BAB II
IDENTIFIKASI MASYARAKAT SIKH DI KOTA MEDAN
2.1 Gambaran Umum Kota Medan
Medan merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota terbesar di pulau Sumatera. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Dimana di sebelah utara kota Medan berbatasan dengan selat Malaka. Di sebelah timur kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah selatan kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang, dan di sebelah barat kota Medan juga berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang.
Iklim Kota Medan, dipengaruhi oleh letaknya yang berada di Pesisir Timur Pulau Sumatera yang berarti dekat dengan Selat Malaka. Keadaan ini menyebabkan iklim Kota Medan cenderung panas ataupun tropis dengan suhu berkisar antara 24’-36’.
Km dari pantai, terdiri dari rawa-rawa yang mempunyai kedalaman 0,5 m sampai 2,5 m ketika pasang surut dan pasang naik7.
Secara konstitusional Negara Indonesia di bagi dalam daerah provinsi dan daerah yang lebih kecil (Kota-Kabupaten). Masing-masing daerah pada dasarnya memiliki sifat otonom dan administratif. Adanya daerah, menjadikan adanya pemerintahan daerah, pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan tehnis pemerintahan, merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya pemerintahan daerah di Indonesia.
Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi semangat penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004, yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Binamarga Pemko Medan
Tabel 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan
Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima (5) sifat, yaitu : ( 1) Pemberian pelayanan, (2) Fungsi pengaturan (penetapan perda), (3) Fungsi pembangunan, (4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah Propinsi /Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.
perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 1,036,926 1,060,684 2,097,610
Sumber: BPS Kota Medan, Sensus Penduduk 2010
2.2 Sejarah Lahirnya Agama Sikh
Sikhisme (bahasa:Punjabi) adalah agama keenam terbesar di dunia. Agama
ini berkembang pesat pada abad ke 16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti “murid” atau “pelajar”. Agama Sikh atau Sikhisme adalah sebuah agama orang India, agama baru ini mengandung sedikit ajaran Islam dan Hindu di bawah semboyan “Bukan Hindu dan bukan Muslim”.
Agama Sikh bermula di Sultanpur, berhampiran dengan Amritsar di wilayah Punjab, India. Pendiri dari agama Sikh ini ialah Guru Nanak (1469-1539), seorang yang pada asalnya beragama Hindu tetapi atas keinginannya untuk menjadikan sebuah agama yang boleh diterima oleh semua orang di India, Guru Nanak telah menggabungkan ciri-ciri terbaik agama Islam dan Hindu. Beliau dilahirkan dalam keluarga Hindu yang ketat pada tahun 1469. Guru Nanak sejak kecil sudah menunjukkan pemberontakan terhadap ajaran Hindu. Sebuah kisah yang paling terkenal adalah bagaimana Guru Nanak kecil menolak pemasangan benang suci janeu8. Dalam tradisi Brahmin, bocah kecil yang beranjak dewasa akan mendapatkan benang suci putih yang diikatkan melingkar dari pundak kiri ke pinggang kanan. Benang ini dipakai terus sepanjang hidup. Setidaknya sekali dalam setahun, janeu kaum Brahmin diganti dalam upacara khusus. Hanya orang kasta Sudra (kasta terendah) yang tidak melingkarkan janeu di tubuh mereka. Tetapi Guru Nanak tak peduli, tetap tak mau memasang benang itu ke tubuhnya. Baginya, kualitas manusia bukan ditentukan oleh benang.
Beliau bersabda,
“Meskipun mereka melakukan pencurian, perzinahan, kebohongan, pelecehan, perampokan, dosa yang tak terbilang jumlahnya, menyakiti sesama makhuk siang malam, tetapi benang kapas selalul dilingkarkan Brahmana ke tubuh mereka. Mereka menggelar upacara, membunuh kambing, menyiapkan makanan, dan orang suci berkata ‘pasanglah janeu’. Ketika janeu itu sudah tua, benang itu dibuang, diganti yang lain. Tidaklah dawai itu kekal dan abadi kalau ia selalu rusak dan dibuang.”
