• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGADILAN TINGGI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGADILAN TINGGI MEDAN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 1 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

P U T U S A N

Nomor 54./PDT/2017./PT.MDN.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tinggi Medan yang mmeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara

PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk Cq. BANK DANAMON

INDONESIA CABANG KUNINGAN : berkedudukan di Jl.HR Rasuna Said Kav.C-1 Jakarta, semula sebagai TERGUGAT II, sekarang PEMBANDING II;

M E L A W A N

1. PT YAMICA ARBIS: Berkedudukan Jl .Budi Kemakmuran No. 8 Kelurahan Pulau Brayan Kota Kecamatan Medan Barat semula PENGGUGAT sekarang TERBANDING

2.HENDRI KOSASIH ; Alamat Jl.Badur No.4 Kelurahan Hamdan Kecamatan

Medan Maimun Kota Medan semula TERGUGAT I sekarang TURUT TERBANDING;

Pengadilan Tinggi tersebut ;

Setelah membaca : Berkas perkara Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN dan surat-surat yang bersangkutan dengan perkara tersebut;

1. Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan tanggal 20 Pebruari 2017 Nomor: 54/PDT/2017/PT.MDN. tentang penunjukan Hakim Majelis untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam tingkat banding ; 2. Penunjukan Panitera/Sekretaris Pengadilan Tinggi Medan tanggal 02

Mart 2017 tentang penunjukan Panitera Pengganti untuk mendampingi dan membantu Majelis Hakim memeriksa dan mengadili perkara tersebut

(2)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 2 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

TENTANG DUDUK PERKARANYA :

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 08 Agustus 2014 dalam Register Nomor 370/Pdt./2014/PN.Mdn , telah mengajukan gugatan sebagai berikut ;

1. bahwa Penggugat adalah badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan Tgl. 18 September 1980 sesuai dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Yamika Arbis Tgl. 18 September 1980 No. 84 dibuat dihadapan Notaris Rachmat Santoso, S.H. dengan kedudukan di Medan. Serta telah berulang kali mengalami perubahan dengan perubahan terakhir

Tgl. 25 Maret 2010 sebagaimana tertuang pada Berita Acara Rapat PT. Yamika Arbis Tgl. 25 Maret 2010 No. 44 dibuat dihadapan Notaris Mufida

Noor, S.H., terhadap perubahan tersebut telah didaftarkan di Dirjen AHU Kementerian Hukum dan HAM;

2. Bahwa pada Tahun 1995, Penggugat ada mengajukan fasilitas kredit kepada Bank Duta Cabang Medan tetapi sebelum Penggugat melakukan pelunasan fasilitas kredit tersebut tepatnya Tahun 1998 dimana beberapa lambaga keuangan termasuk juga Bank Duta mengalami likuidasi oleh Pemerintah Indonesia. Sehingga semua penagihan fasilitas kredit Penggugat dialihkan kepada BPPN waktu itu bernama Badan Penyehatan Perbankan Nasional; 3. Bahwa karena masa kerja BPPN tidak berlangsung lama, BPPN dibubarkan

oleh Pemerintah Indonesia selanjutnya fasilitas kredit Penggugat dialihkan hak tagihnya kepada Tergugat II;

4. Bahwa setelah jatuhnya hak tagih fasilitas kredit Penggugat kepada Tergugat II dimana Tgl. 28 Januari 2002 Tergugat II mengirimkan surat untuk Penggugat, adapun isi surat tersebut memberitahukan Penggugat agar melakukan pembayaran pada rekening tempat Tergugat II;

5. Bahwa setelah Tergugat II mengirimkan surat pemberitahuan kepada Penggugat, akhirnya Penggugat mengetahui kalau posisi hak tagih fasilitas

kredit sebelum pada Bank Duta dan BPPN sekarang jatuh kepada Tergugat II;

6. Bahwa karena hak tagih piutang pada Tergugat II, sehingga Penggugat berhubungan langsung dengan Tergugat II dan tidak ada pihak lain selain Tergugat II;

(3)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 3 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

7. Bahwa Penggugat merasa terkejut, karena Tahun 2007 dalam perkara No. 106/Pdt.G/2007/PN-Mdn yang bersidang di Pengadilan Negeri Medan

terlihat kalau adanya pengalihan hak tagih (Cessie) piutang Penggugat kepada Tergugat I dari Tergugat II berdasarkan, Akta Perjanjian Jual Beli Piutang Tgl. 5 Mei 2006 No. 35 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 Tgl. 5 Mei 2006;

8. Bahwa terhadap pengalihan hak tagih piutang dari Tergugat II kepada Tergugat I didasari atas Akta Perjanjian Jual Beli Piutang Tgl. 5 Mei 2006 No. 35 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 Tgl. 5 Mei 2006 adalah tanpa persetujuan dan sepengetahuan Penggugat;

9. Bahwa seharusnya Tergugat II sebelum melakukan pengalihan hak tagih piutang kepada Tergugat I terlebih dahulu memberitahukan Penggugat. Sebab selama ini Penggugat tidak ada ikatan hukum dengan Tergugat I tetapi pada Tergugat II;

10. Bahwa pengalihan hak tagih piutang oleh Tergugat II adalah perbuatan melawan hukum. Sebab menurut ketentuan Pasal 613 KUHPerdata menyebutkan “penyerahan piutang-piutang atas nama dan barang barang

lain yang tidak bertubuh, dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau dibawah tangan yang melimpahkan hak hak atas barang barang itu kepada orang lain. Penyerahan tidak ada akibatnya bagi yang berutang sebelum penyerahan itu diberitahukan atau disetujui tertulis atau diakuinya…”;

11. Bahwa setahu Penggugat hak tagih piutang kepada Tergugat II, maka tidak ada kewajiban Penggugat untuk membayarkan hutangnya dengan Tergugat I. sebab tidak ada ikatan hukum dengan Tergugat I;

12. Bahwa Tergugat I telah melakukan perbuatan melawan hukum, maka sangat wajar menurut hukum semua akta yang timbul dalam pengalihan hak tagih piutang untuk Tergugat I batal demi hukum atau sekurang kurangnya tidak berkekuatan hukum yakni :

1. Akta Perjanjian Jual Beli Piutang Tgl. 5 Mei 2006 No. 35.

2. Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 Tgl. 5 Mei 2006. 13. Bahwa akibat dari pengalihan hak tagih piutang kepada Tergugat I dan tanpa

persetujuan sebelumnya kepada Penggugat mengakibatkan menimbulkan kerugian bagi Penggugat yakni Penggugat tidak mengetahui lagi jumlah yang pasti sisa kredit Penggugat;

14. Bahwa pengalihan hak tagih piutang kepada Tergugat I tanpa didasarkan atas persetujuan dan telah menimbulkan kerugian bagi Penggugat, maka

