ABSTRAK
TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014
dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)
Elista Tri Winahyujati
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta dalam mempersiapkan Ujian Nasional serta implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan belajar. Subyek penelitian ini berjumlah 64 siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tahun 2013-2014.
Alatukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan Skala Likert untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat stres belajar pada siswa. Alat ukur ini di susun oleh Elista Tri Winahyujati berdasarkan aspek-aspek stres belajar menurut Hardjana (1994) yang terdiridari 30 item pernyataan. Nilai reliabilitas intrumen 0,9327 dengan kulifikasi SangatTinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi berdasarkan distribusi norma.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat stres belajar berada pada kategori rendah, yang berarti siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tidak terserang stres yang begitu berarti.Usulan topic bimbingan lebih pada pemberian bimbingan yang menyegarkan pikiran siswa agar semakin siap dan mantap menghadapi Ujian Nasional.
ABSTRACT
THE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS STRESS LEVEL IN PREPARING FOR THE NATIONAL EXAMINATION
(A Descriptive Study In The Ninth Grade Students Attending Test Preparation Tutorials In Neutron Tutoring Institute and Its implication On The Tutorial
Topic Preparation)
Elista Tri Winahyujati
Sanata Dharma University Yogyakarta 2014
This study aims to determine the ninth grade students stress levels in attending a test preparation program in Neutron Tutoring Institute to prepare for the National Examination and to examine the implications on the proposed tutorial topic. The subject of the study were 64 ninth grade students attending test preparation tutorial in Neutron Gejayan from 2013-2014.
The instrument employed in this study was a questionnaire with Likert Scale to determine the students level of stress during tutorial program. This instrument was collated by Elista Tri Winahyujati based on aspects of learning stress according to Hardjana (1994). This questionnaire consisted of 30 statements. The reliability value of the test instrument was 0.9327 and the qualification was considered Very High. The data analysis technique in this research was the categorization technique based on the normal distribution.
The results showed that the average level stress of learning was at the low level category, which means that students who took the test preparation tutorial in Neutron Gejayan did not suffer from stress. The proposed tutorial topics should focus more on the provision of guidance wich refreshed the minds of the students to get ready to take the Final Examination.
i
TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014
dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Elista Tri Winahyujati 101114069
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii SKRIPSI
TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014
dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)
Oleh:
Elista Tri Winahyujati 101114069
Telahdisetujuioleh:
Pembimbing
iii SKRIPSI
TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta GejayanTahun 2014
dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)
Dipersiapkandanditulisoleh: Elista Tri Winahyujati
NIM: 101114069
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 19 Desember 2014
Dan dinyatakan telahmemenuhi syarat SusunanPanitiaPenguji
NamaLengkap TandaTangan
Ketua Dr. Gendon Barus, M.Si ………
Sekretaris Juster Donal Sinaga, M.Pd ……… Anggota Dr.M.M. Sri Hastuti, M.Si ………
Anggota Dr. Gendon Barus, M.Si ………
Anggota Dra. M.J Retno Priyani, M.Si ………
Yogyakarta, 19 Desember 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan
untuk:
KeduaOrangtuaku
MbaIta& Mas Disa
Teman-teman
Seperjuangan BK’10
B
Almamaterku Program Studi
Bimbingan danKonseling
FakultasKeguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
v MOTTO
Cogito ergo sum
Aku berfikir maka aku ada
Lakukan yang terbaik sekarang, karena akan
lebih buruk bila menyesali yang sudah berlalu
dan mengkhawatirkan yang akan datang.
Teruslah berbuat baik dan selalu berfikir positif
pada orang lain, singkirkan iri dengki terhadap
sesamamu, karna iri dengkimu itu akan
menghancurkanmu dimasa yang akan datang.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2014 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Elista Tri Winahyujati NomorMahasiswa :101114069
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014 dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar) beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk ain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 19 Desember 2014
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014
dan Implikasinya pada Penyusunan Topik-topik Bimbingan Belajar)
Elista Tri Winahyujati
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta dalam mempersiapkan Ujian Nasional serta implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan belajar. Subyek penelitian ini berjumlah 64 siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tahun 2013-2014.
Alatukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan Skala Likert untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat stres belajar pada siswa. Alat ukur ini di susun oleh Elista Tri Winahyujati berdasarkan aspek-aspek stres belajar menurut Hardjana (1994) yang terdiridari 30 item pernyataan. Nilai reliabilitas intrumen 0,9327 dengan kulifikasi SangatTinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi berdasarkan distribusi norma.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat stres belajar berada pada kategori rendah, yang berarti siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Gejayan tidak terserang stres yang begitu berarti.Usulan topic bimbingan lebih pada pemberian bimbingan yang menyegarkan pikiran siswa agar semakin siap dan mantap menghadapi Ujian Nasional.
ix ABSTRACT
THE JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS STRESS LEVEL IN PREPARING FOR THE NATIONAL EXAMINATION
(A Descriptive Study In The Ninth Grade Students Attending Test Preparation Tutorials In Neutron Tutoring Institute and Its implication On The Tutorial
Topic Preparation)
Elista Tri Winahyujati
Sanata Dharma University Yogyakarta 2014
This study aims to determine the ninth grade students stress levels in attending a test preparation program in Neutron Tutoring Institute to prepare for the National Examination and to examine the implications on the proposed tutorial topic. The subject of the study were 64 ninth grade students attending test preparation tutorial in Neutron Gejayan from 2013-2014.
The instrument employed in this study was a questionnaire with Likert Scale to determine the students level of stress during tutorial program. This instrument was collated by Elista Tri Winahyujati based on aspects of learning stress according to Hardjana (1994). This questionnaire consisted of 30 statements. The reliability value of the test instrument was 0.9327 and the qualification was considered Very High. The data analysis technique in this research was the categorization technique based on the normal distribution.
The results showed that the average level stress of learning was at the low level category, which means that students who took the test preparation tutorial in Neutron Gejayan did not suffer from stress. The proposed tutorial topics should focus more on the provision of guidance wich refreshed the minds of the students to get ready to take the Final Examination.
x
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat pernyertaan dan
rahmat yang telah diberikanNya selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan
tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini telah banyak
mendapat bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan hormat dan terima kasih yang
tiada terkira kepada :
1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan
kelancaran kepada penulisd alam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakaprodi dan pembimbing yang saba
rmembimbing penulis dalam penulisan skripsi dari awal hingga akhir
penulisan ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang telah mencurahkan waktu dan tenaga untuk berbagi ilmu
dengan penuh ketulusan.
4. Mas A. Priyatmoko selaku sekretariat Program Studi Bimbingan dan
xi
5. Candra Puspita Sari, S.Sos selaku Kepala Cabang Lembaga Bimbingan
Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan.
6. Teman-teman Neutron Gejayan yang sudah membantu penuli untuk
menyebarkan kuesioner kepada siswa.
7. Seluruh siswa Neutron Yogyakarta Gejayan yang bersedia meluangkan waktu
untuk mengisi kuesioner penelitian.
