• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikripsi. Diajukan guna memenuhi salah satu syarat. untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial. Dalam bidang Antropologi. Oleh FORMAN PARDAMEAN PANE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sikripsi. Diajukan guna memenuhi salah satu syarat. untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial. Dalam bidang Antropologi. Oleh FORMAN PARDAMEAN PANE"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PODA SAGU-SAGU MARLANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN KEKERABATAN MARGA SILAHI SABUNGAN

(Studi Kasus Di Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi)

Sikripsi

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Dalam bidang Antropologi

Oleh

FORMAN PARDAMEAN PANE 030905045

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(2)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah...1

I.2 Perumusan Masalah...5

I.3 Lokasi Penelitian...6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian...6

I.4.1.Tujuan Penelitian...6

I.4.2. Manfaat Penelitian...7

I.5 Landasan Teoritis...7

I.6 Kerangka Berfikir...13

I.7 Metode Penelitian...14

I.7.1. Observasi partisipasi...14.

I.7.2.Wawancara...14

I.8 Analisis Data...17

BAB II.GAMBARAN UMUM DESA SILALAHI NABOLAK 2.1. Sejarah Singkat Desa Silalahi Nabolak ...18

2.2. Letak Geografis...20

2.3. Komposisi Penduduk...22

(3)

2.3.2. Menurut Kelompok Usia...23

2.3.3. Menurut Tingkat Pendidikan...23

2.3.4. Menurut Mata Pencarian Penduduk...25

2.3.5. Menurut Agama Kepercayaan...27

2.4. Sarana/Fasilitas...28

2.4.1. Sarana Kesehatan...28

2.4.2. Sarana Pendidikan ...29

2.4.3. Sarana Ibadah...31

2.4.4. Sarana Dan Prasarana...32

2.4.5. Sarana Telekomunikasi...33

2.4.6. sarana Perekonomian...34

2.4.7. Sistem organisasi...35

BAB III. PODA SAGU-SGU-MARLANGAN 3.1. Sejarah Marga-Marga Silhi Sabungan...37

3.2. Keberadaan keturunan Marga Silahi Sabungan Di Silalhi Nabolak...41

3.3. Arti Dan Makna Poda Sagu-Sagu Marlangan...46

3.4. Latar Belakang Dibuatnya poda Sagu-Sagu marlangan ...47

BAB 1V. PERANAN PODA SAGU-SAGU MARLANGAN 4.1. Sansksi Yang Diberikan Jika Melanggar Poda Sagu-Sagu Marlangan....53

4.2. Kepatuhan Keturunan Silahi Sabungan Terhadap Poda Sagu-Sagu Marlangan...57

(4)

4.4. Faktor-faktor yang menyebabkan ikrar tersebut sampai sekarang bertahan...66 4.5. Tugu Raja SilahiSabungan Sebagai Lambang Kekerabatan ...67 4.6. Bentuk Dan Arti Dari Relief Tugu Raja Silahi Sabungan ...71 BAB V. KESIMPULN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan...73 5.2. Saran ...75

DAFTAR PUSTAKA GMBAR-GAMBAR PETA

(5)

Abstrak

Peranan Poda Sagu-sagu marlangan Dalam Mempertahankan hubungan Kekerabatan Marga Silahi Sabungan (Studi Di Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang di buatnya Poda Sagu-Sagu Marlangan terhadap keturunan Silahi Sabungan , mengetahui sanksi apa yang diberikan jika melanggar poda sagu-sagu marlangan dan untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan keturunan Silahi Sabungan terhadap Poda Sagu-Sagu Marlangan tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian lapangan (Field Research). Populasi dalam penelitan ini adalah keseluruhan keturunan marga Silahi Sabungan Di Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi , sedangkan sampelnya ,penulis mengambil sesuai dengan kebutuhan penelitian dan untuk memilih informan dilakukan secara purposive sampling kepada orang –orang yang mampu memberikan informasi misalnya tokoh adat , tokoh masyarakat dan keturunan Silahi Sabungan Di Silalahi Nabolak.Alat pengumpulan Data yang digunakan untuk memperoleh data lapangan adalah melalui wawancara dengan melakukan tanya jawab langsung dengan informan.Dari hasil penelitian dapat di kemukakan bahwa latar belakang di buatnya Poda Sagu-Sagu Marlangan diakibatkan karena adanya perselisihan antara keturunan Silahi Sabungan dari isteri Pertama yang bernama Pinggan Matio boru Padang Batang hari (Sihaloho.Situngkir,Sondi Raja, Sidabutar/Sinabutar, Sidabariba, sidebang, dan Pintu Batu) dengan keturunan isteri kedua yang bernam nailing nairasaon (Tambun Raja), untuk itu raja Silahi Sabungan membuat suatu amanah (Poda) untuk mempersatukan semua katurunan Silahi Sabungan dimasa mendatang sampai generasi berikutnya dan menjadikan poda Sagu-Sagu Marlangan menjadi dasar pendangan hidup kekeluargaan bagi seluruh keturunan Silahi Sabungan.

Sanksi yang diterima jika melanggar Poda Sagu-Sagu Marlangan ini tidak seperti hukum yang tertulis ,namun dikucilkan dari sosialisasi Silahi Sabungan karena telah melanggar amanah leluhur . Kepatuhan keturunan Silahi Sabungan terhadap Poda Sagu-Sagu Marlangan masih tetap di pertahankan dengan memiliki prinsip “si sada Anak si Sada Boru”yang masih tetap dijaga sampai serkarang dari bona pasogit (Kampung Halaman )dan sampai di luar Kampung Halaman.

(6)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Di wilayah Indonesia terdapat beberapa suku bangsa yang mempunyai Kebudayaan dan saling mempengaruhi,Kebudayaan Indonesia yang asli tumbuh dan berkembang di berbagai pulau , yang terpisah-pisah sehinggaterdapat perbedaan yang khas.Salah satu perbedaan itu terdapat pada sistem sosial kemasyarakatannya.Demikian halnya bangsa Batak sistem kekerabatannya memiliki cirri khas yang berbeda dengan suku-suku bangsa lain.

Dalam lingkungan suku bangsa Batak, sistem kemasyarakatannya di atu dalam sistem kekerabatan yang berlandaskan organisasi sosial marga , marga merupakan dasar untuk menentukan partuturan, hubungan persaudaraan , baik untuk kalangan semarga maupun di marga-marga lain.

Marga juga merupakan nama persekutuan dari orang-orang bersaudara(sedarah), seketurunan menurut garis bapak yang mempunyai tanah sebagai milik bersama di tanah asal atau tanah leluhurnya, sehingga dengan adanya marga hubungan kekerabatan menjadi jelas dan setidak tidaknya dapat memperkecil terjadinya perkawinan satu marga , yang sangat di larang di dalam budaya batak.

Salah satu fungsinya adalah sebagai landasan pokok yang mengatur ketertiban dalam suku bangsa Batak, supaya jangan terjadi perkawinan antar saudara , juga untuk

(7)

mengatur hubungan-hubungan antara berbagai pihak akibat kompleksnya hubungan antara keturunan serta untuk mengurangi konflik dan hal-hal ynag tidak di inginkan.

Dengan adanya marga , hubungan kekerabatan terjalin yang teratur satu marga atau keluarga , menunjukkan tali pengikat untuk mempersatukan antara seseorang dengan orang lain, mengikat rasa persaudaraan dan kekerabatan dalam kelompok etnis batak.

Di antara marga suku bangsa Batak yang memakai nama nenek moyang itu adalah marga silahi sabungan, Silahi berarti sorang laki-laki , dan sabungan berarti petarung atau pendekar . Silahi Sabungan dapat diartikan menjadi seorang laki-laki yang pandai / siap bertarung . Silahi Sabungan memilik dua istri , istri pertamanya si pingga n matio dan mempunyai tujuh keturunan yaitu Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja, dan istri kedua si boru Nailing Nairasaon, dari istri kedua mempunyai satu keturunan yaitu tambun raja. Kemudian turun-temurun dari generasi kegenrasisemakin terpiah hingga menjadi beberapamarga yaitu Loho raja keturunannya menjadi Ruma Sondi, Butar Raja Keturunannya menjadi Sidabutar, Dabariba Raja keturunannya menjadi Sidabariba, Debang raja keturunannya menjadi Sidebang, Batu Raja keturunannya menjadi Pintu Batu dan TambunRaja keturunannya menjadi Tambunan.

Setiap keturunan Silahi Sabungan memakai marga tersendiri yaitu Sihaloho,Situngkir, Sondi Raja, Sidabutar Sinabutar, Sidabariba, Sidebang, Pintu Batu, dan Tambun Raja/Tambunan.marga Sidabutar yang berada di bona pasogit(Silalahi Nabolak)adalah temasuk salah satu marga keturunan dari Silahi Sabungan dan nama ini masih di gunakan,sementara marga Sidabutar yang bertempat tinggsl di luar bona pasogit memakai marga Sinabutar, hal ini di karenakan adanya kesamaan marga di Toba. Marga

(8)

sidabutar bisa disebut juga Sinabutar.Kemudian kedelapan marga tersebut menjadi berkembang salah satu di antaranya adalah anak Ruma Sondi yaitu si Raja Bunga(Parmahan)yang memakai marga Silalahi , marga Silalahi ini dapat si Raja Bunga-Bunga untuk mengingat leluhurnya yang telah lama tinggal di Balige.

Marga Silahi Sabungan pada umumnya tinggal di Silalahi Nabolak KecamatnSilahi Sabungan Kabupaten Dairi di mana desa ii merupakan tempat perkumpulan kelompok marga yang didirikan Raja Silahi Sabungan da di huni keturunannya selama bertahun-tahun dan juga merupakan gabungan dari sejumlah orang-orang dari berbagai marga dan datang dari berbagai marga dan juga dari berbagai tempat di Dairi, Simalungun, Karo, dan wilayah lainnya.

