• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecenderungan perilaku seksual negatif pada siswa kelas XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya pada penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkat kecenderungan perilaku seksual negatif pada siswa kelas XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya pada penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL NEGATIF PADA SISWA KELAS XI IPS SMAK MATER DEI PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Oleh : Benediktus Tommy Wirawan 101114013. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL NEGATIF PADA SISWA KELAS XI IPS SMAK MATER DEI PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Oleh : Benediktus Tommy Wirawan 101114013. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini ku persembahkan bagi:.  Seluruh keluarga besar SMAK Mater Dei Probolinggo dan Siswa-siswi Kelas XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo yang telah membantu penelitian untuk menjadi subjek penelitian ini.  Kedua orang tuaku, serta adik saya yang telah mendoakan dan medukung penelitian ini dalam segala hal..  Dosen Pembimbing Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd yang sangat berjasa membantu peneliti dalam penelitian ini..  Orang yang aku kasihi yaitu pacar saya Yosephine Kunny Kurhentanti yang tak pernah berhenti menyemangati saya untuk terus maju sampai akhir..  Sahabat saya Yasinta, Nova, Rocky, Ricky, Anang, Arip, Yudi, teman-teman Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2010, dan semuanya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.. iv.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan”. “Cara terbaik untuk keluar dari suatu persoalan adalah memecahkannya”. “ Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini. v.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 6 Febuari 2015 Penulis,. Benediktus Tommy Wirawan. vi.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Nama. :. Benediktus Tommy Wirawan. NIM. :. 101114013. Demi perkembangan ilmu pengetahuanm saya memberikan kepada perpustakaan Universitas sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul :. TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL NEGATIF SISWA KELAS XI IPS SMAK MATER DEI PROBOLINGGOTAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL,. beserta perangkat yang diperlukan (bila. ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan publikasi di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal : 6 febuari 2015 Yang menyatakan,. Benediktus Tommy Wirawan. vii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK. TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL YANG NEGATIF SISWA KELAS XI IPS SMAK MATER DEI PROBOLINGGOTAHUN AJARAN 2014/2015 DAN IMPLIKASINYA PADA PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL. Benediktus Tommy Wirawan Universitas Sanata Dharma 2015 Penelitian deskriptif kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecenderungan perilaku seksual yang negatif pada siswa kelas XI SMAK Mater Dei Probolinggo tahun ajaran 2014/2015, serta mengidentifikasi item-item instrumen perilaku seksual negatif yang tinggi, sebagai dasar menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo yang berjumlah 60 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Perilaku Seksual yang Negatif. Nilai koefisien realibilitas instrumen sebesar 0,97, dengan 48 pernyataan. Analisis data yang digunakan adalah kategorisasi jenjang ordinal dengan 5 kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 57 siswa (95%) yang memiliki kecenderungan perilaku seksual negatif pada kategori sangat rendah, terdapat 1 siswa (1,66%) yang memiliki kecenderungan perilaku seksual negatif kategori rendah, terdapat 1 siswa (1,67%) yang memiliki kecenderungan perilaku seksual negatif pada kategori sedang terdapat 1 siswa (1,67%) yang memiliki kecenderungan perilaku seksual yang negatif pada kategori tinggi, tidak terdapat siswa (0%) yang memiliki kecenderungan perilaku seksual negatif dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengusulkan topiktopik bimbingan pribadi-sosial pada siswa XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo Tahun Ajaran 2014/2015.. viii.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT. TRENDS OF NEGATIVE SEXUAL BEHAVIOR OF THE NEGATIVE CLASS XI IPS SMAK MATER DEI PROBOLINGGO ACADEMIC YEAR 2014/2015 ACADEMIC AND IT’S AND IMPLICATIONS ON THE PROPOSED TOPIC ON PERSONAL-SOCIAL CONSELING. Benediktus Tommy Wirawan University Sanata Dharma 2015. This quantitative descriptive study aims to determine the level of the trend of negative sexual behavior in class XI SMAK Mater Dei Probolinggo academic year 2014/2015, as well as to identify the items of the to measure high negative sexual behavior, as a basis for preparing the proposed topics of personal-social counseling . The subjects were go students of class XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo. The research instrument used was the Negative Sexual Behavior Questionnaire.The instrument reliability coefficient value was 0.97, with 48 statements. Analysis of the data used was the ordinal level categorization with five categories: very high, high, medium, low and very low. The results showed that 57 students (95%) have a tendency to negative sexual behavior at a very low category, 1 student (1.66%) had a tendency for lower the category of negative sexual behavior, 1 student (1.67%) had a tendency to negative sexual behavior in the category, 1 student (1.67%), had a negative tendency of sexual behavior in the high category, and none (0%) had a tendency to negative sexual behavior in very high category. Based on these results, we propose topics of personal-social counseling to students XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo Academic Year 2014/2015.. ix.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi penulis untuk belajar dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah penulis dapatkan selama proses penyelesaian skripsi berlangsung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dan berjalan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi penulis. Oleh karena itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungan selama penyelesaian skripsi. 2. Juster Donal Sinaga, M. Pd sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. 3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd selaku dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang memberikan dukungan dalam bentuk pemberian expert judgment dan bimbingan untuk penyelesaian skripsi ini. 4. Siswa kelas SMAK Mater Dei Probolinggo yang telah bersedia menjadi subyek penelitian ini. 5. Kedua orang tuaku Thomas Siswanto dan Endang Srisupadmi telah memberi dukungan baik, doa, semangat dan materi demi terselesainya skripsi ini. x.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. Pacar saya Yosephine Kunny Kurhentanti yang telah memberi dukungan, waktu, tenaga, cinta dan doa demi terselesaikannya skripsi ini. 7. Teman-teman BK seperjuangan yang membantu (Ria, Rindy, Elista, Ristin, Elista, Gilang, dan Icha) yang telah membantu memberikan pengarahan agar skripsi menjadi lebih baik. 8. Sahabat saya dari kecil (Yasinta, Eva, dan Nova), yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat satu kontrakan (Rocky, Ricky, Anang, Yudi, dan Arip) yang telah memberikan dukungan berupa waktu dan tenaga untuk membantu penyelesaian skripsi ini.. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya bagi bidang bimbingan dan konseling.. Yogyakarta,. Benediktus Tommy Wirawan. xi.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii. HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ..................................................... vii. ABSTRAK .................................................................................................. viii. ABSTRACT ................................................................................................ ix. KATA PENGANTAR ................................................................................. x. DAFTAR ISI ............................................................................................... xii. DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv. DAFTAR GRAFIK....................................................................................... xvi. DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii. BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1. A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1. B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7. C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7. D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8. E. Definisi Operasional ........................................................................... 9. BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 11. xii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. A. Perilaku Seksual ................................................................................. 11. 1. Pengertian Perilaku Seksual ............................................................ 