8. Bapak dan ibuku yang telah memberikan doa untuk kemudahan penulis
menyelesaikan tugas akhir dan dukungan baik moril maupun materil.
9. Mba Ita dan mas Disa serta kelurga besarku yang selalu memberi motivasi
dan doa kepada penulis
10.Stefanus Jonathan Nainggolan yang tak pernah lelah untuk memotivasi dan
mendampingi penulis selama penyusunan sampai skripsi ini selesai.
11.Teman-teman BK angkatan 2010 B Sanata Dharma Yogyakarta
12.Sahabat yang selalu berbagi suka duka, saling memberikan masukan untuk
penyelesain tugas akhir ini: Yusika, Tuta, Ristin, Vitri, Melani, Sandi, Fabian,
Iput.
13.Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yang tak dapat
penulis ucapkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya.
Akhirnya dengan segala keterbatasan waktu penulis sadar dengan
sepenuh hati karya sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
xii
berkenan sehubungan dengan karya ilmiah ini penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Peneliti
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ... vii
ABSTRAK. ... viii
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 9
BAB II. KAJIAN TEORI A. HakikatStres Belajar... 10
1. PengertianStres Belajar ... 10
xiv
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Belajar ... 15
4. Aspek-aspek Stres Belajar... 17
5. Respon Stres Belajar ... 21
6. Tahapan Stres Belajar. ... 24
7. Dampak Stres dalam Belajar. ... 28
B. Lembaga Bimbingan Belajar ... 30
1. PengertianLembaga Bimbingan Belajar ... 30
2. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta ... 31
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa maupun Orangtua dalam mengikuti Bimbingan Belajar... 33
4. Dampak dari Lembaga Bimbingan Belajar ... 35
C. Layanan Bimbingan Belajar ... 38
1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 38
2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 40
3. Fungsi Bimbingan Belajar... 43
4. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan... ... 45
D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 48
E. Kerangka Pikir ... 51
E. Instrumen Penelitian... 56
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 60
G. Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. ... 69
xv
Bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta Gejayan
tahun 2014 ... 69
2. PenggolonganS kor Item Tingkat Stres belajar Siswa Kelas IX yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta Gejayant ahun 2014 ... 73
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
C. UsulanTopik-topik Bimbingan Belajar………..……….. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 87
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Cabang Lembaga Bimbinga Belajar Neutron di Yogyakarta 3
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 56
Tabel 3.2 Norma Skoring Tingkat Stres Belajar ... 59
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner ... 59
Tabel 3.4 HasilUji Validitas Angket Stres Belajar ... 63
Tabel 3.5 Kriteria Koefisian Reliabitas ... 65
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Stres Belajar ... 65
Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Tingkat Stres Belajar... 67
Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Tingkat Stres Belajar Siswa kelas IX.... 68
Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen... 69
Tabel 4.1 Kategori Tingkat Stres Belajar ... 71
Tabel 4.2 Penggolongan Skor Item Tingkat Stres Belajar ... 75
Tabel 4.3Item-item Kuesioner Teridentifikasi Sedang ... 80
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Tingkat Stres Belajar ... 74
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 :Surat Ijin Penelitian
Lampiran2 :Surat Keterangan Penelitian
Lampiran3 :Kuesioner Penelitian
Lampiran4 : Data Hasil Penelitian
Lampiran5 :Hasil Hitung SPSS
1 BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi oprasional.
A. Latar Belakang Masalah
Mentri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh (Haryo, 2010) menjelaskan bahwa
Ujian Nasional sudah ada sejak Indonesia merdeka. Pada tahun 1971 telah
dilaksankan ujian Negara dimana hanya sedikit yang dapat melaluinya. Kemudian
pada tahun 1972-1992 mulai diberlakukan ujian sekolah. Setiap sekolah dipersilakan
untuk menentukan kelulusan siswanya. Namun setelah 20 tahun dilaksankan dan
dikaji ulang, didapati hasil 100% kelulusan. Sehingga mulai tahun 1992-2002
diberlakukan Ujian Nasional atau Ebtanas. Kelulusan dalam EBTANAS berdasarkan
nilai Ujian Nasional dan ujian sekolah yang akan dihitung berdasarkan rumus
tertentu. Sejak 2003-2010, Ujian Nasioanal menjadi penentu mutlak kelulusan siswa
yang mendapat penolakan dari berbagai pihak. Tahun 2011 peraturan berubah
kembali, kelulusan siswa berdasarkan nilai sekolah dan Ujian Nasional dengan
rumus ( Nilai Ujian Nasional x 0,6) + (Nilai sekolah x 0,4) < 5,5.
Bagi sebagian siswa, Ujian Nasional dapat menjadi “monster” yang sangat
membebani mereka namun wajib untuk mereka lalui untuk dapat mencapai jenjang
Nasional (UN). Ujian Nasional ini dapat dikatakan sebagai tes beresiko tinggi
(high-stakes-testing), karena penentuan lulus tidaknya menggunakan tes pilihan ganda. Tes
beresiko merupakan tes dengan cara memilih jawaban yang paling benar sehingga
mengandung konsekuensi penting bagi siswa, mempengaruhi keputusan seperti
apakah siswa itu akan naik kelas atau lulus (Santrock, 2003:307).
Untuk membantu siswa dalam mempersiapkan Ujian Nasional, mucul lembaga
bimbingan belajar yang siap membantu untuk mengatasi kesulitan belajar dalam
mempersiapkan Ujian Nasional. Dewasa ini pertumbuhan lembaga-lembaga
bimbingan belajar makin marak. Hal ini sejalan dengan keinginan siswa maupun
orang tua siswa untuk mengikuti bimbingan belajar dengan tujuan agar meraih
prestasi belajar di sekolah. Keberadaan bimbingan belajar di kota-kota besar makin
tahun makin bertambah jumlahnya. Ini menunjukkan bahwa keberadaan bimbingan
belajar makin diminati oleh masyarakat. Berdasarkan data Direktorat Pembinaan
Kursus dan Pelatihan Indonesia, pada tahun 2012 tercatat, lembaga bimbingan
belajar sebanyak 13.446. Sebanyak 11.207 lembaga atau sekitar 83,35% diantaranya
telah memilki izin operasi. Sementara jumlah peserta Bimbingan Belajar mencapai
1.348.565 orang. Terdiri dari siswa SD sampai jenjang pendidikan tinggi. Siswa pada
jenjang SMA menempati urutan pertama yaitu sebesar 45,51%, kemudian diikuti
tingkat pendidikan SMP sebesar 22,97%, SD 17,84%, S2/S3 sebanyak 10,11%.
