• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM PERALIHAN KREDIT SINDIKASI BESERTA JAMINAN KEBENDAAN DARI BANK PERMATA KEPADA SILVER TOUCH GROUP LIMITED

(STUDI PUTUSAN MA RI NO. 536 K/PDT/2007)

TESIS

Oleh

SOSRO LUMBAN GAOL 167011215 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

ANALISIS HUKUM PERALIHAN KREDIT SINDIKASI BESERTA JAMINAN KEBENDAAN DARI BANK PERMATA KEPADA SILVER TOUCH GROUP LIMITED

(STUDI PUTUSAN MA RI NO. 536 K/PDT/2007)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SOSRO LUMBAN GAOL

167011215 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum Anggota : 1. Prof. Dr. Saidin, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Dr. Utary Maharany Barus, SH, M.Hum 4. Dr. Dedi Harianto S.H, M.Hum

(5)

ANALISIS HUKUM PERALIHAN KREDIT SINDIKASI BESERTA JAMINAN KEBENDAAN DARI BANK PERMATA KEPADA SILVER TOUCH GROUP (STUDI PUTUSAN MA RI NO. 536 K/PDT/2007)

Adalah karya orisinal saya dan setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pegetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tetulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 08 Februari 2019 Yang menyatakan

SOSRO LUMBAN GAOL

(6)

khusus mengatur mengenai kredit sindikasi.Kredit yang diperoleh dari sindikasi dapat dialihkan sepanjang dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak. Salah satu metode pengalihan kredit tersebut adalah cessie. Penulisan ini untuk meneliti pengaturan pengalihan piutang dalam kredit sindikasi dan akibat hukumnya terhadap jaminan hak tanggungan, meneliti perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pengalihan kredit sindikasi serta meneliti bagaimana Putusan Mahkamah Agung dalam upaya hukum kasasi yang diajukan kreditur baru pada perkara pngalihan piutang.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif yang mengacu pada asas-asas hukum dan peraturan hukum yang berhubungan dengan hukum perjanjian dengan sumber data berupa sekunder yang dikumpulkan melalui analisa putusan Hakim dan kepustakaan .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, latar belakang dibentuknya Kredit Sindikasi adalah dikarenakan pengajuan kredit dari debitur terlalu besar dan tidak bisa dilayani oleh satu bank saja, sehingga beberapa Bank melakukan kerjasama dalam memenuhi pengajuan kredit dari debitur. Pengalihan kredit yang diperoleh dari sindikasi dapat dilakukan dengan cara cessie. Dalam pengalihan tersebut jaminan atas pinjaman sindikasi berpindah kepada kreditur baru. Bank Sindikasi dalam hal ini Bank Permata telah melakukan kesalahan berupa tidak memenuhi kewajibannya sebagai pihak penjual piutang sehinggga pihak kreditur baru dalam hal ini Silver Touch Group Limited sangat dirugikan dan melakukan upaya hukum untuk mendapatkan perlindungan hukum, yang pada akhirnya Mahkamah Agung memenangkan pihak Silver Touch Group Limited Bank Permata mendapatkan hukuman berupa membayar ganti rugi yang dituntut olehSilver Touch Group Limited tersebut, karena telah terjadi wanprestasi.

KUHPerdata mengatur pengalihan piutang dari dua sudut pandang yaitu dari sudut pandang hukum kebendaan dan hukum perikatan. Melalui cessie kreditur lama peralihan piutang dapat dilakukan dengan jual beli sehingga akan terjadi pergantian pemilik dari kreditur lama kepada kreditur baru. Perlindungan hukum yang telah dilakukan para pihak dalam pengalihan piutang ini berupa perlindungan hukum preventif dengan membuat akta otentik pada saat jual beli dan perlindungan represif yaitu dengan dikabulkannya gugatan kreditur baru di pengadilan. Dengan adanya fakta bahwa tergugat tidak mampu untuk memberikan jaminan kredit yang merupakan bagian kewajiban dalam perjanjian jual beli piutang ini, maka Tergugat dinyatakan wanprestasi. Berbeda dengan pertimbangan hukum hakim yang menyatakan tergugat melakukan perbuatan melawan hukum, dalam kasus jual beli piutang ini tergugat dinyatakan wanprestasi karena gugatan ini didasarkan pada suatu perjanjian hukum dan kesepakatan yang telah ada sebelumnya diantara para pihak. Perlu pengaturan yang tegas tentang pelaksanaancessie sehingga para pihak dapat terhindar potensi terjadi konflik dalam pengalihan piutang.Lembaga peradilan dan jajarannya sebagai tempat untuk mendapatkan perlindungan hukum diharapkan untuk meningkatkan profesionalisme sehingga masyarakat dapat mendapat perlindungan hukum dengan maksimal. Dalam membuat perjanjian hendaknyapara pihak menyadariapa yang menjadihak dan kewajibannya, sehingga jika sewaktu-waktu wanprestasi, harus bias menerima resiko akibat tindakannya tersebut, karenaUndang- Undang telah mengatur hal yang demikian.

Kata Kunci : Perjanjian Sindikasi, Cessie, Wanprestasi.

(7)

specific regulation on syndication credit. A credit obtained from syndication can be transferred as long as it is based on the agreement of both parties, and one of its methods is cessie. The objective of the research is to analyze the regulation on loan transfer in syndication credit and its legal protection for the parties in syndication credit transfer, and how about the Supreme Court’s Ruling in the cassation for new credit in the loan transfer case.

The research used juridical normative method and descriptive analytic approach which were referred to legal principles and legal provisions concerning contract law. Secondary data were gathered through the analysis on Judge’s decision and library research.

The result of the research shows that the establishment Credit Syndication is caused by debtor’s requesting for a great amount of credit so that it cannot be served by only one bank; therefore, some banks work together in serving it. Credit transfer obtained from syndication can be done by using cessie in which its guaranty is transferred to a new creditor. Syndication Bank, in this case, Bank Permata has made an error by not fulfilling his obligation as the seller of loan so that the new creditor, Silver Touch Group Limited suffers financial loss and files a complaint to get legal protection. Finally, the Supreme Court declares Silver Touch Group Limited as the winner while Bank Permata is required to give compensation sued by Silver Touch Group Limited due to default.

