• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 50d26facfc BAB VII7 BAB VII Rencana Program Investasi Edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 50d26facfc BAB VII7 BAB VII Rencana Program Investasi Edit"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

7.1.1 Umum

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan

pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan

yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Perintah wajib

memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman

yang laya huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan

permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan,

pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi

kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan

aspek- aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangaannya dapat

sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya

ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

7.1.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya

memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah

perkotaan dan perdesaan.

Tujuan pengembangan permukimanadalah sebagai berikut:

(2)

1. memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (prasarana dan sarana

dasar);

2. terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi

dan teratur;

3. mengarahkan pertumbuhan wilayah;

4. menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.

Program/ kegiatan pengembangan permukiman dapat dibedakan menjadi:

1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana

(RSH);

b. Penataan dan Peremajaan Kawasan;

c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa);

d. Peningkatan Kualitas Permukiman.

2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D);

b. Pengembangan Kawasan Agropolitan;

c. Pengembangan Prasarana dan Sarana Eks Transmigrasi;

d. Penyediaan Prasarana dan Sarana Permukiman di Pulau Kecil dan

Terpencil;

e. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan;

f. Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Penanganan Bencana.

7.1.3 Profil Pengembangan Kawasan Permukiman.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan

dan Permukiman, didefenisikan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, sedangkan

perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

lingkungan, dan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

(3)

Pola penyebaran rumah yang ada terjadi menyebar pada beberapa tempat.

Pola penyebaran tersebut sebagian besar berorientasi pada jalan dan sebagian

lainnya berorientasi ke lahan pertanian. Kelompok permukiman yang berorientasi

ke jalan bertujuan agar masyarakat lebih mudah melakukan pergerakannya ke

tempat-tempat penting, sedangkan kelompok rumah yang berorientasi ke

sawah/perkebunan agar lebih dekat dan mudah dalam melakukan kegiatan

pertanian.

7.1.4 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Permukiman

Permukiman di wilayah kabupaten Sijunjung pada umumnya terbentuk

dengan pola penyebaran rumah yang menyebar pada beberapa tempat. Pola

penyebaran tersebut sebagian besar berorientasi pada jalan dan sebagian lainnya

berorientasi ke lahan pertanian. Kelompok permukiman yang berorientasi ke jalan

bertujuan agar masyarakat lebih mudah melakukan pergerakannya ke

tempat-tempat penting, sedangkan kelompok rumah yang berorientasi ke

sawah/perkebunan agar lebih dekat dan mudah dalam melakukan kegiatan

pertanian.

Pada umumnya perumahan dan permukiman yang ada belum tertata

dengan baik dan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman yang belum

memadai, seperti jalan lingkungan, air minum dan prasarana sanitasi lingkungan.

Masih banyak terdapat jalan-jalan tanah yang pada musim hujan mengganggu

fungsi jalan dan kenyamanan pengguna jalan. Karena keterbatasan Sistim

Penyediaan Air Minum yang terbangun, sebagian besar kawasan permukiman,

terutama di perdesaan masih belum memiliki akses air minum yang memenuhi

syarat. Begitu pula halnya dengan prasarana sanitasi, seperti MCK, persampahan

dan drainase, yang masih sangat memerlukan penaganan teknis berupa

(4)

Gambar 7.1. Kondisi Jalan dan Drainase Lingkungan Permukiman

7.1.5 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan Kumuh

Kawasan kumuh permukiman di wilayah kabupaten Sijunjung terbentuk

karena aktifiktas pembangunan yang tidak terkendali. Pada beberapa kawasan

terjadi karena belum adanya rencana tata ruang kawasan dan pada sebagian

lainnya karena pembangunan yang mengabaikan rekomendasi dari rencana tata

ruang kawasan. Faktor lain yang juga menjadi penyebab munculnya kawasan

kumuh adalah keterbatasan biaya pembangunan kawasan tersebut yang

menyebabkan terjadinya pembangunan yang tidak tuntas, seperti pembangunan

jalan lingkungan yang tidak disertai dengan perkerasan dan drainase.

Kondisi kawasan kumuh dapat digambarkan sebagai kawasan permukiman

yang becek, tergenang dan sampah yang bertebaran. Kondisi ini disebabkan

keterbatasan infrastruktur. Pada sektor sanitasi seperti MCK, selain ketersediaan

infrastruktur, hal lain yang menjadi penyebab utama adalah pola hidup masyarakat

(5)

Gambar 7.2. Kondisi Jalan dan Drainase Kawasan Permukiman Kumuh

7.1.6 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan RSH/Rusunawa

Perumahan RSH yang dibangun oleh pengembang, pada umumnya belum

dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman yang memadai, seperti :

jalan yang belum semestinya, saluran drainase yang belum lengkap. Sarana

pembuangan sampah yang tidak ada dan sarana air bersih yang belum memadai.

Kondisi ini sudah berangsur diperbaiki. Pemerintah melalui program yang didanai

oleh APBD Kabupaten Sijunjung, APBD Propinsi dan APBN, secara bertahap

telah melengkapi prasarana dan sarana dasar perumahan, sehingga kondisi

perumahan RSH yang ada relatif sudah baik. Untuk kesempurnaan PSD

perumahan, beberapa perumahan RSH masih memerlukan penanganan, terutama

(6)

Prasarana dan sarana dasar permukiman di Kabupaten Sijunjung yang

sudah dibangun oleh Pemerintah antara lain :

1. Wisma Indah Gambok.

Sarana Air Minum Perpipaan PDAM yang baru mampu melayani 70 %

dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12 jam

Jalan Lingkungan dengan perkerasan beton, sudah memenuhi kebutuhan

perumahan tersebut, dengan kondisi rusak ringan pada sebagian ruas jalan.

Drainase Lingkungan, baru mampu memenuhi 85 % kebutuhan saluran

yang ada.

Sarana Pembuangan sampah yang ada 1 unit yang terletak diluar komplek.

Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan

septictank dengan peresapan.

2. Salasah Indah Guguk Dadok.

Sarana Air Minum Perpipaan PDAM, saat sekarang baru mampu melayani

70 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12

jam.

Jalan Lingkungan dengan perkerasan aspal dan beton, sudah memenuhi

kebutuhan perumahan tersebut, dengan kondisi rusak ringan pada sebagian

ruas jalan.

Drainase Lingkungan, baru mampu memenuhi 70 % kebutuhan saluran

yang ada.

Sarana Pembuangan sampah yang ada pengangkutan dengan Truk sampah

secara komunal langsung, dilayani 3 kali dalam 1 minggu.

Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan

septictank dengan peresapan.

3. Grya Saba Indah Padang Sibusuk.

Sarana Air Minum Perpipaan PDAM, saat sekarang baru mampu melayani

70 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12

(7)

Jalan Lingkungan dengan perkerasan aspal dan beton, sudah memenuhi kebutuhan perumahan tersebut, dengan kondisi rusak ringan pada sebagian

ruas jalan.

Drainase Lingkungan, baru mampu memenuhi 80 % kebutuhan saluran

yang ada.

Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan

septictank dengan peresapan.

4. Pondok Labu Permai Muaro.

Sarana Air Minum Perpipaan PDAM saat sekarang baru mampu melayani

80 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12

jam.

