• Tidak ada hasil yang ditemukan

FISIP. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: Mei 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FISIP. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: Mei 2017"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Corresponding Author : riskamiranti94@gmail.com 171 JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Januari 2017: 171-184

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra

Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh)

(Caregiver Interpersonal Communication Approach in Providing Care for the Elderly in Nursing Home (A Study at UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang,

Lamglumpang Ulee Kareng Sub-district, Banda Aceh) Riska Miranti, Amsal Amri

Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK- Penelitian ini berjudul “Pendekatan Komunikasi Interpersonal

Pengasuh dalam Memberikan Pelayanan bagi Lansia di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendekatan komunikasi interpersonal pengasuh dalam memberikan pelayanan bagi lansia di panti jompo, serta untuk mengetahui hambatan yang muncul ketika pengasuh berkomunikasi dengan lansia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori model peranan yang memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara, dimana setiap orang harus memainkan perannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang pengasuh dan 5 lansia yang dipilih berdasarkan teknik purposive. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal pengasuh dengan lansia telah berlangsung secara baik karena pengasuh menerapkan pendekatan informatif, dialogis dan persuasif dalam memberikan pelayanan kepada lansia. pendekatan informatif pada hakikatnya komunikator hanya menyampaikan informasi kepada komunikan dengan tujuan komunikan bisa mendapatkan pengetahuan baru. Pendekatan dialogis merupakan cara mempengaruhi dan mengubah pandangan maupun sikap orang lain dengan terbuka. Sedangkan pendekatan persuasif adalah untuk mengubah sikap secara

(2)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

172 halus dengan cara membujuk tanpa memaksanya dan tanpa kekerasan. Adapun pendekatan instruktif tidak dapat diterapkan karena pendekatan ini bersifat memerintah dan paksaan. Hambatan yang muncul saat pengasuh berkomunikasi dengan lansia disebabkan karena gangguan pendengaran, perbedaan bahasa, gangguan fisik yang dialami oleh lansia serta usia pengasuh yang lebih muda dari lansia.

Kata Kunci: Pendekatan Komunikasi Interpersonal, Pengasuh, Lansia, Panti jompo

ABSTRACT - This study titled "Caregiver Interpersonal Communication Approach in Providing Care for the Elderly in Nursing Home (A Study at UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Ulee Kareng Sub-district, Banda Aceh)". The aim of this study is to determine the interpersonal communication approach caregivers in providing services for the elderly in nursing homes, as well as to know the obstacles that arise when communicating with elderly caregivers. The theory used in this research is a theoretical model that sees the role of interpersonal relationships as a stage, where every man must play its role in accordance with the "manuscript" which has been made. This is a descriptive qualitative study. Informants in this study consisted of 5 caregivers and 5 elderly were selected based on purposive technique. Data collection methods used in this research are interview and observation. The results showed that interpersonal communication with elderly and caregivers have been going well for the caregivers applied the informative approach, dialogue and persuasive in providing services to the elderly. Informative approach is when the communicator discloses information to the communicant with the purpose of the communicant can get new knowledge. Dialogical approach is a way to influence and change the views and attitudes of others openly, while persuasion is to change attitudes subtly by persuading without forcing and without violence. The instructive approach cannot be applied because this approach is to rule and

(3)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

173 coercion. The obstacles that arise when the caregivers communicate with the elderly due to hearing impairment, language differences, physical disturbance experienced by the elderly as well as the ages of the caregivers which are younger. Keywords: Interpersonal Communication Approach, Caregiver, Elderly, Nursing homes.

PENDAHULUAN

Manusia secara kodrati mempunyai sifat untuk saling berhubungan dengan sesamanya, sehingga komunikasi menjadi hal yang paling penting ketika berinteraksi dengan lingkungan. Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima (Baran, 2012:5). Shanon dan weber (dalam Wiryanto, 2004:7) mengemukakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni dan teknologi. Pemilihan komunikasi yang tepat akan menentukan kualitas hubungan yang baik, seperti dalam menjalin komunikasi dengan para lanjut usia yang tinggal dan diasuh oleh dinas sosial, maka diperlukan penggunaan komunikasi yang efektif. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Dewi, 2014:4).

Masalah perekonomian dan kondisi sosial dalam keluarga merupakan faktor yang mendorong sebagian keluarga memilih untuk menitipkan orang tuanya di panti jompo agar dapat diasuh dan disantuni oleh dinas sosial. Panti jompo merupakan unit pelaksanaan teknis yang memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia, yaitu berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir batin (DEPSOS RI, 2003).

(4)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

174 Setiap lansia yang tinggal di panti jompo akan dilayani oleh pengasuh setiap harinya. Oleh karena itu, Penggunaan komunikasi yang tepat sangat dibutuhkan bagi seorang pengasuh, karena memiliki peranan penting dalam mendampingi lansia. Ketika berinteraksi dengan lansia, komunikasi interpersonal sangat berperan untuk tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Komunikasi interpersonal ialah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya akan menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal (Mulyana, 2004:73).

Pada umunya, lansia sangat sulit untuk diatur, mudah tersinggung ketika berkomunikasi dan terkadang mereka juga bersifat kekanak-kanakan. Berdasarkan hal tersebut maka pengasuh akan menggunakan pendekatan komunikasi yang tepat ketika melayani para lansia. Menjalin komunikasi dengan lansia tentu memiliki hambatan, salah satunya seperti penurunan kesehatan pada beberapa indera lansia, sehingga dengan adanya permasalahan ini maka dibutuhkan pendekatan komunikasi yang baik ketika berkomunikasi dengan mereka.

Sulitnya mengatur lansia juga terjadi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, yang merupakan satu-satunya panti jompo yang berada di Banda Aceh. Hal ini membuat pengasuh yang bekerja disana harus menanggani permasalahan ini, banyak kendala dan keluhan dari pengasuh tersebut, apalagi jumlah pengasuh yang ada tidak sebanding dengan jumlah lansia yang harus dilayani setiap harinya. Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini difokuskan pada pendekatan komunikasi interpersonal pengasuh dalam memberikan pelayanan bagi lansia. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimanakah pendekatan komunikasi interpersonal pengasuh dalam

memberikan pelayanan bagi lansia di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang ?

(5)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

175 b. Hambatan apa sajakah yang muncul ketika pengasuh berkomunikasi dengan

lansia yang ada di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang ? Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pendekatan komunikasi interpersonal pengasuh dalam memberikan pelayanan bagi lansia di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang muncul ketika pengasuh

berkomunikasi dengan lansia yang ada di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan teori model peranan, Model peranan merupakan salah satu model untuk menganalisa hubungan interpersonal yang mengikuti ikhtisar dari Coloman dan Hammen. Model peranan memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara dimana setiap orang harus memainkan perannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat masyarakat. Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan), sehingga apabila dia melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya dalam masyarakat, maka ia telah menjalankan perannya (Suranto, 2011:88). Dalam Rakhmat (2007 : 122) dijelaskan bahwa hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills), dan terhindari dari konflik peranan dan keracunan peranan.

Penggunaan komunikasi interpersonal sangat membantu pengasuh dalam melayani lansia. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dengan cara tatap muka atau face to face (Effendy, 2003: 54). Menurut Effendy (2003: 62-63), secara teoretis komunikasi interpersonal dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu:

(6)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

176 Komunikasi diadik (dyadic communication) dan komunikasi triadik (triadic communication). Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena itu pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan sorang itu. sedangkan Komunikasi triadik merupakan komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Dalam komunikasi interpersonal juga terdapat komponen-komponen komunikasi yang secara integratif saling berperan sesuai dengan karakteristik komponen itu sendiri, yaitu komunikator, enconding, pesan, saluran, komunikan, decoding, respon, gangguan dan konteks komunikasi.

Komunikasi interpersonal yang dilakukan tentu memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan yang dimaksud yaitu: Mengungkapkan perhatian kepada orang lain, Menemukan diri sendiri dan dunia luar, Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, Mempengaruhi sikap dan tingkah laku, Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu serta dapat memberikan bantuan bimbingan kepada orang lain.

Penggunaan komunikasi interpersonal memang sangat diperlukan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain. Menjalin komunikasi yang efektif tentu akan membuat informasi yang ingin disampaikan bisa tersalurkan dengan baik. Menurut Kumar dalam buku Wiryanto (2004:36), efektifitas komunikasi antarpribadi mempunyai 5 ciri, yaitu: Keterbukaan (openness), empati (emphathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality). Untuk mencapai komunikasi yang efektif tentu banyak hambatan yang ditemukan seperti yang dipaparkan dalam Dewi (2007:16), bahwa hambatan

(7)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

177 tersebut berupa perbedaan persepsi dan bahasa, pendengaran yang buruk, Gangguan emosional, perbedaan budaya dan Gangguan fisik.