Semasanya, Guru Nanak sering berdebat dengan pemuka agama Hindu dan Muslim. Saripati keagungan kedua agama besar itu juga nampak dalam ajarannya. Guru Nanak adalah musafir, menempuh perjalanan beribu-ribu kilometer untuk mencari kebenaran hidup, pencerahan batin, dan keagungan Tuhan. Ia melintasi gunung-gunung salju Himalaya menuju Tibet, melintasi padang pasir Sindh, menyeberangi lautan Arabia, menempuh perjalanan suci ke tanah Mekkah, Baghdad, Persia, Afghan, untuk belajar dari alam semesta raya.
Sri Guru Granth Sahib, kitab suci umat Sikh, bukan hanya ditulis oleh guru-guru
Sikh, tetapi juga oleh orang suci dari kepercayaan dan agama lain.
Hanya ada satu Tuhan, manusia bisa berhubungan langsung dengan Tuhan tanpa perlu perantaraan ritual atau pendeta, dan penolakan terhadap pembedaan manusia berdasar kasta dan gender adalah poin-poin utama dalam ajaran Sikh.
Rangkaian ini berakhir pada tahun 1708 selepas kematian Sri Guru Gobind Singh yang tidak meninggalkan pengganti manusia tetapi meninggalkan satu himpunan skrip suci yang dipanggil Adi Granth. Skrip ini kemudian diberi nama
Sri Guru Granth Sahib (yang merupakan kitab suci umat Sikh). Sri Gobind Singh
juga telah menubuhkan sebuah persatuan “Persaudaraan KhalsaSikh”.
2.2.1 Ciri kaum sikh
Gambar 2.1 Umat Sikh menggunakan penutup kepala didalam Gurdwara Selain ciri diatas, ciri-ciri masyarakat Sikh secara khusus dapat diketahui melalui khalsa. Kata "Khalsa" berarti "murni", para Khalsa adalah umat Sikh yang telah mengikuti upacara suci ‘Amrit’ yang diprakarsai oleh Guru Sikh ke-10, Guru Gobind Singh. Upacara baptisan Khalsa dilakukan sebagai bagian dari evolusi spiritual yang pribadi ketika memulai siap untuk sepenuhnya hidup sesuai dengan harapan yang tinggi dari Guru Gobind Singh. Semua Sikh diharapkan mengikuti
Khalsa atau bisa bekerja sama menuju tujuan itu. (www.sikhs.org)
Upacara baptisan Khalsa termasuk minum dari Amrit (air gula diaduk dengan belati) di hadapan lima Khalsa sikh serta Guru Granth Sahib. Para Khalsa diperintahkan untuk menuruti peraturan berikut ini: (a) Anda tidak akan pernah menghilangkan rambut dari bagian tubuh-Mu, (b) Anda tidak akan menggunakan tembakau, alkohol atau minuman keras lainnya, (c) Anda tidak akan makan daging dari hewan disembelih dengan cara Islam, (d) Anda tidak berzinah. Para
Khalsa kemudian diperbolehkan memakai simbol-simbol fisik Khalsa di
sepanjang waktu serta mengikuti kode etik Khalsa9.
Setelah melakukan Khalsa maka mereka harus menggunakan benda-benda kepercayaan jasmaniah berikut ini:
(1) Karra
Karra yang berarti pertalian atau persaudaraan yang erat diantara pengikut
agama Sikh. Karra merupakan sebuah Gelang yang terbuat dari baja tertentu. Maknanya yaitu: ikutilah agama secara menyeluruh, melambangkan suatu kebulatan antara sesama umat Sikh, dan yang terakhir adalah sebagai penangkal dari aura-aura dan kekuatan negatif.
Gambar 2.2 Karra
(2) Khanga yang berarti sisir. Umat Sikh harus terlihat rapi. Dengan
menggunakan sisir ini mereka merapikan rambut yang kekusutan dan membersihkan rambut dari kotoran.
Gambar 2.3 Khanga
Gambar 2.4 Kesh
Saat ini penggunaan Kesh mengalami perubahan. Dimana, tidak semua lelaki Sikh menggunaan Kesh tersebut. Hal ini dilakukan karena pada saat ini juga tidak semua lelaki Sikh berambut panjang.
(4) Kirpan merupakan pedang kecil. Ini merupakan simbol dari aktifitas
kebaikan, penghormatan dan juga penghormatan pada diri sendiri. Namun pada zaman sekarang kirpan banyak digantikan dengan pedang-pedangan karena takut dianggap sebagai teroris.
Gambar 2.5 Kirpan
(5) Kachha yang berarti celana pendek. Merupakan suatu simbol pengawasan
terhadap diri sendiri dan sifat moral yang tinggi.
Dalam wawancara yang penulis lakukan, saat ini terjadi perubahan dalam penggunaan Kachha ini. Dimana, saat ini, kachha tidak selalu digunakan oleh semua kaum lelaki Sikh.
Uraian di atas merupakan ciri-ciri kaum Sikh pada masa awal agama ini berdiri. Di dalam perkembangannya, beberapa penggunaan ciri ini banyak bergesar. Sebagai contoh saat ini tidak semua laki-laki Sikh memanjangkan rambutnya. Di dalam beberapa kali ibadah yang penulis ikuti, penulis menjumpai banyak pria Sikh yang saat ini tidak berambut panjang. Tetapi pemuka agama mereka seperti pendeta dan beberapa orang-orang tertentu masih memanjangkan rambut mereka. Hal ini ditandai dengan penggunaan sorban oleh para pendeta. Jemaat laki-laki yang lain, ada umumnya hanya memakai penutup kepala saja. Dari keadaan ini, penulis juga melihat adanya perkembangan penggunaan sorban oleh para laki-laki Sikh. Yang dimana, karena rambut mereka saat ini tidak lagi panjang, maka mereka tidak lagi menggunakan sorban.
Gambar 2.7 Penggunaan Ciri Laki-laki Sikh
pakaian yang mereka kenakan mirip ataupun hampir sama dengan baju sari yang sering digunakan oleh perempuan India pada umumnya.
Gambar 2.8 Penggunaan Ciri Perempuan Sikh
2.3 Keberadaan Agama Sikh di Medan
Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan tentang keberadaan Agama
Sikh di kota Medan. Beberapa hal yang menyangkut di dalamnya seperti sejarah agama Sikh, sistem ibadah yang dimana nanti akan dibahas juga tentang tempat ibadah yang merupakan lokasi penelitian penulis yaitu Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan. Sistem bahasa dan sistem kesenian juga akan menjadi bagian dari pembahasan pada topik ini karena dianggap penting dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari umat Sikh.
2.3.1 Sejarah agama sikh di medan
beberapa yang dibonceng oleh tentara sekutu pada perang dunia kedua. Mereka dipekerjakan pada perkebunan-perkebunan milik pemerintah. Namun kurang begitu terekspos beritanya. Kemudian mereka mulai masuk ke Indonesia secara bertahap dan akhirnya menjadi berkembang. “Paktua saya dulu ikut menjadi pejuang kemerdekaan, beliau meninggal pada tahun 1975”, tutur Baldev.
Di Indonesia umat Sikh sudah mencapai 80.000 Jiwa. Mereka hidup menyebar di seluruh pelosok tanah air seperti Jakarta, Medan, dan Palembang. Dan umat Sikh yang terbesar ada di wilayah Medan dan sekitarnya.
Telah diketahui bahwa sejak perkebunan tembakau dibuka (1863) di Sumatera Utara oleh Jacobus Nienhys, buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa didatangkan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di berbagai wilayah di Sumatera Utara. Orang-orang Sikh yang bekerja di perkebunan pada umumnya bekerja sebagai pengawas dan pengantar surat di perkebunan, serta memelihara ternak sapi. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia (Zulkifli Lubis 2005).
Gelombang kedatangan buruh perkebunan inilah yang membawa masyarakat Sikh, agama dan kebudayaannya masuk ke kota Medan.
Karang Sari, Polonia), Gurdwara Tegh Bahadar (jalan Polonia), dan Gurdwara
Nanak Dev Ji (jalan Karya Murni).
2.3.2 Sistem bahasa
Bahasa merupakan suatu bentuk perantara dalam melakukan komunikasi, baik itu secara lisan maupun tulisan. Seperti yang telah penulis kemukakan pada bab pertama, bahwa penganut agama Sikh pada umunya ialah bangsa India dengan suku Punjabi, maka bahasa yang mereka gunakan ialah bahasa Punjabi. Walaupun mereka juga tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan suku lain. Tetapi pada saaat di dalam tempat ibadah, sesama mereka umumnya mereka menggunakan bahasa Punjabi.
dimengerti karena jenis bahasa tersebut dicampur dengan bahasa Inggris. Pada dapat dilihat dari sistem mata pencaharian dan sistem kekerabatan mereka.
2.3.3.1 Sistem mata pencaharian
Pada masa saat ini, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Sikh di berbagai tempat secara umum memiliki mata pencaharian yang hampir sama. Sistem mata pencaharian masyarakat Sikh dikenal dengan sebutan ‘S4’, yaitu: sekolah, susu, sport, dan supir. Sekolah artinya menjadi seorang guru dengan menempuh pendidikan yang tinggi, kebanyakan dari mereka menjadi guru Bahasa Inggris. Susu artinya menjadi seorang peternak sapi atau lembu yang sejak dulu susu perahannya sudah dikenal banyak orang. Sport artinya membuka toko sport yang menjual semua peralatan olahraga. Supir artinya menjadi seorang supir (Wawancara dengan BapakDalip Singh, 19 April 2012).
Dan ini terlihat di Polonia, meskipun mereka mempunyai pekerjaan yang lebih bagus tetapi tetap saja mereka menjadi peternak sapi guna mendapatkan susu dan minyak sapi. Susu hasil perahan ini dikonsumsi sendiri, dijual sedangkan minyak sapinya digunakan untuk campuran makanan seperti makanan yang terdapat di
Gurdwara. Veneta (1998:26) menjelaskan bahwa dalam beternak sapi, umat Sikh
mendapatkan kesulitan memperoleh surat izin usaha dari pemerintah agar ternak yang diperbolehkan keluar dari tanah peternak untu merumput di hutan, resiko ternak mati, dicuri, sakit dan biaya pengobatan, jumlah susu berkurang karena kurangnya rumput. Dan karena itu, tidak banyak lagi masyarakat Sikh bekerja sebagai peternak sapi dan jika yang masih menekuninya itu karena ia memiliki lahan yang luas sehingga di bagian belakang rumahnya dapat memelihara sapi. Dan karena beberapa faktor itulah yang menyebabkan kurangnya suku bangsa Punjabi yang memelihara sapi. Namun dalam hal ini mata pencaharian suku bangsa ini menyatakan bahwa pada prinsipnya, jika mereka memiliki kemampuan dalam hal ekonomi lebih baik membuka usaha sendiri dari pada harus bekerja dengan orang lain (Nababan, Surya Christina, 2011).
2.3.3.2 Sistem kekerabatan
♂ ♀
Sekhon, Maan, Dieol, Sran, Sandhu, Gill, Dhillon, Siwia, Senggah, Sidhu, dan
lain sebagainya.
2.4 Pokok Ajaran Sikh
Sikh merupakan salah satu agama yang ada di dunia ini. Sikh merupakan agama yang paling muda dari semua agama yang ada di dunia ini. Agama ini berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar". Agama ini merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa Punjabi di India.
Bersarkan pada artikel pertama dari Rehat Maryada10 seorang Sikh di defenisikan adalah manusia yang percaya pada satu Tuhan (Ek Onkar), kesepuluh guru mulai dari guru Nanak sampai guru Gobind Singh, kitab Sri Guru Granth
Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang diwariskan oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang kesetiaan kepada agama lainnya.
(Rehat Maryada, Kode Etik Sikh).
Berikut ini merupakan lima pokok ajaran agama Sikh:
1. Sikh hanya mengakui adanya satu Tuhan. Dia adalah Tuhan yang sama untuk semua orang dari semua agama.
2. Jiwa berjalan melalui siklus kelahiran dan kematian sebelum mencapai bentuk manusia. Tujuan hidup kita adalah memimpin eksistensi teladan sehingga orang dapat bergabung dengan Tuhan. Sikh harus ingat Tuhan setiap saat dan mempraktekan kehidupan yang baik dan benar dengan tetap menjaga keseimbangan antara kewajiban spiritual mereka dan kewajiban temporal.
3. Jalan yang benar untuk mencapai keselamatan dan penggabungan dengan Tuhan tidak memerlukan penolakan dari dunia atau hal lainnya, tetapi menjalani kehidupan rumah tangga yang jujur dan menghindari godaan duniawi dan dosa.
4. Sikhisme mengutuk ritual buta seperti puasa, mengunjungi tempat-tempat
ziarah, takhayul, ibadah orang mati, dan menyembah berhala.
2.5 Kesepuluh Guru
Ada sepuluh guru yang sampai saat ini menjadi guru yang memberikan pengajaran tentang Sikh. Mereka juga merupakan orang-orang yang menulis tentang ajaran-ajaran baik dalam agama ini yang dibuat kedalam Sri Guru Granth Sahib.
2.5.1 Guru nanak dev
Guru Nanak sebagai guru pertama dari umat Sikh, seperti yang telah kita saksikan, mengajarkan agama yang berbeda dengan agama Hindu. Ide keagamaannya hampir-hampir sama dengan ajaran Islam. Namun sebagai ironi sejarah, dengan berlalunya waktu, maka kaum Sikh yang menyatakan diri sebagai pengikut Guru Nanak.11
Gambar 2.9 Guru Nanak Dev
Guru Nanak merupakan salah wsatu guru yang banyak memberi ajaran yang di masukkan ke dalam kitab suci agama Sikh, yang dimana dalam kesehariannya mereka sering membaca dan meneladani ajaran baik dari guru ini.
2.5.2 Guru angad dev
Guru Pewaris pertama dari Guru Nanak dan Guru yang kedua adalah Bhai Lehna, belakangan disebut sebagai Guru Angad (1539–1552). Dia adalah pengikut yang berbakti dari Guru Nanak, dan menjalani hidup sederhana seperti guru besarnya. Sumbangan Guru Angad yang terbesar kepada sejarah Sikh dan agamanya adalah pembagian naskah Punjabi. Gurmukhi, catatan yang di dalamnya terdapat hymne dan kata-kata dari Guru Nanak. Ini membentuk inti dari kitab suci Sikh yang belakangan hari berkembang menjadi Sri Guru Granth Sahib.
Gambar 2.10 Guru Angad Dev
2.5.3 Guru amar das
bersama-sama. Dinyatakan bahwa Guru Amar Das sebagai pembaharu sosial yang besar.
Gambar 2.11 Guru Amar Das
2.5.4 Guru ramdas ji
Gambar 2.12 Guru Ramdas Ji
2.5.5 Guru arjan dev
Guru yang kelima, Arjun (1581 – 1606) yang memainkan peranan menentukan dari sejarah kaum Sikh. Awal mulanya, dia meneruskan pembangunan Kuil Emas dan menyediakan bagi kaum Sikh suatu markas dan tempat berlatih. Kedua, dia mengumpulkan Kitab Suci Sikh, Sri Guru Granth
Sahib, di mana dia memasukkan karangannya sendiri bersama-sama keempat
Gambar 2.13 Guru Arjan Dev
2.5.6 Guru har gobind
Guru yang keenam, Har Gobind (1606 – 1645), dikelilingi tukang pukul dan memerintahkan para pengikutnya untuk mempersenjatai diri. Dalam kuil-kuil
Gambar 2.14 Guru Har Gobind
2.5.7 Guru har rai
Gambar 2.15 Guru Har Rai
2.5.8 Guru har krishan
Har Krishan masih kanak-kanak ketika ditunjuk sebagai Guru. Kakaknya yang lebih tua, Ram Rai memisahkan diri dan membentuk sekte yang terpisah. Hari Krishen meninggal disaat dia berumur baru sembilan tahun. Di saat kematian Guru Hari Krishan, maka beberapa orang menyatakan bahwa mereka berhak menjadi gadi dari Guru.
2.5.9 Guru tegh bahadur
Orang yang akhirnya menjadi Guru ke sembilan adalah Tegh Bahadur (1664–1675). Ram Rai sebagai saingan terdekat menjadi musuh bebuyutannya. Rakyat India merasa tidak puas dengan kebijakan agama dari maharaja Aurangzeb. Guru Tegh Bahadur berada di antara lawan maharaja yang melakukan diskriminasi agama dan kurang toleran. Cunningham menulis bahwa Tegh Bahadur telah mengorganisir rombongan perampok, dan menindas, serta memaksa penduduk pedesaan.13 Ram Rai menarik perhatian Qadi yang marah terhadap Guru. Qadi mengambil keuntungan di saat ketidakhadiran maharaja di Delhi dengan memberlakukan hukum mati kepada Guru dengan alasan memberontak Putera Guru Tegh Bahadur, Gobind Sind menjadi Guru berikutnya.
Gambar 2.17 Guru Tegh Bahadur
2.5.10 Guru gobind singh
tetapi dia mewariskan semua ajaran termasuk ajaran kesembilan guru sebelumnya kedalam sebuah kitab suci. Sehingga kitab suci tersebut dianggap sebagai guru kesebelas yang dimana semua ajaran tentang agama Sikh tinggal di dalamnya.
Dalam otobiografinya, Bichitra Natak, dia menulis: “Tuhan memerintahkan saya untuk pergi ke dunia. Pikiranku pada saat itu terpusat pada bunga anggrek di kaki Tuhan. Saya tidak ingin pergi, tetapi Tuhan mengirimku ke dunia dengan suatu mandat, firman Nya: ‘Aku pelihara engkau sebagai Putera Ku, dan mengirimkan engkau untuk menegakkan kemuliaan dan menyelamatkan rakyat.” Guru Gobind Singh melakukan suatu upacara yang disebut Khanda
di-Pahul (Baptis Pedang), di mana dia memandikan lima murid yang terpilih disebut
Piyaras. Dia mengirimkan satu cawan besi dan menaruhkan beberapa gula dan air
di dalamnya. Kemudian dia mengaduknya dengan belati bersisi dua, dan menyebut adukannya sebagai Amrita, dan kelima Piyara meminumnya kemudian memakan sejenis bubur yang disebut Karah Parshad. Mereka diminta untuk memakai nama ‘Singh’ (singa) dan memakai senjata pribadi serta memakai baju perang.
2.6 Hari-Hari Besar Sikh
Berdasarkan wawancara kepada Bhai Dalip Singh, hari besar agama Sikh adalah setiap hari lahir dan meninggalnya semua Guru, tahun baru Sikh dan juga hari Vaisakhi atau hari jadi agama Sikh (1699).
No Peristiwa / Nama Guru Tanggal Peringatan Kelahiran Kematian 1 Tahun Baru Sikh Tanggal 1 Bulan Cet atau 14 Maret
2 Vaisakhi 13 April
3 Guru Nanak Dev 15 April 1469 22 September 1539 4 Guru Angad Dev 31 Maret 1504 29 Maret 1552 5 Guru Amar Das 5 Mei 1479 1 September 1574 6 Guru Ram Das 24 September 1534 1 September 1581 7 Guru Arjan Dev 15 April 1563 30 Mei 1606 8 Guru Har Gobind 19 Juni 1595 3 Maret 1644 9 Guru Har Rai 26 Februari 1630 6 Oktober 1661 10 Guru Har Krishan 7 Juli 1656 30 Maret 1664 11 Guru Tegh Bahadur 1 April 1621 11 November 1675 12 Guru Gobind Singh 22 Desember 1666 7 Oktober 1708
Tabel 2.3 Hari Besar Agama Sikh