• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Kaimana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Kaimana"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

2.1

Kondisi Umum

2.1.1

Wilayah Administratif

2.1.1.1

Letak Geografis

Kabupaten Kaimana merupakan salah satu kabupaten baru hasil pemekaran, yang dulunya berstatus distrik dibawah Kabupaten Fak-fak. Pembentukan kabupaten ini berdasarkan UU No. 26 Tahun 2002 tertanggal 12 November 2002, yang diresmikan bersamaan dengan pelantikan pejabat bupati pada tanggal 11 April 2003.

Kabupaten ini pernah diabadikan dalam sebuah lagu yang menceritakan keindahan senja di Kaimana. Memang jika ditilik dari letak geografis dan bentuk wilayahnya terlihat indah dan masih banyak sekali potensi yang belum tergali secara maksimal.

Secara geografis Kabupaten Kaimana yang berada di bawah kepala burung Pulau Papua terletak pada posisi di antara 020,90” – 040,20” Lintang Selatan dan 1320,75” – 1350,15” Bujur Timur, tepat berada di bawah Katulistiwa dengan ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah 1.850.000 Ha.

2.1.1.2

Batas-batas Administrasi Wilayah

Kabupaten Kaimana memiliki luas wilayah daratan sekitar ± 18.500 Km2 dan beribukota di Kaimana di Distrik Kaimana. Secara administratif Kabupaten Kaimana pada tahun 2008 terdiri dari 7 distrik/kecamatan yaitu: Distrik Buruway, Distrik Teluk Arguni, Distrik Kaimana, Distrik Teluk Etna, Distrik Kambrauw, Distrik Yerusi, dan Distrik Yamor. Batas-batas wilayah Kabupaten Kaimana, seperti diatur dalam undang-undang pembentukannya, adalah :

 Sebelah Utara : Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Teluk Wondama

 Sebelah Selatan : Laut Arafura

 Sebelah Barat : Kabupaten Fakfak

 Sebelah Timur : Kabupaten Nabire dan Kabupaten Mimika

Pembagian distrik yang ada di Kabupaten Kaimana beserta luas masing-masing distrik dan jumlah kampungnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2 berikut ini :

(2)
(3)
(4)

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Kaimana Tahun 2008

Luas/Area Rasio Terhadap

(Km2) Total (%)

1 Buruway 2.650 14,32

2 Teluk Arguni 2.990 16,16

3 Kaimana 2.095 11,32

4 Teluk Etna 4.195 22,68

5 Kambrau 775 4,19

6 Yerusi 1.990 10,76

7 Yamor 3.805 20,57

18.500 100,00

Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

No Distrik

Jumlah/Total

Gambar 2.3

Grafik Persentase Luas Wilayah Distrik di Kabupaten Kaimana

Buruwai

Teluk Arguni

Kaimana

Teluk Etna

Kambrau

Yerusi

Yamor

Tabel 2.2

Pembagian Wilayah Kabupaten Kaimana Tahun 2008

Kelurahan Kampung Jumlah

1 Buruway Kambala - 10 10

2 Teluk Arguni Funiara - 24 24

3 Kaimana Kaimana 2 17 19

4 Teluk Etna Kiruru - 5 5

5 Kambrau Waho - 15 15

6 Yerusi/Teluk Arguni Bawah Tanusan - 6 6

7 Yamor Urubika - 7 7

2 84 86

Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

Banyaknya Kelurahan / Desa

Jumlah/Total

No Distrik Ibukota

Gambar 2.4

Grafik Persentase Luas Wilayah Distrik di Kabupaten Kaimana

(5)

2.1.2

Kondisi Fisik Wilayah

2.1.2.1

Klimatologi

Kabupaten Kaimana termasuk beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata tahunan di sebagian besar wilayah antara 34 – 283 mm/tahun.

Hasil pencatatan sepanjang tahun 2008 di Kabupaten Kaimana tercatat bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni yang mencapai 283 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yang hanya 34 mm.

Sementara hasil pencatatan suhu udara pada stasiun BMG yang berada di Kabupaten Kaimana tahun 2008 menunjukkan bahwa suhu minimum tertinggi terjadi pada bulan Januari dan suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan Desember sedangkan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Juni dan suhu maksimum terjadi pada bulan Agustus.

Kabupaten Kaimana mempunyai kelembaban udara yang cukup tinggi dengan rata-rata kelembaban sekitar 81 %. Tekanan udara rata-rata di Kabupaten Kaimana berkisar dari 1008,0 mbs hingga 1014 mbs.

Tabel 2.3

Banyaknya Curah Hujan Di Kabupaten Kaimana

2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 14 10 110 67 73

2 Pebruari 12 15 105 66 72

3 Maret 11 10 63 42 46

4 April 10 8 131 75 81

5 Mei 10 8 256 137 149

6 Juni 12 10 497 260 283

7 Juli 10 7 74 46 50

8 Agustus 12 12 38 31 34

9 September 10 10 80 50 55

10 Oktober 9 11 13 17 18

11 Nopember 9 11 150 85 93

12 Desember 14 15 163 96 105

133 127 1680 972 1059

Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

Bulan Tahun

Jumlah/Total No.

Gambar 2.5

Grafik Curah Hujan di Kabupaten Kaimana Tahun 2008

Curah Hujan Kabupaten Kaimana Tahun 2008

0 50 100 150 200 250 300

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(6)
(7)

2.1.2.2

Topografi

Secara morfologi Kabupaten Kaimana meliputi wilayah datar hingga berbukit-bukit dan bahkan bergunung, dengan kemiringan lereng bervariasi mulai dari < 2% hingga di atas 70% dengan ketinggian tempat berkisar antara 0 – 2.800 m di atas permukaan laut, morfologi Kabupaten Kaimana dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, yaitu:

Wilayah Datar

Wilayah ini mempunyai relief datar dengan kemiringan lereng < 2% dengan ketinggian tempat berkisar antara 0 – 50 m dpl. Daerah ini berada di sepanjang sungai, dataran bergambut dan sebagian kecil di daerah pesisir pantai. Kondisi penutupan lahan ini merupakan hutan rawa, hutan mangrove dan sebagian telah digunakan masyarakat berupa ladang. Luas wilayah areal ini mencapai 2.241 Km2 (12,11%) dengan penyebaran terluas di Kecamatan Teluk Etna.

Wilayah Bergelombang

Wilayah bergelombang dengan kemiringan lereng dominan berkisar antara 2-8% dan berada pada ketinggian tempat antara 0 – 150 m dpl. Kondisi penutupan lahan ini berupa hutan dataran rendah. Daerah ini tersebar di 4 kecamatan dengan luas areal 3.610 Km² (1,95%).

Wilayah Bergelombang hingga berbukit kecil

Wilayah ini menempati areal yang sangat sempit yang berada di Kecamatan Teluk Etna bagian utara, yaitu di sekitar Desa Urubika, Yapima dan Desa Ure. Kemiringan lereng daerah ini berkisar antara 9 – 15% (0,40%) dengan ketinggian tempat 20 -800 m dpl, kondisi penutup lahan berupa kebun dan belukar.

Wilayah Berbukit

Wilayah ini berbukit-bukit dengan kondisi lahan terjal dan mempunyai kemiringan lereng antara 15 – 25% dan setempat hingga 40%, dengan ketinggian tempat 5 – 600 m dpl. Daerah ini penyebarannya paling luas mulai dari bagian tenggara hingga barat daya seperti di Kecamatan Buruway dan Kecamatan Kaimana dengan luas areal 1503,9 Km² (8,61%) dengan penutupan lahan berupa hutan sekunder dan hutan primer.

Wilayah Berbukit Hingga Bergunung

Daerah ini mempunyai bentuk wilayah berbukit-bukit hingga bergunung dengan kemiringan lereng > 40% dan setempat bisa mencapai 70%. Ketinggian tempat 100 m – 2.800 m dpl. Daerah seperti ini tersebar luas di bagian utara merupakan Gunung Wagura Kote dan sebelah barat merupakan pegunungan Kumawa dengan luas areal 14.415,8 Km² (77,92%).

Wilayah Kabupaten Kaimana sebagian besar berada pada kemiringan lereng lebih dari 40%.

(8)
(9)
(10)
(11)

2.1.2.3

Geologi

wilayah Kabupaten Kaimana terbentuk dari 19 kelompok formasi geologi, dengan 4 kelompok formasi yang mendominasi, yaitu :

• Formasi Aluvium ; merupakan dataran alluvial pantai yang terdapat di bagian tenggara kabupaten Kaimana yang merupakan wilayah Distrik Teluk Etna tepatnya di wilayah Desa Omba dan Lakahia, dan di bagian barat yang merupakan wilayah Distrik Buruway tepatnya di Desa Edor, dan daerah-daerah di sepanjang aliran sungai, dengan bahan induk berupa endapan sungai, endapan pantai dan gambut.

• Formasi Batugamping Iengguru; membentuk daerah perbukitan gamping yang besar dan tinggi berbentuk kerucut, bahan induknya berupa batu kapur. Daerah ini tersebar luas di barat daya merupakan pegunungan Kumawa dan daerah-daerah perbukitan di Distrik Kaimana dan Distrik Teluk Etna.

• Formasi Steenkol; merupakan dataran perbukitan rendah yang terdapat di bagian barat laut, bahan induknya berupa batuan untra basa yang bercampur dengan endapan aluivium. Formasi Steenkol ini terdapat di Madiwa, Waho Temala dan daerah di sekitarnya.

• Formasi Batugamping Imskin; membentuk daerah-daerah punggung-punggung gunung gamping yang paralel dengan lereng terjal dan tertoreh (> 60%). Formasi ini membentuk tanah dangkal di atas batugamping, yang terdapat di bagian utara dan timur.

