• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat stres belajar siswa SMP yang mempersiapkan ujian nasional : studi deskriptif pada siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan tahun 2014 dan implikasinya pada penyusunan topik-topik bimbi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat stres belajar siswa SMP yang mempersiapkan ujian nasional : studi deskriptif pada siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan tahun 2014 dan implikasinya pada penyusunan topik-topik bimbi"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014

dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)

Elista Tri Winahyujati

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta dalam mempersiapkan Ujian Nasional serta implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan belajar. Subyek penelitian ini berjumlah 64 siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tahun 2013-2014.

Alatukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan Skala Likert untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat stres belajar pada siswa. Alat ukur ini di susun oleh Elista Tri Winahyujati berdasarkan aspek-aspek stres belajar menurut Hardjana (1994) yang terdiridari 30 item pernyataan. Nilai reliabilitas intrumen 0,9327 dengan kulifikasi SangatTinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi berdasarkan distribusi norma.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat stres belajar berada pada kategori rendah, yang berarti siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tidak terserang stres yang begitu berarti.Usulan topic bimbingan lebih pada pemberian bimbingan yang menyegarkan pikiran siswa agar semakin siap dan mantap menghadapi Ujian Nasional.

(2)

ABSTRACT

THE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS STRESS LEVEL IN PREPARING FOR THE NATIONAL EXAMINATION

(A Descriptive Study In The Ninth Grade Students Attending Test Preparation Tutorials In Neutron Tutoring Institute and Its implication On The Tutorial

Topic Preparation)

Elista Tri Winahyujati

Sanata Dharma University Yogyakarta 2014

This study aims to determine the ninth grade students stress levels in attending a test preparation program in Neutron Tutoring Institute to prepare for the National Examination and to examine the implications on the proposed tutorial topic. The subject of the study were 64 ninth grade students attending test preparation tutorial in Neutron Gejayan from 2013-2014.

The instrument employed in this study was a questionnaire with Likert Scale to determine the students level of stress during tutorial program. This instrument was collated by Elista Tri Winahyujati based on aspects of learning stress according to Hardjana (1994). This questionnaire consisted of 30 statements. The reliability value of the test instrument was 0.9327 and the qualification was considered Very High. The data analysis technique in this research was the categorization technique based on the normal distribution.

The results showed that the average level stress of learning was at the low level category, which means that students who took the test preparation tutorial in Neutron Gejayan did not suffer from stress. The proposed tutorial topics should focus more on the provision of guidance wich refreshed the minds of the students to get ready to take the Final Examination.

(3)

i

TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014

dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Elista Tri Winahyujati 101114069

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

ii SKRIPSI

TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014

dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)

Oleh:

Elista Tri Winahyujati 101114069

Telahdisetujuioleh:

Pembimbing

(5)

iii SKRIPSI

TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta GejayanTahun 2014

dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)

Dipersiapkandanditulisoleh: Elista Tri Winahyujati

NIM: 101114069

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 19 Desember 2014

Dan dinyatakan telahmemenuhi syarat SusunanPanitiaPenguji

NamaLengkap TandaTangan

Ketua Dr. Gendon Barus, M.Si ………

Sekretaris Juster Donal Sinaga, M.Pd ……… Anggota Dr.M.M. Sri Hastuti, M.Si ………

Anggota Dr. Gendon Barus, M.Si ………

Anggota Dra. M.J Retno Priyani, M.Si ………

Yogyakarta, 19 Desember 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(6)

iv

Persembahan

Skripsi ini penulis persembahkan

untuk:

KeduaOrangtuaku

MbaIta& Mas Disa

Teman-teman

Seperjuangan BK’10

B

Almamaterku Program Studi

Bimbingan danKonseling

FakultasKeguruan dan Ilmu

Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

(7)

v MOTTO

Cogito ergo sum

Aku berfikir maka aku ada

Lakukan yang terbaik sekarang, karena akan

lebih buruk bila menyesali yang sudah berlalu

dan mengkhawatirkan yang akan datang.

Teruslah berbuat baik dan selalu berfikir positif

pada orang lain, singkirkan iri dengki terhadap

sesamamu, karna iri dengkimu itu akan

menghancurkanmu dimasa yang akan datang.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya

ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2014 Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Elista Tri Winahyujati NomorMahasiswa :101114069

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014 dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar) beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk ain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 19 Desember 2014

Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014

dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)

Elista Tri Winahyujati

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta dalam mempersiapkan Ujian Nasional serta implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan belajar. Subyek penelitian ini berjumlah 64 siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tahun 2013-2014.

Alatukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan Skala Likert untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat stres belajar pada siswa. Alat ukur ini di susun oleh Elista Tri Winahyujati berdasarkan aspek-aspek stres belajar menurut Hardjana (1994) yang terdiridari 30 item pernyataan. Nilai reliabilitas intrumen 0,9327 dengan kulifikasi SangatTinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi berdasarkan distribusi norma.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat stres belajar berada pada kategori rendah, yang berarti siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tidak terserang stres yang begitu berarti.Usulan topic bimbingan lebih pada pemberian bimbingan yang menyegarkan pikiran siswa agar semakin siap dan mantap menghadapi Ujian Nasional.

(11)

ix ABSTRACT

THE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS STRESS LEVEL IN PREPARING FOR THE NATIONAL EXAMINATION

(A Descriptive Study In The Ninth Grade Students Attending Test Preparation Tutorials In Neutron Tutoring Institute and Its implication On The Tutorial

Topic Preparation)

Elista Tri Winahyujati

Sanata Dharma University Yogyakarta 2014

This study aims to determine the ninth grade students stress levels in attending a test preparation program in Neutron Tutoring Institute to prepare for the National Examination and to examine the implications on the proposed tutorial topic. The subject of the study were 64 ninth grade students attending test preparation tutorial in Neutron Gejayan from 2013-2014.

The instrument employed in this study was a questionnaire with Likert Scale to determine the students level of stress during tutorial program. This instrument was collated by Elista Tri Winahyujati based on aspects of learning stress according to Hardjana (1994). This questionnaire consisted of 30 statements. The reliability value of the test instrument was 0.9327 and the qualification was considered Very High. The data analysis technique in this research was the categorization technique based on the normal distribution.

The results showed that the average level stress of learning was at the low level category, which means that students who took the test preparation tutorial in Neutron Gejayan did not suffer from stress. The proposed tutorial topics should focus more on the provision of guidance wich refreshed the minds of the students to get ready to take the Final Examination.

(12)

x

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat pernyertaan dan

rahmat yang telah diberikanNya selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan

tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini telah banyak

mendapat bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak oleh karena itu dengan

segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan hormat dan terima kasih yang

tiada terkira kepada :

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan

kelancaran kepada penulisd alam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakaprodi dan pembimbing yang saba

rmembimbing penulis dalam penulisan skripsi dari awal hingga akhir

penulisan ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma yang telah mencurahkan waktu dan tenaga untuk berbagi ilmu

dengan penuh ketulusan.

4. Mas A. Priyatmoko selaku sekretariat Program Studi Bimbingan dan

(13)

xi

5. Candra Puspita Sari, S.Sos selaku Kepala Cabang Lembaga Bimbingan

Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan.

6. Teman-teman Neutron Gejayan yang sudah membantu penuli untuk

menyebarkan kuesioner kepada siswa.

