• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Atrial Fibrilasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Atrial Fibrilasi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRIAL FIBRILASI, OEDEMA PARU, DAN STATUS ASMATIKUS

DI RUANG MIRAH RUMAH SAKIT PHC SURABAYA

ESTI RAHAYU NIM. 133.033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA TAHUN AJARAN 2013 - 2014

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRIAL FIBRILASI, OEDEMA PARU, DAN STATUS ASMATIKUS

I. KONSEP ATRIAL FIBRILASI 1. Pengertian

Fibrilasi Atrium menggambarkan irama jantung yang tidak teratur dan sering kali cepat.Irama jantung yang tidak teratur atau aritmia, dari hasil impuls listrik yang abnormal didalam jantung. Ketidakteraturan dapat terus menerus terjadi atau bias datang dan pergi.gangguan irama jantung dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Ketidakteraturan interval RR yaitu tidak ada pola repetitif pada EKG. b. Tidak ada gambaran gelombang P yangjelas pada EKG.

c. Siklus atrial (jika terlihat) yaitu interval di antara dua aktivasi atrial sangat bervariasi (<200 ms) atau >300 kali per menit.

Kontraksi jantung normal dimulai dari impuls listrik di atrium kanan. Impuls ini berasal dari daerah atrium disebut nodus sinoatrial atau sinus “alat pacu jantung alami”. a. Sewaktu impuls bergerak melalui atrium menghasilkan gelombang kontraksi otot. Hal

ini menyebabkan atrium berkontraksi.

b. Impuls mencapai nodus atriolventrikuler didalam dinding otot antara 2 ventrikel. Lalu terjadi jedah untuk memberikan waktu masuk darah dari atrium ke ventrikel.

c. Impuls kemudian berlanjut ke ventrikel menyebabkan kontras ventrikel yang mendorong darah keluar dari jantung dalam satu detak jantung.

Pada orang dengan detak jantung dan irama jantung normal berdetak 50-100x/menit. a. Jika jantung berdetak >100x/menit, denyut jantung dianggap cepat (takikardi). b. Jika jantung berdetak <50x/menit, denyut jantung dianggap lambat (bradikardi).

Pada fibrilasi atrium, beberapa impuls berjalan melalui atrium pada saat yang sama.

a. Karena kontraksi tidak terkoordinasi, kotraksi atrium tidak teratur, kacau dan sangat cepat. Atrium dapat berkontraksi 400-600/menit.

b. Impuls yang tidak teratur ini mencapai nodus AV dengan sangat cepat, tetapi tidak semuanya melewati nodus AV, sehingga ventrikel berdetak lebih lambat, sering kali rata-rata 110-180 detak/menit dengan irama yang tidak teratur.

c. Dengan hasil yang cepat, detak jantung yang tidak teratur menyebabkan gelombang yang tidak teratur dan kadang-kadang terjadi sensasi berdebar pada dada.

d. Fibrilasi atrium semakin umum dengan usia lanjut. Selama fibrilasi atrium, dua kamar jantung bagian atas (atrium) mengalahkan berantakan dan tidak teratur keluar dari koordinasi dengan dua kamar bawah (ventrikel) jantung. Hasilnya adalah denyut jantung

tidak teratur dan sering cepat yang menyebabkan aliran darah yang buruk ke tubuh dan gejala jantung berdebar, sesak napas dan kelemahan. Kebanyakan orang dengan atrial fibrilasi memiliki peningkatan risiko terjadinya pembekuan darah yang dapat menyebabkan stroke

(3)

2. Etiologi

Penyebab paling sering adalah hipertensi, cardiomyopathy, kelainan katup mitral dan trikuspid, hyperthyroidism, kebiasaan konsumsi alkohol (holiday heart). Penyebab yang jarang meliputi pulmonary embolism, atrial septal defect (ASD), dan penyakit jantung defect kongenital lainnya, COPD, myocarditis, dan pericarditis.