11. 2. Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual ..................................................... 12. 3. Norma-Norma Sosial yang berlaku di masyarakat .............................. 14. 4. Perilaku Seksual yang Sehat ................................................................. 15. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual…………….. .. 15. 6. Perilaku Seksual yang Menyimpang .................................................... 16. B. Remaja ............................................................................................... 23. 1. Pengertian dan Batasan Remaja ....................................................... 23. 2. Perkembangan pada Masa Remaja…………………………………. 26. 3. Masalah Perilaku Seksual Negatif pada Remaja ............................... 30. 4. Pemahaman Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin ..................... 31. C. Bimbingan Pribadi-Sosial ................................................................... 33. 1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial .............................................. 33. 2. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial .......................... 33. 3. Tujuan Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial ..................................... 34. BAB III: METODE PENELITIAN .............................................................. 36. A. Jenis Penelitian ................................................................................... 36. B. Tempat dan Waktu …………………………………………………….. 36. C. Subyek Penelitian .............................................................................. 36. D. Variabel Penelitian ............................................................................. 37. E. Tekhnik Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 37. F. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .................................................... 39. xiii.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Validitas ......................................................................................... 39. 2. Reliabilitas ...................................................................................... 41. G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 43. 1. Penentukan Skor pada Item Kuesioner ............................................ 43. 2. Kategorisasi .................................................................................... 43. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 47. A. Hasil Penelitian ................................................................................... 47. B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 52. C. Usulan Topik-topik Bimbingan berdasarkan Item-item dalam kuesioner yang teridentifikasi cukup tinggi ......................................................... 54. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 56. A. Kesimpulan ........................................................................................ 56. B. Keterbatasan ........................................................................................... 56. C. Saran-saran ......................................................................................... 57. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 60. LAMPIRAN. xiv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1: Subjek Penelitian ............................................................................ 37. Tabel 2: Norma Skoring ............................................................................. 38. Tabel 3: Kisi-kisi Perilaku Seksual yang Negatif........................................... 39. Tabel 4: Rincian Item Valid pada Kuesioner ................................................. 41. Tabel 5: Kriteria Guilford ............................................................................ 42. Tabel 6: Norma Kategorisasi ........................................................................ 44. Tabel 7: Hasil Analisis Data Skor Tingkat Kecenderungan Perilaku Seksual Siswa yang Negatif ......................................................................... 45. Tabel 8: Norma Kategorisasi ........................................................................ 46. Tabel 9: Kategorisasi Tingkat Kecenderungan Perilaku Seksual yang Negatif Siswa XI IPS SMAK Mater Dei ..................................................... 47. Tabel 10: Jumlah Analisis Aspek Dari Perilaku Seksual yang Negatif Tinggi ................................................................................. 49. Tabel 11: Hasil Analisis Skor Item Pengukuran Tingkat Kecenderungan Perilaku Seksual yang Negatif........................................................... 50. Tabel 12: Item-item Peryataan yang Tergolong Cukup tinggi ....................... 52. Tabel 13: Usulan Topik-topik Bimbingan berdasarkan Item-item dalam kuesioner yang teridentifikasi cukup tinggi yang dapat digunakan sebagai Topik- topik bimbingan……………………………………. xv. 55.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GRAFIK. Grafik 1 : Tingkat Kecenderungan Perilaku Seksual yang Negatif Pada Siswa XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo ....................... 48. Grafik 2 : Analisis Bentuk Perilaku Seksual ................................................. 50. Grafik 3 : Hasil Analisis Skor Item Pengukuran Tingkat Kecenderungan Perilaku Seksual yang Negatif ..................................................... xvi. 51.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1:. Kuesioner Penelitian ............................................................. 63. Lampiran 2:. Data Uji Coba Terpakai ........................................................ 69. Lampiran 3:. Data Perhitungan Taraf Reliabilitas ....................................... 77. Lampiran 4:. Data Hasil Perhitungan Validitas .......................................... 78. Lampiran 5:. Satuan Pelayanan Bimbingan ................................................ 83. Lampiran 6:. Hasil Kerja Kuesioner Siswa ................................................... 85. Lampiran 7:. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 91. Lampiran 8:. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di SMAK Mater Dei Probolinggo......................................................................... xvii. 92.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel. A. Latar Belakang Masalah Era modernisasi merupakan suatu era kemajuan teknologi yang dinantinantikan oleh sebagian besar masyarakat. Pada era inilah ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat dan tidak hanya mempengaruhi perkembangan teknologi saja, namun juga berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. Sebagai contoh, pengaruh terhadap pergaulan individu dengan lawan jenisnya mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Jika pada masa dahulu dikenal adanya batasan dalam pergaulan antara pemuda dan pemudi yang belum menikah dengan lawan jenisnya, namun hal itu terjadi sebaliknya pada masa kini. Saat ini pergaulan antara pemuda dan pemudi berjalan semakin bebas. Para siswa kelas XI SMA berusia antara 15 tahun sampai 16 tahun. Mereka berada dalam keadaan mencari dan menemukan jati diri termasuk diri sebagai laki-laki dan perempuan. Pemberian informasi mengenai seks dan perilaku seksual menjadi penting mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif sehingga perubahan pada dorongan seksual akan berpengaruh pada perilaku mereka. Perubahan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual (testosteron untuk laki1.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. laki dan progesteron serta estrogen untuk perempuan). Hormon-hormon inilah yang menumbuhkan dorongan seksual. Menurut Sarwono (1989: 137) perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual dan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku, contohnya berfantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pipi, berpelukan, dan berseranjang. Menyalurkan dorongan seksual nampak pula pada perilaku untuk menarik perhatian lawan jenis, misalnya berdandan, melirik, merayu, menggoda, dan sebagainya. Perilaku seksual siswa mengalami perkembangan dan merupakan hasil dari interaksi siswa dengan siswa lain dan para guru. Fenomena pergaulan bebas di kalangan remaja di Indonesia sendiri bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk di bicarakan. Gejala inilah yang kemudian dikaitkan oleh banyak orang sebagai sebuah kemerosotan moral generasi muda saat ini. Fenomena pergaulan bebas remaja tersebut tentunya tidak akan pernah lepas dan selalu di indentikkan dengan perilaku seksual remaja. Namun dalam perjalanannya, perilaku seksual yang memang merupakan bagian dalam tahap perkembangan remaja tersebut mengalami banyak perubahan yang radikal bahkan menyimpang dalam aktualisasinya (Hurlock, 1999). Pergaulan bebas remaja seperti itulah yang kemudian hari memunculkan adanya suatu perilaku yang menyimpang dari semestinya. Salah satu contohnya adalah fenomena hubungan seks sebelum menikah di kalangan para remaja. Banyak remaja pada masa kini yang sudah melakukan hubungan seks pra nikah,.