7. Seluruh siswa Neutron Yogyakarta Gejayan yang bersedia meluangkan waktu

untuk mengisi kuesioner penelitian.

8. Bapak dan ibuku yang telah memberikan doa untuk kemudahan penulis

menyelesaikan tugas akhir dan dukungan baik moril maupun materil.

9. Mba Ita dan mas Disa serta kelurga besarku yang selalu memberi motivasi

dan doa kepada penulis

10.Stefanus Jonathan Nainggolan yang tak pernah lelah untuk memotivasi dan

mendampingi penulis selama penyusunan sampai skripsi ini selesai.

11.Teman-teman BK angkatan 2010 B Sanata Dharma Yogyakarta

12.Sahabat yang selalu berbagi suka duka, saling memberikan masukan untuk

penyelesain tugas akhir ini: Yusika, Tuta, Ristin, Vitri, Melani, Sandi, Fabian,

Iput.

13.Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yang tak dapat

penulis ucapkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya.

Akhirnya dengan segala keterbatasan waktu penulis sadar dengan

sepenuh hati karya sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak

(14)

xii

berkenan sehubungan dengan karya ilmiah ini penulis memohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Peneliti

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii

ABSTRAK. ... viii

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN TEORI A. HakikatStres Belajar... 10

1. PengertianStres Belajar ... 10

(16)

xiv

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Belajar ... 15

4. Aspek-aspek Stres Belajar... 17

5. Respon Stres Belajar ... 21

6. Tahapan Stres Belajar. ... 24

7. Dampak Stres dalam Belajar. ... 28

B. Lembaga Bimbingan Belajar ... 30

1. PengertianLembaga Bimbingan Belajar ... 30

2. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta ... 31

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa maupun Orangtua dalam mengikuti Bimbingan Belajar... 33

4. Dampak dari Lembaga Bimbingan Belajar ... 35

C. Layanan Bimbingan Belajar ... 38

1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 38

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 40

3. Fungsi Bimbingan Belajar... 43

4. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan... ... 45

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 48

E. Kerangka Pikir ... 51

E. Instrumen Penelitian... 56

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 60

G. Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. ... 69

(17)

xv

Bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta Gejayan

tahun 2014 ... 69

2. PenggolonganS kor Item Tingkat Stres belajar Siswa Kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta Gejayant ahun 2014 ... 73

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

C. UsulanTopik-topik Bimbingan Belajar………..……….. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Cabang Lembaga Bimbinga Belajar Neutron di Yogyakarta 3

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 56

Tabel 3.2 Norma Skoring Tingkat Stres Belajar ... 59

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner ... 59

Tabel 3.4 HasilUji Validitas Angket Stres Belajar ... 63

Tabel 3.5 Kriteria Koefisian Reliabitas ... 65

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Stres Belajar ... 65

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Tingkat Stres Belajar... 67

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Tingkat Stres Belajar Siswa kelas IX.... 68

Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen... 69

Tabel 4.1 Kategori Tingkat Stres Belajar ... 71

Tabel 4.2 Penggolongan Skor Item Tingkat Stres Belajar ... 75

Tabel 4.3Item-item Kuesioner Teridentifikasi Sedang ... 80

(19)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tingkat Stres Belajar ... 74

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 :Surat Ijin Penelitian

Lampiran2 :Surat Keterangan Penelitian

Lampiran3 :Kuesioner Penelitian

Lampiran4 : Data Hasil Penelitian

Lampiran5 :Hasil Hitung SPSS

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi oprasional.

A. Latar Belakang Masalah

Mentri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh (Haryo, 2010) menjelaskan bahwa

Ujian Nasional sudah ada sejak Indonesia merdeka. Pada tahun 1971 telah

dilaksankan ujian Negara dimana hanya sedikit yang dapat melaluinya. Kemudian

pada tahun 1972-1992 mulai diberlakukan ujian sekolah. Setiap sekolah dipersilakan

untuk menentukan kelulusan siswanya. Namun setelah 20 tahun dilaksankan dan

dikaji ulang, didapati hasil 100% kelulusan. Sehingga mulai tahun 1992-2002

diberlakukan Ujian Nasional atau Ebtanas. Kelulusan dalam EBTANAS berdasarkan

nilai Ujian Nasional dan ujian sekolah yang akan dihitung berdasarkan rumus

tertentu. Sejak 2003-2010, Ujian Nasioanal menjadi penentu mutlak kelulusan siswa

yang mendapat penolakan dari berbagai pihak. Tahun 2011 peraturan berubah

kembali, kelulusan siswa berdasarkan nilai sekolah dan Ujian Nasional dengan

rumus ( Nilai Ujian Nasional x 0,6) + (Nilai sekolah x 0,4) < 5,5.

Bagi sebagian siswa, Ujian Nasional dapat menjadi “monster” yang sangat

membebani mereka namun wajib untuk mereka lalui untuk dapat mencapai jenjang

(22)

Nasional (UN). Ujian Nasional ini dapat dikatakan sebagai tes beresiko tinggi

(high-stakes-testing), karena penentuan lulus tidaknya menggunakan tes pilihan ganda. Tes

beresiko merupakan tes dengan cara memilih jawaban yang paling benar sehingga

mengandung konsekuensi penting bagi siswa, mempengaruhi keputusan seperti

apakah siswa itu akan naik kelas atau lulus (Santrock, 2003:307).

Untuk membantu siswa dalam mempersiapkan Ujian Nasional, mucul lembaga

bimbingan belajar yang siap membantu untuk mengatasi kesulitan belajar dalam

mempersiapkan Ujian Nasional. Dewasa ini pertumbuhan lembaga-lembaga

bimbingan belajar makin marak. Hal ini sejalan dengan keinginan siswa maupun

orang tua siswa untuk mengikuti bimbingan belajar dengan tujuan agar meraih

prestasi belajar di sekolah. Keberadaan bimbingan belajar di kota-kota besar makin

tahun makin bertambah jumlahnya. Ini menunjukkan bahwa keberadaan bimbingan

belajar makin diminati oleh masyarakat. Berdasarkan data Direktorat Pembinaan

Kursus dan Pelatihan Indonesia, pada tahun 2012 tercatat, lembaga bimbingan

belajar sebanyak 13.446. Sebanyak 11.207 lembaga atau sekitar 83,35% diantaranya

telah memilki izin operasi. Sementara jumlah peserta Bimbingan Belajar mencapai

1.348.565 orang. Terdiri dari siswa SD sampai jenjang pendidikan tinggi. Siswa pada

jenjang SMA menempati urutan pertama yaitu sebesar 45,51%, kemudian diikuti

tingkat pendidikan SMP sebesar 22,97%, SD 17,84%, S2/S3 sebanyak 10,11%.

Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta merupakan salah satu lembaga

(23)

Jawa dan Bali. Di Kota Yogyakarta saja, Lembaga Bimbingan Belajar ini,

mempunyai 13 Cabang, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Cabang Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta yang belokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta

No Cabang Alamat

1 Neutron Yogyakarta-1 Jln. Taman Siswa 96

2 Neutron Yogyakarta-2 Jln. C. Simanjuntak, gg Poncowolo GK V/80

3 Neutron Yogyakarta-3 Jln. HOS. Cokroaminoto 31A

4 Neutron Yogyakarta-5 Jln. KHA. Wachid Hasyim No. 3 (GOSE)

5 Neutron Yogyakarta-6 Jln. Sabirin No. 12 Kota Baru

6 Neutron Yogyakarta-7 Jln. Godean Km 8 Klajoran

7 Neutron Yogyakarta-8 Jln. Kaliurang Km 5 No 36

8 Neutron Yogyakarta-9 Jln.Gejayan CT X No 15b

9 Neutron Yogyakarta-10 Jln. Kaliurang Km 13 No. E 09 Besi Sleman

10 Neutron Yogyakarta-11 Jln. Kartini No.1 Sagan

11 Neutron Yogyakarta-12 Jln. Ringroad Utara Condong Catur

12 Neutron Yogyakarta-13 Jln. Seturan Raya C8

13 Neutron Yogyakarta-14 Jln. Wonosari Km 7

Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta hadir untuk membantu

(24)

unggulan yang dibawa Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta untuk

siswa kelas IX ialah Program Siap Lebih Dini. Program ini memfokuskan siswa

untuk siap lebih awal dalam menghadapi Ujian Nasioanl. Sistem belajar dirancang

sedemikian rupa agar siswa tidak bosan dalam mengikuti bimbingan belajar. Dalam

satu minggu siswa masuk 3 kali, dengan pilihan hari Senin-Rabu-Jum‟at atau Selasa

-Kamis-Sabtu dan dengan pilihan jam yang berbeda.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, banyaknya siswa yang

mengikuti bimbingan belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta

Gejayan, karena ingin memperoleh nilai yang tinggi saat ujian nasional dan dapat

lolos masuk ke SMA favorit di kota Yogyakarta. Selain itu, menurut salah seorang

siswa, Neutron Yogyakarta mempunyai metode belajar yang menyenangkan,

sehingga siswa mudah menyerap materi yang diajarkan tentor. Tes-tes yang

diberikan juga sangat membantu siswa untuk memahami soal-soal Ujian Nasional.

Takut gagal dalam ujian nasional menjadi ancaman bagi siswa. Apalagi bagi

siswa kelas IX SMP. Untuk masuk ke SMA Negeri favorit mereka harus lulus Ujian

Nasional dengan nilai yang tinggi. Oleh karena itu, tidak sedikit siswa yang stres

dan selalu dihinggapi kecemasan karena khawatir tidak lulus atau lolos ke SMA

Negeri favorit. Ujian Nasional dapat dikatakan sebagai penyebab stres bagi siswa

kelas IX SMP yang akan menghadapinya. Hasil penelitian yang didukung oleh

Needlman (2004) dalam Jurnal Penelitian Ilmu Keluarga dan Konseling

(25)

nilai tinggi, atau selalu berusaha agar tidak gagal, merupakan seumber stres yang

dialami remaja di sekolah. Secara psikologis, stres dapat menimbulkan kecemasan.

Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang

berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek

ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap

memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan

bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik

dan psikis individu yang bersangkutan (Sudrajat, 2008).

Dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional, berbagai gejala

sindrom semakin tampak dalam keseharian siswa-siswi di sekolah maupun di tempat

bimbingan belajar. Dari hasil sharing dari 8 siswa yang mengikuti bimbingan belajar

di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan peneliti mendapatkan

informasi bahwa gejala sindrom tersebut adalah masalah pencernaan, perubahan

pola tidur, munculnya jerawat, kelelahan karena aktifitas yang padat, dan sakit

kepala. Tidak sedikit yang bertingkah laku di luar kebiasaan, seperti menjadi mudah

marah dan menjadi orang yang tidak menepati janji. Stres, tegang, gelisah, panik,

khawatir, dan takut menghadapi ujian merupakan gejala psikologis yang kerap

mendominasi hati dan pikiran siswa. Tidak sedikit pula yang bersikap

(26)

Gejala-gejala sindromatik menjelang Ujian Nasional, tentu perlu dicermati

dan diatasi secara tepat, baik oleh siswa sendiri, orang tua, guru, maupun tentor yang

ada dilembaga bimbingan belajar. Dalam kondisi tertentu, sindrom Ujian Nasional

tersebut kerap mengganggu kesehatan, ada yang menjadi mudah sakit, terlihat lesu

dan sulit berkonsentrasi ketika belajar. “Takut tidak lulus”, mungkin hal yang paling

membebani para siswa, sehingga mengatasi sindrom Ujian Nasional yang

menggejala tersebut diperlukan upaya persiapan dan dukungan.

Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan memiliki jumlah

siswa kelas IX SMP sebanyak 85, dari jumlah tersebut siswa yang masih aktif

mengikuti bimbingan sampai bulan April 2014 tercatat 77% atau sekitar 64 siswa,

sedangkan 23% atau 21 siswa sudah tidak aktif mengikuti bimbingan. Atas paparan

di atas penulis melakukan penelitian dengan judul : “TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta GejayanTahun 2014)”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas tampak beberapa masalah yang muncul pada siswa

kelas IX yang mempersiapkan Ujian Nasional. Adapun masalahnya adalah sebagai

(27)

keinginan memperoleh nilai yang tinggi agar dapat masuk SMA Negri Favorit, 3),

Adanya perubahan pencernaan dan pola tidur, 4), Emosi yang tidak stabil, seperti

mudah marah, 5), Berkurangnya waktu untuk bermain, sedangkan waktu untuk

belajar bertambah banyak, 6), Mendapat tekanan dari orangtua.

C. Batasan Masalah

Dari sejumlah masalah di atas, dalam penelitian ini, penulis hanya akan

membahas mengenai tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan

belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014,

serta topik-topik bimbingan apa saja yang relevan diusulkan berdasarkan item-item

yang teridentifikasi rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan dijawab

adalah sebagai berikut.

1. Seberapa tinggikah tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti Bimbingan Belajar di Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014 dalam

mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional?

2. Item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi intensitasnya tinggi sebagai dasar penyusunan usulan topic-topik bimbingan?

E. Tujuan Penelitian

(28)

1. Mengetahui seberapa tinggi tingkat stress belajar siswa kelas IX

dalam memperiapkan diri menghadapi Ujian Nasional yang

mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta Gejayan

2. Mengetahui topik-topik bimbingan belajar apa saja yang yang

relevan untuk diusulkan berdasarkan item-item instrument yang

teridentifikasi tinggi.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi Bimbingan Belajar

Sebagai informasi bagaimana tingkat stres belajar yang dialami siswa

kelas IX dalam menghadapi Ujian Nasional

b. Bagi Orang tua Siswa

Sebagai informasi mengenai keadaan anak dalam menghadapi Ujian

Nasional.

c. Bagi Tentor

Sebagai sumber informasi mengenai keadaan siswa yang sedang

mempersiapkan Ujian Nasional, sehingga para tentor dapat memvariasi

cara mengajar agar siswa lebih bersemanagat dan lupa sejenak akan

keadaan dirinya.

2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberikan informasi

(29)

pada siswa kelas IX yang mengikuti tambahan bimbingan belajar di luar

sekolah dalm menghadapi Ujian Nasional, sehingga dapat diberikan

penyegaran/layanan bimbingan yang sesuai saat siswa akan menghadapi

Ujian Nasional.

G. DefinisiOperasional

1. Tingkat Stres Belajar

Tingkat stres belajar adalah dampak-dampak yang muncul dari respon

siswa berdasarkan kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menghadapi

stressor yang mengacu pada skor alat ukur.

2. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta

Lembaga Bimbingan belajar adalah sebuah lemabaga bimbingan

belajar yang bergerak di bidang pendidikan non formal yang memfasilitasi

siswa dalam mempersiapkan ujian.

3. Ujian Nasional

Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam

kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka

(30)

10 BAB II KAJIAN TEORI

Dalam bab ini dipaparkan mengenai hakikat stres belajar, hakikat lembaga

bimbingan belajar, layanan bimbingan belajar, kajian penelitian yang relevan, dan

kerangka berfikir.

A. Hakikat Stres Belajar

1. Pengertian Stres Belajar

Stres merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh

seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari

padanya. Berdasarkan terminologinya stres berasal dari bahasa Latin

“singere” yang berarti terasa atau sempit (strictus). Istilah ini mengalami

perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berkanjut dari

waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007)

Menurut Santrok (2003), stres merupakan respon individu terhadap

keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor) yang mengancam dan

mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya.Stres adalah suatu

kondisi dimana transaksi antara individu dan lingkungannya mrngarahkan

individu mempersepsikan adanya kesenjangan anatara tuntutan fisik atau

psikologis dari suatu situasi tertentu dengan sumber daya biologis, psikologis,

dan sosial yang dimiliki individu (Lazarus dkk, dalam Sarafino, 2002).

Sekolah merupakan pengalaman yang penuh dengan tekanan. Stres

(31)

dari orang tua, guru, atau teman sebaya dan stres meningkat setiap tahunnya

seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi yang

tidak pernah berhenti . Baumel dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa

stres belajar merupakan stres yang disebabkan oleh stressor, yaitu yang

bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan

kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyak tugas, serta kecemasan

ujian dan manajeman waktu.Hal ini juga didukung dengan pendapat

Alvin(2007:10) bahwa stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh

seseorang ketika ada tekanan tekanan terhadapnya. Tekanan-tekanan yang

dimaksud adalah berhubungan dengan belajar, kegiatan sekolah, misalnya saja

tugas yang menumpuk, saat-saat menjelang ujian, dan lain sebagainya.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres

belajar adalah suatu respon psikologis, fisik, pikiran , dan perilaku yang

dialami oleh seseorang ketika ada tekanan-tekanan dan ketidaknyaman saat

belajar. Tekanan-tekanan yang dimaksud adalah berhubungan dengan belajar

dan kegiatan sekolah, misalnya saya deadline tugas atau PR, memforsir

belajar mempersiapkan ujian, dan hal-hal yang lain yang berkaitan dengan

belajar.

2. Sumber Stres Belajar

Sumber stres pada umumnya meliputi 2 sumber yaitu

sumber-sumber stres internal dan sumber-sumber-sumber-sumber stres eksternal. Berikut akan

(32)

a. Sumber Stres Belajar Internal

Menurut Yusuf (2006:135) sumber-sumber stres secara internal

berasal dari dalam diri sendiri, diantaranya ketika kondisi tubuh

kurang sehat, sedang sakit atau sedang ada konflik pribadi yang

menyita atau mengganggu pikiran .

Selaras dengan pendapat Yusuf mengenai sumber stres

internal pada umumnya,Alvin (2007:11) menjelaskan,

sumber-sumber stres belajar internal juga berasal dari diri sendiri berupa

pikiran-pikiran negatif, keyakinan dalam diri, dan kepribadian

yang dimiliki. Contohnya, ketika siswa menghadapi ujian, siswa

tersebut memiliki kepribadian pesimis, karena kepribadian pesimis

siswa tersebut berfikiran bahwa dia tidak dapat menghadapi ujian

dan tidak yakin akan dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan

kemampuan yang dia miliki. Akibatnya siswa tersebut mengalami

stres dan tidak dapat berkonsentrasi mengerjakan soal.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Ahmadi (1991) bahwa

sumber stres belajar secara internal anatara lain adalah yang

berasal dari karakteristik individu, hal ini berhubungan dengan

aspek kepribadian tertentu. Misalnya: adanya kecemasan yang

terus menerus, ketakutan, dan lain-lain. Selain itu juga faktor

(33)

individu untuk membaca situasi serta memanfaatkan

fasilitas-fasilitas yang ada.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa sumber stres belajar yang berasal dari dalam

yaitu bersumber dari diri sendiri terdiri dari kepribadian individu,

keyakinan individu, dan pikiran-pikiran negatif dalam diri

individu.

b. Sumber Stres Belajar Eksternal

Sumber stres belajar eksternal ditinjau dari pendapat

Iswarandana (Yudha 2007: 33) diantaranya ruangan panas, suasana

yang ribut, ancaman dari teman, kompetisi, tuntutan tugas yang

dibebankan pada siswa, hubungan sosial di sekolah (baik dengan

sesama teman atau bahkan dengan guru), ulangan mendadak,

menghadapi soal-soal sulit dan mendapatkan nilai jelek saat

ulangan.

Menurut Yusuf (2006:136) sumber-sumber stres eksternal

antara lain: (1)Keluarga, contohnya ketika hubungan di dalam

keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang otoriter, masalah

ekonomi atau keuangan misalnya ketika uang sekolah terlambat

dibayar, atau anggota keluarga yang dicintai jatuh sakit atau

(34)

suara-suara bising dari teteangga ketika sedang sibuk mengahadapi

ujian, atau suara musik yang keras ketika sedang beristirahat.

Selaras dengan sumber stres internal pada umumnya dan

telah dijelaskan sebelumnya, menurut Alvin (2007:11),

sumber-sumber stres dalam belajar yang berasal dari eksternal yaitu: (1)

Lingkungan, tempat tinggal atau lingkungan belajar juga bisa

menjadi sumber stress belajar. Contohnya, keluarga yang

mengalami kesulitan keuangan, pertengkaran orangtua, dan rumah

yang tidak nyaman, atau tidak tersedianya fasilitas belajar yang di

butuhkan oleh anak. (2) Berbagai peristiwa kehidupan yang

dihadapi anak seperti hari pertama masuk sekolah, ujian akhir,

tugas yang menumpuk, kemarahan dan tututan dari orangtua, dapat

terakumulasi dan menyebabkan stres. (3) Faktor-faktor fisik,

seperti suhu udara, warna, dan bau juga dapat menjadi sumber

stres.

Sejalan dengan pendapat Alvin, Ahmadi (1991)

menambahkan, bahwa sumber-sumber stres eksternal dari stres

belajar adalah; tugas-tugas sekolah, lingkungan sosial, faktor ini

meliputi hubungan interpersonal guru, guru dan siswa, siswa dan

orang tua, serta lingkungan fisik di sekitar siswa seperti keadaan

(35)

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber stres

belajar eksternal yaitu berasal dari lingkungan sekitar individu,

yaitu berupa tugas-tugas sekolah, hubungan interpersonal guru,

guru dan siswa, siswa dan orang tua, serta lingkungan fisik

disekitar siswa.

3. Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Stres Belajar

Menurut Alvin (2007) stres belajar diakibatkan oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor Internal

1) Pola Pikir

Siswa yang berfikir mereka tidak dapat mengendalikan situasi

mereka cenderung mengalami stres lebih besar. Semakain besar

kendali yang siswa pikir dapat ia lakukan, semakin kecil

kemungkinan stres yang dialami siswa.