Semakin banyaknya perkupulan kelompok marga Silahi Sabungan telah terjadi persebaran kelompok marga Silahi Sabungan ke wilayah lain di luar wilayah daerah Silahi Nabolak. Hal ini di sebabkan terbatasnya lahan yang harus diolah dan juga di sebabkan hal lain.

Karena banyaknya kelompok marga Silahi Sabungan yang menyebar di berbagai daerah, di khawatirkan akan terjadi perkawinan antara keturunannya.Untuk itu kelompok marga Silahi Sabungan segera membuat sebuah upacara kepercayaan yang di hadiri oleh semua anak –anaknya khususnya antara keturunan dari isteri pertama, dan juga iteri kedua.

Tujuan di sampaikan poda Sagu-Sagu Marlangan adalah agar sesamanya saling mengasihi, lestari kekeluargaanya yang penuh kasih di antara sesamanya yang di sampaikan Raja Silahi Sabungan di sebut sebagai poda Sagu-Sagu Marlangan poda

(9)

artinya nasehat sagu-Sagu artinya sebuah lepat yang terbuat dari tepung beras, Marlangan artinya pucat.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, Poda Sagu–Sagu Marlangan di buat untuk mengikat seluruh Silahi Sabungan dengan harap semua keturunannya dapat hidup rukun, damai, saling menghormati, terutama keturunan dari istri pertama (Si Pinggan Matio)dengn Tambun Raja dari istri keduanya(Si Nailing Nairasaon).Lebih jauh lagi di harapkan antara keturunan yang berlainan jenis .sehingga jangan sampai terjadi hubungan percintan .Apabila putra dan putri keturunan marga Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja, bertemu putera-puteri Tambun Raja dan sebaliknya, mereka menganggap sebagai saudara kandung / marito atau si Sada anak si sada boru.

Melihat realita dan fakta yang ada sekarang, bahwa modernisasi tidak dapat mempengaruhi poda tersebut. Hal ini di duga adanya kemampuan keturunan marga Silahi Sabungan tetap menjaga amanah leluhur tersebut dan di pelihara oleh semua keturunan kelompok loho raja, Tungkir Raja, Sondi raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dengan keturunan kelompok Tambun Raja. Akan tetapi mempunyai isteri dua, dan mempunyai banyak keturunan, di pikirannya akan terjadi kesenjangan dan akan lunturnya sistem kekerabatan dan ikatan kebudayaan sesama marga Silahi Sabungan , yang nantinya melakukn perkawinan sesamanya, yang pada dasarnya tidak di perbolehkan pada budaya batak, lunturnya nilai-nilai kebudayaan di sebabkan berbagai hal, seperti kurang pahamnya budaya sendiri, dan tak mau tau tentang kebudayaanya , yang akhinya melakukan perkawinan sesamanya, dan ini akan mempengruhi kedudukannya, di kelompok adat maupun di kolompok masyarakat, hal iniah yang di

(10)

khawatirkan oleh Silahi Sabungan dan akhirnya membuat Poda Sagu-Sagu Marlangan, dan sejauh mana poda Sagu- Sagu marlangan memperthankan kekerabatan marga Silahi Sabungan, oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih jelas bagaimana ” Peran Poda Sagu-Sagu Marlangan Dalam Mempertahankan Hubungan Kekerabatan Marga Silahi Sabungan” (Studi Di Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi)

I.2. Perumusan Masalah

Untuk lebih memusatkan pembahasan dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa latar belakang di buatnya Poda Sagu- Sagu Marlangan terhadap Silahi Sabungan.

2. Apa sanksi yng diberikan jika melanggar Poda Sagu- Sagu marlangan. 3. Bagaimana Kepatuhan keturunan Silahi Sabungan Terhadap Poda Sagu-

Sagu Marlangan

4. Bagaimana Poda Sagu-Sagu Marlangan mempertahankan kekerabatan Silahi Sabungan.

(11)

I.3. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul di atas lokasi penelitin ini adalah di Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan, Provinsi Sumatera Utara

Adapun pemilihan lokasi penelitian Di Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi adalah karena di lokasi inilah pada umumnya tempat perkumpulan kelompok marga yang di dirikan Raja Silahi Sabungan dan di huni keturunannya selama bertahun- tahun dan di desa ini upacara Sagu-sagu Marlangan masih dilaksanakan.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.I. Tujunan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap penelitian yang dilakukan haruslah mempunyai tujuan tertentu.Menurut. Arikunto(1996:52) Tujuan penelitin adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang di peroleh setelah penelitian selesai.Maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui apa yang menjadi latar belakang di buatnya Poda Sagu- sagu Marlangan terhadap keturunan Silahi Sabungan.

2. Untuk mengetahui sanksi apa yang di berikan jika melanggar Poda Sagu-Sagu Marlangan.

3. Untuk mengetahui sejauh mana kepatuhan keturunan Silahi Sabungan terhadap Poda Sagu-Sagu Marlangan

4. Untuk mengetahui sejauh mana peranan Poda Sagu-Sgu marlangan mempertahankan kekerbatan Silahi Sabungan.

(12)

I.4.2. Manfaat Penelitian

Setiap penelitin yang dilakukan meiliki manfaat yang hendak di capai agar hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangsih bagi pembaca nantinya manfaat penelitian ini dapat di rangkum sebagai berikut

1. Dapat memperkaya informasi bagi masyarakat khusnya keturunan Silahi Sabungan

2. Menambah wawasan tentang pembahasan mengenai Poda Sagu-Sagu Marlangan yang di tinjau dari sudut pandang Antropologisnya .

3. Dapat dijadikan sebagai tambahan literatur Departemen antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU.

I.5. Landasan Teoritis

Suku bangsa Batak toba merupakan salah satu sub Suku Batak yang memiliki struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang.struktur dansistem sosial yang mengatur tata hubungan sesama anggota masyarakat, baik yng merupakan kerabat dekat , kerbat luas , saudara semarga maupun beda marga serta masyarakat umum dan marga itu berfungsi mengatur hubungan sesuatu terhadap sistem tersebut.

Sruktur adalah suatu susunan kemasyarakatan yang berhubungan dengan individu lainnya menurut Talcot Parson dalam Nasikum(1984:10)mengatakan bahwa setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi yakni memberikan konstribusi terhadap pemeliharaan keutuhannya sebagai sistem dan setiap unsur di dasarkn atas consensus terhadap nilai di antara anngotanya.Salah satu unsur yng beperan dalam masyarakat untuk mengatur sistem sosialnya adalah norma atau aturan dan tujuan kesepakatan terhadap ikrar sebagai sistem dlm kekerabatan marga Silahi Sabungan.

(13)

Sedangkan menurut Radcliffe-brown dalam koentjaraningrat(2007:182) ,bahwa struktur di pakai sebagai kriterium untuk menentukan batas dari suatu sistem sosial atau suatu kesatuan masyarakat sebagai organisma. Dari defenisi di atas dapat di ketahui bahwa kriterium itu adalah sebagai syarat-syarat agar ikrar tersebut tidak di langgar oleh setiap kelompok masyarakat, salah satunya adalah kelompok masyarakat Silahi Sabungan.

Dari urian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa srtuktur itu di buat berdasarkan norma, aturan, dan kesepakatan terhdap marga dan syarat –syarat agar ikrar itu tidak dilanggar,akan tetapi di pelihara sebagai sistem dalam kelompok Silahi Sabungan.

Menurut Raymond Firth dalam Koenjaraningra(2007:198) mengatakan bahwa sruktur adalah jaringan hubungan antara bagian –bagian dari masyarakat yang di batasi sistem kekerabatan ini berfungsi untuk memelihara keutuhan masyarakat untuk hidup sebagai kesatun. Sedangkan menurut Fortes dalm Koenjarningrat (2007:192) bahwa struktur merupakan jaringan hubungan antara bagian-bagian dari suatu masyarakat yang memelihara azas-azasnya untuk jangka waktu tertentu.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat perlu adanya sistem kekerabatan supaya terpeliharanya struktur kemasyarakatan antara tujuh keturunan dari istri pertama dengan istri kedua, dalam poda tersebut dari suatu kelompok masyarakat . struktur Silahi Sabungan juga berperan dalam dalihan natolu yaitu sebagai dongan sabutuha (antara tujuh bersaudara dengan adiknya Tambun raja) sehingga dengan terjaganya struktur itu akan ada status seseorang dalam kelompok.

(14)

Status merupakan sutu kedudukan seseorang ataupun suatu keluarga di dalam struktur masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban

Menurut Roucek dan Warren dlm Soerjono Soekanto (1990:265), mengatakan bahwa status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial bila status di pisahkan dari individu yang mengikatnya maka status tetapi harus menjalankan kewajiban dari sttus yang di milikinya .

Sedangkan menurut Linton dalam Simajuntak (2002:25) bahwa status itu merupakan posisi yng saling berhadapan di dalam suatu pola masyarakat saling-beri yang terdiri dari kumpulan dan wadah hak maupun kewajiban warga.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa setiap pribadi memiliki status, di mana banyak status yang tergolong kepada status yang sama. Sehingga tampak bahwa masyarakat adalah kumpulan orang yng terkelompok kepada berbagai golongan status . jika status itu di pisahkan dari hak dan kewjiban maka hilanglah status dn tidak ada lagi hak dan kewajiban.

Status yang di inginkan Tambun Raja adalah status persaudaraan yang tidak ingin dibedakan dengan saudara-sudaranya, sehingga adanya persamaan hak dan kewajiban walaupun berbeda ibu yang melahirkannya.hak yang dimiliki Tambun raja adalah untuk mendapat bagian dalam kelompoknya dan di akui sebagai keturunan dari Silahi Sabungan dimanapun Tambun Raja berkembang misalnya dalam pesta adat,Tambun Raja berhak mendapat bagin dalam pembagian jambar.

Tambun raja juga memiliki kewajiban sebagai salah satu dari keturunan Silahi Sabungan, kewajibannya itu adalah menciptakan perdamaian, menerapkan hukum dan keadilan di antara turunan abangnya ( Loho raja, tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja,

(15)

Debang Raja, dan Dabariba Raja) dan harus di terima abangnya yang tujuh dengan tulus dan ikhlas dan orang lain tidak boleh ikut campur dalam masalah tersebut,begitu juga sebaliknya.

Untuk mempertahankan status dari seseorang dalam kelompok marga Silahi Sabungan,Silahi Sabungan membuat suatu poda Sagu-Sagu Marlangan yang mengikat keturunannya yaitu.loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja,dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja , dan Tambun Raja.

Menurut kamus batak toba –Indonesia( 1994:245) mengatakan bahwa poda adalah merupakan suatu nasehat atau saran.Sedangkan menurut Huta galung (1996:205) bahwa poda adalah merupakan suatu nasehat dari seseorang yang memiliki kewenangan yaitu dari orang terhadap anak-anaknya dan anak-anak terhadap keturunannya dan seterusnya.

Tujuan di buatnya Poda Sagu-Sagu marlangan ini adalah supaya saat ini dan saat mendatang di antara keturunan Silahi Sabungan tetap tumbuh rasa persaudaraan yang saling mengasihi agar bertumbuh sejahtera , makmur seluruh usaha dan lenggeng abadi dan lestari kekelurgaan yang penuh kasih sesama keturunan sepanjang masa.

Dalam Poda Sagu-Sagu Marlangan ini, Raja Silahi Sabungan berkeinginan supaya keturunan dapat menghayati dan melakukannya dimana pun berada. Dengan adanya Poda ini terjalin hubungan kekerabatan antara marga Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Buta Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja, dan Tambun Raja .

Masyarakat Batak toba juga mempunyai Sistem sosial yang terdiri dari tiga komponen yang disebut dengan istilah Dalihan Natolu yang meliputi hula-hula, dongan tubu dan boru. Dalihan natolu hanya akan terwujud bila ada perkawinan antara marga

(16)

yang berbeda atau orang lain, sehingga dengan adanya Dalihan Natolu seseorang dapat melakukan tuturan dalam keluarga melalui marga. ini sangat menentukan apakah seseorang itu boleh kawin atau tidak dengan marga lain.

Menurut Abdullah (1985:285), bahwa suku batak toba mengenal suatu struktur yang teratur dalam kaum-kaum yang bersifat eksogen atau keharusan kawin di luar kaum dan patrilinial atau penentuan keturunan menurut garis ayah yaitu marga-marga yang kemudian dikelompokkan menjadi marga Batak.

Menurut Purba(1997:16) ”bahwa sistem kekerabatan adalah sesuatu yang memerhitungkan hubungan kekerabatan melalui orang laki-laki saja yang mengakibatkan bahwa dalam tiap-tiap individu dalam masyarakat, semua kaum kerabat ayah masuk dalam hubungan kekerabatannya”

Dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sitem kekerabatan orang batak menganut sistem patrilineal yaitu sistem kekerabatan yang sisilah keturunannya di dasarkan kepada garis ayah atau mengikuti garis keturunan dari laki-laki yang di kaitkan dengan hubungan orang tua dan anak.

Menurut Silalahi (2002:58), bahwa sistem kekerabatn yang terdapat pada marga Silahi Sabungan adalah berdasarkan garis keturunan dari ayah yang lebih di kenal dengan patrilineal. Dengan demikian bila seseoarng yang ayahnya bermarga Silalahi dan ibunya bermarga Siahaan, maka orang tersebut di katakan bermarga silalahi bere Siahaan.

Hubungan kekerabatan ini jelas dapat dilihat dalam aktivitas perkawinan. Perkawinan adalah hal yang sangat suci dalam kehidupan manusia untuk meneruskan keturunannya. Sistem perkawinan orang Batak adalah sisitem eksogen marga (klen) yaitu

(17)

perkawinan diluar marga atau klennya. Dengan kata lain ada larangan keras untuk melakukan perkawinan dengan orang semarganya.

Sistem perkawinan marga keturunan Silahi Sabungan telah di ikat oleh sebuah poda (nasehat/amanah) yang melarang keturunan Silahi Sabungan untuk saling mengawininya.

Hal ini tidak ada lagi hula-hula dan boru dalam perkawinan yaitu putera/puteri garis keturunan Silahi Sabungan tidak boleh mengawini. Mereka adalah saudara kandung atau mariboto atau si sada boru. Bila hal itu terjadi maka terkutuklah mereka seperti sagu-sagu Marlangan ini yang pucat dan tidak disenangi orang yang banyak karena tidak berwarna.

Poda Sagu-Sagu Marlangan memilki peran penting dalam marga silahi Sabungan yang telah dibuat sebagai aturan atau norma dalam menjaga hubungan kekeluargaan dalam keturunan silahi sabungan. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka poda sagu-sagu marlangan telah menjalankan sesuatu peranan dalam menjaga hubungan kekerabatan silahi sabungan.

Menurut Kamisa (1997:420) mengatakan ”bahwa peranan adalah sesuatu yang di perbuat dan besar pengaruhnya terhadap sesuatau peristiwa”, sedangkan menurut Levision dalam Soekanto(1990:243) ” bahwa peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan sutu rangkaian peraturan-peraturan yang memebimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatannya

(18)

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagi organisir.

3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Sehubungan dengan hal-hal yang diatas, bahwa poda sagu-sagu marlangan mempunyai peranan dalam keturunan Silahi Sabungan dengan memberikan kedudukan dan status bagi setiap individu untuk dapat menjalankan perannya dan berpengaruh penting terhadap terlaksananya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dan peranan merupakan suatu yang di pernuat atau perilaku di dalam masyarakat dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu peristiwa.

I.6. Kerangka Berpikir

Raja Silahi Sabungan

Istri-1 Pinggan Matio (memiliki 7 orang anak laki-laki dan 1

orang anak perempuan)

Poda Sagu Sagu Marlangan

Istri 2 Si Boru Nailing Boru Nairasaon (memiliki 1 orang anak laki-laki yaitu

Tambun raja)

(19)

Raja silahi Sabungan adalah putera ke tiga dari Tuan Sorba banua yang dilahirkan Ibu Suri Anting Malela boru Pasaribu. Silah Sabungan memilki dua istri. Istri pertama adalah Si Pinggan matio yang berasal dari Pakpak dan memilki keturunan tujuh anak laki-laki dan satu perempuan. Tujuh anak laki-laki adalah Loha Raja, Tungkir Raja, sondi Raja, butar Raja, Dabaria Raja, Debang raja, Batu Raja. Satu-satunya perempuan adalah bernama Si Boru Deang Namora.

Sedangkan dari istri kedua hanya mempunyai satu keturunan anak laki-laki yang diberi nama Tambun Raja. Untuk menjaga hubungan persaudaran di antara keturunan istri pertama (Si Pinggan Matio) dan keturunan isteri kedua (Si Boru nailling Nairasaon), Silahi Sabungan membuat ikrar atau perjanjian. Ikrar ini menjadi suatu amanah/nasehat tatanan kekeluargaan yang mengikat seluruh turunan Raja Silahi Sabungan hingga terjalin hubungan persaudaraan dan menjadi pedoman di masa yang mendatang bagi generasi berikut.

I.7. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suau kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Dalam penelitian ini data serta keterangan-keterangan yang di peroleh dari penelitian lapangan (fiel research) yaitu penelitian terjun langsung kepada objek yang ada di lapangan.

(20)

I.7.1Observasi Partisipasi

Pengamatan lansung yang dilakukan untuk mengamati situasi atau peristiwa. Hal ini meliputi berbagi hal seperti, kegiatan, peristiwa dan perilaku yang berkaitan dengan permasalahan yang sesuai dengan apa yang di capai. Untuk melakukan pengamatan langsung ini nantinya penulis akan terjun langsung kelapangan lingkungan Silahi Sabungan, seperti pesta adat, mesalnya, upacara perkawinan, upacara kematian, dan upacara-upacara adat lainnya yang di lakkan oleh kelompok marga Silahi Sabungan

I.7.2Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpunlan data dengan cara lisan. Wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara mendalam (dep Interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Info yang di wawancarai sesuai dengan kriteria sebagi berikut

1. Informan pangkal, yaitu orang ang mempunyai pengetahuan luas mengenai masalah tentang Poda Sagu-Sagumarlagan, informan pangkal disini adalah orang yang ditenukan.

2. Informan pokok, yaitu orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah yang ada dalam marga Silahi Sabungan, informan pokok disini adalah tokoh masyarakat

3. Informan biasa, yaitu orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesui dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi bukan ahlinya

(21)

Mengumpulkan bahan-bahan yang di gunakan untuk mencari dokumentasi dat yang diiginkan dan berkenan dengan objek penelitian yang berkaitan dengan masalah Poda Sagu-Sagu Marlangan yang nantinya di gunakan sebagi penegas argumen dan asumsi-asumsi objektif yang ditemukan di lapangan

(22)

I.8.Analisa data

Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutan data kedalam pola kategori dan satu uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan tema, dapat di rumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2005:280) langkah awal dalam pengolahan data adalah memahami dan menelaah data yang diperoleh dari observasi wawncara dan studi kepustakaan. Jadi interpretasi data adalah menyusun dan merakit data yang diperoleh dari lapangan yang naninya dijadikan sebagai laporan-laporan, dan di rangkum kembali dengan mempokuskan pada hal-hal yang pokok saja, dan data ini diharapkan akan dapat memberi gambaran yang lebih tajam, mengenai hasil pengamatan data-data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data-data yang berhubungan dengan kekerabatan marga Silahi Sabungan serta bagaiman peranan Poda sagu-Sagu Marlangan tersebut di dalam mempertahankan kekerabatan, dan siapa saja yang terlibat.

