• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Kerja 2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja - Pengaruh Pengawasan Dan Disiplin Terhadap Prestasi Karyawan Pada Pt. Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Kerja 2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja - Pengaruh Pengawasan Dan Disiplin Terhadap Prestasi Karyawan Pada Pt. Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Kerja

2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja

Hariandja (2002:195) mendefinisikan prestasi kerja sebagai hasil kerja

yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai

dengan peranannya dalam organisasi. Sedangkan Robbins (2003:63) mengatakan

bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu faktor organisasional

(perusahaan) dan faktor personal. Faktor organisasional meliputi sistem imbal

jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, disiplin kerja, serta kondisi fisik dari

lingkungan kerja sedangkan faktor personal meliputi ciri, sifat, kepribadian

(personality trait), senioritas, masa kerja, kemampuan ataupun keterampilan yang

berkaitan dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hidup.

Menurut Mangkunegara (2001:67) prestasi kerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkanmenurut Soeprihanto (2000:7) prestasi kerja dalah hasil kerja seseorang

karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan

misalnya standar, target, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih

(2)

10

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi kerja

Robbins (2003:63) mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh dua

hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor

organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai

dan minat, serta kondisi fisik dari lingkungan kerja.

Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling

penting adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan

dalam bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional

kedua yang juga penting adalah kualitas pengawasan (supervision quality),

dimana seorang bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih

kompeten dibandingkan dirinya.

Sementara faktor personal meliputi ciri sifat kepribadian (personality

trait), senioritas, masa kerja, kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan

dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor yang

juga penting dalam mempengaruhi prestasi kerja adalah faktor status dan masa

kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan yang lebih

tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang baik. Status pekerjaan

tersebut dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang

lebih baik, sehingga kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja

(3)

11

2.1.3 Tujuan Penilaian Prestasi kerja

Penilaian prestasi kerja karyawan berguna untuk perusahaan serta

bermanfaat bagikaryawan. Menurut Hasibuan (2001:89) tujuan penilaian prestasi

kerja karyawan sebagai berikut :

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur prestasi karyawan yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses

dalam pekerjaannya.

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam

perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal

kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan

yang berada di dalam organisasi.

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai

tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk

mengobservasi perilaku bawahan supaya diketahui minat dan kebutuhan –

kebutuhan bawahanya.

8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan – kelemahan di

masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.

(4)

12 demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikutsertakan dalam

program latihan kerja tambahan.

11.Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.

12.Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan.

2.1.4 Metode Penilaian Prestasi Kerja

Menurut Handoko (2004:142) metode dalam penilaian prestasi kerja

karyawan, yaitu :

a. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu

1. Rating Scale

Pada metode ini evaluasi dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja

karyawan dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi. Evaluasi hanya

didasarkan pada pendapat penilai, yang membandingkan hasil pekerjaan

karyawan dengan faktor – faktor (kriteria) yang dianggap penting bagi

pelaksanaan pekerjaan tersebut.

2. Checklist

Metode penilaian ini dimaksudkan untuk mengukur beberapa penilai.

Penilai tinggal memilih kalimat – kalimat atau kata – kata yang

menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik – karakteristik karyawan.

Metode ini dapat memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara akurat,

bila daftar penilaian berisi item – item yang memadai.

3. Metode Peristiwa Kritis

Merupakan metode penilaian yang berdasarkan pada catatan – catatan

(5)

13 jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja.

4.Peninjauan Lapangan

Agar tercapai penilaian yang lebih terstandarisasi, banyak perusahaan

menggunakan metode peninjauan lapangan. Dengan metode ini wakil ahli

departemen personalia turun ke lapangan dan membantu para penyelia

dalam penilaian mereka.

5.Tes dan Observasi Prestasi Kerja

Bila jumlah pekerja terbatas penilaian prestasi kerja bisa dilakukan pada tes

pengetahuan dan ketrampilan.

6.Metode Evaluasi Kelompok

Metode penilaian kelompok berguna untuk pengambilan keputusan

kenaikan upah, promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasi karena

dapat menghasilkan ranking karyawan dari yang terbaik sampai terjelek.

b. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan

1.Penilaian Diri

Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan

pengembangan diri.