2) Kepribadian

Kepribadian seorang siwa dapat menentukan tingkat toleransinya

terhadap stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih

kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis.

3) Keyakinan

Penyebab internal selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres

siswa adalah keyakinan atau pemikiran terhadap diri sendiri.

Keyakinan terhdap diri sendiri memainkan peran penting dalam

(36)

yang diyakini siswa, dapat mengubah cara berfikirnya terhadap

suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa stres

secara psikologis.

b. Faktor Eksternal

1) Pelajaran lebih padat

Kurikulum dalam sistem pendidikan telah ditambah bobotnya

dengan standar lebih tinggi. Akibatnya persaingan semakin ketat,

waktu belajar bertambah dan beban pelajaran semakin berlipat.

Walaupun beberapa alasan tersebut penting bagi perkembangan

pendidikan dalam Negara, tetapi tidak dapat menutup mata bahwa

hal tersebut menjadikan tingkat stres yang dihadapi siswa

meningkat pula.

2) Tekanan untuk berprestasi tinggi

Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam

ujian-ujian mereka. Tekanan ini terutama datang dari orang tua,

keluarga, guru, tetangg, teman sebaya, dan diri sendiri.

3) Dorongan status sosial

Pendidikan selalu menjadi symbol status sosial. Orang-orang

dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan

yang tidak berpendidikan tinggi akan dipandang rendah. Siswa

yang berhasil secara akademik sangat disukai , dikenal, dan dipuji

(37)

sekolah disebut lamban, malas, atau sulit . Mereka dianggap

sebagai pembuat masalah dan cenderung ditolak oleh guru,

dimarahi orang tua, dan diabaikan teman-teman sebayanya.

4) Orang tua yang saling berlomba

Dikalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi,

persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki

kemampuan dalam berbagai aspek juga lebih keras. Seiring dengan

menjamurnya pusat-pusat pendidika informal , berbagai macam

program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama yang

juga menimbulkan pesaingan siswa terpandai , terpintar, dan serba

bisa.

4. Aspek-aspek Stres Belajar

Menurut Sarafino (1994) aspek-aspek stres belajar ada 2 yaitu:

a. Aspek Biologis

Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres

yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur,

gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguang kulit, dan

produksi keringat yang berlebihan.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres

antara lain:

(38)

Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu.

Individu yang mengalami stres cenderung mengalami

gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi.

2) Gejala Emosi

Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu.

Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala

mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala

sesuatu, merasa sedih, dan depresi.

3) Gejala Tingkah Laku

Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari

yang cenderung negatife sehingga menimbulkan masalah

dalam hubungan interpersonal.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek stres

meliputi aspek biologis dan aspek psikologis. Menurut peneliti, penjelasan

mengenai aspek-aspek belum lengkap, sehingga peneliti menmbahkan

gejala-gejala stres. Gejala stres adalah penampakan dari suatu sikap perasaan.

Menurut para ahli (Hariandja,2002) gejala stres dikelompokkan

menjadi 3 kategori yaitu:

a. Gejala Fisik

Perubahan-perubahan yang terjadi pada metabolisme organ tubuh seperti

denyut jantung yang meningkat, tekanan darah yang meningkat, sakit

(39)

b. Gejala Psikologi

Perubahan-perubahan sikap yang terjadi seperti ketegangan, kegelisahan,

ketidaktenangan, kebosanan, cepat marah, dan lain-lain.

c. Gejala Perilaku

Perubahan-perubahan atau situasi yang ditandai dengan produktivitas

seseorang menurun, absensi meningkat, kebiasaan makan berubah,

merokok bertambah, banyak minum-minuman keras, tidak bisa tidur,

berbicara tidak tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahawa gejala-gejala

stres meliputi gejala fisik, gejala psikologis, dan gejala perilaku. Menurut

peneliti, penjelasan mengenai gejala-gejala belum lengkap dan merinci,

sehingga peneliti menambahkan gejala-gejala stres lainnya.

Menurut Hardjana(1994) mengenai gejala-gejala stres digolongkan

menjadi beberapa kelompok menjadi sebagai berikut:

a. Gejala fisik: sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, susah tidur,

bangun terlalu awal, sakit pinggang, diare, radang usus besar, sulit buang

air besar, sembelit, gatal-gatal pada kulit, urat tegang terutama pada leher

dan bahu, pencernaan terganggu, tekanan darah tinggi, serangan jantung,

keringan berlebihan, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya

energi, dan bertambah banyak melakukan kekeliruan atau kesalahan

(40)

b. Gejala emosional: gelisah, cemas, sedih, depresi, mudah menangis,

merana jiwa atau moody berubah-ubah, mudah marah, gugup, merasa

tidak aman atau rasa harga diri rendah, mudah tersinggung, gampang

menyerah, dan bermusuhan.

c. Gejala intelektual: susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan,

mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara

berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa

humor yang sehat, prestasi menurun, mutu kerja rendah, dan dalam kerja

bertambah banyak jumlah kekeliruan yang dibuat.

d. Gejala interpersonal: Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah

menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari

kesalahan oranglain, menyerang orang dengan kata-kata, mengambil

sikap terlalu membetengi atau mempertahankan diri, dan mendiamkan

orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gejala-gejal

stres meliputi gejala fisik, gejala emosional, gejala intelektual, dan geja

interpersonal. Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka penulis

berkesimpulan bahwa gejala-gejala stres dapat pula disebut sebagai

aspek-aspek stres. Aspek-aspek-aspek stres menghadapi ujian nasional meliputi aspek-aspek

fisik, aspek emosional, aspek intelektual, dan aspek interpersonal.

Aspek-aspek tersebut akan digunakan sebagai dasar penyusunan skala stres

(41)

5. Respon Stres Belajar

a. Respon Emosional

Respon emosional atau dapat disebut dengan respon secara

psikologis, menurut Woolfolk dan Richardson (Yusuf, 2004:97)

merupakan respon emosi yang timbul akibat stres yaitu: perasaan

kesal, marah, cemas, takut, sedih, dan duka cita. Pendapat di atas tidak

jauh berbeda dengan pendapat Alvin (2007: 14) yang menyatakan

bahwa respon emosional atau secara afeksi ditunjukkan dengan

perasaan cemas, marah, dan juga dapat ditunjukkan dengan perasaan

bersemangat.

b. Respon Fisiologis

Yusuf (2004: 97) respon fisiologis stress diantaranya adalah :

1) The Fight or Flight Response, Reaksi fisiologis terhadap ancaman

dengan memobilisasi organisme untuk melawan atau melarikan

diri, menghindar dari ancaman atau sesuatu yang membahayakan.

2) The General Adaption Syndrome, Respon tubuh terhadap stres

yang terdiri atas 3 tahap : alarm, resistance, dan exhaution.

