• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PROSES PENGERINGAN BUBUK TEH PADA

PENGOLAHAN TEH HITAM CTC (CRUSHING,

TEARING, CURLING) DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN

KERTOWONO LUMAJANG JAWA TIMUR

Oleh

Amalia Shinta Dewi NIM 125100601111014

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PROSES PENGERINGAN BUBUK TEH PADA PENGOLAHAN TEH HITAM CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII

(PERSERO) KEBUN KERTOWONO LUMAJANG, JAWA TIMUR

Nama : Amalia Shinta Dewi

NIM : 125100601111014

Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Lapang, Dosen Pembimbing,

Yusuf Hendrawan, STP, M.App N. Rizka Esbahtiari, STP Life Sc., Ph.D

Asisten Teknik & Pengolahan NIP. 19810516 200312 1 002

Mengetahui:

Ketua Jurusan, Dosen Penguji,

Dr.Ir. J.Bambang Rahadi W.,MS Dr.Ir. Anang Lastriyanto,M.Si NIP.19560205 198503 1 003 NIP.19621004 199002 1 001

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

PROSES PENGERINGAN BUBUK TEH PADA PENGOLAHAN TEH HITAM CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII

(PERSERO) KEBUN KERTOWONO LUMAJANG, JAWA TIMUR

Nama : Amalia Shinta Dewi

NIM : 125100601111014

Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian

Telah disetujui oleh :

Mengetahui:

Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

Yusuf Hendrawan,STP,M.App Dr.Ir.J.Bambang Rahadi W.,MS Life Sc., Ph.D

NIP. 19560205 198503 1 003 NIP. 19810516 200312 1 002

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “Proses Pengeringan Bubuk Teh Pada Pengolahan Teh Hitam CTC (Crushing, Tearing, Curling) di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono Lumajang Jawa Timur” ini dengan baik. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. J. Bambang Rahadi W., MS selaku Ketua Jurusan

Keteknikan Pertanian Universitas Brawijaya.

2. Yusuf Hendrawan, STP, M. App. Life Sc., Ph. D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan laporan Praktek Kerja Lapang ini.

3. Dr. Ir. Anang Lastriyanto, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk penulis.

4. Bapak Budi Karyono selaku manajer PTPN XII (Persero) Kebun Kertowono Lumajang, terima kasih atas kesempatan Praktek Kerja Lapang yang diberikan kepada penulis.

5. Ir. Agus Dwi Wahyudi selaku manajer PTPN XII (Persero) Wilayah III Malang, terima kasih atas ijin Praktek Kerja Lapang di PTPN XII (Persero).

6. N. Rizka Esbahtiari, STP selaku asisten teknik dan pengolahan dan Bapak Heru selaku asisten tanaman di PTPN XII (Persero) Kebun Kertowono sekaligus pembimbing lapang, terima kasih atas bimbingannya selama penulis berada di lokasi Praktek Kerja Lapang.

7. Bapak Anut Budiantono dan Bu Tina, terima kasih atas fasilitas yang diberikan selama penulis berada di lokasi Praktek Kerja Lapang.

8. Seluruh staf dan karyawan di Afdeling Puring dan di pabrik pengolahan teh PTPN XII (Persero) Kebun Kertowono, terima kasih atas bimbingannya.

(5)

v

9. Seluruh warga di lingkungan KKP 01, terima kasih atas keramahan dan kenyamanan yang diberikan selama penulis tinggal untuk menjalankan Praktek Kerja Lapang.

10. Teman-teman seperjuangan selama Praktek Kerja Lapang, Rizki Ayu Febriana, Ida Laili Ichsanti, dan Linda Luvi Nurwindi, terima kasih atas kerja sama dan kebersamaannya.

11. Seluruh teman-teman Jurusan Keteknikan Pertanian, Teknik Bioproses, khususnya teman-teman TBP Kelas K, terima kasih atas kekompakannya selama ini.

12. Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan laporan Praktek Kerja Lapang ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Malang, Mei 2015

(6)

vi ABSTRAK

PROSES PENGERINGAN BUBUK TEH PADA PENGOLAHAN TEH HITAM CTC (CRUSHING, TEARING, CURLING) DI PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) KEBUN KERTOWONO LUMAJANG JAWATIMUR

Oleh

Amalia Shinta Dewi NIM 125100601111014

PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan perusahaan yang termasuk lingkup BUMN yang mengolah berbagai macam komoditas antara lain kopi, kakao, karet, dan teh. Salah satu perusahaan yang mengolah teh hitam secara CTC (Crushing, Tearing, Curling) adalah PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono yang terletak di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Lumajang Jawa Timur. Proses pengolahan yang dilakukan antara lain pemetikan pucuk, penerimaan pucuk, pelayuan, turun layu/giling, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi, pengemasan, penyimpanan sementara dan atau pengemasan produk hilir. Salah satu proses yang sangat penting adalah pengeringan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air. Pengeringan bubuk teh dilakukan oleh mesin pengering Vibro Fluid Bed Dryer (VFBD). Pada VFBD, suhu pemasukan (inlet) adalah sebesar 110-150oC (T6), suhu keluar (outlet) sebesar 80-90oC (T5), dan ketebalan hamparan 40-45oC (T3). Faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu suhu pengeringan, lama proses pengeringan, volume udara, kecepatan aliran udara, dan kelembaban udara.

Kata kunci : PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono Lumajang, Teh Hitam CTC, Pengeringan Teh Hitam.

(7)

vii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tinjauan Umum Bahan Baku ... 4

2.1.1 Tanaman Teh ... 4 2.1.2 Kandungan Teh ... 5 2.1.2.1 Fenol ... 5 2.1.2.2 Bukan Fenol ... 6 2.1.2.3 Senyawa Aromatis ... 9 2.1.2.4 Enzim ... 10 2.1.3 Manfaat Teh ... 10

2.2 Tinjauan Umum Pengolahan Teh ... 12

2.2.1 Pengolahan Teh Secara Umum ... 12

2.2.2 Klasifikasi Teh Berdasarkan Jenis Pengolahan ... 12

2.2.3 Proses Pengolahan Teh Hitam CTC ... 14

2.2.4 Tinjauan Proses Pengeringan Teh Hitam CTC ... 19

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 22

(8)

viii

3.2 Metode Pengumpulan Data dan Informasi ... 22

3.3 Materi Praktek Kerja Lapang ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 24

4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan ... 25

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 25

4.1.3 Letak Geografis Perusahaan ... 27

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 28

4.1.5 Ketenagakerjaan ... 31

4.1.5.1 Klasifikasi Tenaga Kerja ... 31

4.1.5.2 Hak dan Kewajiban Karyawan ... 32

4.1.5.3 Kesejahteraan Karyawan ... 33

4.1.5.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 34

4.2 Aspek Teknologi Pertanian ... 35

4.2.1 Penyediaan Bahan Baku ... 35

4.2.1.1 Pembibitan ... 35

4.2.1.2 Penanaman ... 36

4.2.1.3 Pemeliharaan ... 37

4.2.1.4 Pemetikan ... 40

4.2.2 Proses Pengolahan Teh Hitam CTC ... 44

4.2.2.1 Penerimaan Pucuk ... 45

4.2.2.2 Pelayuan dan Turun layu/giling ... 47

4.2.2.3 Penggilingan ... 50 4.2.2.4 Oksidasi Enzimatis... 53 4.2.2.5 Pengeringan ... 55 4.2.2.6 Sortasi ... 57 4.2.2.7 Uji Inderawi ... 60 4.2.2.8 Pengemasan... 62

4.3 Alat dan Mesin Pengolahan Teh Hitam CTC ... 65

4.3.1 Penerimaan Pucuk ... 65

4.3.1.1 Monorail Conveyor ... 65

4.3.2 Pelayuan dan Turun Layu ... 67

(9)

ix

4.3.2.2 Green Leaf Shifter ... 68

4.3.3 Penggilingan ... 70

4.3.3.1 Rotorvane ... 70

4.3.3.2 Triplex Roll CTC ... 71

4.3.3.3 Googie ... 73

4.3.4 Oksidasi Enzimatis ... 75

4.3.4.1 Continous Fermenting Unit ... 75

4.3.4.2 Humidifier ... 77

4.3.5 Pengeringan ... 78

4.3.5.1 Vibro Fluid Bed Dryer ... 78

4.3.6 Sortasi ... 80

4.3.6.1 Vibro Jumbo Extractor ... 80

4.3.6.2 Holding Tank ... 81

4.3.6.3 Midletone (Bubble tray) ... 81

4.3.6.4 Trinick ... 82 4.3.6.5 Andrew Breaker ... 84 4.3.7 Pengemasan ... 85 4.3.7.1 Peti Miring ... 85 4.3.7.2 Pre-Packer ... 85 4.3.7.3 Tea Bulker ... 86 4.3.7.4 Tea Packer ... 86 4.3.7.5 Packer Vibrator ... 87

4.4 Standard Operating Procedure (SOP) ... 88

4.4.1 Penerimaan Pucuk ... 88

4.4.2 Pelayuan ... 89

4.4.3 Penggilingan dan Oksidasi Enzomatis ... 90

4.4.4 Pengeringan ... 91

4.4.5 Sortasi ... 92

4.4.6 Pengemasan ... 94

4.4.7 Papersack ... 96

4.4.8 Gudang Penyimpanan Sementara Produksi... 97

4.4.9 Pengiriman Produksi ... 97

4.5 Sanitasi Perusahaan ... 98

(10)

x

4.5.2 Sanitasi Alat dan Mesin Pengolahan ... 99

4.5.2.1 Sanitasi Mesin dan Area Penerimaan Pucuk ... 99

4.5.2.2 Sanitasi Mesin dan Area Pelayuan ... 100

4.5.2.3 Sanitasi Mesin dan Area Pengolahan Basah ... 100

4.5.2.4 Sanitasi Mesin dan Area Pengeringan ... 101

4.5.2.5 Sanitasi Mesin dan Area Sortasi ... 102

4.5.2.6 Sanitasi Mesin dan Area Pengemasan ... 102

4.5.2.7 Sanitasi Gudang Penyimpanan ... 103

4.5.3 Sanitasi Pekerja ... 103

4.5.4 Limbah ... 104

4.5.4.1 Limbah Padat... 104

4.5.4.2 Limbah Cair ... 104

BAB V TUGAS KHUSUS ... 106

5.1 Definisi Proses Pengeringan ... 106

5.2 Tujuan Proses Pengeringan ... 106

5.3 Mesin Pengering Vibro Fluid Bed Dryer ... 107

5.3.1 Fluidisasi Pada Vibro Fluid Bed Dryer ... 108

5.3.2 Bagian-bagian Mesin Vibro Fluid Bed Dryer ... 109

5.3.3 Prinsip Kerja Mesin Vibro Fluid Bed Dryer ... 111

5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengeringan .. 111

5.4.1 Suhu Pengeringan ... 111

5.4.2 Lama Proses Pengeringan ... 112

5.4.3 Volume Udara ... 112

5.4.4 Kecepatan Aliran Udara ... 112

5.4.5 Kelembaban Udara ... 113

5.5 Pengujian Kadar Air ... 113

5.6 Analisis Perhitungan ... 114

5.7 Masalah yang Terjadi Pada Proses Pengeringan ... 115

5.8 Pengendalian Mutu Pada Hasil dari Proses Pengeringan 116 DAFTAR PUSTAKA ... 118

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan pengolahan teh Ortodoks dan CTC ... 15

Tabel 2.2 Perbedaan mesin pengering ECP dan FBD ... 20

Tabel 4.1 Klasifikasi mutu teh setelah sortasi ... 59

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pucuk daun teh ... 4

Gambar 2.2 Perkebunan teh ... 4

Gambar 4.1 Logo PTPN XII (Persero) ... 24

Gambar 4.2 Pemetikan manual ... 42

Gambar 4.3 Pemetikan mesin manual ... 42

Gambar 4.4 Pucuk peko ... 43

Gambar 4.5 Pucuk burung dan lembaran muda ... 43

Gambar 4.6 Rumus petikan ... 44

Gambar 4.7 Skema proses pengolahan teh hitam CTC di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono Lumajang ... 44

Gambar 4.8 Penerimaan pucuk dan penimbangan pucuk ... 46

Gambar 4.9 Pengangkutan pucuk dengah monorail ... 46

Gambar 4.10 Analisa pucuk... 47

Gambar 4.11 Proses pelayuan ... 48

Gambar 4.12 Proses pembalikan... 48

Gambar 4.13 Proses turun layu/giling ... 50

Gambar 4.14 Penggilingan dari Rotorvane ... 51

Gambar 4.15 Proses penggilingan ... 51

Gambar 4.16 Penangkapan serat oleh Googie ... 52

Gambar 4.17 Bubuk teh basah setelah melalui Googie (a) dan serat yang ditangkap oleh Googie ... 53

Gambar 4.18 Skema proses oksidasi enzimatis (a) dan skema degradasi klorofil (b) ... 54

Gambar 4.19 Proses oksidasi enzimatis ... 55

Gambar 4.20 Proses pengeringan dengan VFBD ... 56

Gambar 4.21 Skema proses sortasi bubuk teh ... 58

Gambar 4.22 Proses sortasi ... 59

Gambar 4.23 Uji inderawi ... 61

Gambar 4.24 Proses pengemasan ... 63

(13)

xiii

Gambar 4.26 Monorail conveyor ... 66

Gambar 4.27 Withering trough ... 68

Gambar 4.28 Green Leaf Shifter ... 69

Gambar 4.29 Rotorvane ... 70

Gambar 4.30 Rotorvane dan bagian-bagiannya ... 71

Gambar 4.31 Triplex Roll CTC Machine ... 72

Gambar 4.32 Roll CTC 1 (a), Roll CTC 2 (b), dan Roll CTC 3 (c) ... 73

Gambar 4.33 Googie ... 74

Gambar 4.34 Continous Fermenting Unit ... 76

Gambar 4.35 Humidifier ... 77

Gambar 4.36 Vibro Fluid Bed Dryer ... 79

Gambar 4.37 Vibro Jumbo Extractor ... 81

Gambar 4.38 Holding Tank ... 81

Gambar 4.39 Midleton ... 82

Gambar 4.40 Trinick 1 (a) dan Trinick 2 (b) ... 83

Gambar 4.41 Trinick tampak samping ... 84

Gambar 4.42 Andrew Breaker ... 84

Gambar 4.43 Peti miring / Tea Bin ... 85

Gambar 4.44 Tea Bulker ... 86

Gambar 4.45 Tea Packer ... 87

Gambar 4.46 Packer Vibrator... 87

Gambar 5.1 Mesin Vibro Fluid Bed Dryer yang digunakan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kertowono ... 107

Gambar 5.2 Gambaran fenomena fluidisasi ... 109

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Layout pabrik teh Kertowono ... 123

Lampiran 2 Pabrik teh Kertowono tampak depan ... 124

Lampiran 3 Perumahan karyawan ... 125

Lampiran 4 Pemberian materi di kebun ... 126

Lampiran 5 Penimbangan pucuk di kebun ... 127

Lampiran 6 Foto bersama mandor petik dan pengemasan . 127 Lampiran 7 Penataan uji inderawi ... 128

Lampiran 8 Kantor Afdeling Puring ... 128

Lampiran 9 Foto bersama astekpol ... 129

Lampiran 10 Suasana pagi hari di kebun teh Kertowono ... 129

Lampiran 11 Teh Kertowono ... 130

Lampiran 12 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang ... 131

Lampiran 13 Log sheet kegiatan PKL ... 132

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, agar dapat terjun dan mengkomunikasikan kepada masyarakat luas, setiap mahasiswa dituntut untuk lebih mengenal, mengerti, dan menguasai seluk beluk serta memiliki ketrampilan yang sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Seiring besarnya tuntutan dan persaingan di dunia kerja, maka mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan baik yang bersifat teknis maupun praktis sesuai dengan bidangnya. Maka dari itu Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya mewajibkan para mahasiswa untuk melaksanakan program Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagai sarana pelatihan sekaligus menjadi salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana strata-1. Dengan melakukan praktek kerja lapang diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa tentang ilmu pengetahuan dan teknologi secara aplikatif, menemukan keterkaitan antara teori perkuliahan dengan praktek. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai calon tenaga kerja yang profesional diwajibkan untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapang sebagai sarana latihan dalam mengaplikasikan ilmu dan keterampilan serta membandingkannya dengan kenyataan yang dijumpai di lapang. PT. Perkebunan Nusantara XII merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang perkebunan. Dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara XII membudidayakan banyak jenis tanaman antara lain tanaman teh yang diyakini akan memiliki daya saing yang sangat tinggi. Salah satu perusahaan BUMN yang yang telah menerapkan teknologi dalam pengolahan teh adalah PT. Perkebunan Nusantara XII

(16)

2

yang berada di Kertowono, Lumajang. Sebagai perusahaan yang memproduksi teh dalam skala besar pasti memiliki berbagai jenis proses dan sistem pemrosesan yang memiliki kaitan dengan materi-materi yang diberikan dalam perkuliahan di Jurusan Keteknikan Pertanian. Dengan demikian, diharapkan bahwa Praktek Kerja Lapang di PT Perkebunan Nusantara XII twilayah Kertowono, Lumajang akan sangat menunjang perluasan wawasan dan pengaplikasian ilmu keteknikan pertanian di dunia industri secara nyata.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Tujuan Umum

1. Sebagai sarana studi banding antara ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan teknologi yang diterapkan di lapang.

2. Melatih mahasiswa untuk bekerja mandiri di lapang sekaligus berlatih untuk menyesuaikan diri dengan kondisi di lapang pekerjaan yang nantinya akan ditekuni.

3. Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan jenjang pendidikan tingkat sarjana S1 di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

4. Menambah pengalaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai kondisi nyata di lingkungan kerja serta mengetahui

permasalahan-permasalahan beserta alternatif

penyelesaiannya.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui secara umum kondisi pabrik teh, dan proses produksi di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono, Lumajang.

(17)

3

2. Mempelajari aspek-aspek keteknikan pertanian yang meliputi bahan baku, proses produksi, pemasaran, serta penerapan teknologi terutama peralatan-peralatan yang digunakan di pabrik.

3. Mempelajari proses pengeringan dan mesin yang digunakan untuk proses pengeringan pada pengolahan teh hitam CTC di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono, Lumajang.

(18)

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Bahan Baku 2.1.1 Tanaman Teh

Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang diberi nama seperti : Camellia theifera, Thea sinensis, Camellia thea, dan Camellia sinensis. Tanaman teh terdiri dari banyak spesies yang tersebar di Asia Tenggara, India, Cina Selatan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, dan Burma.

Gambar 2.1 Pucuk daun teh Gambar 2.2 Perkebunan teh

Menurut Effendi dkk (2010), sistematika tanaman teh terdiri dari :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dycotyledonae Ordo : Guttiferales Famili : Theaceae

(19)

5

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L. Varietas : Sinensis dan Asamika

Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman asli yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Kini tanaman teh telah ditanam di lebih dari 30 negara. Tanaman teh diolah pucuk daunnya seperti pada Gambar 2.1 untuk menjadi minuman yang sangat populer di dunia. Bahkan kepopuleran teh menduduki peringkat kedua setelah air putih sebagai minuman di dunia yang paling sering dikonsumsi.

Tanaman teh dapat tumbuh hingga ketinggian antara 6 hingga 9 meter. Namun untuk keperluan perkebunan (Gambar 2.2), tanaman teh hanya ditumbuhkan setinggi 1 meter dengan cara pemangkasan secara berkala untuk memudahkan pemetikan. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada temperatur 10-30oC di daerah yang curah hujannya sekitar 2000 mm per tahun dengan ketinggian 600-2000 mdpl (Primanita, 2010).

2.1.2 Kandungan Teh

Kandungan senyawa kimia di dalam teh secara umum terkandung dalam daunnya. Komposisi kimia di dalam daun teh diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar yakni golongan fenol, golongan bukan fenol, golongan senyawa aromatis, dan enzim (Towaha, 2013). Berikut ini akan dijelaskan mengenai empat golongan tersebut.

2.1.2.1 Fenol

Golongan fenol yang terdapat dalam daun teh ada dua, yakni senyawa katekin dan flavanol.

a. Katekin

Katekin merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam golongan flavonoid. Katekin memiliki sifat antioksidan karena

(20)

6

adanya dua gugus fenol dan satu gugus dihidropiran. Senyawa ini sering juga disebut sebagai polifenol karena memiliki lebih dari satu gugus fenol dalam strukturnya. Katekin dalam daun teh tersusun sebagai senyawa katekin (C), epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), epigalokatekin galat (EGCG), dan galokatekin (GC) (Widyaningrum, 2013).

Katekin pada daun teh segar berkisar antara 13,5% - 31% (Towaha, 2013). Selain sebagai antioksidan, senyawa katekin berperan dalam menentukan sifat pada seduhan teh seperti warna, rasa, dan aroma karena reaksinya dengan senyawa lain seperti kafein, protein, peptida, ion Cu, dan siklodekstrin. Pada pengolahan teh hitam dan teh oolong, katekin akan terurai menjadi theaflavin dan thearubigin. Theaflavin berperan dalam memberikan warna kuning dan thearubigin berperan memberi warna merah kecoklatan (Damayanthi dkk, 2008).

b. Flavanol

Flavanol pada daun teh meliputi senyawa kaemferol, kuarsetin, dan mirisetin dengan kandungan 3-4% dari berat kering (Wiyarti, 2013). Senyawa flavanol merupakan salah satu jenis antioksidan dalam teh yang mempunyai kemampuan mengikat logam. Flavanol kurang disebut sebagai penentu kualitas teh, akan tetapi flavanol memiliki aktivitas yang dapat menguatkan dinding pembuluh darah kapiler dan memicu pengumpulan vitamin C (Towaha, 2013).

2.1.2.2 Bukan Fenol

Golongan bukan fenol yang terdapat dalam daun teh ada sembilan jenis, yakni karbohidrat, pektin, alkaloid, protein dan asam-asam amino, klorofil, asam organik, resin, vitamin, dan mineral.

(21)

7

Daun teh segar mengandung karbohidrat sebesar 3-5% dari berat kering daun yang meliputi sukrosa, glukosa, dan fruktosa (Towaha, 2013). Karbohidart berperan dalam reaksinya dengan asam-asam amino dan katekin pada proses pengolahan teh. Pada suhu tinggi, reaksi karbohidrat dengan senyawa lain dalam teh akan membentuk senyawa aldehid yang memberikan aroma karamel, bunga, madu, dan sebagainya (Wiyarti, 2013).

b. Pektin

Pektin yang terkandung dalam daun teh berkisar antara 4,9-7,6% dari berat kering daun, yang terdiri dari pektin dan asam pektat (Towaha, 2013). Selama proses pengolahan, pektin akan terurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dan menguap ke udara. Sedangkan sebagian akan menjadi senyawa ester sebagai pembentuk karena reaksinya dengan asam organik. Dalam suasana asam, asam pektat akan membentuk gel yang berfungsi mempertahankan bentuk gulungan daun teh setelah digiling serta mengendalikan proses oksidasi enzimatis (Prawirosentono, 2002).

c. Alkaloid

Senyawa alkaloid dalam daun teh terkandung sekitar 3-4% dari berat kering daun teh yakni senyawa kafein, theobromin, dan theofolin (Towaha, 2013). Alkaloid berperan dalam menentukan kualitas teh, salah satunya adalah tentang sifat menyegarkan dari seduhan teh yakni kandungan kafein. Senyawa kafein tidak terurai selama proses pengolahan, namun kafein ini bereaksi dengan katekin dan membentuk senyawa yang menentukan kesegaran (briskness) dari seduhan teh (Friedman dan Jurgens, 2000).

d. Protein dan asam-asam amino

Komponen protein dalam daun teh berperan dalam pembentukan aroma terutama pada teh hitam. Pada proses pelayuan, protein terurai menjadi asam amino, kemudian

(22)

8

asam amino bersama dengan karbohidrat dan katekin membentuk senyawa aromatis berupa hidrokarbon, alkohol, aldehid, keton, dan ester. Beberapa asam amino yang berperan dalam pembentukan senyawa aromatis antara lain alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan isoleusin.

Asam amino L-theanin disebut sebagai senyawa yang mendorong terbentuknya gelombang α di dalam otak yang dapat memberikan perasaan tenang dan menurunkan ketegangan setelah meminumnya (Maulana, 2000). Adapun kandungan protein dan asam amino bebas pada daun teh berkisar antara 1,4-5% dari berat kering daun (Towaha, 2013).

e. Klorofil dan zat warna lain

Salah satu unsur penentu kualitas teh hijau adalah warnanya, sehingga klorofil sangat berperan dalam memberi warna hijau pada teh hijau. Kandungan zat warna dalam daun teh sekitar 0,019% dari berat kering daun. Dalam proses oksidasi enzimatis, klorofil yang berwarna hijau mengalami penguraian menjadi feofitin yang berwarna hitam sebagai warna untuk teh hitam. Adapun sebagian zat warna karotenoid akan teroksidasi menjadi substansi yang mudah menguap yang terdiri dari aldehid dan keton tak jenuh yang berperan dalam aroma seduhan teh. Sedangkan sebagian lain kerotenoid akan berperan dalam memberi warna kuning jingga (Towaha, 2013).

f. Asam organik

Adapun kandungan asam organik dalam daun teh berkisar antara 0,5-2% dari berat kering teh (Towaha, 2013). Beberapa jenis asam organik yang terkandung dalam daun teh antara lain asam malat, asam sitrat, asam suksinat, dan asam oksalat. Pada proses pengolahan teh, asam organik akan bereaksi dengan metil alkohol yang akan membentuk senyawa ester yang memiliki aroma khas (Gramza et al, 2005).

(23)

9 g. Resin

Resin merupakan senyawa polimer rantai karbon, dengan kandungan sekitar 3% dari berat kering daun teh. Peran resin pada pengolahan teh adalah memberi kontribusi dalam membentuk aroma teh. Selain itu, resin berperan untuk meningkatkan daya tahan daun teh terhadap embun (Towaha, 2013).

h. Vitamin

Beberapa jenis vitamin dalam daun teh antara lain vitamin A, B1, B2, B3, B5, C, E, dan K. Vitamin sangat peka terhadap proses oksidasi enzimatis dan suhu yang tinggi. Oleh karena itu kandungan vitamin pada teh hijau lebih tinggi daripada teh hitam. Kandungan vitamin dalam secangkir teh hijau berkisar antara 100-200 IU dan vitamin K sekitar 300-500 IU (Towaha, 2013). Teh hijau mengandung vitamin B sepuluh kali lebih banyak dibandingkan sayur dan serealia. Selain itu, kandungan vitamin C dalam teh dilansir lebih tinggi daripada buah apel dan tomat (Dulloo et al, 2000).

i. Mineral

Kandungan mineral dalam teh berkisar antara 4-5% dari berat kering daun teh. Beberapa jenis mineral yang terkandung antara lain K, Na, Mg, Ca, F, Zn, Mn, Cu, dan Se. Mineral F merupakan mineral yang terjandung paling tinggi. Mineral berfungsi untuk mempertahankan dan menguatkan gigi agar terhindar dari karies gigi (Towaha, 2013).

2.1.2.3 Senyawa Aromatis

Salah satu sifat penting yang menentukan kualitas teh adalah aroma. Aroma yang dimiliki oleh teh berhubungan dengan substansi aromatis yang secara alami terkandung maupun yang terbentuk sebagai hasil reaksi biokimia dalam proses pengolahan teh. Substansi aromatis yang terkandung dalam teh adalah senyawa volatile atau mudah menguap. Senyawa aromatis yang secara alami terkandung dalam teh

(24)

10

antara lain linalool, linalool oksida, pfhenuetanol, geraniol, benzil alkohol, metil salisilat, n-heksanal, dan cis-3-heksenol (Lee et al, 2013).

2.1.2.4 Enzim

Dalam daun teh terkandung berbagai macam enzim diantaranya enzim invertase, amilase, β-glukosidase, oksimetilase, protease, dan peroksidase. Enzim-enzim tersebut berperan sebagai biokatalisator pada setiap reaksi biokimia yang terjadi selama proses pengolahan teh (Jain and Tadakazu, 2007). Salah satu enzim yang juga penting adalah enzim polifenol oksidase, dimana enzim ini yang mengawali terjadinya reaksi oksidasi enzimatis yakni pada proses oksidasi katekin. Enzim polifenol terkandung dalam kloroplas sedangkan katekin terkandung dalam vakuola, sehingga pada proses penggilingan, sel akan hancur, begitupun vakuola dan kloroplas hancur, sehingga katekin dapat keluar dan bertemu dengan enzim polifenol (Natarajan, 2009).

Enzim-enzim lainnya yang terkandung dalam daun teh yang menentukan sifat spesifik teh hitam adalah enzim pektase dan klorofilase. Enzim pektase berperan aktif dalam reaksi perubahan pektin. Sedangkan enzim klorofilase berperan penting dalam perubahan biokimia klorofil selama reaksi oksidasi enzimatis (Milenkovic et al, 2012).

2.1.3 Manfaat Teh

Teh mengandung antioksidan yang berperan untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Baik teh hitam, teh hijau, teh oolong, maupun teh putih, semuanya memiliki manfaat yang baik untuk tubuh. Salah satunya karena adanya kandungan kefein yang memberikan perasaan tenang dan segar setelah meminumnya.

Teh hitam berperan sebagai immunostimulator dan pengahambat zat karsinogenik pada rongga mulut. Hal ini

(25)

11

tampak pada perbedaan jumlah sel kanker yang mengalami nekrosis. Di samping itu, pada perokok yang juga peminum teh, ditemukan jumlah perubahan morfologi dysplasia sel epitel mukosa rongga mulut yang relatif lebih sedikit jika dibbandingkan dengan perokok yang buka peminum teh (Hartoyo, 2003).

Menurut Syah (2006), teh hijau memiliki berbagai manfaat yakni khasiatnya untuk mengurangi risiko kanker, antara lain kanker perut, kanker payudara, kanker kandungan, kanker prostat, dan kanker rongga mulut. Selain itu, beberapa khasiat teh hijau untuk kesehatan dan kebugaran tubuh antara lain sebagai berikut :

a. Menurunkan kadar kolesterol b. Mencegah tekanan darah tinggi c. Membunuh bakteri

d. Membunuh virus influenza e. Mengurangi stres

f. Melangsingkan tubuh

g. Menurunkan kadar gula darah h. Mencegah pengeroposan gigi i. Meningkatkan kekebalan tubuh

j. Menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler

Selain khasiat dalam kesehatan tubuh, teh hijau memiliki manfaat untuk kecantikan wajah. Daun teh hijau mengandung senyawa epigalokatekin-3-galat (EGCG) paling tinggi dibandingkan teh oolong dan teh hitam. Berdasarkan hasil penelitian oleh Widyaningrum (2013), EGCG dalam daun teh hijau dapat mengurangi sebum dalam kelenjar sebasea, membunuh bakteri jerawat, dan bersifat antiinflamasi. Cara kerja EGCG dalam mengurangi jerawat adalah dengan memodulasi jalur sinyal AMPK-SREBP-1, mengurangi inflamasi dengan menekan jalur NF-kB dan AP-1. Oleh karena itu, berdasarkan cara kerja tersebut dan prinsip pengobatan jerawat, EGCG yang

(26)

12

terkandung dalam daun teh hijau dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan jerawat.

2.2 Tinjauan Umum Pengolahan Teh 2.2.1 Pengolahan Teh Secara Umum

Proses pengolahan teh merupakan suatu metode yang diterapkan pada pucuk daun teh yang melibatkan beberapa tahapan. Dalam bentuknya yang paling umum, proses pengolahan teh melibatkan reaksi oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan aroma khas teh, dan pengurangan kadar air dengan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peranan penting untuk menentukan rasa teh (Kusumo, 2010).

Proses pengolahan teh tergantung pada jenis teh yang ingin dihasilkan. Misalnya ingin membuat teh hitam, maka ada serangkaian proses yang harus dilakukan, antara lain pelayuan, penggilingan, fermentasi (oksidasi enzimatis), pengeringan, hingga sortasi (Sukardi dan Gumilar, 2006). Sedangkan untuk teh jenis lain, misalnya ingin menghasilkan teh oolong maka oksidasi enzimatis dilakukan dengan selang waktu tertentu yang lebih pendek dari pembuatan teh hitam. Bahkan pucuk teh tidak perlu dilakukan proses oksidasi enzimatis jika ingin dihasilkan teh hijau. Selain itu, ada juga pembuatan teh yang merupakan kelanjutan dari hasil yang diperoleh, seperti pembuatan teh wangi yakni teh hasil pengolahan diproses kembali dengan penambahan bunga melati sebagai penambah aroma (Sujayanto, 2008).

2.2.2 Klasifikasi Teh Berdasarkan Jenis Pengolahan

Produk teh dapat dibedakan berdasarkan proses pengolahannya. Dengan cara pengolahan yang berbeda, maka dihasilkan berbagai kualitas teh dengan manfaat dan harga

(27)

13

yang berbeda pula. Menurut Hartoyo (2003), teh diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yang berbeda dan tidak dapat dicampurkan satu dengan lainnya dalam pemasarannya.

Ketiga jenis teh tersebut antara lain : a. Teh Hijau (unfermented tea)

Teh hijau disebut juga sebagai unfermented tea, yakni teh tanpa melalui proses fermentasi (oksidasi enzimatis). Secara sederhana, teh hijau dapat diproduksi secara sederhana, yakni dengan steam atau uap panas. Bahan teh hijau yakni pucuk daun teh, sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air. Pemanasan ini berguna untuk menonaktifkan enzim dalam daun teh. Setelah dipanaskan dan menjadi layu, teh digulung dan dikeringkan.

b. Teh Oolong (semi fermented tea)

Teh oolong disebut juga sebagai semi fermented tea. Biasanya tanaman teh yang digunakan untuk teh oolong adalah teh yang tumbuh di daerah semi tropis. Proses pengolahan teh oolong sama dengan teh hitam, tetapi saat proses oksidasi enzimatis, pucuk teh mengalami hanya sebagian. Proses oksidasi enzimatis untuk membuat teh oolong hanya berkisar 30-70% saja sehingga teh masih mangandung sebagian tanin dan beberapa senyawa turunannya. Penampilan visual teh oolong yaitu berwarna merah tembaga di bagian tepinya sedangkan bagian lainnya masih berwarna hijau. Oleh karena itu, teh oolong disebut sebagai teh peralihan teh hijau dan teh hitam, dengan aromanya khas diantara kedua teh tersebut.

c. Teh Hitam (fermented tea)

Teh hitam disebut sebagai fermented tea, yakni mengalami oksidasi emzimatis secara maksimal. Terlebih dahulu pucuk teh dilayukan kemudian digiling menjadi halus. Karena proses penggilingan ini, pucuk teh hancur dan mengeluarkan cairan sel dari daun dan mulai saat itu terjadi oksidasi enzimatis. Proses oksidasi kemudian dioptimalkan

(28)

14

dengan menjaga kondisi lingkungan di dalam unit oksidasi enzimatis. Dengan adanya proses ini, karakteristik teh hitam dihasilkan, yakni ditandai dengan perubahan warna dan aroma khas teh hitam. Setelah itu, teh hasil oksidasi enzimatis dikeringkan pada suhu tertentu sehingga dihasilkan teh yang sudah kering dan berwarna hitam.

Selain ketiga jenis teh tersebut, ada juga jenis teh yang unik dan manfaatnya tidak diragukan lagi. Jenis teh tersebut adalah teh putih (white tea). Bahan baku teh putih sedikit berbeda dengan teh lainnya, yakni hanya pucuk pekonya saja. Teh putih diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar yakni pucuk peko. Pucuk yang diambil hanya pucuk peko yang terpilih dan yang terbaik. Kriteria tersebut didasarkan pada pucuk peko yang diselimuti bulu halus berwarna putih. Daun teh putih adalah daun teh yang paling sedikit mengalami pemrosesan, serta tanpa adanya reaksi oksidasi enzimatis. Seperti halnya teh oolong, selama ini teh putih hanya diproduksi oleh perkebunan teh di China dan Taiwan. Namun saat ini teh putih mulai diproduksi di Indonesia oleh tiga perkebunan teh yaitu di Ciwidey dan Garut Jawa Barat, serta di Wonosari Kabupaten Malang Jawa Timur (Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, 2012).

Memang banyak yang belum mengenal teh putih, teh putih berasal dari pucuk Camellia sinensis yang masih menggulung dan pada saat dipetik dilindungi dari sinar matahari. Teh putih merupakan teh yang sangat istimewa. Pucuk teh yang sangat muda ini hanya diuapkan dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah oksidasi. Daun teh muda ini tidak melalui proses oksidasi enzimatis sehingga teh putih mengandung katekin dan kafein tertinggi (Dias et al, 2013).

2.2.3 Proses Pengolahan Teh Hitam CTC

Teknik pengolahan teh hitam dapat digolongkan menjadi dua macam, yakni secara Ortodoks dan CTC (Crushing, Tearing,

(29)

15

Curling). Secara umum, pengolahan teh hitam CTC memerlukan tingkat layu yang ringan dengan kadar air pucuk layu 67-70% dengan sifat penggulungan yang keras. Sedangkan untuk teh hitam ortodoks, derajat layu yang diperlukan adalah dengan persentase kadar air 52-58% dengan sifat penggulungan yang lebih ringan (Maulana, 2000). Untuk lebih jelas, perbedaan teh Ortodoks dan CTC akan dijelaskan dalam Tabel 2.1.

Menurut Primanita (2010), secara singkat perbedaan antara cara pengolahan teh hitam secara ortodoks dengan sistem CTC adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan pengolahan teh secara Ortodoks dan CTC

No Sistem Ortodoks Sistem CTC

1 Derajat layu pucuk 44-46% Derajat layu pucuk 32-35% 2 Dilakukan sortasi bubuk

basah

Tanpa dilakukan sortasi bubuk basah

3 Tangkai atau tulang terpisah (badag)

Bubuk basah ukuran hampir sama

4 Diperlukan pengeringan ECP

Pengeringan cukup dengan FBD

5 Cita rasa air seduhan kuat Cita rasa kurang kuat, air seduhan cepat merah 6 Tenaga listrik besar Tenaga listrik kecil 7 Tenaga kerja banyak Tenaga kerja sedikit 8 Sortasi kering kurang

sederhana

Sortasi kering sederhana

9 Fermentasi bubuk basah selama 105-120 menit

Fermentasi bubuk basah selama 80-85 menit 10 Waktu proses pengolahan

lebih dari 20 jam

Waktu proses pengolahan cukup pendek (kurang dari 20 jam)

(30)

16

Pengolahan teh hitam secara CTC terdiri dari beberapa proses. Urutan proses pengolahan teh hitam CTC adalah meliputi penerimaan pucuk segar, pelayuan dan turun layu, penggilingan atau perajangan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi, dan yang terakhir pengemasan. Penjelasan masing-masing proses menurut Putratama (2009) dijelaskan sebagai berikut :

a. Penerimaan Bahan Baku Pucuk Teh

Pucuk teh yang halus (minimal 60%) merupakan bahan baku pembuatan teh hitam. Pucuk segar didatangkan dari perkebunan teh dimana pengolahan dilaksanakan.

b. Pelayuan

Pelayuan adalah tahap awal pengolahan teh hitam. Dalam pelayuan, digunakan udara segar yang dialirkan melalui bagian bawah palung pelayuan. Pelayuan berguna untuk mengurangi kadar air hingga batas tertentu, membuat daun menjadi lemas tetapi tidak mudah patah agar mudah digulung. Dalam proses pelayuan terdapat tiga kegiatan. Yang pertama adalah pembeberan, yakni perataan pucuk segar di palung pelayu (trough). Pembeberan dilakukan dari ujung yang berlawanan arah dengan fan. Setelah itu dilakukan pembalikan untuk memindahkan posisi pucuk yang semula di atas dipindahkan ke bagian bawah sehingga pelayuan berlangsung sempurna.

Yang kedua adalah pelayuan, yakni untuk menurunkan kadar air hingga 68-70% untuk proses CTC. Waktu untuk pelayuan adalah 12-28 jam. Pelayuan dihentikan apabila pucuk layu sudah berwarna kekuningan, tangkai daun lentur dan tidak patah. Menurut Sukardi dkk (2009), selama proses pelayuan akan terjadi perubahan kimia antara lain berkurangnya kandungan zat padat, pati, dan gum. Selain itu, terjadi perombakan protein menjadi asam amino, juga perubahan klorofil menjadi feoforbid. Selama pelayuan,

(31)

17

senyawa katekin tidak berubah, tetapi karena kadar air menurun maka katekin menjadi tinggi.

Yang ketiga adalah turun layu, yakni pemindahan pucuk dari ruang pelayuan ke proses penggilingan. Pucuk yang sudah dilayukan diangkut dengan monorail menuju Green Leaf Shifter (GLS). Pucuk yang melalui GLS akan memasuki lorong yang menuju ke proses penggilingan.

c. Penggulungan dan Penggilingan

Proses penggulungan dan penggilingan merupakan proses yang sangat penting dalam pembentukan mutu teh secara fisik maupun kimiawi. Untuk pengolahan secara CTC (Crushing, Tearing, Curling), pucuk akan mengalami tiga aksi yaitu perobekan atau pemotongan, pengepresan, dan penggulungan. Tujuan dari penggilingan adalah memperkecil ukuran pucuk teh, mengawali reaksi oksidasi enzimatis dengan cara mengeluarkan cairan sel agar terjadi kontak dengan oksigen, dan mengoptimalkan terbentuknya inner quality. Selama proses penggilingan CTC, hampir seluruh proses dipengaruhi alat yang bekerja. Pada ruang penggilingan, suhu udara dikendalikan sebesar 18-24oC dengan kelembaban udara 90-98%.

d. Oksidasi Enzimatis

Proses oksidasi enzimatis lebih sering disebut dengan fermentasi. Yang disebut dengan fermentasi adalah bercampurnya zat-zat yang terdapat dalam cairan sel yang terperas keluar dengan oksigen dengan bantuan enzim. Proses fermentasi teh lebih tepat disebut dengan oksidasi enzimatis, karena reaksi yang terjadi adalah oksidasi senyawa polifenol dengan enzim polifenol oksidase dengan adanya oksigen. Perubahan fisik yang terjadi selama proses oksidasi enzimatis adalah dihasilkannya panas sebagai akibat dari reaksi oksidasi enzimatis dan kondensasi. Selain itu juga terjadi perubahan bubuk teh dari yang berwarna hijau menjadi berwarna merah tembaga. (Sukmawati dkk, 2013).

(32)

18

Pemeriksaan mutu hasil oksidasi enzimatis dilakukan Green Dhool Test, yakni bertujuan untuk memberikan penilaian bubuk teh hasil oksidasi enzimatis untuk menentukan lamanya oksidasi enzimatis yang optimal. Penilaiannya adalah dengan cara menyeduh dengan air panas. Kemudian dicicipi. Kriteria penilaiannya adalah warna air seduhan, kesegaran, kekuatan, dan warna ampas.

e. Pengeringan

Proses pengeringan merupakan proses pengaliran udara panas pada bubuk teh basah setelah keluar dari proses oksidasi enzimatis. Pengeringan CTC lebih lama dan menggunakan suhu lebih tinggi daripada sistem ortodoks. Menurut Sukmawati dkk (2013), pengeringan pada pengolahan teh hitam memiliki tujuan yakni antara lain menghentikan proses oksidasi enzimatis, menjaga sifat-sifat spesifik teh, dan yang terpenting adalah menurunkan kadar air hingga mencapai 2-3% sehingga teh memiliki daya simpan yang lama.

Pengendalian proses pada saat proses pengeringan adalah dengan mengendalikan suhu masuk (inlet) dan keluar (outlet). Bubuk teh yang diharapkan setelah pengeringan adalah yang memenuhi kriteria. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah bubuk teh kering berwarna coklat mengkilap, partikel bubuk teh ringan dan saling terpisah. Selain itu, setelah proses pengeringan akan terbentuk aroma yang kuat dari bubuk teh yang dihasilkan.

f. Sortasi

Sortasi merupakan proses untuk memperoleh produk teh hitam yang seragam baik bentuk maupun beratnya. Pelaksanaan sortasi meliputi pengecilan ukuran, pengayakan, dan membersihkan dari kotoran. Menurut Ningrat dan Soeria (2006), sortasi kering bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan warna partikel teh yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen. Hal

(33)

19

tersebut meliputi pemisahan teh kering menjadi beberapa grade yang sesuai dengan standar perdagangan teh, membersihkan teh kering dari partikel lain seperti serat, tangkai, batu, partikel kayu, dan lainnya. Selain itu, sortasi juga bertujuan untuk menyeragamkan bentuk, ukuran, dan warna pada masing-masing grade.

g. Penyimpanan Sementara dan Pengemasan

Setelah bubuk teh disortasi, bubuk teh kering dimasukkan ke dalam peti miring (tea bin). Penempatan teh harus sesuai dengan grade bubuk teh tersebut. Penyimpanan teh di dalam peti miring bertujuan untuk menjaga kadar air sebelum dikemas dan untuk menjaga kualitas. Peti miring dapat melindungi bubuk teh dari suhu dan kelembaban yang tidak sesuai dan dapat melindungi bubuk teh dari kontaminasi mikroba dan pengotor lainnya. Setelah disimpan sementara dalam peti miring, bubuk teh akan dikemas sesuai dengan grade masing-masing. Bubuk teh dikemas di dalam papersack.

2.2.4 Tinjauan Proses Pengeringan Teh Hitam CTC

Setelah melalui tahap oksidasi, maka bubuk teh akan mengalami proses pengeringan. Di tahap pengeringan ini, bubuk teh akan dialiri oleh udara panas. Udara panas yang dihasilkan merupakan udara dari steam boiler atau pemanas lain yang dihubungkan dengan saluran dan dibantu alat penghisap udara. Suhu udara yang diberikan pada pemasukan adalah berkisar antara 100 hingga 130oC (Maulana, 2000). Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga diperoleh hasil teh yang kering dengan kisaran kadar air 2-3% atau 3-4,5%. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis sehingga aktivitas enzim polifenol oksidase terhambat karena berkurangnya kadar air. Dengan berkurangnya kadar air maka teh akan memiliki daya simpan yang lama (Temple et al, 2001).

(34)

20

Pada proses pengeringan, jenis mesin yang umum dapat digunakan adalah Endless Chain Pressure (ECP) dan Fluid Bed Dryer (FBD), serta salah satu yang juga termasuk FBD yaitu Vibro Fluid bed Dryer (VFBD). Prinsp kerja mesin FBD yakni pergerakan bubuk teh di atas bed atau tray karena hembusan udara panas dan tekanan tinggi, sehingga dihasilkan bubuk teh kering. Sedangkan pada mesin ECP bubuk teh berada di atas tray kemudian dialirkan udara panas yang arahnya berlawanan dengan arah bubuk (counter flow). Bubuk teh pada tray akan berjalan secara horizontal dan saat di ujung penggerak, bubuk teh yang tadinya berada di atas akan jatuh ke bawah, begitu seterusnya hingga bubuk teh kering keluar dari mesin (Setyarini dan Juju, 2011). Perbedaan pengeringan bubuk teh menggunakan ECP dan FBD menurut Kartisinghe (1995) dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbedaan mesin pengering ECP dan FBD

No Keterangan ECP FBD

1 Udara Tidak perlu tekanan

udara tinggi

Perlu tekanan udara tinggi

2 Pergerakan

bubuk Diam (di atas tray)

Bergerak melayang karena hembusan udara (fluidisasi)

3 Kegunaan

Untuk pengeringan bubuk teh dan badag (tangkai)

Hanya untuk pengeringan bubuk teh

4 Kapasitas Rendah Tergantung

panjang mesin

5 Lama proses 20-25 menit 15-20 menit

Menurut Effendi dkk (2010), keunggulan mesin FBD antara lain perlakuan yang seragam, kapasitas tinggi, dan tingkat

(35)

21

automatisasi yang tinggi. Selain itu, pada mesin FBD hanya terdapat sedikit moving parts sehingga sanitasi lebih mudah. Sedangkan menurut Setiawan dkk (2010), keunggulan menggunakan pengering tipe ECP adalah kontak bahan dengan udara panas lebih luas, laju perpindahan panas dan massa lebih besar. Di samping itu, kapasitas pengeringan juga besar serta seragamnya hamparan sehingga peristiwa case hardening pada teh jarang terjadi, dan gesekan antar partikel teh relatif kecil.

(36)

22

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada tanggal 26 Januari – 26 Februari 2015 di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Kertowono yang berlokasi di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia.

3.2 Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara berikut ini.

1. Observasi

Teknik observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan dan peninjauan secara langsung terhadap obyek kegiatan dalam manajemen produksi di lapangan, serta survey ke lokasi fasilitas produksi, pengolahan limbah dan utilitas setelah sebelumnya diberi penjelasan mengenai teori dan tata tertib selama observasi berlangsung.

2. Wawancara

Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung kepada pembimbing lapang dan karyawan atas ijin dari perusahaan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar langsung, namun atas ijin dari perusahaan. Apabila tidak diperbolehkan, dilakukan dengan cara pengumpulan dan pencarian dokumen yang berkaitan dengan obyek pembahasan. Data dokumentasi dapat berupa gambar, sejarah, struktur organisasi, skema proses, dan ketenagakerjaan.

(37)

23

Teknik ini dilakukan dengan cara pencarian data tambahan dari buku, jurnal, dan laporan yang digunakan untuk membandingkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang.

5. Pengumpulan Data

a. Data Primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari kegiatan perusahaan dan berupa data mengenai perusahaan.

b. Data Sekunder, yakni data yang tidak langsung atau diperoleh dari sumber lain dan digunakan sebagai pendukung dalam laporan.

3.3 Materi Praktek Kerja Lapang

Hal-hal yang dipelajari selama kegiatan Praktek Kerja Lapang adalah sebagai berikut:

1. Profil umum perusahaan

a. Sejarah singkat lembaga penelitian

b. Tujuan dan latar belakang pendirian lembaga penelitian 2. Struktur organisasi

a. Bentuk struktur organisasi

b. Tugas, fungsi dan wewenang tiap bagian organisasi 3. Letak geografis perusahaan

a. Lokasi lembaga penelitian b. Pertimbangan pemilihan lokasi 4. Ketenagakerjaan

a. Jumlah anggota atau karyawan b. Sistem kerja dan sistem pengupahan 5. Aspek teknologi pertanian

a. Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pengolahan teh hitam

b. Proses pengolahan dan pengeringan teh hitam c. Pengendalian mutu

(38)

24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan perusahaan yang termasuk dalam lingkup Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) memiliki 35 kebun yang tersebar mulai dari wilayah Ngawi hingga Banyuwangi. Komoditas yang dibudidayakan adalah teh, kopi, coklat (kakao), dan karet. Simbol dari PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) divisualisasikan dalam sebuah logo perusahaan seperti pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Logo PTPN XII (Persero)

Untuk perkebunan teh sendiri terdapat empat kebun yaitu kebun Jatiroto yang meliputi tiga wilayah (Lumajang, Jember, Banyuwangi), kebun Kertowono yang berada di Gucialit Lumajang, kebun Wonosari di wilayah Lawang Kabupaten Malang, serta kebun Sirah Kencong di Blitar. Selain empat kebun tersebut, komoditas teh juga didatangkan dari perkebunan teh lain yang masih dekat dengan wilayah pengolahan teh atau pabrik teh.

(39)

25 4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan

Pada tahun 1875 Kebun Kertowono dibuka oleh perusahaan perkebunan bernama N.V. Ticdeman van Ker Chen dengan tanaman yang dibudidayakan kala itu adalah tanaman kina yang dikelola oleh Belanda. Seiring berjalannya waktu, dilakukan diversifikasi tanaman yaitu dengan membudidayakan tanaman teh (Camellia sinensis) pada tahun 1910. Pada akhirnya tahun 1957 Kebun Kertowono dialihkan kepemilikannya menjadi milik Negara Indonesia.

Berikut ini adalah perjalanan pergantian nama Kebun Kertowono sejak dikelola sendiri oleh Indonesia :

a. Tahun 1959-1960, bergabung dengan Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) IV.

b. Tahun 1961, bergabung dalam PPN Aneka Tanaman (PPN Antan) XII.

c. Tahun 1968, Kebun Kajaran bergabung dengan Kebun Kertowono.

d. Tahun 1972-1993, menjadi Perkebunan Terbatas Perkebunan XXIII (Persero).

e. Tahun 1994-1996, bergabung menjadi PTP XIII (Persero) grup Jawa Timur.

f. Tahun 1996-sekarang, berganti nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan agribisnis yang berdaya saing tinggi dan mampu tumbuh kembang berkelanjutan, yaitu menjadi perusahaan agribisnis perkebunan yang terintegrasi dan memiliki keunggulan daya saing (competitive advantage) melalui inovasi sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan

(40)

26

untuk meningkatkan nilai bagi shareholders dan stakeholders lain.

b. Misi Perusahaan

Untuk mewujudkan visi perusahaan tersebut maka dilaksanakan misi sebagai berikut :

 Melaksanakan reformasi bisnis, strategi, struktur dan budaya perusahaan untuk mewujudkan profesionalisme berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

 Meningkatkan nilai dan daya saing perusahaan (competitive advantage) melalui inovasi serta peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam penyediaan produk berkualitas dengan harga kompetitif dan pelayanan bermutu tinggi.

 Menghasilkan profit yang dapat membawa perusahaan tumbuh dan berkembang untuk meningkatkan nilai bagi shareholders dan stakeholders lainnya.

 Mengembangkan usaha agribisnis dengan tata kelola yang baik serta peduli pada kelestarian alam dan tanggung jawab sosial pada lingkungan usaha (community development).

c. Tata Nilai Insan

Setiap insan PT. Perkebunan Nusantara XII dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan selalu menjunjung tinggi dan menerapkan panduan tata nilai yang disebut dengan akronim SPIRIT, yang terdiri atas nilai-nilai Sinergi, Profesionalitas, Integritas, Responsibilitas, Inovasi dan Transparansi.

Berikut ini adalah penjabaran dari SPIRIT :

 Sinergi adalah selalu memadukan berbagai kekuatan yang saling mendukung untuk mencapai hasil yang terbaik.

 Profesionalitas merupakan wujud dari sikap insan PT. Perkebunan Nusantara XII sebagai pelaku agribisnis yang loyal kepada perusahaan dan memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugas dan perannya,

(41)

27

menghasilkan produk bernilai tinggi dan selalu berupaya meningkatkan kompetensi.

 Integritas adalah selalu berpegang teguh pada prinsip kebenaran dalam menjalankan tugas dan perannya sesuai peraturan yang berlaku secara jujur, konsisten, ikhlas dan sepenuh hati.

 Responsibilitas (tanggung jawab) berarti selalu menggunakan logika berpikir (untuk mempertimbangkan untung dan rugi), kesadaran diri, mengembangkan imajinasi maupun mendengarkan suara hati dalam mengambil setiap keputusan dan tindakan.

 Inovasi merupakan kemampuan mengembangkan dan memperbaiki diri atau keadaan secara kreatif dengan semangat hari esok harus lebih baik dari hari ini dan kemarin.

 Transparansi adalah landasan untuk menjunjung tinggi keterbukaan dan keadilan.

4.1.3 Letak Geografis Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono terletak di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Saat ini PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono terdapat dua bagian kebun antara lain:

a. Kebun Bagian Kertowono

Kebun bagian Kertowono terletak di Desa Gucialit, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang. Berjarak sekitar 17 km arah barat laut Kota Lumajang atau sekitar 156 km dari Kota Surabaya, di sebelah timur Pegunungan Bromo. Kebun bagian Kertowono terdiri dari 3 afdeling (bagian) kebun, yaitu Puring, Kamar Tengah dan Kertosuko, dengan luasan 1204,32 hektar. Setiap afdeling memiliki Kantor Induk dan Tata Usaha. Komuditas utama kebun bagian Kertowono adalah teh dan aneka macam tanaman kayu (Sengon,

(42)

28

Gamelina dan Balsa). Ketinggian masing-masing afdeling berbeda, yakni afdeling Kamar Tengah memiliki ketinggian 700-900 mdpl, afdeling Kertosuko memiliki ketinggian 800-1200 mdpl, sedangkan afdeling Puring memiliki ketinggian 700 mdpl. Di kebun bagian Kertowono terdapat satu pabrik pengolahan teh hitam CTC (Crushing, Tearing, Curling) yang terpusat di afdeling Puring. Gambar pabrik teh Kertowono terdapat pada Lampiran 2.

b. Kebun Bagian Kajaran

Kebun bagian Kajaran berlokasi di Desa Bades dan Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Lumajang. Dengan jarak sekitar 28 km arah barat daya Kota Lumajang dan sekitar 170 km dari kota Surabaya serta sekitar 45 km dari kebun bagian Kertowono, dengan luasan 700 hektar. Kebun bagian Kajaran terdiri dari 2 afdeling, yaitu Bedengan dan Kaliwelang. Selain kedua afdeling, kebun bagian Kajaran juga memiliki pabrik pengolahan kakao. Komoditas utama kebun bagian Kajaran adalah kakao (edel dan bulk), gula kelapa dan aneka tanaman kayu.

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Menurut bentuknya, struktur organisasi yang ada di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) diklasifikasikan ke dalam bentuk organisasi garis dan staff dimana terdapat beberapa ahli dalam bidangnya masing-masing.

Berikut ini adalah tugas pokok dan wewenang pejabat tertinggi perkebunan :

a. Manajer

 Tugas pokok :

1. Memimpin dan mengurus kebun atau unit karja sesuai dengan tujuan perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang berwawasan lingkungan.

(43)

29

2. Menguasai dan memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan yang berada dalam kebun atau unit kerja. 3. Menetapkan langkah-langkah strategis, rencana kerja

operasional berdasarkan RKAP, ketentuan dan kebijakan direksi dalam upaya menjadikan kebun sebagai profit centre.

4. Memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat, pemerintah setempat, dan pihak lainnya untuk kepentingan perusahaan.

5. Melakukan koordinasi baik langsung atau inspektur wilayah antar kebun untuk keperluan bersama demi kepentingan perusahaan.

 Wewenang :

1. Mengusulkan kenaikan gaji / pangkat / jabatan, teguran / peringatan, penurunan / degradasi, pemindahan / mutasi, pemberhentian, pengurangan.

2. Memindahkan karyawan bulanan dan harian tetap antar afdeling intern kebun yang sama bidang tugasnya dan memberikan teguran serta peringatan apabila karyawan bulanan dan harian tetap melakukan kesalahan dan kelalaian dalam tugas pekerjaan.

3. Menandatangani cek, menerima uang dalam batas-batas yang ditentukan oleh direksi dalam batas wewenangnya melaksanakan pembelian atau pengadaan barang/bahan sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.

b. Wakil Manajer

 Tugas pokok :

1. Melaksanakan tugas manajer yang didelegasikan kepadanya.

2. Mengusulkan kepada manajer : - Mutasi intern karyawan

- Pemberian penghargaan dan sanksi-sanksi terhadap karyawan.

(44)

30

- Penyempurnaan di bidang tanaman, teknik/ pengolahan, administrasi, keuangan, kesehatan, dan lain-lain.

c. Asisten Administrasi Keuangan (asaku)

 Tugas pokok :

1. Penanggung jawab tugas administrasi keuangan. 2. Mengurus keperluan-keperluan perusahaan

3. Menyusun laporan-laporan kepada direksi, instansi luar, dan lain-lain.

4. Penanggung jawab tata usaha gudang persediaan dan gudang hasil.

 Wewenang :

1. Melaksanakan pembinaan dan penilaian terhadap karyawan yang berada dalam urusannya.

d. Asisten Tanaman (astan)

 Tugas pokok :

1. Mengelola afdeling yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tujuan perusahaan.

2. Memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan hubungan dengan masyarakat, pemerintah setempat, dan pihak-pihak lainnya untuk kepentingan perusahaan.

 Wewenang :

1. Melaksanakan pembinaan dan penilaian terhadap karyawan yang berada di afdelingnya.

2. Menandatangani daftar upah dan berita acara pekerjaan.

e. Asisten Teknik Pengolahan (astekpol)

 Tugas pokok :

1. Mengelola bidang teknik dan pengolahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan perusahaan/ kebijakan manajer untuk memperoleh mutu hasil yang ditetapkan.

(45)

31

1. Melaksanakan pembinaan dan penilaian terhadap karyawan yang berada di bawah afdelingnya.

2. Menandatangani daftar upah dan berita acara pekerjaan.

4.1.5 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan elemen yang sangat penting dalam perusahaan untuk pengembangan dan keberlanjutan suatu perusahaan. Tenaga kerja menjadi sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan administrasi perusahaan. Pemilihan tenaga kerja adalah berdasarkan keterampilan tertentu di bidangnya. Setiap tingkatan melakukan sistem manajemen masing-masing sesuai dengan prosedur agar mampu bekerja dengan baik dan tercipta keselarasan perusahaan.

4.1.5.1 Klasifikasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja atau karyawan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) diklasifikasikan menjadi tiga yakni karyawan staf, karyawan bulanan, dan karyawan harian.

Berikut ini adalah klasifikasinya : a. Karyawan Staf

Karyawan staf adalah karyawan yang memiliki Nomor Induk Pegawai dan terdaftar di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) serta memiliki jenjang tertentu antara golongan I-IV. Ada sejumlah 7 orang karyawan staf, antara lain 2 orang staf kantor, 4 orang staf lapangan, dan 1 orang staf pabrik. Yang termasuk karyawan staf adalah manajer, wakil manajer, astan, astekpol, dan asaku. Karyawan staf diberikan fasilitas antara lain cuti tahunan, tunjangan pensiun, santunan sosial, dan fasilitas perumahan.

b. Karyawan Bulanan

Karyawan bulanan adalah karyawan yang terdaftar antara golongan I-IV. Ada sejumlah 102 orang karyawan bulanan, dibagi menjadi 8 orang di kantor, 63 orang di lapangan, dan

(46)

32

31 orang di pabrik. Yang termasuk karyawan bulanan adalah karyawan tata usaha, mandor, tukang, dan sopir. Fasilitas yang diberikan antara lain santunan sosial, pesangon, cuti tahunan, dan fasilitas perumahan.

c. Karyawan Harian

Karyawan harian adalah karyawan yang terdaftar di perusahaan dan memiliki hak atas tunjangan sosial dan pesangon. Karyawan harian dibagi menjadi dua yaitu harian tetap dan harian lepas. Ada sejumlah 341 karyawan harian tetap, yang dibagi menjadi 9 orang di kantor, 268 orang di lapangan, dan 64 orang di pabrik. Sedangkan untuk karyawan harian lepas, ada sejumlah 163 orang yang dibagi menjadi 18 orang di kantor, 92 orang di lapangan, dan 53 orang di pabrik. Yang termasuk karyawan harian adalah tenaga pemetik, tenaga pengolahan, dan karyawan perkebunan yang berasal dari penduduk sekitar perkebunan.

4.1.5.2 Hak dan Kewajiban Karyawan

Seluruh karyawan memiliki hak dan kewajiban yang telah ditetapkan oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero).

Adapun hak karyawan antara lain :

a. Mendapatkan gaji sesuai pekerjaan yang telah dilaksanakan yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap.

b. Mendapatkan hari libur dan cuti kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Hari libur resmi adalah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Cuti meliputi cuti tahunan, cuti panjang (30 hari, berlaku untuk karyawan yang telah bekerja 6 tahun), cuti hamil, cuti di luar tanggungan perusahaan, dan ijin meninggalkan pekerjaan dengan ketentuan yang berlaku. c. Mendapatkan promosi untuk naik jabatan.

d. Mendapatkan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek). Jaminan tersebut meliputi jaminan kecelakaan kerja (berasal dari 0,54% gaji tiap bulan), jaminan hari tua (5,7% gaji),

(47)

33

jaminan kematian (0,30% gaji), dan jaminan pemeliharaan kesehatan yang ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Sedangkan kewajiban karyawan antara lain:

a. Mematuhi segala aturan di perusahaan.

b. Bersedia dipindahtugaskan (mutasi kerja) ke unit kerja lain antar jabatan atau wilayah.

c. Menjaga rahasia jabatan dan perusahaan.

d. Mematuhi ketentuan hari dan jam kerja. Karyawan kantor bekerja pada hari Senin hingga Sabtu pukul 06.00-14.00 WIB sedangkan karyawan pabrik bekerja pada hari Selasa hingga Minggu mulain pukul 06.00- 14.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 09.00-09.30 WIB.

e. Melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.

f. Bersikap sopan dan loyal terhadap siapapun di dalam maupun di luar dinas.

g. Menjaga keselamatan diri dan rekan sekerja serta mengenakan perlengkapan keselamatan kerja.

4.1.5.3 Kesejahteraan Karyawan

Guna meningkatkan kesejahteraan karyawan dan menunjang kelancaran produksi, serta meningkatkan motivasi kerja para karyawan, maka PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono Lumajang menyediakan berbagai fasilitas.

Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain :

a. Perumahan staf dan karyawan yang berada di area sekitar pabrik dan sekitar kebun masing-masing afdeling, seperti pada Lampiran 3.

b. Rumah ibadah masjid dan gereja di area perumahan.

c. Fasilitas pendidikan berupa Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak di area perumahan.

d. Alat transportasi berupa bus antar jemput karyawan yang bermukim di luar area perumahan.

(48)

34

e. Poliklinik di dekat lokasi pabrik dilengkapi layanan Keluarga Berencana dan Posyandu.

f. Koperasi karyawan yang menyediakan keperluan sehari-hari. g. Tunjangan pensiun

h. Program Jamsostek

4.1.5.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan merupakan suatu keadaan di tempat kerja yang menjamin secara optimal mengenai keselamatan orang-orang di dalamnya. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono menerapkan sistem yakni Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebagai pedoman tata laksana pekerjaan. Tujuan dari SMK3 adalah mengurangi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan serta memelihara lingkungan kerja perusahaan.

Usaha dalam rangka pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono antara lain :

a. Penyuluhan

Menanamkan pengertian dan kesadaran tentang K3 pada karyawan.

b. Pelatihan

Melakukan pelatihan mengenai K3. Untuk pekerja yang menggunakan mesin-mesin berat dilakukan pelatihan penggunaan mesin secara baik dan benar.

c. Asuransi

Asuransi untuk kematian, sakit, kecelakaan, dan adanya tunjangan-tunjangan hamil, melahirkan, hari raya, uang stimulant dan akses istri dan 3 anak.

d. APD (Alat Pelindung Diri)

APD (Alat Pelindung Diri) disediakan oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kertowono misalnya adalah masker,

(49)

35

tutup kepala, dan untuk bagian kebun berupa sarung tangan, topi, baju anti air, dan sepatu boat.

e. Ventilasi

Pengadaan ventilasi alam dan buatan untuk masing-masing ruangan.

f. Pencahayaan

Penerangan buatan berupa lampu dan jendela untuk penerangan pada siang hari.

4.2 Aspek Teknologi Pertanian

Secara umum pengolahan teh hitam terdiri dari dua macam yaitu secara Orthodoks dan CTC (Crushing, Tearing, Curling). Di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono Lumajang sendiri melaksanakan proses pengolahan teh menggunakan metode CTC. Aspek teknologi pertanian yang akan dibahas meliputi dari awal penyediaan bahan baku hingga proses akhir pengolahan.

4.2.1 Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku untuk pengolahan yaitu pucuk teh. Bahan baku tersebut diperoleh dari pemetikan dari kebun teh Kertowono sendiri, yakni dari afdeling Puring, Kamar Tengah, dan Kertosuko. Selain dari kebuh teh Kertowono sendiri, bahan baku juga didatangkan dari perkebunan teh di luar Kertowono antara lain dari kebun Gunung Gambir dan Lawang Kedaton.

4.2.1.1 Pembibitan

Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan pucuk teh adalah dengan pembibitan tanaman teh. Dalam rangka budidaya tanaman teh, bahan tanaman dapat berasal dari biji maupun stek. Saat ini di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kertowono, penyediaan bibit tanaman berasal dari budidaya dengan stek. Alasan dipilihnya budidaya dengan cara stek adalah karena stek dianggap sebagai cara paling

Gambar

Gambar 2.1 Pucuk daun teh         Gambar 2.2 Perkebunan teh
Gambar  4.7  Skema  proses  pengolahan  teh  hitam  CTC  di  PTPN  XII  (Persero) Kebun Kertowono Lumajang
Gambar 4.8 Penerimaan dan penimbangan pucuk
Gambar 4.10 Analisa pucuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

前提条件 本節は、わが国の経済成長と整合するエネルギー需給構造として、2030

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang menjadi prioritas atau preferensi konsumen dan pelanggan dalam pemilihan produk makanan ayam geprek

Hasil: Prosedur restrain yang diakukan di UPIP sebagian besar kurang sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, diikat dalam waktu lebih dari 4 jam, Pelaksanaan

Ekstrim distorsi dan beban berat juga dapat menyebabkan Overheating pada peralatan listrik, terutama dalam sistem distribusi yang lebih tua, Alat yang paling umum

Selama saya buka usaha Burjo belum pernah menukan orang yang di luar dari kuningan yang bekerja maupun jadi pemiliknya, yah mungkin ada sih warung-warung yang

Setelah memahami perencanaan usaha, langkah selanjutnya adalah mempelajari dan melatih tata cara pendistribusian atau pemasaran barang dan jasa yang dihasilkan. Tujuan pemasaran

Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG menyediakan informasi berupa data dan peta spasial dari proyeksi perubahan parameter suhu dan curah hujan untuk seluruh wilayah Indonesia

Oleh karena itu, Peneliti ingin mengetahui dan menguji aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak kasar metanol daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides (L.) Presl)