• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kepatuhan Diet Rendah Garam, Kepatuhan Minum Obat, Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Rehospitalisasi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Kepatuhan Diet Rendah Garam, Kepatuhan Minum Obat, Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Rehospitalisasi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Chapter III VI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode cross sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yaitu variabel dependen dan variabel independen diobservasi pada saat yang bersamaan (Notoadmojo, 2005). Dalam hal ini hubungan yang dianalisis adalah hubungan antara variabel independen yaitu kepatuhan diet rendah garam, kepatuhan minum obat, riwayat hipertensi dengan variabel dependen yaitu kejadian rehospitalisasi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang Ruang Inap Cardio (RIC) dan ruang Cardio Vasculer Care Unit (CVCU) RSUP H. Adam Malik Medan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola

pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah

Sakit ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan dan mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik berdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/ Menkes/ SK/ VII/ 1990.

(2)

dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991. Rumah sakit ini dipilih peneliti karena rumah sakit ini termasuk rumah sakit tipe A yang merupakan rumah sakit pusat rujukan yakni dari Propinsi NAD dan Propinsi Sumatera Utara, sehingga diperkirakan lokasi ini memiliki jumlah sampel yang memadai untuk bisa dilakukan penelitian, selain itu rumah sakit ini juga merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dan di rumah sakit ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan antara kepatuhan diet rendah garam, kepatuhan minum obat, riwayat hipertensi dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif. Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Agustus 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam membuat suatu penelitian (Nursalam, 2008). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gagal jantung kongestif yang pernah dirawat sebelumnya dan sedang dirawat pada saat dilakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan.

3.3.2. Sampel

(3)

dan kekuatan sebesar 80% dengan effect size sebesar 0,35 sehingga didapatkan sampel sebanyak 62 responden dan merupakan nilai standar dalam penelitian keperawatan (PoUuuuuuuulit & Beck, 2012).

Tabel 3.1. Perkiraan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk Mencapai Tingkat Kekuatan yang Dipilih sebagai Fungsi Estimasi Korelasi Populasi, dengan α= 0.05

ESTIMATED POPULATION CORRELATION COEFFICIENT

Power .10 .15 .20 .25 .30 .35 .40 .50 .60 .70 .80 Part A:α= .05

.60 489 217 122 78 54 39 30 19 13 9 7 .70 614 272 152 97 67 49 37 23 16 11 8 .80 785 347 194 123 85 62 47 29 19 13 10 .90 1047 463 258 164 112 81 61 37 25 17 12 .95 1296 575 322 204 141 101 80 50 32 22 18

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan non probability sampling yaitu dengan metode consecutive sampling yaitu penarikan

(4)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengirim permohonan izin untuk penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ke RSUP H.Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data peneliti. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti telah menemukan responden, peneliti melakukan pendekatan. Setelah itu, peneliti menjelaskan pada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent).

Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu membuat kontrak dengan pasien, kemudian kuesioner diisi langsung oleh responden dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti atau tidak dipahami. Setelah kuesioner diisi oleh responden peneliti memastikan kembali apakah semua kuesioner telah terisi, kemudian data dikumpulkan untuk diolah.

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

(5)
(6)
(7)

keluarga

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini dengan mengunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner kepatuhan diet rendah garam, kuesioner kepatuhan minum obat, dan lembar observasi. Kuesioner data demografi berisi nomor responden, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, penghasilan. Lembar observasi berisi nomor responden, diagnosa medis, klasifikasi gagal jantung kongestif, tekanan darah, lama rawatan di rumah sakit, frekuensi rehospitalisasi. Tekanan darah akan diukur langsung oleh peneliti dengan cara mengukur 2 sampai 3 kali dalam rentang waktu 5-10 menit disaat kondisi pasien sedang beristirahat dan mencocokkannya dengan hasil vital sign pada rekam medis.