The Civil Code regulates loan transfer from two viewpoints: from law of property and law of obligations. Through cessie, the old creditor can do buy and sell so that ownership is transferred to a new creditor. The parties have done preventive legal protection by making authentic deed and repressive legal protection by the acceptance of new creditor’s complaint by the Court. In this case, the defendant is not able to give credit guaranty as the prerequisite in the loan sales contract so that the defendant is considered being defaulted. It is different from the Judge consideration which says that the defendant defaults since the complaint is based on a contract law and agreement which have been made by the parties. It is recommended that firm regulation on cessie be made t avoid any conflict in loan transfer. The Court as the institution for legal protection should increase the professionalism so that people will get legal protection maximally. Those who make a contract should be aware of their right and obligation so that when there is a default, they are ready to take any risk since Law has regulated it.

Keywords: Syndication Agreement, Cessie, Default

(8)

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini berjudul

"Analisis Hukum Peralihan Kredit Sindikasi Beserta Jaminan Kebendaan dari Bank Permata kepada Silver Touch Group (Studi Putusan MA RI No. 536 K/Pdt/2007) “ Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Magister Kenotariatasn, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulisan tesis ini tidak dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih kepada Orangtua B. U. Sinaga, Istri tercinta Berta Ulita Junita Pasaribu, SE. Ak. dan anak tersayang Chelsea Miranda Annabel Lumban Gaol.

Dalam penulisan tesis ini Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,pengarahan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga Besar Universitas Sumatera Utara (USU)

a. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara :

b. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Ketua Komisi Pembimbing Penulis.

(9)

a. Bapak Prof. Dr. Saidin, SH., M.Hum., Sebagai Pembimbing II Penulis.

b. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, SH, M.Hum, Selaku Dosen Penguji c. Bapak Dr. Dedi Harianto S.H, M.Hum, Selaku Dosen Penguji.

3. Para Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Magister Kenotariatan FakultasHukum Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada Seluruh Staf Biro Magister Kenotariatan yang telah banyak memberikanbantuan kepada Penulis selama ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi di Magister Kenotariatan FakultasHukum, khususnya angkatan 2016Kelas Reguler Khusus-Semester Genap yang telah banyak memberi motivasi dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dan penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan tesis ini yang masih jauh dari sempurna.

Medan, Februari 2019 Penulis

Sosro Lumban Gaol

(10)

Nama Lengkap : SOSRO LUMBAN GAOL Tempat Tanggal Lahir : Aek Nauli, 27 September 1976 Jenis Kelamin : Laki-laki

Tinggi/Berat Badan : 172 cm/74 Kg

Status : Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen

Alamat Rumah : Jln. Bunga Melur IX No. 3 Tanjung Sari, Kec.

Medan Selayang II. KELUARGA

Nama Ayah : Alm. S.H. Lumban Gaol Nama Ibu : B.U. Sinaga

Istri : Berta U. J. Pasaribu, SE. Ak.

Anak : Chelsea Miranda Annabel L. Gaol

III. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL SD Negeri 0173421, Tamat Tahun 1988 SMP Swasta Santo Yosef, Tamat Tahun 1991 SMU Negeri 1 Doloksanggul, Tamat Tahun 1994

S1 Fakultas Ekonomi-Akuntansi, USU, Tamat Tahun 2002

S1 Fakultas Hukum Universitas Darma Agung, Tamat Tahun 2016

S2 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum USU, Tamat Tahun 2019

(11)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR ISTILAH ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13

1. Kerangka Teori ... 13

2. Konsepsi ... 22

G. Metode Penelitian... 23

BAB II PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DALAM KREDIT SINDIKASI DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN ... 28

A. Kredit Sindikasi ... 28

1. Pembentukan Sindikasi ... 28

2. Dasar Hukum Perjanjian Kredit Sindikasi ... 30

3. Pengikatan Jaminan Kredit ... 35

B. Pengalihan Piutang dan Akibat Hukumnya ... 38

1. Pengalihan Piutang dengan Metode Cessie ... 38

2. Akibat Cessie Terhadap Jaminan ... 46

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN KREDIT SINDIKASI ... 55

A. Problematika Dalam Pengalihan Kredit ... 55

B. Bentuk Perlindungan Hukum Dalam Pengalihan Piutang ... 68

(12)

B. Analisis Putusan MA RI No. 536 K/Pdt/2007 ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(13)

bank sebagai pengelola kredit sindikasi bank.

3. Agent bank, adalah bank yang ditunjuk untuk bertindak sebagai kuasa dari bank-bank peserta sindikasi dengan tugas mengadministrasikan kredit tersebut setelah perjanjian kreditnya ditandatangani.

4. Arrangement fee, yaitu fee yang dibebankan oleh arranger baik oleh arranging bank maupun bidding group of bank untuk jasanya dalam membentuk sindikasi.

5. Arranger, yaitu yang bertugas dan bertanggungjawab mulai dari proses solisitasi (permintaan pinjaman) nasabah sampai dengan proses penandatanganan kredit.

6. Borrower, adalah nasabah peminjam kredit sindikasi.

7. Commitment fee, merupakan fee atau honorarium yang dibebankan kepada debitur atas bagian yang tidak digunakan dari pinjaman.

8. Corporate guarantee, adalah jaminan perusahaan

9. Cross default clause, yaitu suatu klausul yang berisi pernyataan hukum yang mengikat para pihak bahwa apabila debitur mengalami kemacetan kredit yang diperoleh dari lembaga pemberi kredit yang lain, maka kredit yang diterima debitur berdasarkan perjanjian tersebut menjadi demi hukum default dan dengan demikian pemberi kredit berhak untuk seketika dan sekaligus menagih seluruh kredit sekalipun jangka waktu kredit belum berakhir atau masa penyicilan belum tiba saatnya.

10. Double dipping, yaitu suatu keadaan yang terjadi apabila bank melakukan kompensasi atas jumlah kreditnya dengan suatu jumlah deposito milik debitur 11. Events of default, yaitu klausul yang menentukan apabila terjadi salah satu

kejadian (event) yang ditentukan di dalam klausul tersebut akan mengakibatkan timbulnya hak sindikasi para kreditur yang dilaksanakan oleh agent bank untuk dapat menghentikan penggunaan selanjutnya dari kredit itu oleh debitur dan menimbulkan hak bagi sindikasi untuk seketika dan sekaligus menagih kredit sindikasi yang telah digunakan oleh debitur. Facility Agent, merupakan bank yang berperan sebagai agen fasilitas kredit.

12. Fixed rate of interest’, adalah tingkat bunga tetap’

13. Floating rate of interest’ adalah tingkat bunga mengambang atau ‘,

14. Front-end fee adalah fee yang diterima oleh kreditur untuk partisipasinya pada suatu fasilitas kredit sindikasi

15. Governing law, adalah hukum mana yang dipilih untuk menyelesaikan suatu masalah

16. Information memorandum, yaitu suatu informasi yang menjelaskan segala sesuatu yang menyangkut perusahaan calon debitur.

