• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Benedikta Hani Yunita Widyawati NIM: 161134155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Benedikta Hani Yunita Widyawati NIM: 161134155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa membimbing, memberikan berkat, perlindungan, dan karunia yang melimpah dalam setiap perjalanan hidup peneliti.

2. Kedua orangtua peneliti tercinta, Bernadus Agus Widodo dan Cicilia Sri Handayani yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa yang penuh kasih sayang.

3. Adik tercinta, Eustakia Septefany Lidyawati yang selalu memberikan semangat dan penghiburan dikala lelah.

4. Sahabat dan teman-teman yang selalu ada dan mendampingi selama ini. 5. Teman-teman satu kelas dan satu angkatan 2016 yang selalu berdinamika

bersama selama proses perkuliahan di Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

6. Peneliti persembahkan untuk seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang sudah mendoakan dan mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi ini, semoga selalu dalam lindungan Tuhan, Amin dan terima kasih.

(6)

v

MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”

Matius 7:7

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa”

Roma 12:12

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan

dengan ucapan syukur” Filipi 4:6

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Februari 2021 Peneliti

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Benedikta Hani Yunita Widyawati Nomor Mahasiswa : 161134155

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KELAS IV SEKOLAH DASAR” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 Februari 2021 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH KELAS IV SEKOLAH DASAR

Benedikta Hani Yunita Widyawati Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan guru yang menunjukkan perlunya contoh perangkat pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk kelas IV Sekolah Dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui prosedur pengembangan perangkat pembelajaran, (2) mengetahui kualitas perangkat pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D).

Model pengembangan dari penelitian ini menggunakan Borg and Gall. Terdapat 10 (sepuluh) langkah pengembangan penelitian menurut Borg and Gall namun peneliti membatasi 7 (tujuh) langkah yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, sampai menghasilkan produk akhir berupa perangkat pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk kelas IV Sekolah Dasar. Subjek dari penelitian ini adalah guru kelas IV Sekolah Dasar. Objek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara.

Hasil validasi dari ahli perangkat pembelajaran menunjukkan skor 3,74 dengan kategori “sangat baik”. Ahli Pembelajaran IPA memberikan skor 3,43 dengan kategori “sangat baik”. Dua guru kelas IV SD memberikan skor 3,25 dengan kategori “sangat baik” dan 3,37 dengan kategori “sangat baik”. Berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran dari empat ahli, diperoleh skor rerata 3,47 dengan kategori “sangat baik”. Skor tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif untuk kelas IV Sekolah Dasar yang dikembangkan oleh peneliti memiliki kualitas “sangat baik”.

Kata Kunci: Perangkat pembelajaran inovatif, model pembelajaran Berbasis Masalah, Kurikulum 2013.

(10)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING INSTRUMENT IN THE MATERIAL OF FORCE AND MOTION USING PROBLEM BASED

LEARNING MODEL IN GRADE IV OF ELEMENTARY SCHOOL

Benedikta Hani Yunita Widyawati

Sanata Dharma University

2021

This study is conducted based on teachers need analysis which shows the need of Science learning instrument sample using problem based learning model for Elementary School Grade IV. The aims of this study are (1) understanding the procedure of learning instrument development, (2) understanding the learning instrument quality. This study is research and development (R&D).

The development model of this study is using Borg and Gall. There are 10 (ten) research development steps based on Borg and Gall, however the researcher limits only 7 (seven) steps which are (1) potency and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product trial, (7) product revision, until resulting the final product which is Science learning instrument using problem based learning model for Elementary School Grade IV. The subjects of this study are Elementary School Grade IV teachers. The object of this study is learning instrument. The data collection technique in this study is using interview technique.

The validation result from learning instrument expert shows the score of 3,74 as “excellent”. Physics science expert gives score of 3,43 as “excellent”. Two teachers of ES grade IV give score of 3,25 as “excellent” and 3,37 also “excellent”. According to the validation result of learning instrument from four experts, the average score is 3,47 as “excellent”. The scores show that the learning instrument is innovative for Elementary School grade IV which is developed by the researcher is considered as “excellent” in quality.

Keywords: Innovative Learning Instrument, Problem Based Learning model, Curriculum 2013.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kasih dan karunia yang Tuhan Yesus Kristus berikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KELAS IV

SEKOLAH DASAR ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat dibuat dan selesai dengan baik karena doa dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang senantiasa mendoakan, membantu, dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, menolong, dan menyertai.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang selalu membimbing dan memberi motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 7. Bapak dan ibu sekretariat Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu segala administrasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi.

(12)

xi

9. Guru kelas IV SD Kanisius Totogan yang telah membantu peneliti.

10. Bernadus Agus Widodo dan Cicilia Sri Handayani selaku orangtua peneliti yang telah memotivasi dan mendukung dalam doa.

11. Eustakia Septefany Lidyawati sebagai pendukung dan penyemangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Keluarga 161134 khususnya kelas D yang sedang berjuang.

13. Semua pihak yang sudah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca dan penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 19 Februari 2021 Peneliti

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 12

2. Keterampilan Abad 21 ... 27

3. Pembelajaran Inovatif ... 29

(14)

xiii

5. Perangkat Pembelajaran ... 37

6. Pembelajaran IPA ... 38

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 38

b. Gaya dan Gerak ... 39

B. Penelitian yang Relevan ... 40

C. Kerangka Berpikir ... 48

D. Pertanyaan Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Setting Penelitian ... 55

C. Prosedur Pengembangan ... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 59

E. Instrumen Penelitian ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 66 A. Hasil Penelitian ... 66

1. Potensi dan Masalah ... 66

2. Pengumpulan Data ... 70

3. Desain Produk ... 72

4. Validasi Desain ... 76

5. Revisi Desain ... 79

6. Uji Coba Produk ... 89

7. Revisi Produk ... 93 B. Pembahasan ... 96 BAB V PENUTUP ... 104 A. Kesimpulan ... 104 B. Keterbatasan Pengembangan ... 105 C. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN ... 111

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Taksonomi Bloom ... 25

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 36

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 60

Tabel 3.2 Kisi-kisi Validasi Produk ... 63

Tabel 3.3 Klasifikasi Penilaian Skala Empat ... 65

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran ... 77

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Validasi Ahli IPA ... 78

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Validasi Guru Kelas IV SD (Ibu M., S.Pd. & Ibu De., S.Pd.) ... 79

Tabel 4.4 Komentar dan Revisi Ahli Perangkat Pembelajaran ... 80

Tabel 4.5 Komentar dan Revisi Ahli IPA ... 83

Tabel 4.6 Komentar dan Revisi Guru Kelas IV SD (Ibu M., S.Pd.) ... 85

Tabel 4.7 Komentar dan Revisi Guru Kelas IV SD (Ibu De., S.Pd.) ... 88

Tabel 4.8 Masukan Uji Coba Perangkat Pembelajaran ... 93

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan ... 47 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut

Borg and Gall ... 52 Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan ... 57 Gambar 4.1 Sampul Depan Buku Perangkat Pembelajaran ... 76

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 112

Lampiran 2. Rangkuman Hasil Wawancara... 114

Lampiran 3. Hasil Validasi Produk Oleh Validator 1 ... 118

Lampiran 4. Hasil Validasi Produk Oleh Validator 2 ... 134

Lampiran 5. Hasil Validasi Produk Oleh Validator 3 ... 150

Lampiran 6. Hasil Validasi Produk Oleh Validator 4 ... 166

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Validasi ... 182

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I peneliti membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013 yang menjadi harapan dari semua kalangan untuk perkembangan pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pengembangan dari kurikulum sebelumnya yang diterapkan di Indonesia untuk meningkatkan capaian pendidikan yang memuat keterampilan abad 21. Madjid (dalam Prastowo, 2015: 5) mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 tetap mengedepankan pentingnya keterampilan abad 21 yaitu 4C (critical thinking, creative

thinking, collaborative, communicative). Sepadan dengan pendapat di atas,

Dea (dalam Kurniasih & Sani, 2014: 21-22) mengatakan bahwa kurikulum 2013 lebih menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Fadillah (2014: 16) berpendapat bahwa kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya keterampilan abad 21, meliputi critical

thinking, creative thinking, collaborative, dan communicative.

Keterampilan abad 21 adalah keterampilan yang memuat empat kompetensi belajar yaitu keterampilan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berkolaborasi, serta keterampilan kreativitas. Morroco (dalam Abidin, 2014: 8) mengemukakan bahwa pada abad kedua puluh satu minimalnya ada empat kompetensi belajar yang harus dikuasai yakni kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kemampuan berpikir

(19)

Kritis. Litbang Kemendikbud (dalam Daryanto & Karim, 2017: 2) merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis, dan kerja sama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Menurut Hosnan (2014: 87), salah satu dari empat keterampilan abad 21 yaitu keterampilan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran, keterampilan pemecahan masalah dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning).

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang bertujuan menciptakan masalah dalam pembelajaran untuk dipecahkan oleh peserta didik dengan memecahkan masalah tersebut. Ruhimat & Yani (2018: 71) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang diawali dengan menghadirkan masalah. Masalah yang diangkat biasanya menyangkut kehidupan nyata di lingkungan peserta didik yang bersifat kasus nyata yang terjadi di masyarakat dan atau bersifat hipotetik yaitu dipilih dan direkayasa agar dapat memenuhi tujuan dan kriteria pendidikan. Sepadan dengan pendapat di atas, Hosnan (2014: 298) berpendapat bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru bagi peserta didik. Sintaks dari Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menurut Nurdiyansah&Wahyuni (2016), meliputi (1) mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, (2) mengorientasikan peserta didik untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Berdasarkan sintaks pembelajaran berbasis masalah yang telah disampaikan di atas, keterkaitan sintaks tersebut dengan keterampilan abad 21 (4C) yaitu pada sintaks

(20)

pertama, kedua dan kelima mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Lalu, pada sintaks ketiga mampu mengembangkan keterampilan kolaborasi kemudian sintaks keempat mampu mengembangkan keterampilan komunikasi dan kreatif. Rusman (2013: 232) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Berdasarkan dari teori yang disebutkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan nyata. Model pembelajaran ini juga berkaitan dengan keterampilan abad 21 yaitu keterampilan berkomunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas. Hal ini dikarenakan permasalahan nyata merupakan konteks untuk peserta didik belajar berkomunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas.

Rencana pembelajaran ini dituangkan dalam bentuk perangkat pembelajaran (RPP/Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Perangkat pembelajaran adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa silabus, RPP, atau lembar kerja peserta didik. Ibrahim (dalam Trianto, 2010: 96) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Perangkat yang dimaksud bisa berupa buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB). Selain itu, Prasetyo, dkk (2011: 16) berpendapat bahwa perangkat pembelajaran adalah alat atau pelengkap untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Peneliti ingin mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran untuk guru di sekolah dasar. Dalam rangka membuat perangkat pembelajaran yang mampu membekali peserta didik terkait keterampilan abad 21 peneliti menemukan masalah yang berhubungan dengan penggunaan perangkat pembelajaran (RPP) untuk peserta didik di sekolah. Peneliti melakukan analisis kebutuhan melalui

(21)

wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 Maret 2020 di SD Kanisius Totogan dengan Ibu guru D yang merupakan wali kelas IV. Guru D mengemukakan bahwa kurang memahami pendekatan saintifik, tetapi guru sudah mencoba menggunakan pendekatan saintifik yang memiliki komponen 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan) walaupun belum runtut dan ideal. Guru D juga mengatakan bahwa membuat indikator berdasarkan indikator yang berada di buku guru. Model pembelajaran (cooperative learning tipe examples non examples) yang digunakan kurang sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada peserta didik. Hal ini ditunjukkan pada hasil wawancara oleh guru yang menyatakan bahwa peserta didik nampak tidak melakukan banyak aktivitas di kelas, peserta didik cenderung duduk diam di bangku, hal ini berlangsung sepanjang pembelajaran. Guru D juga menyampaikan bahwa beliau belum memahami tentang keterampilan abad 21. Menurut guru, perangkat pembelajaran inovatif memiliki manfaat yaitu mampu membuat pembelajaran asik dan menarik.

Data lainnya yang berhasil dihimpun dari hasil wawancara dengan guru, guru menyatakan bahwa peserta didik sulit memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh untuk mata pelajaran IPA khususnya materi gaya dan gerak, peserta didik belum mampu menjelaskan bagaimana gaya dapat mempengaruhi perubahan bentuk benda. Permasalahan yang disampaikan oleh guru di awal pembelajaran belum mampu dijawab oleh peserta didik. Alasan peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar yaitu berdasarkan hasil analisis kebutuhan berupa wawancara didapati bahwa model pembelajaran yang digunakan, kurang sesuai dalam meningkatkan kemampuan peserta didik memecahkan masalah pada materi gaya dan gerak. Peneliti memperkuat penelitian menggunakan penelitian terdahulu sebagai dasar dari penelitian ini, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mujiburrahman & Muzzani (2016) tentang “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Problem Based Learning Pada

(22)

Mata Pelajaran IPA Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD” yang terbukti bahwa perangkat pembelajaran berbasis problem based learning layak dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran IPA dan membawa dampak positif terhadap prestasi belajar siswa kelas IV SD. Peneliti berencana mengembangkan materi dengan menggunakan permasalahan yang kontekstual dalam pembelajaran. Kusuma & Amir (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa Sekolah Dasar” membuktikan bahwa perangkat pembelajaran berbasis masalah kontekstual dapat meningkatkan kemampuan metakognisi siswa SD. Kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan metakognisi yang harapannya juga mampu mengembangkan soft skill peserta didik. Hal ini serupa yang disampaikan oleh Faizah, Miswadi, & Haryani (2013) tentang “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Soft Skill dan Pemahaman Konsep”.

Berdasarkan hasil wawancara serta penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti pun semakin terdorong untuk melakukan pengembangan perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini dibatasi hanya pada pengembangan perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar. Alasan peneliti menggunakan mata pelajaran IPA yaitu karena penelitian ini berfokus pada mata pelajaran IPA yang dibatasi dengan perangkat pembelajaran kelas IV tema 8: daerah tempat tinggalku dengan subtema 3: bangga terhadap daerah tempat tinggalku. Selain itu, alasan lainnya adalah berdasarkan hasil analisis kebutuhan berupa wawancara didapati bahwa peserta didik mengalami

(23)

kesulitan pada materi gaya dan gerak mata pelajaran IPA dan peneliti menggunakan buku tematik sebagai acuan menentukan isi materi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan produk adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pengembangan perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar.

2. Mengetahui kualitas perangkat pembelajaran IPA materi gaya dan gerak menggunakan model pembelajaran berbasis masalah kelas IV Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian pengembangan produk ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu kurikulum 2013 dan dapat diterapkan nanti saat sudah menjadi guru.

(24)

2. Bagi guru

Guru dapat menjadikan contoh serta menerapkan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu kurikulum 2013 saat pembelajaran agar peserta didik menjadi aktif dalam proses belajar.

3. Bagi peserta didik

Peserta didik memperoleh proses pengalaman belajar yang berbeda melalui pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu kurikulum 2013 untuk kelas IV Sekolah Dasar.

4. Bagi sekolah

Sekolah dapat meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran inovatif dan mendorong proses pembelajaran agar menjadi lebih baik.

5. Bagi Prodi PGSD

Prodi PGSD menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma untuk pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu kurikulum 2013 untuk kelas IV Sekolah Dasar.

E. Definisi Operasional

1. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yang menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

2. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang melalui tahap mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. 3. Keterampilan abad 21 merupakan kemampuan belajar yang dimiliki oleh

peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerja sama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

4. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata bagi peserta untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru.

(25)

5. Perangkat pembelajaran adalah suatu persiapan yang disusun oleh guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

6. IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas gejala alam dan kebendaan melalui pengamatan sistematis dan dirumuskan dengan penalaran.

7. Gaya adalah tarikan dan dorongan yang dapat mengubah gerak benda dan bentuk benda.

8. Gerak adalah perpindahan posisi benda dari tempat asalnya karena adanya gaya.

F. Spesifikasi Produk

Produk dalam penelitian ini dikembangkan dengan mengacu pada spesifikasi berikut ini:

1. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Penyusunan RPP memperhatikan ketentuan Panduan Ejaan Umum Bahasa Indonesia (PEUBI) yang meliputi aturan penulisan, tanda baca, huruf kapital, nama orang, nama tempat, dan kata penghubung.

2. Cover

Cover depan produk terdiri dari judul pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yaitu “Perangkat Pembelajaran Ipa Materi Gaya Dan Gerak Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Kelas IV Sekolah Dasar”; nama penulis; logo universitas; keterangan yang berisi Program Studi yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD); jurusan yaitu Ilmu Pendidikan; Fakultas yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas yaitu Universitas Sanata Dharma; kemudian ditambahkan dengan kota tempat perguruan tinggi dan tahun penyusunan produk yakni di Yogyakarta. Cover belakang berisi biodata singkat penulis.

(26)

3. Ukuran kertas

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram, sedangkan sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.

4. Format tulisan

Bagian pada cover ditulis dengan theme font “Times New Roman” menggunakan huruf kapital dan bagian isi produk juga ditulis dengan

theme font “Times New Roman”. Kedua bagian tersebut menggunakan

spasi 1,5 agar terlihat jelas. Ukuran font pada cover yaitu 14, sedangkan pada bagian isi produk yaitu 12.

5. Kata pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan isi buku seputar pembelajaran berbasis masalah serta materi gaya dan gerak serta alasan penulis memilih materi gaya gerak pada mata pelajaran IPA karena berdasarkan analisis kebutuhan, guru mengemukakan bahwa peserta didik mengalami kesulitan pada materi tersebut dan penulis menggunakan buku tematik sebagai acuan menentukan isi materi; ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusunan produk; dan kesediaan penulis menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan. 6. Daftar isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman.

7. Komponen perangkat pembelajaran RPP disusun lengkap terdiri dari (a) kelengkapan identitas, (b) tujuan dan indikator pembelajaran, (c) KI (kompetensi Inti), (d) Kompetensi dasar dan indikator, (e) materi pembelajaran, (f) pendekatan, model, dan metode pembelajaran, (g) langkah-langkah pembelajaran, (h) media, alat, dan sumber belajar, (i) penilaian, (j) lampiran yang berisi literasi, materi pembelajaran, media pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), soal evaluasi, Instrumen penilaian, lembar penilaian, rubrik penilaian, pedoman penilaian, lembar refleksi, pengayaan, dan remidial. Satu subtema

(27)

terdapat enam pembelajaran dan dibuat menjadi empat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

8. Model pembelajaran

Model pembelajaran inovatif yang digunakan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Ciri utama model pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik diminta mencari memecahkan masalah yang disajikan dengan berpikir kritis dalam pembelajaran.

9. Terdapat pendekatan scientific yang merupakan proses pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahap mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan.

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan berdasarkan karakteristik pembelajaran terpadu yaitu berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel atau guru dapat mengaitkan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

11. Menerapkan High Order Thinking Skill (HOTS) mengacu pada kata kerja operasional yang dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom hasil revisi yang meliputi C4, C5, dan C6. C4 merupakan kegiatan menganalisis yang menggunakan kata kerja operasional memilih, membandingkan, menguraikan, mengaitkan, dan lain-lain. C5 yaitu kegiatan mengevaluasi yang menggunakan kata kerja operasional mengkritik, memeriksa, menilai, membuktikan, dan lain-lain. C6 yaitu kegiatan mencipta yang menggunakan kata kerja operasional

(28)

merumuskan, merencanakan, memproduksi, membuat hipotesis, mendesain, menciptakan, dan lain-lain.

12. Mengembangkan Keterampilan abad-21

Produk dikembangkan dengan mengacu pada keterampilan dasar abad-21 yaitu 4C. Critical thinking and problem solving skill (kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah), Communication skill (kemampuan berkomunikasi), Collaboration skill (kemampuan bekerja sama), Creativity and innovation skill (kemampuan kreativitas dan inovasi).

13. Menerapkan penilaian otentik mengandung aspek sikap spiritual dan sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Penilaian dilengkapi dengan instrumen penilaian yang memuat kunci jawaban dari soal tertulis, daftar cek atau pedoman observasi bagi penilaian dengan teknik observasi, dan cara skoring.

(29)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian. Kajian pustaka membahas tentang teori-teori yang mendukung penelitian. Penelitian yang relevan membahas penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan judul yang peneliti rumuskan. Kerangka berpikir berisikan kerangka pemikiran, sedangkan pada pertanyaan penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan pada penelitian.

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum 2013

Tanner dan Tanner menyatakan bahwa kurikulum adalah suatu pengalaman belajar terencana dan terprogram serta hasil belajar yang terbentuk dari rekonstruksi siswa atas pengetahuan yang dipelajarinya di bawah arahan sekolah untuk mencapai kompetensi personal dan sosial (dalam Ansyar, 2015: 26). Saylor (dalam Rusman 2011: 3) mengartikan bahwa kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Menurut Fadillah (2014: 13) kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan di mana kurikulum ini sebagai ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Kurikulum ini sangat penting bagi pendidikan, sebab kurikulum merupakan salah satu penentu kunci keberhasilan dalam upaya untuk menggapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum adalah suatu pembelajaran yang terencana dan terprogram dari arahan sekolah agar terlaksana kegiatan peserta didik dengan baik di dalam kelas maupun di luar sekolah.

Pada saat ini, kurikulum Sekolah Dasar (SD) yang diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum terdahulu, yaitu kurikulum Berbasis

(30)

Kompetensi (KBK) yang pernah diterapkan di tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Kurikulum 2013 diharapkan mampu membekali peserta didik untuk memiliki kemampuan sesuai dengan perkembangan masyarakat global. Penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter (Mulyasa, 2013: 39).

Dea (dalam Kurniasih & Sani, 2014: 21-22) kurikulum 2013 lebih menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Menurut Fadillah (2014: 16) kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Menurut Sani (2014: 7) Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan dengan tujuan mewujudkan tujuan nasional yaitu mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum sebelumnya yang menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

Di dalam kurikulum 2013 mempunyai beberapa karakteristik yang khas dan berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya adalah:

a. Menggunakan pembelajaran tematik-integratif.

Menurut Majid & Rochman (20014: 24) pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai bidang studi ke dalam berbagai tema. Sedangkan menurut Prastowo (2015: 45) pembelajaran tematik

(31)

adalah model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Berbeda dengan pendapat menurut Majid (2014: 106) pembelajaran tematik-integratif adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok untuk aktif menggali dan menemukan konsep.

1. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif.

Majid & Rochman (2014: 111) memaparkan bahwa pembelajaran tematik integratif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a) Berpusat pada peserta didik

Karakteristik pembelajaran tematik adalah berpusat pada peserta didik. Hal ini berarti peserta didik sebagai subjek belajar dan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator untuk membimbing peserta didik.

b) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Peserta didik akan dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak dalam proses mempelajari suatu materi.

(32)

c) Pemisahan bidang studi tidak begitu jelas.

Bidang studi tidak begitu jelas pemisahannya antara satu sama lain. Bidang studi pada tematik saling berkaitan yang disatukan ke dalam suatu tema. Tema yang dipilih merupakan tema yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.

d) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi.

Pembelajaran tematik mempelajari suatu konsep dari berbagai bidang studi dalam proses pembelajaran. Konsep tersebut dipelajari untuk membantu peserta didik mempelajari materi secara utuh.

e) Bersifat fleksibel

Karakteristik pembelajaran tematik yang lain adalah fleksibel. Hal tersebut berarti pembelajaran bersifat luwes yang memberi kewenangan guru untuk mengaitkan bahan ajar dari satu bidang studi dengan bidang studi yang lainnya sesuai dengan karakteristik peserta didik. Guru dapat mencari sumber belajar yang sesuai dengan bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik.

f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan cara bermain sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Peserta didik akan mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan dengan cara yang menyenangkan.

2. Manfaat Pembelajaran Tematik Integratif.

Majid & Rochman (2014: 13) menguraikan jika menggunakan pembelajaran tematik integratif dalam proses pembelajaran, akan memperoleh beberapa manfaat, yaitu:

(33)

a) Suasana kelas nyaman dan menyenangkan. Suasana kelas dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik, rasa tanggung jawab, dan kemampuan berinteraksi dengan seluruh anggota kelas.

b) Menggunakan kelompok untuk bekerja sama, berkolaborasi, dan memecahkan konflik. Hal tersebut dapat mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah sosial dan saling menghargai.

c) Menciptakan aktivitas belajar yang melibatkan peserta didik secara langsung, mengoptimasi semua sumber belajar, dan memberi peluang peserta didik untuk mengeksplorasi materi secara luas.

d) Peserta didik secara cepat dan tepat waktu memproses informasi. Hal tersebut dikarenakan bidang studi yang saling berkaitan satu sama lain, sehingga peserta didik akan mempelajari beberapa pengetahuan dalam satu waktu. e) Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik

berada di dalam lingkungan yang memfasilitasi penemuan pengetahuan.

f) Materi pembelajaran yang telah dipelajari dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

g) Peserta didik yang mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar memungkinkan mengejar ketertinggalannya, dengan bantuan guru melalui pemberian bimbingan khusus dan penerapan prinsip belajar tuntas. h) Guru mampu mewujudkan ketuntasan belajar dengan

(34)

3. Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif.

Majid & Rochman (2014: 114) menjelaskan beberapa kelebihan dalam penggunaan pembelajaran tematik integratif, yaitu:

a) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik.

b) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

c) Kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik, sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lama.

d) Menumbuh kembangkan keterampilan berpikir dan sosial pada peserta didik.

e) Kegiatan belajar bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

4. Keterbatasan Pembelajaran Tematik Integratif.

Selain kelebihan, pembelajaran tematik integratif juga memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya. Puskur, Balitbang Diknas (dalam Majid & Rochman, 2014: 115) mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran tematik integratif ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:

a) Aspek guru

Guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dan banyak membaca sumber belajar agar dapat menguasai semua bahan ajar.

b) Aspek peserta didik

Peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan belajar dan kreativitas yang baik. Peserta didik diharapkan memiliki kemampuan menguraikan, menghubungkan, menemukan, dan menggali pengetahuan. Jika kondisi yang

(35)

diharapkan terebut tidak memiliki oleh peserta didik, maka penerapan pembelajaran tematik integratif akan sulit diterapkan.

c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Sarana dan sumber belajar akan sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran tematik integratif. Jika sarana dan sumber belajar tidak tersedia dengan baik, maka akan sulit untuk menerapkan pembelajaran tematik integratif.

d) Aspek kurikulum

Guru perlu mengembangkan materi dan penilaian untuk mencapai ketuntasan belajar peserta didik yang sesuai dengan orientasi kurikulum.

e) Aspek penilaian

Guru diharapkan mampu untuk melaksanakan penilaian dengan menyeluruh karena penilaian sebagai pedoman untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar. Guru juga diharapkan untuk berkoordinasi dengan guru lain, jika terdapat materi pembelajaran yang berasal dari guru yang berbeda.

b. Menggunakan Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 dirancang menggunakan pendekatan saintifik pada proses pembelajarannya. Menurut Hosnan (2014: 34) pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Rusman (2017: 422) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan

(36)

membuat jejaring pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Terdapat pendapat lain yaitu Sujarwanta (2012: 75) memaparkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan yang dirancang sedemikian rupa dan pemberian pengalaman secara langsung agar peserta didik secara aktif mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan pada kegiatan pembelajaran.

Daryanto (2014: 59) memaparkan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi lima proses atau 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, serta mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Peserta didik difasilitasi untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang

(37)

diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2) Menanya

Pada kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Di dalam kegiatan ini diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis.

3) Mencoba

Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar.

4) Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

(38)

Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan menyimpulkan. 5) Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Pembelajaran pendekatan saintifik memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan pendekatan lainnya. Hosnan (2014: 36) mengungkapkan berbagai karakteristik pembelajaran saintifik antara lain:

a) Berpusat pada peserta didik.

Peserta didik akan membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.

(39)

b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

Peserta didik akan mencari pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan langkah-langkah berdasarkan metode ilmiah secara mandiri. Langkah-langkah tersebut terdiri dari mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan.

c) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Pendekatan saintifik juga mengembangkan pengetahuan dan juga keterampilan berpikir yang dapat mendukung segala kreativitas dan inovasi yang dilakukan peserta didik.

d) Pembelajaran saintifik dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan karakteristik peserta didik. Peserta didik akan aktif membangun pengetahuannya sendiri secara mandiri dengan menggunakan metode ilmiah. Hal tersebut akan membuat peserta didik menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik.

c. Mengembangkan pendidikan karakter

Terdapat peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan pada kurikulum 2013, yaitu berbasis pendidikan karakter. Terdapat perubahan penggunaan istilah baru dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu Kompetensi Inti atau KI. Lahirnya konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Awalnya, kompetensi sikap hanya berdiri satu rumusan saja namun dalam perkembangannya kompetensi sikap dibagi menjadi 2 (dua)

(40)

yaitu sikap spiritual dan sikap sosial (Yani, 2014: 54). Melalui sikap spiritual akan mendorong peserta didik memiliki moral dan etika yang baik dalam kehidupannya. Aspek sosial merupakan gambaran berbentuk hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya (Fadillah, 2014: 29). Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013: 7).

Tujuan pendidikan karakter di sekolah menurut Arthur (dalam Abidin, 2014: 61) adalah sebagai berikut:

1) Sebuah misi, komitmen, dan tekad yang kuat untuk mengembangkan karakter peserta didik.

2) Meningkatkan partisipasi staf, peserta didik dan orang tua dalam proses pengambilan keputusan dalam menentukan kualitas yang diinginkan untuk dipelihara di sekolah.

3) Meningkatkan standar kinerja akademik, proses belajar mengajar dan khususnya strategi yang mendorong berkembangnya pembelajaran.

4) Meningkatkan standar perilaku murid yang dipahami oleh semua dan menerapkannya dalam komunitas sekolah. 5) Dihasilkannya program penghargaan yang terencana

dengan baik yang dikomunikasikan, mendorong dan memperkuat karakter, sikap, dan perilaku dari seluruh komunitas sekolah.

6) Lahirnya komitmen sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter secara komperhensif dan menggunakan setiap kemampuan yang tersedia untuk memperkuatnya.

(41)

d. Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) Saputra (2016: 91) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif serta taksonomi pembelajaran seperti problem solving. Menurut Newman dan Wehlage (Widodo, 2013: 162) kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) yaitu peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis, dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. Menurut Vui (Kurniati, Harimukti, & Jamil, 2016: 62) kemampuan berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya atau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.

Berdasarkan pemaparan menurut ketiga ahli mengenai kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah suatu proses berpikir peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas atau mengembangkan informasi dengan berbagai konsep dan metode untuk mencapai suatu tujuan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan dengan taksonomi bloom ranah kognitif atau pengetahuan yaitu C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Berikut merupakan taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

(42)

Tabel 2.1 Taksonomi Bloom

Tingkatan Anderson dan Krathwohl

C1 Mengingat C2 Memahami C3 Mengaplikasikan C4 Menganalisis C5 Mengevaluasi C6 Mencipta

Taksonomi bloom merupakan kata kerja operasional yang dijadikan acuan sebuah indikator pada perangkat pembelajaran. Taksonomi bloom ranah kognitif atau pengetahuan meliputi C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Taksonomi bloom ranah kognitif yang termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) meliputi C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

e. Penilaian otentik

Menurut Kunandar (2014: 35) penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di kompetensi inti dan kompetensi dasar. Pendapat lain dikemukakan oleh Majid & Rochman (2014: 3) bahwa penilaian otentik yaitu bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya dengan berbagai bentuk atau cara, antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan peserta didik, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi. Menurut Daryanto (2014: 113) penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(43)

Berdasarkan pengertian penilaian otentik yang telah dikemukakan oleh ketiga ahli di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penilaian otentik adalah bentuk penilaian kegiatan peserta didik baik proses maupun hasil dengan berbagai bentuk atau cara untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

f. Berpusat pada peserta didik

Akbar (2013: 19) menjelaskan pada proses pembelajaran Kurikulum 2013 memerankan siswa sebagai subjek belajar yang utama. Menurut Daryanto (2014: 16) bahwa jika biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi oleh guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Menurut Sanjaya (2015: 295) siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan aktivitas sesuai minat dan keinginannya. Guru sebagai fasilitator yaitu guru memfasilitasi proses pembelajaran berlangsung untuk menciptakan suasana pembelajaran yang membuat peserta didik aktif.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa berpusat pada peserta didik dapat diartikan dengan di dalam pembelajaran guru sebagai sumber belajar dan peserta didik sebagai subjek belajar yang utama sehingga peserta didik memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan aktivitas sesuai minat dan keinginannya. g. Berbasis Kompetensi

Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi atau kemampuan harus dicapai oleh peserta didik. Menurut Mulyasa (2013: 68) melalui kompetensi yang dicapai peserta didik akan memberikan seperangkat kompetensi tertentu. Terdapat 6 (enam) kompetensi yang harus dicapai peserta didik yaitu

(44)

pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan minat (interest). Dalam konteks Kurikulum 2013, kompetensi lulusan berhubungan dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Fadillah, 2014: 177).

2. Keterampilan Abad 21

Hosnan (2014: 87) berpendapat bahwa keterampilan abad 21 adalah tuntutan siswa untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Morroco (dalam Abidin, 2014: 8) mengatakan bahwa abad kedua puluh satu minimal-nya ada empat kompetensi belajar yang harus dikuasai yakni kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Sepadan dengan pendapat ahli di atas, Litbang Kemendikbud (dalam Daryanto & Karim, 2017: 2) menyatakan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis, dan kerja sama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan abad 21 adalah kemampuan belajar yang dimiliki oleh peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerja sama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

Pembelajaran abad 21 memiliki karakteristik yang menjadi ciri khusus di dalam pembelajarannya. Menurut Hosnan (2014: 85) karakteristik pembelajaran abad 21 antara lain 1) pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered), 2) mengembangkan kreativitas peserta didik, 3) menciptakan suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna, 4) mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna, 5) belajar melalui berbuat yakni peserta didik aktif berbuat, 6) menekankan pada penggalian, penemuan, dan

(45)

penciptaan, 7) menciptakan pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya yakni melalui pendekatan kontekstual.

Hosnan (2014: 87) menyatakan bahwa pembelajaran pada abad 21 harus mengembangkan 4 keterampilan yang biasa disebut dengan 4C, yaitu: (1) communication skill atau keterampilan berkomunikasi; (2)

collaboration skill atau keterampilan kolaborasi; (3) critical thinking and problem solving skill atau keterampilan berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah; (4) creatifity and innovation skill atau keterampilan kreativitas.

Empat keterampilan yang harus dikembangkan pada pembelajaran abad 21 dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Communication skill atau keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari gurunya.

b. Collaboration skill atau keterampilan kolaborasi merupakan kemampuan peserta didik dalam kerja sama kelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif yang berbeda. selain itu, collaboration skill mengajarkan peserta didik untuk menjalankan tanggung jawab dan fleksibilitas secara pribadi pada tempat belajar maupun hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar beserta tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, dan memaklumi kerancuan.

c. Critical thinking and problem solving skill atau keterampilan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah merupakan kemampuan peserta didik dalam memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antar-sistem. Selain itu, critical thinking and problem

(46)

solving skill mengajarkan peserta didik untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.

d. Creatifity and innovation skill atau keterampilan kreativitas merupakan kemampuan yang bersifat multi-model dan multi-metode serta real world problem, sehingga mengajarkan peserta didik untuk berpikir kreatif.

3. Pembelajaran Inovatif

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif

Nurdin (2015: 106) berpendapat bahwa pembelajaran inovatif merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sepadan dengan pendapat kedua ahli di atas, Shoimin (2014: 21) mengatakan bahwa pembelajaran inovatif merupakan kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran yang semula monoton, membosankan, menuju pembelajaran yang menyenangkan, variatif, dan bermakna. Menurut Uno & Muhammad (2011: 11) pembelajaran inovatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Inovatif di sini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh peserta didik yang sedang belajar. Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mendorong aktivitas belajar sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, kreatif, dan variatif.

b. Karakteristik Pembelajaran Inovatif

Suyatno (2009: 3) berpendapat, karakteristik dalam pembelajaran inovatif yaitu:

(47)

1. Berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran menerapkan strategi pedagogi yang mengorientasikan peserta didik kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentang materi pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah. 2. Berbasis masalah.

Pembelajaran hendaknya dimulai dari masalah-masalah aktual, autentik, relevan, dan bermakna bagi siswa. Melalui pembelajaran yang dimulai dari masalah, peserta didik belajar suatu konsep dari prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai, yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan masalah (proses).

3. Terintegrasi.

Di dalam inovasi pembelajaran, pendekatan terintegrasi lebih diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan disiplin ilmu adalah peserta didik tidak dapat melihat sistem, mereka akan berkotak pada satu disiplin.

4. Berbasis masyarakat.

Di masyarakat, segala bahan pembelajaran tersedia dari ilmu sosial sampai ilmu eksakta. Masyarakat juga merupakan cermin pembaharuan karena masyarakat selalu mengikuti perubahan zaman. Jadi pembelajaran inovatif tentunya harus berbasis masyarakat.

5. Memberikan pilihan.

Pembelajaran harus menyediakan alternatif yang dipilih oleh peserta didik. Proses belajar adalah proses aktif yang harus dilakukan oleh peserta didik. Keharusan menyediakan pilihan juga berkait dengan karakteristik substansi ilmu yang

(48)

disampaikan dan pengaruh strategi yang digunakan terhadap retensi peserta didik.

6. Tersistem.

Seringkali hasil belajar bersiat hierarki, begitu pula substansi materi pelajarannya. Begitu pula keterampilan-keterampilan tertentu terutama psikomotor yang bersifat prosedural, memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial sebelum dapat menuntaskannya dengan baik. 7. Berkelanjutan.

Setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakkan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya harus dirangkai dengan kontinu (berkelanjutan) dengan konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan konsep di dalam benak seseorang.

c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif

Menurut Uno & Muhammad (2011: 31) pembelajaran inovatif memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran inovatif dapat mengembangkan potensi

intelektual peserta didik karena seorang hanya dapat belajar dan mengembangkan pikirannya jika menggunakan potensi intelektualnya untuk berpikir

2) Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar (seperti mendapat nilai baik dan pengajar), karena jika peserta didik berhasil mengadakan kegiatan mencari sendiri (mengadakan penelitian), maka ia akan memeproleh kepuasan untuk dirinya sendiri

3) Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengelola pesan atau informasi) dari penemuan (discovery), artinya bahwa cara untuk mempelajari teknik penemuan ialah dengan jalan

Gambar

Tabel 2.1 Taksonomi Bloom
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan   menurut Borg and Gall
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan kesiapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berbasis tematik integratif, 2) mendeskripsikan

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru membutuhkan contoh produk berupa perangkat pembelajaran mengacu pada kurikulum SD 2013. Penelitian ini adalah penelitian yang

Pembelajaran tematik tema 7 subtema 1 pembelajaran 1 di kelas 2 SDN 1 Lowokwaru Malang, ketika proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan

Beberapa manfaat dari pembelajaran tematik integratif diantaranya adalah: 1). Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2). Peserta didik mampu

Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar cetak yang didalamnya memuat

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran tematik integratif penjasorkes pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh model pembelajaran tematik berorientasi life skills yang dituangkan dalam bentuk perangkat pembelajaran tematik kelas 1 SD yang

Lembar Kerja Siswa yang merupakan produk penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk membantu kegiatan pembelajaran peserta didik yang dikemas dalam