\nI peNrt\kihrp\kne\pde\dk\mne\dhikrinsikijks\k\rpi\si ane\Mdk\Mdk\s\k\rpi\siane\lto\mm\pat\nmne\dkisi kijkae^kte\peNrt\

Medan, mei 2021

Penulis,

Martaf ani Meriah Situmorang

NIM: 16070314

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat serta kasih karunia yang sudah dilimpahkan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas motivasi, pemikiran, semangat, dorongan, dan arahan yang sudah diberikan kepada penulis dalam menuntaskan skripsi ini. Ibu Dr. Dra. T.Thyrhaya Zein, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, dan seluruh pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1) Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., sebagai Ketua Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2) Bapak Drs. Flansius Tampubolon, M.Hum., sebagai Sekretaris Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3) Ibu Dra. Asriaty Purba, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang sudah membagikan banyak pemikiran, anjuran, arahan, serta motivasi dan meluangkan waktu serta tenaga untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4) Ibu Dra. Asni Barus, M,Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang sudah membagikan banyak pemikiran, anjuran, arahan, serta motivasi dan meluangkan waktu serta tenaga untuk pe nulis dalam penyusunan skripsi ini.

5) Bapak/Ibu dosen Program Studi Sastra Batak tanpa terkecuali, bapak/ibu dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya yang membagikan pengajaran serta tutorial kepada penulis mulai dari dini hingga akhir perkuliahan.

6) Abangda Risdo Saragih,S.S selaku alumni dan staf pegawai administrasi yang sudah menolong serta memperlancar urusan administrasi sepanjang penulis kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7) Terimakasih kepada ayah dan ibu T. Situmorang dan M. br Sitanggang yang penulis hormati dan sangat sayangi. Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas pengorbanannya mulai dari penulis kecil hingga sekarang, terimakasih atas segala pengorbanan baik material

(8)

maupun non material dan atas segala doa, dukungan, nasehat, motivasi yang diberikan kepada penulis.

8) Saudara-saudara penulis (Firmando Situmorang, Jordan Situmorang, Josli Situmorang) sebagai orang-orang yang sangat penulis sayangi, penulis mengucapkan terimakasih atas doa, dukungan, dan yang senantiasa memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9) Sahabat-sahabatku stambuk 2016 penulis ucapkan terima kasih untuk selalu ada baik suka dan duka dalam penyelesaian skripsi penulis

10) Sahabat penulis Dinda Sari

Sidabalok

, Elsari Novia Purba, Ningrum Putri Ayu Sihombing yang telah memberikan semangat, memotivasi, penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Mei 2021 Penulis,

Martafani Meriah Situmorang

NIM. 160703014

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

RANA PATUJOLO ... iii

Rnpre\jolo ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR ISTILAH ... xii

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3.TujuanPenelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 KepustakaanYang Relevan ... 6

2.1.1 Pengertian Pragmatik ... 7

2.1.2 Pengertian Ncayur Tua ... 8

(10)

2.1.3Pengertian Tindak Tutur ... 10

2.2 Teori Yang Digunakan... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Metode Dasar ... 16

3.2 Lokasi Penelitian... 17

3.3 Sumber Data Penelitian... 17

3.4 Instrumen Penelitian ... 17

3.5 Metode Pengumpulan Data... 18

3.6 Metode Analisis Data... 18

BAB IV PEMBAHASAN ... 20

4.1 Tahapan Pelaksanaan Upacara Ncayur Tua... 20

4.1.1 Tenggo Raja ... 20

4.1.2 Mengapul pergendeng ... 26

4.1.3 Memasukkan Bangke Mirumahna... 29

4.1.4 Tatak Ipas Ncayur Tua... 31

4.1.5 Mengkerboi ... 53

4.1.6 Perberkatken Pande Ni Pandeban i... 54

4.2 Jenis-Jenis Tindak Tutur Ncayur Tua ... 60

4.3 Fungsi-Fungsi Tindak Tutur Ncayur Tua ... 101

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 135

5.1 Kesimpulan ... 135

5.2 Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN I Data Dokumentasi...140

LAMPIRAN II Data Informan...141

(12)

Daftar Istilah

1.Bau-bau : Baju bekas

2.Bangke : Mayat

3.Berru : Anak perempuan

4.Berru ekkur peggu : Saudara perempuan yang paling kecil 5.Berru takal peggu : Saudara perempuan yang tertua 6.Bulung silinjuhang : Daun silinjuang

7.Blagen bentar : Tikar putih

8.Dengan kuta :Masyarakat yang berdomisili dengan almarhum 9.Dengen sebeltek : Keturunan kandung atau saudara kandung

10.Jabi-jabi : Beringin

11.Jeretten :Tambatan kerbau

12.Kula-kula :Paman

13.Lambak bulluh :Daun pisang

14.Lemba :Utang

15.Manoh-manoh : Kenang kenangan

16.Mersembah : Menyembah

17.Menuyuk : Menyembah

18.Menerser : Menari

19.Oles :Sarung

20 Puang benna :Pihak keluarga yang memberi istri sebagai ibu yang meninggal

21.Puang pengamaki :Pihak keluarga yang memberi istri kepada yang meninggal

22.Pengetuai kuta : Orang tua

(13)

23.Pertua ibale: :Kaum bapak dan kaum ibu serta pemuda/pemudi 24.Penambar-nambari : Pengobatan

25.Puhun :Paman

26.Raja kuta : Tuan tanah suatu desa atau kampong 27.Ribak-ribak sarkea : Kain lap

28.Rin ntua : Ilalang tua

30.Sarkea : lap

31.Sanggar :Rumput panjang

32.Sangka pilit :Sejenis tali pengikat

33.Senina : Saudara yang semarga

34. Sukut : Tuan rumah

35.Tenggo raja : Musyawarah

36.Tatak ipas ncayur tua : Menari pada upacara ncayur tua 37.Tatak tikan ibages sapo : Acara dilakukan di dalam rumah 38.Tatak tikan I kasean : Acara didalam rumah

39.Tatak benna ni ari : Tarian pihak paman

40.Tatak puang penumpak :Tarian pihak orang tua dari istri abang/ adek

41.Tatak sukut : Tarian keluarga

42.Tatak dengan sebeltek : Tarian satu marga dekat 43.Tatak perlebbuh-lebbuh :Tarian satu marga meluas 44.Tatak sipemerre : Tarian dari orang tua istri

45.Tatak senina : Tarian marga

46.Terari tendi : Pas di hati

47.Upah mertatah : Upah membesarkan

(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Tindak Tutur Dalam Upacara Adat Ncayur Tua Pada Masyarakat Batak Pakpak”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Bagaimanakah tahapan- tahapan, jenis-jenis tindak tutur dan fungsi tindak tutur dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak. Teori yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah teori pragmatik yang dikemukakan oleh George Yule, 2006:1. Dengan menggunakan metode deskriptif. Adapun tahapan-tahapan dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat batak Pakpak yaitu: (1) tenggo raja (musyawarah), (2) mengapul pergendeng (pemain musik yang memukul gendang) (3) memasukken bangke mirumahna (memasukkan mayat kedalam peti) (4) tatak ipas ncayur tua (menari pada saat upacara ncayur tua berlangsung) (5) mengkerboi (penyembelihan kerbau) (6) peberkatken bangke ni pandeban i (memberangkatkan jenazah ke tempat peristrahatan terakhir). Adapun jenis-jenis tindak tutur menurut George Yule yang diperoleh dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat batak Pakpak yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Adapun fungsi tindak tutur menurut George Yule yang diperoleh dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat batak Pakpak yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, dan tindak tutur ekspresif.