2.Penilaian Psikologis

Penilaian ini terdiri dari wawancara mendalam, tes – tes psikologi, diskusi

dengan atasan langsung. Penilaian ini dilakukan oleh para psikolog untuk

menilai potensi karyawan di waktu yang akan dating. Evaluasi terhadap

intelektual, emosi, motivasi karyawan dan karakteristik lainnya diharapkan

(6)

14 datang.

3. Pendekatan Management By Objectives (MBO)

Inti pendekatan MBO adalah setiap karyawan dan penyelia secara bersama

menetapkan tujuan – tujuan atau sasaran – sasaran pelaksanaan kerja

diwaktu yang akan datang.

2.1.5 Indikator Penilaian Prestasi Kerja

Pekerjaan dengan hasil yang tinggi mutlak harus dicapai oleh karyawan.

Karyawan-karyawan sebagai sumber daya penting perusahaan perlu diarahkan

untuk memperoleh prestasi kerja yang tinggi atas kerja yang para karyawan

lakukan.

Mangkunegara (2001:67) menyatakan bahwa indikator dalam penilaian

prestasi kerja antara lain :

a. Kualitas kerja dilihat dari pemahaman tentang lingkup pekerjaan, uraian

pekerjaan, tanggungjawab serta wewenang yang diemban.

b. Kuantitas kerja yaitu ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan dalam

melaksanakan pekerjaan.

c. Konsistensi pegawai yaitu dilihat dari usaha untuk selalu mengembangkan

kemampuan dan aktualisasi diri, memahami dan mengikuti instruksi yang

diberikan, mempunyai inisiatif, kejujuran, kecerdasan, dan kehati-hatian dalam

bekerja.

d. Kerjasama yaitu kemampuan bekerjasama yang ditunjukkan untuk

meningkatkan kualitas.

(7)

15 rekan sekerja.

2.2 Pengawasan Kerja

2.2.1 Pengertian Pengawasan Kerja

Perusahaan melakukan perekrutan, penempatan dan mempekerjakan

karyawan maka selanjutnya adalah melakukan pengawasan. Ini penting bagi

perusahaan agar kegiatan operasionalnya dapat terlaksana dengan

baik.Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan

operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya

penyimpangan-penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksiterhadap penyimpangan-penyimpangan

tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan

sebelumnya.

Robbins (2003:150) menyatakan pengawasan adalah proses pemantauan,

membandingkan, dan memperbaiki kinerja kerja. Sedangkan Harahap (2001:14),

menyatakan bahwa pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang

mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala

aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan

prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan

organisasi. Sedangkan menurut Siagian (2004:61), pengawasan adalah proses

dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan

bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.

Menurut Hasibuan (2001:42) pengawasan adalah proses penentuan apa

(8)

16 pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga

pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar.

Menurut Handoko (2004:2), pengawasan kerja yang dilakukan oleh pihak

manajemen terlaksana dengan teratur terutama saat karyawan bekerja,

memberikan perhatian, pengarahan, dan petunjuk serta memperbaiki

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh karyawan, maka karyawan akan bersikap positif

terhadap pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen.

Pengawasan kerja merupakan hal yang sangat penting dilaksanakan oleh

perusahaan seperti yang dikemukakan oleh Usman (2001:400), yang mengatakan

bahwa pengawasan kerja merupakan proses pemantauan, penilaian dan pelaporan

rencana atas pencapain tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna

penyempurnaan tugas lebih lanjut. Pengawasan kerja merupakan bagian terakhir

dari fungsi manajemen karena dapat mengetahui apakah ada penyimpangan dalam

pelaksanaan kegiatan yang berlangsung dalam suatu perusahaan.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan

kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana

yang ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam

mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik.

2.2.2 Fungsi Pengawasan Kerja

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapaian tujuan yang telah ditetapkan

memerlukan pengawasan, agar perencanaan yang telah disusun dapat

(9)

17 sebagai berikut :

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan

wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan

kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

Menurut Hasibuan (2001:244) fungsi pengawasan adalah :

a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan

indikator yang ditetapkan.

