commit to user
i
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas Dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh :
HESTI NIM. F0106045
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN
BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
commit to user iv MOTTO
Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai harapannya, maka Allah akan memberi kepuasan dalam hatinya, menghimpunkan segala impiannya, dan dunia pun akan mendatanginya dengan merunduk. Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan jadikan kemiskinan di depan matanya, membayarkan
segala impiannya, dan dunia takkan mendatanginya melainkan apa yang telah ditentukan baginya
(HR. Tirmidzi)
Terimalah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah dan ubahlah sesuatu yang tidak dapat kamu ubah. Bersyukurlah terhadap sesuatu yang telah diberi olehNya karena rasa
syukur dapat menjadikan seseorang ikhlas menjalani hidup dan selalu berusaha mengoptimalkan sesuatu yang dimiliki sehingga keterbatasan dapat dilawan dan
meraih apa yang dicita – citakan (Penulis)
Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dia celaka. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia merugi. Dan barang siapa hari ini lebih
baik daripada hari kemarin, maka ialah yang beruntung. (Al Hadist)
commit to user v
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :
Rabb Penguasa Alam Semesta, Allah SWT atas limpahan kekuatan, nikmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Rasulullah SAW sebagai sumber inspirasi dan teladan penulis
Orangtuaku tercinta, ayah dan ibu yang selalu memberi doa dan pengorbanan untuk penulis
Kakak-kakakku tercinta ( Bang Herry & Mb Rina yang telah banyak memberi semangat dan dukungan yang tidak bisa penulis ungkapkan dengan kata-kata.
Adik – adikku yang selalu memberikan motivasi pada diriku untuk menjadi seorang teladan yang baik
Dosen Pembimbing-ku yang dengan sabar telah membantu menyelesaikan karya ini.
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis ucapkan atas
segala rahmat, Hidayah dan InayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang ” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN
CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN
2009” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai
berkat bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Nurul Istiqomah SE, M.Si selaku ketua penguji sekaligus pembimbing dalam
perbaikan skripsi ini.
3. Bapak Sumardi SE selaku anggota penguji sekaligus pembimbing dalam
perbaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user vii
6. Ibu Izza Mafruhah SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNS.
7. Bapak Drs Sutomo, MS, selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Seluruh Pengrajin Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi
Jawa Tengah yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
10. Seluruh karyawan BPS Kabupaten Boyolali yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
11. Orang tuaku tersayang, kakak-kakakku ( Abang & Mb Rina terima kasih udah banyak membantu Esti mudah2an Allah memberikan balasan rahmat yang berlipat ganda, Uni Rina kakakku tercinta terima kasih kesabarannya selama ini menghadapi Esti yang terkadang egois, Bg Hendi & Ka’ Lia… terima kasih Bg
Hendi dulu sering anter jemput Esti, Bg Herwin & Yuni…Terima Kasih Bg
Herwin sudah mau nganter bolak – balik Esti dari rumah ke stasiun klo mau balik ke Solo, Uni Helsi..Kuliahnya yang serius biar jadi orang yang berguna), serta adik-adikku (Hardi & Herlin..IAllah Ka’ Esti akan selalu berusaha & berkorban
commit to user viii
12. Tim Suksesi Skripsi ( Efiyana, Esti Wulanningsih, Fitri Rohmah Izzati, Sri Wahyu Ristanti, Tika Permanasari ) terima kasih atas bantuan kalian. Semoga
Allah menggantinya dengan yang lebih baik.
13. Teman – teman angkatan 2006 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
semua jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas segala yang diberikan sehingga aku dapat berkembang sampai saat ini. Mohon maaf tidak disebutkan satu per satu, semoga dapat terwakili.
14. Teman – teman spesialku di Ekonomi Pembangunan : Fany Marisca ( Kabarnya gmana nich fan, long time no see ), Mayarina Ratna Sari (Semangat ya ukh...klo
butuh bantuan calling2 aj & terima kasih sudah setia nunggu di pendadaran ku), Sri Wulan Rahayu ( Wulan...terima kasih segala bantuan & pertolongannya
selama menjalani proses kuliah), Tika Permanasari (Thanks sudah setia menemaniku menyelesaikan skripsi & menunggu pendadaranku), Monica Petra ( cie...yang sudah lulus lebih cepat dibanding kami).