Jalan Lingkungan dengan perkerasan aspal dan beton, sudah memenuhi

kebutuhan perumahan tersebut, dengan kondisi rusak berat pada sebagian

ruas jalan.

Drainase Lingkungan baru mampu memenuhi 70 % kebutuhan saluran

yang ada.

Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan

septictank dengan peresapan.

5. Sari Ipuh Permai Muaro.

Sarana Air Minum Perpipaan PDAM saat sekarang baru mampu melayani

80 % dari rumah yang ada secara bergilir 1 kali dalam 2 hari selama 12

jam.

Jalan Lingkungan dengan perkerasan beton, sudah memenuhi kebutuhan

perumahan tersebut pada akhir tahun 2011.

Drainase Lingkungan baru mampu memenuhi 50 % kebutuhan saluran

yang ada.

Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan

(8)

6. Indoraya Permai Parik Rantang.

Sarana Air Minum Perpipaan PDAM saat sekarang baru mampu melayani

80 %dari rumah yang ada.

Jalan Lingkungan sepanjang 367,5 M melalui APBN, 314, 5 melalui

APBD Kabupaten Sijunjung. Jalan ini baru memenuhi 50% kebutuhan

jalan dari 150 unit rumah.

Saluran Drainase sepanjang 310 M melalui APBN dan 94 M melalui

APBD Kabupaten Sijunjung. Saluran ini baru memenuhi 30 % dari

kebutuhan saluran komplek perumahan.

Sarana Air limbah yang ada, tiap-tiap rumah memiliki MCK dan

septictank dengan peresapan.

Table 7.1.Kawasan Perumahan RSH yang dibangun oleh pengembang

No. Nama Kawasan Jumlah KK

1. Wisma Indah Gambok,

Muaro, Kecamatan Sijunjung 200

2. Selasah Indah Guguk Dadok,

Muaro, Kecamatan Sijunjung 300

3. Griya Saba Indah

Padang Sibusuk, Kecamatan Kupitan 500

7. Pondok Labu Permai,

Muaro, Kecamatan Sijunjung 100

5. Sari Ipuh Permai,

Muaro, Kecamatan Sijunjung 124

6. Indoraya Permai Parik Rantang,

(9)

Gambar 7.3. Kondisi Jalan dan Drainase Kawasan Permukiman RSH (Perumahan Sari Ipuh Permai – Muaro)

(10)

7.1.7 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan Rawan Bencana

Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu daerah yang rawan bencana.

Potensi kerawanan tersebut antara lain disebabkan oleh letak wilayah di daerah

yang rawan bencana gempa bumi. Karena faktor geografis dan topografi wilayah,

daerah ini juga rawan terhadap bencana banjir dan tanah longsor.

Beberapa permukiman berada di kawasan yang rawan terhadap bencana

tanah longsor dan banjir. Beberapa kali terjadi bencana yang menyebabkan

kerusakan pada infrastruktur permukiman, seperti jalan, jembatan dan sistim air

minum.

Gambar 7.5. Kondisi Intake (SPAM Nagari Unggan) Pasca Bencana Banjir

7.1.8 Gambaran Umum Kondisi dan Lokasi Kawasan Potensial

Di Kabupaten Sijunjung terdapat beberapa kawasan yang potensial untuk

dikembangkan, baik sebagai kawasan permukiman maupun kawasan agropolitan.

Sesuai dengan kebijakan daerah, telah ditetapkan 2 (dua) kawasan potensial yang

akan dikembangkan menjadi kawasan agropolitan, yaitu kawasan agropolitan

Palangki yang meliputi Nagari Muaro, Padang Laweh, dan Palangki dan kawasan

(11)

Kawasan ini akan didorong pertumbuhannya menjadi sentra agropolitan

dengan eksploitasi dibidang pertanian dan peternakan. Saat ini kawasan

agropolitan Palangki sudah dimulai penanganannya dengan membangun jaringan

jalan sebagai akses mobilisasi di kawasan ini

Gambar 7.6. Kawasan Potensial (Desa Agropolitan)

7.1.8.1 Aspek Pendanaan.

Penyediaan rumah di Kabupaten Sijunjung pada saat ini, selain dibangun

secara individual oleh masyarakat juga dilaksanakan oleh pengembang secara

mandiri dengan menggunakan fasilitas KPR bersubsidi. Pembangunan perumahan

ini tidak disertai dengan pembangunan prasarana dasar perumahan yang memadai.

Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman

dilakukan pemerintah melaui program-program yang dibiayai dengan APBD

Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN. Dengan keterbatasan pendanaan, upaya

pembangunan yang dilakukan selama ini belum bisa menjawab semua kebutuhan

(12)

7.1.8.2 Sasaran

Adapun sasaran dari Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman

sesuai dengan RPJM Kabupaten Sijunjung 2013 -2017 adalah :

1. Meningkatnya ketersediaan rumah yang layak huni terutama untuk

masyarakat miskin melalui dana swadaya antara pemerintah dan msyarakat.

2. Meningkatnya lingkungan yang sehat dan asri pada setiap kantong

permukiman penduduk..

3. Meningkatnya lembaga pembiayaan pembangunan perumahan baru yang

melibatkan swasta dan pemerintah.

4. Meningkatnya pengelolaan sampah dan air limbah dengan menbangun tempat

pembuangan sampah di setiap kecamatan dengan proses teknologi yang tidak

membahayakan penduduk.

Secara Nasional sasaran pengembangan prasarana dan sarana permukiman

adalah :

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman

2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA

3. Terarahnya pertumbuhan wilayah

4. Terdorongnya kegatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.

7.1.9 Permasalahan Pembangunan Permukiman

7.1.9.1 Analisa Permasalahan

Permasalahan pada permukiman-permukiman swadaya masih terdapat

banyak kekurangan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti pembangunannya

yang sporadis dan tidak terkendali, lokasi yang terpencar-pencar dan terpencil

serta tidak adanya Rencana Induk Sistim. Selain permasalahan tersebut ada

permasalahan lain yang sangat mendasar yaitu :

Kurang sempurnanya pola penataan ruang, terutama pada kawasan

padat/strategis sehingga pengembangan kawasan perumahan dan permukiman

hanya berada pada titik-titik pertumbuhan saja (konsentris);

(13)

pelaksanaan tidak memperhatikan kepentingan sector lain sehingga terjadi

tumpang tindih kepentingan yang mengakibatkan terjadinya kesemrautan

penataan ruang seperti bercampurnya kawasan perumahan dengan kawasan

jasa dan komersil;

Kurangnya peraturan pelaksanaan pembangunan perumahan permukiman

didaerah yang dapat merespon aspirasi masyarakat dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan dalam pembangunan perumahan permukiman tersebut;

Kurangnya program-program pemerintah bidang perumahan permukiman

untuk dapat menciptakan suasana perumahan permukiman yang asri dan lestari.

Kurang atau tidak adanya akses terhadap sumber informasi mengenai

pelaksanaan pembangunan perumahan secara swadaya.

Program-program kredit kepemilikan rumah yang ditawarkan pihak-pihak

swasta belum bisa diakses masyarakat ekonomi golongan menengah kebawah.

