• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Musikal Dan Tekstual Ayat-Ayat Asa Di Waar Dalam Ibadah Mingguan Umat Sikh Di Gurdwara Tegh Bahadar, Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Musikal Dan Tekstual Ayat-Ayat Asa Di Waar Dalam Ibadah Mingguan Umat Sikh Di Gurdwara Tegh Bahadar, Medan Polonia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sikh adalah ‘agama’ keenam terbesar yang ada di dunia (Jack David Eller

dalam Introducing Anthropology of Religion 2007: 187). Sikh didirikan oleh Guru

Nanak Dev Ji (1469-1539) di Punjab pada akhir abad ke-15, dan berkembang

pesat pada abad ke-16 sampai 17. Agama ini mayoritas berkembang pada

masyarakat suku Punjabi itu sendiri.

Pesatnya perkembangan agama Sikh juga menyebabkan terjadinya

penyebaran ke seluruh wilayah di dunia. Begitu juga dengan wilayah di Indonesia,

secara khusus di Sumatera Utara. Menurut Tengku Luckman Sinar (1991), dalam

tahun 1930 sudah lebih dari 5000 orang masyarakat Sikh tersebar di Sumatera

Utara antara lain di kota Medan, Binjai, Lubuk Pakam, Kisaran, Pematang

Siantar, Perbaungan, dan Tebing Tinggi.

Sikh secara umum merupakan salah satu ajaran agama. Akan tetapi,

menurut Bapak Daliph Singh1, kata Sikh itu sendiri mempunyai tiga makna, yakni:

1. Belajar terus-menerus.

2. Hidup dalam kesederhanaan.

3. Percaya hanya kepada satu Tuhan yang disebut dengan Waheguru2.

Bapak Dalip Singh merupakan salah satu Pendeta kaum Sikh yang saat ini bertugas di Gurdwara Tebing Tinggi.

(2)

Seperti semua agama yang ada di dunia, Sikh juga memiliki tata cara

penyembahan tersendiri terhadap Waheguru. Penyembahan rutin mereka salah

satunya ialah ibadah bersama jemaat yang mereka lakukan di Gurdwara3 setiap

hari Minggu yang dimulai pukul 09.00 WIB dan biasanya berakhir pada pukul

12.00 WIB. Setelah mengikuti ibadah secara langsung, penulis mendapati bahwa

ibadah Sikh terdiri dari 3 bagian besar yang dimulai dengan pelaksanaan Asa Di

Waar lalu Kirtan dan diakhiri dengan Ardas. Asa Di Waar berasal dari kata ‘Asa’

yang mempunyai arti pengharapan, ‘Di’ yang artinya ‘kepada Tuhan’, dan Waar

yang artinya nyanyian. Jadi Asa Di Waar dapat diartikan sebagai

nyanyian-nyanyian yang berisi tentang perngharapan kepada Tuhan. Asa Di Waar

merupakan kumpulan 24 ayat yang diambil dari halaman empat ratus enam puluh

dua sampai empat ratus tujuh puluh lima (462-475) kitab suci Sikh yang bernama

“Sri Guru Grant Sahib” yang biasanya untuk mempermudah penggunaannya

dibuat ke dalam 1 buah buku. Kirtan adalah bentuk pemujaan kepada Waheguru.

Ayat yang dimaksudkan dalam hal ini menurut umat Sikh adalah kumpulan dari

beberapa kalimat yang merujuk pada tujuan yang sama yang dijadikan dalam satu

bagian besar. Ini dilakukan dengan menyanyikan lagu-lagu pujian yang diambil

dari kitab suci Sri Guru Granth Sahib. Ardas adalah doa yang umum bagi umat

Sikh dan biasanya dilakukan di akhir ibadah. Ini adalah suatu cara untuk

mengingat Waheguru, kesepuluh guru dan juga pengorbanan yang dilakukan

semua umat Sikh.

3

Gurdwara ialah nama rumah ibadah kaum Sikh. Gurdwara artinya gerbang menuju

Guru. Gurdwara dapat dikenali dari jauh dengan tiang tinggi yang diujungnya berkibar bendera

(3)

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis lebih lanjut akan membahas tentang

Asa Di Waar secara spesifik, yang merupakan bagian pertama dalam tata ibadah

mingguan Sikh karena bagian kedua dan ketiga dari ibadah agama Sikh telah

dibahas lebih dahulu pada karya ilmiah dalam bentuk skripsi.