15. Teman – teman seperjuangan Q ”DURENZ FAMILY” :
Ayu Tutia Ningsih (Yut..teruskan perjuangan qt di DEMA ya...o..oo. Syukron Jzk Ukhti nasihat - nasihatnya selama menjalani amanah di DEMA), Efiyana (Syukron Jzk ukhti sudah mau honeyka repotkan terus,
commit to user ix
( Ery...jaga kesehatan ya...Syukron Jzk selalu menyempatkan membawa oleh – oleh kalo habis pulang dari Cirebon), Fany Marisca (Fany...kapan
qt bisa ngobrol – ngobrol lg...kangen nich), Fitri Rohmah Izzati ( Syukron Jzk Ukhti selalu siap sedia membantu Honeyka kalo lg ada
kesulitan selama hidup 4 tahun dalam satu kos yang sama..he..& afwan jiddan jika banyak kekurangan pada diri Honeyka), Noverita Rizki Pratiwi (QQ...Afwan Jiddan ya sering mendzolimi QQ & Syukron Jzk
atas kesabarannya...semoga Honeyka bisa mencontoh kesabaran dari QQ), Nur Maflikhah ( Nur,...Syukron Jzk sudah mau menjadi tempat bertanya
dalam menyelesaikan skripsi & mau menemani pendadaran Honeyka.. jadi tambah semangat aj menghadapi dosen penguji.., moga Honeyka bisa
mencontoh menjadi aktivis prestatif seperti anti), Nurlia Fathonah ( Syukron Jzk Ukhti sudah sering banyak membantu..sekarang sibuk apa nih..), Purwanti ( Syukron Jzk Ukhti sudah mau menjadi pendengar yang
baik..), Mayarina Ratna Sari (Halo Maya...semangat terus ya...Syukron Jzk Ukhti atas bantuannya selama kuliah bersama Honeyka selama 4
commit to user x
Durenz Family yang selalu membuat saya tersenyum – senyum melihat tingkah polah kalian yang aneh – aneh...he.. (Bardjos, Dyan, Gie, Oka, Ricky, Tony, Wanks, Zizie).
16. Mb – mb Q tercinta (Asri Istiqomah, Ucay, Ima, Shinta, Ucix, Arum, Wahyu,
Dita, Putri, Wulan, Novi, Sifa, Indah, Lina, Isti, Wilis).
17. Adik – adik Q tercinta (Alfinnadzifah, Melisa, Suryati, Dewi Setyowati, Retno,
Atun, Rohmah, Rona, Sari, Yurika, Esti, Keke, Cita, Anggita, Stephanie, Fovia, Anik Maya Sari).
18. Adik- adik Q di Syiar BPPI Periode 2007 ( Puspa, Efi Halimah, Hermin Arifianti, Qomar, Yoga, Yusuf), Adik – adik Q di Humas BPPI Periode 2008 ( Umi Nur Khasanah, Winda TH, Dewi, Rini S (Syukron Jzk ukhti atas bantuannya selama
ini), Mike, Ayu, Rachman, Faris, Sidiq, Andhika, Bakti), Adik – Adikku di DP2A BIAS FE UNS (Salsabila, Ria Rizki, Novita, Vetie, Wulan H, Puspa, Laely,
Anggel, Lucky, Juni, Hananto, Candranata, Yoga, Farid, Syukron, Adib).
19. Teman- teman Q alumni KEI FE UNS periode 2007 – 2009, BPPI FE UNS Periode 2007 -2009, Puskomda Periode 2008, DP2A BIAS UNIVERSITAS
Periode 2008, Tim Kaderisasi BIAS UNIVERSITAS Periode 2008, DEMA FE UNS Periode 2010.
commit to user xi
Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat
disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Akhir kata penulis berharap agar karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi
para pembaca yang budiman.
Surakarta, Agustus 2010
commit to user A. Latar Belakang Masalah ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... A. Kajian Teori ... 1. Pengertian Industri ... 2. Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian ... 3. Teori Pengembangan UMKM ... 4. Arti Penting dan Keunggulan UMKM ... 5. Permasalahan UMKM di Indonesia ... 6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia ... 7. Pengertian Pendapatan dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya ... B. Penelitian Sebelumnya ... C. Kerangka Pemikiran ...
commit to user D. Definisi Operasional Variabel Penelitian... E. Instrumen Penelitian... b. Metode Regresi Linier Berganda... 2. Uji Statistik... b. Heteroskedastisitas……….... c. Autokorelasi………..…..…..
commit to user xiv
2. Kondisi Demografis... 3. Komposisi Tingkat Pendidikan... 4. Komposisi Mata Pencaharian... 5. Penggunaan Lahan... 6. Mata Pencaharian... 7. Keuangan Daerah ...