Dari batuan yang terkandung di dalamnya, maka wilayah Kabupaten Kaimana kaya akan sumber galian C berupa batu kapur, yang merupakan bahan baku pembuatan semen.

2.1.2.4

Hidrologi

Pola Aliran Sungai di Kabupaten Kaimana sangat beragam. Pola-pola aliran sungai yang dominan adalah ; dendritik, karstik, dan meandering.

• Pola aliran dendritik yaitu : pola aliran sungai yang mengalir pada daerah-daerah datar dan biasanya alirannya terhambat karena adanya pengaruh pasang surut air

laut, sehingga alirannya tidak langsung ke laut dan menggenangi daerah hilirnya. • Pola aliran karstik, yaitu pola aliran sungai yang biasanya mengalir di atas batu

kapur, dimana aliran sungai tampak terputus-putus karena alirannya masuk di bawah permukaan tanah. Hal ini terjadi karena batuan yang dilalui telah melapuk sehingga terbentuk celah-celah di bawah.

• Pola aliran meandering, yaitu aliran sungai yang mengalir pada wilayah datar, dimana bahan yang terangkut bersama aliran air akan diendapkan pada kanan-kiri di sepanjang aliran sungai sehingga berupa meander-meander.

Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Kaimana disamping berfungsi untuk prasarana transportasi juga sebagai tempat mata pencaharian penduduk sekitar.

Sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Kaimana sebanyak 15 buah diantaranya : • Sungai-sungai yang mengalir di Distrik Kaimana yaitu Sungai Air Tiba, Sungai Air

Merah dan Sungai Bantami. Ketiga sungai ini mengalir sepanjang tahun, pada musim penghujan air sungai meluap dan menggenangi wilayah hilir.

• Sungai yang mengalir di Distrik Teluk Arguni yaitu: Sungai Endrofa, Sungai Warso, Sungai Bianoga, Sungai Rofa, dan Sungai Barari.

• Sungai yang mengalir di Distrik Buruway yaitu : Sungai Tenggiri, Sungai Buruway, Sungai Kambala, Sungai Mandewi dan Sungai Fewan.

• Sungai yang mengalir di Distrik Teluk Etna yaitu : Sungai Urema dan Sungai Omba.

(12)
(13)
(14)

Disamping sungai sebagai sumber air bersih, di Kabupaten Kaimana juga terdapat 7 buah danau, yang sangat potensial sebagai sumber air bersih. Ketujuh danau tersebut adalah : Danau Kamakawalar, Danau Laamara, dan Danau Aiwasa (terdapat di Distrik Kaimana), Danau Seweki (terletak di Distrik Teluk Arguni), Danau Yamur, Danau Mbuta dan Danau Nanami (terletak di Distrik Teluk Etna).

Pasang – Surut

Semua sungai yang ada di kabupaten Kaimana mempunyai pola yang hampir sama, yaitu airnya meluap pada musim penghujan sehingga menggenangi daerah hilir, dan airnya berkurang pada musim kemarau tapi tidak sampai kering. Meluapnya air sungai pada waktu musim penghujan karena adanya pasang surut air laut. Menurut Moosa et al, 1995 dalam RUTR Ibukota Distrik Buruway menyatakan Pasang-surut di muara Sungai Tenggiri dan Sungai Buruway dapat mencapai minimum dengan amplitudo 1 meter dan pasang maksimum 3,6 meter.

Berdasarkan keterangan beberapa penduduk setempat, pada saat pasang surut , air laut masuk kedalam sungai dan intrusi garam ke daratan pada musim kering dapat mencapai 20 km. Untuk mengantisipasi adanya banjir akibat meluapnya air sungai pada musim penghujan serta pengaruh pasang surut air laut, maka perlu dibuat bendung atau klep air berupa sodetan langsung ke arah laut.

Sumber Air Bersih

Sumber air bersih yang ada di Kabupaten Kaimana berasal dari tetesan/rembesan perbukitan,dan kemudian ditampung pada bak-bak penampungan. Dari bak penampungan air kemudian dialirkan ke rumah-rumah melalui selang-selang yang sifatnya masih sederhana. Air yang dialirkan ke rumah-rumah merupakan satu-satunya air yang digunakan sebagai sarana MCK dan air minun serta keperluan rumah tangga lainnya.

2.1.2.5

Jenis Tanah

Kabupaten Kaimana terdiri dari 33 jenis Land System/Satuan Lahan, dengan jenis tanah yang dominan sesuai padanan dari PPTA (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, 2000) sebanyak 9 jenis tanah. Uraian dari masing-masing jenis tanah seperti berikut :

1. Organosol : tanah ini merupakan hasil pelapukan bahan organik (sisa tumbuhan), dengan drainase terhambat hingga sangat terhambat, kedalaman bahan organik (gambut) > 100cm. Sesuai dengan tingkat pelapukan bahan organiknya, jenis tanah ini dapat dibedakan menjadi fibrik, hemik dan saprik. Jenis tanah ini tersebar luas di semua Distrik dan terluas di Distrik Teluk Etna.

2. Regosol : Jenis ini tanah bertekstur kasar (pasir) sampai agak kasar, kedalaman solum > 50 cm, dan biasanya merupakan bahan endapan aluvium pantai. Jenis tanah ini terdapat sepanjang pantai, terutama di Distrik Buruway (Kambala, Yarona, Edor dan desa lainnya.

3. Aluvial : Jenis tanah ini dicirikan oleh adanya solum yang berlapis sesuai bahan yang diendapkan, baik oleh sungai maupun oleh air laut. Solum tanah termasuk dalam > 100 cm, tekstur agak kasar (lempung) – halus (liat berlempung), drainase agak terhambat hingga baik. Jenis tanah ini terdapat pada daerah di sepanjang aliran sungai.

4. Gleisol : Tanah-tanah yang tergenang yang ditandai oleh adanya lapisan tanah berwarna kelabu (gleik), tekstur agak kasar hingga halus, solum dalam > 100 cm. Jenis tanah ini banyak terdapat pada daerah aliran sungai dan daerah rawa, dengan drainase terhambat. Jenis tanah terbanyak terdapat di Distrik Teluk Etna. 5. Kambisol : Jenis tanah ini ditandai oleh adanya horizon penentu kambik (terjadi

peningkatan kadar liat pada lapisan bawah). Tanah ini berada pada daerah relatif tinggi, dengan drainase agak cepat hingga baik dan solum tanah termasuk dalam. Penyebaran jenis tanah ini sangat luas mulai dari dataran datar hingga wilayah perbukitan dan bahkan sampai ke pegunungan.

(15)

tanah lapisan bawah (2t). Tanah ini mempunyai tekstur agak halus hingga halus, drainase agak cepat hingga baik. Jenis tanah ini penyebarannya pada daerah-daerah bergelombang yang terdapat di 4 distrik.

7. Latosol : adalah tanah yang telah mengalami perkembangan profil matang, yang ditandai dengan tekstur halus (liat) hampir pada semua lapisan dan struktur remah, solum dalam > 100 cm, drainase agak cepat hingga baik. Penyebaran jenis tanah ini pada daerah-daerah perbukitan.

8. Mediteran : Jenis tanah ini terbentuk dari bahan induk kapur, dengan solum dalam hingga dangkal, tekstur agak halus hingga halus, drainase agak cepat hingga baik. Jenis tanah ini tersebar pada daerah-daerah perbukitan.

9. Litosol : solum tanah dangkal sampai sangat dangkal < 50 cm, tekstur agak kasar hingga batuan. Drainase agak cepat hingga cepat. Penyebaran jenis tanah ini pada daerah perbukitan hingga pegunungan dengan kemiringan lereng > 40%.

Dari 9 (sembilan) jenis tanah yang ada di Kabupaten Kaimana, dimana 3 (tiga) jenis tanah yaitu, Organosol, Regosol dan Litosol tidak sesuai untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, sedang jenis tanah lainnya sesuai untuk pertanian tanaman pangan. Berdasarkan jenis tanah dan perbedaan kemiringan lereng tersebut, maka semua sistem lahan yang terdapat di Kabupaten Kaimana dapat dikelompokkan menjadi 12 (duabelas) Satuan Peta Tanah (SPT). Secara ringkas SPT yang ada di Kabupaten Kaimana adalah

1 PTG Regosol : Solum dalam, tekstur kasar hingga agak kasar, drainase cepat hingga cepat, (Tropopsamments)

0 – 3 15.260 0,82

2 GBT, PGO, TRT Organosol : Solum dalam, tekstur hemik hingga safrik, darainase sangat terhambat, (Tropohemists)

0 – 3 63.036 3,41

3 KJP Gleisol : solum dalam, tekstur halus,

drainase terhambat (Sulfaquents) 0 - 3 40.288 2,18 4 RBB & Danau Gleisol : Solum dalam, tekstur agak

halus hingga halus, lapisan gambut di

6 AFT, STL Kambisol, Aluvial : Solum dalam, tekstur agak halus hingga halus, drainase baik (Eutropepts, Tropofluvents).

4 - 8 73.676 3,98

7 AYT Litosol : Solum dangkal hingga sedang, tekstur agak kasar hingga batuan, drainase cepat (Rendoll).

4 – 8 1.851 0,10

8 GRO, KFT Kambisol, Podsolik : Solum dalam, tekstur agak halus hingga halus, drainase agak cepat hingga baik (Tropodults, Eutropepts)

9 – 15 42.489 2,30

9 TMN Kambisol, Podsolik : Solum dalam, tekstur agak halus hingga halus, drainase agak cepat hingga baik (Tropodalfs, Eutropepts)

16 – 25 96.489 5,22

10 SWA Litosol, : Solum dangkal hingga sedang, tekstur agak kasar hingga batuan, drainase agak cepat hingga baik (Rendoll).