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. entah itu dengan pacarnya atau temannya bahkan ada juga yang melakukannya dengan pekerja seks komersial (PSK). Secara ekonomi para remaja tersebut masih menjadi tanggungan orang tua dan belum berpenghasilan sendiri karena belum bekerja, terlepas apakah mereka masih bersekolah atau tidak. Perilaku seksual yang terjadi pada remaja merupakan topik yang menarik untuk diteliti karena di Indonesia sendiri telah diketahui bahwa resiko dari perilaku seksual telah semakin mengkhawatirkan. Hal ini terbukti dari hasil Penelitian Pratiwi (2001) yang berjudul “Hubungan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan konformitas terhadap teman sebaya pada remaja madya” yang menyebutkan bahwa setiap harinya 100 remaja Indonesia telah melakukan aborsi. Ini berarti setiap tahun ada 36 ribu janin dibunuh. Penelitian Sarwono (2001) mengenai kasus siswa-siswi kelas II SLTA di Jakarta dan Banjarmasin menyebutkan bahwa 93% remaja pernah berpegangan tangan dengan pacarnya. Jumlah yang pernah berciuman adalah 61.8% untuk remaja laki-laki dan 39.4% untuk remaja perempuan. Remaja yang pernah meraba payudara pasangannya tercatat 2.32% untuk remaja laki-laki dan 6.7% untuk remaja perempuan. Selain itu, terdapat 7.1% remaja laki-laki dan 1.0% remaja perempuan yang pernah memegang alat kelamin pasangannya. Terahkir, diketahui bahwa 2.0% dari remaja laki-laki tersebut sudah berhubungan seksual. Menurut Boyke (Risnawati, 2002), sebanyak 16-20% remaja di Jakarta telah melakukan hubungan seks pra nikah dan presentase tersebut cenderung meningkat sekitar 5-10% pada awal tahun 1980-an. Akibat perilaku yang tidak.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. semestinya. 4. tersebut, akibatnya banyak terjadi kasus kehamilan sebelum. menikah kendati kedua insan tersebut masih duduk di bangku sekolah. Tidak jarang di antara mereka yang karena secara jasmani dan rohani belum siap untuk memiliki anak serta takut ketahuan orang tuanya, memilih jalan pintas dengan cara melakukan aborsi. Tidak sedikit pula orang tua yang anak gadisnya hamil sebelum menikah, karena merasa malu untuk menanggung aib justru memilih untuk melakukan aborsi. Hasil penelitian menunjukkan dalam satu tahun satu juta perempuan di Indonesia melakukan aborsi dan 50% diantaranya berstatus belum menikah serta 10-15% diantaranya masih berusia remaja (Kompas, 2002). Dari aspek medis, Menurut Budi Martino Lumonan, (Iriany, 2005) menuturkan seks bebas memiliki banyak konsekuensi misalkan penyakit menular seksual (PMS). Di sisi lain, seks bebas juga dapat mengakibatkan infeksi, infertilitas dan kanker. Banyak media-media informasi baik media cetak maupun media elektronik yang juga menyajikan tayangan-tayangan yang dapat meningkatkan dorongan seksual pada remaja. Mulai dari gambar-gambar porno, bacaan yang bertemakan seksualitas, film-film, dan termasuk iklan bila dipersepsikan secara negatif dapat menimbulkan adanya dorongan seksual. Dorongan seksual inilah yang pada akhirnya akan memunculkan adanya perilaku seksual yang tidak diharapkan. Fenomena perilaku seksual yang tidak diharapkan ini sepatutnya mendapat perhatian dan menjadi permasalahan sosial bersama. Perubahan yang.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. radikal dalam perilaku seksual remaja menujukkan adanya pergeseran moral serta nilai-nilai normatif pada perkembangan dan kemajuan di masa kini. Inilah sebagaian dampak dari era kemajuan teknologi sebagai perwujudan dari dominasi globalisasi yang kemudian merubah paradigma berpikir manusia. Masalah seks bebas terkait dengan nilai-nilai normatif. Pada dasarnya remaja putri lebih sering menjadi korban yang harus menanggung akibat-akibat negatif dari dampak perilaku seksualnya. Remaja putri yang cenderung menganggap keperawanan itu tidak penting akan cenderung memiliki perilaku seksual yang tinggi. Remaja putri yang menganggap keperawanan itu sebagai hal mutlak akan berusaha mempertahankan keperawanannya sehingga perilaku seksualnya cenderung rendah. Menurut Santrock (2002), kematangan fisik yang lebih awal pada anak perempuan meningkatkan kerentanan remaja putri atas sejumlah masalah. Remaja putri yang lebih cepat matang mengalami perubahan pada masa akhir masa remaja cenderung menguntungkan karena remaja tersebut memiliki tubuh dan kecantikan yang lebih ideal. Perubahan tersebut mengundang respon dari remaja laki-laki yang mengarah pada berkencan lebih dini dan pengalamanpengalaman seksual lebih awal. Pada tanggal 3 Juli 2014, peneliti mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai salah satu guru BK di SMAK Mater Dei Probolinggo. Menurut guru BK di SMAK Mater Dei Probolinggo ada berbagai kendala yang membuat.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. siswa-siswi kurang memahami perilaku seksual yang sehat, beberapa kendala tersebut meliputi: (1). Para orang tua murid kebanyakan kurang mampu memberikan pemahaman akan perilaku seksual yang baik dan benar kepada anak. Para orang tua murid hanya memenuhi kebutuhan anak saja tanpa mendampingi dan memantau perkembanagan anak; (2). Pengaruh lingkungan sekitar, Murid-murid di sekolah SMAK Mater Dei terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang negatif. Contohnya cara berpakaian¸cara berpacaran, merokok, minum-minuman berakohol dan lainlain; (3). Pengaruh gadget. Sebagian besar siswa-siswi menjadikan gadget untuk mengakses situs internet yang negatif misalnya: mendownload video porno dan melihat gambar-gambar orang telanjang. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa siswi di SMAK Mater Dei Probolinggo, kurang memahami akan pentingnya pemahaman perilaku seksual yang sehat. Kurangnya pemahaman perilaku seksual yang sehat akan berdampak buruk pada setiap individu dalam proses perkembangan remaja. Misalnya: perilaku seksual dalam berpacaran, cara. berpakaian, cara. bersosialisasi dengan orang lain kurang baik, dan sebagainya. Peneliti akan melakukan penelitian diskripsi untuk melihat bagaimana tingkat kecenderungan perilaku seksual yang negatif siswa kelas XI SMAK.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. Mater Dei Probolinggo tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya pada penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa tinggi tingkat kecenderungan perilaku seksual negatif pada siswa kelas XI SMAK Mater Dei Probolinggo Tahun Ajaran 2014/2015 pada setiap bentuk perilaku seksual? 2. Item Instrumen Perilaku Seksual Negatif mana saja yang teridentifikasi skornya tinggi untuk dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui tingkat kecenderungan perilaku seksual yang negatif pada siswa kelas XI SMAK Mater Dei Probolinggo tahun ajaran 2014/2015 pada setiap bentuk perilaku seksual. 2. Mengidentifikasi skor item kuesioner kecenderungan perilaku seksual negatif yang tinggi sebagai dasar menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadisosial..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini dapat diambil dua manfaat utama, yaitu 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan. dan. kekayaan pengetahuan konseptual yang berkaitan dengan kecenderungan perilaku seksual siswa dan topik-topik bimbingan pribadi-sosial. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan dan pengembangan program bimbingan dan konseling tentang tingkat kecenderungan perilaku seksual yang negatif pada siswa dan implikasinya pada penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial. b. Bagi Konselor Diharapkan masukan peneliti dapat menjadi acuan untuk melihat bagaimana persoalan remaja khususnya yang berhubungan dengan tingkat kecenderungan perilaku seksual yang negatif pada siswa dan implikasinya pada penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial sehingga dapat meningkatkan bahan-bahan atau materi pelayanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa,baik secara pribadi maupun kelompok. c. Bagi Siswa.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. Diharapkan dengan adanya program bimbingan dan konseling mengenai perilaku seksual siswa di sekolah, siswa lebih terbuka membicarakan atau berdiskusi hal-hal. yang berkaitan dengan. perilaku seksual dan. memperoleh perluasan wawasan sehingga dapat mengembangkan sikap positif serta bertanggung jawab terhadap perilaku seksualnya. d.. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai media belajar dalam proses penulisan karya ilmiah serta mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama ini baik dari aspek akademik maupun non akademik.. e.. Bagi peneliti lain Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lanjut untuk melaksanakan penelitian dengan topik yang sama, agar memberikan kontribusi bagi pelaksanaan program bimbingan seksualitas di sekolah khususnya perilaku seksual siswa.. E. Definisi Operasional 1. Kecenderungan individu adalah keinginan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu yang melibatkan aspek-aspek yang ada pada dirinya..