Komunikasi interpersonal akan berlangsung dengan baik jika seseorang menggunakan pendekatan komunikasi yang tepat. Menurut Suranto (2011: 114-118) ada empat pendekatan komunikasi interpersonal. Pertama pendekatan informatif, yaitu komunikator hanya menyampaikan informasi kepada komunikan dengan tujuan komunikator dapat memperoleh pengetahuan baru. Kedua, pendekatan dialogis yang merupakan cara mempengaruhi dan mengubah pandangan maupun sikap orang lain dengan terbuka. Dikatakan terbuka, karena kedua belah pihak sama-sama bersedia menerima pandangan dari teman bicaranya. Ketiga, pendekatan persuasif yang bertujuan untuk mengubah sikap secara halus dengan cara membujuk tanpa memaksanya dan tanpa kekerasan. Keempat pendekatan instruktif, yaitu menekankan pada memposisikan komunikator dalam posisi tawar yang tinggi, dimana dia dapat legitimasi untuk memerintah, mengajarkan, dan bahkan mengajukan satu macam ide kepada komunikan.

Komunikasi interpersonal sangat berperan ketika pengasuh memberikan pelayanan kepada lansia. Definisi pengasuh menurut arti kata, pengasuh memiliki kata dasar asuh yang artinya mengurus, mendidik, melatih, memelihara dan mengajar. Kemudian diberi awalan peng (pengasuh) berarti kata pelatih, pembimbing. Jadi pengasuh memiliki makna orang yang mengasuh, mengurus, memelihara, melatih dan mendidik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengasuhan adalah proses, cara, perbuatan mengasuh. Sedangkan lansia Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Dewi, 2014:4).

(8)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

178 Sumber : Peneliti (2016)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang yang belamat di desa Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng kota Banda Aceh. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam Ardial (2014:249) pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Adapun objek dalam penelitian ini merupakan pendekatan komunikasi interpersonal dalam memberikan pelayanan, sedangkan subjeknya merupakan orang-orang yang dapat memberikan informasi atau data menyangkut penelitian

Sulitnya Mengatur Lansia di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang

Komunikasi interpersonal

Pengasuh Model Peranan

Pendekatan Komunikasi Interpersonal

Informatif Dialogis Persuasif Instruktif

(9)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

179 yang sedang dilakukan. Dalam peneltian ini, subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset (Kriyantono, 2008:156). Informan dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang pengasuh dan 5 orang lansia yang dipilih berdasarkan kriteria yang peneliti tentukan.

Berikut nama-nama informan:

Tabel 3.1. Daftar nama - nama informan

No Nama Keterangan

1. Wardah, Amd Pengasuh

2. Dara Maimona, SE Pengasuh

3. Apridarwani, Amd. Keb Pengasuh

4. Fuad, Aks Pengasuh

5. Bambang Usman Pengasuh

6. Hj. Hamidah Lansia

7. Umar Bin Pasa Lansia

8. Zainab Lansia

9. Umi kalsum Lansia

10. Rusli Ms Lansia

Teknik pengumpilam data yang digunakan terdiri dari wawancara dan observasi. Menurut Mulyana (2006:180) wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Menurut Herdiansyah (2010:131) observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.

(10)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

180 Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, dimana peneliti hanya mengamati saja tanpa harus mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh informan.

Adapun teknik analisis data yang digunakan merupakan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman. Proses analisis interaktif ini merupakan siklus dan interaktif. Artinya, peneliti harus siap bergerak diantara empat sumbu, yaitu proses pengumpulan data, penyajian data, reduksi data dan kesimpulan atau verifikasi (Ardial, 2014:148).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang merupakan adalah salah satu dari UPTD di lingkungan Dinas Sosial Pemerintah Aceh yang mengurus secara khusus para lanjut usia terlantar atau yang mempunyai permasalahan sosial. Panti ini awalnya bernama Sasana Tresna Werdha Meuligou Banda Aceh pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1994. Kemudian, pada tahun 1994 sampai 2001 berubah nama menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Meuligou Banda Aceh. Perubahan selanjutnya bernama UPTD Panti Sosial Meuligoe Jroh Naguna Banda Aceh pada tahun 2001, saat itu statusnya bergabung antara Panti Sosial Tresna Werdha Meuligoe dengan Panti Sosial Bina Remaja Jroh Naguna. Perubahan yang ke tiga dengan nama UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Sesuai SK Gubernur Aceh No. 29 Tahun 2009 tanggal 17 Maret 2009 Sampai Sekarang.