(8)

Kuesioner ini terdiri dari 9 pertanyaan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu, tidak pernah, jarang sekali, kadang-kadang, sering dan selalu. Apabila responden menjawab “tidak pernah” maka diberi skor 0, jika responden menjawab “jarang sekali” maka diberi skor 1, jika responden menjawab “kadang-kadang” maka diberi skor 2, jika responden menjawab “sering” maka diberi skor 3, dan jika responden menjawab “selalu” maka diberi skor 4. Skor tertinggi bernilai 36 dan nilai terendah 0. Maka tingkat kepatuhan terhadap diet rendah garam dikategorikan sebagai berikut:

0-17 : Tidak Patuh 18-36 : Patuh

Kuesioner kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner baku yaitu Morisky Medication Adherence Scales-8 (MMAS-8). Kuesioner ini berisi 8

pernyataan yang terdiri 2 pilihan yaitu ‘ya’ dan ‘tidak’. Apabila responden menjawab ‘ya’ maka diberi skor 1 dan bila menjawab ‘tidak’ maka diberi skor 0. Skor tertinggi 8 dan nilai terendah 0. Maka tingkat kepatuhan terhadap minum obat dikategorikan sebagai berikut:

0-3 : Patuh

4-8 : Tidak Patuh

3.7. Validitas dan Reliabilitas

(9)

instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2008). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Nursalam, 2008). Untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur, instrumen pengumpulan data harus memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang harus diukur (Dempsey & Dempsey, 2002). Kuesioner baku kepatuhan diet rendah garam yang digunakan sudah valid dengan nilai CVI (Content Validity Index ) = 0,8 (Srikan & Philips, 2012). Begitu juga dengan uji validitas kuesioner

kepatuhan minum obat sudah dinyatakan valid 0.83 (Morisky, Ang, Wood & Ward, 2008).

Reliabilitas adalah suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Nursalam, 2008).

Batasan koefisien reliabilitas suatu alat ukur yang dapat diterima secara umum menurut Anastasi dan Urbina dalam Dharma (2011) adalah 0.7-0.8. Reliabelitas alat ukur berupa kuesioner baku kepatuhan diet telah dilalukan pada 2 rumah sakit yang berbeda di Thailand (Srikan & Philips, 2012). Kuesioner Baku Morisky Medication Adherence Scales-8 (MMAS-8) juga telah dinyatakan reliabel dengan

(10)

3.8. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Setelah semua tahap diselesaikan, dilanjutkan dengan analisa univariat, bivariat dan multivariat.

(11)

Tabel 3.4 Uji Statistik Analisis Bivariat

No Variabel independen Variabel Dependen Uji Statistik

1. Kepatuhan Diet Rendah Garam

Rehospitalisasi

Uji chi square 2.

3.

Kepatuhan Minum Obat

Riwayat Hipertensi

Rehospitalisasi Rehospitalisasi

Uji chi square Uji chi square

Analisa bivariat chi-square digunakan karena baik variabel independen dan dependennya berbentuk kategorik. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p<0,05. Uji chi-square sangat baik digunakan pada tabel 2x2 dan nilai expected count tidak kurang dari lima. Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan rehospitalisasi, hubungan kepatuhan minum obat dengan rehospitalisasi, riwayat hipertensi dengan rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif.

Uji Chi Square atau Chi Kuadrat (X²) adalah tehnik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk kategorik. Setelah data terkumpul akan disusun kedalam data 2x2. Pengambilan keputusan tentang hipotesis yang dianjurkan diterima atau ditolak diperoleh dari harga Chi kuadrat, yang dibandingkan chi kuadrat tabel dengan derajat kebebasan (dk) dan taraf kesalahan tertentu (Sugiyono, 2007).

(12)

menganalisa variabel kepatuhan diet rendah garam, kepatuhan minum obat, riwayat hipertensi dengan variabel dependen (kejadian hehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif). Hasil dari regresi ini akan menampilkan suatu tabel yang dapat memberikan informasi tentang variabel mana yang paling dominan mempengaruhi rehospitalisasi dan juga akan menampilkan suatu tabel untuk menguji kelayakan persamaan regresi yang terbentuk. Masing-masing variabel independent dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen, bila hasil bivariat menghasilkan p-value < 0.25, maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat.

3.9. Pertimbangan Etik

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian. Penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, izin dari komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin penelitian dari RSUP H.Adam Malik Medan.

(13)

1. Prinsip Beneficiency

Merupakan prinsip etika yang paling fundamental meliputi bebas dari bahaya, bebas dari eksploitasi dan ratio antara resiko dan manfaat. Dalam penelitian, peneliti seharusnya tidak merugikan responden, peneliti harus meminimalkan resiko yang mungkin timbul.