Asa Di Waar merupakan kidung pujian yang selalu menjadi pendahuluan

dalam ibadah. Asa Di Waar dalam ibadah rutin umat Sikh biasanya dinyanyikan

dengan iringan ensambel musik, seperti harmonium dan tabla. Asa Di Waar

memakai konsep repetisi dalam pelaksanaannya, sebagai contoh ayat pertama

dinyanyikan oleh pemimpin (yang bertindak sebagai pimpin di sini ialah pemusik

secara langsung) lalu ayat itu diulangi lagi oleh para peserta (yang bertindak

sebagai peserta adalah jemaat). Demikian seterusnya sampai ayat ke-24 selesai

dinyanyikan. Asa Di Waar biasanya berdurasi kurang lebih sembilan puluh (90)

menit.

Dalam pelaksanaannya, Asa Di Waar berarti membaca ayat-ayat yang

berupa pengharapan kepada Waheguru dengan cara dinyanyikan. Oleh sebab

penyajian dinyanyikan maka Asa Di Waar memiliki melodi dan teks. Dalam hal

ini, Asa Di Waar dilaksanakan dengan cara strofik; yaitu melodinya dinyanyikan

secara berulang-ulang tetapi teksnya berubah-ubah sesuai dengan isi setiap ayat.

Lebih lanjut penulis ingin melihat hubungan antara teks dan melodi (musikal)

pada Asa Di Waar. Hal ini menjadi satu dari beberapa alasan penulis untuk

mengangkat topik ini sebagai objek penelitian.

Hal lain yang menjadi kepentingan penulis untuk mengangkat judul ini

(4)

penulis mendapati bahwa ke-24 ayat pada Asa Di Waar memiliki cerita dan

makna tersendiri. Sehingga penulis ingin melihat lebih jauh tentang makna yang

terkandung di dalam Asa Di Waar ini.

Asa Di Waar ini merupakan bagian dari ibadah keagaaman, maka

penelitian dilakukan di Gurdwara Tegh Bahadar, yang terletak di Jalan Polonia,

Medan. Lebih lanjut, tesis ini akan diberi judul, “Analisis Musikal dan Tekstual Pembacaan Ayat-Ayat Asa Di Waar dalam Ibadah Mingguan Umat Sikh di

Gurdwara Tegh Bahadar, Medan Polonia.”

1.2 Pokok Permasalahan

Dalam penulisan proposal ini, penulis membuat batasan masalah untuk

menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah

juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimanakah struktur musik pembacaan Asa Di Waar dalam ibadah di

Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

2. Bagaimanakah struktur teks pembacaan Asa Di Waar yang disajikan pada

ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

3. Bagaimanakah makna teks berdasarkan pokok pikiran yang terkandung dalam

pembacaan Asa Di Waar pada ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh

(5)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis struktur musik yang terdapat pada pembacaan Asa Di

Waar dalam ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar,

Polonia, Medan.

2. Menganalisis struktur teks pada pembacaan Asa Di Waar dalam

Ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

3. Menganalisis makna teks berdasarkan pokok pikiran yang terdapat

dalam pembacaan Asa Di Waar dalam ibadah masyarakat Sikh di

Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

1.3.2 Manfaat penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang analisis tekstual dan musikal serta

memberitahukan pokok pikiran yang terkandung dalam pembacaan

Asa Di Waar dalam ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar, Polonia, Medan.

2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu

kajian musikologis suatu ibadah religi yang mengandung unsur-unsur

musikal kepada disiplin ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni

(6)

3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya

yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini.

4. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan

Penciptaan dan Pengkajian Seni.