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta merupakan salah satu lembaga
Jawa dan Bali. Di Kota Yogyakarta saja, Lembaga Bimbingan Belajar ini,
mempunyai 13 Cabang, seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Cabang Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta yang belokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta
No Cabang Alamat
1 Neutron Yogyakarta-1 Jln. Taman Siswa 96
2 Neutron Yogyakarta-2 Jln. C. Simanjuntak, gg Poncowolo GK V/80
3 Neutron Yogyakarta-3 Jln. HOS. Cokroaminoto 31A
4 Neutron Yogyakarta-5 Jln. KHA. Wachid Hasyim No. 3 (GOSE)
5 Neutron Yogyakarta-6 Jln. Sabirin No. 12 Kota Baru
6 Neutron Yogyakarta-7 Jln. Godean Km 8 Klajoran
7 Neutron Yogyakarta-8 Jln. Kaliurang Km 5 No 36
8 Neutron Yogyakarta-9 Jln.Gejayan CT X No 15b
9 Neutron Yogyakarta-10 Jln. Kaliurang Km 13 No. E 09 Besi Sleman
10 Neutron Yogyakarta-11 Jln. Kartini No.1 Sagan
11 Neutron Yogyakarta-12 Jln. Ringroad Utara Condong Catur
12 Neutron Yogyakarta-13 Jln. Seturan Raya C8
13 Neutron Yogyakarta-14 Jln. Wonosari Km 7
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta hadir untuk membantu
unggulan yang dibawa Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta untuk
siswa kelas IX ialah Program Siap Lebih Dini. Program ini memfokuskan siswa
untuk siap lebih awal dalam menghadapi Ujian Nasioanl. Sistem belajar dirancang
sedemikian rupa agar siswa tidak bosan dalam mengikuti bimbingan belajar. Dalam
satu minggu siswa masuk 3 kali, dengan pilihan hari Senin-Rabu-Jum‟at atau Selasa
-Kamis-Sabtu dan dengan pilihan jam yang berbeda.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, banyaknya siswa yang
mengikuti bimbingan belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta
Gejayan, karena ingin memperoleh nilai yang tinggi saat ujian nasional dan dapat
lolos masuk ke SMA favorit di kota Yogyakarta. Selain itu, menurut salah seorang
siswa, Neutron Yogyakarta mempunyai metode belajar yang menyenangkan,
sehingga siswa mudah menyerap materi yang diajarkan tentor. Tes-tes yang
diberikan juga sangat membantu siswa untuk memahami soal-soal Ujian Nasional.
Takut gagal dalam ujian nasional menjadi ancaman bagi siswa. Apalagi bagi
siswa kelas IX SMP. Untuk masuk ke SMA Negeri favorit mereka harus lulus Ujian
Nasional dengan nilai yang tinggi. Oleh karena itu, tidak sedikit siswa yang stres
dan selalu dihinggapi kecemasan karena khawatir tidak lulus atau lolos ke SMA
Negeri favorit. Ujian Nasional dapat dikatakan sebagai penyebab stres bagi siswa
kelas IX SMP yang akan menghadapinya. Hasil penelitian yang didukung oleh
Needlman (2004) dalam Jurnal Penelitian Ilmu Keluarga dan Konseling
nilai tinggi, atau selalu berusaha agar tidak gagal, merupakan seumber stres yang
dialami remaja di sekolah. Secara psikologis, stres dapat menimbulkan kecemasan.
Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang
berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek
ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap
memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya tinggi dan
bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik
dan psikis individu yang bersangkutan (Sudrajat, 2008).
Dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional, berbagai gejala
sindrom semakin tampak dalam keseharian siswa-siswi di sekolah maupun di tempat
bimbingan belajar. Dari hasil sharing dari 8 siswa yang mengikuti bimbingan belajar
di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan peneliti mendapatkan
informasi bahwa gejala sindrom tersebut adalah masalah pencernaan, perubahan
pola tidur, munculnya jerawat, kelelahan karena aktifitas yang padat, dan sakit
kepala. Tidak sedikit yang bertingkah laku di luar kebiasaan, seperti menjadi mudah
marah dan menjadi orang yang tidak menepati janji. Stres, tegang, gelisah, panik,
khawatir, dan takut menghadapi ujian merupakan gejala psikologis yang kerap
mendominasi hati dan pikiran siswa. Tidak sedikit pula yang bersikap
Gejala-gejala sindromatik menjelang Ujian Nasional, tentu perlu dicermati
dan diatasi secara tepat, baik oleh siswa sendiri, orang tua, guru, maupun tentor yang
ada dilembaga bimbingan belajar. Dalam kondisi tertentu, sindrom Ujian Nasional
tersebut kerap mengganggu kesehatan, ada yang menjadi mudah sakit, terlihat lesu
dan sulit berkonsentrasi ketika belajar. “Takut tidak lulus”, mungkin hal yang paling
membebani para siswa, sehingga mengatasi sindrom Ujian Nasional yang
menggejala tersebut diperlukan upaya persiapan dan dukungan.
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan memiliki jumlah
siswa kelas IX SMP sebanyak 85, dari jumlah tersebut siswa yang masih aktif
mengikuti bimbingan sampai bulan April 2014 tercatat 77% atau sekitar 64 siswa,
sedangkan 23% atau 21 siswa sudah tidak aktif mengikuti bimbingan. Atas paparan
di atas penulis melakukan penelitian dengan judul : “TINGKAT STRES BELAJAR SISWA SMP YANG MEMPERSIAPKAN UJIAN NASIONAL DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX yang Mengikuti Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta GejayanTahun 2014)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas tampak beberapa masalah yang muncul pada siswa
kelas IX yang mempersiapkan Ujian Nasional. Adapun masalahnya adalah sebagai
keinginan memperoleh nilai yang tinggi agar dapat masuk SMA Negri Favorit, 3),
Adanya perubahan pencernaan dan pola tidur, 4), Emosi yang tidak stabil, seperti
mudah marah, 5), Berkurangnya waktu untuk bermain, sedangkan waktu untuk
belajar bertambah banyak, 6), Mendapat tekanan dari orangtua.
C. Batasan Masalah
Dari sejumlah masalah di atas, dalam penelitian ini, penulis hanya akan
membahas mengenai tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti bimbingan
belajar di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014,
serta topik-topik bimbingan apa saja yang relevan diusulkan berdasarkan item-item
yang teridentifikasi rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan dijawab
adalah sebagai berikut.
1. Seberapa tinggikah tingkat stres belajar siswa kelas IX yang mengikuti Bimbingan Belajar di Neutron Yogyakarta Gejayan Tahun 2014 dalam
mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional?
2. Item-item instrumen mana saja yang teridentifikasi intensitasnya tinggi sebagai dasar penyusunan usulan topic-topik bimbingan?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui seberapa tinggi tingkat stress belajar siswa kelas IX
dalam memperiapkan diri menghadapi Ujian Nasional yang
mengikuti bimbingan belajar di Neutron Yogyakarta Gejayan
2. Mengetahui topik-topik bimbingan belajar apa saja yang yang
relevan untuk diusulkan berdasarkan item-item instrument yang
teridentifikasi tinggi.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
a. Bagi Bimbingan Belajar
Sebagai informasi bagaimana tingkat stres belajar yang dialami siswa
kelas IX dalam menghadapi Ujian Nasional
b. Bagi Orang tua Siswa
Sebagai informasi mengenai keadaan anak dalam menghadapi Ujian
Nasional.
c. Bagi Tentor
Sebagai sumber informasi mengenai keadaan siswa yang sedang
mempersiapkan Ujian Nasional, sehingga para tentor dapat memvariasi
cara mengajar agar siswa lebih bersemanagat dan lupa sejenak akan
keadaan dirinya.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberikan informasi
pada siswa kelas IX yang mengikuti tambahan bimbingan belajar di luar
sekolah dalm menghadapi Ujian Nasional, sehingga dapat diberikan
penyegaran/layanan bimbingan yang sesuai saat siswa akan menghadapi
Ujian Nasional.