(4)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 4 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

sangat wajar menurut hukum hak tagih piutang Penggugat dikembalikan lagi keposisi semula dari Tergugat I kepada Tergugat II;

15. Bahwa karena sebelumnya hak tagih piutang Penggugat berada di Tergugat II, maka sangat wajar menurut hukum Tergugat II dihukum untuk melakukan penagihan piutang kepada Penggugat;

16. Bahwa pengalihan penagihan piutang ini dibuat dengan melawan hukum, maka sangat wajar menurut hukum Tergugat I dihukum untuk mengembalikan semua dokumen yang berkaitan dengan piutang Penggugat kepada Tergugat II;

17. Bahwa agar Tergugat I dan Tergugat II memenuhi isi putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, maka sangat wajar menurut hukum terhadap harta benda Tergugat I dan Tergugat II sah dan berharga diletakkan sita jaminan (Conservatoir Beslaag);

18. bahwa oleh karena Tergugat I berdomisili di Medan, sehingga Penggugat memilih Pengadilan Negeri Medan untuk mengadili perkara ini;

Bahwa berdasarkan alasan tersebut di atas Penggugat memohon agar berkenan kiranya Bapak Ketua Pengadilan Negeri Medan memanggil pihak pihak yang ada hubungannya dengan perkara ini seraya memeriksa dan mengadili serta memutuskan yang amarnya sebagai berikut :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan (Conservatoir Beslaag) yang diletakkan dalam perkara ini;

3. Menyatakan secara hukum Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum;

4. Menyatakan secara hukum hak tagih piutang Penggugat dikembalikan pada posisi semula dari Tergugat I kepada Tergugat II;

5. Menyatakan secara hukum semua akta yang timbul dalam pengalihan hak tagih piutang untuk Tergugat I batal demi hukum atau sekurang kurangnya tidak berkekuatan hukum yaitu :

1. Akta Perjanjian Jual Beli Piutang Tgl. 5 Mei 2006 No. 35.

2. Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 Tgl. 5 Mei 2006.

6. Menyatakan secara hukum Penggugat tidak ikatan hukum dengan Tergugat I mengenai piutang Penggugat;

7. Menghukum Tergugat II untuk melakukan penagihan piutang kepada Penggugat;

(5)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 5 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

8. Menghukum Tergugat I untuk mengembalikan semua dokumen menyangkut piutang Penggugat kepada Tergugat II;

9. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan serta merta walaupun ada banding, verzet maupun kasasi ;

10. Menghukum Para Tergugat untuk membayar biaya biaya yang timbul dalam perkara ini ;

11. Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang terhormat berpendapat lain mohon Keputusan yang seadil-adilnya (Ex aquo et bono) ;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, untuk Penggugat menghadap Kuasanya tersebut tersebut diatas, untuk Tergugat I datang menghadap kuasanya MANGIRING SIHOMBING,SH ddk, Advokat dan Penasehat Hukum berkantor di Jalan Letda Sujono Komplek Pramas I No.70 Medan, Kantor Hukum MANGIRING SIHOMBING,SH &Rekan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23 September 2014, sedangkan Tergugat II telah dipanggil secara patut akan tetapi tidak hadir dan tidak menyuruh wakilnya yang sah ;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mengupayakan perdamaian diantara para pihak melalui mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan menunjuk AKSIR, SH.MH, Hakim pada Pengadilan Negeri Medan sebagai Mediator;

Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 28 Oktober 2014, upaya perdamaian tersebut tidak berhasil;

Menimbang, bahwa oleh karena itu pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan pembacaan surat gugatan yang isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Tergugat I memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :

1. Gugatan Penggugat Dalam Perkara ini Ne Bis in Idem.

Bahwa dengan dasar gugatan atau posita gugatan dan tuntutan (petitum) dalam gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, petitum atau tuntutan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini didasarkan pada alasan bahwa peralihan hak tagih piutang Tergugat II (bukan hak tagih piutang Penggugat) kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang

(6)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 6 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

(Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut, merupakan perbuatan melawan hukum (vide, Gugatan Penggugat halaman 3) ;

Bahwa dasar hukum yang diajukan Penggugat dalam perkara ini untuk menyatakan peralihan hak tagih piutang Tergugat II (bukan hak tagih piutang Penggugat) kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut merupakan perbuatan melawan hukum, adalah ketentuan Pasal 613 KUHPerdata ;

Bahwa sebelum Penggugat mengajukan gugatan dalam perkara ini, Tergugat I dalam perkara ini telah pernah mengajukan gugatan (bertindak sebagai Penggugat) terhadap Penggugat dalam perkara ini sebagai Tergugat I dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 ;

Bahwa tuntutan yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) dalam Gugatan sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, didasarkan pada alasan peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 ;

Bahwa dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta ;

Bahwa dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan

(7)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 7 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta sebagaimana tersebut diatas, telah diberitahukan kepada Tergugat I (in casu Penggugat) ;

Bahwa dengan demikian, peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, telah memenuhi ketentuan Pasal 613 KUHPerdata ;

Bahwa Penggugat dalam perkara ini sebagai Tergugat I dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, juga mengajukan GUGATAN REKONPENSI terhadap Penggugat (in casu Tergugat I) dengan mengajukan tuntutan yang didasarkan pada alas an bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, melawan atau melanggar hukum ;

Bahwa dengan demikian, tuntutan atau petitum yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, maupun tuntutan atau petitum yang diajukan Tergugat I (in casu Penggugat) dalam Gugatan Rekonpensi sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, didasarkan pada alasan yang sama ;

Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung

(8)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 8 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, telah berkekuatan hukum tetap ;

Bahwa menurut ketentuan Pasal 1917 KUHPerdata, kekuatan sesuatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan mutlak, tidaklah lebih luas dari pada sekedar mengenai soal putusannya. Untuk dapat mengajukan kekuatan itu, perlulah bahwa soal yang dituntut adalah sama, bahwa tuntutan didasarkan atas alasan yang sama, lagi pula dimajukan oleh dan terhadap pihak-pihak yang sama didalam hubungan yang sama pula ;

Bahwa berpedoman kepada kaidah hukum sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 1917 KUHPerdata sebagai ketentuan hukum yang mengatur konsep hukum Ne Bis In Idem, maka secara deduktif dapat dikatakan bahwa Gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini adalah Ne Bis In Idem, karena tuntutan yang diajukan Penggugat Rekonpensi (in casu Penggugat) yang telah dipertimbangkan didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap ;

2. Pihak Tergugat Dalam Gugatan Penggugat Tidak Lengkap.

Bahwa dengan dasar gugatan atau posita gugatan dan tuntutan (petitum) dalam gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, petitum atau tuntutan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini didasarkan pada alasan bahwa peralihan hak tagih piutang Tergugat II (bukan hak tagih piutang Penggugat) kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut, merupakan perbuatan melawan hukum (vide, Gugatan Penggugat halaman 3) ;