17. Lead Manager, yaitu salah satu bank peserta sindikasi yang ditunjuk untuk memimpin mereka dalam melakukan kredit sindikasi.

18. Legal Lending Limit, artinya Batas Maksimum Pemberian Kredit.

(14)

22. Mandate, yaitu kewenangan yang diberikan oleh calon debitur kepada bank atau sekelompok bank untuk mengorganisasi transaksi kredit yang dimaksud.

23. Multi currency loans adalah Kredit yang diberikan dalam beberapa mata uang.

24. Offer document, yaitu dokumen penawaran

25. Participation fee, adalah fee yang dibayarkan kepada bank-bank yang bepartisipasi di dalam transaksi sebagai participant.

26. Pool fee, yaitu fee yang diberikan berdasarkan tingkat komitmen yang diberikan.

27. Potential events of defaults, yaitu suatu kejadian yang berpotensial mengakibatkan terjadinya wanprestasi/cidera janji.

28. Primary market,yaitu pasar primer.

29. Secondary market, yaitu pasar sekunder.

30. Self financing adalah bagian dari biaya proyek tersebut yang menjadi bagian debitur.

31. Spread of the risk, artinya penyebaran resiko

32. Underwriting fee, yaitu fee yang dibayarkan oleh debitur kepada arranging bank jika arranging bank selain melakukan arrangement juga menanggung (to underwrite) fasilitas tersebut, atau mengumpulkan sekelompok penanggung bagi transaksi itu.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang kian pesat, saat ini tentunya pelaku usaha dalam proses mengembangkan usahanya membutuhkan pembiayaan dengan nilai yang sangat besar untuk menunjang pengembangan usahanya. Perbankan merupakan salah satu sumber pendanaan dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perorangan maupun badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya atau untuk meningkatkan produksinya.1

Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara karena berperan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds).2 Sejalan dengan hal tersebut, pemberian kredit kepada debitur dalam nilai yang sangat besar memang menguntungkan baik bagi bank maupun debitur, namun hal ini bukannya tanpa hambatan.

Ketentuan yang membatasi pemberian kredit oleh bank adalah adanya Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), sebagai antisipasi untuk mengurangi potensi kegagalan usaha bank sebagai akibat dari konsentrasi penyediaan dana. Bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian, antara lain dengan melakukan penyebaran dan diversifikasi portofolio penyediaan dana

1 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, CV. Alfabeta, Jakarta, 2003, hal. 1

2 Muhamad Djumhana., Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. ix

(16)

terutama melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait sebesar persentase tertentu dari modal bank atau yang dikenal dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (selanjutnya disebut BMPK).3

Secara umum kredit yang disalurkan oleh bank adalah kredit bilateral yang merupakan kredit yang diberikan oleh 1 (satu) bank yang didokumentasikan dalam 1 (satu) perjanjian kredit. Dikaitkan dengan pemberian kredit dalam jumlah yang sangat besar beserta hambatan yang muncul, terutama mengenai ketentuan BMPK, dimana tidak memungkinkan bank menggunakan kredit bilateral maka kondisi ini memerlukan sebuah solusi yaitu melalui kredit sindikasi.

Kredit sindikasi sebagaimana pendapat Stanly Hurn adalah pinjaman yang diberikan oleh dua atau lebih kreditur untuk tujuan penggunaan yang sama, administrasi dari dokumentasi kredit dikelola oleh satu agen atau wakil kreditur.4 Definisi tersebut diatas mencakup semua unsur – unsur yang penting dari suatu kredit sindikasi yaitu :

1) Kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan dalam suatu fasilitas sindikasi;

2) Definisi tersebut menyatakan bahwa kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan berdasarkan syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang sama bagi masing – masing peserta sindikasi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk hanya ada satu perjanjian kredit antara nasabah dan sebuah bank peserta sindikasi;

3) Definisi tersebut menegaskan bahwa hanya ada satu dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan bagi semua bank peserta sindikasi secara bersama – sama;

3 Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum

Pemberian Kredit Bank Umum.

4 Sutan Remi Sjahdeini, Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian Dan Aspek Hukumnya, PT. Kreatama, Cetakan Ke II, Jakarta, 2008, h. 27.

(17)

4) Sindikasi tersebut diadministrasikan oleh satu agen (agent) yang sama bagi semua bank peserta sindikasi.

Bila tidak demikian halnya, maka terpaksa harus ada serangkaian fasilitas bilateral (dua pihak), yang sama tetapi mandiri, antara masing-masing bank peserta dengan nasabah.

Kredit yang berbentuk sindikasi atau kredit patungan yang dilakukan oleh bank ini, berbeda dari kredit-kredit yang biasa diberikan oleh bank kepada nasabahnya. Dengan demikian dalam perjanjian kredit sindikasi ada beberapa bank sebagai kreditur yang bersama-sama memberikan pinjaman sindikasi atau fasilitas serupa, antara lain fasilitas Letter of Credit, yang merupakan jaminan kepada penjual/pengirim barang di mana bank akan membayar sejumlah uang jika dokumen-dokumen tertentu dipenuhi oleh penjual/pengirim barang. atau sebuah penjaminan untuk pengeluaran surat surat berharga kepada debitur.5

Pada dasarnya proses kredit sindikasi sama saja seperti proses penyaluran kredit bilatelal biasa yang dilakukan oleh bank-bank. Kredit sindikasi diberikan oleh lebih dari satu bank. Karena dalam kredit sindikasi melibatkan beberapa bank tentulah dalam prosesnya ada beberapa langkah yang memerlukan perhatian khusus dalam penandatanganannya, terutama hal-hal yang menyangkut hubungan dengan bank-bank calon perserta sindikasi. Jumlah bank lebih dari satu bank inilah yang menjadi perbedaan paling mendasar dibandingkan dengan penyaluran biasa. Namun jika mengamati perkembangan yang ada sekarang ini dalam berbagai aspek serta melihat proyeksi kebutuhan dunia usaha pada masa yang

5 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal 238-240.

(18)

akan datang, dapat diperkirakan bahwa bentuk kredit sindikasi akan semakin ramai.6

Dalam praktek Perbankan untuk lebih mengamankan dana yang disalurkan kreditur kepada debitur diperlukan tambahan pengamanan berupa jaminan khusus dan yang banyak digunakan adalah jaminan kebendaan berupa tanah. Penggunaan tanah sebagai jaminan kredit, baik untuk kredit produktif maupun konsumtif, didasarkan pada pertimbangan bahwa tanah merupakan paling aman dan mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi.7

Demikian juga halnya dalam kredit sindikasi, bank-bank peserta tetap meminta suatu jaminan guna menjamin pelunasan kredit sindikasi tersebut.

