SEJARAH MARGA SIMANJUNTAK DI DESA PARSURATAN
KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi
Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
Marselina Surtiany Simanjuntak
NIM. 3111121004
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Marselina Surtiany Simanjuntak NIM 3111121004 Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Skripsi : Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui secara mendalam mengenai Sejarah Marga Simanjuntak Di desa Parsuratan serta melihat bagaimana keadaan kehidupan Desa Parsuratan Kecamatan Balige pada saat ini dimana telah terjadi banyak kehidupan dalam kebudayaan bahkan suku Batak Toba menjadi etnis di daerahnya sendiri serta Konflik Parhorbo Jolo dengan Pudi dan usaha keturunan marga Simanjuntak untuk menyelesaikannya.Hasil penelitian Marga Simanjuntak mempunyai tarombo. Tarombo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan adalah skema atau susunan struktur organisasi bagi sebuah generasi. Tetapi bagi Marga tarombo adalah susunan marga yang dimulai dari generasi yang pertama ke generasi berikutnya. Susunan marga dapat ditarik dari ayahnya, generasi pertama ke generasi selanjutnya. Karena yang berhak meneruskan marga adalah hanya pihak laik – laki. Asal mula marga Simanjuntak bermula dari daerah desa Parsuratan, desa Hutabulu tempat berdirinya Tugu Sobosihon Boru Sihotang dan Makam Raja Marsundung Simanjuntak serta Makam Raja Parsuratan. Konflik diantara Marga Simanjuntak Parhorbo Jolo dengan Pudi belum dapat diselesaikan meskipun usaha sudah banyak dilakukan, namun hanya sebagian Marga Simanjuntak yang ingin bersatu dan bergabung khusunya di desa Parsuratan.Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dimana penulis menjelaskan secara sistematis dan objektif dengan cara observasi dan wawancara serta dokumentasi untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan yang kuat. Data yang diperoleh penulis data primer dan sekunder. Dalam menganalisi data penulis melakukan langkah – langkah dengan cara mengelompokkan hasil data, memilih data, menginterprestasikan data dan membuat kesimpulan serta membandingkan dengan buku – buku yang lain yang mengelompokkan data secara analisa dari berbagai data yang dibuat hipotesis yang dirumuskan. Dari hasil penelitian tersebut maka dapat kita simpulkan Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan Kecamatan Balige Kabupaten Toba sebagai satu marga ternyata hidup mereka rukun dan berdamai satu sama lain. Namun di daerah perkotaan, jurang pemisah antara parhorbo jolo dengan pudi tetap terlihat dan dirasakan. Oleh karena itu diharapkan kepada segenap masyarakat dan Pemerintah setempat untuk saling membantu dan memberikan perhatian kepada etnis Batak Toba melestarkan budaya Batak Toba yang tinggi dan Budaya Batak Toba agar tidak punah dan tetap dikenal oleh generasi berikutnya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yesus, atas berkat dan
kasih karuniaNya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi
ini dengan judul “Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan,
Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari
sempurna, bukan hal yang mustahil apabila di dalamnya terdapat kekurangan dan
kelemahan. Maka dengan segala kerendahan hati dan hati yang terbuka penulis
sangat mengharapkan berbagai pandangan, saran, dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Selama penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis mengalami kesulitan
mengingat keterbatasan pemahaman dan pengetahuan penulis. Penulis sangat
bersyukur karena mendapat dukungan dan dorongan yang tidak henti – hentinya diberikan oleh berbagai pihak selama ini. Motivasi – motivasi yang diberikan kepada penulis sangat membantu moral sehingga memberikan semangat dan
kekuatan bagi penulis untuk segera menyelesaikannya, walaupun melalui proses
yang tersendat – sendat, mulai dari proses pengumpulan data dan sampai pada akhir penulisan.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih pada pihak-pihak yang
telah membantu selama penyusunan penulisan Skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan segala Karunian-Nya,
sehingga penulis mendapatkan kemudahan selama proses penulisan
Skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan
4. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi dan
juga sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah yang telah banyak
memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi.