Penyebab dari abnormalitas irama jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :

a. Irama abnormal dari pacu jantung.

b. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.

c. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui jantung.

d. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.

e. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian jantung. Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan abnormalitas irama jantung adalah :

a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi).

b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.

c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti aritmia lainnya.

d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).

e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.

f. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. g. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).

h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme). i. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.

j. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.

k. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang terlihat pada penderita fibrilasi atrium adalah :

*Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau “berdebar” dalam dada) * Sesak napas

* Kelemahan atau kesulitan berolahraga * Nyeri dada

* Pusing atau pingsan * Kelelahan (kelelahan) * Kebingungan

(4)

Fibrilasi atrium

 · Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.

 · Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang iereguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak dapat diukur.  · Kompleks QRS : Biasanya normal .

 · Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons ventrikuler ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespon ireguler.

 · Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.

4. Patofisiolgi

Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena pulmonalis timbulnya gelombang yang menetap dariàMultiple wavelet reentry depolarisasi atrial atau wavelets yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature atau aktivitas aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat. Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan mekanisme fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di massa otot atrium dan bukan di massa otot ventrikel. Penyebab yang sering menimbulkan fibrilasi atrium adalah pembesaran atrium akibat lesi katup jantung yang mencegah atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam ventrikel, atau akibat kegagalan ventrikel dengan pembendungan darah yang banyak di dalam atrium. Dinding atrium yang berdilatasi akan menyediakan kondisi yang tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang demikian juga konduksi lambat, yang keduanya merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi atrium.

Karakteristik Pemompaan Atrium Selama Fibrilasi Atrium.

Atrium tidak akan memompa darah selama AF berlangsung. Oleh karena itu atrium tidak berguna sebagai pompa primer bagi ventrikel. Walaupun demikian, darah akan mengalir secara pasif melalui atrium ke dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya sebanyak 20 – 30 %. Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan fibrilasi atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi dari seluruh daya pompa jantung. 2

Patofisiologi Pembentukan Trombus pada AF.

Pada AF aktivitas sitolik pada atrium kiri tidak teratur, terjadi penurunan atrial flow velocities yang menyebabkan statis pada atrium kiri dan memudahkan terbentuknya trombus. Pada pemeriksaan TEE, trombus pada atrium kiri lebih banyak dijumpai pada pasien AF dengan stroke emboli dibandingkan dengan AF tanpa stroke emboli. 2/3 sampai ¾ stroke iskemik yang terjadi pada pasien dengan AF non valvular karena stroke emboli. Beberapa penelitian menghubungkan AF dengan gangguan hemostasis dan thrombosis. Kelainan tersebut mungkin akibat dari statis atrial tetapi mungkin juga sebgai kofaktor terjadinya tromboemboli pada AF.

(5)

Kelainan-kelainan tersebut adalah peningkatan faktor von Willebrand ( faktor VII ), fibrinogen, D-dimer, dan fragmen protrombin 1,2. Sohaya melaporkan AF akan meningkatkan agregasi trombosit, koagulasi dan hal ini dipengaruhi oleh lamanya AF.

II. STATUS ASMATIKUS PENGERTIAN

Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim.

Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu :

 Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.

 Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang merangsang timbulnya serangan ( debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran napas, stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan lain-lain)

PATHOFISIOLOGI

Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)

 Kontraksi otot polos

 Edema mukusa

 Hipersekresi

Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)

 Hipoventilasi

 distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru

(6)

 Hipoxemia

 Hiperkarpia

TANDA DAN GEJALA Objektif :

 Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing

 Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan

 Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan

 Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus

 Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus) Subyektif :

 Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia Psikososial :

 Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

 Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya

Hasil Pemeriksaan

Spirometri : Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak 20 %

Pemeriksaan Radiologi : Pada umumnya normal. Dilakukan tindakan bila ada indikasi patologi di paru, misalnya: Pneumothorak, atelektasis, Dll.