Bahwa sebelum Penggugat mengajukan gugatan dalam perkara ini, Tergugat I dalam perkara ini telah pernah mengajukan gugatan (bertindak sebagai Penggugat) terhadap Penggugat dalam perkara ini sebagai Tergugat I dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 ;

(9)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 9 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Bahwa dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta ;

Bahwa akan tetapi dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, tidak mengikut sertakan Vestina Ria kartika, SH. Notaris di Jakarta sebagai Tergugat dalam perkara ini sebagai konsekuensi logis dari dasar gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini atas dasar perbuatan melawan hukum dalam kaitannya dengan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pihak Tergugat dalam Gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara inii, tidak lengkap ;

3. Tuntutan Penggugat Mengabaikan Kepastian Hukum.

Bahwa dengan dasar gugatan atau posita gugatan dan tuntutan (petitum) dalam gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, petitum atau tuntutan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini didasarkan pada alasan bahwa peralihan hak tagih piutang Tergugat II (bukan hak tagih piutang Penggugat) kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut, merupakan perbuatan melawan hukum (vide, Gugatan Penggugat halaman 3) ;

Bahwa tuntutan atau petitum yang diajukan Penggugat dalam perkara ini adalah agar pengadilan menyatakan batal demi hokum Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut ;

Bahwa sebelum Penggugat mengajukan gugatan dalam perkara ini, Tergugat I dalam perkara ini telah pernah mengajukan gugatan (bertindak sebagai Penggugat) terhadap Penggugat dalam perkara ini sebagai Tergugat I dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri

(10)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 10 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 ;

Bahwa tuntutan yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) dalam Gugatan sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, didasarkan pada alasan peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 ;

Bahwa dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta ;

Bahwa dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta sebagaimana tersebut diatas, telah diberitahukan kepada Tergugat I (in casu Penggugat) ;

Bahwa dengan demikian, peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36

(11)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 11 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, telah memenuhi ketentuan Pasal 613 KUHPerdata ;

Bahwa Penggugat dalam perkara ini sebagai Tergugat I dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, juga mengajukan GUGATAN REKONPENSI terhadap Penggugat (in casu Tergugat I) dengan mengajukan tuntutan yang didasarkan pada alasan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, melawan atau melanggar hukum ;

Bahwa salah satu amar Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut berbunyi “menolak Gugatan Rekonpensi yang diajukan Penggugat Rekonpensi (in casu Penggugat) ;

Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176 / PDT/ 2008/ PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, telah berkekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, menyangkut keabsahan peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, telah mempunyai kepastian hukum ;

Bahwa selain dari pada itu, keberadaan Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, tidak dipersoalkan Penggugat dalam Gugatan yang diajukan dalam perkara ini ;

(12)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 12 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Bahwa dengan demikian, tuntutan atau petitum yang diajukan Penggugat dalam perkara ini agar pengadilan menyatakan peralihan hak tagih piutang Tergugat III kepada Tergugat I atas hutang Penggugat sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, batal demi hukum, telah mengabaikan kepastian hukum ;

Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum dan alasan-alasan hukum sebagaimana telah diuraikan diatas, maka beralasan untuk menyatakan bahwa Gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini tidak dapat diterima, karena tuntutan atau petitum dalam Gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, akandianulir dengan keberadaan Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap dan mengandung kepastian hukum ;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dikemukakan diatas, Gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini tidak memiliki landasan hukum atau tidak juridis, dan oleh karena itu beralasan untuk dinyatakan tidak dapat diterima;

DALAM POKOK PERKARA :

Bahwa Tergugat I dalam perkara iini tetap membantah dalil-dalil yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, dan Tergugat I dalam perkara ini tetap menyatakan bahwa tuntutan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini didasarkan pada alasan yang sama oleh pihak yang sama dalam hubungan yang sama dengan alasan yang disebutkan Penggugat dalam perkara ini yang bertindak sebagai Penggugat Rekonpensi dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 yang telah berkekuatan hukum tetap dan mengandung kepastian hukum ;

Bahwa dengan dasar gugatan atau posita gugatan dan tuntutan (petitum) dalam gugatan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini, petitum atau tuntutan yang diajukan Penggugat dalam perkara ini didasarkan pada alasan bahwa peralihan hak tagih piutang Tergugat II (bukan hak tagih piutang Penggugat)

(13)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 13 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut, merupakan perbuatan melawan hukum (vide, Gugatan Penggugat halaman 3) ;

Bahwa dasar hukum yang diajukan Penggugat dalam perkara ini untuk menyatakan peralihan hak tagih piutang Tergugat II (bukan hak tagih piutang Penggugat) kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut merupakan perbuatan melawan hukum, adalah ketentuan Pasal 613 KUHPerdata ;

Bahwa sebelum Penggugat mengajukan gugatan dalam perkara ini, Tergugat I dalam perkara ini telah pernah mengajukan gugatan (bertindak sebagai Penggugat) terhadap Penggugat dalam perkara ini sebagai Tergugat I dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 ;

Bahwa tuntutan yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) dalam Gugatan sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, didasarkan pada alasan peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 ;

Bahwa dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta ;

(14)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 14 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Bahwa dalam Gugatan Perdata yang diajukan Penggugat (in casu Tergugat I) dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta sebagaimana tersebut diatas, telah diberitahukan kepada Tergugat I (in casu Penggugat) ;

Bahwa dengan demikian, peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, telah memenuhi ketentuan Pasal 613 KUHPerdata ;

Bahwa Penggugat dalam perkara ini sebagai Tergugat I dalam perkara perdata sebagaimana termaktub didalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, juga mengajukan GUGATAN REKONPENSI terhadap Penggugat (in casu Tergugat I) dengan mengajukan tuntutan yang didasarkan pada alasan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, melawan atau melanggar hukum ;

Bahwa salah satu amar Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut berbunyi “menolak Gugatan Rekonpensi yang diajukan Penggugat Rekonpensi (in casu Penggugat) ;

Bahwa Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, telah

(15)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 15 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

berkekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, menyangkut keabsahan peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, telah mempunyai kepastian hukum ;

Bahwa selain dari pada itu, keberadaan Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn, Jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn, tertanggal 25 Juni 2008 Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut, tidak dipersoalkan Penggugat dalam Gugatan yang diajukan dalam perkara ini ;

Bahwa dengan demikian, tuntutan atau petitum yang diajukan Penggugat dalam perkara ini agar pengadilan menyatakan peralihan hak tagih piutang Tergugat III kepada Tergugat I atas hutang Penggugat sebagaimana termaktub didalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 tersebut diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH. Notaris di Jakarta tersebut, batal demi hukum, telah mengabaikan kepastian hukum ;

