• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil dan Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hasil dan Pembahasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil dan Pembahasan

Daya Mereduksi

Uji Benedict. Praktikum uji benedict dilakukan untuk mengetahui adanya gugus reduksi pada karbohidrat. Prinsip dari uji Benedict yaitu Cu++ yang terdapat dalam reagen Benedict dapat direduksi oleh gugus reduksi monosakarida menjadi Cu+ yang terlihat dengan terbentuknya endapan merah bata (CuO). Reagen benedict berfungsi untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu larutan. Berdasarkan uji Benedict yang dilakukan saat praktikum, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Uji Benedict

No. Tabung Sampel Hasil Uji (Endapan Merah Bata)

1 Glukosa 0,01 M Sedikit

2 Glukosa 0,02 M Banyak

3 Glukosa 0,04 M Sangat Banyak

(2)

Uji Luff. Percobaan uji Luff dilakukan untuk mengetahui adanya gugus reduksi bebas pada karbohidrat. Reagen Luff berfungsi untuk menguji daya mereduksi suatu sakarida. Larutan yang ditambahkan dalam tabung berbeda dimaksudkan untuk mengetahui larutan yang memiliki gugus reduksi bebas. Prinsip kerja percobaan ini adalah Cu++ yang terdapat dalam reagen Luff, dapat direduksi oleh gugus reduksi bebas pada monosakarida menjadi Cu+ yang terlihat dengan adanya endapan berwarna merah bata (Cu2O). Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Luff

No. Tabung Sampel Hasil Uji (Endapan Merah Bata)

1 Fruktosa 0,02 M Banyak

2 Glukosa 0,02 M Banyak

3 4 5

Laktosa 0,02 M Sakarosa 0,02 M

Pati 0,02 M

Banyak Ada tapi sedikit

Tidak ada

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa hasil uji Luff pada tabung yang berisi larutan fruktosa dan glukosa terdapat endapan merah bata pada dasar tabung reaksi, fruktosa (ketosa) dan glukosa (aldosa) mempunyai gugus reduksi bebas. Tabung yang berisi laktosa juga memiliki endapan merah bata. Collins et al (2001) menjelaskan bahwa laktosa memiliki monomer glukosa dan galaktosa dengan ikatan (1-4)-a-glukosidik. Laktosa masih memiliki gugus reduksi bebas (aldehid), sehingga dapat mereduksi Cu++.

(3)

Tabung yang berisi amilum tidak terdapat endapan merah bata dikarenakan larutan ini merupakan polysakarida. Pavia et al (2011) memaparkan bahwa polysakarida membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi furfural karen polysakarida harus menjadi disakarida dan monosakarida terlebih dahulu.

Pengaruh Asam (Dehidrasi)

Uji Molisch. Praktikum uji Molisch bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh asam pada karbohidrat. Reagen molisch berfungsi sebagai pengujian adanya karbohidrat dan senyawa organik lainnya. Prinsip kerja percobaan ini yaitu monosakarida apabila dipanaskan dengan asam kuat akan mengalami dehidrasi menghasilkan furfural yang kemudian bereaksi dengan alfa-naftol atau timol dalam alkohol membentuk senyawa yang berwarna.

Berdasarkan uji Molisch yang dilakukan saat praktikum, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Uji Molisch

No. Tabung Sampel Hasil Uji

1 Glukosa 0,02 M Ungu sedang

2 Selulosa 0,02 M Coklat keunguan 3

4

Amilum 1% Furfural 0,01 M

Ungu tipis Ungu pekat

(4)

selulosa. Furfural berwarna ungu pekat karena ketika dipanaskan dengan asam kuat langsung mengalami dehidrasi sehingga warna yang terbentuk juga lebih pekat.

Hasil uji Molisch yang dilakukan sesuai dengan Soemarjo (2006) yang menjelaskan bahwa larutan karbohidrat yang telah dicampur denga pereagan Molisch kemudian ditambah asam sulfat pekat akan menghasilkan warna violet yang menunjukkan adanya karbohidrat dan terdapat tiga tahapan untuk mencapai furfural pada polisakarida yaitu polisakarida dihidrolisis, diikuti dehirasi kemudian konensasi.