3) Brain Body Pathway, yaitu dengan memobilisasi tubuh untuk

kegiatan-kegiatan seperti meningkatkan aliran darah, memompa

darah ke otak dan otot-otot, mempercepat konsumsi oksigen dan

(42)

Menurut Alvin (2007: 14), ada 4 tahap reaksi fisik yang

ditunjukkan tubuh seseorang ketika mengalami stres belajar yaitu :

(1) terancam, (2) bersiap untuk melawan atau lari, (3) melawan

atau lari, (4) kembali normal. Merasa terancam dan terpojok

otomatis akan mengakibatkan reaksi fisik seperti denyut jantung,

nafas dan ketegangan otot-otot tertentu meningkat. Ini merupakan

situasi bersiap lawan atau lari. Dalam situasi ini otot-otot

menegang, dan nafas lebih cepat agar mendapatkan lebih banyak

oksigen yang dibutuhkan otot untuk beraksi. Proses pencernaan

melambat dan produksi asam perut meningkat, akibatnya terasa

sakit atau tidak nyaman. Pada seseorang biasanya timbul serangan

sakit perut atau sakit kepala. Ketika tubuh berada dalam keadaan

siaga tersebut, selanjutnya adalah proses melawan atau lari dari

ancaman. Setelah proses tersebut, tubuh akan kembali.

c. Respon Kognitif

Menurut Semium (2006: 454) respon kognitif yang

ditunjukkan ketika seseorang mengalami stres yaitu berupa pikiran

menghindar, yakni mengalihkan pikiran dengan sengaja tentang

hal-hal yang membingungkan diri sendiri atau juga dengan cara

mendefinisikan situasi sehingga tidak lagi menjadi sumber

ketakutan.

(43)

Menurut Yusuf (2004: 97) respon behavioral atau perilaku

yaitu berbagai upaya yang dilakukan untuk menuntaskan,

mengurangi, atau mentoleransi tuntutan-tuntutan yang

menyebabkan stres misalnya: ketika mendapatkan nilai jelek siswa

berupaya meningkatkan kedisiplinan dalam mempelajari

buku-buku atau membenci guru yang memberikan nilai tersebut. Alvin

(2007: 14) juga meyebutkan bahwa stres yang berkepanjangan

juga dapat menyebabkan seseorang menunjukkan masalah

perilaku, seperti: berbuat onar di kelas, berperilaku aneh, merusak

diri sendiri, berperilaku antisosial, menyendiri, mengkonsumsi

rokok, obat-obatan, dan alkohol, marah yang meledak-ledak,

menjadi agresif, mengamuk, dan tertawa-tawa.

Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa repon stres dalam belajar terdapat 4 macam

yaitu:

a. Respon psikologis yaitu dalam bentuk perasaan marah, cemas,

takut, dan juga perasaan bersemangat. Contohnya ketika akan

menghadapi ujian ada siswa yang merasa cemas dan takut, ada

juga yang mampu merespon stres yang dirasakan dengan cara

(44)

b. Respon fisiologis seperti meningkatkan aliran darah,

memompa darah ke otak dan otot-otot, mempercepat konsumsi

oksigen dan penapasan.

c. Respon kognitif seperti mengalihkan pikiran dari kejadian

yang mengakibatkan stres, contohnya ketika siswa berfikir bahwa

ujian bukanlah sesuatu hal yang menakutkan, tetapi adalah suatu

tantangan yang harus dihadapi.

d. Respon behavioral seperti perilaku berbuat onar di dalam kelas

ketika pelajaran sedang berlangsung, menyendiri, mnegkonsumsi

rokok,obat-obatan, dan alkohol.

6. Tahapan Stres Belajar

Robert J. Van Amberg (Iyus Yosep, 2009:52) membagi stres

menjadi 5 tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Stres tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan seperti: semangat

yang tinggi, penglihatan tajam dan tidak seperti biasanya,

energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan

pekerjaan lebih dari biasanya. Tahapan ini biasanya

memnyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tetapi

tanpa disadari bahwa seberanya cadangan energi sedang

(45)

b. Stres tingkat II

Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai

menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan

energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang

sering dikemukakan diantaranya: merasa letih sewaktu bangun

pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa lelah

menjelang sore hari, terkadang gangguan dalam sistem

pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang

pula jantung berdebar-debar, perasaan tegang pada otot-otot

punggung dan tengkuk (leher belakang), perasaan tidak bisa

santai.

c. Stres tingkat III

Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai

dengan gejala-gejala seperti: gangguan usus lebih terasa (sakit

perut, mulas, sering ingin ke belakang), otot-otot terasa lebih

tegang, perasaan tegang yang semakin meningkat, gangguan

tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur

kembali, atau bangun terlalu pagi),badan terasa oyong,

rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan).

d. Stres tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk

(46)

bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan-kegiatan

yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan

kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan

kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat, tidur semakin

sukar, mimpi-mimpi yang menegangkan, dan seringkali

terbangun dini hari, perasaan negativistik, kemampuan

berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat

dijelaskan, tidak mengerti mengapa.

e. Stres tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari

tahapan IV, yaitu: keletihan yang mendalam, untuk

pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu, gangguan

sistem pencernaan lebih sering, sukar buang air besar atau

sebaliknya feses cair dan sering ke belakang, perasaan takut

yang semakin menjadi.

Tahapan stres juga diungkapkan oleh Alvin (2007: 100).

Alvinmembagi stres menjadi 4 tingkat utama, yaitu:

a. Stres reaktif

Pada tahapan ini stres yang timbul disebabkan oleh tekanan

dantuntutan terhadap seseorang yang melebihi

(47)

terlambat menghadirikegiatan penting di sekolah, dimarahi di

depan kelas.

b. Stres kumulatif

Pada tingkat stres kumulatif, respon terhadap stres masih

berlangsungdan gejalanya meningkat dari waktu ke waktu.

Masalah-masalahtersebut sering menjadi penyebab seseorang

menjadi tidak produktif.Contohnya siswa tidak mampu mengerti

bahasa instruksi di sekolahatau terus-menerus diomeli atau

dimarahi.

c. Stres insiden kritis

Reaksi yang timbul pada tahapan ini adalah reaksi emosional

yangkuat. Stres pada tahap ini biasanya timbul karena tuntutan

yangmendadak, di luar dugaan, ancaman, dan insiden-insiden

khusus.Contohnya siswa yang diganggu secara fisik oleh kakak

kelas disekolah atau terlibat dalam kecemasan yang mengancam

jiwa

d. Stres postraumatis

Stres pada tahap ini timbul karena adanya peristiwa atau insiden

traumatis yang berhubungan dengan stres. Pada tahap ini

terjadidisfungsi kesadaran. Contohnya siswa yang diancam akan

dibunuholeh kakak kelasnya jika tidak menuruti kemauan kakak

(48)

kesimpulanbahwa tahapan stres ada beberapa macam. Namun,

stres dalam belajarbiasanya hanya meliputi dua kategori stres yang

pertama, yaitu stres reaktif dan kumulatif.

7. Dampak Stres dalam Belajar

Pada dasarnya dampak stres dalam belajar tidak jauh beda

dengandampak stres. Pada umumnya untuk mengetahui dampak stres

dalam belajar pada siswaterlebih dahulu akan dikaji mengenai dampak

stres. Dampak stres berbagaimacam bentuknya. Stres dapat berdampak

pada tubuh seseorang maupunpsikologis seseorang. Beberapa dampak dari

stres diantaranya menurutpendapat Santrock (2003: 557) stres dapat

mengakibatkan hilangnya nafsumakan, otot menjadi lemah, dan

menurunnya minat terhadap dunia.