Menimbang, bahwa selanjutnya telah terjadi jawab jinawab antara Penggugat dan Tergugat I yaitu Penggugat mengajukan Replik dan Tergugat I mengajukan Duplik sebagaimana terlampir dalam Berita Acara, yang untuk singkatnya dianggap telah dimuat dalam putusan ini ;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya Penggugat mengajukan bukti surat yang seluruhnya berupa foto copy yang terdiri dari :

1. Fotocopy Surat PT. Bank Danamon tgl. 13 Februari 2002 No. 135/HAI/-SME.2/OL/II/02 yang ditujukan kepada PT. Yamika Arbis, periihal Penyelesaian Kewajiban Hutang, diberi tanda P – 1 ;

2. Fotocopy Surat PT. Yamika Arbis tgl. 21 Februari 2002 No. 01/YA/II/2002 yang ditujukan kepada PT. Bank Danamon Indoneisa Tbk, Gedung Danamon Kuningan, perihal Penyelesaian Kewajiban Hutang, diberi tanda P – 2 ;

3. Fotocopy Surat PT. Bank Danamon tgl. 21 Maret 2002 No. 135/HAI/-SME.2/OL/III/02 yang ditujukan kepada PT. Yamika Arbis, periihal Penyelesaian Kewajiban Hutang dan Keringanan Pembayaran Kewajiban, diberi tanda P – 3 ;

(16)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 16 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

4. Fotocopy Surat PT. Bank Danamon tgl. 17 Mei 2002 No. 190/HAI-SME.2/SP/V/02 yang ditujukan kepada PT. Yamika Arbis, periihal Penyelesaian Kewajiban Hutang (Surat Peringatan Pertama), diberi tanda P – 4 ;

5. Fotocopy Surat PT. Bank Danamon tgl. 6 September 2004 No. 135D/HAI-SME.2/IX/04 yang ditujukan kepada PT. Yamika Arbis, periihal Penyelesaian Kewajiban Hutang (Surat Peringatan Ketiga), diberi tanda P – 5 ;

6. Fotocopy Surat Departemen Keuangan RI Dirjen Piutang dan Lelang Negara Kantor Wilayah I Medan tgl. 31 Agustus 2005 Nomor : S-1137/WPL.01/KP.02/2005, perihal Pemberitahuan Lelang terhadap jaminan objek Penggugat yang dimohonkan oleh PT. Bank Danamon, diberi tanda P – 6;

7. Fotocopy Surat Departemen Keuangan RI Dirjen Piutang dan Lelang Negara Kantor Wilayah I Medan tgl. 27 September 2005 Nomor : S-1217/WPL.01/KP.02/2005, perihal Penundaan Lelang yang ditujukan kepada Pimpinan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, diberi tanda P – 7 ;

Menimbang, bahwa selain daripada bukti surat tersebut, Penggugat juga ada mengajukan 1 (satu) orang saksi yang memberikan keterangan dibawah sumpah pada pokoknya sebagai berikut :

Saksi : MAROLOP SARAGIH

- Bahwa saksi pernah bekerja pada penggugat sejak tahun 1987 s/d tahun 2004;

- Bahwa PT Yamika Arbis bergerak dibidang Importir;

- Bahwa setahu saksi penggugat pernah mengajukan kredit Modal kerja ke Bank BDN kemudian diover ke Bank Duta sebesar Rp.400,.000.000.- (empat ratus juta rupiah) ;

- Bahwa karena terjadi krisis moneter pada tahun 1998, maka kredit tersebut dialihkan ke Bank Danamon;

- Bahwa setahu saksi hutang penggugat seluruhnya sebesar Rp.600.000.000.- (enam ratus juta rupiah);

- Bahwa setahu saksi ada 3(tiga) agunan yang diajukan sebagai jaminan dan dibuat Hak tanggungan ;

(17)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 17 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

- Bahwa setahu saksi agunan masih berada di bank Danamon , sedangkan tanah dan rumah yang dijadikan jaminan tersebut ditempati anak-anak penggugat ;

Menimbang, bahwa pada saat persidangan memasuki tahap pembuktian, Tergugat I maupun kuasanya tidak menghadiri lagi persidangan meskipun telah dipanggil secara patut;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut diatas mejelis hakim tingkat pertama telah menjatuhkan Putusan yang amar putusannya sebagai berikut ;

DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian ;

2. Menyatakan secara hukum Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum;

3. Menyatakan secara hukum hak tagih piutang Penggugat dikembalikan pada posisi semula dari Tergugat I kepada Tergugat II;

4. Menyatakan secara hukum semua akta yang timbul dalam pengalihan hak tagih piutang untuk Tergugat I tidak berkekuatan hukum yaitu :

1. Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 Tgl. 5 Mei 2006.

2. Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 Tgl. 5 Mei 2006.

5. Menyatakan secara hukum Penggugat tidak mempunyai ikatan hukum dengan Tergugat I mengenai hutang Penggugat kepada Tergugat II;

6. Menghukum Tergugat II untuk melakukan penagihan piutang kepada Penggugat;

7. Menghukum Tergugat I untuk mengembalikan semua dokumen menyangkut hutang Penggugat kepada Tergugat II;

8. Menghukum Para Tergugat untuk membayar ongkos perkara yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp.796.000,- (tujuh ratus sembilan puluh enam ribu rupiah) ;

9. Menolak gugatan Penggugat selain dan selebihnya ;

Membaca risalah pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat oleh jurusita pengganti pada Pengadilan Negeri,Niaga,HAM dan PHI Medan yang menyatakan bahwa pada tanggal 28 September 2015permohonan banding tersebut telah disampaikan dan diberitahukan secara sah dan seksama kepada

(18)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 18 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

pihak Penggugat/sekarang Terbanding dan pihak Tergugat I/sekarang Turut Terbanding;

Menimbang,bahawa Kuasa Pembanding/dahulu Tergugat II talah mengajukan memori banding dengan mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut ;

Bahwa Pembanding/Tergugat II memohon kepada yang terhormat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Sumatera Utara di Medan yang memeriksa dan mengadili perkara di tingkat banding ini agar berkenan memperhatikan

SEGI-SEGI YURIDIS SERTA SENDI-SENDI HUKUM YANG HIDUP DAN

BERKEMBANG DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945, agar keputusan hukum Pengadilan Tinggi Sumatera Utara di Medan dalam tingkat banding ini kelak BENAR-BENAR MENEGAKKAN SUPREMASI HUKUM DENGAN MENCERMINKAN ADANYA KEPASTIAN HUKUM DAN KEADILAN yang dijunjung tinggi dalam NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN HUKUM (Rechtstaat);--