Undang-undang telah mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan jaminan atau penanggungan piutang kreditur terhadap debitur, yang dibuat dalam suatu perikatan. Jaminan dalam hukum berfungsi untuk menjamin utang. Hukum jaminan mengatur tentang jaminan piutang seseorang.8

Pada prinsipnya tidak semua benda dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah :

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya;

6 Herlina Suyati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi, PT. Raja Grafindo Persada, 2000,

Hal. 6

7 Herowati Poesoko, Parate Executie Objek Hak Tanggungan (Inkonsistensi, Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dalam UUHT), hal. 4.

8 Retnowulan Sutantio, Penelitian Tentang Perlindungan Hukum Eksekusi Jaminan Kredit, Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman RI, Jakarta, 1999, hal. 8.

(19)

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukanatau meneruskan usahanya;

3. Memberikan kepastian kepada si kreditur, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk di eksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima (pengambil) kredit.9

Dalam kasus perjanjian kredit sindikasi, Bank Sindikasi (PT. Bank Bali, PT. Bank Prima Express, PT Bank Lippo, PT Bank Tiara, PT Bank Umum Nasional, PT Bank Dharmala, PT Bank Central Dagang, PT Bank Umum Servitia, PT Bank Sahid Gajah Perkasa, PT Bank Surya, PT Bank Danahutama, PT Bank Sembada Arthanugroho dan PTBank Danamon) memberikan kredit kepada CV Wira Mustika Indah pada tanggal 22 Agustus 1995. Perjanjian kredit tersebut diikuti dengan perjanjian jaminan.

Sehubungan dengan diikutsertakan PT. Bank Permata yang dulunya Bank Bali dalam Program Penyehatan Perbankan Nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) selanjutnya disebut BPPN, maka semua akibat-akibat hukum dari semua perjanjian tersebut telah beralih secara sah dan demi hukum dari Bank Sindikasi kepada BPPN, termasuk dan tidak terkecuali hak-haknya selaku kreditur, hak tagih/piutang, hak-hak selaku agen fasilitas, agen jaminan berikut hak-hak preferen/hak hipotik/hak tanggungan, hak-hak yang diistimewakan yang dimilikinya, hak gadai, fidusia, jaminan pribadi, jaminan perusahaan berdasarkan Perjanjian Jual Beli dan Penyerahan Piutang antara Bank Permata bersama-sama dengan Bank-Bank peserta kredit sindikasi lainnya (Bank-Bank asal).

9 R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan menurut Hukum Indonesia, Diolah kembali oleh Johannes Gunawan. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 73.

(20)

Kemudian Silver Touch Group Limited, membeli kredit CV Wira Mustika Indah, yang dijual oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN dengan Program Penjualan Aset Kredit VI (“PPAK IV”), sebagaimana ternyata dalam Perjanjian Jual Beli Piutang tanggal 25 Februari 2004 dan Perubahan Atas Perjanjian Jual Beli Piutang No.005/PPAK VI/BPPN/0404, tanggal 7 April 2004 yang dilegalisasi oleh Lolani Kurniati Irdham Idroes, Notaris di Jakarta dan Perjanjian Pengalihan Piutang/Akta Cessie Nomor 23 tanggal 25 Februari 2004 yang dibuat oleh Lolani Kurniati Irdham Idroes, Notaris di Jakarta (untuk selanjutnya dalam gugatan ini disebut dengan istilah “Perjanjian Jual Beli Piutang dan Akta Cessie)”;

Aset Kredit yang dibeli oleh Silver Touch Group Limited dari BPPN adalah aset kredit berupa semua hak tagih/piutang, termasuk dan tidak terkecuali hak-hak selaku agen fasilitas, agen jaminan berikut hak-hak preferen/hak hipotik/hak tanggungan, hak-hak yang diistimewakan yang dimilikinya, hak gadai, fidusia, jaminan pribadi, jaminan perusahaan yang berasal dari beberapa Bank-Bank Nasional yang diikutsertakan dalam Program Penyehatan Perbankan Nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan sekarang bernama menjadi Tim Pemberesan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (TP BPPN), dan yang menjadi pokok/objek dalam perkara ini adalah aset kredit yang berasal dari kredit sindikasi 13 Bank-Bank (Bank asal) berdasarkan perjanjian-perjanjian kredit antara Bank-Bank Pemberi Kredit dalam sindikasi/Bank asal termasuk Bank Permata, dan perjanjian kredit serta perjanjian jaminan antara Tergugat bersama-

(21)

sama Bank-Bank peserta sindikasi kredit lainnya dengan CV Wira Mustika Indah selaku debitur Akta Perjanjian Kredit dan Pengakuan Hutang dengan Pemberian Jaminan Nomor 90, tanggal 22 Agustus 1995.

Peralihan semua hak Bank Sindikasi selaku kreditur termasuk dan tidak terkecuali hak tagih/piutang berikut hak-haknya selaku agen fasilitas, agen jaminan, hak-hak preferen/hak hipotik/hak tanggungan, hak-hak yang diistimewakan yang dimilikinya, hak gadai, fidusia, hak atas jaminan pribadi, hak atas jaminan perusahaan telah beralih kepada BPPN kemudian beralih kepada Silver Touch Group Limited berdasarkan perjanjian jual beli piutang dan akta cessie, maka Bank Sindikasi tidak berhak lagi untuk menagih kepada CV Wira Mustika Indah selaku kreditur baik untuk sebagian atau seluruh hutang termasuk tidak berhak lagi untuk tetap menyimpan barang-barang jaminan.

Tetapi setelah Silver Touch Group Limited menandatangani perjanjian jual beli piutang dan akta cassie, ternyata dokumen barang jaminan tersebut di atas tidak diserahkan oleh Bank Permata (Bank Sindikasi) kepada Penggugat, karena ternyata masih disimpan dan dikuasai oleh Bank Permata (Bank Sindikasi).