16 – 25 2.778 0,15

11 KWS, GBO Latosol, Kambisol : Solum dalam, tekstur agak halus hingga halus,

(16)
(17)

2.1.2.6

Sumber Daya Hutan

Hutan adalah merupakan sumber daya alam yang harus dipertahankan keberadaannya agar keseimbangan lingkungan dapat terjaga. Mengingat wilayah Kabupaten Kaimana merupakan daerah berbukit dan bahkan bergunung, maka daerah-daerah yang mempunyai kemiringan lahan di atas 40% harus dijadikan kawasan lindung atau hutannya dilindungi. Namun dari peta citra landsat, di beberapa titik tampak kondisi hutan sebagian telah rusak menjadi areal terbuka sebagai akibat kegiatan penebangan baik yang dilakukan oleh perusahaan HPH maupun oleh penebang liar. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Peta Penyebaran Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menurut Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Kaimana Tahun 2000 sebagian besar Kabupaten Kaimana masih merupakan wilayah berhutan.

Kawasan hutan di Kabupaten Kaimana merupakan kelompok Hutan Hujan Tropis Basah pantai Selatan leher burung pulau Papua. Kawasan hutan ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi karena posisinya yang merupakan perwakilan tipe formasi hutan pantai dan pulau-pulau, hutan mangrove dan estuary, hutan rawa gambut campuran, hutan dataran rendah, dan hutan pegunungan rendah/menengah. Tipe formasi hutan demikian merupakan habitat dan relung dari flora dan fauna baik darat maupun perairan dengan tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi.

Berdasarkan pembagian hutan menurut fungsinya, kawasan hutan di Kabupaten Kaimana terdiri atas Hutan Lindung (HL), Hutan Perlindungan dan Pengawetan Alam (PPA), Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK) dan Areal Peruntukan Lain (APL). Keseluruhan luas kawasan hutan termasuk perairan darat, tidak termasuk periran laut mencapai 1.724.326 ha (1,7 ha), tergolong kawasan hutan tetap seluas 1,4 juta ha (78, 3%) dan kawasan hutan tidak tetap (21,7%). Sebagian besar kawasan hutan (64 %) diperuntukan untuk tujuan penghasil produksi

bahwa untuk suatu wilayah kabupaten luas tutupan hutan yang harus dipertahankan minimum 30 %. Proporsi luasan hutan, berbeda dengan hasil interpretasi citra landsat yang di overlay dengan Tata Guna Hutan Kesepakatan serta Peta Status Lahan (RePProt, 1986). Hasil interpretasi menunjukkan bahwa luas hutan 1.928.243.50 ha, terdiri atas 31,03 % untuk tujuan konservasi dan perlindungan dan 68,19 % untuk tujuan produksi.

(18)

Tipe Formasi Hutan

Secara umum tipe dan formasi kawasan hutan di Kabupaten Kaimana terdiri atas tipe dan formasi hutan mangrove, Hutan Pantai, Hutan Rawa Campuran, Hutan Dataran Rendah/ Pegunungan Rendah. Kawasan hutan di Kabupaten Kaimana terluas adalah tipe formasi hutan dataran rendah/ pegunungan rendah dengan luasan sebesar 1,6 juta hektar. Tipe dan Formasi hutan yang sempit adalah hutan mangrove dan hutan pantai seluas 51.000 hektar. Tipe hutan rawa campuran menempati luasan sekitar 83.000 hektar. Luasan hutan tersebut belum termasuk hutan sekunder, lahan tidak produktif dan semak belukar, yang menyebar berkelompok dengan luasan bervariasi mengikuti fisiografi lahan dan jenis substrat dasar habitat. Ke empat tipe formasi hutan tersebut menyebar di seluruh distrik dengan proporsi luasan yang bervariasi terhadap luas wilayah Distrik maupun Kabupaten. Setiap tipe dan formasi hutan tersebut didominasi oleh lebih dari satu jenis vegetasi sebagai penciri utamannya. Komposisi dan struktur jenis pun bervariasi bergantung pada substrat dasar dan batuan induk pembentuk substrat tersebut.

Hutan Pantai

Hutan pantai dan pulau tersebar di pesisir pantai dan pulau-pulau di pesisir pantai Selatan terutama di Distrik Kaimana dan Distrik Buruway. Tipe dan formasi hutan pantai di Distrik Kaimana terdapat di sebelah selatan Kaimana pada jajaran bukit dan tebing batu kapur. Sedangkan di Distrik Buruway terdapat di sebelah barat membujur ke timur Kampung Nusaulan sampai ke Kampong Edor Lama. Jenis vegetasi yang mendominasi tipe formasi hutan ini adalah Pandan (Pandanus sp), Ketapang (Terminalia catappa), Waru Laut (Hibiscus sp) dan Bintanggur pantai (Callophyllum sp). Pada daerah-daerah pantai berpasir didominasi oleh Kelapa (Cocos nucifera) dan Cemara pantai (Casuarina equicetiffolia). Jenis yang disebutkan terakhir ini umumnya mendominasi daerah pantai berpasir di pulau-pulau. Wilayah hutan pantai ini pemanfaatannya selain sebagai

pemukiman, juga merupakan dusun-dusun kelapa penduduk di sekitarnya dan sebagai kebun penduduk terutama hutan pantai dekat pemukiman.

Di Distrik Buruway dijumpai tipe hutan kerangas. Tipe hutan ini dijumpai pada bukit-bukit karang di tepi pantai yang terkadang dikelompokan ke dalam formasi hutan pantai berkarang. Jenis vegetasi dominan pada tipe hutan ini adalah Gelam (Eucalyptus sp), Kayu putih (Melaleuca sp) dan Chenospodium. Di samping itu dijumpai pula beberapa jenis herba seperti Lycospodium sp, serta rumput-rumput penutup tanah seperti Digitaria sp, Eragrotis sp, Kyllinga sp dan Cyperus sp.

Hutan Mangrove dan Nipah

Tipe formasi hutan mangrove menyebar di sepanjang teluk dan muara-muara sungai di tepi pantai. Tipe formasi ini umumnya berasosiasi dengan hutan nipah dengan luasan mencapai 50.575,52 ha (2,62 %) dari luas kawasan hutan. Wilayah persebaran hutan mangrove hampir terdapat di setiap distrik dalam wilayah Kabupaten Kaimana dengan luasan yang bervariasi. Di Distrik Buruway seluas 3,15% dari luas hutan distrik (415.939,204 ha); Kaimana Kota seluas 1,30% dari luas hutan distrik (488.080.328 ha); Teluk Arguni seluas 2.38% dari luas hutan distrik (377.361,60 ha); dan Teluk Etna seluas 3.42% dari luas hutan distrik (646.862.35 ha).

(19)

dengan kerapatan pohon berkisar antara 1000 – 1600 pohon per hektar. Pada tipe vegetasi mangrove estuary yang rapat dan kompak umumnya menyebar di sekitar muara sungai besar atau di sepanjang teluk, kerapatan semai untuk semua jenis mencapai 10.000 – 40.000 semai/ha, sapihan mencapai 800 – 2400 sapihan/ha, tiang mencapai 300 – 700 pohon/ha dan tingkat pohon mencapai 65 – 135 pohon/ha. Beberapa hutan mangrove yang tersebar sporadik dengan lebar hanya mencapai 20 meter pada cekungan-cekungan pantai bersubstrat pasir berlumpur didominasi oleh Rhizopora sp. Vegetasi nipah umumnya tumbuh di sepanjang pantai teluk di belakang mangrove dan tepian muara sungai besar yang masih terpengaruh oleh pasang air laut. Potensi pohon nipah ini cukup rapat dan sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber bahan baku gula.

Hutan Rawa-Sagu Campuran

Hutan rawa–sagu campuran merupakan tipe formasi hutan yang berada di belakang formasi hutan mangrove-nipah. Hutan ini umumnya merupakan ekosistem peralihan ke hutan dataran rendah, terutama pada daerah teluk dan muara sungai yang lebar dan datar. Merupakan wilayah dataran banjir dengan drainase agak terhambat sampai terhambat. Juga hutan ini banyak dijumpai pada sempadan danau-danau yang berada di kawasan ini.

Tipe formasi hutan ini umumnya memiliki komposisi jenis yang tinggi yang terkadang disisipi oleh hutan sagu dan rumput rawa yang cukup tebal. Substrat umumnya lumpur dan terkadang bergambut yang agak dalam. Jenis-jenis kayu yang mendominasi formasi tipe hutan ini adalah Ketapang (Terminalia catappa), Matoa (Pometia spp), Merbau (Intsia palembanica), Sukun (Arthocarpus sp), Jambu-jambuan (Zysigyum sp), Pala hutan (Myristica spp), Jambu hutan (Eugenia sp), Binuang (Octomeles sumatrana) dan Nyatoh (Palaquium sp). Potensi pohon jenis komersial umumnya cukup tinggi. Kerapatan vegetasi tingkat pohon mencapai 164 pohon/ha dengan rata-rata potensi pohon masak tebang antara 25 – 30 m3/ha, bahwa di daerah sepadan sungai potensi jenis komersil jauh lebih tinggi. Karena itu bagian agak ke darat pada daerah tergenang temporal terkadang menjadi areal konsesi HPH.

Luas hutan dan status hutan yang ada di wilayah Kabupaten Kaimana adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5

Status Hutan

STATUS HUTAN LUAS (Ha)

Hutan Lindung (HL) 379,618.458

Hutan PPA 10,425.296

Hutan Produksi Terbatas (HPT) 577,469.645

Hutan Produksi Tetap (HP) 366,169.400

Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK)

317,910.096

Areal Penggunaan Lain (APL) 179,719.254

Suaka Alam 144.74

Cagar Alam 132.58

Potensi hutan yang ada di Kabupaten Kaimana cukup besar, dimana status hutan yang dapat dimanfaatkan kayunya, yang berada pada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi (HP) dan Hutan Poroduksi Yang dapat Dikonversi (HPK) mencapai luas total 1.055.737 Ha (57,07%). Potensi hutan yang dapat diusahakan termasuk sangat luas, namun terdapat beberapa kendala secara ekonomis, diantaranya topografi wilayah yang berbukitbukit hingga bergunung dengan lereng sangat terjal, sehingga akan menjadi kendala dalam melakukan kegiatan penebangan maupun pengangkutan kayu log.