Pada perumahan yang dibangun oleh Pengembang permasalahan yang

terbanyak adalah minimnya Prasarana dan sarana permukiman. Hal ini lebih

disebabkan oleh kemampuan masyarakat dalam hal memiliki rumah, untuk

menunjang hal tersebut fasilitas dikurangi sehingga harga lebih rendah.

7.1.9.2 Alternatif pemecahan dan rekomendasi.

Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah

diatas antara lain :

Pemerataan fasilitas / infrastruktur penunjang kawasan permukiman dengan terlebih dahulu mendata ulang kondisi eksisting infrastruktur pada tiap

kawasan dan membuat rencana infrastruktur yang akan dibangun yang

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kawasan;

Merencanakan infrastruktur baru (sekolah, kantor, dsb) sebagai pemancing pertumbuhan permukiman pada kawasan yang masih belum padat permukiman

dengan tetap mengacu kepada hirarki kebijakan ketataruangan Kota Padang

Panjang yang telah ada.

Pembukaan kawasan-kawasan baru untuk permukiman pada lahan yang belum

termanfaatkan dengan melakukan kerjasama dengan pihak-pihak investor dan

(14)

Melakukan revisi RTRW untuk penyesuaian perubahan-perubahan fungsi kawasan yang ada.

Membuat Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) dan turunan

RDTRK yaitu Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dan Rencana Teknik

Ruang Kota sebagai acuan utama dalam pengembangan perumahan dan

permukiman sesuai dengan Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

Melaksanakan hirarki kebijakan ketataruangan yang telah disahkan secara konsekwen tanpa adanya tekanan-tekanan dari pihak-pihak tertentu.

Membuat aturan teknis perencanaan rumah dan bangunan lainnya. Aturan

teknis ini berupa disain baku pada komponen fasade bangunan, bentuk atap,

warna, taman, yang serasi dan selaras (tidak harus sama) untuk meningkatkan

nilai estetika / kualitas visual kawasan perumahan dan permukiman.

7.1.9.3 Usulan Pembangunan Permukiman.

Program/ kegiatan pengembangan permukiman yang akan diusulkan

adalah :

1. Program Pembinaan Pengembangan Permukiman

Merupakan turunan dari produk penataan ruang (RTRW) serta hasil review

produk perencanaan jangka menengah (Renstrada, RPJMD, dan RPIJM

Kabupaten), kegiatan pada program tersebut adalah :

a. Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur

Perdesaaan (SPPIP);

b. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

2. Program Infrastruktur Kawasan Permukiman

Merupakan program penyediaan PSD bagi kawasan permukiman baru yang

memberikan pelayanan sebanyak2nya bagi MBR serta peningkatan kualitas

permukiman kumuh perkotaan, kegiatan pada program tersebut adalah :

a. Infrastruktur Permukiman RSH Yang Meningkat Kualitasnya

3. Program Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

Merupakan program penataan dan peremajaan kawasan permukiman,

(15)

pada kawasan permukiman kumuh berat (slums area dan squatters settlement),

kegiatan pada program tersebut adalah :

a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh;

b. Infrastruktur Permukiman RSH Yang Meningkat Kualitasnya

4. Program Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Merupakan program penataan dan pengembangan kawasan permukiman di

perdesaan, kawasan agropolitan, minopolitan dan KTM, kegiatan pada

program tersebut adalah :

a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial;

b. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP)

7.2 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN.

7.2.1 Petunjuk Umum.

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama

untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan,

khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan

gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri. Sedangkan misinya

adalah :

1. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang

tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras.

2. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang

produktif dan berkelanjutan.

7.2.2 Penataan Bangunan.

Penataan bangunan adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan

mewujudkan bangunan gedung yang fungsional memenuhi persyaratan

keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta serasi dan selaras

dengan lingkungannnya.

Sasaran penataan bangunan di Kabupaten Sijunjung adalah :

Terlaksananya Perda Bangunan Gedung di Kabupaten Sijunjung.

(16)

Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan penerapan peraturan bangunan gedung.

Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum di Kabuapten Sijunjung.

Terlaksananya Pendataan Bangunan Gedung.

Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000.

Terwujudnya tertib pengelolaan Aset negara berupa tanah dan bangunan

gedung.

Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK).

7.2.3 Permasalahan Penataan Bangunan di Kabupaten Sijunjung.

Sesuai dengan tujuan dan sasaran penataan bangunan, di Kabupaten

Sijunjung banyak permasalahan yang di hadapi antara lain :

1. Kurang optimalnya pelaksanaan Peraturan Daerah Bangunan Gedung, yang

mengakibatkan :

Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung dan gedung

negara serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

bangunan gedung dan gedung negara. Seperti banyak gedung yang tidak

memiliki sarana dan prasarana bagi penyandang cacat, banyak gedung

yang tidak memiliki prasarana dan sarana pencegah kebakaran.

2. Kabupaten Sijunjung belum memiliki Tim Ahli Bangunan Gedung yang

bertugas dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.

3. Kabuapten Sijunjung belum menerbitkan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)

terhadap bangunan gedung, terutama yang dibangun mulai tahun 2003 sampai

sekarang.

4. Kabupaten Sijunjung belum menyusun Manajemen Pencegahan bahaya

Kebakaran/ Rencana Induk sistem Penanggulangan Kebakaran (RISPK).

5. Kabupaten Sijunjung belum melakukan pendataan bangunan gedung.

7.2.4 Landasan Hukum.

(17)

1. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

2. Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

3. Peraturan pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang petunjuk pelaksanaan

Undang-undang no 28 tahun 2002.

4. Perda No. 22 tahun 1998 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

7.2.5 Penataan Lingkungan.

Tujuan penyelenggaraan penataan lingkungan adalah agar lingkungan

permukiman tersebut produktif dan berjatidiri, dapat memberikan nilai tambah

fisik, sosial dan ekonomi serta terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan

pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan dan

dapat memberikan nilai tambah terhadap fisik, sosial dan ekonomi bagi

masyarakat yang menjadi penunjang bagi masyarakat yang lebih baik.

Sasaran penataan lingkungan di Kabupaten Sijunjung adalah :

1. Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh di Kabupaten

Sijunjung.

2. Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisonal bersejarah di

Kabupaten Sijunjung.

3. Terlaksananya pembangunan dan pengelolaan ruang terbuka Hijau (RTH) di

Kabupaten Sijunjung.

4. Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis di Kabupaten Sijunjung.

5. Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk melaksanakan

revitalisasi kawasan.

7.2.6 Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Strategi dalam pencapaian keberhasilan penataan bangunan dan

lingkungan antara lain :

1. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal

dan efisien.

2. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan

berjati diri.

3. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar

(18)

4. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan

arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang

dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.

5. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk

menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.

7.2.7 Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di

Kabupaten Sijunjung.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah kabupaten Sijunjung untuk

keberhasilan penataan bangunan dan lingkungan, yaitu :

1. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk

bangunan gedung dan rumah negara.

2. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk

memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan

Permukiman.

3. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan

permukiman.

4. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jati diri

dan produktifitas masyarakat.

5. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi

pertumbuhan kota.

6. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional

maupun internasional lainya dibidang Bangunan Gedung dan Penataan

Lingkungan Permukiman.

7. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/mempertimbangkan

khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

8. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi

dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya).

9. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur

Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

7.2.8 Profil rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

(19)

Muaro Sijunjung sebagai Ibukota Kabupaten Sijunjung memiliki satu

jalan utama yaitu jalan Prof. M. Yamin, SH. Di jalan inilah terletak

bangunan-bangunan perkantoran milik pemerintah dan swasta, seperti Kantor Bupati yang

sudah berdiri sejak tahun 1970-an, Gedung DPRD yang juga berdiri sejak tahun

1970-an, Gedung Pertemuan Pancasila, Bank Nagari, Bank BRI.

Gambar 7.2 Gedung Joeang 45

Gedung perkantoran yang ada, selain sebagai kantor merupakan Gedung

bersejarah, yaitu Gedung Joeang, gedung ini berdiri sejak tahun 1940-an.

Merupakan bangunan awal pusat Pemerintahan Residen Sawahlunto yang

sekarang menjadi Kabuapten Sijunjung. Sekarang gedung tersebut merupakan

kantor Legiun Veteran RI Kabupaten Sijunjung yang dipinjam pakai untuk Kantor

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

Selain gedung diatas ada beberapa gedung komersial yang ada di Jln. M.

Yamin, SH tersebut salah satunya yaitu Hotel Bukik Gadang yang terletak

dipuncak Bukik Gadang, hotel ini dibangun pada tahun 2003 s/d 2006.

Pemerintah Kabupaten Sijunjung saat ini sedang membangun Rumah

Sakit Umum Daerah yang terletak di Jalan Lintas Sumatera tepatnya di Tanah

Badantuang, serta akan membangun Kantor DPRD baru dipertigaan Jalan Lintas

(20)

Kabupaten Sijunjung memiliki Kawasan Tradisional yang memiliki nilai

sejarah dan perlu dilestarikan, yaitu : Kawasan adat bersejarah Sumpur Kudus

yang merupakan salah satu tempat pergerakan PDRI dan daerah kerajaan

Minangkabau, Kawasan adat Padang Ranah Nagari Sijunjung dan Kawasan adat

Kerajaan Jambu Lipo di Lubuk Tarok.

Gambar 7.3 Balai adat Padang ranah Nagari Sijunjung

7.2.8.2 Kondisi Penataan bangunan Gedung dan Lingkungan.

Saat ini Kabupaten Sijujung belum memiliki Peraturan Daerah yang

berkaitan dengan keamanan, keselamatan dan kenyamanan bangunan gedung.

Peraturan yang ada berkaitan dengan bangunan gedung adalah Perda No. 4 Tahun

1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Bangunan-bangunan yang ada di Kabupaten Sijunjung, pada umumnya

belum memiliki sarana dan Prasarana Hidran Kebakaran. Saat ini hidran

Kebakaran yang ada baru 1 (satu) unit terletak di Halaman Kantor Kesatuan

Bangsa, Politik Perlindungan Masyarakat. Bangunan yang sudah memiliki Sarana

dan Prasarana Hidran adalah Hotel Bukik Gadang. Di Hotel tersebut sudah ada

Instalasi Fire Alarm, Instalasi Hidran kebakaran dan Instalasi Sprinkler. Tetapi

instalasi tersebut belum bisa difungsikan karena peralatan pendukung belum ada

(21)

Proses pengurusan Izin Mendirikan Bangunan saat ini dikeluarkan

melalui Kantor Lingkungan Hidup, Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu.

Sebelum izin dikeluarkan, tim IMB yang terdiri dari unsur dinas teknis akan

memeriksa kelengkapan izin yang akan dikeluarkan.

Aparat pemerintah Kabupaten Sijunjung sebagai pelaksana dilapangan,

sudah pernah mengikuti pelatihan pembinaan teknis bangunan gedung yang

dilaksanakan oleh Dinas PU Propinsi.

7.2.8.3 Sasaran Penataan bangunan Gedung dan Lingkungan.

Sasaran yang hendak dicapai Pemerintah Kabupaten Sijunjung dalam

penataan bangunan gedung dan lingkungan didasarkan pada Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Kabupaten Sijunjung, yaitu untuk :

1. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai

dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.

2. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan

kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah,

menjamin tersedianya air tanah dan permukaan serta penanggulangan banjir.

3. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien

berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat

yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.

7.2.8.4 Rumusan masalah.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas ada beberapa permasalahan yang

timbul antara lain :

1. Bidang Bangunan Gedung.

Kurangnya pengembangan kawasan permukiman perkotaan

Kondisi Prasarana dan sarana yang kurang baik

Masih Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung serta

masih kurangnya kualitas pelayanan publik dan perijinan di Kabupaten

Sijunjung

(22)

Masih banyaknya bangunan Gedung negara yang belum memenuhi persyaratan kesalamatan,kesehatan,kenyamanan,dan kemudahan.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung negara dan Rumah negara kurang

tertib dan efisien.

Masih banyaknya aset negara yang tidak teradmistrasi dengan baik

3. Bidang Penataan Lingkungan

Masih banyaknya terdapat permukiman kumuh dikantong-kantong

permukiman yang dihuni di Kabupaten Sijunjung.

Kurang diperhatikannya Kondisi permukiman tradisional dan bangunan

bersejarah yang memilik potensi wisata sehingga banyak yang tidak

terawat.

Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan Kabupaten.

Masih kurangnya persentasi Ruang terbuka hijau bila dibandingkan

dengan luas wilayah Kawasan Muaro ( 20 % : Permendagri no1

tahun2007).

7.2.8.5 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

7.2.8.5.1 Analisis kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Permasalahan Bidang bangunan

Gedung

Penanganan Bidang Bangunan

(23)

Kurang ditegakkan aturan

keselamatan, keamanan dan

kenyamanan bangunan gedung,

termasuk pada daerah-daerah

rawan bencana.

Kondisi Prasarana dan sarana

Penanggulangan Kebakaran pada

bangunan gedung di Kabupaten

Sijunjung dilihat dari fungsi

kapasitasnya pelayanannya belum

sesuai dengan aturan yang berlaku.

Masih Lemahnya pengaturan

penyelenggaraan bangunan gedung

serta masih kurangnya kualitas

pelayanan publik dan perijinan di

Kabupaten Sijunjung.

Masih perlu dilakukan Pembinaan

Teknis Pembagunan Gedung

Negara.