Dalam analisis data akan dilkukan pemeriksaan tentang keabsahan data yang didapat. Apakah ada kesalahan-kesalahan yang perlu di perbaiki. Inilah tujuan dari analisis data yang sangat penting sebelum diadakan penafsiran yang lebih lanjut. Kemudian tahap akhir adalah penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

(23)

BAB II

. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah singkat desa Silalahi Nabolak

Desa Silalahi Nabolak merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi. Mengenai nama Silalahi Nabolak, menurut hasil wawancara dengan raja adat Aloan Tambunan, mengatakan nama desa ini berasal dari nama nenek moyang, yaitu Silahi Sabungan. Setelah mengalami transformasi, kata Silahi Sabungan berubah menjadi desa lahir dan disempurnakan lagi menjadi Silalahi, yang digunakan sebagai nama untuk mengidentifikasikan satu kelompok masyarakat dan suatu kawasan tertentu yang merupakan wilayah kehidupan masyarakat yang bersangkutan di Dairi. Karena desa ini begitu luas namanya bertambah menjadi Silalahi Nabolak (yang luas).

Dengan keadaan demikian itu, nama dari Silalahi Nabolak mengandung dua pengertian konseptual. Satu pengertian atau konsep territorial dan satu lagi pengertian atau konsep sosio-kultural. Sebagai konsep teritorial, Silalahi menunjukan suatu kawasan yang jelas batas-batasnya, sementara sebagai konsep sosi-kultural, Silalahi menunjukkan suatu kelompok masyarakat dan kebudayaannya yang memiliki suatu cirri khas. Menurut Silalahi (2002 : 30) mengatakan bahwa “salah satu cirri khasnya budaya di desa Silalahi Nabolak” yaitu :

a. Pola garis dan warna ulos yang merupakan salah satu perwujudan kekhasan adat Silalahi. Ulos Silahi Sabungan tidak sembarangan. Diperjualbelikan, dan ulos ini

(24)

hanya dapat ditemukan di Silalahi Nabolak. Ulos anak dan ulos boru sangat warna dan pola garisnya, ulos ini tidak sembarangan untuk tidak dipakai.

b. Gondang si 33 (gondang Silahi Sabungan) yang terdiri dari gondang saniang naga, gondang Dewa Uruk Harangan dan gondang Debata Mula Jadi Nabolon. Dikatakan sebagai gendang 33 karena jumlah komposisi musik gendang yang diciptakan Raja Silahi Sabungan sebanyak 33 yang terdiri dari 11 gendang Saniang Naga (Dewa Penguasa Air, danau, lautan dan bumi), 11 gendang Dewa Uruk Harangan (Dewa Penguasa Alam) dan 11 gendang gendang Mula jadi Nabolon (Dewa Pemaaf dan Sangat baik).

c. Bahasa Silalahi yang perpaduan dari tiga bahasa Pakpak, bahasa Simalungun, bahasa Karo.

d. Jabu Silalahi memiliki arsitektur yang berbeda dengan rumah adat lainnya dengan bentuk atap rumah yang tinggi dan beberapa ukiran-ukiran yang dibuat Silahi Sabungan untuk menghiasi rumahnya (dapat dilihat dalam gambar 1).

e. Tao Silalahi (Danauy Silalahi). Yao Silalahi merupakan danau yang paling luas diantara danau lainnya, air yang sangat jernih. Disekitar Tao dilarang membuang sampah atau kotoran, jika hal itu terjadi akan terjadi sesuatu yang terjadi. Di Tao ini juga dipercayai sebagai tempat keramat, jika ingin melewati atau mandi adalah jeruk purut dan tidak boleh yang lain-lain.

Mengenai kapan dan siapa pendiri desa Silalahi Nabolak, data-datanya sangat minim dan nama Silalahi Nabolak telah ada sejak lama. sedangkan yang kali menyebutkan istilah Silalahi Nabolak kurang jelas, karena tidak adanya data-data tertulis, hanya dari mulut kemulut dikatakan bahwa pendiri desa ini adalah Raja Silahi Sabungan

(25)

yang berasal dari pedalaman (Balige). Semula tempat permukiman di awali dengan berkumpulnya beberapa orang disuatu daerah kemudian lama kelamaan tumbuh dan berkembang secara alamiah menjadi suatu desa dengan kriteria tertentu untuk dapat menjadi sebuah kecamatan. Akhirnya Silalahi Nabolak berkembang menjadi wilayah yang benyak ditempati oleh berbagai etnis ditambah dengan adanya pesona budaya.

Seiring dengan gerak laju pembangunan. Kabupaten tingkat II Dairi berkembang dengan cepat baik dari fisik, perekonomian, sosial budaya maupun perkembangan jumlah penduduk. Sesuai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan, maka kecamatan Sumbul layak untuk dapat dimekarkan. Pelayan yang semakin cepat, efektif dan efesien dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemberdayaan dan pembangunan kepada masyarakat perlu disikapi dalam bentuk kebijakan daerah.

Pembetukan kecamatan yang ditetapkan dengan peraturan Daerah, sebagaimana diatur dalam pasal 66 ayat (6) Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, merupakan amanah dan Jiwa Otonomi Daerah yang dapat di implementasikan secara lebih nyata dan bertanggung jawab di Kabupaten sesuai dengan aspirasi masyarakat. Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka dengan Peraturan daerah ini ditetapkan Kecamatan baru dikabupaten Dairi yaitu Kecamatan Silahi Sabungan sebagai pemekaran dari Kecamatan Sumbul.

2.2. Letak Geografis

Silalahi Nabolak merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Silahi Sabungan sebagai salah satu kecamatan defenitif yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

(26)

Nomor 6 Tahun 2004 dan diresmikan pada tanggal 14 Juli 2004. Hal ini dilakukan karena Silalahi Nabolak sudah maju dengan jumlah penduduk yang memadai dan menjadi Bona Pasogit.

Kecamatan Silahi Sabungan beribokata di Silalahi dengan luas Wilayah 75, 62 km yang terdiri dari 79,79 % tanah kering 8,33 % danau, sisanya adalah tanah sawah dan bangunan/pekarangan. Dengan batas-batas wilayah kecamatan Silahi Sabungan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Perbuluan

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sumbul dan Kecamatan Pegagan Hilir.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba.

Secara Administratif keseluruhan, Kecamatan Silahi Sabungan di bagi menjadi 5 desa yang masing-masing desa dikepalai oleh seorang Kepala Desa (kades) yang terdiri dari :

Tabel 1 Nama Desa

No Nama Desa Luas Daerah (Ha) 1 Desa Silalahi I 1.581

2 Desa Silalahi II 1.819 3 Desa Silalahi III 1.752

4 Desa Paropo 1.291

(27)

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa salah satu desa yang terluas Adalah desa Silalahi II dengan luas daerah 1.819 dan desa Paropo I merupakan daerah yang paling kecil dengan luas daerah 1.119.

2.3. Komposisi Penduduk

2.3.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah untuk mengetahui perbandingan antara perempuan dan laki-laki. Jumlah penduduk total masyarakat Silalahi Nabolak adalah 4.919 jiwa. Untuk mengetahui jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang mendiami wilayah ini, maka terlebih dahulu dilakukan pengelompokan penduduk berdasarkan jenis kelamin. Dari hasil penelitian bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Nama Desa Jumlah Lk Jumlah Pr Jumlah Lk + Pr

1 Desa Silalahi I 601 632 1.232

2 Desa Silalahi II 437 451 888

3 Desa Silalahi III 539 549 1.087

4 Desa Paropo 200 206 406

5 Desa Paropo I 651 654 1.305

(28)

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari tabel 2, memperlihatkan bahwa kelompok terbesar adalah jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 2.492 jiwa dan jumlah laki-laki adalah 2.427 jiwa. Sedikitnya jumlah laki-laki diakibatkan adanya beberapa faktor yaitu anak laki-laki banyak merantau di luar daerahnya, setelah lama diperantauan tidak pernah lagi kembali kekampung halamanya.

2.3.2. Menurut Kelompok Umur/Usia

Berdasarkan frekuensi tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan usia jumlah penduduk Silalahi Nabolak didominasi oleh penduduk yang berusia 21-30 tahun yang mencapai 52,3 %. Sedangkan jumlah yang paling sedikit ialah usia 50 tahun keatas yakni hanya mencapai 1.6 %.

2.3.3. Menurut Tingkat Pendidikan.

Tingkat pendidikan sebagai indikator kesejahteraan nilai sosial budaya masyarakat ditandai dengan kemampuan penduduk untuk bias baca tulis. Selanjutnya kemajuan suatu bangsa turut ditentukan oleh besar jumlah penduduk yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterima melalui pendidikan formal dan non-formal. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut :

(29)

Tabel 3

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Bekum Sekolah 593 12,0 2 Belum Tamat SD 424 8,6 3 SD 1.128 22.91 4 SLTP 543 11,0 5 SLTA 480 9,7 6 D-1 283 5,7 7 D-III 528 11,0 8 S-1 940 19,1 Jumlah 4.919 100

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keadaan penduduk Silalahi Nabolak dapat dilihat dari tingkat pendidikan tergolong rendah. Hal ini ditandai dengan mendominasikan jumlah penduduk yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Umumnya penduduk yang berpendidikan SD adalah para orang tua usia 40 tahun keatas. Jadi mereka yang berusia 40 tahun pada masa dahulu memiliki pandangan yang masih rendah, tentang arti pentingnya pendidikan sekolah. Baru mereka setelah menjadi orang tua dan sadar tentang pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anak mereka minimal tamat SLTP/Sederajat. Sementara ada kurang lebih 283 orang yang berpendidikan perguruan tinggi, mereka ini banyak yang menjadi pegawai negeri/swasta, tidak sedikit pula diantara mereka adalah penguasaha (kepala desa Silalahi).

(30)

2.3.4. Menurut Mata Pencaharian Penduduk

kehidupan masyarakat di Silalahi Nabolak bersifat agraris, sehingga pertanian merupakan sumber utama penghasilan bagi masyarakat, tetapi hanya sedikit diatara penduduk menekuni pekerjaan lain sebagai mata pencaharian utama. Ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, buruh tani, pedagang dan pekerjaan lainnya. Walaupun bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta biasanya sepulang dari bekerja mereka pergi ke ladang karena umumnya memiliki tanah pertanian yang dijadikan sumber penghasilan tambahan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut 4 : Tabel 4

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Keluarga Persentase

1 Bertani 376 46,07 2 Nelayan 312 38,09 3 Jasa Angkutan 17 2,07 4 PNS 34 4,15 5 Pensiunan 13 1,58 6 Peternak : - Ikan - Itik - Babi - Kambing 45 5 8 16 5.49 0.16 0.97 1.95 Jumlah 819 100.00

(31)

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Silalahi Nabolak adalah bermata pencaharian dari bertani dengan 276 KK (46.07%). Tabel 5 uga menunjukkan sebagian besar keluarga tidak hanya memiliki 1 sumber mata pencaharian. Petani terbagi dalam 3 kelompok yaitu : petani pemilik tanah, petani penggarap tanah yaitu petani yang menyewakan lahan kepada orang lain dan yang terakhir kali adalah buruh tani yaitu orang yang digaji atau diberi upah untuk menglolah lahan milik orang lain. Penduduk yang berpenghasilan dari peternak terbagi dalam 3 kelompok yaitu peternak ikan, itik, babi dan kambing.

Mengenai luas lahan yang dipakai tiap-tiap desa dapat digambarkan pada tabel 5 dibawah ini :

Tabel 5

Luas Lahan Menurut Penggunaannya a. Pertanian No Desa luas (Ha) Tanah Sawa h (Ha) Ladang (Ha) Pemuki man (Ha) Hutan (Ha) Kolam Darat (Ha) 1 Desa Silalahi I 1.581 60 1.115 39 462 5 2 Desa Silalahi II 1.819 40 1.401 20 351 7

3 Desa Silalahi III 1.752 35 1.150 30 531 6

4 Desa Paropo 1.291 284 331 22 604 7

5 Desa Paropo I 1.119 177 255 18 609 3

(32)

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Silalahi Nabolak adalah petani Desa Silalahi II dengan penggunaan lahan yang paling besar jumlahnya. Hal ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan penduduk (4.919 jiwa) akan beras, desa Silalahi harus mencari kebutuhan dari wilayah lain.

Selain sebagai petani masyarakat setempat juga memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dengan menghasilkan produksi ikan yang banyak tiap harinya. Salah satu produksi ikan masyarakat Silahi Sabungan adalah produksi pora-pora, ikan nila dan ikan pora-pora kering.

Produksi ikan pora-pora kering dikecamatan Silahi Sabungan mencapai 800-1000 kg per hari, produksi ikan nila mencapai 400-500 kg. Ikan tersebut akan dijual diberbagai daerah terutama kabupaten Karo, Merek dan Siantar.

2.3.5. Menurut Agama / Kepercayaan

Dari segi agama, penduduk Silalahi Nabolak menganut 2 agama yaitu Kristen Protestan dan Katolik. Kehidupan beragama di Silalahi Nabolak secara umum berlangsung harmonis, tidak pernah terjadi konflik antar umat beragama. Komposisi penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel 6 :

Tabel 6

Komposisi Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Kristen Protestan 3898 72.25

2 Katolik 1.021 20.75

(33)

Sumber Kantor Camat Tahun 2009

Dari tebel 6 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Silalahi Nabolak mayoritas penganut agama Kristen Protestan dengan jumlah 3.898 orang (79.25%), bila dibandingkan dengan agama Katolik. Sementara penganut agama lainnya seperti Agama Islam, Buddha, dan Hindu tidak ada di daerah ini.

2.4. Sarana/Fasilitas

2.4.1 Sarana Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Faktor kesehatan juga menentukan kualitas masyarakat dalam kesadaran akan kebersihan, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

Perkembangan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang harus semakin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan gizi dan pembudidayaan sikap hidup bersih dan sehat didukung dengan perumahan dan pemukiman yang banyak.

Untuk itu perlu adanya pelayanan kesehatan bagi masyarakat, peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, teruatama bagi masyarakat kurang mampu dan terpencil. Di Silalahi tersedia beberapa sarana kesehatan untuk keperluan pelayanan masyarakat dalam bidang kesehatan dan pengobatan seperti puskesmas pembantu dan posyandu.

(34)

Tabel 7

Sarana Kesehatan Masyarakat Kecamatan Silahi Sabungan Tahun 2009

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas 1

2 Posyandu 3

3 Klinik 2

Jumlah 6

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa saran kesehatan yang paling banyak tersedia adalah posyandu dengan jumlah unit 3. banyaknya posyandu ini sangat berguna untuk mempermudah dalam pemberian layanan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan posyandu diadakan sedikitnya satu bulan sekali yaitu dengan memeriksa kesehatan anak, melihat perkembangan dan pertumbuhan serta memberi imunisasi.

2.4.2. Sarana Pendidikan

Menurut data yang diperoleh dari kantor camat maka tingkat pendidikan dikecamatan Silahi Sabungan sudah lumayan maju, diberbagai sekolah sudah memiliki fasilitas yang memadai. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat salah satunya dipengaruhi fasilitas pendidikan yang ada didaerah tersebut. Berikut ini dikemukakan tabel yang menunjukkan fasilitas pendidikan di kecamatan dapat dilihat seperti tabel 8 dibawah ini

(35)

Tabel 8

Fasilitas Pendidikan Tahun 2009 No Nama SD Fasilitas Pendidikan Laboratorium Perpustakaan 1 SD 034796 Silalahi 1 1 2 SD 030342 Silalahi - 1 3 SD 030343 Silalahi - - 4 SD 030341 Silalahi - 1 5 SD 030344 Paropo - 1 6 SD 033922 Paropo I - 1 7 SMPN 1 Silahi Sabungan 2 1 8 SMPsw. Bhakti Paropo - 1

9 SMAN1 Silahi Sabungan 1 1

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari tabel 8 memeperlihatkan bahwa potensi Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah murid yang terbanyak adalah SD 034796 Silalahi umlah 251 orang dan juga memiliki fasilitas yaitu 1 laboratorium dan 1 perpustakaan dan potensi Sekolah Dasar yang paling sedikit adalah SD 030343 dengan jumlah 94 orang. Ini membuktikan bahwa SD 030343 Silalahi termasuk golongan tingkat pendidikan tinggi apabila dibandingkan dengan SD yang berada didaerah kecamatan Silahi Sabungan.

Dari tabel 8 memperlihatkan bahwa potensi SLTP Silahi Sabungan dengan jumlah murid terbanyak adalah SLTPN Silahi Sabungan dengan jumlah 282 orang dan memiliki

(36)

2 laboratorium dan 1 perpustakaan, sementara SLTP Swasta Bhakti Paropo Jumlah Muridnya hanya 98 orang dan memiliki 1 perpustakaan saja.

Dari tabel 8 memperlihatkan potensi SMAN1 hanya berjumlah 163 orang dan memiliki 1 laboratorium 1 perpustakaan. Tingkat potensi SMA di Silahi Sabungan dari tahun 2007 masih dalam tahap pembangunan untuk itu pemerintah daerah berusaha untuk meningkatkan potensi SMA di Silahi Sabungan.