Bahwa Pembanding/Tergugat II tidak setuju dan sangat keberatan terhadap pertimbangan dan keputusan hukum yang diambil oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dalam perkara perdata No. 370/Pdt.G/2014/PN.Mdn tanggal 01 April 2015

Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dalam pertimbangan hukumnya perkara No. 370/Pdt.G/2014/PN.Mdn tertanggal 01 April 2015 pada pokoknya menyatakan hal-hal sebagai berikut :

I. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dalam Putusannya bagian menimbang didalam perkara No. 370/Pdt.G/2015/PN.Mdn tertanggal 01 April 2015 pada halaman 6 alinea 2 yang berbunyi (kami kutip selengkapnya dengan

tulisan miring):

Menimbang, bahwa pada hari ini persidangan yang telah ditentukan, untuk Penggugat menghadap Kuasanya tersebut diatas, untuk Tergugat I datang menghadap kuasanya MANGIRING SIHOMBING, SH dkk, Advokat dan Penasehat Hukum berkantor di Jalan Letda Sujono Komplek Pramas I No.70 Medan, Kantor Hukum MANGIRING SIHOMBING,SH & Rekan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23 September 2014, sedangkan Tergugat II

(19)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 19 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

telah dipanggil secara patut akan tetapi tidak hadir dan tidak menyuruh wakilnya yang sah;

Tanggapan kami :

1. Bahwa Pembanding/Tergugat II tidak pernah sama sekali menerima Surat Panggilan Sidang (Relaas) dari Jurusita Pengadilan Negeri Medan agar supaya menghadiri persidangan sebagai Tergugat II di Pengadilan Negeri Medan sehingga Pembanding/Tergugat II tidak pernah menghadiri perkara No. 370/Pdt.G/2014/PN.Mdn;

2. Bahwa jika benar –quad non- ada Relaas panggilan sidang yang dilayangkan Jurusita kepada Pembanding/Tergugat II, Jurusita tersebut kemungkinan besar telah salah alamat atau ceroboh dalam melayangkan surat panggilan sidang tersebut, sehingga yang tidak berkompetenlah yang menjadi penerimanya;

3. Bahwa kesalahan atau kelalaian Jurusita dalam pengiriman surat panggilan untuk menghadiri sidang perkara No. 370/Pdt.G/2014/PN.Mdn adalah juga akhirnya secara tidak langsung menjadi kesalahan dan kecerobohan Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini, sehingga oleh karena itu putusan Majelis Hakim dalam perkara ini haruslah dibatalkan;

DALAM POKOK PERKARA

II. Bahwa selanjutnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dalam pertimbangan hukumnya dalam perkara No. 370/Pdt.G/2015/PN.Mdn tertanggal 01 April 2015 pada halaman 21 alinea 7 bagian bawah sampai halaman 24 alinea 2 yang berbunyi (kami kutip selengkapnya dengan tulisan

miring) :

Menimbang, bahwa Tergugat I dalam jawabannya pada pokoknya membenarkan adanya pengalihan piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat kepada Tergugat II sebagaimana termaktub dalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 mei 2006, dan dalam gugatan perdata sebagaimana termaktub dalam Putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No.106/Pdt.G/2007/PN.Mdn jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn tertanggal 25

(20)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 20 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Juni 2008 jo. Putusan Mahkamah Agung RI No. 367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011, Penggugat (in casu Tergugat I) menyatakan bahwa Akta Perjanjian Jual Beli Piutang tersebut diatas telah diberitahukan kepada Tergugat I (in casu Penggugat) sehingga Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) tersebut telah memenuhi pasal 613 KUH Perdata, demikian juga dalam putusan terdahulu Penggugat yang dalam perkara tersebut sebagai Tergugat I ada mengajukan gugatan Rekonpensi terhadap Penggugat (in casu Tergugat I) dengan mengajukan tuntutan yang didasarkan pada alasan bahwa Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akte Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 yang diperbuat dihadapan Notaris Vestina Ria Kartika, SH tersebut melawan hukum, dalam amar putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No.106/Pdt.G/2007/PN.Mdn jo Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn tertanggal 25 Juni 2008 jo Putusan Mahkamah Agung RI No. 367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011 tersebut berbunyi menolak Gugatan Rekonpensi (in casu Penggugat), sehingga menyangkut keabsahan peralihan hak tagih piutang Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat telah mempunyai kepastian hukum;

Menimbang, bahwa oleh karena telah mendapat pengakuan dari Tergugat I, maka berdasarkan ketentuan Pasal 311 RBG, maka telah menjadi fakta hukum dalam perkara ini bahwa benar Tergugat II telah melakukan pengalihan piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I atas hutang Penggugat kepada Tergugat II sebagaimana termaktub dalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjajian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 tertanggal 5 Mei 2006, sehingga pengakuan tersebut memberikan bukti yang sempurna, dan tidak memerlukan pembuktian lebih lanjut;

Menimbang, bahwa dengan demikian yang menjadi pokok sengketa dalam perkara ini adalah tentang apakah benar pengalihan piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I dilakukan tanpa pengetahuan atau persetujuan dari Penggugat selaku debitur sebagaimana didalilkan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya Penggugat mengajukan alat bukti berupa bukti surat yang diberi tanda P-1 s/d P-7, dan keterangan 1 (satu) orang saksi sebagaimana diuraikan diatas;

(21)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 21 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Penggugat keseluruhannya merupakan hanya berupa fotocopy yang tidak dapat diperlihatkan aslinya, sehingga merujuk pada yurisprudensi bukti surat yang berupa fotocopy tersebut tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti, sehingga tidak perlu dipertimbangkan;

Menimbang, bahwa keterangan saksi Penggugat pada pokoknya menerangkan bahwa benar Penggugat ada mengajukan permohonan kredit modal kerja sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) ke Bank BDN dan karena krisis moneter dialihkan ke Bank Duta dan terakhir dialihkan lagi ke Bank Danamon, dan hutang Penggugat kepada Bank Danamon setahu saksi sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), dan barang jaminannya merupakan 3 bidang tanah yang saat ini masih berada di Bank Danamon;

Menimbang, bahwa sebagaimana telah diuraikan diatas Tergugat I dalam jawabannya mendalilkan bahwa Pengalihan Piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I telah diberitahukan kepada Penggugat selaku debitur sebagaimana telah disebutkan dalam putusan Pengadilan Negeri Medan tertanggal 4 September 2007 No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 176/PDT/2008/PT.Mdn tertanggal 25 Juni 2008 jo. Putusan Mahkamah Agung RI No. 367 K/Pdt/2010 tertanggal 4 Januari 2011, sehingga pengalihan piutang tersebut telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 613 ayat (2) KUH Perdata;