Analisa Gas darah : Hipoxemia, Hiperkapnia, Asidosis Respiratorik. Pemeriksaan Sputum :

 Adanya eosinofil

 Kristal charcot Leyden

 Spiral Churschmann

 Miselium Asoergilus Fumigulus

(7)

Pemeriksaan darah : Jumlah eosinofil meningkat. PENATALAKSANAAN

Prinsip-prinsip penatalaksanaan status asmatikus

1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :

 Saatnya serangan

 Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan dosisnya) 2. Pemberian obat bronchodilator

3. Penilaian terhadap perbaikan serangan

4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid 5. Setelah serangan mereda :

 Cari faktor penyebab

 Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

OBAT-OBATAN 1. Bronchodilator

Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral. Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)

 Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mua diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada perbaikan sampai 10 - 15 menit berikan aminofilin intrvena.

 Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit

(8)

hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.

 Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.

2. Kortikosteroid

Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg prednison atau dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.

3. Pemberian Oksigen

Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

(9)

III. PENGKAJIAN

Waktu Pengkajian : 08.00 Ruang / kelas : mirah 7

Diagnosa Medis : Atrial Fibrilasi, Oedema Paru, Dan Status Asmatikus Waktu MRS : 4 November 2013

1. Identitas

Pasien bernama Ny. T usia 45 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah menikah, beragama islam, alamat di bangkalan, suku bangsa Madura, pendidikan terakhir sarjana, sehari – hari pasien mempunyai profesi sebagai guru,

2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama

Pasien mengeluh masih terasa sesak, karena mempunyai riwayat asma, sesak terasa berat di dada sebelah kiri, timbul pada saat beraktivitas.

b.Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dari ICU tanggal 4 November 2013 pukul 12.45 dengan keluhan sesak, pasien dirawat di ICU selama 5 hari, di ruangan pasien menggunakan oksigen nasal 2 lpm, pasien terpasang kateter, badan pasien terasa lemas, suara pasien terdengar berat ketika berkomunikasi. Pada saat pengkajian tanggal 6 november 2013 pasien mengatakan masih sesak karena mempunyai riwayat asma, sesak terasa berat di dada sebelah kiri, timbul pada saat beraktivitas. TD : 128/80 mmHg, Suhu : 36,20C, Nadi : 82 x permenit, RR: 20 x permenit, SPO2: 99%. Pasien

nafas spontan tidak menggunakan oksigen nasal, pada pemeriksaan auskultasi paru terdengar suara wheezing pada lobus kiri atas.

c. Riwayat penyakit Dahulu

Pasien pernah dirawat di RS Bangkalan dengan keluhan nyeri abdomen, pasien memiliki riwayat alergi debu, asma sejak SMP, memiliki riwayat penyakit jantung. d.Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien seperti asma dan jantung, serta tidak memiliki riwayat DM dan Hipertensi.

e. Genogram

Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, orang tua pasien sudah meninggal, pasien tinggal bersama suami dan kedua orang anak perempuannya.

3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Pasien : baik

Kesadaran : komposmentis

(10)

TD : 128/80 Suhu : 36,20C Nadi : 82 x permenit RR : 20 x permenit SPO2 : 99%. a. Pernapasan (Breath)

Saat pemeriksaan sistem pernapasan didapatkan bentuk dada pasien normochest, pergerakan dada simetris, tidak terdapat otot bantu napas, irama napas regular, suara napas vesikuler, terdapat sesak napas, ada suara napas tambahan berupa wheezing pada lobus kiri atas, tidak ada batuk dan tidak terdapat sputum. Suara pasien terdengar berat ketika berkomunikasi

Masalah : resiko bersihan jalan nafas, pola nafas tidak efektif b. Kardiovaskuler (Blood)

Pada pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan ictus cordis pada ICS ke 5 midklavikula sinistra, irama jantung regular, tidak terdapat nyeri dada, S1 S2 tunggal, tidak ada sianosis, tidak terdapat oedema, akral hangat, CRT < dari 2 detik.