1.4 Tinjuan Pustaka

Untuk menghindari pengulangan kajian yang sama, perlu dilakukan

serangkaian studi terdahulu yang berada dalam lingkup yang sama tetapi pada

fokus yang berbeda yakni mengkaji berbagai literatur yang membahas tentang

pembacaan Asa Di Waar, analisis teks dan musikal, serta peranan musik pengiring

dalam ibadah agama Sikh. Tulisan-tulisan tentang topik ini, sebahagian besar

adalah berupa skripsi di Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra (kini menjadi

Fakultas Ilmu Budaya), Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam bentuk skripsi sarjana Etnomusikologi antara lain adalah sebagai

berikut:

(1) Skripsi oleh Rina Simanjuntak dengan judul “Analisis Musikal dan Tekstual

Pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji pada Upacara Pahila Parkas Dihara

Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Kota Tebing

Tinggi.” Dari skripsi ini penulis penting melihat bagaimana pembacaan kitab suci

mereka dan apakah Asa Di Waar juga dilaksanakan dalam upacara tersebut.

(2) Skripsi oleh Andro Mahardika dengan judul “Analisis Melodis Harmonium

(7)

Polonia Medan.” Dari skripsi ini penulis penting melihat bagaimana hubungan

alat musik tersebut dalam pembacaan Asa Di Waar pada ibadah.

(3) Skripsi oleh Nehemia Herwinka Silaban dengan judul “Studi Deskriptif Kirtan

pada Ibadah Mingguan Masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia

Medan : Kajian Struktur Melodi dan Tekstual.” Dari skripsi ini penulis penting

melihat bagaimana kaitan Kirtan dengan Asa Di Waar dalam ibadah.

(4) Skripsi oleh Marini Pratiwi Sinaga dengan judul “Analisis Tekstual dan

Musikal Asa Di Waar Dalam Ibadah Agama Sikh di Gurdwara Perbandak

Committee, Tengku Umar, Medan”. menjadi acuan penulis untuk meneliti dan

menulis lebih dalam tentang Asa Di Waar dalam ibadah agama Sikh karena tesis

ini merupakan karya ilmiah lanjutan dari skripsi yang ditulis oleh penulis.Adanya

perbedaan karya ilmiah yang sudah ditulis sebelumnya dengan tesis yang akan

penulis lakukan terletak pada bagaimana pembacaan kitab ini dilakukan dalam

ibadah, bagaimana setiap ayat yang terdiri dari dua puluh empat ayat tersebut

dilantunkan dengan nyanyian, lalu seperti apa kaitannya dengan ansambel musik

pengiringnya.

(5) Skripsi Oleh Sandro Batubara dengan judul “Studi Deskriptif Pengucapan

Mantra Dalam Konteks Upacara Mandalabhisekam Pada Masyarakat Hindu

Tamil Di Kuil Shiri Balaji Venkateshwara Koil Medan.” Dari Skripsi ini penulis

menemukan bahwa di dalam pembacaan itu menggunakan melodi lagu yang

statis. Hal ini juga terdapat di dalam pembacaan garapan musikal pembacaan Asa

(8)

(6) Skripsi oleh Thari Mayaratu dengan judul “Ajaran Ketuhanan Dalam Agama

Sikh”. Dari skripsi ini penulis mendapatkan pengetahuan tentang seperti apa

ajaran umat Sikh terhadap Ketuhanan yang mereka percayai. Hal ini juga terkait

dengan bagaimana mereka menilai Asa Di Waar patut untuk dilantunkan kepada

Tuhan yang mereka percaya.

(7) Tesis doktor oleh Sarjit S. Gill dengan judul “Peranan Gurdwara dalam

Pembentukan Identiti Sikh di Malaysia: Antara Ideal dan Praktis”. Dari tesis ini

penulis mendapat pandangan tentang Gurdwara sebagai tempat ibadah mendapat

arti yang begitu besar bagi umat Sikh. Hal ini juga dibicarakan oleh penulis dalam

karya ilmiah ini.

(8) Skripsi oleh Ayu Sri Mahasti dengan judul “Pangguni Uttiram (Suatu Ritual

Hindu Tamil di Kuil Shri Thendayudabani, Kota Lubuk Pakam, Sumatera

Utara)”. Skripsi ini memperlihatkan seperti apa nyanyian berfungsi dalam

berlangsungnya ritual agama bagi umat Hindu Tamil. Hal ini juga berkaitan

dengan karya ilmiah penulis tentang bagaimana nyanyian berfungsi dalam

peribadahan umat Sikh di Gurdwara.