Meskipun Bank Permata telah disurati oleh Silver Touch Group Limited, dan juga pernah mengadakan pertemuan tanggal 30 April 2004 di Kantor Bank Permata, Bank Permata tetap bersikeras untuk menyimpan dokumen jaminan tersebut, dan tidak menghormati hak-hak Silver Touch Group Limited yang memperolehnya berdasarkan Perjanjian Jual Beli Piutang dan Akta Cessie dari Pemerintah Republik Indonesia tersebut di atas, Silver Touch Group Limited

(22)

merasa sangat dirugikan oleh perbuatan dan tindakan Bank Permata (Bank Sindikasi) tersebut;

Selanjutnya, Bank Permata (Sindikasi) masih melakukan perhitungan utang dan penagihan kepada CV Wira Mustika Indah, meskipun kedudukan semua kreditur yang berasal dari perjanjian kredit baik antara peserta kredit sidikasi, maupun perjanjian kredit dan jaminan antara bank-bank asal termasuk Bank Permata dengan CV Wira Mustika Indah telah beralih demi hukum kepada BPPN berkaitan dengan program penyehatan perbankan nasional dan kemudian beralih kepada Silver Touch Group Limited;

Untuk mencari keadilan maka Silver Touch Group Limited melakukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan Putusan No. 160/Pdt G/2004/PN JKT PST tanggal 1 Mei 2005, yang amarnya berbunyi sebagai berikut

10:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Penggugat;

3. Menyatakan sah perjanjian jual beli dan pengalihan piutang (Cessie) dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (Turut Tergugat I ) kepada Penggugat;

4. Menyatakan sah perjanjian jual beli dan pengalihan piutang dari Tergugat dan Bank-Bank peserta kredit sindikasi kepada Turut Tergugat I ; 5. Menyatakan semua akibat hukum perjanjian kredit/perjanjian pokok dan

perjanjian jaminan demi hukum beralih kepada Penggugat ;

5. Menyatakan semua hak tagih/piutang termasuk dan tidak terkecuali hak- hak selaku agen fasilitas, agen jaminan berikut hak-hak preferen/hak hipotik/hak tanggungan, hak-hak yang diistimewakan yang melekat, hak gadai, hak fidusia, jaminan pribadi, jaminan perusahaan dari Bank-Bank asal peserta kredit sindikasi termasuk dari Tergugat yang timbul dari perjanjian kredit tersebut beralih kepada Penggugat;

6. Menyatakan Penggugat adalah satu-satunya kreditur preferen agen jaminan atau sebagai pihak yang berwenang untuk menyimpan semua barang-

10 Putusan MA RI No. 536 K/Pdt/2007, Hal. 67-77

(23)

barang jaminan dan atau agen fasilitas dari segala piutang terhadap Turut Tergugat II yang berasal dari perjanjian kredit tersebut;

7. Menyatakan Tergugat tidak berhak dan tidak berwenang melakukan perhitungan dan penagihan hutang kepada Turut Tergugat II dalam bentuk apapun;

8. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan dokumen jaminan kepada Penggugat ;

9. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi setiap tahunnya sebesar Rp 1.272.480.000,- (satu milyar dua ratus tujuh puluh dua juta empat ratus delapan puluh ribu rupiah) kepada Penggugat sejak putusan ini mempunyai kekuatan tetap;

10. Menghukum Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk tunduk patuh terhadap putusan ini;

11. Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya;

dan dikuakan ditingkat banding dengan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta dengan Putusan No. 77/PDT/2006/PT DKI tanggal 17 Mei 2006, yang dimohonkan banding tersebut dengan perbaikan, yang amarnya berbunyi :11

sama seperti amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kecuali untuk amar putusan No. 8 dan No. 10 putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dihilangkan atau tidak dijadikan sebagai amar putusan.

Ditingkat kasasi dengan Putusan MA RI No. 536 K/Pdt/2007, Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: Silver Touch Group Limited tersebut;12

1. Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 77/PDT/2006/PT.

DKI. tanggal 17 Mei 2006 yang memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 160/Pdt.G/2004/PN.JKT.PST. tanggal 31 Mei 2005;

2. Mahkamah Agung memutuskan amar putusan yang sama seperti yang diamarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusannya No.

160/Pdt.G/2004/PN.JKT.PST. tanggal 31 Mei 2005.

Berdasarkan atas kasus adanya gugatan perdata di atas maka dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hukum Peralihan Kredit Sindikasi Beserta Jaminan Kebendaan dari Bank Permata kepada Silver Touch Group (Studi Putusan MA RI No. 536 K/Pdt/2007)”

11 Ibid hal.67-77

12 Ibid. Hal. 66

(24)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, ada beberapa hal yang akan diteliti, antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan pengalihan piutang dalam kredit sindikasi dan akibat hukumnya terhadap jaminan hak tanggungan ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pengalihan kredit sindikasi ?

3. Bagaimana pertimbangan putusan hakim atas gugatan kreditur baru kepada kreditur sindikasi dalam jual beli piutang sindikasi sesuai Putusan MA RI No. 536 K/Pdt/2007 ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaturan pengalihan piutang dalam kredit sindikasi dan akibat hukumnya terhadap jaminan hak tanggungan.

2. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pengalihan kredit sindikasi.

3. Untuk menganalisis pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara Putusan MA RI No. 536 K/Pdt/2007.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian yang dilakukan akan menghasilkan manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

Manfaat Teoritis : ditambahin

(25)

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka tentang kredit sindikasi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya pada bidang yang terkait.

Manfaat Praktis : ditambahin

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pihak sebagaimana berikut :

1. Menambah bahan dan wacana penelitian dibidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum perbankan berupa hukum yang mengatur perjanjian kredit di bank.

2. Bahan masukan dan tambahan referensi kepada perbankan dalam memberikan kredit sindikasi dan terutama kemampuan bank dalam menghadapi kemungkinan ketidakmampuan bank dalam menghadapi resiko yang ada.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh hasil penelusuran, peneliti menyadari bahwa telah ada penelitian yang berkaitan dengan perjanjian kredit sindikasi, baik dari segi aspek pelaksanaan perjanjian maupun pemberian jaminan serta permasalahan hukum yang timbul. Namun pembahasan mengenai aspek hukum dari aspek yuridis pengalihan piutang kepada kreditur pengganti belum pernah dilakukan. Apabila dikemudian hari, telah ada penelitian serupa, penulis berharap penelitian ini dapat melangkapi penelitian yang telah ada dan sumber bagi penelitian yang akan datang.

(26)

Penelitian yang berkaitan dengan topik Kredit Sindikasi, berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara lain :

1. Dalam penelitian dengan judul tesis : “Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi di Bank UOB Indonesia)”

pernah ditulis Ricky, dalam pembahasannya lebih menekankan pada permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah proses pelaksanaan Perjanjian Kredit Sindikasi dan hubungan hukum antara para pihak dalam kredit sindikasi ?

b. Bagaimanakah pengikatan penjaminan dalam hal kredit sindikasi terutama yang dijamin dengan Hak Tanggungan Atas Tanah ?

c. Bagaimanakah pembagian hasil lelang Eksekusi Hak Tanggungan Atas Tanah diantara para kreditur ?

2. Dalam penelitian dengan judul tesis : “Tinjauan Yuridis tentang Perjanjian Kredit Sindikasi Berdasarkan Hukum Kontrak” yang disusun oleh Mulia Pandapotan Harahap, dalam pembahasannya lebih menekankan pada permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana prosedur kontrak kredit sindikasi ?

b. Bagaimana penerapan asas hukum kontrak dalam kontrak kerja sindikasi ? c. Bagaimana kedudukan hukum dan keseimbangan hukum para pihak dalam

kontrak kredit sindikasi ?

3. Dalam penelitian dengan judul tesis, dengan judul tesis : “Analisis Yuridis Terhadap Pemeberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan secara Cross

(27)

Collateral” yang disusun oleh Kiki Puspita Mayasari, dalam pembahasannya lebih menekankan pada permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pengaturan pemberian kredit secara cross collateral pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. ?

b. Bagaimanakah pelaksanaan sistem pemberian kredit secara cross collateral pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. ?

c. Bagaimanakah penyelesaian kredit bermasalah terhadap debitur pemegang hak tanggungan yang jaminannya diikat secara cross collateral pada PT.

Bank Mandiri (Persero), Tbk. ? F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Menjawab rumusan permasalahan yang ada, adapun teori yang akan digunakan sebagai dasar analisis dalam penulisan ini adalah Teori Kepastian Hukum, Teori Keadilan, dan Teori Perlindungan Hukum.

1. Kerangka Teori

a. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah “perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan”.

Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi.13

13 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm.59 2 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158.

(28)

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.

Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.14

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum yang buruk.15

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui

14 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158.

15 Cst Kansil, Christine , S.T Kansil, Engelien R, Palandeng dan Godlieb N Mamahit, Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2009, Hlm. 385.

(29)

perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.16

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum.

Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.17

Kepastian hukum merupakan jaminan mengenai hukum yang berisi keadilan. Norma-norma yang memajukan keadilan harus sungguh-sungguh berfungsi sebagi peraturan yang ditaati. Menurut Gustav Radbruch keadilan dan kepastian hukum merupakan bagian-bagian yang tetap dari hukum. Beliau berpendapat bahwa keadilan dan kepastian hukum harus diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dan ketertiban suatu negara. Akhirnya hukum

16 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti,Bandung, 1999, hlm.23.

17 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002, hlm. 82-83

(30)

positif harus selalu ditaati. Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai keadilan dan kebahagiaan.18

Jika dikaitkan teori kepastian hukum dalam suatu perjanjian sesuai pasal 1313 KUHPerdata serta hak dan kewajiban dalam perjanjian jual beli piutang (cessie), menekankan pada penafsiran dan sanksi yang jelas agar suatu perjanjian/

kontrak dapat memberikan kedudukan yang sama antar subjek hukum yang terlibat (para pihak yang melakukan perjanjian jual beli piutang). Kepastian memberikan kejelasan dalam melakukan perbuatan hukum saat pelaksanaan suatu perjanjian jual beli, dalam bentuk prestasi bahkan saat perjanjian tersebut wanprestasi atau salah satu pihak ada yang dirugikan maka sanksi dalam suatu perjanjian/kontrak tersebut harus dijalankan sesuai kesepakatan para pihak baik pihak pembeli maupun penjual.

Hal ini ditekankan kembali bahwa kesepakatan disyaratkan untuk lahirnya suatu perjanjian ditegaskan oleh Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata sebagai salah satu syarat sahnya suatu perjanjian. Bila menyimak peraturan Buku III KUH Perdata yang bersifat terbuka, dimana sifat itu tercermin dalam Pasal 1338 angka 1 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya. Istilah “semua” didalamnya terkandung makna freedom of contract memang sepenuhnya menyerahkan kepada para pihak mengenai isi

maupun bentuk perjanjian yang akan mereka buat termasuk penuangan dalam bentuk kontrak standard. Istilah “secara sah” bermakna bahwa dalam pembuatan perjanjian yang sah menurut hukum adalah mengikat. Perikatan yang lahir dan perjanjian ini melahirkan hubungan hukum bagi kedua belah pihak, yaitu bagi kreditur dan debitur.

18 Ibid, hlm 95

(31)

Dalam terbentuknya kredit sindikasi, pengaturan hak dan kewajiban diantara para pihak seperti disebutkan di atas menjadi dasar yang sangat kuat dalam pembuatan perjanjian kredit. Demikian juga halnya dengan pengikatan jaminan yang menjadi bagian dari perjanjian kredit tersebut. Sehingga ketika terjadi wanprestasi konsekuaensi hukum dapat segera dilakukan untuk menghindari kerugian di pihak yang memberi pinjaman.

b. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.19

Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.

19 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.53.

(32)

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.20

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak- hak yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.21

Oleh karena itu Teori Perlindungan Hukum dipandang tepat untuk menjawab permasalahan wanprestasi pada penelitian ini. Terjadinya wanprestasi dalam penelitian ini, diawali ketika Penggugat telah menandatangani perjanjian jual beli piutang dan akta Cessie, ternyata dokumen barang jaminan tersebut di atas tidak dapat diserahkan oleh Turut Tergugat I kepada Penggugat, karena ternyata masih disimpan dan dikuasai oleh Tergugat;

Meskipun Tergugat telah disurati oleh Penggugat, dan juga pernah mengadakan pertemuan tanggal 30 April 2004 di Kantor Tergugat, Tergugat tetap bersikeras untuk menyimpan dokumen jaminan tersebut, dan tidak menghormati

20 Ibid, hlm.54.

21 Ibid, hlm.55.

(33)

hak-hak Penggugat yang memperolehnya berdasarkan Perjanjian Jual Beli Piutang dan Akta Cessie dari Pemerintah Republik Indonesia tersebut di atas, Penggugat merasa sangat dirugikan oleh perbuatan dan tindakan Tergugat tersebut;

Sesuai dengan uraian diatas ketika salah satu pihak dalam perikatan tidak dapat melaksanakan kewajibannya maka pihak tersebut dikatakan wanprestasi.