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin

ditemukan.

c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan

pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Siagian (2004:62) fungsi pengawasan adalah :

a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab pekerja yang diserahi tugas dalam

melaksanakan pekerjaan.

b. Mendidik para pekerja agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur

yang telah ditentukan.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian agar

tidak terjadi kerugian yang diinginkan.

Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan sangat penting karena

(10)

18 dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya kemudian

menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.

Menurut Harahap (2001:16) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :

a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,

pemborosan dan hambatan.

b. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, penyelewangan,

pemborosan dan hambatan.

c. Meningkatkan kinerja perusahaan melakukan tindakan koreksi terhadap

kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kinerja yang baik.

2.2.3 Proses Pengawasan Kerja

Menurut Harahap (2001:20) langkah-langkah dalam pengawasan kerja

adalahsebagai berikut :

a. Tetapkan Standar

Standar adalah kriteria dari hasil yang diinginkan atau peristiwa yang

diharapkan dalam melaksanakan kegiatan, pelaksanaan dan hasil kerja atau

perubahan yang terjadi dalam mencapai tujuan. Menetapkan suatu standar akan

memberikan suatu nilai atau petunjuk yang menjadi ukuran sehingga

hasil-hasil yang nyata dapat dibandingkan. Ada dua tipe standar yang diakui yaitu :

Standar keluaran dan standar masukan. Standar keluaran mengukur hasil kerja

berupa kuantitas dan kualitas. Sedangkan standar masukan mengukur

(11)

19 b. Monitor dan Ukur Kinerja

Agar pelaksanaan pengukuran kinerja berlangsung dengan tepat, maka perlu

dikumpulkan data dan mendeteksi permasalahan atau yang dikenaldengan

pengukuran. Untuk mengumpulkan data tentang kinerja dapat dilakukan

dengan metode observasi, wawancara atau angket, pengamatan atas laporan,

baik laporan lisan maupun laporan tertulis. Jika data atau informasi sudah

dikumpulkan melalui individu, kelompok atau unit kerjayang dikontrol, harus

diuji validitasnya. Sebab ada kemungkinan karyawan akan memberikan data

palsu.

c. Bandingkan Hasil Aktual dengan Standar

Tahap ketiga dalam proses pengawasan ini ialah membandingkan hasil kinerja

actual dengan standar. Untuk itu dibutuhkan standar yang jelas dan pasti yang

digunakan sebagai ukuran yang diperbandingkan. Perbandingan ini untuk

mengetahui apakah ada perbedaan dan ini menentukan kebutuhan untuk

tindakan. Hasil dari perbandingan kinerja aktual dan standar mengarah kepada

dua kemungkinan yaitu secara signifikan berbeda dengan standar. Penilaian

adalah proses mengenal pasti, memperoleh dan menyediakan maklumat yang

berguna bagi keputusan untuk mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada

pada kita. Tetapi ketika membandingkan hasil actual dengan standar perlu

menentukan batas yang dapat diterima tentang derajat penyimpangan.

d. Ambil Tindakan Perbaikan

Tindakan korektif atau penyesuaian biasanya mengambil satu dari tiga bentuk,

(12)

20

make adjustmen jika hasil menyimpang dari standar karena pelaksanaan tidak

tepat; change the standar jika hasil secara signifikanmenyimpang dari standar

karena standar yang digunakan tidak tepat. Hasil kinerja yang sesuai dengan

standar maka respon yang tepat dari manajer adalah mengakui kinerja dapat

diterima dan memelihara status quo dan kemudian melakukan monitor dan

mengukur pelaksanaan hasil kerja, namun jika hasil kinerja actual

menyimpang dari, tidak sesuai dengan atau belum mencapai standar yang

ditentukan maka atasan melakukan tindakan perbaikan atau penyesuaian

hingga mengubah standar yang digunakan.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengawasan Kerja

Menurut Hasibuan (2001:31) ada beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengawasan kerja adalah:

a. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi

b. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya

desentralisasi kekuasaan.

c. Kesalahan/penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan

pengawasan.