(9) Skripsi oleh Destri Damayanti Purba dengan judul . “Studi Deskriptif Musik

dalam Konteks Upacara Adhi Tiruwila pada Masyarakat Hindu Tamil di Kuil Shri

Singgama Kali Koil Medan.” Dari skripsi ini penulis melihatnya adanya bahwa

musik yang dimainkan pada ibadah upacara di kuil ini mempunyai kesamaan

dengan yang ada di Gurdwara umat Sikh.

Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet saat ini,

(9)

penelusuran data online dari beberapa situs internet, penulis mendapat banyak

anjuran-anjuran situs lain seperti id.wikipedia.org, repository USU, blog-blog

(sebagai contoh: http://www.dw.com/id/asal-usul-agama-kaum-sikh/a-16151272),

dokumen PDF,dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui

skripsi, buku, artikel dan internet membantu penulis untuk mempelajari dan

membandingkannya demi kesempurnaan penulisan proposal ini.

1.5 Konsep dan Kerangka Teori 1.5.1 Konsep

Menurut R. Merton (dalam Koentjaraningrat 1994: 21), konsep merupakan

defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel

mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Maka dari itu,

penulis akan memaparkan beberapa konsep yang berhubungan dengan tulisan ini.

1.5.1.1Konsep yang digunakan

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan menggunakan beberapa

teori, di antaranya:

1. Konsep Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 37), analisis

adalah penguraian suatu pokok permasalahan atas berbagai bagiannya dan

penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

(10)

objek penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian yang akan dibahas

dalam tulisan ini adalah ibadah rutin masyarakat Sikh dan pokok

pembahasan difokuskan pada Asa Di Waar yang disajikan secara musikal

serta makna teks yang terdapat di dalamnya. Analisis pemikiran tekstual

akan menguraikan teks daripada Asa Di Waar serta hubungannya dengan

musikal yang didapat di dalamnya serta ansambel musik pengiring.

2. Konsep Musik

Menurut Musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang

dan dipelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika

sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu

kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa (Malm dalam terjemahan

Takari 1993: 8)4. Dari pengertian musik tersebut, dapat dipahami bahwa

musikal merupakan hal yang berkenaan atau mengandung unsur musik.

H. Lang dan L. Harp dalam Harvad Dictionary of Music tulisan

Willi Apel (1965: 473) berpendapat, bahwa musikologi menyatukan

domain-domain seluruh ilmu yang menyangkut produksi, rupa, dan

aplikasi dari fenomena fisik bunyi. Berdasarkan beberapa konsep di atas,

maka dapat dikatakan bahwa untuk mengkaji struktur musik dalam

pembacaan kitab Asa Di Waar digunakan pendekatan musikologi.

(11)

Asa Di Waar yang merupakan pembacaan ayat dari isi kitab yang

dilakukan pada ibadah masyarakat Sikh dapat penulis nyatakan sebagai

bahan kajian etnomusikologi karena mengandung unsur musikal atau dapat

dikategorikan sebagai nyanyian yang di dalamnya terdapat kombinasi yang

mengandung unsur nada, ritem dan dinamika.

3. Konsep Teks

Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang,

kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis

untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus

Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1995: 1024). Dari pengertian teks

tersebut, maka tekstual merupakan hal yang berhubungan atau berkaitan

dengan teks. Sesuai dengan tulisan ini, maka pengertian teks yang dipakai

adalah kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan yang

kemudian akan dianalisa makna yang terkandung dalam teks tersebut.

Pengertian masyarakat (society dalam Bahasa Inggris) dalam

Oxford Advanced Learner’s Dictionary sixth edition (2000: 1226) adalah: (1) people in general, living together in communities; (2) a particular community of people who share the same customs, laws, etc; (3) a group of people who join together for a particular purpose; (4) the group of people in a country who are fashionable, rich and powerful; (5) the state of being with other people

(orang-orang yang secara umum hidup bersama dalam komunitas; sebuah

komunitas khusus oleh orang-orang yang berbagi dalam adat istiadat yang

(12)

yang saling terikat untuk tujuan khusus; sekelompok orang-orang dalam

satu negara yang modern, kaya dan berkuasa; tempat di mana tinggal

dengan orang lain).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang tergabung dalam satu

komunitas yang mempunyai kebiasaan atau adat istiadat yang sama,

norma-norma yang sama, kepentingan atau tujuan yang sama, dan banyak

persamaan lain yang saling terikat satu dengan yang lain.

Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi: ฀฀฀฀, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu śisya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śiksa yang

berarti “pelajaran”. Menurut pasal I dari “Rehat Maryada“ (norma dan

ketentuan tingkah laku dalam Sikh), seorang Sikh didefinisikan sebagai

“setiap manusia yang setia percaya pada Yang Kekal; Kesepuluh Guru5,

dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind Singh; Sri Guru Granth

Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang

diwariskan oleh kesepuluh Guru, dan yang tidak berutang setia kepada

agama lain”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembacaan merupakan

proses atau cara membaca, dan musikal adalah segala sesuatu yang

berkenaan dengan musik. Nyanyian merupakan bagian dari musik karena

mengandung unsur musik. Asa Di Waar merupakan ayat-ayat suci yang

Ada sepuluh guru dalam ajaran Sikh, yaitu: (1) Sri Guru Nanak Dev Ji, (2) Sri Guru Anggad Dev

(13)

dilantunkan dengan cara dinyanyikan dalam ibadah umat Sikh. Dalam

kajian ilmu Etnomusikologi, hal ini disebut dengan “chanting”.

4. Konsep Pokok Pikiran

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pokok pikiran adalah

istilah yang dipakai baik secara populer maupun dalam bidang filsafat

dengan pengertian umum “citra mental”. Pokok pikiran juga merupakan

rancangan yang tersusun di pikiran, yang bisa juga disebut dengan

cita-cita. Pokok pikiran menyebabkan timbulnya konsep, yang merupakan

dasar bagi segala macam pengetahuan, baik sains maupun filsafat.

Ayat-ayat Asa Di Waar merupakan ayat-ayat suci yang

dilantunkan. Setiap umat yang melantunkannya juga memiliki konsep dan

cita-cita. Sesuai dengan wawancara dengan bapak Pendeta Dalbir6, umat

Sikh memiliki pokok pikiran terhadap Asa Di Waar yang mereka

lantunkan. Dari kedua puluh empat ayat, ayat Asa Di Waar memiliki

pokok pikiran dari ayat pertama sampai kedua puluh dua. Ayat kedua

puluh tiga dan kedua puluh empat tidak lagi memiliki pokok pikiran.

Karena kedua ayat terakhir merupakan ayat penutup Asa Di Waar. Pokok

pikiran yang nantinya akan penulis paparkan pada penjelasan lebih lanjut

merupakan pokok pikiran menurut umat Sikh.

(14)

1.5.2 Kerangka teori

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, teori diartikan sebagai suatu

keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan asas-asas, hukum-hukum

yang dijadikan dasar sesuatu serta pendapat cara-cara dan aturan-aturan untuk

melakukan sesuatu.

1.5.2.1 Teori yang digunakan

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis akan menggunakan beberapa

teori, di antaranya:

1. Teori Stukturalisme

Dalam menganalisa teks-teks yang terdapat dalam Asa Di Waar,

penulis memperhatikan beberapa teori. Seperti teori yang dikemukakan

oleh William P. Malm (1977:17-18) yang diterjemahkan oleh Rizaldi

Siagian, yaitu bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting untuk

diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila

setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut

silabis. Sebaliknya apabila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa

nada disebut melismatis. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan

untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen

pada musik, serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah

(15)

2. Teori Upacara

Selaras dengan pengertian upacara menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia bahwa upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang

terkait pada aturan tertentu menurut adat atau agama, penulis

mengkategorikan ibadah Sikh ke dalam bagian dari upacara. Asa Di Waar

yang merupakan bagian dari ibadah Sikh memiliki komponen-komponen

pada pelaksanaannya. Untuk menjelaskan tentang komponen-komponen

tersebut, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Koentjaraningrat (1990 : 377) bahwa ada 4 komponen penting dalam

upacara, yaitu (1) tempat upacara, (2) waktu upacara, (3) benda-benda dan

alat-alat upacara, (4) pendukung dan pemimpin upacara.

3. Teori Ethnosciense

Menurut Carol M. Eastman dalam buku Aspects of Language and

Culture mengatakan, “Ethnoscience refers to the study of folk conceptual systems in order to discover the conceptual world of a people through their linguistic categories.” Hal ini menjadi acuan penulis bagaimana

penulis melihat bahwa etnosains merupakan ilmu yang mempelajari

tentang konsep masyarakat dan cara pandang mereka. Pandangan ini

mengacu pada bagaimana masyarakat melihat segala sesuatu dari sudut

pandang mereka sendiri. Begitu pula dengan pokok pikiran yang nanti

akan dibahas, pokok pikiran ini juga akan dilihat dari pandangan umat Sikh

(16)

4. Teori Weighted Scale

Dalam bahasan yang lebih dalam, untuk menganalisis struktur

musik dalam Asa Di Waar, penulis menggunakan teori weighted scale

(bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal

yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, yaitu (1) tangga nada

(scale), (2) nada dasar (pitchcentre), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah

pemakaian nada (frequency of not), (5) jumlah interval, (6) pola-pola

kadensa, (7) formula melodi, dan (8) kontur. Kedelapan point ini akan

dipakai dalam penganalisaan stuktur musik.

5. Teori Analisis Melodi

Untuk menganalisis melodi yang terdapat dalam Asa Di Waar,

penulis menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Nettl yang

menyatakan, ada 2 pendekatan yang dapat digunakan untuk

mendeskripsikan musik, yaitu : (1) Menganalisis dan mendeskripsikan apa

yang didengar, (2) Mendeskripsikan dan menulis apa yang dilihat. Dalam

mentranskripsi Asa Di Waar, penulis akan menggunakan kedua pendapat

tersebut, karena dalam melakukan analisis nantinya penulis akan

menganalisa musik dari apa yang dilihat dan data yang didapat di

lapangan, dan juga dari apa yang didengar pada saat penelitian di

(17)

6. Teori Transkripsi

Menurut Nettl (1964:99), bahwa transkripsi adalah suatu proses

menotasikan bunyi atau membuat menjadi sumber visual. Dan pengertian

tersebut merupakan hal yang mendukung dari pembahasan skripsi ini.

Untuk menotasikan Asa Di Waar, penulis juga menyatakan bahwa ada dua

jenis notasi musik, yaitu : (1) Notasi Preskriptif, notasi yang bertujuan

menyajikan sebuah komposisi dari musik yang di dengar, (2) Notasi

Deskriptif, notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca

ciri-ciri atau detail-detail dari komposisi musik yang belum diketahui oleh

pembaca. Dalam pembahasan ini lebih lanjut, penulis akan menggunakan

notasi Deskriptif karena dalam penulisan ini akan memberikan

informasi-informasi dan kajian detail yang terdapat dalam komposisi musik Asa Di

Waar.

7. Teori Analisis Wacana

Menurut Alex (2009) dalam bukunya “Analisis Teks Media Suatu

Pengantar untuk Analisis Wacana”, ada banyak model analisis wacana

yang diperkenalkan dan dikembnagkan oleh para hali, seperti model yang

dikembangkan oleh Roger Fowler dkk (1979), Theo Van Leeuwen (1986),

Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998) dan Teun A. Van Dijk

(1998). Tetapi model analisis wacana yang banyak digunakan adalah

model analisis wacana Van Dijk, yang menjelaskan bahwa struktur dan

(18)

analisis teks saja, karena teks merupakan hasil dari sebuah praktek yang

harus diperhatikan. Oleh karen itu, van Dijk mengkemas kerangka analisis

wacana dalam tiga sub-bagian, yaitu:

1. Struktur Makro. Bagian ini merupakan bagian penjelasan secara

keseluruhan, dari bagian ini kita dapat melihat tema dari suatu wacana

supaya nantinya kita bisa melihat lebih detail bagian-bagian yang lebih

dalam. Jadi struktur makro ingin melihat secara garis besar dari sebuah

wacana yang disajikan. Dalam penulisan ini nantinya, struktur makro

membantu penulis untuk melihat Asa Di Waar dalam ibadah secara

keseluruhan sejak awal sampai akhir pembacaan.

2. Superstruktur. Bagian ini merupakan bagian keterkaitan antara satu

unsur dengan unsur yang lain sehingga nantinya dapat menjadi satu

wacana yang utuh. Sejalan dengan penulisan karya ilmiah ini, penulis

akan melihat bagaimana satu unsur dengan unsur yang lain saling

terkait dalam keberlangsungan pembacaan Asa Di Waar, seperti

bagaimana keterkaitan serta komunikasi umat Sikh dengan Tuhan yang

mereka yakini, dan lain sebagainya.