G. DefinisiOperasional
1. Tingkat Stres Belajar
Tingkat stres belajar adalah dampak-dampak yang muncul dari respon
siswa berdasarkan kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menghadapi
stressor yang mengacu pada skor alat ukur.
2. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta
Lembaga Bimbingan belajar adalah sebuah lemabaga bimbingan
belajar yang bergerak di bidang pendidikan non formal yang memfasilitasi
siswa dalam mempersiapkan ujian.
3. Ujian Nasional
Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
10 BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dipaparkan mengenai hakikat stres belajar, hakikat lembaga
bimbingan belajar, layanan bimbingan belajar, kajian penelitian yang relevan, dan
kerangka berfikir.
A. Hakikat Stres Belajar
1. Pengertian Stres Belajar
Stres merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh
seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari
padanya. Berdasarkan terminologinya stres berasal dari bahasa Latin
“singere” yang berarti terasa atau sempit (strictus). Istilah ini mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berkanjut dari
waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007)
Menurut Santrok (2003), stres merupakan respon individu terhadap
keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor) yang mengancam dan
mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya.Stres adalah suatu
kondisi dimana transaksi antara individu dan lingkungannya mrngarahkan
individu mempersepsikan adanya kesenjangan anatara tuntutan fisik atau
psikologis dari suatu situasi tertentu dengan sumber daya biologis, psikologis,
dan sosial yang dimiliki individu (Lazarus dkk, dalam Sarafino, 2002).
Sekolah merupakan pengalaman yang penuh dengan tekanan. Stres
dari orang tua, guru, atau teman sebaya dan stres meningkat setiap tahunnya
seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi yang
tidak pernah berhenti . Baumel dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa
stres belajar merupakan stres yang disebabkan oleh stressor, yaitu yang
bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan
kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyak tugas, serta kecemasan
ujian dan manajeman waktu.Hal ini juga didukung dengan pendapat
Alvin(2007:10) bahwa stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh
seseorang ketika ada tekanan tekanan terhadapnya. Tekanan-tekanan yang
dimaksud adalah berhubungan dengan belajar, kegiatan sekolah, misalnya saja
tugas yang menumpuk, saat-saat menjelang ujian, dan lain sebagainya.
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres
belajar adalah suatu respon psikologis, fisik, pikiran , dan perilaku yang
dialami oleh seseorang ketika ada tekanan-tekanan dan ketidaknyaman saat
belajar. Tekanan-tekanan yang dimaksud adalah berhubungan dengan belajar
dan kegiatan sekolah, misalnya saya deadline tugas atau PR, memforsir
belajar mempersiapkan ujian, dan hal-hal yang lain yang berkaitan dengan
belajar.
2. Sumber Stres Belajar
Sumber stres pada umumnya meliputi 2 sumber yaitu
sumber-sumber stres internal dan sumber-sumber-sumber-sumber stres eksternal. Berikut akan
a. Sumber Stres Belajar Internal
Menurut Yusuf (2006:135) sumber-sumber stres secara internal
berasal dari dalam diri sendiri, diantaranya ketika kondisi tubuh
kurang sehat, sedang sakit atau sedang ada konflik pribadi yang
menyita atau mengganggu pikiran .
Selaras dengan pendapat Yusuf mengenai sumber stres
internal pada umumnya,Alvin (2007:11) menjelaskan,
sumber-sumber stres belajar internal juga berasal dari diri sendiri berupa
pikiran-pikiran negatif, keyakinan dalam diri, dan kepribadian
yang dimiliki. Contohnya, ketika siswa menghadapi ujian, siswa
tersebut memiliki kepribadian pesimis, karena kepribadian pesimis
siswa tersebut berfikiran bahwa dia tidak dapat menghadapi ujian
dan tidak yakin akan dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan
kemampuan yang dia miliki. Akibatnya siswa tersebut mengalami
stres dan tidak dapat berkonsentrasi mengerjakan soal.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Ahmadi (1991) bahwa
sumber stres belajar secara internal anatara lain adalah yang
berasal dari karakteristik individu, hal ini berhubungan dengan
aspek kepribadian tertentu. Misalnya: adanya kecemasan yang
terus menerus, ketakutan, dan lain-lain. Selain itu juga faktor
individu untuk membaca situasi serta memanfaatkan
fasilitas-fasilitas yang ada.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sumber stres belajar yang berasal dari dalam
yaitu bersumber dari diri sendiri terdiri dari kepribadian individu,
keyakinan individu, dan pikiran-pikiran negatif dalam diri
individu.
b. Sumber Stres Belajar Eksternal
Sumber stres belajar eksternal ditinjau dari pendapat
Iswarandana (Yudha 2007: 33) diantaranya ruangan panas, suasana
yang ribut, ancaman dari teman, kompetisi, tuntutan tugas yang
dibebankan pada siswa, hubungan sosial di sekolah (baik dengan
sesama teman atau bahkan dengan guru), ulangan mendadak,
menghadapi soal-soal sulit dan mendapatkan nilai jelek saat
ulangan.
Menurut Yusuf (2006:136) sumber-sumber stres eksternal
antara lain: (1)Keluarga, contohnya ketika hubungan di dalam
keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang otoriter, masalah
ekonomi atau keuangan misalnya ketika uang sekolah terlambat
dibayar, atau anggota keluarga yang dicintai jatuh sakit atau
suara-suara bising dari teteangga ketika sedang sibuk mengahadapi
ujian, atau suara musik yang keras ketika sedang beristirahat.
Selaras dengan sumber stres internal pada umumnya dan
telah dijelaskan sebelumnya, menurut Alvin (2007:11),
sumber-sumber stres dalam belajar yang berasal dari eksternal yaitu: (1)
Lingkungan, tempat tinggal atau lingkungan belajar juga bisa
menjadi sumber stress belajar. Contohnya, keluarga yang
mengalami kesulitan keuangan, pertengkaran orangtua, dan rumah
yang tidak nyaman, atau tidak tersedianya fasilitas belajar yang di
butuhkan oleh anak. (2) Berbagai peristiwa kehidupan yang
dihadapi anak seperti hari pertama masuk sekolah, ujian akhir,
tugas yang menumpuk, kemarahan dan tututan dari orangtua, dapat
terakumulasi dan menyebabkan stres. (3) Faktor-faktor fisik,
seperti suhu udara, warna, dan bau juga dapat menjadi sumber
stres.