Menimbang bahwa oleh karena Penggugat mendalilkan bahwa Pengalihan Piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I dilakukan dengan tidak diketahui atau tidak ada persetujuan Penggugat selaku debitur, sedangkan dilain pihak Tergugat I mendalilkan bahwa Pengalihan Piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I telah diberitahukan kepada Penggugat selaku debitur, maka sesuai ketentuan pasal 283 RBG beban pembuktian dibebankan kepada Tergugat I untuk membuktikan bahwa

pengalihan piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I telah diketahui atau diberitahukan kepada Penggugat selaku debitur, dan bukan dibebankan kepada Penggugat sebab menurut azas hukum acara perdata bahwa hal-hal yang bersifat negative tidaklah dapat dibuktikan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat telah berhasil membuktikan dalil gugatannya, sebaliknya Tergugat I tidak dapat membuktikan dalil bantahannya;

(22)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 22 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah gugatan Penggugat dapat dikabulkan seluruhnya atau hanya sebahagian;

Tanggapan kami :

1. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara aquo tidak konsisten dan kontradiktif dalam pertimbangan hukum dan putusannya, yang mana dalam pemeriksaan persidangan Terbanding/Penggugat mengajukan alat bukti surat yang hanya merupakan fotocopy saja tanpa dapat menunjukkan aslinya;

2. Bahwa dalam pasal 1888 KUH Perdata menyatakan “Kekuatan pembuktian

suatu bukti tulisan adalah pada aktanya asli. Apabila akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar hanyalah dapat dipercaya, sekadar salinan-salinan serta ikhtisar-ikhtisar itu sesuai dengan aslinya, yang mana senantiasa dapat diperintahkan mempertunjukkannya.”, tetapi

dalam perkara aquo majelis hakim tetap saja mengabulkan gugatan Penggugat walaupun tidak didukung bukti-bukti yang kuat, yakni Terbanding/Penggugat hanya mengajukan bukti surat yang berupa fotocopy saja, hal ini juga bertentangan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.701 K/Sip/1974 yang berbunyi : “Karena Yudex Factie medasarkan

putusannya melulu atas surat-surat bukti yang terdiri fotokopi-fotokopi yang tidak secara sah dinyatakan sesuai aslinya, sedang terdapat diantaranya yang penting-penting yang secara substansial masih dipertengkarkan oleh kedua belah pihak, Judex factie sebenarnya telah memutuskan perkara ini berdasarkan bukti yang tidak sah.”. Oleh sebab itu cukup beralasan bagi

Majelis Hakim Yth Pengadilan Tinggi Medan membatalkan keputusan

hukum Pengadilan Negeri Medan dalam perkara No.

370/Pdt.G/2014/PN.Mdn;

3. Bahwa dalam perkara aquo saksi yang diajukan oleh Terbanding/Penggugat adalah hanya terdiri dari satu orang saksi yaitu Marolop Saragih, hal ini telah melanggar asas unus testis nullus testis, tetapi Majelis Hakim tetap mengabulkan gugatan Terbanding/Penggugat, sehingga Majelis Hakim yang memeriksa perkara aquo adalah gegabah dan asal-asalan sehingga perlu dibina sebagai hakim dan perlu disekolahkan lagi;

(23)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 23 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

dan mengadili perkara aquo No.370/Pdt.G/2015/PN.Mdn telah salah dan keliru dalam memberikan pertimbangan hukumnya, oleh karena Pengalihan Piutang (Cessie) dari Pembanding/Tergugat II kepada Turut Terbanding/Tergugat I telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagaimana pengalihan Piutang tersebut telah dituangkan dalam akta otentik yaitu Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tertanggal 05 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 tertanggal 5 Mei 2006, kedua akta tersebut diperbuat dihadapan Notaris Vestina Ria Kartika, SH., Notaris di Jakarta;

5. Bahwa di dalam Akte Perjanjian Jual Beli Piutang No. 35 tertanggal 05 Mei 2006 pada Pasal 5 huruf c menyebutkan “ Sesuai dengan ketentuan

yang tercantum dalam Pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum Perdata,

Pembeli akan menyampaikan pemberitahuan kepada Debitur atas

pengalihan Piutang dari Penjual kepada Pembeli, dan/atau pihak lain yang wajib untuk diberitahukan berdasarkan Perjanjian Kredit, dengan bentuk pemberitahuan sesuai dengan format dan isi sebagaimana diuraikan dalam lampiran 2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini untuk Piutang dan/atau bentuk lain sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kredit dan/atau ketentuan hukum yang berlaku”, dan

demikian juga di dalam Akte Perjanjian Pengalihan Piutang No. 36 tertanggal 05 Mei 2006 pada pasal 4 menyebutkan “ sesuai dengan

ketentuan Pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Penjual dan/atau Pembeli dengan ini berhak untuk memberitahukan perihal pengalihan (cessie) atas Piutang kepada pihak ketiga dan atau penjamin maupun agen apabila ada berdasarkan Perjanjian Kredit Sindikasi dimana Penjual memliki hak tagih atas piutang tersebut sepanjang pemberitahuan

ini diwajibkan oleh undang-undang yang berlaku”;

6. Bahwa Cessie tersebut sesuai amanat pasal 613 KUHPerdata sudah

diberitahukan kepada Penggugat/Terbanding dahulu Tergugat I (PT. Yamika Arbis) dan Tergugat III sesuai dengan bukti P-17 yaitu Fotocopy

Surat Kuasa Hukum Penggugat No. 011/SCP/V/2006 tanggal 23 Mei 2006, Hal : Pemberitahuan Pengalihan Piutang (Cessie), yang ditujukan kepada Tergugat III berikut dengan bukti pengirimannya, telah dinazegelen dan dilegalisir, selanjutnya diberi tanda dengan P-17, Bukti P-18 yaitu Fotocopy Surat Kuasa Hukum Penggugat No. 015/SCP/VI/2006 tanggal 01 Juni 2006, Hal : Somasi I yang ditujukan kepada Tergugat III berikut dengan bukti

(24)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 24 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

pengirimannya, telah dinazegelen dan dilegalisir, selanjutnya diberitanda dengan P-18, seperti terdapat dalam salinan putusan No: 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn tanggal 04 September 2007, halaman 43 (copy terlampir);

7. Bahwa keputusan hukum yang diberikan Majelis Hakim dalam perkara ini

tidak sejalan atau bertentangan dengan Putusan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Medan dalam perkara No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn tertanggal 04 September 2007 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No.176/PDT/2008/PT.Mdn tertanggal 25 Juni 2008, Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 04 Januari 2011 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, yang mana dalam perkara sebelumnya Turut Terbanding/Tergugat I dalam perkara ini sudah pernah mengajukan gugatan (bertindak sebagai Penggugat) terhadap Terbanding/Penggugat dalam perkara aquo, dan dalam Poin 3 amar putusan Pengadilan Negeri Medan yang juga dikuatkan ditingkat Banding dan tingkat kasasi dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut menyatakan (kami Kutip dalam tulisan miring) “menyatakan dengan sah bahwa Tergugat I,II,III telah berhutang semula pada PT. BANK DUTA CABANG MEDAN, BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL (BPPN) dan PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk, sekarang Penggugat berdasarkan :

a. Akte Perjanjian Kredit Dengan Penyerahan Jaminan No. 5 tanggal 9 Mei 1995, diperbuat dihadapan Muhammad Syafei, Pengganti Sementara Perlaungan Nasution, SH., Notaris di Medan;

b. Grosse Akte Pengakuan Hutang No. 6 tanggal 9 Mei 1995 yang berkepala “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” diperbuat dihadapan Muhammad Syafei, Pengganti Sementara Parlaungan Nasution, SH, Notaris di Medan;Perjanjian Jual-beli dan Penyerahan Piutang tanggal 30 Juni 2000 No.SP-168/BPPN/0600 yang dilegalisir oleh Hasanal Ali Amin, SH., Notaris di Jakarta, dibawah No.482/2000, kecuali mengenai jumlah hutang yang harus dibayar oleh Tergugat I, II, III;

c. Contract of Sale tanggal 30 Nopember 2000 yang dilegalisir oleh Moendjiati Soegito, SH., Notaris di Jakarta, dibawah No. 3791/Nopember 2000, kecuali mengenai jumlah hutang yang harus dibayar oleh Tergugat I, II, III

(25)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 25 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

d. Akte Pengalihan Hak Atas Tagihan No. 12 tanggal 22 Desember 2000 diperbuat dihadapan Moendjiati Soegito, SH., Notaris di Jakarta kecuali mengenai jumlah hutang yang harus dibayar oleh Tergugat I, II, III;

e. Akte Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tanggal 5 Mei 2006, diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH., Notaris di Jakarta, kecuali mengenai jumlah hutang yang harus dibayar oleh Tergugat I, II, III; f. Akte Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 tanggal 5 Mei 2006 diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH., MH, Notaris di Jakarta, kecuali mengenai jumlah hutang yang harus dibayar oleh Tergugat I, II, III.”;

8. Bahwa gugatan Penggugat perkara No.370/Pdt.G/2015/PN.Mdn adalah gugatan yang Nebis In Idem yang mana terhadap perkara dengan objek yang sama dan para pihak yang sama pula telahpernah diperiksa di Pengadilan Negeri Medan dalam perkara No.106/Pdt.G/2007/PN.Mdn tertanggal 04 September 2007, Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 176/PDT/2008/PT.Mdn tertanggal 25 Juni 2008, Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 04 Januari 2011 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewiijsde), sehingga upaya hukum yang dapat dilakukan adalah Peninjauan Kembali (PK) bukan mengajukan gugatan baru;

9. Bahwa Hakim Majelis Pengadilan Negeri Medan Yang memeriksa dan

memutus perkara ini telah salah dan keliru dalam pertimbangan dan mengambil keputusannya karena tergolong Nebis In Idem. Suatu putusan yang Nebis In Idem dapat dijelaskan sebagaimana yang terdapat dalam :

 Buku M. Yahya Harahap, “ Hukum Acara Perdata” terbitan Sinar

Grafika, Tahun 2005, pada halaman 441-443 yang menyatakan

suatu putusan melekat unsur Nebis In Idem apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Apa yang digugat sudah diperkarakan sebelumnya;

2. Terhadap Perkara terdahulu, telah ada Putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap;

3. Putusan Bersifat positif, bila berbentuk menolak gugatan seluruhnya atau mengabulkan gugatan seluruhnya atau sebagian;

(26)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 26 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

 Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.1226 K/Pdt/2001 tanggal 20 Mei 2002, yang isinya berbunyi :

“Meski kedudukan Subjeknya berbeda, tetapi Objek sama dengan perkara yang telah diputus terdahulu dan berkekuatan hukum tetap, maka gugatan dinyatakan Nebis In Idem” ;

 Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 647 K/Pdt/1973 tanggal 13 April 1976 yang isinya berbunyi :

“Ada atau tidaknya azas nebis in idem tidak semata-mata ditentukan oleh para pihak saja, melainkan terutama bahwa objek dari sengketa sudah diberi status tertentu oleh keputusan Pengadilan Negeri yang lebih dulu dan telah mempunyai kekuatan pasti dan alasannya adalah sama”;

Dengan demikian jelas bahwa keputusan Majelis Hakim pengadilan Negeri Medan No : 370/Pdt.G/2014/PN.Mdn tanggal 01 April 2015 dalam perkara aquo telah melanggar asas Nebis In Idem dan telah mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum, maka oleh sebab itu Majelis Hakim Yang Terhormat Pengadilan Tinggi Sumatera Utara di Medan sudah sepatutnya membatalkan Putusan Pengadilan negeri Medan dalam perkara aquo;

10. Bahwa oleh karena putusan Pengadilan Negeri Medan terhadap perkara No.370/Pdt.G/2015/PN.Mdn bertentangan dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 04 Januari 2011,

Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 176/PDT/2008/PT.Mdn

tertanggal 25 Juni 2008, Jo. Putusan Pengadilan Negeri Medan perkara No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn tertanggal 04 September 2007 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka keputusan hukum Hakim Majelis Pengadilan Negeri Medan terhadap Perkara No. 370/Pdt.G/2015/ PN. Mdn haruslah dibatalkan

III. Pada halaman 24 alinea 4 sampai dengan halaman 25 alinea 1 yang berbunyi (kami kutip selengkapnya dengan tulisan miring) :

Menimbang, bahwa menurut pasal 613 ayat (2) KUH Perdata : Penyerahan piutang atas nama tersebut tiada akibatnya bagi siberutang,

(27)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 27 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya;

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat I tidak dapat membuktikan bahwa pengalihan piutang (Cessie) dari Tergugat II kepada Tergugat I telah diketahui atau diberitahukan kepada penggugat selaku debitur, maka dengan mengacu pada ketentuan pasal 613 ayat (2) KUH Perdata, maka

pengalihan Piutang (Cessie)dari Tergugat II kepada Tergugat I sebagaimana termaktub dalam Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 tertanggal 5 Mei 2006 tidak mengikat dan tidak mempunyai kekuatan hukum bagi Penggugat selaku debitur, sehingga perbuatan Tergugat II yang mengalihkan piutangnya kepada Tergugat I tanpa pengetahuan dan persetujuan Penggugat adalah tergolong perbuatan

melawan hukum, sehingga petitum gugatan pada butir 3 dapat dikabulkan;

Tanggapan kami :

1. Bahwa berdasarkan putusan Pengadilan (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung) yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut diatas sangat jelas menyatakan Terbanding/Penggugat mempunyai hutang kepada Turut Terbanding/Tergugat I/Henry Kosasih berdasarkan Akte Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tertangga 05 Mei 2006 dan Akte Perjanjian Pengalihan Piutang (Cessie) No. 36 tertanggal 05 Mei 2006 diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH., MH, Notaris di Jakarta, dengan demikian maka Hakim Majelis Pengadilan Negeri Medan yang memutus perkara aquo telah salah dan keliru dalam menggolongkan perbuatan Pembanding/Tergugat II dalam pengalihan piutang (cessie) kepada Turut Terbanding/Tergugat I yang menggolongkanya kedalam perbuatan melawan hukum dengan melanggar pasal 613 ayat (2) KUH Perdata;

2. Bahwa Hakim Majelis Pengadilan Negeri Medan telah keliru dalam menggolongkan perbuatan Pembanding/Tergugat II dalam pengalihan piutang (cessie) kepada Turut Terbanding/Tergugat I sebagai suatu perbuatan melawan hukum karena suatu perbuatan dikatakan memiliki unsur Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad) dapat dijelaskan sebagaimana yang terdapat dalam :

(28)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 28 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

 Buku “Perbuatan Melawan Hukum, Pendekatan Kontemporer” karangan Munir Fuady terbitan PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005 halaman 10 yang menyatakan bahwa suatu perbuatan melawan

hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Adanya suatu.

1. Adanya suatu perbuatan

2. Perbuatan tersebut melawan hukum 3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku 4. Adanya kerugian bagi korban

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

 Buku Rosa Agustina dalam bukunya : “Perbuatan Melawan Hukum”, M.

A. Moegni Djojodirdjo dalam bukunya : “Het Nederlandsch

Verbintenissenrecht” dan berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata, maka pada hakekatnya anasir atau unsur-unsur Perbuatan Melawan hukum mencakup :

1. Harus adanya suatu perbuatan; 2. Perbuatan itu harus melawan hukum; 3. Adanya kesalahan dari pihak sipelaku; 4. Ada kerugian;

5. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian;

Jadi jelas terlihat bahwa perbuatan Pembanding/Tergugat II tidak memenuhi unsur - unsur tersebut diatas sehingga putusan Pengadilan Negeri Medan dalam perkara aquo haruslah

dibatalkan seluruhnya;

IV. Pada halaman 25 alinea 2 dan 3 yang berbunyi (kami kutip selengkapnya dengan tulisan miring) :

Menimbang, bahwa oleh karena pengalihan piutang (Cessie) dari Terggugat II kepada Tergugat I dilakukan tanpa diberitahukan atau disetujui oleh Penggugat selaku debitur, maka hak tagih atas piutang Tergugat II kepada Penggugat tersebut masih tetap berada pada Tergugat II, dan semua

(29)

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Halaman 29 dari 41 Putusan Nomor : 54/PDT/2017/PT.MDN

Akta yang timbul dalam pengalihan hak tagih piutang untuk Tergugat I tidak berkekuatan hukum, dan dengan demikian tidak ada ikatan hukum antara Penggugat dengan Terggugat I mengenai hutang penggugat kepada Terggugat

II, sehingga petitum gugatan pada butir 4,5,dan 6 dapat dikabulkan

Menimbang, bahwa oleh karena pengalihan piutang Tergugat II kepada Tergugat I telah dinyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum, maka yang menjadi Kreditur atas hutang penggugat adalah tetap Tergugat II, sehingga Tergugat II yang berwenang melakukan penagihan piutang kepada Penggugat, dan karena pengalihan piutang Tergugat II kepada

Tergugat I telah dinyatakan tidak sah maka Tergugat I wajib megembalikan

semua dokumen yang menyangkut hutang Penggugat tersebut kepada Tergugat II, dengan demikian petitum gugatan pada butir 7 dan 8 dapat dikabulkan;

Tanggapan kami :

1. Bahwa hak tagih atas piutang Pembanding/Tergugat II terhadap Penggugat telah beralih kepada Turut Terbanding/Tergugat I berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 yang diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH Notaris di Jakarta telah diperkuat dengan Putusan Pengadilan Negeri Medan dalam perkara No. 106/Pdt.G/2007/PN.Mdn tertanggal 04 September 2007 (terlampir), Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 176/PDT/2008/PT.Mdn tertanggal 25 Juni 2008, Jo. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.367 K/Pdt/2010 tertanggal 04 Januari 2011 yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, oleh karena itu hak tagih Piutang Pembanding/Tergugat II kepada Terbanding/Penggugat telah beralih kepada Turut Terbanding/Tergugat I, dengan demikian Putusa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan terhadap perkara No. 370/Pdt.G/2015/PN.Mdn haruslah dibatalkan

2. Bahwa dengan beralihnya hak tagih piutang Pembanding/Tergugat II terhadap Penggugat kepada Turut Terbanding/Tergugat I berdasarkan Akta Perjanjian Jual Beli Piutang No.35 tertanggal 5 Mei 2006 dan Akta Perjanjian Pengalihan (Cessie) No.36 tertanggal 5 Mei 2006 yang diperbuat dihadapan Vestina Ria Kartika, SH Notaris di Jakarta maka

Referensi

Dokumen terkait

 Bahwa oleh karena tuntutan Penggugat adalah didasarkan kepada fakta hukum nyata dan tidak dapat disangkal oleh Tergugat I,II,III dan IV maka Penggugat memohon

Membaca memori banding yang diajukan oleh Kuasa Hukum Para Pembanding semula Tergugat I, II dan III tertanggal 29 Agustus 2016, yang diterima di

Bahwa terhadap dalil gugatan Penggugat ini tidak beralasan, karena Tergugat I memilik/menguasai tanah perkara adalah syah menurut hukum karena tanah perkara

Hal itu dapat dilihat dari pertimbangan putusannya sebagai berikut : “Menimbang bahwa maksud Tergugat I dalam eksepsinya point 1 adalah bahwa kepemilikan Para Penggugat

Menimbang, bahwa terhadap putusan tersebut Tergugat telah mengajukan banding, sebagaimana Akte Banding nomor 104/Pdt.G/2016/PN.Rap. Bahwa penggugat adalah distributor

antara Pihak Tergugat/Terbanding dengan Menteri Dalam Negeri Direktorat Jendral Bina Pemerintahan Desa secara pribadi dapat menghilangkan hak Penggugat/Pembanding untuk menjadi

Menimbang, bahwa selain hal tersebut di atas sesuai dengan dalil gugatan yang dibenarkan oleh Terbanding semula Tergugat dalam jawabannya bahwa Pembanding semula Penggugat

Halaman 23 dari 64 Putusan Nomor 345/PDT/2016/PT.MDN lelang, dimana dana hasil lelang tersebut digunakan sebagai pengganti pelunasan kewajiban PENGGUGAT III kepada TERGUGAT