2.2.5 Teknik-Teknik Pengawasan Kerja

Menurut Siagian (2004:63) Pengawasan Kerja terbagi 4 yaitu:

a. Pengawasan dari dalam perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau informasi

yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran

(13)

21 b. Pengawasan dari luar perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan. Ini untuk kepentingan

tertentu.

c. Pengawasan Preventif

Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Dengan tujuan untuk

mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.

d. Pengawasan Represif

Pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar

hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Hasibuan (2001:307) jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:

a. Pengawasan Awal

Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan

pekerjaan.

b. Pengawasan Proses

Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah berlangsung

untuk memastikan apakah pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan

apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

c. Pengawasan Akhir

Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.

Menurut Siagian (2004:112) proses pengawasan pada dasarnya dilakukan

(14)

22 a. Pengawasan Langsung

Yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini

pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan

oleh bawahan

b. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang

disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupun lisan.

2.2.6 Indikator Pengawasan

Menurut Hariandja (2002:109) ada beberapa indikator yang dipakai untuk

mengukur pengawasan yaitu :

a. Menentukan alat ukur (pedoman baku standar) pelaksanaan/perencanaan.

Tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan ukuran standar

pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang

dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil.

b. Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah

dikerjakan yaitu suatu penilaian yang dilakukan oleh pengawas dengan

melihat hasil kerjanya dan laporan tertulisnya.

c. Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman

baku yang ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi saat bekerja.

d. Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi,

sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang

(15)

23 menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan

ini dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah,

pelaksanaan mungkin diperbaiki, atau keduanya mungkin dilakukan

bersamaan.

2.3 Disiplin Kerja

2.3.1 Pengertian Disiplin Kerja

Disiplin yang baik akan mencerminkan besarnya tanggung jawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong

gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan. Oleh karena itu

setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin kerja

yang baik. Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya jika

bawahannya mempunyai disiplin yang baik.

Menurut Simamora (2004:61), disiplin kerja adalah bentuk pengendalian

diri karyawandan pelaksanaan yang teratur untuk menunjukan tingkat

kesungguhan tim kerja di dalam perusahaan. Disiplin mencerminkan besarnya

rasa tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan perusahaan

maupun tuntutan tugas yang terdapat dalam pekerjaan.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin

kerja karyawan adalah kekuatan karyawan terhadap menaati peraturan-peraturan

(16)

24

2.3.2 Pentingnya Disiplin Kerja

Adapun pentingnya kedisiplinan kerja yang tinggi secara umum adalah

supaya tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi dapat dicapai secara efektif

dan efisien dalam hal memiliki dampak untuk kontinuitas organisasi. Menurut

Nitisemito (2002:199) secara khusus kegiatan disiplin kerja adalah untuk :

1. Mendorong para karyawan untuk menaati pelaksanaan dan peraturan-peraturan

kepegawaian dan organisasi.

2. Memanfaatkan penggunaan prasarana dan sarana barang dan jasa secara

optimal.

3. Meningkatkan produktivitas kerja yang disebabkan oleh penggunaan input yang

efisien sehingga dapat meningkatkan output.

4. Mendorong pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku.

Tindakan-tindakan disiplin yang tidak dibenarkan adalah tindakan yang

tidak adil dalam memberikan hukuman pada karyawan yang terlibat dalam

pelanggaran disiplin, sehingga dapat menyebabkan kehilangan kesempatan untuk

membentuk serikat pekerja pada perusahaan. Hal ini juga akan memicu terjadinya

pemogokan oleh karyawan sehingga akan menyebabkan perlambatan pekerjaan

pada perusahaan yang tidak memiliki serikat pekerja. Bahkan seandainya para

karyawan tidak mengadakan reaksi secara terang-terangan terhadap

tindakan-tindakan disiplin yang tidak dapat dibenarkan, moral kerja para karyawan akan

ada kemungkinan untuk cenderung merosot, yang pada gilirannya dapat

(17)

25 Menurut Simamora (2004:74) ada tiga tindakan disiplin yang keliru

sehingga berpengaruh negatif terhadap perusahaan yaitu:

1. Terdapat disiplin manajerial, dimana segala sesuatunya sangat tergantung pada

pemimpin, dari sejak permulaan hingga akhir.