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. 2. Perilaku seksual negatif dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu: a. Perilaku seksual negatif secara etimologi adalah tanggapan atau reaksi individu. terhadap. rangsangan. atau. lingkungan. yang. kurang. baik/menyimpang dari ukuran umum. b. Perilaku seksual negatif secara terminologis adalah tingkah laku individu yang tidak sesuai norma-norma yang dibuat dalam lingkungan atau masyarakat tersebut. 3. Kecenderungan perilaku seksual negatif yaitu keinginan individu untuk bereaksi terhadap tingkah laku individu yang tidak sesuai norma-norma yang dibuat dalam lingkungan atau masyarakat tersebut. 4. Remaja merupakan suatu individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual. 5. Bimbingan pribadi dan sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial)..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan landasan teori antara lain pengertian perilaku seksual, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. A. Perilaku Seksual Masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan, hal ini karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang melekat pada diri manusia (Mu”tadin, 2002). Perilaku seksual identik dengan aktivitas seksual sebagai kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan secara seksual melalui berbagai perilaku. Kesadaran terhadap seksualitas ini merupakan aspek penting dalam mengidentifikasi pandangan terhadap diri sendiri dan relasi dengan orang lain (Papalia, Olds dan Feldman, 2005). 1. Pengertian Perilaku Seksual Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan individu secara langsung maupun tidak langsung dapat diobservasi, bersifat sederhana atau kompleks dan timbul akibat adanya stimulus (Retiyayu, 2003). Menurut Dariyo (2004) dalam realitas kehidupan ada banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseorang seperti lingkungan sosial, situasi atau kesempatan. Retiyayu (2003) menyatakan seksualitas adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan individu akan keturunan, peryataan cinta dan kesenangan yang terjadi akibat adanya perbedaan jenis kelamin atau. 11.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. sesama jenis. Seksualitas meliputi karakteristik fisik dan kapasitas untuk berperilaku seks yang dipadukan dengan proses belajar psikososial (nilai, sikap, dan norma) sehubungan dengan perilaku-perilaku tersebut (Dwiardiani, 2004). Sarwono (1994) mendefinisikan perilaku seksual sebagai tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Menurut Kinsey (Dwiardiani, 2003) perilaku seksual mencakup segala bentuk ekspresi seksual yang dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual baik secara biologis maupun psikologis. Perilaku seksualitas merupakan manifestasi dari dorongan seksual, baik kepada lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku seksual adalah segala bentuk ekspresi tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik kepada lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diamati secara langsung maupun tidak untuk mencapai kepuasan seksual. 2. Bentuk-bentuk perilaku seksual Menurut Mu’tadin (Dessy Liana 2007: 18-19) bentuk-bentuk perilaku seksual berdasarkan tahapannya dibedakan sebagai berikut. a. Bersentuhan Perilaku ini bertujuan memberikan rangsangan dalam mendapat kesenangan seksual. Pada umumnya bila bersentuhan maka akan.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. muncul getaran getaran yang romantic atau perasaan-perasaan yang nyaman. Bersentuhan meliputi: 1) Memegang bagian tubuh, 2) Merangkul, 3) Memeluk. b. Mencium Mencium merupakan salah satu bagian dari sentuhan. Mencium adalah simbol afektif dan sifatnya sangat sensual (mencium pipi, mencium bibir dan mencium leher/necking). Menciuman meliputi: 1) Mencium bagian kepala, 2) Mencium bagian badan. c. Bercumbu (Petting) Bercumbu (Petting) merupakan kontak fisik antara laki-laki dan perempuan dalam usaha mendapatkan kesenangan seksual tanpa disertai coitus atau masuknya penis kedalam vagina. Bercumbu (petting) ditandai dengan saling menyetuhkan alat kelamin laki-laki dan perempuan (genital opposition). Bercumbu (petting) meliputi: 1) Petting menggunakan tangan, 2) Petting dengan menggunakan alat kelamin. d. Hubungan seks (intercourse) Hubungan seks merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke kelamin perempuan. Hubungan seksual meliputi: 1). Berhubungan. seks. dengan. menggunakan. a la t. bantu,. 2). Berhubungan seks sebelum menikah, 3) Berganti ganti teman dalam hubungan seksual..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. Kebebasan dalam hidup adalah hak asasi setiap manusia, namun kebebasan tersebut tentu saja merupakan kebebasan yang bertanggung jawab. Untuk mencegah kebebasan tidak terbatas maka terciptalah normanorma yang membatasi kebebasan seseorang agar tidak melanggar nilainilai moral yang berlaku di masyarakat yang berkaitan dengan perilaku seksual negatif. 3. Norma-Norma Sosial yang berlaku di masyarakat berkaitan dengan Perilaku Seksual yang negatif antara lain: a. Norma Agama Peraturan sosial yang sifatnya muthlak sebagaimana penafsirannya dan tidak dapat ditawar tawar atau diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan. b. Norma Kesusilaan Peratuan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan antara mana yang baik dan mana yang dianggap buruk. c. Norma Kesopanan Peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Norma-norma tersebut tentu saja dengan tegas melarang adanya seks bebas yang merusak moral siapapun yang melakukannya..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. 4. Perilaku Seksual yang Sehat Menurut Yudhi (2008), perilaku seksual yang sehat merupakan tujuan dari perkembangan seksualitas remaja. Seks yang sehat secara fisik artinya tidak tertular penyakit, tidak menyebabkan kehamilan sebelum menikah, tidak menyakiti dan tidak merusak kesehatan orang lain. 5. Faktor yang mempengaruhi Perilaku seksual Menurut Eny Kusmiran (2013:34), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual meliputi: a. Perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal dapat menimbulkan perilaku seksual. Siswa kelas XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo tergolong baru memasukki masa remaja, siswa masih beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya, sehingga siswa belum menyadari perilaku seksual yang ada pada dirinya, termasuk perilaku seksual yang sehat atau negatif. b. Kurangnya pengaruh orang tua melalui komunikasi antara orang tua dan remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual. Rata-rata orang tua siswa kelas XI IPS SMAK Mater Dei Probolinggo masih belum mampu menjelaskan dan memberikan pengawasan kepada anak-anaknya mengenai pemahaman perilaku seksual yang negatif, sehingga siswa masih kurang paham akan perilaku seksual yang negatif. c. Pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya. Adanya.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. pengaruh negatif dari teman sebaya, yang mengakibatkan siswa cenderung berperilaku negatif. d. Perspektif akademi, remaja dengan prestasi rendah dan tahap aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di sekolah. Siswa yang kurang pandai dalam bidang akademik, biasanya akan berperilaku negatif termasuk perilaku seksual, dikarenakan kurangnya akan wawasan akan pengetahuan mengenai perilaku seksual yang negatif. 