2.4.3 Sarana Ibadah

Untuk kelangsungan peribadatan, umat beragama memerlukan tempat beribadat menurut kepercayaan masing-masing. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya bangunan-bangunan seperti gereja Protestan (Seperti gereja HKBP. GBKP, Betani, dll) dan rumah ibadah Katolik. Adapun perincian rumah ibadah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9 Sarana Ibadah

No Agama Jiwa Persentase (%)

1 Gereja Kristen Protestan 6 75

2 Gereja Katolik 2 25

Jumlah 8 100

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Bila dilihat dari perbandingan jumlah penganut dan sarana ibadahnya terlihat bahwa jumlah gereja Protestan lebih banyak dari pada gereja Katolik. Banyaknya jumlah gereja protestan yang ada disebabkan adanya beberap aliran agama Kristen Protestan yang memerlukan tempat peribadatannya masing-masing

(37)

2.4.4. Sarana dan Prasarana

Transportasi merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan suatu wilayah. Jenis transportasi yang dimaksud adalah transportasi yang dimaksud adalah transpotasi darat dan transportasi air yang dapat memperlancar jenis aktifitas yang diakukan oleh masyarakat baik petani, pedagang, pengusaha, pegawai negeri, swasta dan lainnya. Di Silalahi sarana transpotasi ini cukup lancar karena di dukung oleh prasarana yang cukup baik pula, sarana transportasi yang digunakan masyarakat dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel I0

Jenis Sarana Transpotasi

No Jenis Sarana Transportasi Jumlah (Unit) Persentase

1 Sepeda Motor 79 50.84 2 Mobil Pribadi 12 8.41 3 Becak 10 7.41 4 Bus Umum 17 12.24 5 Truck 3 2.15 6 Perahu Motor 1 0.72 7 Kapal 4 2.87

8 Perahu Tidak Bermotor 13 9.36

Jumlah 139 100.00

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari tabel 10 dapat diketahui jenis sarana transportasi yang terbanyak adalah sepeda motor dengan jumlah 79 unit (56.84 %) dan yang paling sedikit adalah perahu

(38)

motor bus umum dengan jumlah 17 unit (12.24 %) digunakan penduduk untu melakukan perjalanan dari desa kedesa Silalahi menuju daerah lain disepanjang jalan menuju kabupaten Dairi. Sedangkan kapal digunakan untuk sarana penyebarangan dari desa Silalahi menuju Kabupaten Toba Samosir dan daerah lainnya. Sarana transportasi desa Silalahi Nabolak juga didukung oleh prasarananya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11

Panjang Jalan Menurut Keadaanya Pada Tahun 2009

No Keadaan Jalan Panjang (KM) Persentase

1 Aspal 17 70.38

2 Diperkeras 3 12.51

3 Jalan Tanah 2 8.33

4 Jalan Setapak 2 8.33

Jumlah 24 100.00

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Dari tabel 11 diketahui bahwa sebagian Silahi Sabungan aspal (17 km atau 70.83 %). Kondisi ini sangat membantu masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas mereka.

2.4.5 Sarana Telekomunikasi

Menurut data yang diperoleh dari kantor camat Silahi Sabungan sudah dilakukan pendataan terhadap fasilitas jaringan telekomunikasi di kecamtan Silahi Sabungan dan mengusulkan pembangunannya melalui dinas terkait. Dengan memperlihatkan sarana telekomunikasi di Silalahi Nabolak masih dalam tahap perkembangan, salah satunya di

(39)

desa Silalahi I, Desa Silalahi II (Kecuali Sabungan) dilengkapi dengan jaringan kabel dan selular. Sementara desa lainya seperti desa Paropo dan Desa Paropo I hanya tersedia jaringan selular saja. Hal ini juga telah banyak membantu masyarakat dalam menggunakan jaringan telekomunikasi dari daerah keluar daerah.

2.4.6. Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian disini dimaksudkan sebagai potensi yang dimiliki desa sebagai penunjang sarana perekonomian masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 12.

Tabel 12

Potensi Kecamatan Silahi Sabungan Tahun 2009

No Potensi Desa Keterangan

1 Pelabuhan Kapal Bongkar muat barang

2 Tugu Objek Wisata

3 Tao Silalahi, Nauli Basa, Mual Sipaulak Hosa Objek Wisata

4 Keramba Jaring Apung Budidaya ikan (Mas,

mujair, nila)

5 Instansi Air Minum Retribusi air

Sumber : Kantor Camat Tahun 2009

Tabel 12 memperlihatkan bahwa banyak potensi yang ditemukan di Silalahi yang mampu menggerakkan perekonomian desa melalaui bongkar muat barang, objek wisata, budidaya ikan dan retribusi air.

(40)

2.5. Sistem Organisasi Sosial

Berbicara mengenai masyarakat maka dalam masyarakat tersebut mendapat struktur berupa sistem sosial yang mengatur dan sebagai wadah bagi setiap anggota masyarakat untuk melakukan interaksi sosial. Melalaui organisasi sosial dan kerja sama antar kesatuan-kesatuan masyarakat akan dapat terbina dengan baik.

Masyarakat Batak Toba secara kekerabatan menarik grafis keturunan dari pihak bapak (Patrilineal), struktur sosial batak Toba diatu dalam Dsalihan Na Tolu yang meliputi tiga unsur : Hula-hula, Dongan Sabutuha dan Boru. Dan yang menempati kelas-kelas paling tinggi adalah Hula-hula, kemudian antara boru dan dongan Sabutuha memiliki kedudukan hampir sama. Struktur sosial tersebut bukan sebagai bentuk penguasaan melainkan sistem mengatur kekerabatan antar masyarakat sehingga tetap seimbang dan setiap orang akan mengerti masing-masing kedudukan dalam adat.

Sistem kekerabatan yang terdapat ada keturunan Silahi Sabungan juga diatur dalam pola Sagu-Sagu Marlangan yaitu hubungan kekerabatan antara abang-adik (dongan sabutuha). Anak laki-laki dan perempuan yang semarga tidak boleh saling kawin mengawini satu sama yang lain. Susunan patrilineal ini merupakan tulang punggung dari masyarakat Batak Toba yang terdiri dari kaum marga dan sub suku yang semuanya bertalian menurut garis Bapak.

Tertib pertalian Patrilineal menguasai seluruh hukum adat, hak milik/warisan, dan upacara upacara pemujaan. Prinsip yang terdapat pada Poda Sagu-sagu Marlangan adalah si sada anak, si sada boru, sisada hasuhuton (satu kesatuan terhadap anak laki-laki, anak perempuan maupun dalam secara adat). Satu marga tidak diperbolehkan untuk

(41)

menggantikan marganya, karena satu marga itulah sebagai teman untuk menjalankan atau menerima adat, harus seperasaan dalam segala hal

Seperti kesatuan kekerabatan yang dijelaskan diatas, organisasi lain juga terdapat di Silalahi Nabolak antara lain seperti organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, organisasi olahraga (seperti Volly), naposo bulung (permuda-pemudi) dan lain-lain dimana masing-masing organsasi tersebut memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi masyarakat setempat.

(42)

BAB III

Poda Sagu-Sagu Marlangan

3.1. Sejarah Marga-marga Silahi Sabungan

Suku bangsa batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak mengakui bahwa sub suku mereka adalah induk dari seluruh sub suku Batak yang ada di Sumatera Utara (Simanjuntak 2004 : 20). Sebagaimana dijelaskan terdahulu bahwa suku Batak terdiri dari Toba, Simalungun, Karo, Pakpak dan Mandailing.

Suku Bangsa Batak Toba adalah berasal dari keturunan dari si Raja Batak (Tambunan, 1990:5), karena Raja itu hidup pada beberapa abad yang lalu, sehingga pada tahap selanjutnya dalam penelahaan sejarah asal-usul suku Batak sulit dibuktikan kebenarannya dan hanya bersifat legenda.

Namun pengetahuan mengenai hubungan keturunan/sisilah marga Batak semakin kebelakang semakin kabur karena semakin kebelakang saksi sejarah semakin kecil yang pada akhirnya tidak ditemukan lagi yang pada gilirannya mengarah kepada legenda yang dipercayai masyarakat.

Dari penjuelasan diatas, bahawa setiap Marga-marga Batak Toba mempunyai silsilah masing-masing, maka dalam tulisan ini penulis akan menggambarkan silsilah tersebut secara garis besar ditarik dari Si Raja Silahi Sabungan.

Dalam penulisan silsilah sub marga pada masyarakat Batak Toba, selalu berasal dari Si Raja Batak sampai kepada keturunannya yang sudah membentuk marga-marga. Hal ini disebabkan masyarakat Batak Toba pada mulanya berasal Si Raja Batak. Maka jelaslah bahwa setiap sub marga Batak Toba yang sekarang ini berasal dari Si Raja Batak.

(43)

Dalam tulisan ini tidak semua mata rantai silsilah dicantumkan, hanya secara garis besar untuk menunjukkan nama Marga-marga ini yaitu dari garis keturunan Tuan Sorba Di Banua.

Dari penjelasan diatas, bahwa Si Raja Batak mempunyai dua orang putera yaitu yang sulung Guru Tatea Bulan dan Adiknya Raja Isumbaon. Raja Isumbaon mempunyai tiga putera yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asasi, dan Sangkarsomalindang. Anak sulung dari Raja Isumbaon adalah Tuan Sorimangaraja yang mempunyai 3 orang putera yakni Nai Ambaton, Nai Rasaon, dan Nai Suanon (Tuan Sorba Di Banua). Anak bungsu dari Tuan Sorimangaraja yaitu Nai Suanon (T. Sorba Di Banua) mempunyai 5 orang putera dari isteri pertama yang bernama Nai Anting Malele br. Pasaribu yaitu Si Bangot Ni Poha, Si Paet Tua, Raja Silahi Sabungan, Raja Oloan dan Raja Hutalima. Sedangkan keturunan dari isteri kedua yang bernama Si Boru Sibaso mempunyai tiga orang anak yaitu Raja Sabu, Raja Sumba, dan Raja Pospos (dapat dilihat Sisilah Raja Batak)

Nama Tuan Sorba Di banua secara etimologinya (asal katanya) berasal dari : - sorba – sarwa – semua

- Benua – benua – daerah – dunia

Jadi Tuan Sorba di banua berarti tuan semua pada dunia (benua) = Raja Dunia = semua benua.

Berdasarkan hasil wawancara dengan raja adat Maju Situngkir mengatakan bahwa Tuan Sorba ni banua adalah seorang Raja suku batak yang tinggal di Balige bersama keluarganya. Semasa pemerintahan Raja Tuan Sorba Di Banua keadaan kerajaan begitu aman, tentram dan makmur serta perekonomiannya jaya. Dari beberapa keturunan Raja Tuan Sorba Ni Banua yaitu Raja Silahi Sabungan dan Raja Oloan memiliki kharisma

(44)

dari ayahnya. Raja Silahi Sabungan adalah seorang futurisme (ahli meramal), memiliki kesaktian, dapat menyembuhkan penyakit (dukun sakti), tutur bahasanya dan berbakat seni. Sedangkan Raja Oloan memiliki jiwa kepemimpinan yang besar dan kemauannya harus diiukuti. Sedangkan saudara-saudaranya yang lain seperti Si Bangot Ni Pohan tidak memiliki kharisma seperti adik-adiknya. Hal ini sangat membuat Si Bangot Ni Pohan menjadi kwatir di suatu saat mereka akan menjadi bawahan adiknya. Namun Si Bangot Ni Pohan tidak berani mengusir adik-adiknya (Raja Silahi Sabungan dan Raja Oloan) Sibangot Ni Pohan membuat suatu rekayasa dengan membuat pesta pancang sembah dengan tujuan agar Silahi Sabungan dan Raja Oloan pergi meninggalkan Balige.

Tersiratlah berita bahwa Tuan Sorba Banua akan mengadakan pesta adat besar dengan puncuk acara megadakan pancang sembah seekor kerbau yang dipersembahkan kepada dewata supaya hidup mereka bahagia, sempurna, baranak cucu bagi seluruh keturunan Raja Sorba Di Banua, diadakanlah suatu musyawarah mufakat, Silahi Sabungan dan Raja Oloan ditugaskan untuk mencari pohon khusus untuk rumbe-rumbe pacak kurban kerbau persembahan ke hutan-hutan sekitar balige. Tibalah mereka dengan membawa rumbe-rumbe tersebut tetapi upacara telah selesai diadakan oleh abangnya Si Bangot Ni Pohan, Raja Silahi Sabungan dan Raja Oloan kecewa den merasa dirinya diremehkan.

Berawal dari kejadian antara Silahi Sabungan dan Si Raja Oloan terhadap abanya Si Bangot Ni Pohan, maka Raja Silahi Sabungan dan Raja Oloan sepakat untuk meninggalkan Balige, sebelum meninggalkan Balige mereka tidak lupa membawa sekantong air dan segumpal tanah dari negeri leluhurnya. Mereka berangkat dari Balige menuju arah kebarat terus menelusuri tepi pantai Danau Toba yang sekarang. Setelah

(45)

berbulan-bulan dalam perjalanan, pengalaman pahit yang bersama-sama mereka alami dan akibat sakit hati yang diperbuat abangnya, maka mereka berdua mengikat janji bersama agar keturunan mereka nantinya tetap kompak, sepenanggungan, tidak saling menikah dan saling hormat-menghormati dimanapun berada. Si Raja Oloan menetap tinggal di Tano Si Ogung-Ogung daerah Bakkara. Sedangkan Silahi Sabungan melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang belum diketahuinya.

Setelah melakukan perjalanan yang jauh, Silahi Sabungan tiba di Bukit Lassabunga (daerah Dairi) dengan panorama yang indah, sejuk dan luas. Raja Silahi Sabungan memutuskan untuk menetap, Silahi Sabungan segera menebang semua pohon-pohon dan semak belukar di sekeliling hutan aga bisa diolah menjadi perladangan dan sawah. Beberapa dari kemudian Silahi Sabungan membakar pepohonan dan semak-semak yang sudah kering. Tujuan dari membakar pepohonan dan semak-semak itu adalah agar adiknya Si Raja Oloan dapat melihat asap bakaran sebagai pertanda bagi Si Raja Oloan bahwa abangnya Silahi Sabungan masih hidup dan telah menemukan daerah pemukimannya. Raja Silahi Sabungan telah menemukan tempat tinggal yang cocok untuknya dan daerah ini di beri nama Silalahi Nabolak Bona Pasogit Silahi Sabungan sampai sekarang . diperkirakan sejarah ini terjadi tahun 1450 tahu yang lalu.

Desa Silalahi Nabolak ini berasal dari sebuah perjalanan hidup seorang Raja Silahi Sabungan yang berasal dari Balige. Sebelum daerah ini ditempati Raja Silahi Sabungan, daerah ini termasuk kawasan Raja Pakpak. Suatu ketika Raja Pakpak memburu burung elang di hutan dan burung tersebut pergi menuju gubuk Silahi Sabungan. Raja Pakpak terkejut melihat ada banyak asap dan siapa berani menempati wilayahnya tanpa izin dari Raja Pakpak. Mereka pergi menuju gubuk Silahi Sabungan

(46)

dan melihat hasil burunanya hinggap di tangan Silahi Sabungan, orang Pakpak meminta elang tersebut terbang jika hendak diambil orang Pakpak.

Raja Pakpak menyuruh anak buahnya menghempas tombak sakti kearah Silahi Sabungan. Raja Pakpak penuh kekaguman sebab tidak satupun tombak yang dihempas anak buahnya tidak berhasil tertancap dari tombak yang dihempas anak buahnya. Silahi Sabungan menerima Raja Pakpak sebagai tamu dan memepersilahkan Raja Pakpak masuk kegubuk Silahi Sabungan dan mereka berdamai dan menjalin persahabatan.

Raja pakpak tidak melihat sosok sorang isteri dalam rumahnya dan ternyata Raja Silahi Sabungan masih sendiri. Raja pakpak berniat untuk menjadikan Silahi Sabungan menjadi menantunya. Silalhi sabungan menerima dengan senang hati. Dari tujuh putri Raja pakpak, Silahi Sabungan memilih puteri bungsu Raja pakapak yang bernama Pinggan Matio boru Padang batang hari. Raja pakpak segera memberikati raja Silahi Sabungan dengan Pinggan Matio menjadi Suami Isteri.

3.2. Keberadaan Keturunan Marga Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak

Raja Silahi Sabungan menjadikan Pinggan Matio sebagai isterinya. Dari Pinggan Matio lahirlah tujuh anak laki-laki dan satu anak perempuan keturunan Raja Silahi Sabungan. Anak laki-laki pertama, kedua, dan ketiga laki-laki yakni Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, anak keempat perempuan yaitu Deang namora. Anak kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan laki-laki yaitu : Butar Raja, dabariba Raja, debang Raja, Dan Batu Raja.

Menurut Silalahi (2002:10) ” mengatakan bahwa nama-nama itulah yang menjadi marga pada zaman dahulu ”, nama-nama itu adalah :

(47)

- Tungkir Raja menjadi Marga Situngkir - Sondi Raja menjadi Marga Ruma Sondi

- Butar Raja menjadi marga Sidabutar (marga di Silalahi)/Sinabutar(Marga ditoba) - Dabariba Raja menjadi marga Sidabariba

- Debang raja Menjadi Marga Sidebang - Batu Raja menjadi marga Pintu batu

Ketujuh putera Silahi Sabungan bertumbuh dewasa, satu persatu anak-anak Silalahi Sabungan beranak bercucu. Dengan berjalannya waktu, terjadilah regenarasi diantara keturunan Raja Silahi Sabungan (Silalahi 1989:10) Yaitu :

1. Loho Raja (Sihaloho)/ Ranim Bani br. Padang Batanghari mempunyai tiga anak yaitu : Soborno, Sinampuran, Sitolping.

2. Situngkir/ Pinggan Haomasam Br. Situmorang mempunyai tiga anak yaitu : Sibagasan, Sipakpahan, dan Sipangkar

3. Sondi Raja/Siboru Nagok Br. Siboro mempunyai dua anak yaitu : Rumasingap, Ruma Sondi

4. Sidabaria/ Sahat Uli br. Sagala mempunyai tiga anak yaitu : Ruma bolon, Ruma tungkkup, dan Rumalambiak.

5. Sidabaria/Sahat Uli br. Sagala mempunyai tiga anak : Silumban Tonga-tonga, Lumban Bolak, dan Silumban Toruan.

6. Sidebang/ Siboro Pernamean br. Sagala mempunyai empat anak yaitu : Sibursok Raja, Si Ari, Si Taon dan Si Sidung.

7. Pintu Batu/ Bunga Padan br. Sinaga mempunyai tiga anak yaitu : Sihutabalian, silumbanpea, dan Sigiri.

(48)

8. Deang Namora – Boru.

Dari regenarasi inilah keturunan Silahi Sabungan semakin bertambah dan semakin banyak hingga menyebar diseluruh pelosok (dapat dilihat dalam Silsilah marga Silahi Sabungan).

Marga-marga baru dari delapan marga ini sudah begitu banyak diakibatkan luasnya penyebaran keturunan Silahi Sabungan ke berbagai daerah. Salah satunya keturunan Sondi Raja. Setelah Sondi Raja mempunyai anak dari isterinya bernama Siboru Nagok boru Siboru. Anak pertama yaitu Ruma Sondi dan anak kedua Ruma Singap. Ruma Sondi mempunyai dua orang anak laki-laki yaitu Bolon Raja, bursok Raja dan Raja Bunga-bunga. Kemudian Raja Bunga-bunga berada di Balige dan Bolon raja bermukiman di Silalahi Nabolak. Keturunan Bolon Raja dinyatakan bermaraga Ruma Sondi.

Si Raja Bunga-bunga sudah menetap di Hinalang Balige, sewaktu kecil Raja Bunga-bunga diculik oleh Si Bangot Ni Pohan di tempat pengembalaan ternak di di Simartaja. Hal ini dilakukan karena daerah Si Bangot Ni Pohan tidak pernah turun hujan, lading mereka mejadi kering. Mereka pergi menanyakan hal tersebut mengapa terjadi, dukun itu menyarankan agar Si Bangot Pohan mencari atau menculik salah satu keturunan adiknya (Silahi Sabungan dan Si Raja Oloan), karena Si Bangot Pohan pernah membuat mereka sakit hati dan meninggalkan Balige. Akhirnya mereka menemukan salah satu keturunan Silahi Sabungan yaitu Raja Bunga-bunga. Dengan kehadiran Raja Bunga-bunga dilaksankanlah acara menyembunyikan Ogung Sabngunan. Setelah Raja Bunga-bunga dipartortor (dibawa menari) dalam acara tersebut turunlah hujan lebat dan berhentilah musim kemarau.

(49)

Tuan Sihubil adalah anak dari Si Bangot Ni Pohan. Tuan Sihubil meganggap Raja Bunga-bunga diambil dari tempat pengembalaan ternak ke Balige, Raja Bunga-bunga di gelari Si Raja Parmahan (parmahan artinya pengembala). Si Raja parmahan diberi sebidang tanah oleh tuan Sihubil untuk tempat tinggalnya. Di Hinalang inilah Si Raja Parmahan bermukim sampai akhir hayatnya dan keturunan Si raja Parmahan ini masih banyak tinggal di Balige sampai sekarang. karena rasa kasih saying dari Tuan Sihubil maka dibuatlah suatu parpadanan (janji) bahwa Si raja Parmahan beserta keturunannya kelak harus merasa saudara kandung terhadap Tuan Sihubil beserta keturunannya dan sebaliknya.

Sebelum peresmian makam tugu Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak, keturunan Si Raja Parmahan dinyatakan marga Ruma Sondi dari Silalahi Nabolak, setelah Raja Parmahan berada di Balige, masyarakat setempat manamakannya Silalahi karena tempat asalnya bernama Silalahi Nabolak. Akhirnya keturunan Raja Parmahan disebut marga Silalahi.

Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Jaulib Ruma Sondi mengatakan bahwa Raja Parmahan mempunyai empat orang anak laki-laki yaitu Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, dan Sinabutar. Nama anak pertama, ketiga, dan keempat ini adalah nama manampe goar leluhurnya (nama dari nenek moyangnya). Nama anak pertama ini menjadi marga Naiborhu, kemudian keturunan Sinabutar mempunyai tiga marga yaitu Doloksaribu Sinurat dan Nadapdap.

Sampai saat ini kekerabatan antara keturunan Tuan Sihubil yaitu marga Barimbing, Silaen, dan Tampubolon dengan keturunan Si Raja Parmahan yaitu marga Sihaloho, Naiborhu, Doloksaribu, Sinurat dan Nadapdap, tetap lestari dalam arti sisada

(50)

anak sisada boru dan tidak saling mengawini, bahkan keturunan Raja Silahi Sabungan yang bukan keturunan Si Raja Parmahan mengikut juga dalam kekerabatan tersebut.

Kekerabatan turunan Tuan Sihubil dengan keturunan Si Raja Parmahan dan Dolok Simartaja di Silalahi Nabolak adalah fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri siapapun bahwa Raja Bunga-bunga adalah Si Raja Parmahan. Si Raja Bunga-bunga adalah anak kedua dari Ruma Sondi, Sondi Raja adalah ayah Ruma Sondi. Sondi Raja adalah anak ketiga dari Raja Raja Silahi Sabungan yang dilahirkan dari isteri pertamanya Pinggan Matio boru Padang Batanghari.

Tambun Raja anaknya Tambun Pangaraji, Tambun Baruara, Tambun Lumbangaol dan Tambun Sunge. Tambun Pangaraji pergi ke Sigotom Pangaribuan dan dari sana menyebar kearah Tukka Sibolga, tetapi ada juga sampai ke Tapanuli Selatan disebut marga Daulay. Keturunan Daulay kebanyakan di Tapanuli Selatan sampai sekarang ini.

Dari Silalahi Nabolak keturunan marga induk berserak kearah Paropo, Tongging. Simalungun dan Tanah Karo. Di tanah Karo bermarga Sembiring,

Sinulaki, depari, kembaren, Meliala, tetapi marga Sembiring Brahman dan Pandia mengaku mereka dari india. Selain daerah tersebut ada juga dari keturunan marga induk yang pergi kearah tanah Pakpak Dairi dan marganya disebut Kaloko, Sidabutar, Maha dan Turgan. Di Kabupaten Simalungun bermarga Sipayung.

Melalui silsilah inilah semua keturunan Silahi Sabungan dapat mengetahui rumpun dalam tarombo Silahi Sabungan yang semakin menyebar diberbagai pelosok nusantara sehingga hubungan kekerabatan marga Silahi Sabungan tetap dipertahankan setelah adanya Poda Sagu-sagu Marlangan.

(51)

3.3. Arti dan Makna Poda Sagu-sagu Marlangan

Poda Sagu-sagu Marlangan merupakan pusaka dan warisan dari Raja Silahi Sabungan yang berupa nasehat. Poda berarti nasehat dari orang yang memiliki kewenangan, sagu-sagu berarti semacam bentuk kue orang Batak yang terbuat dari tepung beras dengan bentuk tertentu misalnya dengan menggemgam dan tetap mempertahankan bentuk genggamannya, marlangan berarti berwarna pucat.

Poda Sagu-sagu Marlangan ini disampaikan oleh Raja Silahi Sabungan pada suatu upacara pemberangkatan Tambun Raja ke Sibisa untuk menemui Ibunya dan pamanya Manurung. Tujuan disampaikannya Poda Sagu-sagu Marlangan ini adalah untuk menjaga agar kemudian hari tidak ada anggapan dari ketujuh (Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja ) saudara Tambun Raja, bahwa Tambun Raja bukan anak dari Raja Silahi Sabungan dan juga menjaga persatuan dan kesatuan diantara keturunan Raja Silahi Sabungan.

Makna poda sagu-sagu marlangan bagi keturunan Silahi Sabungan adalah sebagai pemersatu marga atau untuk mempererat hubungan kekerabatan diantara marga dimana keturunannya telah menyebar keberbagai daerah. Marga Silahi Sabungan memiliki tali persaudaraan di dalam Poda sagu-sagu Marlangan, apabila bertemu dengan marga lain (tidak saling kenal) bertemu disuatu tempat dengan sesama marga, mereka akan menayakan asal-usul marga orang tua mereka atau sampai dari marga kakek mereka (martarombo). Hal ini diteruskan sampai mereka menemukan suatu ikatan yang sama diantara mereka sehingga mereka menganggap masih memiliki ikatan keluarga dan semakin akrab. Mengenai hal ini, maka dari poda sagu-sagu marlangan tidak lagi hanya

(52)

sebagai pertanda tali kekerabatan tetapi dapat menjadi lebih mempererat kekerabtan sesama keturunan Silahi Sabungan.

3.4. Latar Belakang dibuatnya Poda Sagu-sagu Marlangan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan raja adat Raya Sidabutar, mengatakan bahwa Raja Silahi Sabungan pergi menulusuri pantai Danau Toba untuk menambah ilmu sampailah di daerah Uluan sibisa. Tersiarlah kabar bahwa Datu Pejel Nairasaon membuat suatu sembara, bagi siapa yang dapat menyembuhkan puterinya . Datu Pejel berharap agar Raja Silahi Sabungan mengikuti sembara tersebut. Dari beberapa semua dukun tidak ada satupun yang dapat menyembuhkan penyakit puterinya, beliau memberikan ramuan obat untuk dibawa oleh Datu Pejel dan puterinya sudah sembuh setelah memakan ramuan obat tersebut. Setelah puteri Datu Pejel sembuh, Silahi Sabungan menuntut hadiah tersebut. Silahi Sabungan meminta agar puterinya Si Boru Nailing Nairasaon menjadi isterinya. Datu Pejel terkejut, padahal puterinya sudah punya tunangan, karena takut dikatakan pembohong Datu Pejel memberi syarat setelah lahir satu anak, Silahi Sabungan kembali ke kampungnya dan membawa anak tersebut. Raja Silahi Sabungan menikah dengan puteri Datu Pejel yang bernama Si Boru Nailing Nairasaon, tak lama kemudian lahirlah seorang anak laki-laki.

Terdengarlah kabar akan adanya perlawanan yang dilakukan pihak keluarga tunangan Si Boru Nailing Nairasaon. Raja Silahi Sabungan segera kembali kekampungnya dengan membawa anak tersebut dan si Boru Nailing mengizinkannya dengan memberikan sebuah cincin untuk anaknya jika berhasrat untuk menemui ibu dan pamannya di Sibisa dan sebagai bukti bahwa anak tersebut cucunya Datu Pejel.

Gambar

Tabel 1  Nama Desa
Tabel 9   Sarana Ibadah

Referensi

Dokumen terkait

Usaha lainnya yang dilakukan oleh pihak pengelola Bandara Kuala Namu adalah memberikan ruang pada masyarakat setempat dalam mengisi beberapa lowongan pekerjaan di Bandara

Skripsi ini berjudul “Culture Shock Pada Mahasiswa Perantau di Kota Medan (Studi Kasus Pada Mahasiswa Aceh yang Tergabung Dalam Ikatan Pemuda Tanah Rencong Universitas Sumatera

Hasan Sakti Siregar,Msi,Ak., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembaca Penilai yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis selama masa perkuliahan dan dalam

Hal tersebut dapat menjadi dasar terbentuknya perhatian secara khusus terhadap permasalahan lahan bagi petani yang diwarisi oleh para orang tua terdahulu di mana dalam

yang telah mencurahkan Petunjuk, Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Experiential Marketing terhadap

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Upah Dalam Perjanjian Pengolahan Gula Kelapa (Studi Kasus di Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang Kabupaten

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dalam hal ini, penulis menemukan skripsi karya Fatonah yang berjudul Praktik Jual Beli di Kantin Kejujuran di Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Karangsalam Kidul Kecamatan