Sejalan dengan pendapat Alvin, Ahmadi (1991)
menambahkan, bahwa sumber-sumber stres eksternal dari stres
belajar adalah; tugas-tugas sekolah, lingkungan sosial, faktor ini
meliputi hubungan interpersonal guru, guru dan siswa, siswa dan
orang tua, serta lingkungan fisik di sekitar siswa seperti keadaan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa sumber stres
belajar eksternal yaitu berasal dari lingkungan sekitar individu,
yaitu berupa tugas-tugas sekolah, hubungan interpersonal guru,
guru dan siswa, siswa dan orang tua, serta lingkungan fisik
disekitar siswa.
3. Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Stres Belajar
Menurut Alvin (2007) stres belajar diakibatkan oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor Internal
1) Pola Pikir
Siswa yang berfikir mereka tidak dapat mengendalikan situasi
mereka cenderung mengalami stres lebih besar. Semakain besar
kendali yang siswa pikir dapat ia lakukan, semakin kecil
kemungkinan stres yang dialami siswa.
2) Kepribadian
Kepribadian seorang siwa dapat menentukan tingkat toleransinya
terhadap stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih
kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis.
3) Keyakinan
Penyebab internal selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres
siswa adalah keyakinan atau pemikiran terhadap diri sendiri.
Keyakinan terhdap diri sendiri memainkan peran penting dalam
yang diyakini siswa, dapat mengubah cara berfikirnya terhadap
suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa stres
secara psikologis.
b. Faktor Eksternal
1) Pelajaran lebih padat
Kurikulum dalam sistem pendidikan telah ditambah bobotnya
dengan standar lebih tinggi. Akibatnya persaingan semakin ketat,
waktu belajar bertambah dan beban pelajaran semakin berlipat.
Walaupun beberapa alasan tersebut penting bagi perkembangan
pendidikan dalam Negara, tetapi tidak dapat menutup mata bahwa
hal tersebut menjadikan tingkat stres yang dihadapi siswa
meningkat pula.
2) Tekanan untuk berprestasi tinggi
Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam
ujian-ujian mereka. Tekanan ini terutama datang dari orang tua,
keluarga, guru, tetangg, teman sebaya, dan diri sendiri.
3) Dorongan status sosial
Pendidikan selalu menjadi symbol status sosial. Orang-orang
dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan
yang tidak berpendidikan tinggi akan dipandang rendah. Siswa
yang berhasil secara akademik sangat disukai , dikenal, dan dipuji
sekolah disebut lamban, malas, atau sulit . Mereka dianggap
sebagai pembuat masalah dan cenderung ditolak oleh guru,
dimarahi orang tua, dan diabaikan teman-teman sebayanya.
4) Orang tua yang saling berlomba
Dikalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi,
persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki
kemampuan dalam berbagai aspek juga lebih keras. Seiring dengan
menjamurnya pusat-pusat pendidika informal , berbagai macam
program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama yang
juga menimbulkan pesaingan siswa terpandai , terpintar, dan serba
bisa.
4. Aspek-aspek Stres Belajar
Menurut Sarafino (1994) aspek-aspek stres belajar ada 2 yaitu:
a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres
yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur,
gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguang kulit, dan
produksi keringat yang berlebihan.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres
antara lain:
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu.
Individu yang mengalami stres cenderung mengalami
gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi.
2) Gejala Emosi
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu.
Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala
mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, merasa sedih, dan depresi.
3) Gejala Tingkah Laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari
yang cenderung negatife sehingga menimbulkan masalah
dalam hubungan interpersonal.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek stres
meliputi aspek biologis dan aspek psikologis. Menurut peneliti, penjelasan
mengenai aspek-aspek belum lengkap, sehingga peneliti menmbahkan
gejala-gejala stres. Gejala stres adalah penampakan dari suatu sikap perasaan.
Menurut para ahli (Hariandja,2002) gejala stres dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu:
a. Gejala Fisik
Perubahan-perubahan yang terjadi pada metabolisme organ tubuh seperti
denyut jantung yang meningkat, tekanan darah yang meningkat, sakit
b. Gejala Psikologi
Perubahan-perubahan sikap yang terjadi seperti ketegangan, kegelisahan,
ketidaktenangan, kebosanan, cepat marah, dan lain-lain.
c. Gejala Perilaku
Perubahan-perubahan atau situasi yang ditandai dengan produktivitas
seseorang menurun, absensi meningkat, kebiasaan makan berubah,
merokok bertambah, banyak minum-minuman keras, tidak bisa tidur,
berbicara tidak tenang, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahawa gejala-gejala
stres meliputi gejala fisik, gejala psikologis, dan gejala perilaku. Menurut
peneliti, penjelasan mengenai gejala-gejala belum lengkap dan merinci,
sehingga peneliti menambahkan gejala-gejala stres lainnya.
Menurut Hardjana(1994) mengenai gejala-gejala stres digolongkan
menjadi beberapa kelompok menjadi sebagai berikut:
a. Gejala fisik: sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, susah tidur,
bangun terlalu awal, sakit pinggang, diare, radang usus besar, sulit buang
air besar, sembelit, gatal-gatal pada kulit, urat tegang terutama pada leher
dan bahu, pencernaan terganggu, tekanan darah tinggi, serangan jantung,
keringan berlebihan, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya
energi, dan bertambah banyak melakukan kekeliruan atau kesalahan
b. Gejala emosional: gelisah, cemas, sedih, depresi, mudah menangis,
merana jiwa atau moody berubah-ubah, mudah marah, gugup, merasa
tidak aman atau rasa harga diri rendah, mudah tersinggung, gampang
menyerah, dan bermusuhan.
c. Gejala intelektual: susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan,
mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara
berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa
humor yang sehat, prestasi menurun, mutu kerja rendah, dan dalam kerja
bertambah banyak jumlah kekeliruan yang dibuat.
d. Gejala interpersonal: Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah
menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari
kesalahan oranglain, menyerang orang dengan kata-kata, mengambil
sikap terlalu membetengi atau mempertahankan diri, dan mendiamkan
orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gejala-gejal
stres meliputi gejala fisik, gejala emosional, gejala intelektual, dan geja
interpersonal. Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka penulis
berkesimpulan bahwa gejala-gejala stres dapat pula disebut sebagai
aspek-aspek stres. Aspek-aspek-aspek stres menghadapi ujian nasional meliputi aspek-aspek
fisik, aspek emosional, aspek intelektual, dan aspek interpersonal.
Aspek-aspek tersebut akan digunakan sebagai dasar penyusunan skala stres
5. Respon Stres Belajar
a. Respon Emosional
Respon emosional atau dapat disebut dengan respon secara
psikologis, menurut Woolfolk dan Richardson (Yusuf, 2004:97)
merupakan respon emosi yang timbul akibat stres yaitu: perasaan
kesal, marah, cemas, takut, sedih, dan duka cita. Pendapat di atas tidak
jauh berbeda dengan pendapat Alvin (2007: 14) yang menyatakan
bahwa respon emosional atau secara afeksi ditunjukkan dengan
perasaan cemas, marah, dan juga dapat ditunjukkan dengan perasaan
bersemangat.
b. Respon Fisiologis
Yusuf (2004: 97) respon fisiologis stress diantaranya adalah :
1) The Fight or Flight Response, Reaksi fisiologis terhadap ancaman
dengan memobilisasi organisme untuk melawan atau melarikan
diri, menghindar dari ancaman atau sesuatu yang membahayakan.