3. Struktur mikro. Bagian ini berfokus pada hal-hal yang sifatnya lebih

kecil seperti latar belakang, isi yang dapat diketahui dengan jelas,

menganilisis kata dan kalimat dari wacana. Sub bagian ini melihat

hal-hal yang sifatnya lebih kecil, untuk nantinya juga akan dapat

(19)

8. Teori Semiotika Budaya

Menurut Charles Sanders Peirce (Berger, 2000 b:14, dalam Sobur,

2006: 34-35) menandaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan

objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab

akibat dengan tanda atau karena ikatan konvensional dengan

tanda-tanda tersebut. Dalam melihat teks dalam pembacaan Asa Di Waar,

penulis mencoba menggunakan teori ini untuk melihat tanda-tanda yang

ada dalam teks tersebut yang bisa memberikan makna.

1.6 Metode Penelitian

Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut,

untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1990:41).

Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari

fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan

sesuatu (menurut kamus Webster’s New International dalam Nazir 1988: 13).

Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta

atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang

bersangkutan.

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan

kualitatif yang mengutamakan kualitas data. Data yang disajikan dalam bentuk

kata-kata atau kalimat dan datanya adalah data primer seperti data asli hasil

(20)

sekunder seperti dokumen dan dalam penelitian-penelitian yang menggunakan

metode pengamatan terlibat atau participant observation (Sitorus 2003: 25).

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini dibagi atas enam bab. Bab pertama yang merupakan

pendahuluan dari seluruh bab menjelaskan tentang latar belakang masalah, pokok

permasalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, konsep dan kerangka

teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan teknik pengumpulan data. Bab

kedua menjelaskan tentang identifikasi masyarakat Sikh di kota Medan. Bab

ketiga menjelaskan tentang deskripsi Asa Di Waar pada ibadah rutin Sikh. Bab

empat membahas tentang analisis pokok pikiran Asa Di Waar. Bab lima

membahas tentang analisis musik dan teks Asa Di Waar dalam ibadah agama

Sikh. Bab enam yang merupakan penutup dari tesis ini akan memaparkan tentang

simpulan dan saran dari penulis.

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi yang dilandasi dengan

studi kepustakaan terutama untuk menemuka teori yang relevan dengan topik

(21)

1. Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai

alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut

dan kulit (Bungin 2007: 115).

Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui

langsung detail Asa Di Waar pada masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar.

Selain melakukan pengamatan langsung dalam ibadah masyarakat Sikh, penulis

juga menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang

merupakan masyarakat Sikh itu sendiri.

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data

yang tidak didapat melalui observasi.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Nazir 1988: 234).

Lebih lanjut Sitorus (2003:32-33) menjelaskan tentang bentuk-bentuk wawancara.

(22)

terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.

Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data

adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya.

Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah

pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di

lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga

muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari

percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa

ingin tahu yang tinggi. Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan

wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar

tentang hal yang akan ditanyakan.

Dalam penelitian ini penulis menentukan Bapak Dalip Singh sebagai

informan kunci karena beliau adalah salah satu pendeta Sikh di kota Tebing

Tinggi yang mengerti banyak tentang agama ini dan mampu berkomunikasi

dengan bahasa Indonesia. dan sebagai informan pangkal penulis menentukan Ibu

Rajbir sebagai pemusik ibadah yang sering mengiringi Asa Di Waar dalam ibadah

di Gurdwara. Selain itu penulis juga mewawancarai pemain musik, dan beberapa

jemaat yang hadir.

3. Perekaman atau dokumentasi

Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan Asa Di Waar

(23)

sebagai media rekam. Adapun spesifikasi kamera digital yang digunakan adalah

merk Canon IXUS 80 IS, sedangkan spesifikasi handycam yang digunakan adalah

merk Sony Handycam DCR-SR65.

1.9 Teknik Analisis Data

Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari

studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan

disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek

penelitian untuk penulisan tesis. Data yang dipergunakan untuk penulisan skripsi

ini adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Penciptaan dan

Pengkajian Seni.

Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data.