Dalam hal ini tergugat selaku penyimpan jaminan dapat dinyatakan wanprestasi dalam memenuhi kewajibannya kepada penggugat. Untuk mendapatkan perlindungan hukum, maka pihak yang dirugikan dapat melakukan upaya hukum untuk mendapatkan haknya.

c. Teori Keadilan

Penerapan teori keadilan dalam analisa ini didasarkan pada sudut kepentingan dan manfaat. Teori yang digunakan adalah Teori Keadilan dari John Rawls yang dipandang sebagai teori keadilan paling komprehensif. Bagi John Rawls, konsep keadilan harus dapat menjamin bahwa setiap orang mendapatkan keadilan yang sama bahkan alasan demi kesejahteraan masyarakat tidak boleh menghilangkannya. Keadilan tidak boleh mengorbankan hak sebagian kecil orang demi hak orang banyak.22 Teori keadilan menurut John Rawls adalah teori sebagaimana umumnya tapi teori keadilan harus menggambarkan rasa keadilan yang secara intuisi dan moral dianggap sebagai suatu keadilan.23

22 John Rawls, A Theory Of Justice-Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Dalam Negara, Terjemahan Uzair Fauzan & Heru Prasetyo (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hal. 26

23Ibid, hal. 51

(34)

Teori keadilan yang berangkat dari keyakinan intuisi ini, pada pokoknya menuangkan bahwa : 24

a. Keadilan merupakan keutamaan utama lembaga sosial. Hukum atau lembagalembaga betapa pun bagus dan efisiennya apabila tidak adil harus diperbaiki atau dihapus. Benar dan adil adalah hal yang tidak bisa dikompromikan.

b. Keadilan tidak membenarkan dikorbankannya kepentingan seseorang atau sekelompok orang demi kepentingan orang banyak.

c. Dalam masyarakat berkeadilan, kemerdekaan dengan sendirinya terjamin.

d. Ketidakadilan dapat ditoleransi hanya apabila diperlukan untuk menghindarkan ketidakadilan yang lebih besar.

Menurut John Rawls, semua orang akan menerima keadilan yang mengandung kejujuran. Keadilan yang mengandung prinsip kebebasan dengan batasan, prinsip kesetaraan kesempatan dan prinsip perbedaan untuk mencapai masyarakat adil.25 Untuk dapat menjamin stabilitas hidup manusia maka dari itu dalam keadilan perlu ada keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Dan untuk mencegah benturan kepentingan diperlukan peraturan-peraturan hukum yang adil.26

Hukum dalam pengertian luas tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tapi juga meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya asas-

24Ibid, hal. 2-3

25Ibid, hal. 38

26 Ibid, hal. 42-43

(35)

asas dan kaidah-kaidah itu dalam masyarakat.27 Dengan kata lain hukum tidak hanya sebagai seperangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan masyarakat tetapi harus juga mencakup lembaga dan proses, yaitu lembaga peradilan yang menjadi lembaga yang berwenang untuk memproses tegaknya asas-asas dan kaidah-kaidah dalam perangkat peraturan perundang- undangan sehingga tercipta ketertiban dalam masyarakat.

Namun penegakan hukum yang adil sebagaimana yang dicita-citakan tersebut tidak cukup hanya dengan peraturan perundang-undangan saja. Selain peraturan perundang-undangan juga dibutuhkan kekuasan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menjamin kepastian hukum terhadap penegakan hukum yang adil sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945.

Oleh karena itu teori keadilan John Rawls dipandang tepat untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini. John Rawls berpendapat bahwa keadilan berpedoman pada keadilan yang diberikan oleh lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat seperti dalam pengalihan kredit sindikasi adalah melalui cessie yang telah dilakukan sesuai hukum yang berlaku dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.

Peraturan dan putusan dari lembaga peradilan yang adil dan tidak mengorbankan kepentingan pihak lain yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah suatu bentuk keadilan yang sesuai dengan konsep keadilan John Rawls.

27Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Bandung : Binacipta, 1995) hal. 11

(36)

Sehingga apabila lembaga peradilan tidak dapat memberikan keadilan terhadap pihak yang membutuhkan melalui upaya hukum kasasi, maka sesuai dengan pendapat John Rawls terhadap lembaga peradilan tersebut perlu dilakukan perbaikan.

Demikian juga halnya dalam penelitian ini, bahwa pihak yang dirugikan perlu mendapatkan keadilan. Perjanjian jual beli sejatinya dibuat untuk ditaati para pihak.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.28 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional.29 Kerangka Konsep mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.30 Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.

Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu, dalam penulisan hukum ini, maka istilah-istilah berikut diartikan sebagai berikut :

a. Kredit adalah penyediaan dana yang dapat berupa uang atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

28 Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 34.

29 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hal. 3.

30 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 7.

(37)

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunganya, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

b. Kredit Sindikasi adalah suatu bentuk peminjaman dana atau penyaluran dana dari dua bank atau lebih lembaga keuangan non bank kepada subjek hukum (orang-perorangan ataupun badan hukum).

c. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya satu orang atau lebih.

d. Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.

e. Kreditur adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan utang- piutang tertentu.

f. Debitur adalah pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang tertentu.

G. Metode Penelitian

Agar penulisan tesis ini dapat dilakukan secara sederhana dan terarah sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini antara lain :

(38)

1. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis Penelitian

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.31 Jenis penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu “penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa bahan pustaka atau data sekunder berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder”,32 seperti peraturan perundang-undangan tentang hukum perdata serta kepailitan dan putusan-putusan pengadilan yang memiliki kaitan dengan kedudukan kreditur lain dalam upaya hukum kasasi pada perkara kepailitan.

Oleh karena itu penelitian dalam penyusunan tesis ini akan menganalisa asas-asas yang berkembang dalam hukum perbankan dan hukum perikatan yang diatur dalam peraturan hukum tentang perbankan dan perkreditan serta putusan Mahkamah Agung Nomor 536 K/Pdt/2007 yang terkait dengan kedudukan kreditur baru dalam pengalihan piutang kredit sindikasi.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif yaitu “menggambarkan, menginventarisasikan dan menganalisis teori-teori dan peraturan yang

31 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986), hal. 43

32 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 13-14

(39)

berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini.”33 Penelitian ini akan menggambarkan dan menganalisa pengalihan piutang melalui jual beli dan kedudukan kreditur baru dalam upaya hukum kasasi pada perkara jual beli piutang berdasarkan sumber data sekunder yang telah dilakukan inventarisasi sebelumnya, yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan.