5. Ibu Dra. Hafnita SD.Lubis, M.Si. Sebagai Dosen Pembimbing Akademik
dan penguji 1 yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan dalam
penyelesaian Skripsi.
6. Bapak Tappil Rambe, S. Pd, M.Si selaku dosen penguji II yang telah
memberi masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi dan membantu
penulis dalam beberapa kesulitan dalam pengerjaan skripsi.
7. Bapak Yushar Tanjung, S.Pd, M.Si, selaku penguji III yang telah memberi
nasehat dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.
8. Kepada Dosen – dosen Jurusan Pendidikan Sejarah, terimakasih atas ilmu yang boleh penulis dapatkan selama perkuliahan.
9. Kepada Alm. Opung doli yang telah memberikan semangat dan Doa yang
tulus kepada penulis semasa hidupnya, meskipun tidak sempat penulis
membalas kebaikan Opung. Dan kepada Opung boru juga yang telah
memberikan semangat kepada penulis.
10.Ayahanda B Simanjuntak terimakasih untuk pengorbanan yang luar biasa
yang diberikan kepada keluarga sebagai Ayah yang senantiasa memberi
nasehat, doa yang tiada henti – hentinya, dan perhatian kepada penulis. Dan juga kepada Ibunda R Nainggolan tercinta yang luar biasa menjadi
ibu yang tanguh dan senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doa yang
tulus kepada penulis.
11.Kepada Kakak Imelda dan Abang Noferdinan Simanjuntak, terimakasih
atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
12.Bapak Prof. Bungaran Antonius Simanjuntak selaku Dosen dan
Pembimbing, terimakasih penulis sampaikan kepada beliau yang telah
memberikan Masukan Ilmu dan Semangat kepada penulis.
13.Kepada keluarga besar yang walaupun terpisah jarak tetap memberi
dukungan, semagat dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan,
14.Ibu Tiolan br Simanjuntak, Ibu Dorianna br Siamnjuntak, Op Esta br
Simanjuntak serta Bapak Lambok Simanjuntak yang bersedia di
wawancarai untuk memberikan Informasi terkait masalah – masalah yang menjadi penelitian penulis.
15.Pimpinan, Bapak Oloan Simanjuntak selaku Sekretaris Desa serta seluruh
jajaran beserta staf dan pegawai Kantor Kepala Desa yang telah banyak
membantu memberikan bahan – bahan bagi peneliti.
16.Teman – teman seperjuangan, Citra Simanjuntak, Ladi Simanjuntak, Kiki Amelia Tambunan, Riana Sara Silaban yang telah bersama – sama menimba ilmu selama perkuliahan. Semoga sukses karier dan segala
cita-cita kalian di masa yang akan datang
17.Teristimewa kepada teman-teman seangkatan yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih telah banyak
membantu dan meringankan beban penulis baik dari segi moril dan
materil.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna
DAFTAR ISI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...24
1. Sejarah Singkat Desa Parsuratan...24
2. Demografi...25
a. Kependudukan...25
B. Sejarah Marga Simanjutak...26 1. Silsilah dan Tarombo Batak Si Raja Batak...26-29 2. Sejarah Lahirnya Si Bagot Ni Pohan sebagai cikal bakal lahirnya Marga
4. Asal mula marga Simanjuntak di desa Parsuratan...37-40 C. Peran marga Simanjuntak bagi masyarakat Batak Toba...40-43 D. Pengaruh Horbo Jolo – Pudi bagi keturunan marga Simanjuntak dahulu
Hingga sekarang...43-46 1. Latar belakang kontroversi yang menjadi konflik di kalangan
marga Simanjuntak... 47-54 2. Usaha penyelesaian konflik keturunan marga Simanjuntak...54-58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1. Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 2. Tokoh-tokoh Marga Simanjuntak
Lampiran 3. Daftar Informan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu Provinsi yang ada di Indonesia adalah Sumatera Utara, yaitu
sebuah Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera, Indonesia dan beribukota
di Medan. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah
padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau. Kabupaten
Tapanuli Utara adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Ibu kotanya berada di Tarutung. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis
dengan berbagai nilai budaya yang berbeda-beda.
Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku batak. Suku batak toba
adalah suku bangsa yang berbudaya, beradat dan beradab dan kebudayaan suku
batak adalah sebagian dari kebudayaan Nasional Indonesia yang perlu dipelihara
dan dilestarikan. Kebudayaan itu sendiri tidaklah statis, tetapi dinamis dan dia
selalu berubah kearah yang lebih maju dan baik.
Undang-undang 1945 (pasal 32) mengamanatkan bahwa Pemerintah
memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia dan didalam penjelasannya
dinyatakan juga kebudayaan itu harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan
persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang
dapat memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat
Orang Batak mempunyai marga dalam sistim kekerabatan mereka. Mereka
yang satu marga dengan arti satu asal keturunan, satu nenek moyang, disebut
dongan sabutuha (Toba), artinya “teman satu perut,” satu asal.
Simanjuntak adalah salah satu marga Batak yang berasal dari Kabupaten Toba
Samosir. Raja Marsundung Simanjuntak adalah cucu dari Sibagot Ni Pohan.
Sibagot Ni Pohan ini mempunyai 4 anak, yaitu Tuan Sihubil, Tuan Somanimbil,
Tuan Dibangarna, Tuan Sonakmalela. Tuan Somanimbil mempunyai tiga orang
anak, yaitu Somba Debata (Siahaan), Raja Marsundung (Simanjuntak) dan Tuan
Maruji (Hutagaol). Raja Marsundung Simanjuntak yang membawa Garis
Keturunan Simanjuntak hingga sekarang. Keturunan pertama Simanjuntak (Raja
Marsundung Simanjuntak) yang lahir dari Boru Hasibuan adalah Raja Parsuratan
Simanjuntak (parhorbo jolo). Namun setelah kematian dari si boru Hasibuan,
Raja Marsundung Simanjuntak kembali menikah dengan boru Sihotang dan
mereka memiliki 3 anak yaitu, Mardaup, Raja Sitombuk, dan Raja Hutabulu
(Parhorbo Pudi) dan mereka disebut sebagai Sitolu Sada Ina.
Marga Simanjuntak dikenal dengan sebutan “Parhorbo jolo- pudi”, yang
merupakan sindiran masyarakat karena pembagian warisan yang aneh oleh Raja
Parsuratan terhadap adiknya. Sindiran tersebut karena Parhorbo jolo sebagai anak
sulung tidak adil membagi harta warisan (sawah dan kerbau) sepeninggal
Ayahanda di Balige. Keturunan Simanjuntak juga dikenal dengan “Si Tolu Sada
Ina” (tiga anak satu Ibu). Adalah 3 bersaudara lahir dari Sobosihon boru
ina itu merupakan Raja Mardaup Simanjuntak, Raja Sitombuk Simanjuntak dan
Raja Hutabulu Simanjuntak.
Dengan meningkatnya persaingan antar negara maupun antar manusia,
memang sangat menuntut kualiatas tiap-tiap individu untuk meningkatkan taraf
hidupnya sehingga mampu bersaing pada era yang memang serba modern ini.
Akibat persaingan tersebut sering sekali mengakibatkan kehidupan manusia yang
serba egois, dengan mengenyampingkan arti kehidupan sosial guna mencapai
target pribadi sehingga Hukum Rimba pun berlaku.
Kejadian tersebut juga rupanya terjadi pada kehidupan sosial budaya orang
Batak, terutama orang-orang Batak yang sudah memiliki ekonomi dan pendidikan
lebih maju dan jauh dari kehidupan bonapasogitnya. Orang-orang Batak yang
dikenal cukup keras dan memiliki intelegensia yang cukup tinggi, rupanya juga
lemah terhadap era ini. Sebagian orang Batak (Marga Simanjuntak khususnya)
sudah tidak mau perduli dengan sejarah hidupnya. Padahal negara-negara maju
tersebut sebelumnya juga memegang teguh sejarah bangsanya sebelum mencapai
kemajuannya, sebut saja seperti negara-negara Jepang, Jerman dan
lain-lain. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengetahui asal-usul hidupnya atau
sejarah bangsanya dan menghargai para leluhurnya adalah salah satu semboyan
yang sering sekali terdengar. Bagaimana dengan kita orang Batak (Simanjuntak).