2) The General Adaption Syndrome, Respon tubuh terhadap stres
yang terdiri atas 3 tahap : alarm, resistance, dan exhaution.
3) Brain Body Pathway, yaitu dengan memobilisasi tubuh untuk
kegiatan-kegiatan seperti meningkatkan aliran darah, memompa
darah ke otak dan otot-otot, mempercepat konsumsi oksigen dan
Menurut Alvin (2007: 14), ada 4 tahap reaksi fisik yang
ditunjukkan tubuh seseorang ketika mengalami stres belajar yaitu :
(1) terancam, (2) bersiap untuk melawan atau lari, (3) melawan
atau lari, (4) kembali normal. Merasa terancam dan terpojok
otomatis akan mengakibatkan reaksi fisik seperti denyut jantung,
nafas dan ketegangan otot-otot tertentu meningkat. Ini merupakan
situasi bersiap lawan atau lari. Dalam situasi ini otot-otot
menegang, dan nafas lebih cepat agar mendapatkan lebih banyak
oksigen yang dibutuhkan otot untuk beraksi. Proses pencernaan
melambat dan produksi asam perut meningkat, akibatnya terasa
sakit atau tidak nyaman. Pada seseorang biasanya timbul serangan
sakit perut atau sakit kepala. Ketika tubuh berada dalam keadaan
siaga tersebut, selanjutnya adalah proses melawan atau lari dari
ancaman. Setelah proses tersebut, tubuh akan kembali.
c. Respon Kognitif
Menurut Semium (2006: 454) respon kognitif yang
ditunjukkan ketika seseorang mengalami stres yaitu berupa pikiran
menghindar, yakni mengalihkan pikiran dengan sengaja tentang
hal-hal yang membingungkan diri sendiri atau juga dengan cara
mendefinisikan situasi sehingga tidak lagi menjadi sumber
ketakutan.
Menurut Yusuf (2004: 97) respon behavioral atau perilaku
yaitu berbagai upaya yang dilakukan untuk menuntaskan,
mengurangi, atau mentoleransi tuntutan-tuntutan yang
menyebabkan stres misalnya: ketika mendapatkan nilai jelek siswa
berupaya meningkatkan kedisiplinan dalam mempelajari
buku-buku atau membenci guru yang memberikan nilai tersebut. Alvin
(2007: 14) juga meyebutkan bahwa stres yang berkepanjangan
juga dapat menyebabkan seseorang menunjukkan masalah
perilaku, seperti: berbuat onar di kelas, berperilaku aneh, merusak
diri sendiri, berperilaku antisosial, menyendiri, mengkonsumsi
rokok, obat-obatan, dan alkohol, marah yang meledak-ledak,
menjadi agresif, mengamuk, dan tertawa-tawa.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa repon stres dalam belajar terdapat 4 macam
yaitu:
a. Respon psikologis yaitu dalam bentuk perasaan marah, cemas,
takut, dan juga perasaan bersemangat. Contohnya ketika akan
menghadapi ujian ada siswa yang merasa cemas dan takut, ada
juga yang mampu merespon stres yang dirasakan dengan cara
b. Respon fisiologis seperti meningkatkan aliran darah,
memompa darah ke otak dan otot-otot, mempercepat konsumsi
oksigen dan penapasan.
c. Respon kognitif seperti mengalihkan pikiran dari kejadian
yang mengakibatkan stres, contohnya ketika siswa berfikir bahwa
ujian bukanlah sesuatu hal yang menakutkan, tetapi adalah suatu
tantangan yang harus dihadapi.
d. Respon behavioral seperti perilaku berbuat onar di dalam kelas
ketika pelajaran sedang berlangsung, menyendiri, mnegkonsumsi
rokok,obat-obatan, dan alkohol.
6. Tahapan Stres Belajar
Robert J. Van Amberg (Iyus Yosep, 2009:52) membagi stres
menjadi 5 tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Stres tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan seperti: semangat
yang tinggi, penglihatan tajam dan tidak seperti biasanya,
energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan
pekerjaan lebih dari biasanya. Tahapan ini biasanya
memnyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tetapi
tanpa disadari bahwa seberanya cadangan energi sedang
b. Stres tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan
energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang
sering dikemukakan diantaranya: merasa letih sewaktu bangun
pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa lelah
menjelang sore hari, terkadang gangguan dalam sistem
pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang
pula jantung berdebar-debar, perasaan tegang pada otot-otot
punggung dan tengkuk (leher belakang), perasaan tidak bisa
santai.
c. Stres tingkat III
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin nampak disertai
dengan gejala-gejala seperti: gangguan usus lebih terasa (sakit
perut, mulas, sering ingin ke belakang), otot-otot terasa lebih
tegang, perasaan tegang yang semakin meningkat, gangguan
tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur
kembali, atau bangun terlalu pagi),badan terasa oyong,
rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan).
d. Stres tingkat IV
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk
bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan-kegiatan
yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan
kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan
kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat, tidur semakin
sukar, mimpi-mimpi yang menegangkan, dan seringkali
terbangun dini hari, perasaan negativistik, kemampuan
berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat
dijelaskan, tidak mengerti mengapa.
e. Stres tingkat V
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari
tahapan IV, yaitu: keletihan yang mendalam, untuk
pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu, gangguan
sistem pencernaan lebih sering, sukar buang air besar atau
sebaliknya feses cair dan sering ke belakang, perasaan takut
yang semakin menjadi.
Tahapan stres juga diungkapkan oleh Alvin (2007: 100).
Alvinmembagi stres menjadi 4 tingkat utama, yaitu:
a. Stres reaktif
Pada tahapan ini stres yang timbul disebabkan oleh tekanan
dantuntutan terhadap seseorang yang melebihi
terlambat menghadirikegiatan penting di sekolah, dimarahi di
depan kelas.
b. Stres kumulatif
Pada tingkat stres kumulatif, respon terhadap stres masih
berlangsungdan gejalanya meningkat dari waktu ke waktu.
Masalah-masalahtersebut sering menjadi penyebab seseorang
menjadi tidak produktif.Contohnya siswa tidak mampu mengerti
bahasa instruksi di sekolahatau terus-menerus diomeli atau
dimarahi.
c. Stres insiden kritis
Reaksi yang timbul pada tahapan ini adalah reaksi emosional
yangkuat. Stres pada tahap ini biasanya timbul karena tuntutan
yangmendadak, di luar dugaan, ancaman, dan insiden-insiden
khusus.Contohnya siswa yang diganggu secara fisik oleh kakak
kelas disekolah atau terlibat dalam kecemasan yang mengancam
jiwa
d. Stres postraumatis
Stres pada tahap ini timbul karena adanya peristiwa atau insiden
traumatis yang berhubungan dengan stres. Pada tahap ini
terjadidisfungsi kesadaran. Contohnya siswa yang diancam akan
dibunuholeh kakak kelasnya jika tidak menuruti kemauan kakak
kesimpulanbahwa tahapan stres ada beberapa macam. Namun,
stres dalam belajarbiasanya hanya meliputi dua kategori stres yang
pertama, yaitu stres reaktif dan kumulatif.