Stres juga berpengaruh pada kesehatan tubuh seseorang. Menurut

BobLosyk (2007: 15) stres berdampak pada kesehatan fisik

seseorang.Dampak yang diakibatkan stres diantaranya adalah: penyakit

jantung stroke akibat tekanan darah naik, otot-otot menegang yang

kemudianmenyebabkan rasa sakit, otot menjadi lemah dan letih,

menimbulkan sakitkepala, sakit punggung dan rasa sakit di berbagai

bagian tubuh, asamlambung meningkat menjadikan perut mual dan luka

pada lambung, ataumungkin diare, sistem kekebalan tubuh goyah dan

menyebabkan tubuhmenjadi rentan terhadap penyakit, asma akibat stres,

(49)

terus-menerus, danpenyakit psikosomatik yaitu penyakit dimana tubuh secara

langsungterpengaruh oleh proses-proses pemikiran-pemikiran negatif

yang akanmengurangi kemampuan seseorang untuk menangkal penyakit,

danakhirnya berhasil mencapai kedudukan yang kuat di dalam

tubuhseseorang.

Menurut Alvin (2007: 18) dampak stres dalam belajar adalah:

a. Menurunnya Daya Tahan Tubuh

Awalnya ditandai dengan beberapa keluhan sepeti mengeluh

sakitperut atau demam menjelang ujian. Bagi remaja yang sedang

sakit,dan juga mengalami stres nantinya akan memperparah

kondisisakitnya. Stres berkepanjangan yang tidak ditangani hingga

dewasadapat memicu penyakit-penyakit seperti tekanan darah

tinggi,kolesterol, dan serangan jantung.

b. Respon Pikiran

Stres dalam waktu jangka panjang juga akan mempengaruhi

mentalremaja. Remaja menderita kelelahan mental dan patah

semangat, sertamengalami masalah-masalah perilaku dan

psikologis. Ada yangmenderita depresi dan kecemasan. Salah satu

dampak psikologis laindari stres adalah fobia. Remaja yang terus

tertekan dalam suatu halakan mengembangkan rasa takut terhadap

hal tersebut. Contohnyaadalah fobia terhadap ujian. Remaja yang

(50)

ketakutan saat akanujian, bahkan terkadang pergi ke sekolah saja

sudah cukupmenimbulkan emosi negatif. Bagi remaja dengan

kemampuanmengatasi stres rendah akan merusak rasa percaya diri.

Selain itu, jugaakan menimbulkan masalah perilaku, seperti:

berbuat onar di kelas,memosi meledak-ledak, menyendiri,

mengkonsumsi rokok, obatobatan,alkohol.

Jadi dapat disimpulkan bahwa stres dalam belajar berdampak

padakesehatan tubuh dan juga psikologis siswa. Dampak kesehatan tubuh

dapatdilihat dari menurunnya daya tahan tubuh yang dapat menimbulkan

siswarentan terhadap penyakit, dan dampak secara psikologis yaitu

akibatpikiran-pikiran negatif yang ada pada siswa yang menyebabkan

kehilangankepercayaan diri dan kecemasan pada diri siswa.

B. Lembaga Bimbingan Belajar

1. Pengertian Lembaga Bimbingan Belajar (LBB)

Depdiknas (2009) menyatkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas

pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi

dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah , dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup

pendidikan umum, kejurusan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan

khusus. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat

yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

(51)

pendidikan sepanjang masa. Satuan pendidkan nonformal terdiri atas

lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan

masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis. Kegiatan

pendidika informal dilakukan oleh keluarga lingkungan berbentuk

kegiatan belajar secara mandiri.

Dapat disimpulkan bahwa, Lembaga Bimbingan Belajar

adalah Lembaga Pendidikan Informal yang dibuat untuk membantu siswa

dalam menempuh pendidikan Formal melalui guru pembimbing yang

kompeten. Lembaga Bimbingan Belajar turut berperan dalam

mencerdaskan anak bangsa.

Lembaga Bimbingan Belajar cenderung sebagai tempat pelarian

siswa yang kurang di dalam lembaga formal yang bernama sekolah. Selain

itu, Lembaga Bimbingan Belajar juga memiliki tanggung jawab besar

karena mengemban kepercayaan orang tua dan wali untuk meningkatkan

kemampuan anaknya dibidang akademik, moral, sosial, dan agama serta

pendidikan kemandirian.

2. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta

a. ProfilLembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta

Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta merupakan

salah satu lembaga penyelenggara jasa bimbingan belajar yang berdiri

di kota Yogyakarta. Letak Kantor Pusat dari Lembaga Bimbingan

(52)

55151, Telephone/Fax (0274) 418934. PO BOX 1188 Yogyakarta

55011. Pada tahun 1999, Lembaga bimbingan belajar ini telah

mendapatkan ijin dari Departemen Pedidikan dan Kebudayaan dengan

nomor. 057 / IB / M5 / Kpts / 1999, sebagai Lembaga Bimbingan

Belajar dengan Klasifikasi A. Neutron Yogyakarta telah mempunyai

lebih dari 64 Kantor cabang di seluruh Indonesia.

Asal kata Neutron Yogyakarta berasal dari kata Neutron dan

Yogyakarta. Kata Neutron diambil dari nama tempat didirikannya

Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta, yaitu di Desa

Neytran. Kata Neutron sendiri dilihat dari konsep Fisika mempunyai

arti partikel pembentuk inti atom yang bermuatan, namun mempunyai

massa. Hal ini mengundang arti bahwa lembaga bimbingan belajar

Neutron Yogyakarta tidak mempunyai muatan apa-apa (muatan

politis, agama, atau yang lainnya)dalam penyelenggaraan jasa

bimbingan belaja, tapi lembaga ini mempunyai massa (pengikut) yang

banyak.

b. Sistem Bimbingan Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta

Setiap siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron

Yogyakarta, siswa masuk dalam satu minggu sebanyak tiga kali

(53)

juga disediakan jadwal tambahan untuk mempersiapkan ulangan

harian, ulangan semester, dan persiapan Ujian Nasional.

c. Fasilitas Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta

Lembaga bimbingan belajar Neutron Yogyakarta, memberikan

fasilitas yang cukup lengkap dan nyaman bagi siswa, diantaranya

setiap siswa akan mendapatkan; modul buku terbaik dan terlengkap,

diberikan proset soal evaluasi, diberikan tes standar, diberikan tes

potensi akademik, diberikan tes simulasi dan gladi bersih Ujian

Nasional, serta tes detectioan(tes psikologi), selain itu fasilitas yang

akan didapat siswa ialah absen sidik jari/finger print, hot spot area,

konsultasi pelajaran atau PR.

Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta juga

memberikan tes persiapan masuk SMA Taruna Nusantara Magelang

khusus untuk kelas IX SMP. Selain itu, Neutron Yogyakarta juga

megadakan Parent meeting untuk mengakomodir tuntutan belajar dan

kebutuhan siswa, hal ini bertujuan untuk membantu perkembangan

siswa dan mengetahui siswa dalam menguasai materi dasar dan

termasuk aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Setiap pertemuan

orang tua, akan diberikan laporan hasil-hasil evaluasi belajar secara

berkal, sehingga orang tua juga dapat memantau perkembangan

(54)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa maupun Orang Tua mengikuti Bimbingan Belajar:

a. Faktor Internal

Yang menjadi faktor internal bimbingan belajar adalah siswa

menjadi kurang mendapat perhatian dari orang tua karena kesibukan

untuk mengikuti bimbingan belajar, di sisi lain siswa merasa terforsir

sehingga kurang mendapatkan waktu untuk istirahat dan jika siswa

sudah malas tidak ada kemauan lagi untuk belajar.

b. Faktor Eksternal

Yang menjadi faktor internal bimbingan belajar adalah siswa

menjadi kurang mendapat perhatian dari orang tua karena kesibukan

untuk mengikuti bimbingan belajar, di sisi lain siswa merasa terforsir

sehingga kurang mendapatkan waktu untuk istirahat dan jika siswa

sudah malas tidak ada kemauan lagi untuk belajar.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terlaksananya

sebuah lembaga bimbingan belajar berkat dukungan dari orangtua,

karena harapan orang tua supaya anak menjadi cerdas dan tercapai

cita-citanya, selain itu karena para orang tua kebanyakan memiliki

pengetahuan mengenai pendidikan yang terbaru sehingga mereka tidak

mampu membimbing anaknya secara maksimal untuk belajar.