Untuk menjawab hal tersebut kita perlu kembali mengetahui kilas balik
kehidupan orang Batak (Simanjuntak) sebelum mencapai kepada kehidupan
alam maka orang Batak tidaklah mungkin secepat sekarang ini mampu
menyaingin suku-suku lain di Indonesia, tapi tekad keras dan ajaran-ajaran
orang-orang tua kita dahululah yang menyebabkan kita hingga seperti sekarang
ini. Dalam kehidupan mungkin kita sering mendengar penyakit keturunan,
penurunan karakteristik, atau persamaan sifat yang sama akibat adanya
perkawinan sejenis pada manusia. Untuk menghindari hal tersebut maka para
pakar menghimbau agar kita tidak melakukan perkawinan sejenis.
Simanjuntak sebagai marga yang terpopuler. Selain sebagai Marga terbesar
yang memiliki keturunan yang sangat banyak dan menyebar dimana-dimana
ternyata Simanjuntak merupakan marga terpopuler, ini terlihat dari tiap kali
mengenalkan Marga Simanjuntak terhadap orang lain, pastilah muncul
pertanyaan Simanjuntak mana? terkadang kita merasa geli menjawabnya, karena
yang menanyakan bukanlah Marga Simanjuntak atau bahkan bukan orang Batak.
PSSSI & B (Persadaan Simanjuntak Sitolu Sada Ina & Boru) didalam sejarah,
terbentuknya juga tidak pernah berawal dari akibat konflik antara PSSSI & B
dengan Simanjuntak Parsuratan, tetapi berawal dari rasa rindu terhadap sesama
keturunan boru Sihotang untuk mempersatukan kembali pomparannya yang
sekarang ini telah tersebar dimana-mana.Kenyataan yang terjadi pada saat ini
ternyata antara keturunan PSSSI & B belum bisa dalam mencapai tujuan
organisasi tersebut.
Dengan mengetahui Sejarah Simanjuntak kita semakin tahu tarombo kita,
semakin rindu untuk mencari siapa kita di Marga Simanjuntak tersebut. Semakin
memang kita adalah keturunannya.Semuanya itu terjadi karena kasih, karena niat
kita masing-masing untuk lebih memajukan Simanjuntak itu sendiri sehingga
diperlukan Kebijaksanaan didalamnya. Dari seribu orang pintar, belum tentu ada
orang bijak, dan dari seribu orang baik belum tentu ada orang benar.
Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah. Dengan
tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga dan kekerabatan
dalam marga. Saat seorang Batak dengan Batak lainnya bertemu dan berkenalan
yang ditanya adalah Marga dan Tarombo. Dalam marga Batak ada juga istilah
atau sundut (penomoran marga). Sundut atau Penomoran marga adalah diambil
dari silsilah salah satu Marga saja, misalnya Simanjuntak nomor 16 adalah
keturunan ke 16 dari Raja Simanjuntak (Raja Marsundung). Kesimpulannya
adalah tarombo sangat penting dalam kehidupan Batak untuk menentukan posisi
atau identitas sebagai orang Batak serta kekerabatan dengan orang Batak lainnya.
Adalah penting kita sebagai generasi muda khusunya mengetahui garis keturunan
kita dari nenek moyang kita yaitu Si Raja Batak. Berikut adalah garis keturunan
dari Si Raja Marsundung Simanjuntak sampai pada diri saya sendiri Marselina
Surtiany Simanjuntak nomor 16.
Dari 27 Desa yang ada di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir,
Sumatera utara, Indonesia. Maka Desa Parsuratan adalah lokasi penelitian karena
di desa inilah dahulu, Raja Parsuratan menetap dan hidup berdekatan dengan Ibu
tirinya, Sobosihon boru Sihotang dan anak-anaknya yaitu, Raja Mardaup, Raja
Berdasarkan latar di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
judul “ Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan, Kecamatan Balige,
Kabupaten Toba Samosir“.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di ambil suatu identifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan, Kecamatan Balige,
Kabupaten Toba Samosir
2. Peran Marga Simanjuntak bagi Masyarakat Batak Toba.
3. Pengaruh Horbo Jolo - Pudi bagi Keturunan Marga Simanjuntak dahulu
sampai sekarang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah
pada “Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan, Kecamatan Balige,
Kabupaten Toba Samosir”.
D. Rumusan Masalah
1. Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan, Kecamatan Balige,
Kabupaten Toba Samosir
2. Peran Marga Simanjuntak bagi Masyarakat Batak Toba.
3. Pengaruh Horbo Jolo - Pudi bagi Keturunan Marga Simanjuntak di masa
dahulu sampai sekarang.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Sejarah Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan,
Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir
2. Untuk mengetahui Peran Marga Simanjuntak bagi Masyarakat Batak Toba
3. Untuk mengetahui Pengaruh Horbo Jolo - Pudi bagi Keturunan Marga
Simanjuntak di masa dahulu sampai sekarang.
F. Manfaat Penelitian
1. Memberikan tambahan wawasan bagi peneliti dan pembaca tentang
pedoman ataupun falsafah hidup masyarakat Batak Toba dan Sejarah
Marga Simanjuntak di Desa Parsuratan, Kecamatan Balige, Kabupaten
Toba Samosir, Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang Sejarah Marga Simanjuntak.
3. Menambah sumber kajian mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas
Negeri Medan tentang sejarah lokal.
4. Menjadi rekomendasi bagi semua Masyarakat suku batak bahwa marga
sangatlah penting dan tidak malu mengakuinya.
5. Menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan
khususnya Universitas Negeri Medan.
6. Penelitian ini diharapkan menambah refesensi hasil penelitian yang dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Sejarah
Marga Simanjuntak yang telah peneliti kemukakan, maka peneliti menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Simanjuntak adalah salah satu marga Batak yang berasal
dari Kabupaten Toba Samosir. Raja Marsundung Simanjuntak
adalah cucu dari Sibagot Ni Pohan. Sibagot Ni Pohan ini
mempunyai 4 anak, yaitu Tuan Sihubil, Tuan Somanimbil, Tuan
Dibangarna, Tuan Sonakmalela. Tuan Somanimbil mempunyai tiga
orang anak, yaitu Somba Debata (Siahaan), Raja Marsundung
(Simanjuntak) dan Tuan Maruji (Hutagaol). Raja Marsundung
Simanjuntak yang membawa Garis Keturunan Simanjuntak hingga
sekarang. Keturunan pertama Simanjuntak (Raja Marsundung
Simanjuntak) yang lahir dari Boru Hasibuan adalah Raja
Parsuratan Simanjuntak (parhorbo jolo). Namun setelah kematian
dari si boru Hasibuan, Raja Marsundung Simanjuntak kembali
menikah dengan boru Sihotang dan mereka memiliki 3 anak yaitu,
mereka disebut sebagai Sitolu Sada Ina serta satu boru yaitu Boru
Naompon.
2. Marga Simanjuntak dikenal dengan sebutan “Parhorbo jolo-
pudi”, yang merupakan sindiran masyarakat karena pembagian
warisan yang aneh oleh Raja Parsuratan terhadap adiknya. Sindiran
tersebut karena Parhorbo jolo sebagai anak sulung tidak adil
membagi harta warisan (sawah dan kerbau) sepeninggal Ayahanda
di Balige. Keturunan Simanjuntak juga dikenal dengan “Si Tolu
Sada Ina” (tiga anak satu Ibu). Adalah 3 bersaudara lahir dari
Sobosihon boru Sihotang yang merupakan Istri kedua Raja
Marsundung Simanjuntak. Si tolu sada ina itu merupakan Raja
Mardaup Simanjuntak, Raja Sitombuk Simanjuntak dan Raja
Hutabulu Simanjuntak.
3. Desa Parsuratan adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Balige Kabupaten Toba Samosir. Menurut beberapa literatur
dijelaskan bahwa Desa inilah kampung halaman dari Raja
Marsundung Simanjuntak hingga saat ini, Keturunan Simanjuntak
masih menetap, khusunya Simanjuntak Parsuratan.