2. Prinsip Menghormati, Human Dignity.

a. Self Determination.

Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian, setelah semua informasi tentang penelitian dijelaskan. Peneliti juga menjelaskan bahwa responden berhak mengundurkan diri sewaktu waktu, tanpa ada sanksi apapun, setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani formulir informed consent.

b. Full Disclosure.

penuh dengan penjelasan kepada responden tentang proses penelitian, partisipan berhak menolak untuk meneruskan keikutsertaannya dalam penelitian.

3. Prinsip Justice

a. Hak untuk Fair Treatment

(14)

manusia lainnya, diberikan penanganan yang sama terhadap masalah yang muncul selama penelitian.

b. Hak Privacy.

(15)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data telah dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu dari tanggal 15 Agustus – 28 Agustus Tahun 2015 di RSUP H.Adam Malik Medan. Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan karakteristik responden, kepatuhan diet rendah garam, kepatuhan minum obat, riwayat hipertensi dan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif. Selanjutnya dipaparkan hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif, hubungan kepatuhan minum obat dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif, hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif. Lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.

4.1. Karakteristik Responden

Distribusi responden berdasarkan frekuensi rehospitalisasi, sebagian besar adalah responden yang rehospitalisasi satu kali dalam waktu satu tahun terakhir yaitu 26 orang (41,9%), sedangkan untuk rehospitalisasi lebih dari 1 kali dalam satu tahun terakhir yaitu 36 orang (58,1%). Rehospitalisasi tertinggi adalah 4 kali dan yang terendah adalah 1 kali dalam waktu satu tahun terakhir.

(16)

responden memiliki tingkat pedidikan terakhir SMA sebanyak 20 orang (32,3%). Mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 20 orang (32,3%) dan penghasilan mayoritas dari Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 yaitu sebanyak 36 orang (58,1%). Menurut derajat penyakit gagal jantung kongestif, lebih banyak adalah responden dengan derajat penyakit Kelas III yaitu 37 orang (59,7%). Mayoritas responden memiliki riwayat hipertensi yaitu sebanyak 33 orang (53,2%). Mayoritas responden sudah lebih dari 7 hari dirawat di rumah sakit yaitu 42 orang (67,7%).

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Pasien Gagal Jantung Kongestif yang Rehospitalisasi di RSUP H. Adam Malik Medan (n=62)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Presentase (%)

Umur

a. < 60 Tahun b. >60 Tahun Jenis Kelamin

(17)

4.2. Kepatuhan Diet Rendah Garam Pasien Gagal Jantung Kongestif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan diet rendah garam pasien gagal jantung kongestif lebih banyak responden patuh terhadap diet rendah garam yaitu 40 orang (64.5%), 22 orang (35.5 %) tidak patuh terhadap diet rendah garam.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet Rendah Garam Pasien Gagal Jantung Kongestif (n=62)

Variabel Independen Frekuensi (n) Presentase (%) Kepatuhan Diet Rendah Garam

a. Patuh b. Tidak Patuh

22 40

35.5 64.5

4.3. Kepatuhan Minum Obat Pasien Gagal Jantung Kongestif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat pasien gagal jantung kongestif lebih banyak responden patuh terhadap minum obat yaitu 41 orang (66,1%) dan 21 orang (33,9%) tidak patuh minum obat.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pasien Gagal Jantung Kongestif (n=62)

Variabel Independen Frekuensi (n) Presentase (%) Kepatuhan Minum Obat

a. Patuh b. Tidak Patuh

41 21

66.1 33.9

4.4. Riwayat Hipertensi Pasien Gagal Jantung Kongestif

(18)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi Pasien Gagal Jantung Kongestif (n=62)

Variabel Independen Frekuensi (n) Presentase (%) Riwayat Hipertensi

a. Ada Riwayat Hipertensi b. Tidak Ada Riwayat Hipertensi

33 29

53.2 46.8

4.5. Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam dengan Kejadian

Rehospitalisasi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

Terlihat responden yang tidak patuh terhadap diet rendah garam ada 13 orang (59,1%) dengan frekuensi rehospitalisasi tinggi, sementara yang patuh terhadap diet rendah garam 23 orang (57,5%) mendapatkan frekuensi rehospitalisasi tinggi. Pada responden yang tidak patuh terhadap diet rendah garam ada 9 orang (40,9%) dengan frekuensi rehospitalisasi rendah, sementara yang patuh terhadap diet rendah garam 17 orang (42,5%) mendapatkan frekuensi rehospitalisasi rendah. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan diet rendah garam dengan kejadian rehospitalisasi dengan p value 0.003, α: 0.05).