(20)

2.1.2.7

Sumber Daya Pertanian

2.1.2.7.1 Pertanian

Sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kaimana sebesar 54,65% dari total PDRB. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Kaimana memberikan perhatian yang cukup besar, hal ini ditandai dengan peningkatan luas area tanam serta peningkatan produksi pertanian.

Pada sub sektor tanaman pangan komoditi yang diusahakan oleh penduduk di Kabupaten Kaimana antara lain adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, keladi dan sayur-sayuran serta buah-buahan. Keladi, kacang panjang dan pisang mempunyai produksi yang paling tinggi diantara komoditi yang lain, namun terjadi penurunan produksi dari tahun sebelumnya. Luas panen dan produksi beberapa tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut.

2.1.2.7.2 Perkebunan

Sub sektor perkebunan juga memberikan kontribusi yang menjanjikan terhadap perekonomian Kabupaten Kaimana, hal ini terlihat dengan peningkatan produksi dari komoditi-komoditi yang diusahakan oleh masyarakat lebih besar daripada tahun lalu.

Tanaman perkebunan yang kini telah diusahakan antara lain: kelapa, kakao, cengkeh, pala, kopi dan vanili. Kakao diusahakan baik oleh perkebunan swasta (SADP) maupun perkebunan rakyat. Luas perkebunan SADP sekitar 75 Ha dengan produksi rata-rata 9,04 ton/ha. Adapun luas tanam dan produksi perkebunan rakyat pada tahun 2008 adalah seperti tertera pada Tabel 2.7 berikut.

Tabel 2.6

Luas Panen dan Produksi Beberapa Tanaman Pangan dan Hortikultura

No. Jenis Tanaman Luas (Ha) Produksi (Ton) Produktvitas

(Ton/Ha)

1. Padi - -

-2. Jagung 18 12,9 0,72

3. Ubi Kayu 20 13,8 0,69

4. Ubi Jalar 20 12 0,6

5. Kacang Hijau - -

-6. Keladi 30 20 0,67

Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

Tabel 2.7

Produksi Sayur-Sayuran Tahun 2008

No. Jenis Tanaman Jumlah

1 Kubis 4

2 Lombok 9

3 Tomat 6

4 Ketimun 3

5 Terung 3

6 Kacang Panjang 12

7 Petsai/ Sawi 3

8 Sayur Lilin 0

9 Buncis 1

10 Kangkung 8

11 Bayam 8

12 Seledri 0

(21)

Tabel 2.8

Produksi Buah-Buahan Tahun 2008

No. Jenis Tanaman Jumlah

1 Pisang 128

2 Mangga 10

3 Rambutan 16

4 Pepaya 3

5 Jeruk 10

6 Buah Merah 0

7 Apel 0

8 Markisa 0

Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

Tabel 2.9

Luas Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat

Tahun 2008

No. Jenis Tanaman Perkebunan

Luas Tanam

(Ma) Produksi (Ton)

1 Kelapa /coconut 570 29.731

2 kakao / cacao 79 230

3 Cengkeh / clove 32 59

4 pala / nutmeg 7.610 6.130

5 kopi/ coffee 40

-6 Vanili /Vanili 15 0.27

Jumlah / Total 8.344 36.150.27

Sumber: Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

2.1.2.7.3 Peternakan

Pengembangan peternakan di Kabupaten Kaimana, yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Fakfak, sebetulnya sudah dimulai dari tahun 1992 dengan program pemberian sapi Banpres kepada masyarakat. Pada tahun 1999 pemberian bantuan berupa kambing gaduhan dari Dinas Peternakan Kabupaten Fakfak. Program ini tidak berjalan dengan baik karena kurangnya pemahaman peternak tentang budidaya kambing yang disebabkan kurangnya pembinaan dari pemerintah. Kebijakan pemerintah dalam upaya mengembangkan sektor peternakan telah dimulai pada tahun 2004 dengan memberikan bantuan beberapa jenis ternak kepada kelompok masyarakat, mahasiswa maupun unit pelaksana teknis di lingkungan Dinas Peternakan itu sendiri. Pengembangan ternak kambing dan unggas diarahkan pada beberapa kampung di Distrik Kaimana Kota sedangkan sapi potong diarahkan ke salah satu kampung. Potensi Ternak di Kabupaten Kaimana Ayam bukan ras merupakan ternak potensial di Kabupaten Kaimana, karena sudah tersebar diseluruh distrik. Kebijakan pemerintah daerah untuk di Distrik Kaimana Kota dan Distrik Buruway. Distrik Buruway menjadi pilihan pengembangan sapi mengembangkan ternak ini adalah dengan memberikan paket sapi bali karena daerahnya luas, cukup datar dan lahan di bawah pohon kelapa dapat digunakan sebagai ayam buras kepada kelompok masyarakat, kelompok tempat penanaman hijauan pakan ternak jenis lahan naungan. Lambatnya perkembangan peternakan mahasiswa dan UPT yang ada di Dinas Peternakan sendiri. di Kabupaten Kaimana selain faktor di atas, juga karena peternakan belum menjadi sektor andalan.

(22)

Potensi dan produksi Peternakan

Pemeliharaan ternak di Kabupaten Kaimana secara umum masih bersifat budidaya subsisten sehingga perkembangan ternak masih sangat lambat. Tidak semua ternak dapat ditemukan di semua distrik di Kabupaten Kaimana kecuali ayam buras dan babi. Sekalipun babi dapat ditemukan di semua distrik, sebetulnya penyebarannya hanya pada kampung-kampung tertentu.

Kabupaten Kaimana adalah itik dan entog, yang keberadaannya cukup menyebar di beberapa distrik. Populasi itik dan entog tersebar di Distrik Kaimana Kota. Ternak kambing yang dipelihara masyarakat dari jenis kambing kacang. Ternak ini sudah ada di Kabupaten Kaimana sejak tahun 1999 melalui program gaduhan dari Dinas Peternakan Kabupaten Fakfak. Program ini tidak berjalan dengan baik karena tidak adanya pengawasan dari dinas terkait sehingga kambing bantuan ini dijual sebelum masyarakat mampu mengembalikannya. Selanjutnya pada tahun 2004, Dinas Peternakan Kabupaten Kaimana memberikan bantuan kambing kepada masyarakat di beberapa kampung di Distrik Kaimana kota dan Buruway. Rencana pengembangan ternak kambing untuk Kabupaten Kaimana akan dipusatkan di Kampung Coa, Trikora dan Kroy.

Sapi bali (Bos Sondaicus) di samping ternak kambing merupakan ternak ruminansia yang tersebar hampir di semua distrik di Kabupaten Kaimana. Ternak ini sudah ada di Kabupaten Kaimana sejak tahun 1992 sebagai ternak Bantuan Presiden yang diberikan kepada masyarakat melalui Dinas Peternakan Kabupaten Fakfak. Perkembangan populasi ternak ini cukup baik. Saat ini di Kampung Coa,Trikora dan Kroy Distrik Kaimana kota terdapat sekitar 500 ekor sapi bali, yang sebagian dari sapi ini rencananya akan dipindahkan ke Kampung Tanggaromi di Distrik Kaimana Kota dan Kampung Yarona di Distrik Buruway. Sejak tahun 2003 Ternak Sapi sudah dikembangkan di Kampung Yarona melalui program bantuan ternak sapi dari Dinas Peternakan Kabupaten Fakfak. Sesuai dengan rencana pengembangan sapi bali di Distrik Buruway, saat ini sedang

dipersiapkan lahan seluas 10 ha untuk penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan ranch. Ternak babi yang dipelihara oleh masyarakat adalah jenis babi lokal (Sus Papuaniensis) kecuali di Distrik Teluk Etna, babi yang dipelihara oleh masyarakat adalah jenis babi putih (Chester White). Nampaknya ternak babi ini tidak berkembang dengan baik karena masyarakat kurang berminat untuk memeliharanya.

Potensi pakan hijauan yang ada di Kabupaten Kaimana masih perlu ditingkatkan mengingat hingga saat ini pakan hijauan yang tersedia masih bersifat alami dan belum dibudidayakan. Peningkatan kualitas pakan hijauan ini perlu dilakukan karena ternak kambing dan sapi merupakan ruminansia yang berpotensi untuk dapat berkembang dengan baik. Hijauan dan leguminosa yang dapat ditemukan hampir di semua distrik adalah rumput pahitan (Paspalum conjugatum), rumput teki (Cyperus rotundus), dan berbagai rumput alam yang tahan naungan. Selain itu terdapat juga leguminosa seperti gamal (Glirisida sepium) dan lamtoro (Leucaena glauca).

Pemasaran hasil ternak masih sangat sederhana. Masyarakat hanya menjual ternaknya pada saat tertentu saja, misalnya saat mereka memerlukan tambahan uang untuk kebutuhan rumah tangga yang mendesak, atau ada orang lain yang memerlukan ternak untuk dipotong. Harga jual ayam buras betina Rp. 30.000/ekor sedangkan ayam jantan Rp.50.000/ekor. Harga jual kambing berkisar antara Rp. 300.000 sampai Rp. 500.000/ekor sementara sapi Rp. 1.500.000 sampai Rp. 3.000.000/ekor. Penjualan ternak babi tidak selalu dalam bentuk hidup tetapi dalam bentuk daging. Harga jual babi berkisar antara Rp. 500.000 sampai Rp. 1.200.000/ekor dan Rp. 5.000/kantong plastik (kurang lebih 0,75kg). Khusus Distrik Kaimana Kota pada tahun 2004 pernah menjual sapi dan kambing ke Timika, Fakfak dan Sorong degan jumlah penjualan sapi sebanyak 60 ekor dan kambing 20 ekor.