7. Dampak Stres dalam Belajar
Pada dasarnya dampak stres dalam belajar tidak jauh beda
dengandampak stres. Pada umumnya untuk mengetahui dampak stres
dalam belajar pada siswaterlebih dahulu akan dikaji mengenai dampak
stres. Dampak stres berbagaimacam bentuknya. Stres dapat berdampak
pada tubuh seseorang maupunpsikologis seseorang. Beberapa dampak dari
stres diantaranya menurutpendapat Santrock (2003: 557) stres dapat
mengakibatkan hilangnya nafsumakan, otot menjadi lemah, dan
menurunnya minat terhadap dunia.
Stres juga berpengaruh pada kesehatan tubuh seseorang. Menurut
BobLosyk (2007: 15) stres berdampak pada kesehatan fisik
seseorang.Dampak yang diakibatkan stres diantaranya adalah: penyakit
jantung stroke akibat tekanan darah naik, otot-otot menegang yang
kemudianmenyebabkan rasa sakit, otot menjadi lemah dan letih,
menimbulkan sakitkepala, sakit punggung dan rasa sakit di berbagai
bagian tubuh, asamlambung meningkat menjadikan perut mual dan luka
pada lambung, ataumungkin diare, sistem kekebalan tubuh goyah dan
menyebabkan tubuhmenjadi rentan terhadap penyakit, asma akibat stres,
terus-menerus, danpenyakit psikosomatik yaitu penyakit dimana tubuh secara
langsungterpengaruh oleh proses-proses pemikiran-pemikiran negatif
yang akanmengurangi kemampuan seseorang untuk menangkal penyakit,
danakhirnya berhasil mencapai kedudukan yang kuat di dalam
tubuhseseorang.
Menurut Alvin (2007: 18) dampak stres dalam belajar adalah:
a. Menurunnya Daya Tahan Tubuh
Awalnya ditandai dengan beberapa keluhan sepeti mengeluh
sakitperut atau demam menjelang ujian. Bagi remaja yang sedang
sakit,dan juga mengalami stres nantinya akan memperparah
kondisisakitnya. Stres berkepanjangan yang tidak ditangani hingga
dewasadapat memicu penyakit-penyakit seperti tekanan darah
tinggi,kolesterol, dan serangan jantung.
b. Respon Pikiran
Stres dalam waktu jangka panjang juga akan mempengaruhi
mentalremaja. Remaja menderita kelelahan mental dan patah
semangat, sertamengalami masalah-masalah perilaku dan
psikologis. Ada yangmenderita depresi dan kecemasan. Salah satu
dampak psikologis laindari stres adalah fobia. Remaja yang terus
tertekan dalam suatu halakan mengembangkan rasa takut terhadap
hal tersebut. Contohnyaadalah fobia terhadap ujian. Remaja yang
ketakutan saat akanujian, bahkan terkadang pergi ke sekolah saja
sudah cukupmenimbulkan emosi negatif. Bagi remaja dengan
kemampuanmengatasi stres rendah akan merusak rasa percaya diri.
Selain itu, jugaakan menimbulkan masalah perilaku, seperti:
berbuat onar di kelas,memosi meledak-ledak, menyendiri,
mengkonsumsi rokok, obatobatan,alkohol.
Jadi dapat disimpulkan bahwa stres dalam belajar berdampak
padakesehatan tubuh dan juga psikologis siswa. Dampak kesehatan tubuh
dapatdilihat dari menurunnya daya tahan tubuh yang dapat menimbulkan
siswarentan terhadap penyakit, dan dampak secara psikologis yaitu
akibatpikiran-pikiran negatif yang ada pada siswa yang menyebabkan
kehilangankepercayaan diri dan kecemasan pada diri siswa.
B. Lembaga Bimbingan Belajar
1. Pengertian Lembaga Bimbingan Belajar (LBB)
Depdiknas (2009) menyatkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah , dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejurusan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan
khusus. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
pendidikan sepanjang masa. Satuan pendidkan nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis. Kegiatan
pendidika informal dilakukan oleh keluarga lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri.
Dapat disimpulkan bahwa, Lembaga Bimbingan Belajar
adalah Lembaga Pendidikan Informal yang dibuat untuk membantu siswa
dalam menempuh pendidikan Formal melalui guru pembimbing yang
kompeten. Lembaga Bimbingan Belajar turut berperan dalam
mencerdaskan anak bangsa.
Lembaga Bimbingan Belajar cenderung sebagai tempat pelarian
siswa yang kurang di dalam lembaga formal yang bernama sekolah. Selain
itu, Lembaga Bimbingan Belajar juga memiliki tanggung jawab besar
karena mengemban kepercayaan orang tua dan wali untuk meningkatkan
kemampuan anaknya dibidang akademik, moral, sosial, dan agama serta
pendidikan kemandirian.
2. Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta
a. ProfilLembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta merupakan
salah satu lembaga penyelenggara jasa bimbingan belajar yang berdiri
di kota Yogyakarta. Letak Kantor Pusat dari Lembaga Bimbingan
55151, Telephone/Fax (0274) 418934. PO BOX 1188 Yogyakarta
55011. Pada tahun 1999, Lembaga bimbingan belajar ini telah
mendapatkan ijin dari Departemen Pedidikan dan Kebudayaan dengan
nomor. 057 / IB / M5 / Kpts / 1999, sebagai Lembaga Bimbingan
Belajar dengan Klasifikasi A. Neutron Yogyakarta telah mempunyai
lebih dari 64 Kantor cabang di seluruh Indonesia.
Asal kata Neutron Yogyakarta berasal dari kata Neutron dan
Yogyakarta. Kata Neutron diambil dari nama tempat didirikannya
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta, yaitu di Desa
Neytran. Kata Neutron sendiri dilihat dari konsep Fisika mempunyai
arti partikel pembentuk inti atom yang bermuatan, namun mempunyai
massa. Hal ini mengundang arti bahwa lembaga bimbingan belajar
Neutron Yogyakarta tidak mempunyai muatan apa-apa (muatan
politis, agama, atau yang lainnya)dalam penyelenggaraan jasa
bimbingan belaja, tapi lembaga ini mempunyai massa (pengikut) yang
banyak.
b. Sistem Bimbingan Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta
Setiap siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Neutron
Yogyakarta, siswa masuk dalam satu minggu sebanyak tiga kali
juga disediakan jadwal tambahan untuk mempersiapkan ulangan
harian, ulangan semester, dan persiapan Ujian Nasional.
c. Fasilitas Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta
Lembaga bimbingan belajar Neutron Yogyakarta, memberikan
fasilitas yang cukup lengkap dan nyaman bagi siswa, diantaranya
setiap siswa akan mendapatkan; modul buku terbaik dan terlengkap,
diberikan proset soal evaluasi, diberikan tes standar, diberikan tes
potensi akademik, diberikan tes simulasi dan gladi bersih Ujian
Nasional, serta tes detectioan(tes psikologi), selain itu fasilitas yang
akan didapat siswa ialah absen sidik jari/finger print, hot spot area,
konsultasi pelajaran atau PR.
Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Yogyakarta juga
memberikan tes persiapan masuk SMA Taruna Nusantara Magelang
khusus untuk kelas IX SMP. Selain itu, Neutron Yogyakarta juga
megadakan Parent meeting untuk mengakomodir tuntutan belajar dan
kebutuhan siswa, hal ini bertujuan untuk membantu perkembangan
siswa dan mengetahui siswa dalam menguasai materi dasar dan
termasuk aspek ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Setiap pertemuan
orang tua, akan diberikan laporan hasil-hasil evaluasi belajar secara
berkal, sehingga orang tua juga dapat memantau perkembangan
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa maupun Orang Tua mengikuti Bimbingan Belajar:
a. Faktor Internal
Yang menjadi faktor internal bimbingan belajar adalah siswa
menjadi kurang mendapat perhatian dari orang tua karena kesibukan
untuk mengikuti bimbingan belajar, di sisi lain siswa merasa terforsir
sehingga kurang mendapatkan waktu untuk istirahat dan jika siswa
sudah malas tidak ada kemauan lagi untuk belajar.
b. Faktor Eksternal
Yang menjadi faktor internal bimbingan belajar adalah siswa
menjadi kurang mendapat perhatian dari orang tua karena kesibukan
untuk mengikuti bimbingan belajar, di sisi lain siswa merasa terforsir
sehingga kurang mendapatkan waktu untuk istirahat dan jika siswa
sudah malas tidak ada kemauan lagi untuk belajar.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terlaksananya
sebuah lembaga bimbingan belajar berkat dukungan dari orangtua,
karena harapan orang tua supaya anak menjadi cerdas dan tercapai
cita-citanya, selain itu karena para orang tua kebanyakan memiliki
pengetahuan mengenai pendidikan yang terbaru sehingga mereka tidak
mampu membimbing anaknya secara maksimal untuk belajar.
Dengan mengikuti bimbingan belajar anak menjadi lebih
berwawasan luas dan mempunyai banyak teman sehingga anak
menjadi giat dan fokus untuk belajar.Faktor eksternal bimbingan
belajar tidak cukup hanya dari orang tua tetapi juga guru/tentor,
guru/tentor merupakan faktor pendukung utama dalam pembelajaran,
hal ini di karenakan guru menjadi panutan bagi anak didiknya.
4. Dampak dari lembaga Bimbingan Belajar a. Dampak Positif
1) Prestasi meningkat
Dengan mengikuti kegiatan bimbingan belajar banyak sekali
manfaat yang dapat diambil salah satunya yaitu meningkatkan
prestasi. Dari jelek menjadi mendapat nilai yang lebih baik, oleh
sebab itu bimbingan belajar sangat perlu untuk diikuti khususnya
oleh anak yang kurang mampu dalam pelajaran.
2) Lebih Percaya Diri
Mengikuti bimbingan belajar ini membuat siswa menjadi lebih
percaya diri. Jadi lebih semangat dan bisa mengetahui sampai
dimana kemampuan yang dimilikinya.
3) Mandiri
Mengikuti bimbingan belajar membuat siswa juga lebih mandiri
dan disiplin dalam mengatur waktu untuk belajar. Sehingga
mereka tidak tergantung pada orang lain, selagi siswa masih bisa
dengan pengetahuan dan bekal yang ia peroleh dari bimbingan
belajar.
4) Menumbuhkan Kemauan Belajar
Mengikuti bimbingan belajar tidak hanya mendapat ilmu ataupun
wawasan lebih luas tapi juga mendapat banyak teman baru, karena
mempunyai teman-teman yang baru membuat siswa memiliki
semangat untuk bersaing meraih prestasi disekolah.
5) Meminimalisir Waktu Bermain
Banyak kegiatan yang siswa lakukan sepulang sekolah, tambahan
jam pelajar di sekolah, kerja kelompok, atau mengikuti bimbingan
belajar, sehingga membuat waktu bermain siswa mulai berkurang
karena harus belajar.
6) Mempunyai Rasa Ranggungjawab
Mengikuti bimbingan belajar dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab pada diri siswa utuk terus belajar. Dengan adanya tanggung
jawab siswa dapat membagi waktunya kapan ia harus belajar dan
kapan ia harus bermain, sehingga siswa menjadi lebih bersemangat
untuk belajar karena memiliki keinginan untuk bisa meraih
cita-cita yang diharapkannya ataupun orangtuanya.
b. Dampak Negatif
Karena dengan belajar siswa menjadi terus ditekan pikirannya,
sehingga siswa kurang beristirahat yang dapat mempengaruhi
kesehatannya, bisa juga timbul rasa malas untuk belajar karena
kurangnya istirahat, belajar menjadi tidak fokus dan informasi baru
sulit untuk dipahami.
2) Kurang Kasih Sayang dari Orang tua
Mengikuti bimbingan bekajar membuat siswa, lebih lama bertemu
dengan guru di sekolah maupun tentor di tempat bimbingan
belajar, hal ini membuat kedekatan emosi antara siswa dengan
orang tua menjadi jauh, selain itu kurangnya kemampuan yang
dimiliki orang tua dalam mendapingi belajar siswa dengan sistem
pendidikan yang terus berkembang membuat orang tua lebih
mempercayakan bimbingan belajar dari pada harus mendapingi
sendiri.
3) Gaya Belajaryang Berbeda pada Setiap Siswa
Dalam mengikuti bimbingan belajar tidak semua siswa
mempunyai kemampuan daya tangkap yang sama, fokus setiap
siswa beda, gaya belajar sitap siswapun juga
berbeda-beda. Ada siswa yang gaya belajarnya bertipe visual sehingga ia
harus fokus memperhatikan guru/tentor dalam memberi
penjelasan, namun siswa ini akan terganggu ketika ia menemukan
memperhatikan guru/tentor yang menjelaskan. Dalam hal ini,
guru/tentor yang mempunyai peran yang besar dalam
mengkondisikan siwa sehingga, suasana kelas yang nyaman dapat
tercipta untuk siswa belajar.
Dari penjabaran hasil wawancara peneliti dengan siswa serta orang
tua, dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar sangat penting untuk
siswa yang kurang mampu dalam belajar, siswa yang ingin mengejar
prestasi di sekolah, dan bagi siswa yang orang tuanya sibuk bekerja atau
kurang mampu mendampingi dalam belajar. Dengan mengikuti
bimbingan belajar siswa memiliki rasa tanggung jawab sebagai siswa
untuk belajar dan berprestasi di sekolah, siswa memiliki motivasi untuk
merealisasikan cita-citanya, dan memenuhi harapan orang tua yang
dibebankan kepadanya.
C. Layanan Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu bidang bimbingan, untuk
mengkaji pengertian bimbingan belajar terlebih dahuilu akan dibahas
mengenai hakikat bimbingan itu sendiri. Pengertian bimbingan menurut
Crow & Crow (Prayitno, 2004: 94) adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan
baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur