PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 7 ayat (1, 2) menyatakan bahwa setiap 2003, pasal 7 ayat (1, 2) menyatakan bahwa setiap orang tua berhak untuk memilih atau mempercayakan pendidikan anaknya serta berperan serta dalam satuan pendidikan yang diminatinya dan mendapatkan informasi tentang kemajuan dan perkembangan pendidikan anaknya dari satuan pendidikan yang dipercayanya. Berkaitan tentang peran serta tersebut maka masyarakat berhak aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, serta evaluasi program pendidikan (manajemen pendidikan), lebih lanjut masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah diharapkan mempercepat tercapainya tujuan sekolah, yaitu meningkatkan kinerja sekolah dan terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efesien.
Menurut Kurniasih (2007: 34) pendidikan itu Menurut Kurniasih (2007: 34) pendidikan itu berlangsung pada tiga lingkungan, yaitu Keluarga (informal), Sekolah (formal), dan Masyarakat (non formal). Pendidikan anak akan semakin lengkap dan berhasil apabila ketiga komponen lingkungan tersebut bekerja sama secara sinergi. Pendapat tersebut memberi gambaran jelas kepada kita bahwa pendidikan itu tidak semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah. Dan sekolah bukanlah lembaga yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putri membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putri bangsa, melainkan ia merupakan bagian dari masyarakat luas.
paedagogis. Keduanya sesuai dengan kapasitasnya mempunyai kewenangan dalam mendidik anak.
Asmani (2012: 123) dalam kaitannya dengan hubungan sekolah dengan masyarakat menyatakan sekolah harus melakukan pendekatan intensif dengan komunikasi dan interaksi secara serius. Wujud nyata dari komunikasi dan interaksi secara serius. Wujud nyata dari hal tersebut sekolah hendaknya melakukan kajian yang mendalam, serta aktif bertukar gagasan dengan para tokoh masyarakat yang benar-benar mengetahui aspek sejarah, geografi, dan potensi alam.
Menurut Winkel (2004: 255) bahwa strategi kunjungan rumah atau home visit bertujuan mengenal lingkungan hidup dan sosial siswa sehari-hari, bila informasi yang kita butuhkan tidak bisa diperoleh melaui angket atau sejenisnya. Dengan kata lain melaui angket atau sejenisnya. Dengan kata lain kunjungan rumah yang dilaksanakan secara terprogram memberi banyak manfaat terutama untuk memberi masukan bagi sekolah, khususnya dalam meningkatkan pembelajaran tentang hal-hal di luar metode yang sering dipakai oleh guru dalam kegiatan tatap muka.
berani melakukan kegiatan pendidikan di luar tugas rutinnya di sekolah, misalnya melakukan kunjungan rumah dengan maksud mengerti lebih dalam tentang kehidupan anak didiknya untuk mendukung tugas dan lembaganya. Sementara dari siswa dan orang tua akan merasa dia diperhatikan, dicintai, dan disayangi oleh merasa dia diperhatikan, dicintai, dan disayangi oleh
anak berada di sekolah. Maka akan terjadi keharmonisan hubungan yang tujuan akhirnya adalah keberhasilan peserta didik itu sendiri.
Bimo (2004: 203) mengatakan pendidikan akan berlangsung dengan baik bila ada hubungan baik antara sekolah dengan keluarga. Pendidikan dalam keluarga haruslah searah dengan sekolah. Oleh karena itu sekolah pada waktu-waktu tertentu perlu mengadakan sekolah pada waktu-waktu tertentu perlu mengadakan pertemuan dengan orang tua murid. Hal itu diperkuat oleh pendapat Indrajati (2001: 133) dalam bidang pendidikan partisipasi masyarakat sangat strategis, karena bisa menjadi kekuatan control bagi pelaksanaan dan kualitas pendidikan di sekolah terlebih dengan adanya MBS.
terpuaskan melalui kegiatan kreatif dalam institusi pendidikan. Dengan kata lain agar sekolah mampu mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya yang ada di sekolah dan di luar sekolah untuk mewujudkan sekolah yang bermutu, sehingga diperlukan kesiapan kemampuan agar bisa memberdayakan semua komponen kemampuan agar bisa memberdayakan semua komponen sekolah agar berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan sekolah.
Penelitian Nurul Yaqin (2008: 7), menyimpulkan bahwa home visit tidak sebatas menangani persoalan kesulitan atau keberhasilan belajar peserta didik, tetapi juga berfungsi sebagai penawaran program, memperkuat komunikasi, meningkatkan kerjasama untuk peningkatan mutu sekolah/madarasah.
Menurut hasil penelitian Syarif Hidayat di SMPN Menurut hasil penelitian Syarif Hidayat di SMPN Jagakarsa Jakarta Selatan Tentang Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan Guru disimpulan: Terdapat Pengaruh/ hubungan yang positif antara kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin peserta didik.