Sistem Pemeliharaan

(23)

(ayam buras, itik dan entok) dalam proses pemeliharaannya dibiarkan mencari pakan sendiri di sekitar rumah atau tempat lain. Sebagian masyarakat di Distrik Kaimana kota telah menyediakan kandang sederhana untuk ayam buras yang mereka pelihara tanpa menyediakan pakan yang memadai. Pagi hari ayam ini dikeluarkan dari kandang untuk mencari makan dan sore hari dikandangkan kembali, sementara itik dan entog tidak disediakan kandang.

Sistem pemeliharaan yang sama juga terjadi pada sapi dan kambing. Ternak-ternak ini tidak disiapkan kandang oleh pemiliknya. Sapi-sapi yang dipelihara hanya diikat/diumbar di halaman rumah/tegalan tanpa diberi pakan hijauan yang memadai terutama pakan hijau yang berkualitas.

Ternak Kambing yang dipelihara di seluruh distrik tidak ada yang dikandangkan. Ternak-ternak ini memanfaatkan pinggiran-pinggiran bangunan untuk berteduh pada malam hari, sementara pada siang hari kambing akan merumput dimana saja.

Sama halnya dengan ternak-ternak tersebut di atas, ternak babi juga dibiarkan berkeliaran tanpa disiapkan kandang, kecuali di Kampung Wosokunu Distrik Teluk Etna. Walaupun sederhana di kampung ini ternak babi telah mempunyai kandang. Secara umum pakan yang diberikan oleh pemilik ternak babi adalah limbah dapur dan limbah pertanian.

Tabel 2.10

Jenis dan Populasi Ternak Tahun 2008

Sumber: Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

2.1.2.7.4 Sumber Daya Kelautan

Ada beberapa jenis Potensi kelautan di wilayah kabupaten Kaimana yaitu : ikan berbagai jenis, mutiara dan berbagai jenis molusca (lola, batulaga, madiki, keker, sawaki, sunggiang), teripang, berbagai jenis udang, rumput laut tambelo dan lain-lain. Disamping itu juga terdapat berbagai jenis vegetasi pesisir seperti kelapa, nipah, mangrove dan lainnya. Potensi laut dan pesisir tersebut tersebar secara luas di 4 Distrik, namun hingga kini belum digali dan dikelola secara produktif dan ekonomis.

A. Zone Ekologi Kelautan

Kabupaten Kaimana memiliki sumberdaya perikanan yang sangat besar dan merupakan potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi salah satu sektor unggulan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Saat ini, ada dua kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang menonjol, yaitu kegiatan perikanan tangkap dan budidaya kerang mutiara.

Kegiatan perikanan tangkap dimanfaatkan baik oleh masyarakat setempat dengan oritentasi perikanan pesisir yang bersifat tradisional dan perusahaan komersial yang lebih terkonsentrasi pada perairan laut. Perikanan tradisional dicirikan oleh alat transportasi yang kecil (sampan dan kolekole) dengan tenaga pengerak dayung dan motor tempel berdaya-pengerak yang rendah. Teknologi pengoperasian alat juga masih sangat sederhana dan bersifat turun temurun. Kondisi-kondisi ini lebih disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang lambat pada kebanyakan kampung-kampung pesisir di Kabupaten Kaimana, sebagai akibat isolasi geografik, infrastrutur yang belum memadai less). Ikan yang tertangkap sebagai “by catch” terutama dari jenis-jenis ikan ekonomis penting dimanfaatkan juga untuk memenuhi permintaan domestik maupun ekspor. Kegiatan budidaya kerang mutiara mulai dirintis pada tahun 2001 oleh PT. Ameranus, dengan dua lokasi budidaya yang terletak di Kayu Merah Distrik Etna dan di Teluk Bisari Distrik Kaimana Kota. Sampai saat ini, kegiatan budidaya kerang mutira masih dalam tahap pemeliharaan dan belum berproduksi.

No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)

1. Sapi 572

2. Kambing 386

3. Babi 168

4. Kerbau 0

(24)

Daerah Penangkapan (Fishing Ground)

Daerah penangkapan sumberdaya perikanan terletak pada perairan sungai, muara, estuari, perairan pesisir dan lautan. Akses nelayan terhadap berbagai daerah penangkapan tersebut sangat tergantung pada:

1. kemampuan nelayan (sarana tranportasi) dalam menjangkau daerah penangkapan;

2. jenis alat tangkap yang dimiliki nelayan atau yang digunakan; 3. musim penangkapan;

4. musim yang terjadi di perairan (musim barat dan musim timur); 5. kedalaman perairan; dan

6. jenis yang menjadi target penangkapan.

Daerah penangkapan ikan dan udang serta sumberdaya perairan lain bagi nelayan di Teluk Arguni adalah di perairan sungai dan estuari. Umumnya penangkapan ikan dan udang serta sumberdaya perairan lain hanya di sekitar tempat tinggal yakni di perairan sungai sepanjang Teluk Arguni. Untuk mencapai daerah penangkapan (fishing ground) yang lokasinya berada di luar perairan Teluk Arguni biasanya dilakukan menggunakan perahu dayung dengan waktu tempuh 2 – 3 jam perjalanan. Di Teluk Etna, daerah penangkapan ikan lema (Rastrelliger kanogurta) berjarak 0,5 hingga 1 mil, bahkan kadang-kadang hingga 2 – 3 mil dari dan keterbatasan dalam mengakses pendidikan, kesehatan dan layanan lain.

Berbeda dengan perikanan tangkap tradisional, perikanan komersial diusahakan oleh PT. Avona Mina Lestari (AML) dengan komoditi utama adalah udang. Setelah melalui proses penanganan, udang beku diekspor ke China dalam bentuk utuh (head on) dan Jepang dalam bentuk tanpa kepala (head pantai sebelah Timur Kampung Lakahia/Boiya, pada kedalaman 22 – 25 m. Sedang ikan kembung lelaki (kembung B) daerah penangkapannya lebih jauh, yaitu berjarak 25 hingga 75 mil dari pantai sebelah timur

Kampung Lakahia, pada kedalaman perairan 20 – 40 meter. Ikan ekor kuning (Caseo spp.), daerah penangkapannya tidak jauh dari pantai. Ikan ini merupakan ikan karang yang hidup pada perairan yang dangkal (15 – 20 m).

B. Potensi pada Zona Pesisir

Potensi vegetasi antara lain kelapa, daun pandan pantai, manggi-manggi (mangrove), nipah dan berbagai jenis kayu di daerah pesisir, sedangkan potensi pariwisata antara lain : terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias, kepiting, rumput laut dan tambak serta potensi pasir pantai.

2.1.2.8

Potensi Pariwisata

Kabupaten Kaimana hasil pemekaran dari kabupaten Fak-Fak terletak di bagian Selatan Kepala Burung Pulau Papua adalah satu kota tua yang menyimpan sejuta panorama keindahan alam yang khas. Sebagaimana halnya wilayah pesisir di pantai selatan Papua, Kabupaten Kaimana memiliki fisiografi lahan perpaduan antara bukit-bukit karang yang terjal, diselingi oleh lembah yang curam serta daerah dasar lembah yang landai dengan juluran teluk jauh ke darat, diselingi gisik-gisik pantai dan tebing batu karang. Kondisi fisiografi demikian memunculkan suatu bentangan alam yang khas dengan berbagai keunikan hasil karya sang Pencipta yang tak terukur nilainya.

(25)

Meskipun sektor pariwisata belum menjadi sektor unggulan bagi pemerintah daerah, namun Panorama senja dan beberapa pantai serta pulau-pulau kecil dapat dikembangkan untuk ekowisata (Ekotourism). Pulau-pulau kecil ini dijumpai di sepanjang pantai teluk maupun pesisir laut Kabupaten Kaimana. Panorama senja merupakan salah satu unggulan pariwisata Kabupaten Kaimana. Panorama senja yang indah ini telah dikumandangkan Alfian ke seluruh dunia melalui lagu “Senja Di Kaimana”. Setiap orang yang mengunjungi Kaimana menggumi keindahan panorama senja. Bahkan masyarakat Kaimana mengatakan Senja Kaimana lebih indah Bulan Purnama atau fenomena Blue Moon.

Pulau Venue, adalah salah satu pulau kecil yang berada di sebelah selatan Distrik Buruway yang luasan hanya sekitar 15 ha. Pulau ini memiliki pantai pasir yang putih dan terumbu karang yang indah. Sesuai namanya, merupakan relung bertelur Penyu Belimbing dan beberapa satwa endemic maupun satwa migran. Pantai pasir putih merupakan tempat bertelur Penyu Belimbing dan Burung Maleo. Satwa migran seperti Pelikan dari Australia secara periodik setiap tahun hadir di pulau ini untuk sekedar menghindari musim yang ekstrim di habitat asalnya dan terkadang menjadikan pulau ini sebagai relung untuk berkembang biak. Pada siang hari, kelelawar banyak bergantungan di pohon Cemara pantai yang tumbuh di pulau ini untuk beristirahat menunggu malam tiba, kembali beraktivitas mencari makan. Di tengah pulau terdapat laguna (kolam karang), merupakan habitat beberapa biota laut. Di Pulau Venue pun menyimpan situs berupa kuburan keramat yang hingga kini secara fisik masih terlihat.