Masalah : tidak ada masalah keperawatan c. Persyarafan (Brain)

Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan GCS pasien 4,5,6 total 15, kemudian dilakukan pemeriksaan reflek didapatkan reflek fisiologispasien bisep, trisep, patella, achiles positif (hasil normal), pada reflek patologis (babinsky, caddock, kernig) didapatkan hasil negative

1) Pada pemeriksaan nervus kranial I (olfactorius) pada pasien diberikan bau – bauan menggunakan minyak kayu putih, namun sebelumnya mata pasien sudah ditutup terlebih dahulu dan pasien mampu mencium dengan benar. Pasien daya ciumnya baik.

2) Pada pemeriksaan nervus II optikus dilakukan dengan membaca tulisan pada jarak 35 cm, didapatkan pasien mampu membaca tulisan tersebut dengan benar.

3) Pada pemeriksaan nervus III, IV, VI yaitu (oculomotorius, troklearis, abdusen) dilakukan dengan mengkaji gerakan ekstraokuler dengan melihat pergerakan pupil saat diberikan senter, kedua pupil tampak mengecil (isokor), saat disuruh mengikuti jari perawat Nampak pergerakan bola mata pasien mampu mengikuti jari perawat.

4) Pada nervus V trigeminus pasien mampu mengunyah, menutup mulut dan menggerakkan rahang

5) Pada nervus VII fasialis didapatkan pasien mampu menagangkat alis secara baik, saat disuruh senyum tampak simetris.

6) Pada nervus VIII aukustikus yaitu mengkaji pendengaran pasien didapatkan hasil baik pada telinga kanan dan kiri.

7) Nervus IX, X (glosofaring dan vagus) didapatkan pasien mampu menelan dan terdapat reflek muntah

8) Nervus XI (Aksesorius) pasien mampu menengok ke satu sisi melawan tangan pemeriksa. Mampu mengangkat bahu walaupun diberikan tahanan tangan pemeriksaan

(11)

9) Nervus XII (hipoglosus) pasien mampu menjulurkan lidah dan menarik lidah kembali

Pada pemeriksaan kepala, tidak ada benjolan, rambut berwarna hitam. Pada pemeriksaan di hidung, bentuk hidung simetris, septum berada di tengah, tidak ada polip. Pada pemeriksaan mata tampak anemis, pupil isokor, reflek cahaya normal, konjungtiva berwarna merah muda, sclera putih.

Masalah : tidak ada masalah pada sistem pernafasan

d. Perkemihan (Bladder) dan genetalia

Tidak ada distensi kandung kemih, saat MRS minum pasien dibatasi ± 750 cc/24 jam SMRS untuk ± 1500 cc /24 jam dari jam 8 urin yang keluar 100 cc cairan yang masuk 50 cc.,

Masalah : tidak ada masalah keperawatan e. Pencernaan (Bowel)

Keadaan mulut bersih, membran mukosa lembab, gigi lengkap, tidak ada gigi palsu, SMRS pasien mengkonsumsi makanan sembarangan, tapi saat diruangan (MRS) pasien mendapat diet jantung non ayam, non telor, non daging, porsi diet hanya habis separuh, tidak terdapat mual, ataupun muntah, perut tidak buncit, pasien hanya makan diet dari rs , peristaltik usus 15 x permenit, tidak terdapat nyeri abdomen. Eliminasi alvi SMRS pasien BAB 2 hari sekali dengan frekuensi banyak dan konsistensi lunak, sedangkan pada saat MRS pasien belum BAB Masalah : tidak ada masalah keperawatan

f. Muskuluskeletal (Bone)

Pada pasien tidak terjadi masalah pada system muskuluskletal, pasien mampu melakukan ROM bebas kekuatan otot 5555, tidak ada kelainan pada tulang ataupun fraktur, terpasang plug infuse ditangan sebelah kiri.