Brenda Power dan Constance M Perry (2000: 10) But a wide range of opportunities for families and friends
to teach us about students can lead to a high rate of family participation in a home school out reach program for
Teacher viewed that home visit as an opportunity to became more familiar with student
with would, in turn, help them understand the children and
Memperhatikan teori dan temuan di atas, tentang pentingnya keharmonisan hubungan sekolah dengan pentingnya keharmonisan hubungan sekolah dengan masyarakat (orang tua) di dalam mendukung pendidikan, kemudian penulis hubungkan dengan dengan keadaan nyata di tempat penulis bertugas sebagai guru kelas di SD Negeri Kedawung didapati hal-hal yang menarik untuk dicermati seperti yang akan penulis uraiakan di bawah ini.
Selama tiga tahun terakhir orang tua/wali siswa sangat jarang mendatangi sekolah untuk urusan konsultasi dengan guru berkaitan dengan keadaan anak. Faktanya di buku tamu sekolah/ kelas jarang terisi tanda tangan kehadiran orang tua.
Kedatangan orang tua ke sekolah karena panggilan Kedatangan orang tua ke sekolah karena panggilan atau untuk hal-hal yang tidak berkait langsung dengan pembelajaran misal: Penerimaan dana BSM, atau kepentingan khusus keluarga minta ijin kepada putra-putrinya maskipun dalam kondisi pelaksanaan ulangan umum. Bahkan pada tahun pelajaran 2012/2013 seorang anak kelas VI kurang dua minggu menjalankan Ujian Nasional terpaksa gagal karena diajak orang tuanya ke Pulau Kalimantan untuk bekerja.
komunikasi sekolah yang kurang bagus, juga berefek pada sikap dan cara pandang guru dalam menghadapi persoalan ini. Sebagian besar Guru berpandangan yang terpenting tugas mengajar dan administrasi beres, syukur prestasi akademik US/UN dan non akademik bagus, hubungan dengan instansi vertikal (UPT, Dinas hubungan dengan instansi vertikal (UPT, Dinas Pendidikan Kabupaten) baik sudahlah cukup urusan-urusan yang lainnya tidak perlu terlalu dipikirkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dapat penulis rumuskan masalah sebagai berikut: 1.Apakah penerapan home visit meningkatkan par- sipasi orang tua siswa di SD Negeri Kedawung? 2.Bagaimanakah pelaksanaan home visit untuk me- 2.Bagaimanakah pelaksanaan home visit untuk me- ningkatkan partisipasi orang tua siswa di SD Negeri Kedawung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.Mengetahui keberhasilan penerapan home visit ter- hadap peningkatan partisipasi orang tua di SD N Kedawung.
2.Mendiskripsikan pelaksanaan home visit bagi 2.Mendiskripsikan pelaksanaan home visit bagi peningkatan partisipasi orang tua di SD Negeri Kedawung.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Penelitian Teoritis
1.4.2 Sedangkan manfaat secara praktis adalah: a. Bagi Siswa
(1) Mendorong siswa untuk memanfaatkan lingkungannya agar lebih aktif berparti tisipasi dalam proses pendidikannya. tisipasi dalam proses pendidikannya. (2) Mendayagunakan seluruh potensinya
dalam suasana pembelajaran yang kondusif karena terjalinnya kerjasama orang tua dengan sekolah
c. Bagi Orang tua
(1) Mendorong orang tua murid dan ma-syarakat agar lebih peduli terhadap program sekolah demi keberhasilan putra-putrinya dalam belajar.
putra-putrinya dalam belajar.
(2) Membuka kesadaran untuk ikut merasa memiliki keberadaan sekolah dan mendukung setiap kebijakan bagi kemajuan putra-putrinya.
b. Bagi Guru
(2) Mendorong meningkatkan kualitas profesionalnya melalui tindakan yang sitematis dan tertata dengan baik. (3) Menjadi acuan ke depan untuk
berusaha menemukan cara yang paling efektif dalam menghadapi setiap efektif dalam menghadapi setiap masalah pembelajaran melalui multi strategi dan pendekatan.
(4) Meningkatkan rasa percaya diri untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat terhadap segala hal yang berpotensi untuk menghambat keberhasilan pembelajaran.
d. Bagi Kepala Sekolah
(1) Sebagai bahan pertimbangan dalam (1) Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk mengelola sekolah yang dipimpinnya.
(2) Sebagai bahan pertimbangan bagi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Bagi Dinas Pendidikan/Instansi Terkait (1) Sebagai bahan masukan bagi sekolah
membangun citra positif sekolah di wilayah kerja peneliti
(2) Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan khususnya mengenai pentingnya menjaga keharmonisan dan sinergi antara orang tua/masyarakat sinergi antara orang tua/masyarakat dengan lembaga pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.