Perairan laut di sekeliling pulau memiliki terumbu karang dengan berbagai bentuk dan aneka warna, beragam jenis biota laut berasosiasi dengan terumbu karang memunculkan panorama dasar laut yang menakjubkan. Pulau Venue dapat dijangkau

melalui laut dengan rata-rata waktu tempuh 3 – 5 jam dari ibu kota Kabupaten Kaimana; 1 – 1,5 jam dari ibu kota Distrik Buruway dan 20 – 30 menit dari Pulau Adi menggunakan long Boat/Speed Boat.Pulau-pulau kecil seperti Kepulauan Triton dan Pulau Aiduma dapat dikembangkan sebagai obyek wisata Kepulauan. Di perairan laut di sekitar pulau banyak ditemukan ikan Napoleon (Cheilinius undulates) yang berukuran besar dan berbagai jenis ikan hias seperti angelfish (Pemacantus sp) yang dapat dijadikan site point untuk wisata selam dan snorkeling. olahraga air seperti ski dan jet ski. Selain itu wilayah ini banyak ditumbuhi oleh soft coral yang sangat luas dan merupakan makanan ikan alami. Keadaan ini sangat menunjang kegiatan wisata memancing dan snorkling. Ketenangan wilayah ini juga merupakan lokasi yang sangat tepat untuk beristirahat untuk melepas lelah dan penat. Teluk Bisari, dijumpai semacam kebun karang (coral garden) yang sangat luas memanjang dari Tanjung Mosimosi ke arah kampung Sisir, merupakan suatu arsitektur alam yang sulit untuk diciptakan manusia. Lima Perairan teluk yang terdapat di Kabupaten Kaimana seperti Teluk Bisari, Teluk Etna, Teluk Avona, Teluk Triton dan Teluk Arguni. Di sepanjang perairan teluk, akan dijumpai banyak pulau kecil dengan bukit dan tebing karang akan memperlihatkan panorama alam yang indah. Keadaan ini menciptakan lokasi yang bebas dari gempuran ombak dan angin dan sangat baik untuk Perilaku masyarkat dalam budaya seperti upacara ritual, upacara penyambutan tamu dengan tarian khasnya dan upacara Sasi sebagai kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya laut, juga dapat dikembangkan menjadi obyek wisata budaya di Kabupaten Kaimana.

1. Teluk Triton

(26)

wisatanya adalah Teluk Triton. Dari Kota Kaimana untuk menuju Teluk Triton sangat mudah, hanya memerlukan waktu 1,5 jam.

Bagi pencinta wisata bahari, perjalanan ini tentunya sangat menyenangkan. Setelah melewati Tanjung Bicari yang bergelombang, kami akhirnya tiba di Selat Erana yang saat ini lebih dikenal dengan nama Selat Namatota, karena di situ terdapat Pulau Namatota.

Di pulau inilah awal wisata laut kami dimulai dengan berbagai panorama alam yang menakjubkan. Tampak sebuah gunung berbentuk ikan paus. Uniknya, pada stalaktit gunung itu terdapat lukisan–lukisan yang menggambarkan matahari, tangan manusia, dan juga tengkorak manusia. “Oleh masyarakat di sini, tempat ini dianggap sakral dan mereka tidak tahu pasti kapan lukisan ini dibuat. Jadi pulau ini menyimpan banyak misteri,” kata Asril.

Tidak itu saja, setiap pukul 08.00-12.00, bila kondisi cuaca bagus dan laut dalam keadaan flat atau tenang, terdapat sekelompok ikan paus dan lumba-lumba asyik mencari makan dan mereka sangat aktif bermain bersama kelompoknya. “Kami katakan tempat ini ‘restorannya’ ikan paus dan lumba–lumba, karena tempat ini adalah fishing bank (bank ikan-red). Banyak terdapat jenis ikan, Di sini, wisatawan juga bisa melihat ikan mangiwang atau ikan yang lebih dikenal dengan nama hiu bodoh. Disebut hiu bodoh karena ikan ini hanya berjalan di atas pasir dengan siripnya dan makanannya hanya ebi (udang kecil).” lanjutnya.

Karang Lunak

Bagi penggemar diving dan snorkeling, tempat ini merupakan kawasan wisata yang menarik. Karang–karang di Teluk Triton ini terkenal dengan soft coral atau karang lunak. Berdasarkan hasil survei CI Kaimana, ditemukan 868 jenis ikan karang, termasuk 10-14 jenis baru (10-13 endemik).

Keanekaragaman hayatinya dapat terlihat dari jenis ikan karang FakFak/Kaimana yang mencapai 959 spesies, bank heal seascape (BHS) sebanyak 1.323 spesies, termasuk 24 yang endemik. Jenis karang FakFak/Kaimana berjumlah 471 spesies, ditambah 16 spesies baru dan BHS 560 spesies. Jenis udang mantis FakFak/Kaimana ada 28 spesies dan BHS 57 spesies, termasuk delapan yang endemik, sedangkan berdasarkan coral reef fish diversity index, diprediksi ada sekitar 1.194 jenis ikan karang di areal Fakfak, Kaimana. Selain itu, juga ada 234 jenis ikan karang yang biasanya menjadi target foodfish, komersial maupun tradisional. Ini sangat unggul jika dibandingkan dengan Thailand yang hanya terdapat 174 jenis ikan karang. Banyaknya biota laut dan jenis ikan ini membuat tempat ini juga sangat cocok untuk arena memancing.

Teluk Triton bukan hanya menarik sebagai wisata bahari, tetapi juga wisata budaya perpaduan budaya lokal dan luar. Banyak cerita dan legenda yang bisa didapat di daerah ini, termasuk legenda tenggelamnya kapal China pada saat Dinasti Ming. Kapal Inggris juga dikabarkan pernah tenggelam di wilayah ini.

Perjalanan lebih mengasyikkan jika melanjutkan ke Pulau Umbrom yang banyak pasir putihnya. Jadi bila ingin berenang, mampir saja di Pulau Umbrom. Ada juga Pulau kelelawar, di mana setiap menjelang sore hari ribuan kelelawar keluar dari sarangnya, yang kemudian terbang sampai ke Kota Kaimana.

Untuk menjaga agar Teluk Triton dan laut di Perairan Kaimana tetap lestari dan menjadi objek wisata laut, Pemerintah Daerah (Pemda) Kaimana menetapkan luas wilayah laut 597.747 hektare yang dihitung sejauh empat mil laut dari garis pantai laut terluar sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).

(27)

Sebuah konsep tentang pemanfaatan laut yang teratur dan bertujuan untuk menjaga supaya kekayaan alam, terutama laut dan sekitarnya tetap lestari dan terjaga sampai generasi anak cucu kita nanti. Seperti slogan yang dicanangkan Kabupaten Kaimana untuk menjaga kekayaan alamnya, yakni kalo bukan kitong sapa lagi, kalo bukan sekarang kapan lagi?

2. Senja Indah Di Kaimana

Kabupaten Kaimana merupakan kabupaten hasil pemekaran wilayah Kabupaten Fakfak. Kabupaten ini pernah diabadikan dalam sebuah lagu yang menceritakan keindahan senja di Kaimana. Memang jika ditilik dari letak geografis dan bentuk wilayahnya terlihat indah.

2.1.2.9

Rawan Bencana Alam

Kabupaten Kaimana memiliki beberapa kawasan rawan bencana, terutama yang diakibatkan oleh gempa bumi dan tanah. Bencana tanah longsor sangat mungkin terjadi, karena kondisi topografi Kabupaten Kaimana sebagian besar merupakan daerah berbukit kapur dengan kemiringan lereng > 40%, disamping itu batuan penyusun/bahan induknya berupa napal yang mempunyai sifat labil yaitu : licin bila kena air dan pecah bila kering. Kondisi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya tanah longsor.

Kabupaten Kaimana berada di jalur gempa, berdasarkan letak wilayahnya yang berada di Kawasan Samudera Pasifik. Wilayah pantai barat Papua berasal dari lempeng tektonik Australia. Kepulauan Auri diduga merupakan garis pertemuan antara antara lempeng Pasifik dan lempeng Australia, dimana sesar Ransiki memanjang di bawah laut Teluk

Cenderawasih mengikuti garis Kepulauan Auri ke arah sebelah timur zona sesar Wandamen. Jalur karang di Kepulauan Auri diduga berasal dari kerucut lava di bawah permukaan laut yang diakibatkan oleh benturan kedua lempeng tersebut maka Kabupaten Kaimana berpotensi rawan bencana gempa.

Potensi wilayah rawan bencana daerah penyelidikan terdiri atas 2 zona daerah rawan bencana gempa bumi (mengacu kepada peta isoseismal, dengan intesitas skala mercalli – MMI), yaitu :

a. MMI V-VI , yaitu dimulai dari gempa dapat dirasakan diluar rumah, manusia tidur terbangun, pintu-pintu terbuka tertutup, pigura dinding bergerak sampai banyak orang lari keluar rumah karena terkejut, jendela berderit, barang pecah belah pecah, plester dinding yang lemah pecah, lonceng gereja berbunyi dan pohon-pohon bergoyang.

b. MMI VI-VII, yaitu dapat dirasakan oleh pengemudi kendaraan bermotor, orang yang sedang berjalan akan sulit berjalan dengan baik, cerobong asap pecah, konstruksi bangunan yang kurang kokoh akan hancur, lonceng besar berbunyi dan selokan irigasi rusak.

(28)

Gambar 2.14 Sebaran Gempa Di Pulau Papua

Disamping rawan bencana tanah longsor, Kabupaten Kaimana juga rawan terhadap bencana gempa bumi. Kabupaten Kaimana mempunyai banyak patahan dan sesar. Disamping itu juga sesuai dengan laporan RTRWP Irian Jaya menyebutkan, Kabupaten Kaimana termasuk rawan akan bencana gempa bumi.