2. Terdapat disiplin tim, dimana keberhasilan dan kesempurnaan kinerja bermuara

dari rasa saling ketergantungan, ini berasal dari suatu komitmen bersama oleh

setiap keryawan terhadap keseluruhan organisai perusahaan. Kegagalan dari

satu orang karyawan akan menyebabkan kejatuhan seluruh karyawan. Hal

demikian biasanya dapat dijumpai dalam kelompok-kelompok kerja karyawan

yang jumlahnya relatif kecil.

3. Terdapat disiplin diri, dimana pelaksana tunggal sepenuhnya sangat tergantung

pada pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan pengendalian diri dari setiap

karyawan.

Disiplin menurut pedoman atau petunjuk yang telah digariskan merupakan

alat untuk menggerakkan karyawan dalam upaya kerja sama dalam mencapai

tujuan, disiplin dapat membantu dalam kegiatan penggerakkan (actuating).

Disiplin dalam arti luas merupakan urat organisasi, perekat yang melekatkan

bagian-bagian menjadi satu. Disiplin yang baik memungkinkan komunikasi keatas

dan kebawah yang efisien, mendorong kerja sama dan membangun kebanggaan

kelompok.

2.3.3 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Disiplin Kerja

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin karyawan pada suatu

(18)

26 seorang karyawan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Seorang

pemimpin perusahaan harus mengetahui faktor- faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi tingkat disiplin karyawannya. Menurut Hasibuan (2001:194)

faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah :

1. Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti tujuan(pekerjaan) yang

dibebankan kepada seorang karyawan harus sesuai dengan kemampuan

karyawan yang bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan

berdisiplin untuk mengerjakannya.

2. Teladan pemimpin

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin, baik jujur, adil serta

sesuai kata dengan perbuatan.

3. Balas jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan,

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan/ pekerjaannya.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama

(19)

27 5. Waskat

Waskat atau pengawasan ketat adalah tindakan nyata dan efektif untuk

mencegah/mengetahui kesalahan memperbaiki kesalahan, memelihara

kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan

bawahan, menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam mendukung

terwujudnya tujuan perusahaan.

6. Sanksi

Sanksi berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan karena

dengan sanksi yang semakin berat, karyawan akan semakin takut untuk

melanggar peraturan perusahaan. Sikap dan perilaku indisipliner karyawan

akan semakin berkurang.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi karyawan

perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum

setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah

ditetapkan.

8. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan ini baik

bersifat vertikal maupun horizontal. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta

(20)

28

2.3.4 Indikator Disiplin Kerja

Menurut Sedarmayanti, (2007:221) disiplin merupakan salah satu fungsi

manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci

terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan

yang maksimal. Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk

menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap

pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas maka disiplin kerja yang perlu diperhatikan

adalah :

1. Disiplin terhadap tugas kedinasan yang meliputi : mentaati peraturan kerja,

menyiapkan kelengkapan, dan melaksanakan tugas-tugas pokok.

2. Disiplin terhadap waktu yang meliputi: menepati waktu tugas, memanfaatkan

waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

3. Disiplin terhadap suasana kerja yang meliputi: memanfaatkan lingkungan

tempat bekerja, menjalin hubungan yang baik, dan menjaga keseimbangan

antara hak dan kewajiban.

4. Disiplin terhadap sikap dan tingkah laku yang meliputi, memperhatikan sikap,

(21)

29

Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1 Eti Dwi

Rahayu

(2014)

Pengaruh Disiplin Kerja dan

Pengawasan Kerja Terhadap

Prestasi Kerja Pegawai Pada

Badan Kepegawaian Kota

Pengaruh Pengawasan terhadap

Efektivitas Kerja pada Kantor

Dinas PT Angkasa Pura II

(Persero) Medan.

Pengaruh Disiplin Kerja dan

Pengawasan Kerja terhadap

Produktivitas Kerja Pegawai

Dinas Pendidikan Di Kabupaten

Simeulue Provinsi Nanggroe

Salman, Syahreil (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Monitoring

The Effect on the Performance of Employees in Small Services Firm The

Information Technology Sector In Malaysia”. Metode penelitian yang dilakukan

adalah wawancara dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(22)

30 mengatakan pengawasan sangat membantu mereka untuk bekerja lebih

berprestasi.