Menurut Bungin (2007:153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data

kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial

dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan (2)

menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena

sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil penelitian akan

diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh. Analisis

kualitatif yang digunakan oleh penulis, dipakai untuk membahas komponen

pendukung Asa Di Waar pada masyarakat Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar,

Polonia, Medan. Komponen pendukung tersebut adalah pemimpin ibadah, teks

nyanyian, alat musik, dan masyarakat Sikh yang ada di Gurdwara Tegh Bahadar,

(24)

1.10 Lokasi, Jadwal, dan Pengalaman Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Gurdwara Tegh Bahadar jalan Polonia,

Medan. Alasan memilih lokasi tersebut karena merupakan satu dari empat

Gurdwara yang terdapat di Sumatera Utara dan selalu mengadakan ibadah rutin

setiap bagi masyarakat Sikh di tempat tersebut.

Rentang waktu yang digunakan dalam pelaksaan penelitian ini

direncanakan berkisar 6 bulan yang terbagi atas perumusan masalah 1 bulan,

tahap pengkajian untuk memperoleh pengetahuan teoretis tentang aspek yang

akan diteliti dalam pengumpulan data di lapangan 2 bulan, sedangkan tahap

analisis data dan deskripsi hasil penelitian 3 bulan. Sehingga diupayakan karya

ilmiah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Pengalaman yang dialami penulis semasa penelitian adalah penulis

menjadi pengamat terlibat (participant observer). Penulis ikut dalam ibadah

agama Sikh, walau tetap menjaga jarak sebagai peneliti. Penulis juga merasakan

apa yang dirasakan oleh para informan pelaku ibadah ini. Dalam melakukan

wawancara pada saat penelitian tentunya ditemui beberapa kendala. Proses

pendekatan kepada para informan menjadi pengalaman baik juga untuk

bagaimana pendekatan yang dapat dilakukan sehingga informan bersedia

menjawab setiap pertanyaan dan memberikan informasi yang akurat sesuai

dengan kebutuhan penelitian.

Tesis ini merupakan tulisan lanjutan dari skripsi penulis. Dalam kajian

tesis ini, penulis menemukan hal-hal baru yang belum ditemukan pada saat

(25)

adalah, adanya pembahasan tentang pokok pikiran dalam setiap ayat. Hal ini yang

menjadi pengembangan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Adanya

kekurangan dalam penulisan skripsi, penulis tidak mendapati pengetahuan tentang

bahwasanya dari kedua puluh empat ayat tersebut hanya memiliki dua puluh dua

pokok pikiran. Sehingga dari penelitian tesis yang dilakukan, penulis mendapat

Referensi

Dokumen terkait

Kirtan atau Gurbani Kirtan adalah musik yang bersifat kebaktian yang berasal dari tradisi Hindu, yang digunakan pada masyarakat Sikh, sebagai nyanyian kasih yang

Bentuk penyajian musik dalam tata ibadah agama Sikh di Gurdawara Nanak Dev Ji Kampung Keling Medan, memiliki bentuk penyajian yang menarik karena di dalam musik tradisional

Untuk di ruangan dalam Gurdwara terdiri dari The Guru's Throne (Mahkota Guru) yang terdiri dari: chanani, manji sahib, palki sahib, rumalla dan bantal kecil, chaur sahib,

Melalui skripsi ini penulis akan mengkaji keberadaan masyarakat beragama Sikh yang nenek moyangnya berasal dari India, khususnya aktivitas pembacaan Kirtan pada

Hal ini tidak dapat diketahui secara pasti karena agama Sikh masih belum diakui sebagai agama resmi sehingga dalam penulisan Kartu Tanda Penduduk (KTP), masyarakat Sikh

Terima kasih buat segala cinta kasih serta ketulusan kalian sehingga saya bisa seperti sekarang, terima kasih buat perhatian yang tak pernah putus-putus khususnya selama

Guru Nanak merupakan salah wsatu guru yang banyak memberi ajaran yang di masukkan ke dalam kitab suci agama Sikh, yang dimana dalam kesehariannya mereka

Daud Chevi Naibaho, S.Si (Teol) untuk setiap perhatian, kasih sayang, dukungan, doa, serta penguatan yang kalian taruhkan atas saya. Tuhan yang membalaskan semuanya ya