Masalah : tidak ada masalah g. Endokrin

pada pemeriksaan tyroid tidak terdapat kelainan/abnormalitas tidak ada hiperglikemia dan hipoglikemi

h. Kemampuan perawatan diri

SMRS pasien mampu melakukan aktivitas mandi, bekerja, toileting, eliminasi, berjalan – jalan secara mandiri

Pasien mengatakan dalam melakukan aktifitas masih dibantu keluarga selama di RS.

MRS dalam melakukan aktivitas pasien dibantu seperti, mandi, berpakaian Masalah : intoleransi aktivitas

i. Kognitif perceptual psikososial spriritual

Persepsi pasien terhadap kondisi penyakitnya: pasien menerima dengan ikhlas dan pasien yakin bahwa ia akan sembuh kembali

(12)

Konsep diri : pasien adalah seorang guru dimana seha ri – hari beraktivitas utnuk mengajar pasien dalam kesehariannya menggunakan bahasa Indonesia. Pasien sudah beradaptasi dengan lingkungannya, pasien mengatakan tidak cemas terhadap kondisinya SMRS pasien selalu aktif dalam kegiatan mengajar, pasien setiap minggu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan keluarga untuk jalan – jalan, selama sakit pasien selalu mendapatkan dukungan dari anak dan suaminya.

4. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 31/10/13

Hasil Normal Hasil Normal

Hb 10,9 g/dl 11,5 – 16,0 g/dl Kalium 3,43 mEg/l 3,6 – 5,5 mEg/l Leukosit 9,40 K/Ul 4,0 – 11 K/Ul Clorida 107,8

mMol/l

107,8 mMol/l Trombosit 223 K/Ul 150-450 K/Ul

PCV/HCT 33% 37-47%

SGOT 12 u/l 1-22 u/l

SGPT 11 u/l 1-22 u/l

Albumin 4,25 g% 3-5 g%

BUN 4,35 mg% 8-20 mg%

Kreatinin 0,55 mg% 0,6 – 1,2 mg% Natrium 142,3 mEg/dl 136-144 mEg/dl b. Pemeriksaan EKG

Tanggal 5 November 2013

Interpretasi : normal sinus Rhythm, left atrial enlargement, prolonged QT, abnormal ECG

c. Pemeriksaan Thorak Tanggal 31 Oktober 2013 COR : ukuran kesan membesar

Pulmo : tampak perselubungan di parahylar kanan kiri sinus phernicocostalis kanan kiri tajam, tulang – tulang dan soft tissue normal

5. Terapi

Tanggal 02 November 2013

Injeksi lasik 2 mg 2 x 1 Nebul ventolin K/P

(13)

Nebul flixotid 2 mg 2 x 1

Sekoted MD 1 2 x 1

Obat oral

Valsartan 80 mg 1 x ½

Fasorbid 5 mg 2 x ½

Valsartan kelompok obat yang disebut angiotensin II receptor antagonists. Valsartan menjaga pembuluh darah dari penyempitan, yang mengurangi tekanan darah dan meningkatkan aliran darah. Valsartan kadang diberikan bersamaan dengan obat tekanan darah lainnya.

Indikasi:

Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Dosis:

1. Dosis awal: 40 mg melalui mulut (per oral), 2 kali sehari

2. Menetapkan kadar hingga 80-160 mg melalui mulut (per oral), 2 kali sehari menggunakan dosis paling tinggi yang diterima oleh pasien.

3. Dosis maksimum: 320 mg/hari

Efek Samping:

1. Biasanya menetap dan ringan: Efek CNS (kepeningan); Efek Cv (hipotensi orthostatik yang berhubungan dengan dosis, yang mungkin terjadi secara khusus pada pasien yang kekurangan volume); kerusakan ginjal.