2.1.3

Kondisi Sosial Budaya

2.1.3.1

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun

2008 tercatat 42.448 jiwa terdiri dari 12.657 Kepala

Keluarga (KK). Dari jumlah penduduk tersebut

23.172 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan

penduduk perempuan 19.276 jiwa. Kepadatan

penduduk rata-rata 2, jiwa/Km2 dengan laju

pertumbuhan 3,65 % per tahun. Sebagian besar

penduduk Kabupaten Kaimana termasuk dalam kelompok berusia muda. Jumlah dan

kepadatan penduduk menurut distrik selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah

ini :

Tabel 2.11

Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Di Kabupaten Kaimana Per Distrik

Luas Jumlah Kepadatan

Daerah Penduduk Per Km2

1 Buruway 2,650 5,481 2.07

2 Teluk Arguni 2,990 4,712 1.58

3 Kaimana 2,095 20,837 9.95

4 Teluk Etna 4,195 5,009 1.19

5 Kambrau 775 2,122 2.74

6 Yerusi/Teluk Arguni Bawah 1,990 2,462 1.24

7 Yamor 3,805 1,826 0.48

18,500 42,449 2.29

Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009 Jumlah/Total

No. Distrik

a. Struktur Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

(29)

Tabel 2.12

6 Yerusi/Teluk Arguni Bawah 1,316 1,146 114.83

7 Yamor 976 849 114.96

23,171 19,277 120.20 Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009

Laki-laki Perempuan Sex Ratio

Sumber : Kabupaten Kaimana Dalam Angka, 2009 Jumlah/Total

Struktur pendudkuk berdasarkan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui jenjang pendidikan di kabupaten Kaimana. Semakin tinggi jumlah populasi dan jenjang pendidikan mengindikasikan bahwa pola pikir masyarakat di daerah tersebut semakin maju. Sebagai gambaran tingkat pendidikan di Kabupaten Kaimana, jumlah penduduk yang bersekolah di Kabupaten Kaimana pada tahun 2008 adalah sebagai berikut :

 SD : 90,73% (20.957 Jiwa)

 SLTP : 37,42% ( 8.643 Jiwa)

 SMU : 20,69% ( 4.779 Jiwa)

2.1.3.2 Kondisi Masyarakat

Adat istiadat di Kabupaten Kaimana yang oleh karena letaknya yang strategis sebagai tempat persinggahan (transit) telah mendapat pengaruh budaya dari luar (interaksi sosial) sehingga nilai-nilai adat asli daerah ini telah terakulturasi oleh nilai-nilai budaya sekitar.

Penduduk yang bermukim di daerah pegunungan pedalaman belum banyak dipengaruhi oleh interaksi dari luar, sedangkan penduduk daerah pesisir telah banyak mendapat pengaruh tersebut melalui perkawinan, seni musik/ tari maupun cara berbusana.

(30)

Buruwai

Orang Buruwai atau Karufa berada di bagian selatan semenanjung Bomberai, bagian barat Teluk Kamrau. Daerah mereka termasuk ke dalam wilayah kabupaten Kaimana, antara lain Guriasa, Tairi, Hia, Gaka, Yarona, dan Esania. Populasi mereka sekitar 700 jiwa. Nama lain dari sub-etnis ini adalah Asienara atau Madidwana

Irahutu

Orang Irahutu atau Irarutu bermukim antara lain di desa Manggera, Kufuriai, Warmenu, Egarwara, Wanoma, Tanusan, Werafuta dan Ruara. Bahasanya termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Iresim

Suku bangsa ini mendiami daerah di wilayah Distrik Teluk Etna, tepatnya di daerah sekitar Danau Yamur. Jumlah populasinya sekitar 100 jiwa. Bahasa mereka termasuk dalam kelompok bahasa Wurm-Hatori (sub-kelompok bahasa teluk Cendrawasih) dari rumpun bahasa Papua.

Kambrau

Orang Kambrau atau Kamberau atau Lambrau berdiam di semenanjung Bomberai sebelah tenggara, di sekitar Teluk Kambrau. Desa-desa mereka adalah Ubia Sarmuku, Bahumia, Inari, Tanggaromi, Kooy, Wamesa dan Coa di wilayah distrik Kaimana dan Distrik Teluk Arguni, Kabupaten Kaimana. Jumlah Populasinya 9000 jiwa. Bahasa mereka masih satu kelompok dengan bahasa Kamoro dan Asmat.

Koiwai

Orang Koiwai atau Namatota mendiami daerah pesisir selatan Irian Jaya, yaitu di bagian selatan Leher Burung Irian, tepatnya di sebelah barat laut Kaimana sampai tenggara ke Maimai. Sebagian lagi mendiami pulau Namatota dan pulau-pulau kecil lain di teluk Kamrau. Desa-desa mereka adalah, Krooy, Namatota, Waikala, Kayumerah dan Maimai. Daerah ini termasuk dalam distrik Kaimana dan Teluk Etna. Jumlah populasi mereka sekitar 700 jiwa. Nama lain mereka adalah Kaiwai, Kuiwai Koiwai, Namatota Aiduma, Kayumerah.

Mairasi

Suku bangsa Mairasi mendiami daerah di sekitar Teluk Arguni, sampai ke Teluk Triton (Teluk Etna) dan Teluk W0ndamen Timur Laut, di daerah leher burung Irian. Daerah mereka masuk ke dalam kabupaten Kaimana terutama di distrik Kaimana dan Teluk Etna serta sebagian masuk di daerah Kabupaten Manokwari. Jumlah populasi mereka 3.000 jiwa. Kata Mairasi berarti "asli", bahasa ini termasuk dalam kelompok bahasa Papua. Desa mereka adalah Murano, Faranyao, Sisir, Lobo, Susunu, Warika, Kokoroba, Barari, Urisa, dan Maimai. Nama lain mereka adalah Kaniran, Faranyao.

Mer

Orang Mer tinggal di daerah bagian tengah Kepala Burung Irian, yaitu di sekitar mata air Wosimi dan hulu sungai Urema. Daerah tersebut termasuk dalam wilayah Distrik Teluk Etna dan Kabupaten Manokwari. Jumlah populasi mereka sekitar 200 jiwa. Desa-desa mereka antara lain Ure atau Muri dan Javor. Nama lain mereka Muri atau Miere.

Mor

Suku bangsa kecil ini berdiam di sekitar daerah timur laut semenanjung Bomberai, yaitu di pantai selatan Teluk Bintuni. Daerah ini termasuk ke dalam wilayah Distrik Kaimana. Populasinya sekitar 100 j iwa. Desa mereka Tomage.

Semimi

Orang Semimi mendiami daerah bagian selatan Leher Burung Irian Jaya, yaitu sekitar Teluk Etna, sampai ke Teluk Triton. Daerah mereka termasuk wilayah Distrik Teluk Etna. Jumlah populasi mereka sekitar 300 jiwa.

2.1.3.3 Kondisi Ekonomi Wilayah dan Sektor Unggulan

(31)

arus reformasi maka telah pula diberdayakan sejumlah putra daerah asli Kaimana untuk menekuni bidang leveransir dan developer.

Secara umum, kondisi ekonomi penduduk di kampung-kampung maupun di kota Kabupaten Kaimana bersifat subsistem yaitu sebagai petani maupun nelayan, artinya hasil produksi pertanian maupun perikanan umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara terbatas dan konsumtif, sebagian kecil penduduk lainnya menekuni lapangan pekerjaan sebagai PNS, pedagang, buruh bangunan dan pelabuhan serta sektor informal lainnya.

Mata pencaharian penduduk di wilayah Kabupaten Kaimana umumnya pada sektor pertanian, perikanan, perdagangan, jasa. Sektor pertanian dan perikanan masih bersifat tradisional. Sedangkan dunia usaha umumnya ditekuni oleh penduduk asal bugis, jawa dan Warga Negara Indonesia Keturunan. Dewasa ini telah diberdayakan sejumlah putera daerah untuk menekuni bidang leveransir dan developer.

Secara umum, kondisi ekonomi penduduk pedesaan hingga saat ini masih bersifat tradisional (pertanian dan perikanan), artinya hasil produksi pertanian dan perikanan umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara terbatas, sedangkan penduduk perkotaan di Kabupaten Kaimana sebagian lainnya menekuni lapangan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil, Pedagang, Buruh bangunan dan pelabuhan serta sektor informal lainnya.

Kebutuhan akan beberapa hal untuk perlu dikembangan sehingga menjadi sektor yang potensial, tentunya berawal dari berbagi keterbatasan dan kendala yang ada dalam kegiatan perekonomian Kabupaten Kaimana.

Tanpa mengesampingkan besarnya kontribusi beberapa sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB, ada beberapa sektor dan sub-sektor yang berpotensi tampak akan menjadi sektor unggulan bagi pengembangan kegiatan ekonomi di Kabupaten Kaimana dengan memperhatikan kondisi yang ada di lapangan saat ini ketika tim penyusun RTRW mengunjungi lokasi Kabupaten Kaimana. Sektor-sektor tersebut antara lain adalah Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Industri, dan Pariwisata.

Sub Sektor Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Kaimana sudah terkenal dengan hasil lautnya sejak saat menjadi bagian dari Kabupaten Fakfak. Posisinya strategis berada di bagian selatan Provinsi Papua yang berhadapan langsung dengan Laut Arafura dimana sangat menguntungkan dari sektor perikanan dan kelautan, terutama perikanan tangkap.