Ghoufran (2001) melakukan penelitian yang berjudul“The Impact of

Labor Dicipline on The Performance of Employees in Hotel Industry of Bombay,

India” Hasilnya adalah disiplin merupakan sebuah prestasi psikologis bukan

hanya kenaikan kompensasi dan promosi. Untuk membuat proses disiplin yang

lebih adil dan mengurangi stres bagi para manajer dan seluruh karyawan,

disajikan dalam laporan IRS (Internal Revenue Service) / NTEU yang membahas

peran dan tanggung jawab dari manajemen, serikat pekerja, dan disiplin

karyawan.

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan tentang hubungan antar

variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono,

2008:89). Seorang peneliti harus terlebih dahulumenetapkan variabel-variabel

penelitian sebelum memulai pengumpulan data.Hal initertuang dalam kerangka

konsep dengan menetapkan variabel akan memudahkan sipeneliti untuk

melaksanakan penelitiannya.

Prestasi kerja dipengaruhi oleh pengawasan dan disiplin kerja. Robbins

(2003:63), mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu

faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor organisasional

meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, disiplin kerja, serta

(23)

31 kepribadian (personality trait), senioritas, masa kerja, kemampuan ataupun

keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hidup.

Robbins (2003 : 150) menyatakan pengawasan adalah proses pemantauan,

membandingkan, dan memperbaiki kinerja kerja. Sedangkan Simamora

(2004:610), menyatakan disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan

dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukan tingkat kesungguhan tim kerja di

dalam perusahaan. Disiplin mencerminkan besarnya rasa tanggungjawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan perusahaan maupun tuntutan tugas

yang terdapat dalam pekerjaan. Disiplin kerja karyawan adalah kekuatan

karyawan terhadap menaati peraturan-peraturan dalam suatu organisasi dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pengawasan dan

disiplin kerja mempengaruhi prestasi karyawan. Selain keterampilan dalam

melaksanakan pekerjaan, kemampuan karyawan dalam menaati peraturan

perusahaan juga mendapatkan hasil yang akan dicapainya.

Maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

Sumber: Robbins (2003), Simamora (2004), Diolah(2014) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Prestasi Kerja (Y)

(24)

32

2.6 Hipotesis

Menurut Kuncoro (2003:47) hipotesis merupakan suatu penjelasan

sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi

atau yang akan terjadi. Berdasarkan rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa

hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Pengawasan dan disiplin berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap prestasi karyawan pada PT. Bank SUMUT

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

66 atribut yang ditetapkan perusahaan, 50% menyatakan setuju, 9,1% menyatakan kurang setuju, 4,5% menyatakan tidak setuju, dan 4,5% responden menyatakan sangat tidak setuju

Cabang Utama Medan terkait dengan masalah kompetensi, terdapat karyawan yang. kompetensinya tidak sesuai dengan bidang pekerjaannya sehingga

Disiplin, Penghargaan dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT Wijaya Karya Beton Cabang Sumatera Utara, Skripsi, Medan: Fakultas Ekonomi USU. Ginting,

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pemberian Motivasi Terhadap Semangat Kerja Karyawan PT Bank SUMUT Cabang Iskandar Muda.. Motivasi adalah pengarahan atau daya pendorong

semangat kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas yang lebih baik. Sehingga instansi atau organisasi perlu menimbulkan semangat kerja karyawan. yang tinggi, akan

Pengaruh Pemberian Motivasi Terhadap Semngat Kerja Karyawan Bisnis Perbankan (Studi Penerapan Need Achivement Pada Bank BNI Cabang Rengat. Jurnal Administrasi Bisnis Fakultas

Adjusted R Square sebesar 0,326 berarti 32,6 % variabel prestasi kerja karyawan dapat dijelaskan oleh motivasi dan komitmen karyawan, sedangkan sisanya 67,4 % dapat dijelaskan

Adjusted R Square sebesar 0,326 berarti 32,6 % variabel prestasi kerja karyawan dapat dijelaskan oleh motivasi dan komitmen karyawan, sedangkan sisanya 67,4 % dapat dijelaskan