Jumlah lansia yang ada di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang adalah 70 orang dengan jumlah laki-laki 22 orang dan perempuan sebanyak 48 orang dengan pengasuh 10 orang. Adapun struktur organisasi UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh sayang adalah sebagai berikut:

a. Plt. Ka UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang : Di Darwis, S.ST. M.Si

(11)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

181

c. Kepala Seksi Pelayanan dan Penyantunan : Nurhayati Wanda, Aks. MM

d. Kepala Bagian TU : Di Darwis, S.ST. M.Si

Berdasarkan hasil penelitian, keterampilan pengasuh dalam berkomunikasi sangat penting dalam melayani lansia di panti jompo. Penggunaan komunikasi yang tepat juga sangat menentukan kualitas komunikasi yang akan terjalin. Dalam melayani lansia, pengasuh akan melakukan komunikasi interpersonal.

Untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan tentu harus melakukan pendekatan komunikasi yang tepat ketika akan melakukan komunikasi dengan orang lain. Menurut Suranto (2011 : 114) Ada empat pendekatan komunikasi interpersonal yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Pendekatan komunikasi tersebut terdiri dari pendekatan informatif, dialogis, persuasif dan instruktif.

Ke-empat pendekatan komunikasi interpersonal ini menjadi acuan peneliti untuk menganalisis sejauhmana pengasuh berhasil melakukan komunikasi interpersonal ketika memberikan pelayan bagi lansia yang tinggal di panti jompo. Pendekatan komunikasi interpersonal ini sangat membantu peneliti dalam melihat proses interaksi yang terjalin dari sejumlah informan yang dipilih oleh peneliti. Informan yang dipilih oleh peneliti mewakili pengasuh dan lansia yang tinggal di panti jompo.

Pendekatan informatif mengasumsikan bahwa komunikator hanya menyampaikan informasi kepada komunikan dengan tujuan komunikan tersebut dapat memperoleh pengetahuan baru. Pendekatan informatif dapat diterapkan oleh pengasuh ketika berkomunikasi dengan lansia karena pengasuh hanya menyampaikan informasi untuk menambah pengetahuan lansia. mengingat karakter lansia yang sulit diatur, maka semakin baik penyampaian informasi yang disampaikan oleh pengasuh, semakin mudah pula lansia memahami pesan yang

(12)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

182 diterimanya. Berbeda halnya dengan pendekatan dialogis, yang menjelaskan bahwa komunikan dan komunikator berada dalam posisi yang sejajar sehingga kedua belah pihak saling menerima tanpa adanya tekanan dan paksaan. Untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh lansia, pengasuh juga menerapkan pendekatan ini ketika berinteraksi dalam memberikan pelayanan bagi lansia.

Selanjutnya ada pendekatan persuasif yang digunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku sesorang dengan cara yang halus atau membujuknya. Pendekatan ini juga digunakan oleh pengasuh jika ada lansia yang sulit untuk dilayaninya. Pendekatan terakhir adalah pendekatan instruktif. Berdasarkan hasil penelitian, pendekatan ini tidak bisa diterapkan oleh pengasuh ketika memberikan pelayanan kepada lansia. pada hakikatnya, pendekatan instruktif ini berupa perintah atau paksaan yang digunakan oleh komunikator untuk mengubah sikap seseorang. Mengingat usia lansia yang tinggal di panti maka pengasuh tidak dapat menerapkan pendekatan ini, karena lansia tidak bisa dipaksa dan di perintah untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pengasuh.

Hambatan komunikasi yang ditemukan oleh pengasuh yaitu hanya perbedaan bahasa, pendengaran yang buruk dan gangguang fisik. Dalam keseharian, ada pengasuh yang tidak bisa berbahasa Aceh sehingga sulit untuk memahami apa yang dikatakan oleh lansia. Gangguan pendengaran juga banyak dialami oleh lansia di panti jompo, beda halnya dengan gangguan fisik, ada beberapa dari lansia yang mengalami stroke. Walaupun terdapat beberapa hambatan, pengasuh dapat mengatasinya dengan baik. Seperti ketika melayani lansia yang mengalami gangguan pendengaran, maka mereka akan menggeraskan suara atau langsung mempragakan apa yang ingin disampaikannya sehingga proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pengasuh telah melakukan komunikai yang efektif ketika melayani lansia. Dalam hal ini, pengasuh akan

(13)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

183 memperhatikan kesehatan dan karakter lansia ketika berinteraksi. Mereka juga akan memahami keperluan lansia melalui komunikasi yang dilakukan saat pengasuh memberikan pelayanan. Penyampaian informasi yang baik dari pengasuh juga membuat lansia merasa puas dengan pelayanan yang telah diberikan sehingga para lansia merasa nyaman tinggal di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang. Tidak hanya terbatas pada proses penyampaian informasi, hubungan lansia dan pengasuh juga terjalin kedekatan layaknya keluarga sehingga keluhan dapat disampaikan secara terbuka.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengasuh telah melakukan komunikasi yang baik melalui pendekatan komunikasi yang tepat dalam berinteraksi dengan lansia. Pendekatan komunikasi interpersonal yang diterapkan oleh pengasuh dalam memberikan pelayan kepada lansia dipanti jompo berupa pendekatan informatif, dialogis dan persuasif. Pendekatan instruktif tidak diterapkan oleh pengasuh karena karakter lansia yang tidak bisa diperintah,dipaksa dan tidak mau percaya kepada pengasuh yang umurnya lebih muda darinya. Adapun hambatan komunikasi yang muncul ketika pengasuh memberikan pelayanan kepada lansia yaitu disebabkan karena pendengaran yang buruk pada lansia, perbedaan bahasa dan gangguan fisik seperti penurunan kesehatan pada lansia. Perbedaan usia pengasuh yang jauh lebih muda dari lansia juga menjadi hambatan dalam berkomunikasi, dimana lansia akan sulit mempercayai apa yang disampaikan oleh pengasuh. Para lansia merasa puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh pengasuh, sehingga lansia merasa nyaman untuk tinggal di panti jompo.

Pengasuh diharapkan dapat meningkatkan komunikasi interpersonalnya dengan lansia, karena bila sering berlangsungnya komunikasi dengan lansia maka akan semakin mudah bagi pengasuh untuk memberikan pelayanan kepada lansia. DAFTAR PUSTAKA

(14)

Pendekatan Komunikasi Interpersonal Pengasuh Dalam Memberikan Pelayanan Bagi Lansia Di Panti Jompo (Studi di UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang, Lamglumpang Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh) (Riska Miranti, Amsal Amri)

Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Januari 2017 :171-184

184 Ardial. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi

Aksara. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Massa (Melek Media dan

Budaya). Erlangga.

DEPSOS RI. (2003). Rencana aksi nasional untuk kesejahteraan lanjut usia. Jakarta : Departemen Sosial Republik Indonesia.

Dewi, Sofhia Rosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.

Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Effendy, Onong Uchana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Kriyanto, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Gambar

Tabel 3.1. Daftar nama - nama informan

Referensi

Dokumen terkait

Selisih Revaluasi Nilai Aset Tetap mencerminkan koreksi atas kesalahan pencatatan kuantitas aset pada laporan keuangan Rincian untuk tahun 2020 adalah sebagai berikut:.

16 Pada penelitian retrospektif di India pada tahun 2000-2009 didapatkan kejadian reaksi tipe 1 hanya pada 3 anak dari 219 kasus MH anak dan tidak didapatkan reaksi tipe 2.. 5

Melalui metode ini yakni dengan cara membaca Alkitab dengan berbagai „kacamata“, maka akan lahir dan berkembang pemahaman lintas budaya: Di dalam teks Alkitab dan cara

Dimana perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS IMPLEMENTASI

Dimensi knowledge (pengetahuan) cenderung berkembang lebih baik dibanding dua dimensi kompetensi lainnya. Elaborasi hasil analisis terhadap gender dan status

Ej guñeol me`e gak}ekepse duk}l a ja ~pekma ek ej gukaksl y se jl a}ekmepá ibuaj Ej guñeol me`e gak}ekepse duk}l a ja ~pekma ek ej gukaksl y se jl a}ekmepá ibuaj ~ues si se hak

Anemia Defisiensi Asam Folat/ vitamin - ↓ asupan vitamin dan asam folat - Malabsorbsi - Defek enzim kongenital (jarang) - Kebutuhan asam folat ↑: Kehamilan, bayi,