6. Perilaku seksual yang Menyimpang pada Perilaku Seksual Negatif Menurut buku pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (Eny Kusmiran 2013, hal 39-40), perilaku seksual menyimpang terdiri atas empat kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok, antara lain sebagai berikut : a. Gangguan Identitas Jenis. Gambaran utama dari gangguan identitas diri adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi, seseorang yang berkelamin laki-laki merasa dirinya wanita, atau sebaliknya. b. Parafilia. Ciri utama gangguan jiwa parafilia adalah diperlukannya suatu khayalan atau perbuatan seksual yang tidak lazim untuk mendapatkan gairah seksual. Parafilia meliputi:.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. (1). Zoofilia (bestialitas): terdapat perbuatan atau fantasi untuk melakukan aktivitas seksual dengan hewan. (2). Pedofilia: perbuatan atau fantasi untuk melakukan aktivitas dengan anak pubertas. (3). Transvestisme: penggunaan pakaian perempuan oleh laki-laki heteroseksual. untuk. mendapatkan. kegairahan. seksual.. Transvestisme berlaku bagi laki-laki yang bukan transeksual. (4). Eksibisionisme: mempertunjukkan alat kelamin secara tak terduga kepada orang yang tidak dikenalnya. (5). Fetisisme: penggunaan benda (fetis) yang lebih disukai atau sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kepuasan dalam seksual. Benda itu tidak terbatas pada perangkat pakaian perempuan atau perangsang gairah seksual seperti vibrator. (6). Voyeurism: mengintip orang lain telanjang, membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuannya dan tidak ada upaya lanjut untuk melakukan aktivitas seksual dengan orang yang diintip itu. (7). Masokisme seksual: mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipikul, atau penderitaan lainnya. (8). Sadisme seksual: mencapai kepuasan seksual melalui cara-cara menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa berakibat cedera ringan sampai kematian)pada pasangan seksnya..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. (9). Parafilia tidak khas: pencapaian kepuasan melalui cara-cara yang tidak lazim yang belum disebut di atas, misalnya dengan tinju (koprofilia), dengan menggosok (froteurisme), dengan kotoran (misofilia), dengan mayat (nekrofillia), dengan air seni (urofilia), atau dengan bicara kotor melalui telepon (skatologi telepon). Beberapa literatur lain membagi lagi deviasi seksual ini dalam berbagai jenis ditinjau dari penyaluran dorongan seksual, orientasi (sasaran), dorongan seksual, serta tingkat penyimpangan dari keinginan dan kekuatan dorongan seksual. Jika ditinjau dari cara penyaluran dorongan seksualnya, maka terdapat berbagai jenis kelaianan. Jenis kelainan tersebut antara lain: (1). Masokisme Masokisme merupakan kebalikan dari sadisme, dimana seseorang mendapatkan kepuasan seks dengan siksaan fisik atau mental (2). Eksibisionisme Eksibisionisme merupakan suatu bentuk kelainan dimana seseorang mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan genitalnya pada orang lain yang tidak ingin melihatnya. (3). Skoptofilia Skoptofilia merupakan bentuk kelainan dimana seseorang yang memiliki kelainan ini mendapat kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual dan genitalia..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. (4). Voyeurisme Voyeurisme adalah perilaku mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang, maka disebut juga peeping tom karena biasanya dikerjakan secara diam-diam (dengan mengintip). (5). Troilisme atau Triolosme Troilisme merupakan tindakan membagi pasangan seksual dengan orang lain, dimana orang lain tersebut itu menontonnya. (6). Transvestisme Transvestisme adalah mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari jenis kelamin yang berlawanan. (7). Seksualoralisme Seksualoralisme adalah keadaan dimana kepuasan didapatkan dari aplikasi bibir. (8). Sodomi atau seksual analisme Sodomi adalah kelainan dimana seseorang memakai anus untuk kopulasi seksual analisme jarang dilakukan dalam kontak heteroseksual, biasanya hanya untuk pengalaman, tetapi 20% dari homoseksual memakai cara ini. Berikut ini adalah beberapa kelainan jika dilihat dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang. (1). Pedofilia Pedofilia adalah kelainan dimana seorang dewasa mendapatkan kepuasan seks dari berhubungan dengan anak-anak..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. (2). Bestialiti Bestialiti adalah bentuk kelainan dimana seseorang mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang. (3). Zoofilia Ada bermacam-macam jenis zoofilia, misalnya mendapatkan kepuasan seks dengan mengelus-elus binatang, melihat aktivitas seksual dari binatang, atau fetisisme terhadap kulit binatang. (4). Nekrofilia Nekrofilia merupakan kelainan mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, koitus dengan mayat, dan kadang-kadang disusul dengan mutilasi dari mayat tersebut. (5). Pornografi Pornografi adalah tulisan atau gambar yang dibuat khusus untuk merangsang seks. (6). Obseniti (obscenity) Obseniti adalah perkataan-perkataan, gerak-gerik, dan gambargambar yang dianggap tidak sopan atau menjijikkan. (7). Fetisisme Fetisisme merupakan dorongan seksual seseorang yang memiliki kelainan ini terpaku pada suatu substitusi yang dianggap sebagai lambang seks (simbol seks)..

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. (8). Frottage Orang dengan kelainan ini mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi, biasanya tanpa diketahui korbannya. (9). Saliromania Kelainan ini ditemukan pada laki-laki yang mendapatkan kepuasan seks dengan mengganggu atau mengotori badan atau pakaian dari perempuan atau presentasi dari wanita. (10). Gerontoseksuality Gerontoseksuality adalah kelainan pada seorang pemuda yang lebih senang berhubungan seks dengan perempuan yang umurnya sudah lanjut. (11). Incest Incest adalah hubungan seks antara dua orang didalam atau diluar perkawinan, dimana sebetulnya hubungan keluarga sudah dekat sehingga secara legal tidak diizinkan melakukan pernikahan. (12). Mysophilia, coprophilia dan urophili Mysophilia, coprophilia dan urophili merupakan kesenangan pada kotoran, feses, dan urine. (13). Masturbasi Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalianya sendiri secara manual atau genital..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. Jika ditinjau dari tingkat penyimpangan keinginan dan kekuatan dorongan seksual maka ada beberapa jenis kelainan. Bentuk kelainan tersebut adalah sebagai berikut: (1). Nymphomania Nymphomania adalah perempuan dengan keinginan seks yang luar biasa atau yang harus dipenuhi tanpa melihat akibatnya. (2). Satiriasis Satiriasis merupakan bentuk keinginan seks yang luar biasa dari seorang laki-laki. (3). Promiscuity dan prostitusi Promiscuity ialah mengadakan hubungan seks dengan banyak orang (4). Perkosaan Perkosaan berarti mendapatkan hubungan dengan paksaan. c. Disfungsi psikoseksual. Gambaran utama dari disfungsi psikoseksual adalah terdapat hambatan pada selera (minat) seksual atau terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang sedang bergairah seksual. d. Gangguan psikoseksual lainnya. Kasus gangguan seksual pada remaja laki-laki adalah ejakulasi premature atau impotensia. Menurut Skiner (1977), ada dua jenis impotensia, yaitu: impotensia primer (tidak pernah ereksi sama sekali).

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. dan impotensia sekunder (pernah ereksi tetapi setelah beberapa saat ereksi tersebut menghilang). Pada remaja putri, selain libido rendah dan kecemasan yang berkaitan terhadap seks, juga pernah dijumpai antara lain: hambatan orgasme, vaginismus, dan dyspareunia. Namun sebagian besar dari gangguan itu belum bersifat menetap, melainkan situasional. Gangguan seksual seperti Homoseksual, merupakan perilaku seksual dimana seseorang tertarik pada orang berjenis kelamin yang sama atau melakukan hubungan seks dengan yang sejenis.. B. Remaja 1. Pengertian dan Batasan Remaja Menurut Golinko (dalam Rice, 1990), kata remaja berasal dari Bahasa Latin yaitu adolescere yang berarti grow atau to grow maturity. Istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Remaja menjalani tugas mempersiapkan diri untuk dapat hidup dewasa, dalam arti mampu menghadapi masalahmasalah, bertindak dan bertanggung jawab sendiri. Tugas perkembangan pada remaja ini dipusatkan pada upaya untuk menanggulangi sikap dan pola perilaku kekanak-kanakan. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menentukan identitas diri. Pada transisi dari.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. tahap anak-anak ke tahap remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial. Secara etimologi, remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Definisi remaja (Adolescence) menurut organisisasi kesehatan dunia (WHO) (Sarwono, 2005), adalah periode usia 10 sampai 19 tahun. Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi 3 tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Definisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologi, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. Menurut Gunarsa (1995) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Pandapat tersebut senada dengan definisi remaja menurut Dariyo (2004) yang menyatakan bahwa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Pembagian tahapan masa remaja berdasarkan usia semakin hari semakin berkembang maju pada tahapan awal remaja dan bekurang pada tahapan akhir usianya. Berdasrkan usia kronologis, Thornburg (dalam Dariyo, 2004) membagi penggolongan remaja menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (13–14 tahun), remaja tengah (usia 15–17 tahun) dan remaja akhir (18–21). Lebih lanjut Papalia, Olds dan Feldman (2005) menyatakan rentang usia masa remaja adalah 11 tahun sampai dengan 20 tahun. Pendapat tersebut memaparkan bahwa perkembangan remaja menurut Thornburg menjadi dua tahun lebih cepat pada awal masa remaja dan satu tahun berkurang dari usia akhir masa remaja. Berk (2006) membagi masa remaja menjadi tiga fase yakni early adolescene (remaja awal), middle adolescene (remaja tengah) dan late adolescene (remaja akhir). Early adolescene dimulai pada usai 11–12 tahun dan 14 tahun yang ditandai sebagai periode perubahan pubertas yang cepat. Middle adlolescene terjadi pada usia 14 hingga 16 tahun dimana pada masa ini perubahan pubertas mendekati sempurna. Late adolescene pada usia 16.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. sampai 18 tahun merupakan masa dimana remaja tersebut sepenuhnya mencapai penampilan sebagai orang dewasa. Dalam penelitian ini batasan usia digunakan adalah batasan usia menurut Berk (2006) yaitu late adolescene atau remaja yang berusia 16 sampai 18 tahun. 2. Perkembangan pada Masa Remaja Sejak dalam kandungan hingga lahir seorang individu berkembang menjadi anak, remaja dan dewasa. Ini berarti terjadi proses perubahan pada diri setiap individu (Dariyo, 2004). Dalam memandang dampak masa pubertas, dunia seorang remaja meliputi perubahan fisik, kognitif serta perubahan sosial (Santrock, 2002). a. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik remaja berlangsung sangat cepat karena kematangan hormon seks. Menurut Dariyo (2004) perubahan fisik remaja merupakan terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer maupun sekunder yang dipengaruhi oleh kematangan hormone seksual. Pada ahli psikologi perkembangan menyatakan ada dua karakteristik fisik yang dimiliki oleh seorang remaja dalam memasuki masa dewasa yaitu seks primer dan seks sekunder. Yang dimaksud dengan seks primer adalah perubahan-perubahan organ seksual yang berfungsi untuk melakukan proses reproduksi. Sedangkan seks sekunder adalah perubahan atau tanda-tanda identitas seks yang diketahui melalui penampakan fisik akibat kematangan seks primer.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. (Dariyo, 2004). Papalia, Olds dan Felman (2005) mengungkapkan karakteristik perubahan fisik seksual primer dan sekunder pada remaja putra dan putri. Tanda pubertas pada remaja putra diawali dengan berkembangnya testes dan scrotum. Pada remaja putra karakteristik perubahan fisik antara lain pertumbuhan penis, kelenjar prostat, munculnya bulu kemaluan, pertumbuhan badan, ejakulasi pertama dengan mengeluarkan sperma, tumbuh bulu wajah dan bulu ketiak. Karakteristik seks primer pada remaja putri antara lain ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Pertumbuhan seks primer pada remaja putri tidak dapat diamati secara jelas karena pertumbuhan organ-organ seks yang bersifat internal. Perubahan fisik pada remaja putri meliputi pertumbuhan payudara,. pertumbuhan. bulu. kemaluan,. pertumbuhan. badan,. menarche, tumbuhnya bulu ketiak. Disisi lain, karakteristik seks sekunder pada remaja putra dan putri dengan perubahan suara dan tekstur kulit dan perkembangan otot tubuh. Santrock (2002) menyatakan bahwa kematangan fisik yang lebih awal pada anak perempuan meningkatkan kerentanan remaja putri atas sejumlah masalah. Remaja putri yang lebih cepat matang pada akhir masa remaja mengalami perubahan yang cenderung menguntungkan karena remaja tersebut memiliki tubuh dan kecantikan yang lebih ideal. Perubahan tersebut mengundang respon dari remaja laki-laki yang.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. mengarah pada berkencan lebih dini dan pengalaman seksual yang lebih awal. b. Perkembangan Kognitif Setiap individu akan mengalami proses pertumbuhan struktur dan skema mentalnya dari yang bersifat sederhana sampai yang bersifat kompleks. Ini terjadi karena faktor perkembangan yaitu perubahan struktur mentalnya dan faktor belajar yaitu perubahan isi mental (Dariyo, 2004). Menurut Santrock (2004) ciri pemikiran remaja masih bersifat egosentris. Keegoisan remaja nampak bahwa mereka menganggap dirinya sebagai individu yang unik dan berbeda dengan orang lain. Pemikiran mereka semakin abstrak, sistematis, logis dan idealis, lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka. Hal ini merupakan ciri-ciri dari pemikiran operasional formal menurut Jean Piaget yang berlangsung antara usia 11 tahun hingga 15 tahun (Santrock, 2002). Kesempatan kognitif mengembangkan hipotesa terbaik dalam memecahkan masalah dan menarik kesimpulan secara sistematis untuk menentukan pola pemecahan masalah tersebut disebut Piaget sebagai hypothetical-deductive reasoning (Santrock, 2002). c. Perkembangan Sosial Sebagai individu yang berkembang, remaja mulai mengadakan hubungan dengan berbagai tipe individu yang lain. Pergaulannya mulai berkembang luas tidak hanya dengan anggota keluarga dan orang tua.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. tetapi juga dengan teman-teman sebanyanya dan masyarakat disekitarnya (Dariyo, 2004). Mereka berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan dengan maksud untuk menemukan dirinya dan tidak bergantung pada orang lain. Seorang remaja akan berupaya untuk mencari dan membentuk persahabatan dengan teman kelompok sebaya sebagai bentuk pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan sosialnya. Dalam persahabatan tersebut intimacy (kekariban) dan loyality (kesetiaan) merupakan ciri-ciri utama dalam hubungan teman-temannya (Berk, 2006). Remaja putri cenderung membangun kebersamaan dengan teman dan menilai persahabatan sebagai bentuk dukungan emosional dan pengutaraan diri. Keberhasilan remaja dalam menghadapi krisis akan meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya, sehingga remaja tersebut akan mampu mewujudkan jati diri atau identitas dirinya. Berdasarkan pembahasan yang telah diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, kognitif, dan sosial. Perubahan-perubahan tertentu membawa remaja secara sosial dalam upaya mewujudkan identitas diri..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. 3. Masalah-Masalah Perkembangan Perilaku Seksualitas Masalah. pada. remaja. yang. sering. timbul. dalam. proses. perkembangan mengenai perilaku seksualitas meliputi: a. Upaya untuk mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan perilaku dewasa, tidak semua dapat dengan mudah dicapai baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan. b. Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya. c. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk memahami, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menentang norma. Pandangan terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. d. Dalam memasuki kehidupan masyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi banyak masalah, terutama masalah penyesuaan emosional. e. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. f. Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah tersendiri bagi remaja, sedang di pihak remaja.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai. 4. Pemahaman Perilaku Seksual Menurut Jenis Kelamin Menurut Gilarso (2005:4-6) perbedaan pemahaman perilaku seksual menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut: a. Pada Laki-laki Bagi seorang laki-laki dorongan seksual umumnya kuat. Seks dialaminya sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menarik. Gelombang pasang nafsu seksual lelaki umumnya dipengaruhi 2 hal yaitu: (1) Kondisi badan secara keseluruhan dalam kondisi badan yang baik umumnya nafsu seksual juga tinggi; (2) kelelahan dan kekosongan hidup, nafsu seksual adalah salah satu dari nafsu-nafsu yang terdapat dalam diri manusia. Umumnya dorongan-dorongan dari berbagai nafsu atau keinginan yang lain berkurang, nafsu seksual seringkali lebih menonjol. Dalam proses menjadi dewasa, anak laki-laki harus belajar menempatkan dorongan seksualnya secara wajar dalam keseluruhan hidupnya dan mengintegrasikannya dengan daya cinta dan tanggung jawab. Oleh karena itu, laki-laki harus menyadari: (1) bahwa alat kelamin hanya sekedar sebagian dari sekian banyak alat tubuh; (2) bahwa alat tersebut terletak dalam keseimbangan dinamis dengan keseluruhan. tubuh sehingga tidak perlu terlalu diperhatikan atau. diistimewakan; (3) bahwa pengalaman orgasme (perasaan puas pada.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. saat peristiwa ejakulasi) sebenarnya hanya sekedar perasaan puas akibat berkerutnya otot-otot perut, pinggul, dan kaki; (4) terhadap lawan jenis perlu ditanamkan sikap hormat dan pengertian; (5) kepuasan seksual yang sebenarnya bukan peristiwa biologis semata melainkan hanya didapat dengan pengertian, persiapan. dan. penghayatan yang penuh dalam kehidupan sebagai suami istri dimana penyerahan pribadi dapat terjadi secara total dan seks disucikan menjadi ekspresi dan sarana cinta. b. Pada perempuan Irama kehidupan pada umumnya maupun irama kehidupan seksual menjadi nyata bergelombang sepanjang perjalanan proses haid. Menjelang haid dan pada waktu haid kaum perempuan umumnya mengalami gelombang surut dari keseluruhan gairah kehidupannya. Perempuan akan merasa tidak enak badan, pikiran kacau, sulit berkonsentrasi, rasa serba salah, dan sebagainnya. Pada pertengahan siklus gelombang kehidupan perempuan biasanya akan meningkat juga keinginan/nafsu seksualnya. Adanya gelombanggelombang inilah yang menjadi salah satu pendorong mengapa perempuan cenderung ingin hidup tenang, aman, terlindungi, dan tenteram serta memerlukan pengertian, kelembutan dan perlindungan lawan jenis. Bagi perempuan, kepuasan seksual lebih langsung berkaitan erat dengan kehidupan perasaannya. Apabila diukur dengan ukuran laki-.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. laki, nafsu seksual perempuan dikatakan tidak begitu “menggelora” tetapi sebenarnya gairah seksual perempuan sama kuatnya dengan gairah seksual laki-laki. Perempuan dapat mengalami kepuasan seksual dan juga menginginkan sama seperti laki-laki. Tetapi, perempuan tidak begitu mudah atau cepat terangsang gairahnya oleh pendekatan “jasmaniah”. Kata-kata lembut, perhatian, cinta sejati, kesabaran, penghargaan dan kelembutan adalah hal-hal yang dapat membangkitkan gairah pada perempuan dan mempersiapkannya untuk hubungan seks yang memuaskan. Sebaliknya, kata-kata adan perilaku yang kasar akan sangat melukai perasaan perempuan.. C. Bimbingan Pribadi-sosial 1. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial Menurut Winkel dan Hastuti (2004:118), bimbingan pribadi dan sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial). 2. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Menurut Winkel dan Hastuti (2007), terdapat beberapa bentuk dalam layanan bimbingan pribadi-sosial, diantara meliputi:.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. a. Bimbingan Individual atau Bimbingan Perseorangan. Bimbingan yang dilakukan oleh konselor untuk satu orang saja. Bimbingan individual ini dapat disalurkan melalui layanan konseling apabila seorang siswa yang bertatap muka dengan konselor untuk membicarakan masalah yang sedang dihadapinya. b. Bimbingan Kelompok Bimbingan yang dilakukan konselor dimana yang dilayanin atau yang mendapatkan pelayanan berjumlah lebih dari satu orang, baik itu kelompok kecil, sedang, besar ataupun sangat besar. Dalam bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti contoh membentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling kelompok c. Bimbingan Klasikal Bimbingan yang dilakukan konselor dimana yang dilayanin atau yang mendapatkan. pelayanan. sangat. besar.. Seperti. contoh. konselor. mengadakan layananan konseling satu kelas, atau satu sekolah. 3. Tujuan Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Menurut Reiss dan Halstead (2004:274) para siswa perlu diberikan pendidikan seksual. Pendidikan seksual dapat diberikan melalui bimbingan pribadi dan sosial di sekolah. Bimbingan pribadi bertujuan: a. Siswa dapat memiliki pengertian dan pengetahuan mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan emosional terhadap masalah seksual..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. b. Siswa dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab). c. Siswa dapat membentuk sikap dan pengertian tentang seks. d. Siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya. e. Siswa dapat memiliki sikap dan kesadaran akan perilaku seksual yang tidak wajar sehingga setiap tindakan seksual yang mereka lakukan mencerminkan perilaku seksual yang sehat dan wajar. Selain itu, pendidikan seksual melalui bimbingan sosial bertujuan agar siswa semakin siap dan mampu menjadi anggota masyarakat, yaitu menjadi siswa yang mewarisi nilai-nilai positif dari kebudayaan masyarakat, mampu melibatkan diri dalam usaha masyarakat, dan peduli terhadap lingkungan sosial secara positif pribadi-sosial..

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini memuat uraian tentang jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, validitas dan reabilitas, prosedur penyusunan alat dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Menurut Setyosari (2010), Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan dan mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek maupun segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang dapat dijelaskan dengan angka-angka ataupun kata-kata. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif karena ingin memperoleh gambaran mengenai Tingkat kecenderungan perilaku seksual yang negatif siswa dan implikasinya terhadap topik-topik bimbingan pribadi dan sosial.. B. Tempat dan Waktu Penelitian diadakan di SMAK Mater Dei Probolinggo pada tanggal 3 Juli 2014.. C. Subjek Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian populasi. Penelitian populasi merupakan penelitian wilayah generalisasi atau keseluruhan objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2013). Jumlah 36.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. populasi yang digunakan dalam penelitian adalah 60 siswa. Peneliti melakukan uji coba terpakai dengan menggunakan sampel sebanyak 40 siswa untuk mencari realibilitas dan validitas. Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMAK Mater Dei Probolinggo kelas XI IPS 1, kelas XI IPS 2, dan kelas XI IPS 3. Rincian siswa adalah sebagai berikut: Tabel 1 Subjek Penelitian NO 1 2 3. Kelas XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3 TOTAL. Jumlah Siswa 20 20 20 60. D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu tingkat kecenderungan perilaku seksual yang negatif pada siswa dan implikasinya terhadap topik-topik bimbingan peribadi-sosial. Variabel ini akan diuraikan mengenai aspek-aspek perilaku seksual yang negatif secara operasional demi kepentingan pengukuran dan pengumpulan data. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian untuk pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dugunakan menggunkan kalimat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden (Sugiyono, 2013). Kuesioner ini disusun oleh peneliti. Peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek dalam perilaku seksual dan indikator,.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. kemudian peneliti membuat sejumlah item pernyataan berdasarkan indikator setiap aspek. Kuesioner yang telah peneliti susun ini memuat tentang pernyataan-pernyataan mengenai perilaku seksual yang negatif. Kuesioner ini berupa pernyataan tertutup (Sugiyono, 2010). Kuesioner ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan persepsi seseorang ataupun sekelompok orang tentang perilaku seksual yang negatif. Penelitian ini menggunakan skala pengukuran yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang (K), dan Tidak Pernah (TP). Aspek-aspek kuesioner yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada aspek perilaku seksual. Responden akan diminta untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada kuesioner dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan memberikan tanda centang (x) pada lembar jawaban. Dengan demikian dapat diketahui persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua pada responden penelitian. Skor untuk alternatif jawaban tersedia di dalam bentuk norma skoring. Norma skoring dikenakan terhadap pengolahan data yang dihasilkan dari intrumen kuesioner Perilaku seksual yang negatif. Norma skoring pada instrumen kuesioner ditentukan pada tabel berikut ini, yaitu : Tabel 2 Norma Skoring Alternatif Jawaban Sangat Sering Sering Kadang Tidak Pernah. Skor 4 3 2 1.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. Penelitian ini menggunakan kisi-kisi kuesioner sebagai dasar pembuatan kuesioner. Kisi-kisi kuesioner ini dibuat berdasarkan aspek-aspek perilaku seksual. Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan dalam kisi-kisi sebagai berikut: Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Seksual Yang Negatif (Uji Coba Penelitian) No 1. 2. 3. 4. Aspek Bersentuhan. Berciuman. Bercumbu (petting). Hubungan seks. Indikator a. Memegang bagian tubuh. 1,2,3,4,5,6,7,8. 8. b. Merangkul. 9,10. 2. c. Memeluk. 11,12. 2. a. Mencium bagian kepala. 13,14,15,16,17,18. 6. b. Mencium bagian badan. 19,20,21,22,23,24. 6. a. Petting menggunakan tangan. 25,26,27,28,29. 5. b. Petting menggunakan mulut. 30,31,32,33. 4. c. Petting menggunakan alat kelamin. 34,35,36. 3. a. Berhubungan seks dengan menggunakan alat bantu. 37,38,39,40,41. 5. b. Berhubungan seks sebelum menikah. 42,43,44,45,46. 5. c. Berganti ganti teman dalam hubungan seksual. 47,48. 2. TOTAL. No Item. Jumlah. 48. F. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 1. Validitas Validitas merupakan pengukuran sesuatu hal yang seharusnya bisa diukur dengan menggunakan alat ukur (Sugiyono, 2010). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Furchan (2004) Validitas isi tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka melainkan.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. menguji dengan para ahli (experts Judment) yaitu Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling. Pada. penelitian. ini. instrumen. penelitian. dikontruksikan. berdasarkan aspek-aspek perilaku seksual dan dikonsultasikan kepada beberapa ahli (dosen pembimbing). Hasil konsultasi ini akan diuji secara empirik. dengan. menggunakan. teknik. korelasi. Sperman’s. Row. menggunakan program SPSS (Statistic Programme for Social science) versi 17.0. rumus korelasi Sperman’s Row sebagai berikut :. Keterangan : rs. = Koefisien Korelasi Spearman = Total Kuadran selisih antar ranking = Jumlah Sampel Penelitian. Keputusan yang ditetapkan pada nilai koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 2007). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien dibawah 0,30 maka item tersebut dinyatakan gugur. Peneliti melakukan uji validitas kuesioner pada tanggal 13 November 2014 pada seluruh siswa kelas XI IPS di SMAK Mater Dei. Data yang diambil yaitu sebanyak 40 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan program komputerisasi SPSS, terdapat 48 item valid. Rincian item valid terdapat pada tabel 4 dibawah ini..

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. Tabel 4 Rincian Item Valid pada Kuesioner No 1. 2 3. 4. Aspek Bersentuhan. Berciuman Bercumbu (petting). Hubungan seks. Indikator. No Item valid. Jumlah. a. Memegang bagian tubuh. 1,2,3,4,5,6,7,8. 8. b. Merangkul. 9,10. 2. c. Memeluk. 11,12. 2. a. Mencium bagian kepala. 13,14,15,16,17,18. 6. b. Mencium bagian badan. 19,20,21,22,23,24. 6. a. Petting menggunakan tangan. 25,26,27,28,29. 5. b. Petting menggunakan mulut. 30,31,32,33. 4. c. Petting menggunakan alat 34,35,36 kelamin. 3. a. Berhubungan seks dengan 37,38,39,40,41 menggunakan alat bantu. 5. b.. Berhubungan seks sebelum 42,43,44,45,46 menikah c. Berganti ganti teman dalam 47,48 hubungan seksual TOTAL. 5 2. 48. 2. Reliabilitas Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan hasil pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut reable (Azwar, 2007). Menurut Sukardi (2003) pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, dan apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur..

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Perhitungan. indeks. reliabilitas. kuesioner. penelitian. 42. i ni. menggunakan tekhnik Alpa Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpa Cronbach (α) adalah sebagai berikut :. Keterangan : S12 dan S22. = varians skor belahan 1 dan variand skor belahan 2. Sx2. = varians skor skala. Hasil penelitian indeks reliabilitas dikonstruksikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995) dan tersajikan dalam tabel 5 berikut ini :. No 1 2 3 4 5. Tabel 5 Kriteria Guilford Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat Rendah. Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner yang peneliti lakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows, diperoleh hasil 0, 967 dari 48. item dengan kategori sangat tinggi. Dari hal tersebut,. kuesioner ini layak untuk dijadikan alat penelitian..

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 43. G. Teknik Analisis Data Sugiyono. (2010). mengatakan. bahwa. analisis. data. merupakan. mengelompokkan data berdasarkan variabel dari keseluruhan responden, mentabulasi data berdasarkan seluruh responden, mengajukan data tiap variabel yang diteliti , dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini: 1. Penentuan skor pada item kuesioner Penentuan dilakukan dengan cara memberikan skor dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan. Selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis validitas serta reliabilitas data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS. 2. Kategorisasi Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007).. Kontinum. jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Norma kategorisasi disusun berdasar pada norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2007:108). Perilaku seksual yang negatif siswa SMAK Mater Dei Probolinggo terdiri atas lima kategori: sangat rendah,.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bahan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program bimbingan pribadi-sosial bagi anak- anak asuh panti asuhan Wira Karya Tama dan

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyusun usulan topik bimbingan untuk membantu siswa atau siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat yang memiliki tingkat