Uji Seliwanoff. Praktikum uji Seliwanoff bertujuan untuk mengetahui adanya gugus keton pada karbohidrat. Kusbandary (2015) menjelaskan bahwa reagen Seliwanoff berfungsi sebagai pembeda antara gugus keton dan aldehid. Prinsip kerja uji Selliwanof yaitu reaksi Selliwanof (lar. Resorsinol dlm alkohol) akan mengubah fruktosa menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah. Berdasarkan hasil uji diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Selliwanof

No. Tabung Sampel Hasil Uji

1 Fruktosa 0,01 M Merah tua

2 Glukosa 0,02 M Merah muda

(5)

Pembentukan Osazon

Uji Fenilhidrazina. Uji Osazon bertujuan untuk mengetahui bentuk fisik dari monosakarida. Prinsip kerja percobaan ini yaitu monosakarida dalam keadaan asam dengan pemanasan 100oC dan penambahan fenilhidrazina berlebih akan bereaksi membentuk fenil-osazon. Penambahan asam asetat glasial bertujuan untuk menurunkan pH larutan. Penambahan larutan fenilhidrazina yang berlebih akan bereaksi dengan larutan sehingga membentuk fenil-osazon yang tidak larut dalam air dan mudah membentuk kristal berwarna kuning. Na asetat padat adalah sebagai penyangga dari asam asetat, sehingga dapat menyeimbangkan pH larutan dari asam menjadi sedikit asam. Pemanasan dalam percobaan ini bertujuan untuk melarutkan padatan.

Hasil yang didapat setelah dilakukan percobaan dan pengamatan mikroskop dari ketiga larutan, didapat hasil gambar sebagai berikut:

Gambar 1. Glukosazon Gambar 2.

Fruktosazon

Gambar 3. Arabinosazon

(6)

Berdasarkan literatur tersebut menunjukkan bahwa hasil percobaan sesuai dengan literaltur bahwa struktur dari glukosa dan fruktosa terlihat seperti jarum, sedangkan arabinosa terlihat seperti lumut.

Hasil Hidrolisis

Uji Benedict. Percobaan uji Benedict dalam hal hidrolisis bertujuan untuk mengetahui hasil hidrolisis dengan melihat adanya gugus reduksi pada karbohidrat. Prinsip kerja percobaan ini adalah pengujian karbohidrat dengan pemanasan dan tidak dengan pemanasan. Fungsi penambahan HCl adalah untuk memberi suasana asam dan sebagai katalisator. Penambahan Na2CO3 bertujuan untuk menetralkan kembali larutan. Hasil yang diperoleh berdasarkan percobaan adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Benedict

No. Tabung Sampel Kondisi Hasil Uji (Endapan Merah Bata)

1 Maltosa 0,02 M Dididihkan Banyak Tidak Lebih sedikit 2 Laktosa 0,02 M Dididihkan Banyak

Tidak Lebih sedikit

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa hasil uji Benedict dengan menggunakan sampel maltosa dan laktosa yang dididihkan dan tidak. Endapan merah bata banyak terjadi pada larutan yang mengalami proses pendidihan. Proses hidrolisis menjadi maksimal dengan adanya perlakuan pendidihan sehingga salah satu faktor yang mempengaruhi

Gambar 4. Glukosazon

Gambar 5. Fruktosazon

(7)

terbentuknya endapan merah bata. Maltosa dan laktosa yang tidak mengalami proses pendidihan juga terdapat endapan merah bata namun sedikit. Hal tersebut terjadi karena tanpa pemanasan menyebabkan tidak terjadinya hidrolisis sehingga gugus reduksinya sedikit.

Berdasarkan literatur yang telah didapatkan. Reaksi hidrolisis amilum oleh amilase menghasilkan reaksi bertahap, yaitu tiga buah dekstrin. Hidrolisis amilum menjadi amilodekstrin yang diberi iodium memberi warna ungu. Eritrodekstrin dengan iodium memberikan warna merah, dan akrodekstrin dengan iodium tidak memberikan warna (Sumardjo, 2009).

Uji Seliwanoff. Percobaan uji Seliwanoff bertujuan untuk mengetahui adanya gugus keton pada hasil hidrolisis kerbohidrat. Fungsi penambahan HCl pekat adalah sebagai katalisator. Fungsi penambahan reagen Seliwanoff adalah untuk menguji ada tidaknya fruktosa terhadap larutan tersebut. Berdasarkan uji Seliwanoff yang dilakukan saat praktikum, maka didapatkan hasil pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Selliwanof

No. Tabung Sampel Hasil Uji

1 Maltosa 0,02 M Merah

2 Laktosa 0,02 M Tidak terbentuk warna merah Hasil yang diperoleh adalah terbentuknya warna merah. Maltosa terdiri dari 2 buah glukosa. Maltosa merupakan gugus aldehid dan tidak terdapat fruktosa dalam larutan, namun warna yang dihasilkan adalah merah. Hal tersebut bisa saja terjadi karena proses pemanasan yang terlalu lama menyebabkan air menghidrolisis gugus aldehid sehingga warna menjadi merah. Waktu yang digunakan adalah 30 menit, mungkin praktikan lupa untuk segera mengangkat larutan tersebit dari penangas sehingga air dapat melepas gugus aldehid yang terikat.

(8)

Berdasarkan penjelasan Kusbandari (2015) bahwa uji Seliwanoff bertujuan untuk mendeteksi gugus fruktosa pada polisakarida. Maltosa tidak mengandung fruktosa. Uji yang telah dilakukan saat percobaan tidak sesuai dengan literatur tersebut karena terjadi pemanasan sehingga gugus karbonilnya terhidrolisis.

Polisakarida

Uji Hasil Hidrolisis Amilum. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui uji hasil hidrolisis amilum dan mengetahui tahap-tahap hidrolisis amilum. Larutan asam kuat HCL 3 M berfungsi untuk menghidrolisis polisakarida menjadi disakarida dan monosakarida penyusunnya. Pemanasan dilakukan untuk membantu proses hidrolisis amilum menjadi bentuk yang lebih sederhana. Fungsi dari reagen Iod dalam uji ini adalah sebagai indikator tahap-tahap hidrolisis amilum yang dilakukan, sedangkan fungsi dari aquades yang dicampurkan dengan reagen Iod hanyalah sebagai pelarut karena akuades sama sekali tidak mempengaruhi proses hidrolisis amilum. Fungsi pemberian Na2CO3 kedalam larutan yang diuji adalah sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif. Hasil yang diperoleh berdasarkan percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Hidrolisis Amilum

Menit ke- Warna Tahap Hidrolisis Amilum

(9)

2 3 4 5 6 7 8 9

Biru Tua Pekat Biru Tua Biru keunguan

Ungu tua Ungu muda Ungu pudar Ungu sangat pudar Warna menyamai yod

Amilum Amilum Amilodekstrin Eritrodekstrin Eritrodekstrin Eritrodekstrin Akrodekstrin Akrodekstrin/maltosa/glukosa Reagen Iod adalah reagen yang mampu mengikat amilopektin didalam amilum sehingga menghasilkan warna biru dalam tahap hidrolisis saat amilum, warna ungu dan merah dalam tahap hidrolisis saat dekstrin (amilodekstrin dan eritrodekstrin), tidak berwarna dalam tahap hidrolisis saat akrodekstrin, maltosa (disakarida), dan glukosa (monosakarida). Tahap hidrolisis saat akrodekstrin, maltosa, dan glukosa tidak berwarna dikarenakan pemanasan yang tinggi dapat memutuskan ikatan antara lod dengan glukosa (amilum) sehingga menimbulkan warna karbohidrat terhidrolisis kembali jernih dan tidak terpengaruh oleh warna dari reagen iod.

(10)

jernih dan tidak terpengaruh oleh iod. Larutan yang telah sampai tahap uji iod negatif atau polimer telah sepenuhnya terhidrolisis yaitu menjadi akrodekstrin atau maltosa atau glukosa yang memasuki uji Benedict dan menunjukkan hasil bernilai positif (hasil polimer yang terpecah yaitu maltosa/glukosa).

Gambar

Gambar 3. Arabinosazon
Gambar 5. Gambar 6.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Salah satu metode yang digunakan dalam analisis daya adsorpsi arang aktif terhadap iod adalah dengan metode titrasi iodometri.. Kereaktifan dari karbon aktif dapat

Semakin banyaknya volume reagen yang ditambahkan juga akan menyebabkan semakin banyaknya sampel yang bereaksi dengan reagen, sehingga waktu deteksi akan semakin lama dan sinyal

Dengan perlakuan kadar air terbatas (<35%), modifikasi HMT dapat menyebabkan adanya pengaturan kembali molekul amilosa dan amilopektin di dalam granula yang berimplikasi

Kadar glukosa yang normal terjadi pada kondisi aklimasi, dapat dimungkinkan pada kondisi aklimasi ini hewan model mampu melakukan proses homeostasis dan merasa nyaman dengan

Glukosa adalah gula yang dihasilkan dari hasil hidrolisis yang sempurna dari selulosa, pati dan maltosa. Glukosa digunakan sebagai zat pemanis, sirup dan digunakan juga

Konsentrasi total gula hidrolisat sagu sebagaimana tertera pada Tabel 2 adalah 465 g/L, menunjukkan bahwa terdapat 465 g glukosa/L hidrolisat pati sagu, baik dalam bentuk

 Peserta didik melakukan penyelidikan bahan makanan yang mengandung nutrisi amilum,protein dan glukosa dengan berbagai jenis reagen untuk mengetahui nutrisi dalam bahan

Berdasarkan hasil uji korelasi, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi yang signifikan dan kuat antara bilangan iod dan energi aktivasi, sedangkan untuk kadar air dan