2. Sumber Data

Penelitian hukum normatif ini dilakukan dengan mengumpulkan bahan- bahan hukum berupa data sekunder yaitu bahan pustaka yang diperoleh melalui studi dokumen34, yaitu :

a. Bahan Hukum Primer :

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat secara hukum yakni peraturan perundang-undangan dan putusan hakim. Bahan Hukum primer disini berupa :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

3) Undang-Undang N0. 10 Tahun 1998 Tenang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

4) Putusan Mahkamah Agung No. 536 K./Pdt./2007

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah

33 Setiono, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum, (Surakarta : Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana UNS, 2005), hal. 6

34 Ibid., hal. 24

(40)

lainnya, dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan objek penelitian.35

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, majalah dan jurnal.36

3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian yang sifatnya mutlak untuk dilakukan karena merupakan sumber yang akan diteliti. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasannya.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah library research, dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini diperpustakaan dan melakukan identifikasi data. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh pasal-pasal yang berisi kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan penelitian ini.

Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara deduktif kulitatif untuk sampai kepada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dapat dijawab.

35 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penemuan Hukum, (Jakarta : Ghalian Indonesia, 1982), hal. 24

36 Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Bumi Intitama Sejahtera, 2010.

(41)

4. Analisis Data

Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan dalam setiap penelitian. Dalam tahap ini penulis harus melakukan pemilahan datadata yang telah diperoleh. Penganalisisan data pada hakekatnya merupakan “kegiatan untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.” 37

Penulisan melakukan penelitian normatif terhadap sistematik hukum, maka analisis data yang dipergunakan oleh penulis adalah analisa data dengan cara melakukan analisa terhadap pasal-pasal yang isinya merupakan kaedah hukum, dalam hal ini adalah analisis terhadap pasal-pasal peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan perjanjian kredit dan pengalihan piutang.

Setelah dilakukan analisa, maka dilakukan konstruksi data yang dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal tertentu ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari system hukum tersebut.38

Penarikan kesimpulan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal yang umum untuk selanjutnya menarik kesimpulan kepada hal-hal yang khusus39, dengan cara menggambarkan secara umum tentang kedudukan kreditur baru dalam perkara jual beli piutang, dan upaya-upaya hukum yang disediakan oleh undang-undang dalam perkara kepailitan, selanjutnya menarik kesimpulan tentang kedudukan kreditur lain dalam membela kepentingannya melalui upaya hukum kasasi pada praktek penyelesaian perkara pengalihan piutang yang terjadi pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 536 K./Pdt./2007.

37 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press, 2008 Hal. 251- 252

38 Ibid, hal. 255

39 Ibid hal. 260

(42)

BAB II

PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG

DALAM KREDIT SINDIKASI DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN

A. Kredit Sindikasi

1. Pembentukan Sindikasi

Tahap permulaan dalam suatu pemberian kredit sindikasi adalah pembentukan sindikasi kredit, karena kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan dalam jumlah besar, maka diharapkan banyak pihak yang bersedia ikut terlibat dalam pembiayaan kredit ini.

Suatu sindikasi kredit tidak terbentuk dengan sendirinya. Sindikasi itu terbentuk karena diusahakan oleh suatu lembaga (lembaga-lembaga), yang pada umumnya adalah bank (bank-bank), yang disebut arranger (arrangers). Diantara arranger itu ada salah satu bank yang berperan sebagai lead manager.40

Pada dasarnya terdapat dua pihak dalam kredit sindikasi yaitu calon dibitur yang sebaiknya berbentuk badan hukum dan calon kreditur yang berbentuk bank.

Namun terdapat juga pihak-pihak lain yang terlibat dalam kredit sindikasi tersebut yaitu : 41

a. Debitur

Pihak debitur adalah pihak yang menerima pinjaman atau kredit yang pada umumnya berstatus sebagai Badan Hukum (Perseroan Terbatas), hal ini karena tanggung jawab PT di Indonesia yang mempunyai kekayaan yang

40 Sjahdeini, Sutan Remy Opcit, hal. 2

41 Bachtiar, Herlina Suyati, Aspek Legal Kredit Sindikasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, RGP, 2002, hal. 15.

(43)

terpisah dan kekayaan masing-masing para pemegang sahamnya dengan demikian orang perorangan tidak dapat menjadi Debitur Sindikasi.

b. Pihak Para Kreditur (Lenders)

Pihak para kreditur ini sering juga disebut the Lendetau “Pacticipants”, adalah sebgai pihak yang memberikan pinjaman atau kredit yang pada umumnya bank atau lembaga keuangan bukan bank.

c. Arranger

Artinya bank yang mengatur segala sesuatunya dari mulai kredit diproses, menawarkan keikutsertaan bank-bank lain, sampai dengan penandatanganan kredit sindikasi dan memonitor setelah kredit sindikasi ditandatangani.

d. Pihak Lead manager

Pihak Lead manager adalah sebagai pihak yang ditunjuk dan diangkat oleh debitur untuk mencari dana (mega proyek) bank-bank lain untuk ikut berpartisipasi misalnya kredit yang diberikan dalam jumlah yang besar, maka Lead manager mungkin memberikan kredit setengah dari jumlah tersebut selebihnya Lead manager akan mencari bank lain yang bertindak sebagai manager, selanjutnya manager tersebut akan mencari cooperation manager dan selanjutnya akan mencari participants. Jadi pihak Lead manager, manager, cooperation manager bertindak sebagai lender.

e. Pihak Agent Bank

Pihak Agent Bank ini mewakili dan bertindak untuk kepentingan serta untuk dan atas nama para kreditur (lenders). Pihak agent bank ini ditunjuk

Referensi

Dokumen terkait

1) Menyatakan Terdakwa ZULKIFLI Alias ZUL telah terbukti secara sah meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “permufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum memiliki,

Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa pengertian Retribusi adalah pungutan daerah sebagai

Jenis penelitian yuridis normatif merupakan “penelitian hukum yang bertujuan mencari kaidah hukum dalam arti nilai (norma), peraturan hukum konkrit dan sistem hukum.” 36

Bahwa Penggugat salah/keliru menarik Turut Tergugat II sebagai Pihak dalam perkara aquo, dikarenakan, bahwa Turut Tergugat II tidak ada melakukan perbuatan yang melanggar

Dalam hal syarat perkawinan dalam hukum Islam ada ketentuan yang mengatur rukun dan syarat perkawinan, apakah hal ini juga terdapat pada masyarakat Gayo dalam perkawinan angkap

Dasar Hukum mengenai Badan Hukum Pendidikan sebagaimana yang tersebut dalam Penjelasan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Jawaban terhadap permasalahan tersebut diatas adalah Prosedur Ketentuan Hukum tentang Peralihan Hak Karena Pewarisan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan

Dengan demikian unsur-unsur percobaan melakukan kejahatan/ poging telah terpenuhi sebagaimana diatur dalam Pasal 53 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Unsur barang