Perlu dilakukan Pemeriksaan

Keandalan bangunan Gedung

Perlu disusun Penyusunan Rencana

Induk Sistem Proteksi Kebakaran

( RISPK )

Masih perlu dilakukan desiminasi

perundang-undangan bangunan

gedung

Permasalahan Bidang Gedung

dan rumah negara

Penanganan Bidang Gedung dan

rumah negara

Masih banyaknya bangunan

Gedung negara yang belum

memenuhi persyaratan

keselamatan, kesehatan,

kenyamanan,dan kemudahan

Penyelenggaraan Bangunan

Gedung negara dan Rumah negara

kurang tertib dan efisien

Buatkan Percontohan Aksesibilitas pada bangunan gedung dan

lingkungan

Tingkatkan Pengelolaan bangunan

gedung dan rumah negara

(24)

Masih banyaknya aset negara yang

tidak teradministrasi dengan baik

pendata HSBG dan keselamatan

bangunan

Lakukan percontohan Pendataan

bangunan gedung

Kembangkan sistim informasi

Lakukan dukungan prasarana dan

sarana pusat informasi Pembangan

Permukiman dan bangunan

kantong permukiman yang dihuni di kota Pariaman

Kurang diperhatikanya permukiman Kondisi permukiman tradisional dan bangunan bersejarah yang memilik potensi wisata banyak yang tidak terawat

Terjadinya degradasi kawasan

strategis, padahal punya potensi

ekonomi untuk mendorong

pertumbuhan Kabupaten

Masih kurangnya persentasi Ruang terbuka hijau bila dibandingkan dengan luas Kabupaten Sijunjung

( 20 % : Permendagri no1

tahun2007)

Pembangunan Prasrana dan Sarana

Peningkatan Lingkungan

Permukiman Kumuh.

Pembangunan Prasarana dan sarana

Penataan bangunan dan

Lingkungan Tradisional

Penyusunan Rencana Tata

bangunan dan Lingkungan

( RTBL ).

Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang

terbuka Hijau ( RTH )

Percontohan Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau

(25)

Rekomendasi yang dapat diberikan yaitu menindak lanjuti perencanaan

yang selama ini telah disusun dan dokumen perencanaan tersebut menjadi acuan

pedoman, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

Bantuan teknis dari Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat

dibutuhkan untuk mendukung tata bangunan dan lingkungan di Kabupaten

Sijunjung menjadi lebih baik, tertata dan ramah lingkungan.

7.2.8.7 Program yang diusulkan.

Program/kegiatan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang

dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

a. Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan

dan lingkungan;

b. Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

c. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

d. Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan

gedung;

e. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

f. Pembinaan teknis pembangunan gedung negara;

g. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

h. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) Bangunan

Gedung;

i. Percontohan pendataan bangunan gedung;

j. Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan;

k. Rehabilitasi bangunan gedung negara;

l. Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan

Permukiman dan Bangunan (PIPPB).

2. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

a. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

b. Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

c. Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman

(26)

d. Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman

tradisional

3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

a. Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

b. Bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi

7.3 RENCANA INVESTASI SUB BIDANG AIR LIMBAH.

7.3.1 Umum

Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal

wasterwater) yang terdiri atas air limbah domestic (rumah tangga) yang berasal

dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman

serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun

dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak

menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping

sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti : diare, typus, kolera dll.

Air limbah yang timbul di Kabupaten Sijunjung terdiri dari air limbah

rumah tangga yaitu air bekas dapur, kamar mandi dan pembuangan air kotor

lainnya serta air limbah industri, jenis industri yang ada berupa kerajinan rakyat

tidak menghasilkan air limbah yang berbahaya dan digolongkan pada air limbah

domestik rumah tangga.

Pengolahan air limbah rumah tangga dikelola sendiri oleh masyarakat

dengan menggunakan sistem setempat (on site system) dan sistem komunal yaitu

membangun jamban dan septik-tank di setiap rumah yang digunakan sebagai

salah satu syarat dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh

Pemerintah. Sedangkan untuk fasilitas umum menggunakan sistem komunal

berupa MCK dan jamban umum.

7.3.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam

(27)

Semua program/kegiatan pada Sub Bidang Air Limbah di Kabupaten

Sijunjung bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera

dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sijunjung dalam pengelolaan air

limbah diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang

lebih baik dari kondisi saat ini, seperti : peningkatan prasarana dan sarana dasar

permukiman sehingga menjadikan perumahan yang layak huni.

7.3.3 Profil Pengelolaan Air Limbah

7.3.3.1 Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini

Masyarakat di Kabupaten Sijunjung masih banyak yang

mempergunakan sungai untuk sarana buang air. Sebagian lagi sudah

mempergunakan septictank di setiap rumah, namun sarana pendukungnya masih

terbatas. Banyak dijumpai dilingkungan permukiman belum tersedia sarana

sanitasi yang memadai sehingga bila tidak segera ditangani dikuatirkan akan

mencemarkan lingkungan hidup disekitarnya.

Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten Sijunjung

masih terbatas pada skala rumah tangga saja, untuk penyedotan septictank,

kabupaten Sijunjung memiliki 1 unit Mobil Tinja, tetapi IPLT belum tersedia.

7.3.3.2 Kondisi Sistem sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah

Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem

pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang

ke dalam sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan

polusi/pencemaran lingkungan hidup.

Pengelolaan prasarana dan sarana air limbah pada setiap daerah

mempunyai karakteristik yang berbeda, baik tingkat pelayanan, jenis dan jumlah

pelayanannya. Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu :

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (on-site System).

b. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site system).

Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Sijunjung masih banyak

menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu

(28)

masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang

limbahnya di sembarang tempat.

Untuk pembuangan lumpur tinja dari Septictank penduduk, kabupaten

Sijunjung memiliki 1 unit mobil tinja, tetapi belum memiliki IPLT sehingga

lumpur tinja terebut dibuang ke sungai oleh operator mobil tinja tersebut.

7.3.4 Permasalahan Yang Dihadapi

7.3.4.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Limbah

Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten

Sijunjung ditekankan pada pengelolaan air limbah permukiman yang terdiri atas

air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur

dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah

tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

7.3.4.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang sering dihadapi, adanya persepsi dari sebagian

masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang

mendesak. Sebagian masyarakat cenderung membuang limbahnya ke

saluran/sungai yang karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan

sarana sanitasi sendiri dan masih rendahnya pemahaman akan pentingnya perilaku

hidup bersih dan sehat.

Untuk itu, usaha yang harus dilakukan adalah bagaimana menurunkan

tingkat pencemaran tersebut atau setidakknya mempertahankan kondisi perairan

yang ada agar tidak tercemar lebih tinggi lagi dan yang lebih penting lagi

mencegah penyebaran penyakit melalui air (waterborne desease) untuk

melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan.

Di Kabupaten Sijunjung saat ini belum tersedia fasilitas pengolahan

Lumpur tinja (IPLT) dan kebutuhan fasilitas kota ini sangat penting dan mendesak.

Selama ini pelayanan penyedotan lumpur tinja di kabupaten Sijunjung dilakukan

oleh Bagian Umum Kantor Bupati dan karena belum tersedia sarana IPLT maka

limbahnya dibuang ke tempat-tempat tertentu (misal:sungai) yang akan sulit

(29)

limbah di tingkat kabupaten dikuatirkan akan terjadi masalah/konflik dikemudian

hari.

7.3.5 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi.

7.3.5.1 Analisa Permasalahan.

Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) belum tersedia di Kabupaten

Sijunjung, sarana sanitasi ini sangat dibutuhkan karena jumlah penduduk

Kabupaten Sijunjung yang cukup besar dan cukup padat di beberapa kawasan

perkotaan.

Perbaikan sanitasi lingkungan juga perlu dilakukan khususnya pada

kawasan padat penduduk dengan lahan dan ruang yang terbatas. Sistem sanitasi

komunal menjadi salah satu alternatif pada lokasi-lokasi yang memiliki kepadatan

penduduk yang tinggi atau pada kawasan kumuh. Untuk mengatasi masalah

tersebut diatas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan

permukiman harus memiliki system penanganan air limbahnya.

7.3.5.2 Alternatif Pemecahan Persoalan

Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan

dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah

tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah

tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan

permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya. Sebelum masuk ke

dalam saluran/drainase lingkungan/kota. Dengan demikian air limbah yang masuk

ke saluran/drainase sudah relatif bersih.

7.3.6 Rekomendasi

Pemberian sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi

lingkungan bagi kesehatan warga dan penyediaan sarana dan prasarana sanitasi

pada lingkungan padat penduduk. Untuk skala Kabupaten, perlunya instalasi

pengolahan Lumpur tinja (IPLT) untuk meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat Kabupaten Sijunjung.

(30)

Sistem prasarana dan sarana pengelolaan air limbah di Kabupaten

Sijunjung yang diusulkan, antara lain :

1. Pengembangan sanitasi lingkungan yang berbasis masyarakat, yang

diharapkan masyarakat turut berperan aktif dalam meningkatkan kualitas

kesehatan lingkungan.

2. Peningkatan sarana sanitasi yang menggunakan system pengolahan air limbah

setempat (on-site system) baik secara individu maupun komunal.

3. Penyiapan lahan untuk lokasi IPLT untuk skala kabupaten yang diharapkan

dapat ditindak lanjuti dengan penyusunan detail engineering design (DED).

7.3.8 Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan

Dengan meningkatnya jumlah penduduk sampai akhir tahun rencana

berarti akan terjadi peningkatan air limbah. Untuk itu arahan perencanaan bagi

peningkatan pelayanan air limbah yang ada serta untuk masa yang akan datang

perlu adanya pengelolaan sistem air limbah.

Untuk Kabupaten Sijunjung sistem pembuangan air limbah

direncanakan tetap dua fungsi dengan jaringan drainase. Ini berarti pembuangan

air limbah seiring dengan pembuangan drainase dan tetap mengikuti pola jaringan

jalan. Untuk pengelolaan pembuangan limbah tinja untuk masa yang akan datang

direncanakan menggunakan sistem on site tetapi sudah dilengkapi dengan IPLT.

Pengelolaan air limbah untuk umum diarahkan berupa penyediaan MCK

umum terutama pada pusat kegiatan (perkantoran, pasar dan kawasan lainnya)

yang sangat dibutuhkan. Sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan sungai

untuk MCK. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) penempatannya satu

lokasi atau berdekatan dengan lokasi TPA.

7.3.9 Usulan dan Prioritas Program.

Usulan dan Prioritas program pengelolaan air limbah ini adalah sebagai

berikut :

1. Program Infrastruktur Air Limbah

a. Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Setempat dan Sistem Komunal

(31)

7.3.9.1.1 Umum

Program dan Kegiatan bidang persampahan bertujuan untuk mencapai

masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah.

Sasaran dari program ini adalah, meningkatkan jumlah sampah terangkut dan

meningkatkan kinerja tempat pemrosesan Akhir Sampah yang berwawasan

lingkungan. Upaya pencapaian sasaran dapat meliputi : pengurangan sampah

semaksimal mungkin mulai dari sumber sampah tersebut, peningkatan cakupan

pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan.

Dengan adanya program dan kegiatan dibidang persampahan ini

diharapkan mencapai sasaran utama yaitu :

1. Terlayaninya penduduk minimal 60 % dari total jumlah penduduk dibidang

persampahan.

2. Pengurangan kuantitas sampah minimal 20 %

3. Peningkatan kualitas pengelolaan TPA minimal type controlled Landfill.

7.3.9.1.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan

dalam Rencana Kabupaten Sijunjung

Rencana sistem pengelolaan persampahan merupakan bagian dari

rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan. Melalui pengembangan sistem

pengelolaan lingkungan ini direncanakan sistem tempat penampungan Sementara

(TPS) sampah dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah. Perencanaan

pengelolaan sampah dimulai dari sumber dan timbulan sampah, tingkat pelayanan,

pola penanganan sampah dan pengolahan sampah tersebut.

Pemerintah Kabupaten Sijunjung merencanakan tingkat pelayanan

kawasan permukiman adalah 100%, sedangkan untuk kawasan perkantoran,

komersial, industri dan tempat umum adalah 100%. Pola penanganannya adalah

Pola individual langsung, pola komunal langsung dan pola individual tidak

langsung.

Proses pengolahan sampah direncanakan tersebut terdiri dari,

Komposting untuk sampah-sampah organik, Daur ulang, pembakaran dan

(32)

Tempat pengolahan / Pembuangan Akhir sampah dengan sistem Sanitary Landfill

dan komposting.

7.3.9.1.3 Profil Persampahan

7.3.9.2 Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan saat ini.

Pelayanan persampahan yang ada di Kabupaten Sijunjung, baru sebatas

ibukota Kabupaten. Daerah Pelayanannya adalah Muaro Sijunjung. Sistem

Operasionalnya adalah Individual tidak Langsung dan Komunal langsung.

Untuk kawasan perumahan dan perkantoran, sampah dikumpulkan dari

sumber di suatu tempat yang mudah dijangkau oleh truk sampah seperti di pinggir

jalan. Dengan pewadahan sesuai apa yang dimiliki oleh pemilik rumah, ada

pewadahan dengan kantong plastik, ada dengan karung plastic dan ada yang

menempatkan tong/Bin di pinggir jalan. Truk sampah akan mengambil pada

tempat-tempat dipinggir jalan tersebut dan membawa ke Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA).

Sampah di jalan umum yang dilayani yaitu Jalan M. Yamin, SH dan Jln.

Sudirman polanya adalah : sampah disapu oleh penyapu jalan, dikumpulkan

dalam becak sampah kemudian dipindahkan ke truk pengangkut sampah dan di

bawa ke TPA.

Untuk pasar sijunjung, terutama setelah hari pasar (hari kamis), sampah

dikumpulkan oleh petugas, ditumpuk disuatu tempat kemudian dipindahkan

kedalam truk sampah dan diurug di TPA.

Saat ini Kabupaten Sijunjung belum memiliki badan khusus untuk

pengelolaan sampah, pengelolaan dilakukan oleh Bagian Umum kantor Bupati. ini

belum memiliki seksi khusus, merupakan tugas tambahan dari bagian umum.

Diatur berdasarkan keputusan Bupati Sijunjung.

Sebagian besar masyarakat kabupaten Sijunjung masih mengelola

sampah sendiri-sendiri, dengan cara membakar, menimbun di pekarangan dan ada

yang membuang di sembarang tempat.

7.3.9.3 Kondisi Sarana dan Prasarana Sistem Pengelolaan Persampahan

(33)

Sumber sampah yang terbesar di Kabupaten Sijunjung adalah sampah

rumah tangga. Berdasarkan perhitungan pada tabel 2.20 perkiraan timbulan

sampah kecamatan Sijunjung dengan tingkat pelayanan 60 % pada tahun 2009

adalah 52,71 M3 / hari. Sementara volume sampah yang terangkut ke TPA adalah

15 M3/hari dengan asumsi 1 rit adalah 5 M3 dan truk maksimal beroperasi 3 rit

per hari.

Daerah yang dilayani saat ini adalah Muaro Sijunjung, yang terdiri dari

perumahan, perkantoran, jalan umum dan pasar Sijunjung. Kondisi umum daerah

pelayanan relatif datar.

Sarana Prasarana pengelolaan persampahan yang dimiliki oleh

Kabupaten Sijunjung adalah antara lain :

2 unit dump truck.

7 unit becak pengumpul.

10 unit becak motor (becak ini disebar di tiap kecamatan).

1 unit TPA sistem open dumping.

Semua sampah yang dikumpulkan akan diangkut ke TPA. TPA

Kabupaten Sijunjung berada di Kecamatan Tanjung Gadang Muaro Batuk yang

berjarak ± 250 m dari jalan utama dan ± 500 m dari pemukiman tidak teratur.

Luas areal TPA Kabupaten Sijunjung ± 4,8 Ha, hanya dilengkapi dengan fasilitas

penunjang seperti bangunan rumah jaga, sumur monitoring, dan sistem drainase.

Namun fasilitas penunjang ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya. TPA

Kabupaten Sijunjung dioperasikan secara open dumping yang sangat berpotensi mencemari lingkungan.

Pola penanganan sampah dari sumber sampai ke tempat pembuangan

akhir adalah :

Untuk perumahan, pewadahan dilakukan langsung oleh masyarakat dengan

mempergunakan kantong plastik, pengumpulan juga secara individu oleh

masyarakat ( masyarakat langsung menempatkan dipinggir jalan).

Untuk perkantoran pewadahan dilakukan oleh petugas kantor, dengan

(34)

Pengangkutan dilakukan oleh petugas pengelola sampah. Petugas mengumpulkan dari pinggir jalan dan dari tong/bin di sekitar kantor,

kemudian membawa ke TPA.

Sampah yang ada hanya di urug di TPA tanpa ada pengolahan lain.

7.3.10 Aspek Pendanaan.

Pemerintah Kabupaten Sijunjung setiap tahunnya menganggarkan biaya

pengelolaan sampah ± Rp. 195 juta / per tahun. Biaya ini untuk gaji petugas, biaya

BBM dan lain-lain. Pemungutan retribusi dititipkan pada rekening air di PDAM.

Pendapatan dari retribusi sampah ini adalah Rp. 3.563.100,00. hingga sekarang

Pemerintah Kabupaten Sijunjung masih mensubsidi pengelolaan sampah.

Besarnya tarif retribusi sampah saat ini berdasarkan Perda No. 22 tahun

1998 tentang retribusi adalah :

a. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah rumah

tangga:

Luas bangunan < 71 m2 Rp. 500 / Bulan

Luas bangunan 71 s/d 300 m2 Rp. 1.000 / bulan

Luas bangunan > 300 m2 Rp. 1.500 / bulan

b. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah

perdagangan antara lain pasar, pertokoan, rumah makan, kedai minuman dan

kios (berdasarkan volume sampah) :

Kecil < 0,51 m3/hari Rp. 1.000 / bulan

Sedang 0,51 s/d 0,75 m3/hari Rp. 2.000 / bulan

Besar > 0,75 m3 / hari Rp. 3.000 / bulan.

c. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah industri,

antara lain : rumah sakit, hotel, pabrik (berdasarkan volume sampah) :

Kecil < 0,51 m3/hari Rp. 3.000 / bulan

Sedang 0,51 s/d 0,75 m3/hari Rp. 7.000 / bulan

(35)

7.3.11 Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan

Kelembagaan pengelolaan sampah saat ini belum ada yang dibentuk

khusus, yang ada hanya pelaksana kegiatan pengelola persampahan terdiri dari :

Pimpinan Pelaksana 1 orang

Pembantu Pelaksana 3 orang.

Petugas pada truk pengangkut 12 orang.

Petugas di TPA 2 orang.

Petugas penyapu jalan dengan becak 4 orang.

Pelaksana Pekerjaan tersebut diatas bertugas berdasarkan surat Perintah

pelakasanaan Pekerjaan (SPPP) dari Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan

Peningkatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor Bagian Umum

Kantor Bupati. SPPP ini dibuat setiap tahun anggaran.

Petugas tersebut diatas melaksanakan pengumpulan di jalan dan

pengangkutan ke TPA. Saat ini belum ada petugas pada sumber sampah.

Gambar 7.7 Struktur Organisasi Bagian Umum Kabupaten Sijunjung

BUPATI

Sekretaris

Asisten I

Bagian Umum

Tugas tambahan Pelaksana Pemeliharaan Taman dan

(36)

7.3.12 Aspek Peraturan Perundang-undangan.

Peraturan yang berkaitan dengan persampahan yang ada di kabupaten

Sijunjung saat ini adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung No.

22 Tahun 1998 tentang Retribusi sampah.

7.3.13 Permasalahan yang dihadapi.

7.3.13.1 Sasaran Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan sampah.

Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Sampah adalah

terwujudnya lingkungan yang bersih dan nyaman. Agar pengelolaan sampah dapat

berjalan benar dan baik, beberapa pertimbangan harus diperhatikan, yaitu :

Perkiraan volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Sijunjung tahun 2022 adalah 250,08 m3/hari.

Tabel 7.4 Proyeksi Timbulan dan Volume Sampah Di daerah Layanan (2008 – 2022)

Tahun Jumlah

2008 104590 1.50 57263.21 156.89

2009 107170 1.50 58675.61 160.76

2010 109813 1.50 60122.84 167.72

2011 112522 1.50 61605.76 168.78

2012 115297 1.50 63125.26 172.95

2013 118141 1.60 68997.40 189.03

2014 121055 1.60 70696.14 193.69

2015 124041 1.60 72439.85 198.47

2016 127100 1.60 74226.58 203.36

2017 130235 1.60 76057.37 208.38

2018 133447 1.70 82807.16 226.86

2019 136739 1.70 84846.52 232.46

2020 140112 1.70 86939.25 238.19

2021 143567 1.70 89083.60 247.06

2022 147109 1.70 91280.84 250.08

(*) Standar DPU Timbulan Sampah untuk Kota Kecil

Proses pengelolaan sampah, yaitu dimulai dari produksi sampah sampai

(37)

dihasilkan, sedapat mungkin dikurangi penumpahan-penumpahan selama

pengangkutan dari sumbernya ke lokasi pembuangan akhir.

Agar sistim pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik, terutama dari segi pengangkutannya, dibutuhkan beberapa fasilitas penunjang pengelolaan

sampah, yaitu sebagai berikut :

o Alat pengangkut mulai dari sumber penghasil sampah hingga ke lokasi

penampungan akhir, seperti gerobak sampah dan truk-truk sampah.

o Peralatan mekanis untuk di lokasi penampungan akhir, seperti

hidraulic excavator, dump truck dan wheel loader.

o Tersedianya lokasi-lokasi penampungan sementara didalam kota dan

lokasi penampungan akhir di pinggiran kota yang cukup luas.

Dimasa yang akan datang Kabupaten Sijunjung akan memperluas

daerah layanan persampahan, tidak hanya Kecamatan Sijunjung tetapi termasuk

juga empat kecamatan sekitar, yaitu kecamatan IV Nagari, Lubuk Tarok, Kupitan

dan Koto VII.

Cakupan daerah layanan yang direncanakan dpat dihitung, yaitu

membandingkan jumlah penduduk total Kabupaten Sijunjung dengan jumlah

penduduk 5 kecamatan yang dilayani, kemudian dikalikan dengan 100%. Lebih

jelasnya dapat dilihat persamaan berikut:

Juml. penduduk total Kab.Sijunjung (2007) = 199.878 jiwa

Juml. penduduk 5 kecamatan yang dilayani (2007) = 102.028 jiwa

Cakupan pelayanan = x100%

Sijunjung

Tingkat pelayanan sampah untuk cakupan daerah layanan tersebut akan

ditingkatkan secara bertahap yaitu:

5 tahun pertama = 50 %

5 tahun kedua = 75 %

(38)

7.3.13.2 Rumusan masalah.

Terdapat beberapa permasalahan yang ada pada sistem pengelolaan

persampahan kabupaten Sijunjung, antara lain :

Badan pengelola yang ada belum memenuhi standar yang ada, saat ini

pengelolaan persampahan merupakan tugas tambahan dari bagian Umum

kantor Bupati.

Pelayanan persampahan saat ini baru wilayah kecamatan sijunjung dan tingkat pelayanan untuk permukiman saat ini sangat kecil sekali yang baru mencapai

2,64%dari jumlah penduduk.

TPS yang ada tidak berfungsi dengan baik.

Sebelumnya di Kabupaten Sijunjung pernah ada sistem pengangkutan dengan Arm Roll truck, karena keterbatasan anggaran sehingga pengangkutan

container jarang dilakukan menyebabkan volume sampah melebihi kapasitas

sehingga container tersebut rusak, selain itu karena penempatan landasan

container belum memenuhi kriteria yang berlaku sehingga timbul komplain

dari masyarakat.

TPA yang ada saat ini masih sistem open dumping, sementara

Uundang-undang No. 18 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa Pemerintah kabupaten

sudah harus menutup TPA Open Dumping tahun 2010 dan sudah membangun

TPA Baru palin lambat tahun 2017.

Kawasan di sekitar lokasi TPA yang ada saat ini di Muaro Batuk cenderung tumbuh dan berkembang menjadi kawasan permukiman. Karena itu perlu

dilakukan upaya pemindahan lokasi TPA ke daerah yang relatif lambat

(39)
(40)

7.3.14 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi

7.3.14.1 Analisa Permasalahan.

Agar pelayanan persampahan lebih optimal, sebaiknya badan pengelola

persampahan merupakan Eselon III, dan ada pemisahan antara operator dan

regulator bidang persampahan. Untuk regulator persampahan sebaiknya adalah

Kantor Lingkungan Hidup, Penanaman Modal dan penyuluhan terpadu.

Sedangkan operator bisa disesuaikan pada Dinas lain yang tugas pokok dan

fungsinya sesuai.

Rendahnya pelayanan persampahan diakibatkan oleh rendahnya

kemampuan Pemerintah dalam menganggarkan biaya. Hal ini juga terkait dengan

hasil dari retribusi sampah dan kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi.

Penempatan TPS dan Landasan container tidak optimal disebabkan

karena penempatan TPS tersebut belum memenuhi kriteria yang berlaku sehingga

timbul komplain dari masyarakat.

7.3.14.2 Alternatif Pemecahan masalah.

Untuk pengelolaan sampah sebaiknya dilakukan oleh Minimal ada

Kantor Kebersihan atau minimal Bidang pada Dinas Teknis misal dimasukkan

pada Dinas Pekerjaan Umum.

Pemerintah Kabupaten Sijunjung harus berupaya menaikkan anggaran

untuk pengelolaan sampah, selain itu juga agar dilakukan perubahan struktur tarif

pelayanan persampahan yang ada disesuaikan dengan kondisi sekarang.

Pemerintah Kabupaten Sijunjung sudah harus membangun TPA seperti

yang diamanatkan oleh Undang-undang No 18 Tahun 2008, dan membentuk

pengelola yang sesuai seperti usulan diatas. Bentuk stuktur pengelola bisa seperti

dibawah ini.

(41)

7.3.15 Sistem Pengelolaan Persampahan yang diusulkan

7.3.15.1 Kebutuhan Pengembangan

Kabupaten Sijunjung untuk lima tahun kedepan memprogramkan untuk

meningkatkan cakupan pelayanan dari hanya satu kecamatan menjadi 5

kecamatan, dengan tingkat pelayanan 60 s/d 80 %dari jumlah penduduk.

Kabupaten sijunjung juga merencanakan peningkatan status TPA yang

ada dari open dumping menjadiControl Lanfill. Persiapan tersebut sudah dimulai

sejak tahun 2008. dengan melaksanakan :

Studi Kelayakan pada tahun 2008

UKL / UPL pada tahun 2008

DED pada tahun 2008 / 2009

7.3.15.2 Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan

Usulan dan prioritas program pengelolaan persampahan di Kabupaten

Sijunjung adalah sebagai berikut :

1. Program Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

a. Infrastruktur Stasiun Antara dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

2. Program Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R

a. Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R

7.3.RENCANA INVESTASI SUB BIDANG DRAINASE.

Kepala Seksi TPA - Operator

Gambar

Gambar 7.1. Kondisi Jalan dan Drainase Lingkungan Permukiman
Gambar 7.2. Kondisi Jalan dan Drainase Kawasan Permukiman Kumuh
Table 7.1.Kawasan Perumahan RSH yang dibangun oleh pengembang
Gambar 7.3. Kondisi Jalan dan Drainase Kawasan Permukiman RSH(Perumahan Sari Ipuh Permai – Muaro)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada perhitungan nilai indeks keanekaragaman per stasiun didapatkan hasil bahwa stasiun dengan nilai indeks keanekragaman makrozoobentos paling tinggi adalah stasiun 2 yang

Dari uraian yang telah di kemukakan pada latar belakang, maka dapat disusun suatu rumusan masalah yaitu, bagaimana membuat iklan videotron sebagai media promosi

Peneliti melarutkan kedua produk kulit buah manggis dengan perbandingan etanol 96% dan air 1:1 yaitu dengan menimbang 0,2 g kulit buah manggis kemudian

2) Pelatihan-pelatihan teknis PB terinstitusionalisasi pada propinsi sasaran dan tingkat nasional. Kerjasama dengan Mercy Corp Indonesia dengan BPBD Provinsi Jawa

Ia bisa melayani masyarakat dengan semaksimal mungkin, karena ikhlas maka ia akan menikmati dan bahagia dalam tupoksinya sebagai pelindung dan pelayan masyarakat,” jelas

Hasil penelitian pelaksanaan dan hasil belajar kegiatan ekstrakurikuler batik siswa sekolah dasar di Kecamatan Kaliwungu Kudus termasuk dalam kriteria baik dengan

Kolom pracetak adalah kolom yang menggunakan beton bertulang yang dibuat atau dicetak di pabrik atau di tempat lain dan jadi sebelum dipasang. Alasan menggunakan kolom