Tabel 4.5 Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam dengan Kejadian Rehospitalisasi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif (n=62)

No Karakteristik Rehospitalisasi p Value Rendah Tinggi

(19)

4.6. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Rehospitalisasi

pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

Tampak responden yang tidak patuh minum obat ada 12 orang (57,1%) dengan frekuensi rehospitalisasi tinggi, sementara yang patuh 24 orang (58,5%) mendapatkan frekuensi rehospitalisasi tinggi. Tampak responden yang tidak patuh minum obat ada 9 orang (42,9%) dengan frekuensi rehospitalisasi rendah, sementara yang patuh 17 orang (41,5%) mendapatkan frekuensi rehospitalisasi rendah. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan diet rendah garam dengan kejadian rehospitalisasi dengan p value 0.004, α: 0.05). Tabel 4.6 Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Rehospitalisasi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif (n=62)

No Karakteristik Rehospitalisasi p Value Rendah Tinggi

n % n %

1 Kepatuhan Minum Obat

a. Tidak Patuh b. Patuh

9 17

42.9 41.5

12 24

57.1 58.5

0.004

Total 26 36

4.7. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Rehospitalisasi pada

Pasien Gagal Jantung Kongestif

(20)

uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan diet rendah garam dengan kejadian rehospitalisasi dengan p value 0.000, α: 0.05)

Tabel 4.7 Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Rehospitalisasi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif (n=62)

No Karakteristik Rehospitalisasi p Value Rendah Tinggi

n % n %

1 Riwayat Hipertensi a. Ada Riwayat

Hipertensi

b. Tidak Ada

Riwayat Hipertensi

12 14

36.4 48.3

21 15

63.6

51.7 0.000

Total 26 36

4.8. Hasil Analisis Multivariat

Variabel yang dapat dianalisis pada analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai signifikan, p < 0.25, menggunakan chi-square pada analisis bivariat. Hasil bivariat variabel dapat dilihat pada tabel

4.8 berikut.

Tabel 4.8 Variabel yang akan Diikutsertakan dalam Analisa Multivariat

No Variabel p Value

1. Riwayat Hipertensi 0.000

2. Kepatuhan Diet Rendah Garam 0.003

3. Kepatuhan Minum Obat 0.004

(21)

Table 4.9 Hasil Akhir Analisa Multivariat

Step 2 KepatuhanDiet Rendah Garam

Step 3 Riwayat Hipertensi Constant

(22)

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa variabel kepatuhan diet rendah garam, kepatuhan minum obat dan riwayat hipertensi memiliki hubungan dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif. Penjelasan tentang tiap variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

5.1. Kepatuhan Diet Rendah Garam Pasien Gagal Jantung Kongestif

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 40 responden (64,5%) patuh diet rendah garam dan 22 responden (35,5%) tidak patuh diet rendah garam. Sesuai dengan penelitian sebelumnya dari penelitian Ma, Lum & Woo (2006) di Hongkong, terdapat 24% responden yang tidak patuh diet. Menurut Notoatmodjo (2003) ketidakpatuhan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor pengetahuan, usia, tingkat ekonomi, sikap, dukungan keluarga, jarak dari pelayanan kesehatan, nilai dan keyakinan dari individu.

Usia menjadi salah satu faktor resiko untuk kejadian rehospitalisasi. Selain itu usia juga menjadi salah satu unsur yang menentukan prognosis pasien gagal jantung kongestif. Hal ini sesuai dengan penelitian Philbin & Disalvo, (2004), semakin bertambah usia maka akan semakin bertambah pula resiko seseorang untuk menderita gagal jantung kongestif. Tidak hanya penyakit jantung, penyakit

(23)

dengan pertambahan usia. Hal ini dikarenakan perubahan anatomis, fisiologi dan patologi anatomi tubuh pada orang dengan usia lanjut (Farid, 2006). Semakin bertambah usia maka semakin rentan pasien gagal jantung kongestif untuk mengalami rehospitalisasi.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa kelompok usia < 60 tahun sebanyak (58,1%) dan kelompok usia >60 tahun sebanyak (41,9%). Kelompok usia diatas 60 tahun lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia <60 tahun. Perbedaan yang ada mungkin dikarenakan usia harapan hidup di Indonesia lebih rendah dibanding negara-negara maju. Sehingga jumlah kasus yang dapat ditemukan pada usia diatas 60 tahun rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh mayoritas responden memiliki penghasilan 1-3 juta. Penghasilan yang rendah akan berhubungan dengan kecukupan gizi seseorang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Smeltzer & Bare (2002), seseorang yang memiliki kekurangan dalam status ekonomi tidak mempunyai cukup uang untuk membeli makanan dan obat-obatan. Tingkat ekonomi dapat mempengaruhi pemilihan metode diet yang tepat yang akan dikonsumsi oleh klien.

5.2. Kepatuhan Minum Obat Pasien Gagal Jantung Kongestif

(24)

obat. Begitu juga hasil penelitian dari Ma, Lum & Woo (2006) di Hongkong, terdapat 12% kurang patuh terhadap terapi minum obat. Hasil penelitian yang dilakukan Bohachick, Burke, Sereika, Murali & Jacob (2002) di Pittsburgh, tentang kepatuhan minum obat pada pasien gagal jantung, terdapat 71% patuh minum obat, dan 19% kurang patuh minum obat. Hasil penelitian Wal et al (2006), kepatuhan responden terhadap minum obat terdapat 5-10% pasien tidak patuh, 50-60% patuh dan sisanya kurang patuh. Dimana dari hasil penelitian-penelitian tersebut tingkat ketidakpatuhan pasien gagal jantung kongetif cukup rendah berbeda dengan hasil penelitian ini dimana ketidak patuhan minum obat mencapai 33,9%.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Smeltzer & Bare, (2002) yang menyatakan bahwa tingginya angka ketidakpatuhan minum obat pada pasien gagal jantung kongestif dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor jenis kelamin, usia, keparahan penyakit, status ekonomi dan pendidikan. Ketidakpatuhan minum obat pada laki-laki lebih banyak dibanding dengan perempuan. Menurut Krumholz 2000, prevalensi kejadian gagal jantung kongestif lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan dan ketidakpatuhan minum obat lebih tinggi pada laki-laki. Sehingga prevalensi rehospitalisasi pada laki-laki jelas lebih besar dibanding perempuan. Sesuai dengan hasil penelitian ini, ketidakpatuhan minum obat paling banyak terjadi pada laki-laki.

(25)

tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau membayar transportasi. Tingkat ekonomi dapat mempengaruhi pemilihan metode terapi yang akan digunakan oleh klien (Smeltzer & Bare, 2002). Sesuai dengan hasil penelitian ini, mayoritas responden berpenghasilan 1-3 juta.

Dari segi pendidikan, bagi setiap orang memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada umumnya diperlukan dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2000). Orang yang memiliki pendidikan rendah cenderung memiliki ketidakpatuhan yang lebih besar dari pada yang berpendidikan tinggi. Sesuai dengan hasil penelitian ini, responden mayoritas pendidikan tingkat SMA. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Bradke (2009), bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasien CHF minum obat adalah rendahnya pendidikan dan kurangnya pendidikan kesehatan tentang bagaimana perawatan di rumah, penggunaan obat-obat yang tidak tepat, kurangnya komunikasi dan pemberi layanan kesehatan (caregiver), dan kurangnya perencanaan tindak lanjut saat pasien pulang dari rumah sakit.

Kepatuhan minum obat harus ditanamkan pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Menurut Wal et al (2006), ketidakpatuhan meningkatkan mortalitas, morbiditas dan perawatan di rumah sakit. Kepatuhan adalah tanggung jawab pasien sendiri untuk mengikuti program minum obat.

5.3. Riwayat Hipertensi Pasien Gagal Jantung Kongestif

(26)

tidak memiliki riwayat hipertensi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada 200 rekam medis pasien gagal jantung kongestif dewasa di RSUP H.Adam Malik Medan, didapati bahwa 133 orang (66,5%) pasien gagal jantung kongestif memiliki riwayat hipertensi (Waty, 2012). Begitu juga dalam penelitian Jessup (2003) dituliskan bahwa 75% pasien gagal jantung memiliki riwayat hipertensi. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut pasien yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari 50%.

Hal ini sesuai dengan Riaz (2010), bahwa gagal jantung merupakan komplikasi umum dari peningkatan tekanan darah yang kronis. Selain itu dalam Framingham study, hipertensi juga dijumpai sebagai perkembangan awal gagal

jantung pada 91% kasus gagal jantung (Cowie, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi memberikan kontribusi yang besar pada kejadian gagal jantung di kemudian hari.

5.4. Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam dengan Kejadian

Rehospitalisasi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

(27)

jantung kongestif adalah faktor perilaku yang diantaranya adalah ketidaktaatan berobat dan diet serta faktor sosial diantaranya adalah isolasi sosial. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), manajemen nutrisi pada pasien gagal jantung adalah untuk mengurangi natrium dan retensi cairan. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema. Retensi natrium dan cairan dapat menyebabkan beban sirkulasi meningkat sehingga memperberat kerja jantung.

5.5. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Rehospitalisasi

pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

(28)

penyakit.

Semakin berat derajat penyakit gagal jantung kongestif maka semakin tinggi risiko terjadinya rehospitalisasi. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Philbin & DiSalvo (2004) bahwa semakin tinggi tingkat keparahan atau kompleksitas penyakit gagal jantung kongestif maka semakin besar risiko terjadinya rehospitalisasi. Menurut penelitian Majid (2010) di Jogjakarta semakin tinggi derajat gagal jantung kongestif maka akan semakin besar resiko seseorang untuk menjalani rehospitalisasi. Kemudian menurut Tsucihashi et.al. (2001), semakin tinggi derajat dan semakin lama dirawat inap maka semakin besar resiko terjadinya rehospitalisasi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana rehospitalisasi pasien gagal jantung kongestif dengan derajat III sebesar 59,7% dan derajat IV sebesar 40,3%. Rehospitalisasi derajat III lebih banyak dibanding derajat IV. Derajat IV lebih rendah daripada derajat III. Hal ini dikarenakan derajat IV yang merupakan tahap akhir dari gagal jantung kongestif sudah memiliki prognosis yang buruk dan angka harapan hidup yang rendah. Sehingga jarang ditemukan pasien gagal jantung kongestif derajat IV yang masih bertahan hidup dan menjalani rehospitalisasi.

(29)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Bradke (2009), bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasien CHF direhospitalisasi di rumah sakit adalah rendahnya pendidikan dan kurangnya pendidikan kesehatan tentang bagaimana perawatan di rumah, penggunaan obat-obat yang tidak tepat, kurangnya komunikasi dan pemberi layanan kesehatan (caregiver), dan kurangnya perencanaan tindak lanjut saat pasien pulang dari rumah sakit. Sesuai dengan hasil penelitian ini, mayoritas responden hanya tamatan SMA (32,3%).

Kepatuhan adalah fenomena multidimensi yang saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling mempengaruhi diantara beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor pasien, kondisi atau keadaan, terapi, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi. Peran perawat di dalam upaya untuk menanamkan kesadaran pasien agar dapat mematuhi minum obat adalah melakukan pendidikan kesehatan yang komprehensif sampai pasien benar-benar memahami pentingnya mematuhi minum obat. Pendidikan kesehatan akan bermakna dan diterima sehingga dapat merubah perilakunya maka tetap memperhatikan aspek-aspek sosial ekonomi, usia, nilai dan keyakinan yang dianut, serta melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan Smeltzer & Bare (2002).

5.6. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Rehospitalisasi pada

Pasien Gagal Jantung Kongestif.

(30)

Philbin & DiSalvo (2004) bahwa salah satu faktor yang menyebabkan pasien gagal jantung kongestif akan menjalani rehospitalisasi adalah mempunyai riwayat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol saat di rumahnya. Hasil penelitian ini relatif sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tsucihashi et al., (1999) di Jepang, bahwa ada hubungan yang signifikan antara pasien yang mempunyai riwayat hipertensi dengan rehospitalisasi.

Menurut Mariyono & Santoso (2008), bahwa hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan tetapi dapat dikendalikan atau dikontrol.

(31)

5.7. Variabel Dominan yang Berhubungan dengan Kejadian Rehospitalisasi

pada Pasien Gagal Jantung Kongestif

Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif. Berdasarkan hasil analisis multivariat juga diperoleh nilai Exp(B) yang paling tinggi adalah variabel riwayat hipertensi yaitu 1.650, artinya responden yang mempunyai riwayat hipertensi merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian rehospitalisasi pada pasien gagal jantung kongestif.

Hasil penelitian ini relatif sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tsucihashi et al., (1999), bahwa ada hubungan yang signifikan antara pasien yang mempunyai riwayat hipertensi dengan rawat inap ulang. Namun demikian, terdapat perbedaan pada nilai Odds Ratio (OR), dimana hasil OR dari Tsucihashi et al., (1999) yaitu 2,0, 95% CI: 1,1-3,7, sedangkan hasil penelitian dari peneliti adalah nilai Exp(B) 1.650, Sedangkan hasil penelitian sebelumnya yang hasilnya berbeda dengan penelitian ini adalah hasil penelitian dari Ma, Lum dan Woo (2006), terdapat 24% responden yang tidak patuh dengan diet, sedangkan hasil penelitian dari peneliti diperoleh data sebanyak 41,67% tidak patuh dengan diet. Menurut Notoatmodjo (2003), ketidakpatuhan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor pengetahuan, usia, tingkat ekonomi, sikap, dukungan keluarga, jarak dari pelayanan kesehatan, nilai dan keyakinan dari individu.

(32)

Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.

5.8. Keterbatasan Penelitian

(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan ringkasan pembahasan hasil penelitian dan saran merupakan tindak lanjut dari penelitian ini.

6.1. Kesimpulan

Dari 62 responden penelitian terdapat mayoritas responden dengan rehospitalisasi lebih dari satu kali dalam waktu satu tahun terakhir. Responden yang menjalani rehospitalisasi mayoritas berusia kurang dari 60 tahun, mayoritas responden laki-laki, mayoritas responden pendidikan SMA, mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga, mayoritas responden berpenghasilan diantara 1 juta – 3 juta, mayoritas responden memiliki klasifikasi CHF kelas III, mayoritas responden dirawat lebih dari 7 hari, mayoritas responden memiliki riwayat hipertensi, mayoritas responden patuh terhadap diet rendah garam, mayoritas responden patuh minum obat.

(34)

6.2. Saran

6.2.1 Penelitian ini dapat menjadi intervensi keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien gagal jantung kongestif dengan rehospitalisasi seperti memberikan motivasi berupa dukungan sosial pada pasien yang rehospialisasi.

Gambar

Tabel 3.1. Perkiraan Ukuran Sampel yang Diperlukan untuk Mencapai Tingkat Kekuatan yang Dipilih sebagai Fungsi Estimasi Korelasi Populasi0.05, dengan α=
Tabel 3.2. Defenisi Operasional Variabel Dependen dan IndependenVariabel Variabel
Tabel 3.3. Defenisi Operasional Variabel Perancu No Variabel Definisi Alat Ukur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Pasien Gagal Jantung Kongestif yang Rehospitalisasi di RSUP H
+5

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.. Pendahuluan: Hipertensi dapat disebabkan

Apakah ada hubungan status gizi dengan kepatuhan diet rendah garam pada. pasien hipertensi di Rumah Sakit PKU

Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP (K) , selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang

Tujuan: untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan.. Metode: Penelitian

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM, KALIUM, MAGNESIUM, KALSIUM, PENGETAHUAN GIZI DAN KEPATUHAN DIET RENDAH GARAM DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

Dari penelitian ini dapat disimpulkan Tidak ada hubungan sikap terhadap kepatuhan minum obat pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Advent Medan dengan nilai

Angka kejadian hipertensi di RSUD Kota Surakarta tahun 2014 menjadi angka kejadian terbanyak, yakni sejumlah 132 kasus dan juga rumah sakit ini merupakan rumah sakit

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Advent Medan menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tingkat kepatuhan minum obat