Kata kunci: Tindak Tutur, Ncayur Tua, Pragmatik.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, adat, dan budaya. Setiap suku di Indonesia mempunyai ciri dan budaya tersendiri, letak geografis, latar belakang setiap daerah, kepercayaan, dan perbedaan adat istiadat. Budaya yang dimiliki akan menjadi ciri utama perkelompok/ individu yang menggunakan budaya.

Manusia dalam rangka menjalani kehidupannya di dunia ini, menghasilkan dan berdasarkan kepada kebudayaan. Budaya ini menjadi identitas seseorang dan sekelompok orang yang menggunakan dan memilikinya. Kebudayaan tersebut muncul untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dalam rangka menjaga kesinambungan generasi yang diturunkan.

Kebudayaan ini memainkan peran penting terhadap perilaku manusia dan benda-benda hasil kreativitas mereka. Kebudayaan juga mengatur siklus atau daur hidup manusia sejak dari janin, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua sampai meninggal dunia. Demikian juga yang terjadi di dalam kebudayaan masyarakat Batak Pakpak, yang wilayah kebudayaannya mencakup Provinsi Sumatera Utara dan Aceh. Salah satu ekspresi kebudayaan adalah adat istiadat.

Masyarakat Batak Pakpak merupakan salah satu suku dari masyarakat Batak di

samping Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angkola Mandailing. Salah satu

yang menjadi ciri pembeda suku di atas adalah bahasa dan letak geografis daerah. Masyarakat

Batak Pakpak mempunyai Bahasa Batak Pakpak sebagai lambang identitas dan manifestasi

eksistensi. Eksistensi yang dimaksud adalah sebagai makhluk sosial di mana kemasyarakatan

itu sendiri terbentuk dengan adanya bahasa. Setiap suku Batak di Sumatera Uta ra, baik dari

kelompok batak lainnya, dan mempunyai adat istiadat masing-masing dan memiliki keunikan

tersendiri.

(16)

Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan yang menjadi ciri khas yang dianut oleh sekelompok orang di daerah tertentu dari satu mgenerasi ke generasi berikutnya, diterapkan melalui nilai-nilai adat istiadat, agama, tradisi, bahasa. Wilson, (1966:51) mengatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan yang ditransmisi dan disebarkan secara sosial, baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis, yang tercermin dalam tindakan (act) dan benda-benda hasil karya manusia (artifact). Goodenough, dengan tegas mengatakan bahwa kebudayaan suatu masyarakat (Wardhaugh, 1986:211) terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui dan diyakini manusia agar bertindak dengan peran yang diterima anggota masyarakat.

Fishman (1976:75) (dalam Chaer 1995:75), mengemukakan “masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal suatu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya”.

Berdasarkan pendapat ahli ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat tutur adalah sekelompok orang ataupun individu yang memiliki kesamaan atau menggunakan sistem bahasa yang sama berdasarkan norma-norma bahasa yang sama.

Masyarakat Batak Pakpak mempunyai sistem adat istiadat tertentu yang berazaskan Dalihan Na Tellu “Tungku yang berkaki tiga”. Dalihan Na Tellu terdiri dari kula-kula, dengan sebeltek, dan berru. Apabila salah satu dari kelompok Dalihan Na Tellu ini tidak hadir maka apa yang disebut adat tidak memenuhi kualifikasi adat, dengan kata lain keterikatan ketiga komponen merujuk pada satu kesatuan yang terintegrasi sehingga acara adat dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu upacara adat dalam masyarakat Batak Pakpak dapat dilaksanakan apabila ketiga komponen tersebut diatas Kula-kula, Dengan sebeltek, dan Berru sudah lengkap dalam upacara tersebut.

Upacara adat ncayur tua yang masih berlangsung dalam masyarakat Batak Pakpak

dianggap bukan hanya sekedar tradisi semata, namun sebagai rangkaian kegiatan yang

(17)

memiliki fungsi dan makna. Dalam hal ini, fungsi yang paling jelas dapat terlihat pada tindak tutur yang terdapat dalam upacara adat tersebut. Upacara tersebut kemudian masalah-masalah dalam pemakaian tuturan dikarenakan zaman sekarang ini, khususnya generasi muda tidak memahami dan tidak mengetahui lagi tuturan adat ncayur tua masyarakat Batak Pakpak.

Oleh karena itu, penulis meneliti judul “Tindak Tutur Dalam Upacara Adat Ncayur Tua Pada Mayarakat Pakpak”.

Adapun alasan penulis untuk meneliti judul tentang “Tindak Tutur Dalam Upacara Adat Ncayur Tua Pada Masyarakat Batak Pakpak”. Sebagai judul penelitian karena zaman sekarang ini, khususnya generasi muda sudah tidak memahami tuturan dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak Di Desa Salak Kabupaten Bharat Pakpak.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1.Bagaimanakah tahapan pelaksanaan upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak?

2.Jenis jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak?

3.Apakah fungsi tindak tutur dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak?

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data atau fakta serta pelaksanaan konsep untuk mencari dan memperoleh atau mendapatkan kebenaran yang sanggup mengamati lebih dalam kebenaran yang sudah ada.

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di

atas maka penelitian ini bertujuan:

(18)

1.Untuk mengetahui tahapan pelaksanaan dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak.

2.Untuk mengetahui jenis-jenis tindak tutur dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak.

3.Untuk mengetahui fungsi-fungsi tindak tutur dalam upacara adat ncayur tua pada masyarakat Batak Pakpak.

1.4 Manfaat Penelitian

Segala sesuatu yang dikerjakan harus dapat memberikan manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dibagi menjadi dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1.Manfaat Teoritis

Penelitian ini digunakan untuk memahami bidang kajian pragmatik khususnya tindak tutur. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian sejenis pada objek kajian yang lain.

1.4.2.Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan pembaca mengenai bentuk-

bentuk tindak tutur dalam upacara ncayur tua masyarakat Batak Pakpak. Penelitian ini juga

dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai pemahaman sebuah tuturan.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kepustakaan yang Relevan

Kajian pustaka adalah paparan atau konsep yang mendukung pemecahan permasalahan dalam suatu penelitian, paparan para ahli, emprisme (pengalaman peneliti) dan daya nalar peneliti yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penulis karya ilmiah. Penulisan proposal ini juga tidak terlepas dari buku - buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini.

Skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan untuk mendukung dalam menyelesaikan proposal skripsi ini yaitu:

1.George Yule (Buku, 1996) dengan judul “Pragmatik”. Buku ini menjelaskan dengan baik pengertian-pengertian Pragmatik, dan pengertian Tindak Tutur.

2.Lister Berutu dalam bukunya 2013, berjudul Mengenal Upacara Adat Masyarakat Suku Pakpak. Buku Ini berkontribusi memberikan pengetahuan bagaimana prinsip-prinsip masyarakat Batak Pakpak dalam melakukan tata cara adat istiadat pada masyarakat Batak Pakpak.

3.Dewa Putu Wijana (Buku, 1996) dengan judul buku Dasar Dasar Pragmatik. Buku ini membantu mendeskripsikan jenis-jenis Tindak Tutur.

4.Sinamo 2016 dalam skripsinya yang berjudul Upacara Kematian Ncayur Tua Pada Etnik

Pakpak : Kajian Semiotik. Skipsi ini membahas tentang tahapan-tahapan pelaksanaan upacara

kematian ncayur tua pada etnik pakpak dan membahas simbol dan makna dari simbol yang

digunakan dalam upacara kematian ncayur tua pada etnik pakpak. Kontribusi skripsi tersebut

(20)

dalam penulisan proposal ini adalah membantu penulis dalam memahami upacara adat ncayur tua.

2.1.1.Pengertian Pragmatik

Menurut ( George Yule, 2006:1), pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembicara).

Sebagai akibatnya studi lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya dari pada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Adapun pengertian pragmatik menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Kridalaksana (1982:137).

2. Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat - kalimat dan konteks secara tepat. Levinson (dalam Tarigan, 1990:33).

3. Pragmatik adalah sebagai arti dalam interaksi, ini menggambarkan bahwa makna itu bukan sesuatu arti yang melekat pada kata itu sendiri, bukan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh pembicara itu sendiri, atau pendengar itu sendiri. Jenny (1995) dalam Wijana (1996:18).

4. Pragmatik adalah telaah sebagai telaah mengenai tindak-tindak linguistik beserta konteks-konteks tempat tampil. (Tarigan, 1986:16).

5. Pragmatik adalah telaah mengenai, “hubungan tanda-tanda dengan para penafsir”.

(Morris 1938:6).

(21)

6. Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menggunakan serta penyerasian kalimat dan konteks secara tepat. (Levinson 198:1-27)

2.1.2.Pengertian ncayur tua

Pada hakekatnya semua kematian dalam masyarakat Pakpak disertai dengan upacara adat. Jenis dan bentuk upacaranya ditentukan oleh kategori jenis kematiannya. Seseorang yang mati muda berbeda dengan yang mati tua, mati muda yang tua dibedakan antara yang sudah kawin atau yang belum kawin. Bagi yang kawin dibedakan antara yang telah memiliki anak dengan yang belum memiliki anak, antara yang sudah mengawinkan anaknya secara keseluruhan dengan yang belum, antara yang memiliki anak laki-laki dengan yang tidak memiliki anak laki-laki, antara yang telah memiliki cucu dengan yang belum memilki cucu.

Menurut Sinamo (2006) jenis upacara adat ncayur tua masyarakat Batak Pakpak dapat dibagi atas 5 kategori yakni:

1. Mate bura-bura koning adalah bila yang meninggal anak-anak usia 1 hingga lima tahun 2. Mate bura-bura cipako berumur 6 hingga 15 tahun.

Umumnya kedua tipe kematian ini adat tidak banyak berperan. Hanya saja pihak puang berkewajiban membawa makanan dengan lauk ayam yang dipotong sedemikan rupa (mersendihi), dengan harapan di masa tidak terjadi hal yang sama kepada keluarga yang tertimpa bencana tersebut. Makanan ini diserahkan pada saat si anak yang meninggal belum dikebumikan. Pihak keluarga juga akan menyembelih ayam beberapa ekor untuk dimakan bersama oleh pelayat dan bekerja setelah di kebumikan anak yang meninggal.

3 Males bulung buluh adalah seseorang yang meninggal dengan meninggalkan anak-anak

yang kecil. Kematian jenis ini pun adat tidak dilaksanakan dengan penuh. Misalnya lemba

(22)

tidak wajib di bayar pada saat itu, namun bisa dilaksanakan di kemudian hari setelah anak yang ditinggalkan dewasa dan mampu melaksanakannya.

4. Males bulung sampula adalah jenis kematian yang telah berusia tua tapi masih ada anak- anak yang belum kawin. Jenis kematian tersebut adat telah bisa dijalankan secara penuh.

5. Males bulung simbernaik sering disebut mate ncayur tua.

Dinamakan dengan bilamana semua anak telah berumah tangga dan telah bercucu dari anak laki-laki dan anak perempuan (merkempu jolo kempu podi soh merkempu nini/nono).

Masyarakat Batak Pakpak mengenal tiga jenis tingkatan upacara kematian ncayur tua yang didasarkan pada besar kecilnya pelaksanaan upacara yaitu:

1.Males bulung simbernaik ialah jenis upacara yang paling tinggi tingkatannya karena wajib memotong kerbau dan lembu. Besar kecilnya upacara ini diukur dari jenis ternak yang dipotong dan jumlah ternak kerbau yang dipotong. Waktu dulu jumlahnya kadang hingga 15 ekor. Selain jumlah hewan yang dipotong juga lamanya upacara dilakukan. Pada waktu dulu sampai tujuh hari tujuh malam. Tingkatan ini hanya dapat dilakukan orang orang tertentu, seperti keturunan raja atau keluarga kaya.

2.Males bulung buluh yaitu upacara yang dikategorikan menengah. Pada tingkatan ini biasanya hewan yang dipotong sebagai lauk binatang yang berkaki empat yang lebih kec il yakni kambing dan babi. Upacara ini dapat diiringi oleh musik genderang. Tergantung kesepakatan pihak kerabat yang ditinggalkan.

3.Males bulung sampula merupakan upacara yang paling kecil dalam dukacita. Ternak yang dipotong biasanya ayam dan dimainkan musik genderang.

2.1.3.Pengertian tindak tutur

Tindak tutur adalah sesuatu yang benar-benar kita lakukan saat kita berbicara.

Kalimat yang bentuk formalnya berupa pertanyaan memberikan informasi dan dapat

berfungsi melakukan suatu tindak tutur yang dilakukan oleh penutur. Dengan demikian,

(23)

ujaran atau tindak tutur sangat bergantung dengan konteks ketika penutur bertutur. Tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat psikologis, dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna arti tindak dalam tuturnya. Selain itu, tindak tutur adalah tata cara berbahasa dalam menyampaikan pernyataan, perintah, pertanyaan, serta efek yang ditimbulkan terhadap mitra tutur (Yule, 2006:93)

Istilah tindak tutur muncul karena di dalam mengucapkan sesuatu penutur tidak semata-mata menyatakan tuturan tetapi dapat mengandung maksud dibalik tuturan itu. Purwo (1990:16) mendefenisikan tuturan sebagai ujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya.

2.2.Teori Yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan masalah yang di hadapi penulis dalam kesulitannya. Teori merupakan landasan fundamental sebagai argume nt dasar untuk menjelaskan atau memberi jawaban terhadap masalah yang akan di bahas.

Berdasarkan judul penelitian ini, maka teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teori pragmatik yang mengacu kepada pendapat (George Yule) yang menjelaskan pembagian Tindak Tutur ke dalam tiga bagian besar yaitu:

1.Tindak lokusi

Berdasarkan pandangan Austin, tindak lokusi adalah penutur melakukan tindak bahasa dengan mengatakan sesuatu yang pasti. Searle juga berpengertian sama dengan Austin, yaitu lokusi adalah tindak bahasa untuk menyatakan sesuatu, Tindak Bahasa ini disebut The Act of Saying Something.

2.Tindak Ilokusi

Austin mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindakan dalam mengatakan

sesuatu(1965: 99). Tindakan dalam mengatakan sesuatu (in saying) dibedakan dari tindakan

(24)

mengatakan sesuatu (of saying), sebab melaksanakan isi tuturannya, sedangkan tindakan yang kedua mengungkapkan sesuatu. Austin juga lebih menitikberatkan tindak ilokusi pada

“tindakan dalam menyatakan sesuatu” daripada “tindakan mengatakan sesuatu”. Sebab, terkandung suatu daya atau kekuatan (force) yang mengharuskan penuturan melaksanakan isi tuturannya.

Searle juga berpengertian sama dengan Austin. Ia mengungkapkan bahwa sebuah tuturan selain berfungsi mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan melakukan sesuatu. Bila hal itu terjadi, tindak bahasa yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Tindak ilokusi disebut juga sebagai The Act of Doing Something.

3.Tindak Perlokusi

Sebuah tuturan yang diutarakan seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh

(perlocutyonary force), atau efek bagi yang mendengar. Daya pengaruh atau efek ini dapat

secara sengaja tau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak bahasa yang

pengutaraanya dimaksudkan mempengaruhi lawan tutur disebut tindak perlokusi

(perlocutionary acts). Tindak ini juga disebut the act of effecting someone. Tindak perlokusi

ini lebih menekankan para diri pendengar sebagai akibat isi tuturan. Tindakan perlokusi ini

juga disebut akibat atau pengaruh yang ditimbulkan oleh isi tuturan, baik secara nyata,

maupun secara nyata. Austin mempertegas bahwa mengatakan sesuatu seringkali

berpengaruh terhadap perasaan, pemikiran atau perilaku pendengar atau orang lain. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara merancang, mengarahkan atau menetapkan tujuan tertentu pada

perkataan tau tuturan yang akan diungkapkan. Tujuan yang dirancang atau ditetapkan itu

merupakan ciri khas tindak perlokusi. Selanjutnya untuk membahas tentang fungsi tindak

tutur penulis mengklasifikan Fungsi tindak tutur menurut (Yule) ada 5 fungsi tindak tutur

yakni:

(25)

1. Tindak tutur Deklerasi ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.

Penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan deklarasi secara tepat.

Contoh: a. Bagendari ia nggo merunjuk Sekarang dia sudah menikah b. Ia laus mi onan mienokor cina

Dia pergi ke pasar membeli cabai

2. Tindak tutur Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, pendeskripsian. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya)

Contoh: a. Ia medeng lot dukak na Dia belum punya keturunan

b. Mpung na nggo mate tahun si lewat Kakeknya sudah meninggal tahun lalu

3. Tindak tutur Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan, kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan atau kesengsaraan. Dimana tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur.

Contoh: a. Lias ate mo Terimakasih ya

b. Cio na ku akap pergeluhen en

Sakitnya kurasakan kehidupan ini

(26)

4. Tindak tutur Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi: perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran. Yang bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata.

Contoh: a. Boi le ku pakke oles mi

Bisakah aku memakai baju mu b. Laus lebbe ko ni juma

Pergilah dulu ke ladang

1. Tindak tutur Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar. Pada waktu menggunakan komisif penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata.

Contoh: a. Aku naing mulak Aku mau pulang b. Aku lako ki alengi ia

Aku mau menjemput dia

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos dan logos. Methodos berarti cara atau jalan. Logos berarti ilmu. Jadi, metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang dikendaki atau tujuan dalam pemecahan suatu masalah.

Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris yaitu research yang berarti usaha atau pekerjaan yang mencari kembali yang dilakukan dengan menggunakan metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna.

3.1.Metode Dasar

Metode dasar adalah metode yang digunakan dalam hal proses pengumpulan data sampai tahap analisa dengan mengaplikasikan pada pokok permasalahan untuk mendapatkan suatu hasil yang baik, sesuai dengan yang diharapkan.

Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sudaryanto dalam Swino (2004:11) mengatakan istilah dalam deskriptif itu mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa gambaran yang bersifat seperti potret, paparan seperti adanya.

3.2.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat (geografis) di mana seorang peneliti mendapatkan informasi yang menjadi data untuk bahan tulisannya ataupun lokasi penelitian ini adalah di Desa Sitinjo I Kabupaten Dairi

3.3.Sumber data penelitian

(28)

Sumber data adalah sebuah penelitian merupakan tempat di mana seseorang peneliti dapat menggali dan menemukan informasi untuk objek yang ingin diteliti. Sumber data penelitian itu sendiri di bagi dua yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang asli didapatkan langsung dari lapangan pada saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini. Data primer didapatkan dari informan melalui kegiatan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data dan pendukung yang sudah pernah dikaji sebelumnya yang dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, skripsi, jurnal, yang berkaitan dengan judul yang diteliti.

3.4.Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:102), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Dalam hal ini, penulis menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan saat wawancara dengan informan. Untuk mempermudah pada saat wawancara penulis juga menggunakan alat bantu berupa alat-alat tulis, alat rekam (tape recorder), dan kamera.

3.5.Metode Pengumpulan Data

Sesuatu yang mutlak dalam mengadakan penelitian baik dalam bidang disiplin ilmu apapun, apalagi pada bidang kerja yang bersifat ilmiah. Koentjaraningrat (1978:7) mengatakan bahwa metode (Yunani:Methodos) adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Dalam usaha pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu:

(29)

a. Metode Observasi yaitu untuk mengadakan pengamatan secara langsung ke daerah objek penelitian, terutama mengenai bahasanya dengan turun ke lapangan.

b. Metode Wawancara, hal ini dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lanjut dan terperinci. Melakukan wawancara kepada para penutur yang dianggap memenuhi syarat sebagai informan dengan menggunakan alat rekam. Wawancara merupakan tanya jawab antara penutur dan penutur.

c. Metode Kepustakaan yaitu mencari bahan-bahan referensi yang berkaitan dengan pokok penelitian, sebagai sumber data sekunder penulis.

3.6.Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara dalam pengolahan data, fakta, atau fenomena yang sifatnya belum dianalisis. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sehingga menjadi data yang cermat, akurat, dan ilmiah. Metode analisis data juga merupakan proses pengaturan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dari suatu uraian dasar.

Berikut adalah metode analisis yang dapat digunakan penulis:

a. Mengeliminasi data yang sudah terkumpul.

b. Mengidentifikasi data yang sudah di pilah.

c. Menganalisis data yang ada menggunakan teori yang sudah digunakan.

d. Mendeskripsikan hasil dari analisis yang telah dilakukan.

e. Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh

(30)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tahap-tahapan ncayur tua pada upacara adat batak pakpak

4.1.1 Tenggo raja

Jika seseorang meninggal dunia dan tergolong kematian ncayur tua pada masyarakat Pakpak, sudah sepatutnya dilakukan upacara adat. Pertama sekali keluarga melakukan diskusi terutama keturunan almarhum (almarhumah) termasuk juga saudara dari almarhum, dapat juga di diskusikan dengan istri yang meninggal apabila yang meninggal laki-laki, dan suami yang meninggal dunia apabila yang meninggal perempuan. Apabila pihak keluarga sudah membuat rencana tentang bagaimana proses adat yang harus dilaksanakan sebelum jenazah dikebumikan maka setelah itu ditetapkanlah waktu untuk tenggo raja, yang jika diartikan ke bahasa Indonesia yaitu memanggil raja-raja. Pada tahapan ini yang harus hadiri adalah pihak- pihak berikut:

a.Dengan sibeltek, yaitu keturunan kandung atau saudara kandung yang meninggal dunia apabila yang meninggal laki-laki, jika yang meninggal adalah perempuan, dengan sibeltek disini tetap pada saudara dari suami yang meninggal dunia,

b.Sinina, yaitu saudara yang semarga dengan keluarga yang berkabung,

c.Berru takal peggu yaitu saudara perempuan yeng tertua dari ayah yang meninggal dunia (bibi)

d.Berru ekur beggu yaitu saudara perempuan yang paling kecil dari ayah yang meninggal dunia

e.Puang benna pihak keluarga yang memberi istri sebagai ibu dari yang meninggal dunia

(31)

f.Puang pengamaki pihak keluarga yang memberi istri kepada yang meninggal dunia

g.Dengan kuta yaitu masyarakat yang berdomisili sama dengan almarhum

h.Raja kuta yaitu pihak yang mewakili marga sebagai tuan tanah suatu desa atau kampung

i. Pengetuai kuta adalah para orang-orang tua, dan

j.Partua ibale, partua ibages dekket simatah daging, yaitu kaum bapak dan kaum ibu serta pemuda/pemudi.

Jika semua pihak yang tersebut di atas sudah hadir, di sanalah saat di mana sukut menyampaikan maksud dan tujuan mereka sesuai kemampuan keluarga kepada orang yang hadir di dalam tenggo raja, seperti rencana sukut untuk turut mengundang pemain musik untuk membunyikan memalu gendang, puang pada musyawarah ini berperan sebagai pengambil keputusan atas apapun rencana-rencana yang ada dalam musyawarah sesuai kemampuan ekonomi sukut pelaksanaan musyawarah ini biasanya dilakukan pada malam hari.

Adapun tuturan dalam tahapan tenggo raja yaitu:

Data 1 Sukut : lias ate mo mendahi kene karina ibas pekiroh ndene mendahi kene kula-kula nami anak berru nami, situa-tua dengan sada kuta bagendari pe bage sinibettoh ndene i mo na merketeben mo enggo merujung gelluh inang si kekelengen kami ku mernai mengido kami mendahi kene kula-kula nami dengan sebeltek terlebih situa-tua ni kuta dengan sada kuta asa ajari ke kami bakune selloh ni ulaen ncayur tua ni inang nami en, bagi mo lebe kata tarap kami sukut lias ate.

Terimakasih kepada kalian atas kehadirannya kepada kula-kula kami, saudara kami, berru

kami, penatua kampung, dan teman satu kampung sekarang seperti yang kita ketahui

(32)

dikarenakan telah meninggal dunia ibu yang kami sayangi karena itu kami meminta kepada kalian kula-kula, kami dan saudara kami, terlebih kepada penatua kampung, dan teman satu kampung supaya ajarilah kami bagaimana baiknya acara adat orang tua kami ini yang kita lakukan nantinya begitulah dulu sepatah kata dari kami sukut terimakasih.

Data 2 Raja hata Penatua kampung: lias ate mendahi ke sukut nami ibas dilo-dilo ndene mendahi nami i mo mirkiteken na merujung gelluh sada inang i tengah-tengah ni keluarga ndene mella nami dengan sada kuta ndene barang kade pe si naing ulaen kenah siap mo nami bakune kibahan seloh na tapi sipenting na terlebih kuso lebbe kula-kula ndene, terlebih lula-kula puang benna engket puang pengamaki engket dengan sebeltek bagi mo lebe kata tarap nami denggan sada kuta ndene liat ate.

Terimakasih kepada kalian sukut kami atas undangan kepada kami itu karena disebabkan telah meninggal dunia salah seorang ibu dari tengah-tengah keluarga kalian kalau kami teman satu kampung kalian apapun yang kalian lakukan di upacara ini kami siap membantu bagaimana supaya berjalan dengan baik, supaya tertata proses pelaksanaan upacara adatnya, akan tetapi lebih baiknya tanyakan dulu kula-kula kalian saudara-saudara kalian dan berru kalian apa yang mereka inginkan apa yang mereka lakukan supaya acara adat lebih baik begitulah dulu kata dari kami teman satu kampung kalian terimakasih.

Data 3 Raja hata sukut : lias ate mo mendahi kene dengan sada kuta nami ibas sada ni

ukurta janah keselehon ndene na lako pemendeken ulaanni i cegen ni ari en pe mendahi ke

kula-kula nami tah lot sikurang pas barang pe mernaing pengidoan ndene mendahi nami

anak berru ndene i mo enggo merujung gelluh inang nami berru ndene janah enggo mo

ncayur tua ku mernai tangkas mo kataken ke asa ulang gabe merutang nami ipudianni ari

asa tangkas mo kataken ke kula-kula nami

(33)

Terimakasih kepada kalian teman satu kampung kami di karenakan kita sudah seia sekata dan kesiapan kalian untuk membantu kami sukut. Sekarang kami menanya kepada yang terhormat kula-kula kami mana tau ada yang kurang pas ataupun permintaan kalian supaya itu tidak menjadi hutang kami di kemudian hari supaya jelaslah kula-kula kami katakan apa yang menjadi permintaannya.

Data 4 Kula-kula: lias ate mo mendahi kene sukut nami bage sinibettoh nami i mo na enggo merujung gelluh berru nami bage sinidokken ndene ndai ku mernai pengidoan nami mendahi kene kennah sada ukur ndene na lako petupaken ulaen ncayur tua ni inang ndene en I sambing pe pengidoan nami mendahi kene.

Terimakasih kepada sukut kami seperti yang kami ketahui telah meninggal dunia sukut kami, seperti yang kalian bilang sukut kami oleh sebab itu permintaan kami kepada kalian supaya kalian seia sekata untuk melaksanakan upacara adat ncayur tua ibu kalian itu saja permintaan kami kepada kalian terimakasih.

Data 5 Raja hata : lias ate mo tuhu kula-kula nami ibas pengidoan nami asa memgido kami mendahi kene merkite sodip ndene asa boi ulaen ncayur tua inang nami en bagi mo lebe kata tarap kami anak berru ndene lias ate. Bagendari pe i kusoh nami mo dengen sebeltek nami mendahi kene sada beltek nami bage sinibettoh ndene i mo na enggo merujung gelluh sada inang i tarap njkeluarga ta kumerna i mengido kami mendahi kene asa sada kata kita janah sada ukur na petupaken ulaenni ncayur tua ni inang en lias ate.

Terimakasih kepada kula-kula kami atas permintaannya dan kami meminta kepada kalian

supaya bisa kita semua seia sekata untuk melaksanakan upacara ncayur tua ibu kita begitulah

dulu kata dari kami sukut kalian terimakasih. Sekarang kami tanya kepada kalian saudara

kami seperti yang kalian ketahui yaitu telah meninggal dunia salah seorang ibu dari keluarga

(34)

kita karena itu kami minta kepada kalian bagaimana supaya seia sekata dan satu hati untuk melaksanakan upacara ncayur tua ibu kita ini terimakasih.

Data 6 Dengan sebeltek: lias ate mo mendahi kene dengen sebeltek nami i mo kesukuten ibas i tikan en nami pe ue enggo ngo bakune mo seloh na ulaen ncayur tua inang sikekelengen asa sada kata sada ukur kita ni ulani bagimo lebbe kata tarap kami dengan sebeltek ndene lias ate.

Terimakasi kepada kalian sukut kami yaitu saudara kami sekarang kami pun sudah mengiyakan bagaimana bagusnya upacara adat ncayur tua ibu yang kita sayangi supaya seia sekata untuk upacara adat ini dan apapun yang akan dilaksanakan kami siap membantu dari kami saudara kalian kami ucapkan terimakasih.

Data 7 Raja hata : lias ate mendahi kene dengen sebeltek nami ibas seloh ni ukur ndene na lako pesadaken ukurta semerdengen sebeltek asa tuhu mo kita sisada bapa sisada inang barang kade ulanta bage mo lebe kata tarap kami mendahi dengen sebeltek nami lias ate. En bagendari mendahi kene berru nami karina na i mo si enggo mi bettoh ndene enggo merujung gelluh sada inang sinikekelengen ibas tikan en aso mengido kami kerina mendahi berru nami bakune moa so selloh janah mende ulanni asa kene mo peselloh kene janah pemendeken ntah kade pe sikurang barang pe lot si perlu kene mo peselohken soh midung na ulaanni.

Terimakasih kepada kalian saudara kami dengan kerendahan dan kesiapan kalian menyatukan hati kita yang bersaudara seperti yang kita ketahui satu ayah dan satu ibu apapun upacara kita disuatu saat nanti seperti itulah dulu kami sampaikan.

Data 8 sukut :lias ate mendahi kene kula-kula nami ibas tikan en kami karina berru ndene

kenah siap mo pemendeken janah pesellohken ulanni kula-kula nami. Ntah kai pe sikurang

(35)

barang si perlu kennah siap mo ngo kami i karina na. bagi mo lebe tarap kami berru ndene ku pesaket kami lias ate.

Terimakasih kepada kalian kula-kula kami semuanya seperti yang kita ketahui telah meninggal dunia salah seorang ibu yang kita sayangi pada waktu ini kami minta kepada kalian berru kami semuanya kita sudah tau telah meninggal dunia salah seorang ibu yang kita sayangi maka dari itu kami meminta kepada kalian sukut kami supaya mengatur pelaksanaan upacara adat orang tua kita ini dan mempersiapkannya.

Data 9 Raja hata sukut : lias mo mendahi ken berru nami en pe mendahi karina kula-kula kami dengan sebeltek nami, berru nami situa-tua kuta dengen sada kuta dekket karina sitapak pulung sini hormati nami bagi mo lebe rananta berngin en janah mengido kami aramben ceggen ni ari asa rebbak mo kita memasukken pertua nami ni rumah na bagi mo lebbe rana tarap nami lias ate mob anta karina njuah-juah.

Terimakasih kepada berru kami semua yang hadir pada saat ini yaitu kula-kula, saudara kami, berru kami, penatua kampung, teman satu kampung, dan semua yang hadir pada saat ini kami hormati begitulah dulu pembicaraan kita di malam ini dan kami meminta untuk besok di pagi hari kita sama memasukkan orang tua kami ke dalam petinya begitulah dulu kata dari kami sukut terimakasih.

4.1.2. Mengapul pergenderang

Pergenderang adalah orang yang memukul gendang pada saat acara tarian upacara

ncayur tua. Gendang yang dipukul biasanya lima, makanya batak Pakpak biasa menyebutkan

gendang silima. Mengapul pergendang adalah memberi makan sesuai adat yang telah

ditentukan.tujuannya adalah memberi penghormatan atau etika baik kepada pergendang,

(36)

supaya pergendangnya dapat memukul gendangnya dengan semangat dan ikhlas. Gendang yang digunakan pada upacara mate ncayur tua adalah gendang silima dan gong sada rabaen.

Adapun tuturan dalam mengapul pergendeng yaitu:

Data 10 Raja hata : Mendahi kene pergenderang kami bagendari i dilo nami mo kene i mo na lako mergenderang ibas adat ncayur tua ni inang nami en asa kene mo na lako mergenderangi soh midungna ulanni janah tikan en pe pesaket nami napuran persentabian nami mendahi pergenderang nami asa selloh mo bahan kene sorani genderang ndene tikan ulanni bage mo lebe i pesaket nami napuran en engket beras sipihir-pihir asa manampak mo Tuhan Debata pihir mu tendita karina na. janah ipadao mo hali habat tikan ulanni bagi mo lebe pesaket nami mendahi kene pergenderang nami tah lot sikurang barang pe kurang seloh perbahanan nami i marpanganju mo ke janah ajari ke nami lias ate.

Kepada kalian pemain musik kami telah memanggil kalian yaitu untuk bermain musik pada upacara adat ncayur tua orang tua kami ini kalianlah memalu musik sampai selesai upacara adat ini sekarang kami sampaikan sirih permintaan ibu kami kepada kalian pemain musik kami supaya memainkan alat musik yang nyaring gendangnya di upacara ini begitulah dulu kami sampaikan kepada kalian pemain musik kami kami sampaikan beras agar Tuhan memberikan berkatnya kepada kita agar sehat-sehat sampai selesai pelaksanaan adat ncayur tua ini juga segala niat jahat atau pun hujan, angin, dijauhkan dari upacara adat ini begitulah dulu kami sampaikan kepada kalian pemain musik kami mana tau ada ya ng kurang baik perkataan kami mohon maaf dan ajarilah kami bagaimana bagusnya terimakasih

Data 11 Pergenderang: lias ate mo mendahi kene sukut nami ibas keselohen pemereen

ndene en enggo mo merasa i akap nami janah senang ukur nami en pe bagnedari mangido

kami mendahi sukut nami tah lot sikurang barang pe si oda mende sorani gendering nami

asa marpanganju mo ke. En pe bagendari pesaket ke napurun ndene engket beras sipihir-

(37)

pihir asa penduduri janah napurun perdalan nami persentabian dalan nami mengido mendahi Tuhan Debata asa ipadao mo hali habat engket pemende karina ulaen en pe napurun si pihir-pihir mengido nami man Tuhan asa pihir mo tendita karina janah pecihur i wari ibas ulaen en asa manumpak mo Tuhan Debata kai pe sisura-suranta i mo tuhu jadi lias ate mo pesaket name mendahi sukut sinipersangapen.

Terimakasih kepada kalian sukut kami oleh karena kebaikan hati kalian berikan yang terbaik bagi kami pemberian kalian kepada kami pemain musik sekarang kami merasa sangat bahagia sekarang kami meminta kepada kalian agar kami meminta kepada kalian mana tau ada yang kurang ataupun yang kurang bagus suara dari musik kami supaya kami meminta maaf terlebih dahulu dan sekarang kalian sampaikan sirih perminta maafan kalian dan beras pada saat ini dan sirih perminta maafan kalian sebagai jalan kami meminta kepada Tuhan dijauhkan semua kami niat-niat jahat orang agar lancar upacara adat ini saat ini meminta kami kepada Tuhan duberi Tuhan kesehatan juga selalu diberikan hari yang cerah di upacara adat ini ini kami sampaikan semoga apa yang kita inginkan tercapai dikabulkan oleh Tuhan yang maha kuasa begitulah dulu kami sampaikan kepada kalian kami ucapkan terimakasih.

4.1.3 Memasukken bangke mirumahna

Memasukken bangke mi rumah-rumahna yang berarti memasukkan jenazah ke dalam peti matinya. Seseorang yang meninggal dunia dalam usia tua pada masyarakat Pakpak, maka keesokan harinya setelah tenggo raja, jenazahnya akan dimasukkan ke dalam peti mati apabila beragama Kristen. Tahap ini harus dilakukan pada pagi hari pada saat matahari terbit.

Bagi masyarakat Pakpak ini berarti agar semua keluarga yang ditinggalkan mendapat

kemudahan rezeki. Menantu perempuan yang paling tua mewakili semua menantu

meletakkan blagen mbentar kedalam peti mati sambil meminta maaf atas semua kesalahan-

kesalahan mereka sewaktu mertua mereka masih hidup dan setelah itu Puang benna juga

(38)

membentangkan puang pengamaki. Jenazah tidak dapat dimasukkan apabila puang benna belum hadir dan meletakkan tikarnya kedalam peti.

Adapun tuturan dakam memasukken bangke mirumahna yaitu:

Data 12 Raja hata : mendahi karina sitapak pulung kula-kula nami dengen sebeltek name, berru nami, bage ma situa-tua ni kuta dengan sada kuta engket i pertua ibagas pertua i bage bagendari so mo i kuta i ulan memasukkan inang nami mirumahna en mengido mo nami mengido mo kami mendahi kula-kula nami puang benna engket puang pengamaki asa kene mo memasukken inang nami manang pe berru ndene mirumahna janah mendahi kene permaenna asa buat ke blagen bentar asa lot na lako pedemen ni inang sikekelengen, mendahi kene pertua name i kuta asa aturken kene bakune perdalananni ulaen en. Kula-kula memasukken bangke mirumahna yaitu puang benna, mendahi ke berru nami en mirumahna, asa seloh kene karina dukak-dukak mu “mendahi ko berru bagendari ku masukken nami mo ko mirumahna serembaru seneng mo ko ibagas rumah men lako mendapetken Tuhan sitempah ko janah begahken simerkuaso asa karina dukak-dukak mu sinitadingkenmu beak gabe meranak merberr, janah kade pe si sura-sura na i mo jadi janah i bere kami oles bamu i mo oles persirangen asa en mo oles mu nan a lako mendapetken Tuhan sitempah mo ko senang mo ko berru i rumahna”. Bagi mo mendahi kene sukut nami enggo i masukken nami berru nami mirumahna asa kade ulaen selanjutnya pesaket kami mendahi ke

Kepada kalian kula-kula kami saudara kami, saudara kami, berru kami, penatua kampung,

teman satu kampung, dan semua yang hadir pada saat ini sekarang kita udah di acara

memasukkan ibu kami ini dalam petinya dan kepada kalian parumaen supaya mengambil

tikar putih untuk tempat tidur ibu kita yang kita sayangi ini kepada kalian penatua kampung

supaya kalianlah yang mengaturkan bagaimana jalannya upacara ini. Pada saat itu kula-kula

juga memasukkan ibu kami ke peti nya dibantu oleh kula-kula puang benna, dan puang

(39)

pengamaki di lanjutkan kepada kalian berru kami sekarang memasukkan berru kami ke dalam petinya supaya kalian seia sekata anak-anak nya. “kepada kamu berru sekarang kami masukkan ke dalam rumahmu yang baru bahagialah kamu disana untuk menjumpai Tuhan yang menciptakan kamu dan sampaikan kepada Tuhan yang mahakuasa supaya semua anak- anakmu yang kamu tinggalkan sehat dan punya keturunan dan apa yang mereka inginkan supaya dikabulkan Tuhan yang maha kuasa dan sekarang kami berikan oles kepada mu itulah oles perpisahan inilah oles mu untuk menjumpai Tuhan yang menciptakan kamu bahagialah kamu berru dirumahmu” seperti itulah kata dari kami sukut kami sudah kami masukkan berru kami kerumahnya supaya acara selanjutnya kami serahkan kepada sukut kami terimakasi.

Data 13 Sukut : lias ate mendahi kene kula-kula nami merketeken sodip kene engket pasu- pasu ndene mendahi kami berru ndene. Asa kade pe sinisura-sura nami i mo menjadi ijoloan ari en asa lot gegeh nami pesangepken kula-kula nami.

Terimakasi kepada kula-kula kami atas doa kalian berkat yang kalian sampaikan kepada semua berru kalian dan apapun yang kami inginkan dikabulkan oleh yang Maha Kuasa untuk hari kedepannya supaya ada tenaga kami untuk menyembah kula-kula kami.

4.1.4 Tatak ipas ncayur tua

Tatak bagi masyarakat Pakpak adalah tari dalam pengertian luas. Tatak ipas ncayur

tua berarti menari pada saat upacara ncayur tua berlangsung. Hal ini sejalan dengan deskripsi

Merriam (1964), bahwa upacara yang berkaitan dengan doa kepada Tuhan berkaitan dengan

mekanisme lainnya, dalam hal ini adalah menari. Bagi masyrakat Pakpak menari dalam

suasana duka bukan berarti keluarga yang ditinggalkan tidak bersedih hati, tetapi tarianlah

sebagai pengganti tangisan mereka. Tarian yang dimaksud di sini bukan berarti tarian ya ng

kita ketahui pada umumnya yang bersifat pertunjukan namun merupakan gerakan-gerakan

tarian dasar suku Pakpak yang biasanya dipakai dalam setiap upacara adat apapun, misalnya

(40)

seperti gerakan menerser, mersembah, menuyuk, dan lain sebagainya yang bersifat umum pada masyarakat Pakpak.

Ada dua tahap tatak yang harus dilakukan dalam upacara ncayur tua yaitu Tatak Tikan Ibages Sapo dan Tatak Tikan Ikasean. Makna dan deskripsi kedua tatak ini adalah sebagai berikut.

a.Tatak Tikan Ibages Sapo

Tatak Tikan Ibages Sapo berarti tatak yang dilakukan masih di dalam rumah duka, ini dilakukan pada saat malam hari setelah pergenderrang membunyikan gendang simemubuh sebagai tanda dimulainya acara tatak. Tatak yang dilalukan pada malam hari ini bagi masyarakat Pakpak disebut juga tatak peparasken, periah-riahken, dan tatak pendungo- ndungoi, ini berarti semua rangkaian acara tatak pada malam hari tersebut sebagai gambaran untuk keesokan harinya sebagai acara puncak upacara, karena kurang lebih semua rangkaian acara tatak ini akan dilakukan lagi keesokan harinya di halaman rumah duka. Acara tatak ini yang terlebih dahulu dilakukan oleh puang benna, apabila puang benna belum memulai tariannya untuk selanjutnya barang siapaun tidak boleh melakukannya.

b.Tatak Tikan I kasean

Tatak Tikan Ikasean berarti acara tatak di halaman rumah duka. Acara tatak ini

dilaksanakan pagi hari setelah acara tatak pada malam hari sebelumnya. Sebelum

melaksanakan acara tatak di halaman rumah duka, terlebih dahulu sukut mengadakan acara

keluarga seperti permohonan maaf terakhir keluarga kepada almarhum mengingat kesalahan-

kesalahan yang dilakukakan keluarga terlebih anak-anak almarhum (almarhumah) semasa

hidupnya.

(41)

Setelah acara keluarga selesai ditutup dengan doa, maka jenazah dibawa ke halaman rumah duka untuk melaksanakan acara Tatak Tikan Ikasean. Jenazah akan diarak mengelilingi tempat yang sudah ditentukan untuk menempatkan peti jenazah sebanyak tujuh kali keliling. Adapun acara tatak pada siang hari yaitu:

1.Tatak bu benna

Adapun tuturan dalam tatak puang benna yaitu:

Data 14 sukut: lias ate mo mendahi kene kula-kula kami ibas perkiroh ndene i mo merkiteken na enggo merujung nggelluh berru ndene inang sikukelengi nami asa tuhu mob age sodip ndene asa beak gabe nami karina anak berru ndene. Bagendari pe ibas sikukelengi nami karina anak berru ndene mengido asa pasu-pasu kene mo nami anak berru ndene.

Terimakasih kepada kula-kula kami yang hadir pada saat ini atas kehadirannya dikarenakan telah meninggal dunia anak kalian yaitu ibu kami yang kami sayangi seperti doa kalian supaya kami semua sehat dan dapat berkat dari Tuhan semua kami sukut kalian. Sekarang atas kehadiran kula-kula kami, kami sukut meminta supaya berkatilah kami sukut kalian agar apa yang kami inginkan dikabulkan oleh Tuhan

Data 15 sukut : lias ate mo mendahi kula-kula ndene ibas pasu-pasu ndene asa bage

pendokken ni kula-kula name asa sadana nami anak berru ndene janah merkite sodip ndene

mi Tuhan Debata asa kade pe sisura sura nami i mo tuhu mrnjadi asa beak gabe kami karina

sukut ndene asa boi kami makin riahna lako pesangapken kene kula-kula nami. Bagendari pe

kula-kula nami naeng sembah-sembah kene nami mo kene kula-kula nami dalan nami mo

kene kula-kula nami mengido sodip mendahi Tuhan janah mengido pasu-pasu mendahi kene

kula-kula nami mendahi penggual nami asa palu ke mo lebbe genderang delene mo nalako

menembah-nembah kula-kula name asa bain kene lebbe genderengna. (pihak sukut menatak

(42)

lako menembah-nembah kula-kulana) embah mo jukut lako jambar kula-kula) bagi mo lebbe sembah-sembah nami mendahi kene kula-kula nami, roh kade sikurang perbahanen nami merpenganju mo kene i mo lebbe si boi pertupa kami. Pengidoen nami mendahi kene kula- kula nami asa sodipken ke mo kami asa boi makin mendena petupaen nami mendahi kene kula-kula nami.

Terimakasih kepada kalian kula-kula kami atas berkat yang kalian sampaikan seperti yang kalian katakan supaya kami seia sekata sukut kalian dan melalui doa kalian kepada Tuhan apa yang kami inginkan itulah yang menjadi berkat kami semua agar selalu seha t, dapat keturunan yang bagus semakin bahagia menghormati kalian kula-kula kami sekarang kula- kula kami ingin menyembah-nyembah kalian sebagai perantaraan meminta berkat kepada Tuhan juga meminta berkat kepada kalian kula-kula kami agar kami diberkati dan murah rejeki dihari yang akan datang. Kepada kalian pemain musik kami palulah musiknya karena kami ingin menyembah kula-kula kami (sukut menari dan menyembah kula-kula membawa jambar untuk kula-kula) selesai itu semua seperti itulah sembah kami kepada kalian kula-kula kami mana tau ada yang kurang perbuatan kami supaya kami meminta maaf kepada kalian itulah yang bisa kami lakukan dan bisa kami perbuat permintaan kalian kepada kami kula- kula kami supaya tetap doakan kami untuk kedepannya lebh baik lagi kami sampaikan kepada kula-kula kami

Data 16 sukut : lias ate mo mendahi kula-kula ndene ibas pasu-pasu ndene asa bage pendokken ni kula-kula nami asa sadana kami anak berru ndene janah merkite sodip ndene mi Tuhan Debata asa kade pe sisura sura nami i mo tuhu menjadi asa beak gabe nami karina anak berru ndene asa boi nami makin riahna lako pesangapken kene kula-kula nami.

Bagendari pe kula-kula nami naeng sembah-sembah kene name mo kene kula-kula name

dalan name mo kene kula-kula nami mengido sodip mendahi Tuhan janah mengido pasu-

pasu mendahi kene kula-kula nami mendahi penggual nami asa palu ke mo lebbe genderang

(43)

ndene mo nalako menembah-nembah kula-kula name asa baing kene lebbe genderengna.

(pihak sukut menatak lako menembah-nembah kula-kulana) embah mo jukut lako jambar kula-kula) bagi mo lebbe sembah-sembah nami mendahi kene kula-kula nami, roh kade sikurang perbahanen nami merpenganju mo kene i mo lebbe si boi pertupa kami. Pengidoen nami mendahi kene kula-kula name asa sodipken ke mo nami asa boi makin mendene petupaen name mendahi kene kula-kula nami)

Terimakasih kepada kalian kula-kula kami atas berkat yang kalian sampaikan seperti yang kalian katakan supaya kami seia sekata sukut kalian dan melalui doa kalian kepada Tuhan apa yang kami inginkan itulah yang menjadi berkat kami semua agar selalu sehat, dan dapat keturunan yang bagus semakin bahagia menghormati kalian kula-kula kami sekarang kula- kula kami ingin menyembah-nyembah kalian sebagai perantaraan meminta berkat kepada Tuhan juga meminta berkat kepada kalian kula-kula kami agar kami diberkati dan murah rejeki dihari yang akan datang. Kepada kalian pemain musik kami palulah musiknya karena kami ingin menyembah kula-kula kami (sukut menari dan menyembah kula-kula membawa jambar untuk kula-kula) selesai itu semua seperti itulah sembah kami kepada kalian kula-kula kami mana tau ada yang kurang perbuatan kami supaya kami meminta maaf kepada kalian itulah yang bisa kami lakukan dan bisa kami perbuat permintaan kalian kepada kami kula- kula kami supaya tetap doakan kami untuk kedepannya lebih baik lagi kami sampaikan kepada kula-kula kami

2. Tatak Puang Pengamaki

Adapun tuturan dalam tatak puang pengamaki yaitu:

Data 17 Berru : lias ate mo mendahi kene kula-kula nami ibas pekiroh ndene i mo

kumernaken si enggo merujung gelluh anak sinipupus ndene i mo inang nami sikekelengen

sinitading inang name en asa beak gabe janah merandal karina. Asa tah lot kurang pas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Rumusan masalah penelitian ini adalah Analisis penggunaan jenis tindak tutur berdasarkan situasi tuturannya dan bentuk tindak tutur dinilai dari segi komunikatifnya

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran Prinsip kesantunan, bentuk tindak tutur, Strategi kesantunan berbahasa antar masyarakat di Panyabungan Julu Kabupaten

Tindak tutur langsung tidak literal ( direct nonliteral speech act ) adalah TT yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi

Togoh-togoh : Sebutan untuk salah satu jenis mas kawin yang dibayarkan kepada keluarga saudara laki-laki ayah dari pengantin perempuan. Upah puhun : Bagian mas kawin

“penunjuk”. Jenis-jenis deiksis yang penulis kaji ada empat yaitu deiksis persona, sosial, waktu dan tempat. Deiksis tersebut merupakan kata tertentu yang berada dalam

Kridalaksana (1993:21) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbriter, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama

Data percakapan pada acara pesta unjuk (perta perkawinan) tindak tutur direktif ini, pihak paranak bertanya maksud dari makanan yang sudah mereka makan kepada pihak parboru.

tuan rumah dalam menyelenggarakan pesta adat yang akan datang dan kami. juga akan meringankan langkah, memberikan waktu dan pikiran