Dengan mengikuti bimbingan belajar anak menjadi lebih

(55)

berwawasan luas dan mempunyai banyak teman sehingga anak

menjadi giat dan fokus untuk belajar.Faktor eksternal bimbingan

belajar tidak cukup hanya dari orang tua tetapi juga guru/tentor,

guru/tentor merupakan faktor pendukung utama dalam pembelajaran,

hal ini di karenakan guru menjadi panutan bagi anak didiknya.

4. Dampak dari lembaga Bimbingan Belajar a. Dampak Positif

1) Prestasi meningkat

Dengan mengikuti kegiatan bimbingan belajar banyak sekali

manfaat yang dapat diambil salah satunya yaitu meningkatkan

prestasi. Dari jelek menjadi mendapat nilai yang lebih baik, oleh

sebab itu bimbingan belajar sangat perlu untuk diikuti khususnya

oleh anak yang kurang mampu dalam pelajaran.

2) Lebih Percaya Diri

Mengikuti bimbingan belajar ini membuat siswa menjadi lebih

percaya diri. Jadi lebih semangat dan bisa mengetahui sampai

dimana kemampuan yang dimilikinya.

3) Mandiri

Mengikuti bimbingan belajar membuat siswa juga lebih mandiri

dan disiplin dalam mengatur waktu untuk belajar. Sehingga

mereka tidak tergantung pada orang lain, selagi siswa masih bisa

(56)

dengan pengetahuan dan bekal yang ia peroleh dari bimbingan

belajar.

4) Menumbuhkan Kemauan Belajar

Mengikuti bimbingan belajar tidak hanya mendapat ilmu ataupun

wawasan lebih luas tapi juga mendapat banyak teman baru, karena

mempunyai teman-teman yang baru membuat siswa memiliki

semangat untuk bersaing meraih prestasi disekolah.

5) Meminimalisir Waktu Bermain

Banyak kegiatan yang siswa lakukan sepulang sekolah, tambahan

jam pelajar di sekolah, kerja kelompok, atau mengikuti bimbingan

belajar, sehingga membuat waktu bermain siswa mulai berkurang

karena harus belajar.

6) Mempunyai Rasa Ranggungjawab

Mengikuti bimbingan belajar dapat menumbuhkan rasa tanggung

jawab pada diri siswa utuk terus belajar. Dengan adanya tanggung

jawab siswa dapat membagi waktunya kapan ia harus belajar dan

kapan ia harus bermain, sehingga siswa menjadi lebih bersemangat

untuk belajar karena memiliki keinginan untuk bisa meraih

cita-cita yang diharapkannya ataupun orangtuanya.

b. Dampak Negatif

(57)

Karena dengan belajar siswa menjadi terus ditekan pikirannya,

sehingga siswa kurang beristirahat yang dapat mempengaruhi

kesehatannya, bisa juga timbul rasa malas untuk belajar karena

kurangnya istirahat, belajar menjadi tidak fokus dan informasi baru

sulit untuk dipahami.

2) Kurang Kasih Sayang dari Orang tua

Mengikuti bimbingan bekajar membuat siswa, lebih lama bertemu

dengan guru di sekolah maupun tentor di tempat bimbingan

belajar, hal ini membuat kedekatan emosi antara siswa dengan

orang tua menjadi jauh, selain itu kurangnya kemampuan yang

dimiliki orang tua dalam mendapingi belajar siswa dengan sistem

pendidikan yang terus berkembang membuat orang tua lebih

mempercayakan bimbingan belajar dari pada harus mendapingi

sendiri.

3) Gaya Belajaryang Berbeda pada Setiap Siswa

Dalam mengikuti bimbingan belajar tidak semua siswa

mempunyai kemampuan daya tangkap yang sama, fokus setiap

siswa beda, gaya belajar sitap siswapun juga

berbeda-beda. Ada siswa yang gaya belajarnya bertipe visual sehingga ia

harus fokus memperhatikan guru/tentor dalam memberi

penjelasan, namun siswa ini akan terganggu ketika ia menemukan

(58)

memperhatikan guru/tentor yang menjelaskan. Dalam hal ini,

guru/tentor yang mempunyai peran yang besar dalam

mengkondisikan siwa sehingga, suasana kelas yang nyaman dapat

tercipta untuk siswa belajar.

Dari penjabaran hasil wawancara peneliti dengan siswa serta orang

tua, dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar sangat penting untuk

siswa yang kurang mampu dalam belajar, siswa yang ingin mengejar

prestasi di sekolah, dan bagi siswa yang orang tuanya sibuk bekerja atau

kurang mampu mendampingi dalam belajar. Dengan mengikuti

bimbingan belajar siswa memiliki rasa tanggung jawab sebagai siswa

untuk belajar dan berprestasi di sekolah, siswa memiliki motivasi untuk

merealisasikan cita-citanya, dan memenuhi harapan orang tua yang

dibebankan kepadanya.

C. Layanan Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan salah satu bidang bimbingan, untuk

mengkaji pengertian bimbingan belajar terlebih dahuilu akan dibahas

mengenai hakikat bimbingan itu sendiri. Pengertian bimbingan menurut

Crow & Crow (Prayitno, 2004: 94) adalah bantuan yang diberikan oleh

seseorang, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan

baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur

Gambar

Grafik 4.2 Penggolongan Skor Item Tingkat Stres ................................
Tabel 1.1 Cabang Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Norma Skoring Tingkat Stres Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar yaitu karena siswa yang mengikuti

Penelitian ini bertujuan antara lain untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti bimbingan belajar di luar SMP Negeri 2 Kuningan, untuk

Pertanyaan yang dijawab adalah: “Masalah -masalah apa saja yang dialami oleh siswa kelas VIII SMP Negeri I Sendawar tahun ajaran 2012/2013?” dan “Usulan topik bimbingan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat resiliensi terhadap stres pada mahasiswa angkatan 2013, semester 2 kelas A Program Studi Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyusun usulan topik bimbingan untuk membantu siswa atau siswi kelas VII SMP Pangudi Luhur Bayat yang memiliki tingkat

Kedua butir item penyesuaian diri yang masuk dalam kategori sedang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial yang implikatif

Item tersebut adalah: a Saya aktif mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah supaya lebih menguasai materi pelajaran, b Saya bosan membaca buku pelajaran dalam waktu yang lama, c

Penelitian tentang perbandingan prestasi belajar siswa yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar ini pernah diteliti oleh Afriha Yuliati,