Jenis kekayaan laut antara lain adalah tuna, cakalan, tenggiri, teri, teripang, udang windu, kerang mutiara, penyu, hiu, tiram, dan hampir sebagian besar jenis ikan karang. Komoditas unggulan hasil lautnya adalah lobster yang dihasilkan dari Teluk Etna. Untuk komoditas ini di Kaimana terdapat perusahaan penangkapan maupun penampungannya. Meskipun begitu, umumnya di masyarakat penangkapannya masih dilakukan secara tradisional menggunakan alat tangkap bubu. Penangkapan udang dan

(32)

ikan secara tradisional dilakukan di sekitar payau, sungai, dan danau. Karena produksi ikan tinggi, harga ikan di pasar lokal Kaimana kira-kira antara Rp 3.000 sampai Rp 10.000 per kilogram. Sebagian hasil nelayan dijual ke pengusaha perikanan setempat. Komoditas lainnya adalah udang penaeid, seperti windu dan udang putih, banyak terdapat di Teluk Etna, Teluk Arguni, dan Kaimana.

Selain usaha penangkapan ikan dan udang, perairan Kaimana juga memiliki potensi budidaya perikanan laut. Hamparan hutan bakau yang ada di Kaimana merupakan tempat yang ideal dijadikan areal pertambakan udang atau ikan laut komersial lainnya. Daerah potensial tersebut berada di Teluk Etna, Teluk Arguni, dan Buruway

Sub Sektor Pertanian dan Perkebunan

Kenyataan yang ada di Kaimana, bahwa usaha perikanan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Sedangkan masyarakat sebagian besar, yaitu sebesar 40,9%, menggantungkan hidup dari bercocok tanam yang masuk dalam sektor pertanian dan perkebunan.

Komoditas pertanian Kaimana, dimana konsentrasi kegiatan terutama di Teluk Arguni dan Kaimana, menghasilkan tanaman palawija berupa padi, jagung, ketela, ubi rambat, kacang hijau, kacang tanah, dan kedelai. Produk yang dihasilkan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Jagung yang dapat dihasilkan sebesar 107 ton, berasal dari luas panen 57 hektar. Ketela rambat dan ketela pohon dihasilkan di Teluk Arguni mencapai 255 ton/tahun dan Kaimana sebesar 246 ton/tahun.

Sementara itu, komoditas yang dihasilkan oleh perkebunan adalah pala, cengkeh, kopi, kelapa, dan coklat, telah banyak diusahakan di Distrik Kaimana, Buruway, Teluk Arguni, dan Teluk Etna. Sektor ini cukup berpotensi untuk dikembangkan. Kondisi fisik di masing-masing distrik tersebut cocok untuk pengembangan komoditas kelapa dan kakao. Area yang tersedia untuk kelapa dan kakao adalah 18.000 hektar lebih. Tenaga kerja yg terserap dari sektor perkebunan adalah 61,7%. Sementara Teluk Etna terkenal dengan kekayaan hutan. Berbagai komoditas seperti pala hutan, kayu gaharu, kayu masohi, cinnamomum culilawan dan binuang.3 Lahan perkebunan pala yang ada di Distrik

Kaimana sekitas 919 hektar. Akhir-akhir ini telah dicoba untuk dibudidayakan vanilli, karena dulu Kaimana merupakan salah satu penghasil vanili.

Sektor yang cukup berpotensi lainnya untuk dikembangkan adalah sub sektor kehutanan. Di Kaimana, Teluk Etna merupakan tempat yang telah dikenal dengan kekayaan hutannya. Berbagai komoditas seperti pala hutan, kayu gaharu, kayu masohi, cinnamomum culilawan dan binuang sebagian besar dapat ditemukan di sini. Kayu gaharu dapat digunakan sebagai bahan krim kue dan parfum, kayu masohi sebagai bahan farfum, dan cinnamomum culilawan sebagai bahan minyak lawang. Dan Minyak Lawang asal Kaimana memang terkenal sejak dulu.

Bidang Pariwisata

Berdasarkan kondisi alam yang ada, bidang pariwisata juga cukup menjadi perhatian bagi kegiatan perekonomian di Kaimana. Turis asing lebih suka ke Kaimana bila ingin melihat obyek wisata dibanding Fakfak. Misalnya obyek wisata berupa peninggalan prasejarah, seperti ukiran tapak tangan di sepanjang Pantai Buruwai, Teluk Arguni sampai Pantai Kokas (Fakfak). Selain itu, Kaimana juga memiliki keindahan alam yang cukup menjanjikan untuk menarik para wisatawan.

Di Kaimana tersedia tiga hotel, yakni Diana, Nirwana, dan Hotel Bicari. Tahun 2008 tercatat 1.680 tamu asing dan 280 tamu dalam negeri menginap di tiga hotel ini. Mereka adalah wisatawan yang menikmati keindahan Kaimana, baik pantai pasir putih, alam pantai, maupun peninggalan benda purbakala.

2.1.3.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama

(33)

Prosentase Sumber Air Minum

Sumur Terlindung Sumur Tidak Terlindung Mata Air terlindung Mata Air Tidak Terlindung Air Sungai Air Hujan

2.2

Kondisi Prasarana Bidang PU/Cipta Karya

2.2.1

Sub Bidang Air Minum

Sistem pelayanan air bersih di Kabupaten Kaimana, belum memadai hal ini disebabkan keterbatasan infrastruktur air bersih serta sumber air baku yang kurang baik. Masyarakat diperkotaan pun, sampai saat ini masih belum secara keseluruhan menikmati pelayanan air bersih.

Penggunaan ledeng sebagai air minum hanya untuk 536 KK (11,77%). Pelayanan air bersih yang ada saat ini menggunakan sumber air sungai yang kemudian ditampung dengan menggunakan sistem gravitasi untuk kemudian dialirkan ke kampung-kampung. Sampai dengan tahun 2005 baru sekitar 37 kampung (dari 56 kampung) yang terlayani air bersih.

Sumber air minum yang paling banyak digunakan adalah sumur terlindung yaitu 948 KK (21,62%) dan sungai 924 KK (20,30%). Selengkapnya distribusi penggunaan sumber air minum dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.14

Sumber Air Minum yang Digunakan Rumah Tangga di Kabupaten Kaimana

Sumber Air Minum Rumah Tangga (KK) Prosentase

Air dalam Kemasan

Sumber Air Minum yang Digunakan Rumah Tangga Di Kabupaten Kaimana

,

Sumber: Susenas 2005

(34)

Pada saat ini, sumber air minum tidak memenuhi masalah baik dari kuantitas maupun kualitasnya, karena penduduk yang harus terlayani masih sedikit dan pencemaran air sungai belum terjadi. Di masa yang akan datang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan SPAM (Sistem Pengolahan Air Minum) yang dapat menjamin baik dari segi ketersediannya maupun kualitas air bakunya.

Sumber air yang melimpah di Kabupaten ini sangat tergantung pada keberadaan hutan yang ada. Kemungkinan terjadinya hutan di masa yang akan datang akibat eksploitasi perlu dihindari guna menjamin ketersediaan air bersih di masa yang akan datang.

2.2.2

Sub Bidang Persampahan

Kondisi prasarana dan sarana persampahan di Kabupaten Kaimana hingga saat ini belum tersedia secara baik dan lengkap. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan prasarana pengumpul sampah yang belum memadai seperti :

 Mobil pengangkut sampah (arm roll truck)

 Kontainer sampah

 TPS (Transfer Depo)

 TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

Sistem pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di Kabupaten Kaimana masih dilakukan secara alamiah yaitu membakar sendiri sampah yang ada, dan sebagian lagi dibuang ditempat-tempat yang sesuai seperti sungai dan laut. Dalam perkembangan kedepan perlu dicarikan alternatif untuk pembuangan sampah di Kabupaten Kaimana, karena dikuatirkan kalau sebagian masyarakat masih membuang sampah ke laut akan mencemari perairan di Kaimana. Untuk itu sistem pengolahan persampahan perlu dilakukan secara cepat dan tepat yaitu dari :

 Aspek Kelembagaan

 Aspek Teknik Operasional

 Aspek Pembiayaan

 Aspek Pengaturan

 Aspek peran Serta Masyarakat

2.2.3

Sub Bidang Air Limbah

Jenis air limbah yang banyak terdapat di Kabupaten Kaimana adalah jenis air limbah domestik yang merupakan air bekas yang tidak dipergunakan lagi dan mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas dapur, kamar mandi dan cuci. Adapun dari aktifitas air limbah tersebut berkisar antara 50 – 70% dari rata-rata pemakaian air bersih.

Sedangkan sistem pembuangan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Kaimana masih menggunakan sistem pembuangan air limbah setempat (on site system), yaitu dengan menggunakan septik tank dan cubluk sebagai wadah utamanya.

Permasalahan Air Limbah di Kabupaten Kaimana diantaranya :

Gambar

Tabel 2.1Luas Wilayah Kabupaten Kaimana Tahun 2008
Tabel 2.3Banyaknya Curah Hujan Di Kabupaten Kaimana
Tabel 2.4Satuan Peta Tanah Di Kabupaten Kaimana
Tabel 2.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

ini adalah mahasiswa Akademi Keperawatan, yang tentunya dalam proses belajar di kampus mereka sering mendapatkan informasi me- ngenai hal-hal yang

13 Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,. observasi, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur yang seharusnya dijalankan oleh pihak perusahaan tidak dijalankan dengan semestinya, sehingga perusahaan tidak dapat

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara peran gapoktani yang dikaji dari struktur dan kinerja pengurus gapoktani, kualitas interaksi

Berdasarkan jenis-jenis data yang telah dijelaskan diatas, maka dalam penulisan laporan akhir ini penulis menggunakan data primer yang berupa hasil kuesioner

Dalam keadaan tertentu posting ke dalam kartu piutang akan lebih praktis bila dilakukan sekaligus setelah faktur terkumpul dalam jumlah yang banyak. dengan

(6) 4 (empat) buah sampul sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dimaksudkan untuk arsip Menteri, Penyelenggara Pos Milik Negara, museum pos, dan Pemohon atau instansi

Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas