• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. heran jika banyak masyarakat yang berbondong-bondong datang ke Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. heran jika banyak masyarakat yang berbondong-bondong datang ke Kota"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota ini juga sering disebut dengan kota pendidikan. Maka tidak heran jika banyak masyarakat yang berbondong-bondong datang ke Kota Malang untuk menempuh pendidikan. Dilansir dari surat kabar online (Tribunjatimcom, selasa 14 feb 2017: Alfahul Abidin) menyatakan bahwa penduduk Kota Malang bertambah sebesar 50.116 orang. Jumlah warga pada tahun 2012 yang berjumlah 845.271 orang menjadi 895.387 orang di tahun 2017. Dalam surat kabar online tersebut juga dijelaskan bahwa penyumbang utama pertambahan penduduk yaitu akibat migrasi.

Migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik / negara ataupun batas administratif / batas bagian dalam suatu negara.

Menurut Mantra (dalam Puspitasari, 1980: 20) migrasi juga dapat artikan sebagai tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi semua gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu pula. Migrasi dapat dikatakan sebagai salah satu dari komponen demografi yang juga mempengaruhi dinamika penduduk disamping fertilitas dan mortalitas. Migrasi merupakan aktivitas pindahnya seseorang, sedangkan orang yang pindah tempat tinggal disebut migran.

Migran yang datang ke Kota Malang berasal dari Pulau Sumatra, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, hingga Pulau Papua juga bermigrasi ke

(2)

2

Kota Malang. Warga Papua yang terletak paling timur Indonesia juga datang untuk mengadu peruntungan di Kota Malang. Masyarakat Papua yang bermigrasi ke Kota Malang harus di hadapkan dengan kebudayaan baru yang berbeda dengan budaya asal mereka, dimana kebudayaan (culture) di definisikan sebagai tingkahlaku, pola-pola, keyakinan dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Produk dalam hal ini adalah hasil dari interaksi antara kelompok manusia dan lingkungan mereka setelah sekian lama.

Kebudayaan tertanam dalam diri individu sebagai pola-pola persepsi yang diakui dan diharapkan oleh orang-orang lainnya dalam masyarakat.

bahwa mengenai suatu teladan bagi kehidupan, kebudayaan mengkondisikan manusia secara tidak sadar menuju cara-cara khusu bertingkah laku dan berkomunikasi. Menurut Dodd (dalam santrock 1998: 299) melihat kebudayaan sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum. Mulai dari konisi dan keyakinan menganai orang lain dan diri sendiri, termasuk nilai- nilai, sampai pola tingkah laku. Adat kebiasan (norms) dan praktek-praktek kegiatan (activities) merupakan norma-norma dalam kebudayaan, yakni model-model perilaku yang sudah di akui dan diharuskan.

Dimensi dari kebudayaan adalah bahasa, adat istiadat, kehidupan keluarga, cara berpakaian, cara makan, struktur kelas, agama, falsafah ekonomi, orientasi politik, keyakinan, dan sistem lainnya. Unsur- unsur ini tidaklah terpisahkan dari yang lain, tapi sebaliknya saling berinteraksi sehingga menciptakan sistem budaya tersendiri. Kebudayaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain berbeda-beda hal ini

(3)

3

disebabkan karena hubungan – hubungan masyarakat berbeda pula sehingga produk kebudayaan yang dihasilkan juga berbeda. Kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat. Sikap mental dan budaya turut serta dikembangkan guna keseimbangan dan integrasi baru. Tidak semua perubahan berarti kemajuan. Perbedaan kebudayaan tersebut tak jarang menyebabkan konflik yang terjadi pada masyarakat atau kelompok yang bersumber dari berbagai macam persoalan. Seperti yang di ungkapkan oleh Bakkers (1990: 113):

Perubahan disertai kritik, konflik dan pembatalan nilai-nilai lama lalu menyeleweng dari hasil yang telah dicapai, ataupun membawa serta penghalusan warisan kebudayaan dan peningkatan nilai-nilai.

Beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit untuk di deskripsikan dengan jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya.

Suatu konflik dapat terjadi karena perbedaan pendapat, salah paham, adanya pihak yang dirugikan, dan perasaan sensitif, dimana perbedaan- perbedaan ini bersumber kepada kebudayaan yang tidak sama tersebut.

Sehingga budaya yang berbeda ini tidak jarang sering membuat konflik di dalam diri sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, karena belum adanya pemahaman–pemahaman atas budaya baru. Contoh yang dapat digunakan adalah terkait dengan permasalahan kericuhan yang terjadi antara Mahasiswa Papua dengan penduduk asli malang yang pada awalnya warga mendatangi

(4)

4

sebuah rumah kontrakan yang selama ini dihuni mahasiswa asal papua.

Kedatangan warga ingin menanyakan masa kontrakan yang telah habis.

Disamping itu, warga juga inigin memastikan adanya kabar tentang gerakan Papua merdeka dengan pemutaran film untuk memeringati kemerdekaan Papua. Warga menginginkan para mahasiswa meninggalkan rumah tersebut karena sudah habis masa kontranya akan tetapi mahasiswa Papua tersebut menolak dan terjadilah kericuhan. Ditambahkan, para mahasiswa asal Papua ini menolak dan membantah akan melakukan makar. Mereka mengaku ingin menyalurkan aspirasi sebagai warga negara. Polri juga menyampaikan bahwa

“Jika memang demikian ,maka semua ada aturannya dalam mengutarakan pendapat, jadi sebenarnya ini hanyalah miss komunikasi” (detikcom, senin 2 juli 2018:Andik Hartik). Permasalahan tidak hanya itu di daerah lain di Kota Malang juga terjadi permasalahan antara warga dengan mahasiswa asal Papua, dimana mahasiswa tersebut merasa terintimidasi oleh warga. Salah satu bentuk intimidasi itu adalah munculnya spanduk penolakan warga Papua yang ingin makar. Munculnya tudingan makar terhadap para makasiswa Papua di Kota Malang akhir-akhir ini muncul setelah digelarnya demo oleh mereka yang mengatas namakan Aliansi Mahasiswa Papua. Dalam demo tersebut mereka menyuarakan pandangan Papua merdeka. Menurut Anton (Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua) “aksi demo semacam itu tidak serta merta disetujui oleh seluruh pelajar dan mahasiswa asal Papua di Kota ini”.

(suryamalangcom, rabu 27 juli 2016: Alfahul Abidin).

Permasalahan tersebut menandakan bahwa kebudayaan yang berbeda jika tidak dapat saling memahami dan menghargai maka akan menimbulkan

(5)

5

sebuah konflik baru. Sebuah konflik bisa dicegah jika terjadinya akulturasi.

Akulturasi diartikan oleh para sarjana antropologi mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah tanpa merubah kepribadian itu sendiri (Koejaraningrat, 1980: 247). Proses dari wujud akulturasi kebudayaan terjadi ketika beberapa kebudayaan saling berhubungan secara intensif dalam jangka waktu yang lama, kemudian masing-masing dari kebudayaan tersebut berubah saling menyesuaikan diri menjadi suatu kebudayaan.

Hal ini dapa dilihat dari bahasa, religi, dan kepercayaan organisasi sosial, kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, dan bentuk bangunan dalam akulturasi dan kontak budaya untuk dapa menghasilkan akulturasi yang baik maka perlu adanya proses sosial. Proses sosial yang biasanya terjadi pada kehidupan masnusia yaitu ditandai oleh dinamika komunikasi. Hal ini jelas diterjadi pada seluruh umat manusia di dunia, mereka menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapa dipenuhi jika berkomunikasi dengan orang lain.

Akulturasi juga merupakan bentuk suksesnya sebuah komunikasi dan adaptasi. Dari konsep pembahasan diatas tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan proses akluturasi dan bentuk – bentuk akulturasi kebudayaan Papua Jawa pada Migran Papua. Akulturasi (acculturation) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur

(6)

6

kebudayaan dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian rupa., sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedlam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Istilah akulturasi atau kulturasi mempunyai berbagai arti di berbagai para sarjana antropologi. Tetapi semua sepaham bahwa itu merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan satu kebudayaan dihadpkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing, sehingga dapat diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli. Mulyana menganggap bahwa akulturasi adalah suatu bentukperubahan budaya yang diakibatkan oleh kontak kelompok-kelompok budaya, yang menekankan penerimaan pola-pola dan budaya barudan ciri-ciri masyarakat pribumi oleh kelompok-kelompok minoritas.

Koentjaraningrat juga mengartikan akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tersebut lamabat laun diterima dan diolah kedalamkebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri. Sedangkan menurut Kim akulturasi merupakan suatu proses yang dilakukan pendatang untuk menyesuaikan diri dengan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah kepada asimilasi.

Proses akulturasi umumnya menyebabkan martabat kedua kebudayaan itu meningkat kepada taraf yang lebih tinggi. Dalam bidang psikiatri berarti

(7)

7

proses perubahan budaya, apabila individu dipindahkan dari suatu lingkungan budaya etnik tertentu ke lingkungan budaya etnik lain. Ciri terjadinya proses akulturasi yang utama adalah diterimanya kebudayaan luar yang diubah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asal. Sedangkan Soekanto mengelompokkan unsur kebudayaan asing yang mudah diterima, di antaranya adalah kebudayaan benda suatu yang besar manfaatnya dan unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan. Unsur kebudayaan yang sulit diterima adalah kepercayaan, ideologi, falsafah dan unsur yang membutuhkan proses sosialisasi.

Proses akulturasi ini dimaksudkan untuk mengelola kebudayaan asing yang tidak menghilangkan budaya asli hingga bisa diterima oleh penganut kebudayaan tersebut. Konsep akulturasi dimanfaatkan oleh penyiar untuk menyiarkan agama Islam di Nusantara. Proses islamisasi yang berlangsung di Nusantara pada dasarnya berada dalam proses akulturasi, seperti telah diketahui bahwa Islam disebarkan ke Nusantara sebagai kaedah normatif di samping aspek seni budaya. Sementara itu, masyarakat dan budaya di mana Islam itu disosialisasikan adalah sebuah alam empiris. Dalam konteks ini, sebagai makhluk beraka, manusia pada dasarnya beragama dan dengan akhlaknya pula mereka paling mengetahui dunianya sendiri. Pada alur logika inilah manusia, melalui perilaku budayanya senantiasa meningkatkan akulturasi diri. Karena itu, dalam setiap akulturasi budaya, manusia membentuk, memanfaatkan, mengubah hal-hal paling sesuai dengan kebutuhannya.

(8)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, fokus penelitian yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut “Bagaimana proses dan bentuk–bentuk akulturasi Papua Jawa Pada Migran Papua di Kota Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui dan Memahami Bagaimana proses Akulturasi dan bentuk–

bentuk akulturasi Papua Jawa Pada Migran Papua di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritIs dari penelitian diharapkan dapat memperkuat kajian teori dari Peter L Berger mengenai teori konstruksi sosial serta dapat dijadikan reverensi pada keilmuan sosiologi kependudukan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat secara praktis hasil penelitian ini adalah diharapkan nantinya akan diterapkan oleh pihak-pihak yang memiliki keterlibatan dalam ruang lingkup terkait dengan penelitian ini, adapun pihak-pihak tersebut antara lain.

a. Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat praktis bagi peneliti adalah dapat menjadikan peneliti lebih paham tentang seberapa besar nilai-nilai kebudayaan jawa yang sudah berpengaruh dalam kehidupan migran papua, sehingga peneliti juga mampu menerapkan analisis berkaitan dengan pengaplikasian ilmu yang telah didapat di bangku

(9)

9

perkuliahan. Selain itu peneliti juga akan lebih mengetahui dan memahami bentuk-bentuk serta problema akulturasi pada migran Papua.

b. Civitas Akademika

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru terkait kajian kebudayaan, khususnya kajian pada migran papua yang beradaptasi dengan kebudayaan pada lingungan tempat tinggalnya yang baru, hal ini bertujuan untuk mempertajam analisis para civitas akademika terkait penelitian yang memiliki topik sama dengan penelitian ini.

1.5 Definisi Konsep 1.5.1 Akulturasi

Menurut Koentjaraningrat (2009:202) akulturasi yaitu proses sosial yang terjadi apa bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu bertemu dengan kebudayaan asing, sehingga kebudayaan asing tersebut lama kelamaan dapat diterima dan diolah dalam kebudayaan kelompok tersebut tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Sedangkan menurut Bakker (1990:115) akulturasi adalah dua kebudayaan bertemu muka, terdapat penerimaan dari nilai–nilai kebudayaan lain, nilai baru diinkorporasi (dimasukkan) dalam kebudayaan lama.

(10)

10 1.5.2 Migran

Menurut Munir (Susilo Rachmad K, 2006: 132) migran adalah orang atau aktor yang melakukan migrasi (perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang akan diteliti tersebut, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, dimana didalam pendekatan fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalamannya dalam suatu peristiwa. Penelitian kualitatif adalah prosedur atau tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan, catatan-catatan yang berhubungan dengan makna atau memiliki sangkutpaut dengan penelitian, nilai serta pengertian dari orang-orang atau perilaku atau sikap yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Kaelan, 2012:16).

Pendekatan penelitian fenomenologi adalah studi tentang penegtahuan yang berasal dari kesadaran, atau cara memahami suatu objek atau peristiwa dengan mengalaminya secara sadar (littlejohn dalam Hasbiyansyah, 2008: 166). Pendekatan kualitatif ini dipilih karena dianggap sesuai dengan tema yang akan diteliti, dengan menggunakan pendekatan ini peneliti akan mudah menggali data tentang bagaimana realitas atau kenyataan yang terjadi pada akulturasi papua jawa pada migran papua di Kota Malang.

(11)

11 1.6.2 Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di Jurusan Teknik Universitas Widyagama Malang yang bertempat di Jalan Borobudur No.35, Mojolangu, Kec. Lowokwaru Malang Jawa Timur. Lokasi ini dipilih karena terdapat sebuah organisasi atau perkumpulan migran Papua, hal tersebut dipilih karena orang papua yang tinggal dimalang pasti memiliki sebuah budaya asli. Budaya tersebut akan selalu melekat saat mereka tinggal dimalang, peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk – bentuk alkulturasi serta problem dari akulturasi yang dialami oleh migran Papua.

1.6.3 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana peneliti menentukan kuota dan kriteria-kriteria tertentu kepada subjek yang akan diwawancara. Menurut Sugiyono (2011: 218-219), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Kriteria subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa Migran Papua yang sudah berada di Kota Malang minimal 3 tahun.

2. Mahasiswa Migran Papua yang berkuliah di Universitas Widyagama lebih dari 3 tahun.

3. Mahasiwa Migran Papua yang sudah berinteraksi dengan Mahasiswa Jawa atau Masyarakat Jawa lebih dari 3 tahun.

4. Mahasiswa Migran Papua yang berusia lebih dari 20 tahun.

(12)

12

Adapun kriteria informan yang berfungsi sebagai pemberi data pendukung dalam penelitian ini meliputi:

1. Mahasiswa Jurusan Teknik Universitas Widyagama Malang yang bertempat di Jalan Borobudur No.35, Mojolangu, Kec. Lowokwaru Malang Jawa Timur.

Beberapa kriteria tersebut nantinya akan mendukung peneliti dalam menggali data terkait Migran Papua yang dianggap sudah menanamkan nilai-nilai budaya Jawa pada kehidupannya di Kota Malang, adapun alasan peneliti menentukan kriteria dalam melakukan wawancara terhadap beberapa sampel tersebut karena beberapa sampel dianggap menguasai dan paham tentang realita kehidupan serta kebudayaan yang dilakuan oleh Migran Papua di Kota Malang, sehingga data yang nantinya didapat akan terjamin validitasnya.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis antara lain:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati terlebih dahulu kondisi serta situasi lokasi di Jurusan Teknik Universitas Widyagama Malang yang bertempat di Jalan Borobudur No.35, Mojolangu, Kec.

Lowokwaru Malang Jawa Timur secara langsung dan terang terangan. Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2011: 226), observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan

(13)

13

dapat bekerja melalui data dari dunia nyata dengan cara melakukan observasi.

Observasi awal yang dilakukan adalah dengan mengamati lingkungan Jurusan Teknik Universitas Widyagama Malang yang bertempat di Jalan Borobudur No.35, Mojolangu, Kec. Lowokwaru Malang Jawa Timur dengan mendatangi secara langsung, dari hasil observasi awal terdapat sebuah fenomena bahwa ada beberapa anggota dari Organisasi Ipmapa telah mengalami aklulturasi pada bahasa yang sudah mereka pakai, seperti misalnya saja ada beberapa kata ataupun kalimat yang meraka ucapkan dalam bahasa jawa.

Hal tersebut menandakan bahwa adanya alkulturasi antara kebudayaan Papua dengan kebudayaan jawa sehingga nilai–nilai kebudayaan jawa sudah berpengaruh pada kehidupan migran Papua itu sendiri. Setelah observasi awal dengan mendatangi tempat Organisasi tersebut, peneliti akan mengamati siapa saja yang sekiranya sudah mengalami akulturasi budaya jawa tersebut.

Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan cara observasi dengan alasan untuk dapat mengamati dan mencatat fenomena yang muncul di dalam variable yang akan dibahas oleh peneliti untuk memperjelas sebab dan akibat daripada fenomena yang dibahas sehingga melalui observasi ini peneliti dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya yang akan ditempuh oleh peneliti.

(14)

14 b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menggali data terkait Akulturasi Jawa Papua pada Migran Papua di Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang, mengenai proses, bentuk, serta hambatan atau problem yang dialami dalam akulturasi.

Melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan jawaban yang diberikan oleh subjek, sehingga memungkinkan adanya pertukaran informasi.

Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2011: 233) mendefinisikan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan mengunjungi mahasiswa Jurusan Teknik Universitas Widyagama Malang yang bertempat di Jalan Borobudur No.35, Mojolangu, Kec. Lowokwaru Malang Jawa Timur kemudian menentukan narasumber serta hari apa saja yang bisa diajak untuk sharing.

Alasan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara adalah karena dengan pandangan peneliti tentang seperti apa realiyas dengan pandangan peneliti tentang seperti apa realitas sosial seperti apa realitas sosial itu bagaimana seharusnya dipelajari dan menggunakan metode penelitian selanjutnya.

(15)

15 c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam hal ini merupakan bukti-bukti yang telah diabadikan baik dalam jangka waktu dekat maupun dalam jangka waktu lama. Data tersebut berkaitan dengan profil Mahasiswa Papua Jurusan Teknik di Universitas Widyagama Malang maupun data-data lain yang berkaitan dengan tema penelitian yang dibahas. Menurut Sugiyono (2011: 240), Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya- karya monumental dari seseorang.

Dokumentasi tertulis terkait profile Mahasiswa Papua Jurusan Teknik Universitas Widyagama Malang yang bertempat di Jalan Borobudur No.35, Mojolangu, Kec. Lowokwaru Malang Jawa Timur, selain itu juga dokumentasi gambar akan didapat melalui foto dengan alat penunjang seperti kamera, dan lain sebagainya. Alasan menggunakan teknik penngumpulan data dokumentasi adalah karena sebagai bukti bahwa kita melaksanakan penelitian di tempat yang dimaksud.

1.6.5 Teknik Analisis Data

Merupakan teknik yang digunakan untuk mencari dan menyusun secara sistematis data penelitian yang didapat dari penelitian lapangnya.

Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011: 246-252), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,

(16)

16

sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data adalah:

a. Reduksi data (Data Reduction)

Data yang didapat dari lapang pasti sangat banyak, oleh karena itu diperlukan proses untuk mencatat secara rinci dan teliti. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dengan begitu akan diperoleh gambaran yang lebih jelas, sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam hal ini, fokus data pokok yang akan dirangkum adalah bertema tentang akulturasi Papua Jawa pada Migran Papua, dengan pola seperti fenomena yang ada yaitu seberapa besar pengaruh nilai – nilai kebudayaan Jawa telah mempengaruhi migran Papua dalam kehidupan sehari-harinya, bagaimana bentuk-bentuk serta problem yang terjadi pada akulturasi tersebut.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Display data bermanfaat untuk mempermudah peneliti memahami apa yang terjadi, dan mempermudah merencanakan apa kerja selanjutnya. Dalam penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan menggunakan teks yang bersifat deskriptif naratif.

(17)

17

c. Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification)

Langkah ini merupakan penarikan kesimpulan awal. Kesimpulan ini bisa berubah seiring jalannya penelitian, dan jika ditemukan data- data kuat yang mendukung, tetapi jika kesimpulan awal ini dilengkapi data-data yang valid dan mendukung serta konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan awal yang dikemukakan ini dianggap kesimpulan yang kredibel.

1.6.6 Validitas Data

Merupakan cross-check yang digunakan untuk menguji keabsahan data, dalam penelitian ini menggunakan uji keabsahan data triangulasi sumber. Menurut Wiliam Wiersma (1986) dalam Sugiyono (2011: 273), triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data melalui beberapa sumber atau subjek yang berbeda, kemudian data yang didapat dari beberapa sumber yang berbeda tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari beberapa sumber tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penyimpanan 3 hingga 6 hari lama hidup imago yang muncul tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol, hal ini dikarenakan pada penyimpanan selama 3 hingga 6

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kehidupan ekonomi dan sosial budaya serta strategi adaptasi dalam kehidupan ekonomi dan sosial budaya penduduk di daerah

Tatalaksana hemofilia A adalah dengan pemberian terapi faktor anti hemofili yaitu faktor VIII dan untuk tatalaksana Perdarahan Subdural dapat dilakukan terapi pembedahan yaitu

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, bahwa pada kedalaman lubang elektroda grafit 4 mm memberikan intensitas yang paling optimum, sehingga elektroda ini dapat digunakan untuk

[4.47] Menimbang bahwa berdasarkan Kesimpulan Akhir Termohon menyatakan bahwa terhadap materi informasi/objek permohonan kontrak dengan pihak ketiga, Berdasarkan Pasal

Iddah adalah sebuah masa tunggu yang harus dijalani seorang wanita akibat dari putusnya perkawinan atau karena kematian suami. Ada beberapa keadaan dimana masa

Alhamdulillahhirobbil’alamin Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan Rahmat-Nya, sehingga skripsi bidang kesehatan masyarakat yang

Secara umum penelitian ini bertujuan pengembangan ilmu hukum dalam bidang hukum perdata yang mengenai pemahaman terhadap prosedur eksekusi hak tanggungan yang dibebani hak sewa