2. Efek lainnya yang agak jarang: ruam, angioedema, mengangkat LFTs (liver function tests); myalgia.

Instruksi Khusus:

1. Pasien yang kekurangan volume (misalnya terapi diuretik dosis tinggi) mungkin mengalami hipotensi dan harus dimulai dengan dosis rendah. 2. Gunakan dengan hati-hati pada pasien renal artery stenosis, kerusakan ginjal

atau kerusakan hati.

3. Periksa tekanan darah (BP), fungsi ginjal dan elektrolit 1-2 minggu setelah penambahan tiap dosis, pada waktu 3 bulan kemudian lakukan setiap 6 bulan. (Diperlukan lebih banyak pengawasan pada pasien yang pernah atau yang baru mengalami disfungsi ginjal)

(14)

Brand: : Fahrenheit

Product

Code:: G

Komposisi: Isosorbide dinitrate

Indikasi: Terapi dan profilaksis angina pektoris.

Dosis: 1-2 tablet letakkan di bawah lidah (sublingual) setiap 2-3 jam selama diperlukan.

Pemberian

Obat: Diberikan pada saat perut kosong 1/2 jam sebelum makan. Kontra

Indikasi: Glaukoma, anemia, hipertiroid, peningkatan TIK, infark miokardium. Perhatian: Toleransi dan toleransi silang dengan nitrat dan nitrit lainnya.

Efek Samping:

Sakit kepala, hipotensi ortostatik, wajah/leher panas dan kemerahan, gangguan GI, denyut nadi cepat, ruam kulit(jarang).

Interaksi Obat:

Simpatomimetik menurunkan efek anti angina. Alkohol meningkatkan efek hipotensi ortostatik secara intensif. Kemasan: Tablet sublingual 5 mg x 10 x 10

(15)

IV. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Pasien mengeluh masih terasa sesak, karena mempunyai riwayat asma, sesak terasa berat di dada sebelah kiri, timbul pada saat beraktivitas

DO : terdapat suara nafas tambahan (Wheezing) pada kiri atas

RR : 20 x permenit

Penumpukan cairan pada alveoli

Resiko bersihan jalan nafas

2 DS : pasien mengatakan dalam beraktivitas masih dibantu keluarga DO : Hb 10,9 g/dl

SMRS pasien mampu melakukan aktivitas mandi, bekerja, toileting, eliminasi, berjalan – jalan secara mandiri

MRS dalam melakukan aktivitas pasien dibantu seperti, mandi, berpakaian

Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri

V. PRIORITAS MASALAH

No Masalah Keperawatan Tanggal Paraf/ nama

mhs Ditemukan Teratasi

1 Resiko bersihan jalan nafas 06 Nov 2013 2 Defisit perawatan diri 06 Nov 2013

(16)
(17)

VI. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Resiko bersihan jalan nafas b.d penumpukan pada alveoli

Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam diharapkan jalan nafas pasien bersih, dengan kriteria hasil :

1. Pasien mengatakan sesak sudah berkurang

2. Tidak ada suara nafas tambahan

3. RR dalam batas normal (12 – 20 x permenit)

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga

2. Observasi status pernafasan pasien, frekuensi, suara tambahan

3. Berikan posisi yang nyaman pada pasien

4. Jelaskan pada pasien tentang kondisi penyakitnya 1. Dengan membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga diharapkan pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama 2. Dengan mengetahui

status pernafasan pasien kita dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan keadaan pasien 3. Dengan memberikan posisi yang nyaman pada pasien diharapkan dapat membuat pasien nyaman dan mengurangi sesak pada pasien. 4. Dengan pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya diharapkan pasien dapat berperan aktif terhadap

(18)

5. Kolaborasi dengan pemberian obat inhalasi

yang terjadi pada pasien

5. Untuk mengurangi sesak pada pasien 2 Defisit perawatan diri mandi b.d

intoleransi aktivitas

Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam diharapkan defisit perawatan diri pada pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Pasien dapat melakukan aktivitas personal hygine (mandi) secara mandiri 2. Pasien tampak bersih dan

wangi

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga 2. Observasi kemampuan aktivitas pada pasien 3. Berikan bantuan dalam melakukan aktivitas pada pasien 4. Anjurkan pada pasien untuk berlatih melakukan perawatan diri secara mandiri 1. Dengan membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga diharapkan pasien dan keluarga dapat diajak bekerjasama 2. Dengan mengetahui

kemampuan

aktivitas pasien kita dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan keadaan pasien 3. Dengan memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas pada pasien diharapkan perawatan diri pasien dapat terpenuhi 4. Dengan pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya diharapkan pasien

(19)

sesuai dengan kemampuan pasien

5. Kolaborasi dengan ahli gizi

dapat berperan aktif terhadap

kemungkinan resiko yang terjadi pada pasien

5. Untuk

meningkatkan metabolism dalam tubuh

(20)

VII. IMPLEMENTASRI KEPERAWATAN No Dx Waktu (tgl & jam) TINDAKAN TT WAT Waktu (tgl & jam)

CATATAN PERKEMBANGAN TT WAT

Rabu, 6/11/13 08.00 08.10 08.20 08.45 10.00 11.00 11.15

Melakukan bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga

Memberikan terapi injeksi dan oral sesuai dengan advise dokter :

Lasik 2 mg Valsartan 80 mg Fasorbit 5 mg

Menjelaskan pada pasien untuk membatasi cairan yang masuk ± 750 cc/24 jam

Memberikan posisi semi fowler pada pasien

Mengobservasi aktivitas yang mampu dilakukan secara mandiri

Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan membatasi pengunjung yang masuk keruangan Melakukan observasi TTV TD : 125/85, s/n : 36,4/90 RR :20, SPO2 : 99%

Jelaskan pada pasien tentang kondisi penyakitnya

Rabu, 6/11/13 14.00

DX 1

S : Pasien mengeluh masih terasa sesak, karena mempunyai riwayat asma, sesak terasa berat di dada sebelah kiri, timbul pada saat beraktivitas

O : terdapat suara nafas tambahan (Wheezing) pada kiri atas

RR : 20 x permenit

A : Masalah Belum Teratasi P : intervensi dilanjutkan

DX 2

S : pasien mengatakan dalam beraktivitas masih dibantu keluarga O : Hb 10,9 g/dl

SMRS pasien mampu melakukan aktivitas mandi, bekerja, toileting, eliminasi, berjalan – jalan secara mandiri

MRS dalam melakukan aktivitas pasien dibantu seperti, mandi, berpakaian.

A : Masalah Belum Teratasi P : intervensi dilanjutkan

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada pasien bronkhitis akut di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat Lamongan” dapat terselesaikan

Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan..a. Cairan intravena

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn B DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKHITIS AKUT DIRUMAH SAKIT PARU KARANG..

4.1.2.2 Riwayat penyakit saat ini : Pada tinjauan pustaka didapatkan keadaan pasien yang menderita Bronkitis Kronis datang mencari pertolongan dengan keluhan sesak nafas, susah untuk

Berdasarkan pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena di sistem endokrin yang dialami oleh pasien sama dengan di sistem endokrin

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka fraktur femur dextra Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat dengan,

Sedangkan pada tinjauan pustaka menurut SDKI 2017 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien rheumatoid arthritis adalah : 4.2.1 Nyeri kronis b.d proses inflamasi dan destruksi sendi

Pada pemeriksaan B6 Bone tinjauan kasus didapatkan data inspeksi yaitu kulit kering , tidak terdapat dislokasi, tidak ada oedema, tidak terdapat fraktur, kemampuan pergerakan sendi dan