4. Konflik antara Parhorbo Jolo dengan Parhorbo Pudi masih tetap
ada, karena Pesan dari Sobosihon Boru Sihotang tetap dijaga oleh
Anak- anaknya. Hubungan Sosial mereka tetap berjalan dengan
5. Hubungan marga Simanjuntak dengan sesama Simanjuntak sangat
terjaga meskipun jurang pemisah tetap ada. Punguan Sitolu Sada
Ina tetap ada dan Punguan SIPASADA (Simanjuntak Siopat Sada
Ama) juga tetap ada, itu tergantung pribadi masing – masing
Simanjuntak yang rindu bergabung ke punguan (perkumpulan)
yang dianggapnya benar.
6. Walaupun Simanjuntak sudah menurunkan beberapa regenerasi,
namun Rasa Kekeluargaan itu tetap terjaga. Dan Marga
Simanjuntak sangat dihormati oleh Abang dan Adiknya yaitu
B. SARAN
Adapun saran peneliti yang harus dilakukan etnis Batak Toba adalah
1. Marga Simanjuntak sudah sangat luas bentuk penyebarannya,
walaupun demikian peneliti mengharapkan kepada seluruh
masyarakat desa Parsuratan terkhusus Marga Simanjuntak yang
ada di desa Parsuratan dapat menjaga solidaritas antar sesama
marga Simanjuntak.
2. Peneliti mengharapkan terkhusus kepada marga Simanjuntak yang
ada di Bona Pasogit maupun yang berada di Perantauan peneliti
tetap mengingatkan agar tetap menjaga tarombo si Raja Batak, agar
tidak terjadi perkawinan dengan sesama marga Simanjuntak.
3. Kepada seluruh Orang tua dan masyarakat agar mengajarkan
Bahasa batak, Tarombo dan Sejarah Marga Simanjuntak yang
benar kepada Anak – anaknya, agar keturunan Simanjuntak tidak
terpecah belah.
4. Para tokoh-tokoh adat, khususnya tokoh Simanjuntak diharapkan
dapat berkerjasama dengan masyarakat untuk meletarikan
kebudayaan Batak Toba.
5. Dan kepada Pemerintah setempat agar memperhatikan kebudayaan
6. Bagi akademis putra – putri desa Parsuratan kiranya mendirikan
suatu lembaga yang mengkaji tentang kebudayaan Batak Toba.
Akhir penulis berdoa agar penelitian ini bermanfaat bagi semua lapisan
masyarakat banyak kritikan dan saran di harapkan penulis agar dapat
1
Daftar Pustaka.
DPW PSSSI & B SUMUT. Meniti Jalan Kemubes dan Kepembaharuan. Medan :
DPW PSSSI & B SUMUT
Harianja, P. Richad, dkk. 2013. Pamanat Denggan. Medan : Penerbit Mitra
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Bentang Pustaka.
Lim, dkk. 2000. Sejarah Lisan Di Asia Tenggara : Teori dan Metode. Jakarta :
Pustaka LP3ES.
Manaor, dkk. 1991.Buku Parsadaan Simanjuntak Sitolu Sada-Ina Dohot Boruna
(PSSSI & Boruna) Jakarta Raya dan Sekitarnya. Jakarta : Pengurus Pusat
PSSI & Boruna Periode 1988-1991.
Nainggolan,Togar. 2012. Batak Toba di Jakarta. Medan : Penerbit Bina Media
Perintis
Simanjuntak, B. A. 2011. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba.
Jakarta : Penerbit Obor Indonesia.
Simanjuntak, B. A.2012. Konsepku Membangun Bangso Batak. Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Simanjuntak, B. A dan Saur Tumiur Situmorang. 2004. Arti dan Fungsi Tanah
Bagi Mayarakat Batak. Medan : Kelompok Studi dan Pengembangan
2
Sinaga, Richard. 2013. Silsilah Marga-Marga Batak. Jakarta : Penerbit Dian
Utama.
Sitanggang, JP. 2014. Batak Na Marserak. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan (PSH).
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.