• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENURUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENURUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN TITIK BEKU

Nina Fitriana*, Frista Irwaninda

Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia, 50225

ninafitriana10051995@gmail.com, 085770440465

Abstrak

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan tetapan penurunan titik beku asam asetat dan menentukan massa molekul relatif dari zat X. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode penurunan titik beku. Pada percobaan ini digunakan pelarut berupa asam asetat murni dan zat terlarut yaitu naftalena dan zat X. Jika ke dalam suatu pelarut ditambahkan zat terlarut maka suhunya akan semakin rendah. Pada percobaan ini, variabel bebas yang digunakan adalah massa zat terlarut, yaitu massa naftalena yang digunakan dalam penentuan tetapan titik beku asam asetat dan massa zat X untuk penentuan massa molekul relatif zat non elektrolit. Sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah penurunan titik beku. Pada praktikum ini juga digunakan metode praktikum dan pelarut yang sama merupakan variabel kontrolnya. Untuk mengetahui hubungan antara penurunan titik beku dengan massa molekul relatif digunakan metode analisis menggunakan persamaan Clausius Claypeyron. Hasil yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu nilai Kf (tetapan penurunan titik beku) dari asam asetat sebesar 69,938°C/m dan massa molekul relatif dari zat X sebesar 1126,742 g/mol.

Kata Kunci : Asam asetat ; Penurunan titik beku ; zat X

Abstract

This experiment is done to determine the freezing point depression constant of acetic acid and determine the relative molecular mass of the substance X. The method used in this experiment is a method of freezing point depression. In this experiment used pure solvent such as acetic acid and solutes is naphthalene and X substance. If a solvent is added to the solute, the temperature will be lower. In this experiment, the independent variable used is the mass of the solute, ie the mass of naphthalene used in the determination of the freezing point constant of acetic acid and X substance for the determination of the mass relative molecular mass of non-electrolytic substance. The dependent variable used is the freezing point depression. In this experiment is also used same experiment methods and solvent are control variables. To know the relationship between the freezing point depression with a relative molecular mass used analysis method using Clausius Claypeyron equation. The results obtained in this experiment that the value of Kf (constant freezing point depression) of acetic acid is 69.938°C/m and the

relative molecular mass of substance X is 1126,742 g / mol.

Keywords : Acetic acid ; Depression of freezing point ; X substance

Pendahuluan

Di sekitar kita banyak terjadi perubahan fase suatu zat. Dalam hal ini yang paling

sering ditemui adalah perubahan dari fase cair menjadi fase padat atau yang disebut

membeku. Hal ini terutama terjadi di negara yang memiliki 4 musim, karena memiliki musim

(2)

berlangsung cepat. Apapun yang ada pasti akan mengalami proses pembekuan secara cepat.

Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut dilakukan upaya penurunan titik beku.

Titik beku adalah temperatur pada saat tekanan uap cairan sama (setimbang) dengan

tekanan uap padatannya. Titik beku dilambangkan dengan simbol Tf. Air murni membeku

pada temperatur 0°C dan tekanan 1 atm. Temperatur itu dinamakan titik beku normal air.

Temperatur dimana zat cair membeku pada tekanan 1 atm adalah titik beku normal zat cair

tersebut.

Titik beku suatu larutan pasti selalu lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya

(air). Hal ini dikarenakan sebagian partikel air dan partikel-partikel terlarut akan bergabung

dan membentuk ikatan. Sehingga ketika membeku, yang memiliki titik beku paling tinggi

adalah air karena air yang membeku terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh partikel-partikel

terlarut.

Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda-beda. Titik beku suatu larutan akan

berubah jika tekanan uapnya juga berubah. Hal ini disebabkan oleh masuknya zat terlarut

yang mempengaruhi perubahan titik beku. Jadi, jika suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam

larutan, titik beku larutan tersebut akan berubah. Besarnya perbedaan antara titik beku zat

pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf) (Parning, 2007).

Titik beku dan titik didih suatu larutan bergantung pada kesetimbangan pelarut dalam

larutan dengan pelarut padatan, selain itu juga bergantung pada kesetimbangan pelarut

dengan pelarut murni (air). Pada saat terjadi kesetimbangan, maka dapat tercapai titik beku

atau titik didihnya (Wahyuni, 2013). Masing-masing pelarut memiliki harga tetapan

penurunan titik beku (Kf) tersendiri.

Untuk menentukan perubahan titik beku yang terjadi dapat digunakan rumus dari

persamaan Clausius Claypeyron :

Keterangan :

Kf = tetapan penurunan titik beku molal

Masalah yang akan dipecahkan dalam praktikum ini adalah bagaimana menentukan

tetapan penurunan titik beku asam asetat dan massa molekul relatif zat X. Dari permasalahan

tersebut, dapat diketahui tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan tetapan

penurunan titik beku asam asetat dan massa molekul relatif zat X.

(3)

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum penurunan titik beku ini adalah gelas

kimia 25 mL dari pyrex, gelas arloji, tabung reaksi besar dari pyrex, termometer 100°C, pipet

tetes, pengaduk kaca, stopwatch, baskom untuk membuat thermostat sederhana, serta statif

yang digunakan untuk menggantung termometer. Sedangkan bahan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah asam asetat dari Merck, naftalena for syn dari Merck, serta zat X.

Langkah selanjutnya adalah sebanyak 15 mL larutan asam asetat pekat diletakkan

dalam gelas kimia 25 mL dan dimasukkan dalam termostat untuk diukur titik bekunya. Asam

asetat dibiarkan hingga mencair kembali. Kemudian, temperatur asam asetat dibiarkan naik

5°C dan setelah itu 0,2538 gram naftalena dimasukkan kedalam larutan asam asetat tersebut

dan diaduk menggunakan pengaduk kaca. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam termostat

untuk dilakukan pengukuran temperatur larutan naftalena dalam asam asetat tiap menit

hingga temperaturnya konstan dan tercapai titik bekunya. Kemudian, 0,2535 gram zat X

dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar dan ditambahkan asam asetat pekat 15 mL dan

diaduk menggunakan pengaduk kaca. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam termostat untuk

dilakukan pengukuran temperatur larutan zat X dalam asam asetat tiap menit hingga

temperaturnya konstan dan tercapai titik bekunya.

Pada praktikum ini variabel bebas yang digunakan adalah massa zat terlarut, yaitu

massa naftalena yang digunakan dalam penentuan tetapan titik beku asam asetat dan massa

zat X untuk penentuan massa molekul relatif zat non elektrolit. Sedangkan variabel terikat

yang digunakan adalah penurunan titik beku. Pada praktikum ini juga digunakan metode

praktikum dan pelarut yang sama merupakan variabel kontrolnya. Untuk mengetahui

hubungan antara penurunan titik beku dengan massa molekul relatif digunakan metode

analisis menggunakan persamaan Clausius Claypeyron (Team Lecturer of Physical

Chemistry, 2014).

Hasil Dan Pembahasan

Percobaan penurunan titik beku ini bertujuan untuk menentukan tetapan penurunan

titik beku asam asetat dan berat molekul zat X dengan metode titik beku. Dalam percobaan

ini digunakan asam asetat (CH3COOH) sebagai pelarut, sedangkan untuk zat terlarutnya

digunakan naftalena (C8H10) dan zat X (zat yang tidak mudah menguap). Dalam percobaan

ini penambahan naftalena dan zat X ke dalam pelarut menyebabkan terjadinya penurunan

titik beku. Asam asetat yang digunakan sebagai pelarut murni akan membeku dan zat

(4)

Pada praktikum ini juga digunakan garam yang ditambahkan pada termostat dengan

tujuan agar es batu dalam termostat tidak mudah mencair karena garam akan menghambat

kestabilan ikatan partikel air yang berada dalam fase padat yaitu berupa es. Asam asetat

(CH3COOH) adalah asam organik yang memberikan rasa asam pada cuka dan merupakan

salah satu contoh dari asam lemah. Asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat

menyebabkan luka bakar kulit sehingga perlu penanganan yang tepat untuk asam ini, untuk

mengambil asam asetat pekat harus dilakukan di dalam lemari asam (Anonim, 2014).

Perlakuan pertama adalah menentukan titik beku pelarut murni yaitu asam asetat. Dari

hasil percobaan diperoleh data pada Tabel 1.

Tabel 1. Temperatur vs Waktu untuk larutan CH3COOH murni Waktu (menit) Temperatur (°C) Kondisi cairan

Belum beku Beku sebagian Beku semua

1 26 

2 26 

3 25 

4 23 

5 22 

6 20,5 

7 19 

8 16 

9 15 

10 15 

11 15 

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat pada menit ke 9 – 11, temperatur asam asetat

konstan sehingga temperatur ini yang dicatat sebagai titik beku asam asetat. Dari tabel dapat

disimpulkan bahwa titik beku dari asam asetat murni sebesar 15°C. Hal ini tidak sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa titik beku asam asetat sebesar 16,7 °C (Anonim, 2014).

Hal ini dikarenakan pada percobaan yang dilakukan terjadi kesalahan, salah satunya

disebabkan karena terlalu banyak es batu dan garam krosok yang dimasukkan ke dalam

termostat, sehingga temperatur larutan menjadi cepat turun dan membeku. Selain itu, pada

saat larutan asam asetat masih dalam kondisi beku sebagian, temperaturnya sudah konstan

sehingga temperatur tersebut dicatat sebagai titik beku asam asetat. Grafik dari hasil

(5)

Gambar 1. Titik beku asam asetat murni

Pada Gambar 1. dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu yang berjalan maka

temperatur asam asetat murni semakin rendah. Titik beku asam asetat murni ditentukan dari

temperatur yang konstan. Pada gambar 1 ditunjukkan pada menit 9, 10, dan 11, temperatur

asam asetat konstan sebesar 15°C. Berdasarkan referensi yang didapatkan titik beku asam

asetat adalah 16,7°C. Hasil yang kami dapatkan berbeda, hal ini dikarenakan beberapa faktor.

Diantaranya temperatur ruangan saat praktikum yang ikut mempengaruhi titik beku dari asam

asetat.

Setelah itu, percobaan dilanjutkan dengan penentuan tetapan titik beku asam asetat

melalui penambahan zat terlarut naftalena. Naftalena (C8H10) adalah zat yang tidak dapat

larut dalam air dan alkohol, namun dapat larut dalam eter dan benzena. Naftalena berbentuk

kristal putih dan memiliki bau yang kuat. Naftalena memiliki sifat mudah menguap dan

mudah terbakar (Anonim, 2014) .

Dalam percobaan ini juga dicatat penurunan titik beku naftalena dalam asam asetat

setiap menit. Dari hasil percobaan diperoleh data pada Tabel 2.

Tabel 2. Penentuan titik beku naftalena dalam asam asetat Waktu (menit) Temperatur (°C) Kondisi cairan

Belum beku Beku sebagian Beku semua

1 18,9 

2 16 

3 13,9 

4 12 

5 9 

6 8,5 

(6)

8 6,5 

9 6,2 

10 6,2 

11 6,2 

12 6,2 

Titik beku larutan = 6,2°C

Penurunan titik beku larutan (∆Tf) = Tf° - Tf = (15 – 6,2)°C = 8,8°C

Dari Tabel 2 diketahui titik beku semakin menurun jika ditambahkan zat terlarut.

Semakin banyak zat terlarut yang ditambahkan, maka titik bekunya semakin rendah. Namun,

dalam percobaan ini tidak dilakukan variasi berat zat terlarut yang ditambahkan. Pada tabel 2,

pada menit ke 9 – 12, temperatur naftalena dalam asam asetat konstan sehingga temperatur

tersebut yang dicatat sebagai titik beku naftalena dalam asam asetat. Grafik dari hasil

percobaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Titik beku naftalena dalam asam asetat

Dari Gambar 2, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu yang berjalan maka

temperatur naftalena dalam asam asetat juga semakin rendah. Titik beku naftalena dalam

asam asetat ditentukan dari temperatur yang konstan. Pada Gambar 2 ditunjukkan pada menit

9, 10, 11, dan 12 temperatur naftalena dalam asam asetat konstan sebesar 6,2°C.

Setelah itu percobaan dilanjutkan dengan penentuan berat molekul zat X yang

ditambahkan ke dalam asam asetat. Dari percobaan diperoleh data pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan titik beku zat X dalam asam asetat Waktu (menit) Temperatur (°C) Kondisi cairan

Belum beku Beku sebagian Beku semua

(7)

2 23 

3 21 

4 18 

5 16 

6 15 

7 14 

8 14 

9 14 

10 14 

11 14 

12 14 

13 14 

Titik beku larutan = 14 °C

Penurunan titik beku larutan (∆Tf) = Tf° - Tf = (15 – 14) °C = 1 °C

Dari data Tabel 3 diketahui titik beku semakin menurun jika ditambahkan zat terlarut.

Semakin banyak zat terlarut yang ditambahkan, maka titik bekunya semakin rendah. Pada

tabel 3, pada menit ke 7–13, temperatur zat X dalam asam asetat konstan sehingga temperatur

tersebut yang dicatat sebagai titik beku zat X dalam asam asetat. Grafik dari hasil percobaan

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Titik beku zat X dalam asam asetat

Dari Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu yang berjalan maka

temperatur zat X dalam asam asetat juga semakin rendah. Grafik ini juga sama dengan grafik

penurunan titik beku naftalena dalam asam asetat karena pelarut yang digunakan sama. Titik

beku zat X dalam asam asetat ditentukan dari temperatur yang konstan. Pada gambar 3

(8)

konstan sebesar 14°C. Jadi titik beku zat X dalam asam asetat adalah 14°C. Titik beku zat X

dalam asam asetat tidak berbeda jauh dengan asam asetat, temperatur keduanya hanya selisih

1°C. Sehingga penurunan titik bekunya juga hanya sebesar 1°C.

Setelah didapatkan data titik beku naftalena dalam asam asetat maka dapat dihitung harga ∆Tf (penurunan titik beku). Penurunan titik beku larutan adalah selisih antara titik beku

pelarut murni dengan larutan. Selain itu, dengan menggunakan cara yang sama, dapat

dihitung pula penurunan titik beku dari zat X. Perbedaan titik beku naftalena dalam asam

asetat dan zat X dalam asam asetat dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan Titik Beku Pelarut Murni dengan Larutan

Dari Gambar 4, dapat disimpulkan bahwa titik beku larutan selalu lebih rendah

daripada pelarut murni (Maria, Tine dkk, 2007). Hal ini disebabkan dalam suatu larutan

terdapat banyak partikel yang bekerja dibandingkan dengan pelarut murni. Ketika suatu

pelarut murni membeku, maka setelah itu zat-zat terlarutnya juga akan ikut membeku.

Pada Gambar 4 jelas terlihat bahwa titik beku naftalena dalam asam asetat dan titik

beku zat X dalam asam asetat lebih rendah jika dibandingkan dengan titik beku asam asetat

murni. Hanya saja titik beku asam asetat murni dengan titik beku zat X dalam asam asetat

hanya selisih 1°C.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan harga penurunan titik beku

naftalena dalam asam asetat sebesar 8,8°C dan harga penurunan titik beku zat X dalam asam

(9)

massa jenis sebesar 1,049 g/mL. Dari hasil perhitungan didapatkan massa asam asetat murni

sebesar 15,735 gram. Setelah didapatkan harga penurunan titik beku naftalena dalam asam

asetat dan zat X dalam asam asetat maka dapat dihitung harga tetapan penurunan titik beku

menggunakan persamaan Clausius Claypeyron dan didapatkan Kf sebesar 69,938°C/m.

Harga Kf asam asetat murni yang didapatkan jauh dari harga Kf dalam teori. Secara

teori, harga Kf asam asetat murni adalah 3,57°C/m. Perbedaan hasil yang didapatkan

kemungkinan disebabkan oleh temperatur ruangan ketika melakukan praktikum. Selain itu,

faktor human error juga bisa mempengaruhi hasil yang didapatkan.

Dari Kf yang didapatkan dapat dihitung pula nilai massa molekul relatif dari zat X

menggunakan persamaan Clausius Claypeyron. Massa molekul relatif dari zat X adalah

1126,742 g/mol. Akan tetapi massa molekul relatif yang didapatkan tidak dapat dibandingkan

dengan teori karena belum diketahuinya nama senyawa dari zat X tersebut. Tetapi dari Mr

yang diperoleh, Mr yang didapatkan begitu besar sehingga kemungkinan zat X tersebut

merupakan senyawa kompleks.

Kesimpulan

Titik beku adalah temperatur pada saat tekanan uap cairan sama (setimbang) dengan

tekanan uap padatannya. Titik beku dilambangkan dengan simbol Tf. Titik beku pelarut

murni akan mengalami penurunan jika ke dalam pelarut tersebut ditambahkan zat pelarut.

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh, nilai Kf (tetapan penurunan titik beku) dari

asam asetat adalah 69,938°C/m dan massa molekul relatif dari zat X sebesar 1126,742 g/mol.

Daftar Pustaka

Maria, Tine dkk. 2007. Sains Kimia 3 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara.

Parning, Horale, Tiopan. 2007. Kimia 3 SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira. Purba, Michael. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Team Lecturer of Physical Chemistry. 2014. Practicum Guide of Physical Chemistry. Semarang: Department of Chemistry FMIPA Unnes.

Wahyuni S. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Harjito. 2013. Panduan Penulisan Manuskrip. Diunduh di www.facebook.com/groups/chemisfun/shshhsnshhs.pdf pada tanggal 2 November 2014. Anonim. 2014. Asam Asetat. Diunduh di http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat pada tanggal 12

November 2014 pukul 19.00 WIB.

Gambar

Tabel 1. Temperatur vs Waktu untuk larutan CH3COOH murni
Tabel 2. Penentuan titik beku naftalena dalam asam asetat
Gambar 2. Titik beku naftalena dalam asam asetat
tabel 3, pada menit ke 7–13, temperatur zat X dalam asam asetat konstan sehingga temperatur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tabung kapiler yang telah berisi serbuk asam benzoat dapat digunakan dalam penentuan titik leleh yang dimasukkan dalam suatu alat melting block... PERCOBAAN IV

Percobaan dengan judul “Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri” yang bertujuan untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka Anggur “Tahesta” dengan

Pada Percobaan campuran Biner kali ini digunakan air dan etanol yang nantinya akan dicampur dan dianalisis pengaruh fraksi tau komposisi zat tersebut

Pada titrasi ini, larutan asam asetat diserap oleh karbon aktif sehingga asam asetat yang awalnya tidak murni merjadi lebih murni karena zat-zat lain yang ikut pada asam

Setelah itu melakukan percobaan system tiga komponen dimana kloroform ditambahkan dengan akuades sebanyak 5 ml kemudian di titrsai dengan asam asetat glacial.. Asam

Percobaan “Kenaikan Titik Didih” bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis zat terlarut (volatile dan non volatile), konsentrasi larutan, serta jenis zat terlarut (elektrolit dan non elektolit) terhadap kenaikan titik didih

Absorpsi adalah proses perpindahan massa zat-zat yang terlarut dalam fase gas industri.. Absorpsi adalah proses perpindahan massa zat-zat yang terlarut dalam fase gas ke

Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion, dalam pelarut yang sama, dengan konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didik didih atau titik beku yang sama, pada tekanan