72
B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali………...7
1. Latar Belakang Usaha Kerajinan Logam... 2. Bahan Baku... 3. Peralatan Yang Digunakan... 4. Tenaga Kerja... 5. Pemasaran... C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali……….………. D. Analisis Data dan Pembahasan……….…..…..8
1. Metode Analisis Data……….……….. a. Uji Pemilihan Model………..…….83
b. Metode Regresi Linier Berganda……….……….... c. Uji Statistik………..…………....87
1. Uji t ………..……….….. 2. Uji F………..……..88
3. Uji Koefisien Determinasi………... d. Uji Asumsi Klasik……….……….89
1. Multikolinearitas……….……89
2. Heteroskedastisitas………..……90
commit to user xv
2. Interpretasi Secara Ekonomi………84 a.Pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin
logam……… ..92
b.Pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin
logam………....93
c.Interpretasi terhadap variabel modal usaha dan pengalaman usaha yang secara nyata tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam….. 94
BAB V. PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
84
84
85
86
88 88 89
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1.1 Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional ...
1.2. Produk Domestik Regional Bruto Kab Boyolali... 1.3.Jumlah Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali...
4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali... 4.2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun 2008... 4.3. Banyaknya penduduk Umur Lima Tahun ke atas Menurut Tingkat Pendidikan
di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tahun 2007–2008... 4.4. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia Sepuluh Tahun Ke atas)
Di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2008...
4.5.Penggunaan Lahan di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tahun 2008...
2 3
5
61
62
63
64
64
commit to user xvii
4.6. Klasifikasi Penduduk Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Usia Sepuluh Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun 2008... 4.7. Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali... 4.8. Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali...
4.9. Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali...
4.10. Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali...
4.11. Distribusi Tingkat Pendidikan Pengrajin logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali... 4.12. Hasil Uji MWD Test Linier...
4.13. Hasil Uji MWD Test Log-Linier... 4.14. Hasil Regresi Persamaan Pendapatan...
commit to user xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1. Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar Persaingan Sempurna... 2.2. Skema Kerangka Pemikiran...
3.1. Aturan Uji t... 37
42 54
commit to user ii
ABSTRAKSI Hesti NIM. F0106045
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI,
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengrajin di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 60 pengrajin logam dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan bantuan program E-views 3.0. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linier, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2), serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi).
Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial (uji t) dengan α = 5% menunjukan dua variabel tenaga kerja dan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam sedangkan variabel modal usaha dan pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Hasil Uji F dengan α = 5% menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam di kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali, propinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: pendapatan pengrajin logam dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan menambah jumlah tenaga kerja dan meningkatkan tingkat pendidikan.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan industri mulai menjadi topik yang menarik sejak munculnya tesis flexible specialization pada tahun 1980-an, yang didasari oleh pengalaman dari sentra-sentra Industri Skala Kecil (ISK) dan Industri Skala
Menengah (ISM) beberapa negara di Eropa Barat, khususnya Italia (Becattini dalam Kuncoro, 2003). Sebagai contoh kasus, bahwa pada tahun 1970-80an,
pada saat industri skala besar di Inggris, Jerman dan Italia mengalami staknasi atau kelesuan, ternyata industri skala kecil (terkonsentrasi di lokasi tertentu membentuk sentra-sentra) yang membuat produk-produk tradisional
mengalami pertumbuhan yang pesat dan bahkan mengembangkan pasar ekspor untuk barang-barang tersebut serta menyerap banyak tenaga kerja.
Menurut Tambunan (2000) pengalaman ini menunjukkan bahwa industri kecil di sentra-sentra dapat berkembang lebih pesat, lebih fleksibel dalam
menghadapi perubahan pasar, dan dapat meningkatkan produksinya daripada industri kecil secara individu di luar sentra.
Pengalaman Taiwan, sebagai perbandingan, justru menunjukkan
perekonomiannya dapat tumbuh pesat karena ditopang oleh sejumlah usaha kecil dan menengah yang disebut community based industri (Kuncoro, 2000:
commit to user
UMKM yang dinamik (Kuncoro, 2002) dan pengembangan aktivitas industri ini lebih diutamakan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM).
Menurut data yang diambil dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil & Menengah tahun 2007 – 2008, eksistensi dan peran UMKM yang pada tahun 2008 mencapai 51,26 juta unit usaha, dan merupakan 99,99 % dari pelaku usaha nasional, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak
diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, devisa nasional, dan
investasi nasional. Perkembangan jumlah UMKM periode 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 2,88 % yaitu dari 49.824.123 unit pada tahun 2007 menjadi 51.257.537 unit pada tahun 2008. Jika ditinjau dari proporsi unit
usaha pada sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2)
perdagangan, hotel dan restoran; (3) industri pengolahan; (4) pengangkutan dan komunikasi; serta (5) jasa-jasa, yang masing-masing tercatat sebesar
51,51 %, 28,8 5 % , 6,32 %, 6,25 % dan 4,25 %. Tabel 1.1
Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional (%)
Jenis Kontribusi UMKM 2007 2008 1. Penciptaan PDB nasional
2. Pembentukkan total nilai ekspor 3. Penyerapan Tenaga Kerja
commit to user
Sektor industri pengolahan memegang peranan penting sebagai penyumbang pendapatan baik pendapatan nasional maupun regional. Peranan
sektor industri pengolahan atau kontribusinya terhadap PDB terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dari data pada tahun 2009, kontribusi sektor
industri pengolahan terhadap PDB menurut harga konstan meningkat dari 27,60 % pada tahun 2001 menjadi 27, 97 % pada tahun 2004.
Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) propinsi
Jawa Tengah menurut lapangan usaha untuk industri pengolahan atas dasar harga berlaku dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 juga mengalami
peningkatan. Begitu pula pada Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali menurut lapangan usaha untuk industri pengolahan atas dasar harga berlaku dan harga konstan dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan.
Tabel 1.2
Produk Domestik Regional Bruto Kab. Boyolali Tahun 2005 - 2007 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
(Rp.000) 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 5. Bangunan / Konstruksi 6. Perdagangan
7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa
commit to user
Salah satu bentuk UMKM yang potensial di Propinsi Jawa Tengah adalah sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. UMKM
ini ditetapkan oleh pemerintah propinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari daerah wisata dengan dukungan klaster industri di dalamnya.
Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali sudah berpuluh–puluh tahun dikenal sebagai sentra kerajinan logam. Produknya sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen,
tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja
keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut.
Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo merupakan aset tersendiri baik dalam menunjang pembangunan serta pengentasan kemiskinan yang diantaranya pengurangan jumlah pengangguran
dan menyerap banyak pekerja terutama pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, karena untuk menjadi seorang pengrajin logam yang dibutuhkan
adalah skill dalam menempa, mengukir dan merealisasikan design gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan logam. Dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap maka akan membantu pemerintah dalam
mengetaskan dan mengurangi pengangguran terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi
commit to user
semakin maju sehingga tentunya akan semakin banyak karyawan yang direkrut dan dipekerjakan dalam sentra kerajinan logam ini.
Tabel 1.3
Jumlah Sentra Kerajinan Logam Berdasarkan Bidang Usaha Beserta Jumlah Tenaga Kerja Di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali
Jenis Bidang Usaha Jumlah
1. Industri pengrajin ukir tembaga 40
2. Indusri pengrajin tembaga 14
3. Industri pengrajin alumunium 16
Total 70
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2008
Kecamatan Cepogo di Kabupaten Boyolali memiliki sentra kerajinan logam yang terdiri dari kelompok pengrajin tembaga, pengrajin ukir tembaga
maupun pengrajin dari logam lainnya seperti alumunium. Kelompok pengrajin terbesar adalah pengrajin ukir logam yang jumlahnya mencapai 40 kelompok usaha dan melibatkan 226 tenaga kerja. Produk yang dihasilkan
dari kelompok ini sangat bervariatif, tergantung dari kemampuan kelompok mengembangkan produknya dan juga dipengaruhi oleh design yang dibuat
oleh pemesan. Adapun produk yang dihasilkan berupa : hiasan dinding, relief, kaligrafi, lampu gantung, lampu dinding, lampu taman, asbak, vas, tempat lilin, tempat buah, koran, bokor, jambangan, kubah, dan interior logam serta
produk-produk souvenir yang lain. Pengrajin tembaga terdiri dari 14 kelompok usaha dengan tenaga kerja berjumlah 30 orang, yang memproduksi
commit to user
rumah tangga seperti dandang, ceret, wajan. Jumlahnya sudah tidak banyak lagi, hanya 16 kelompok dengan didukung 96 tenaga kerja.
Rata-rata pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali mempekerjakan antara 200-300 pekerja sehingga banyak
pengangguran yang terserap dalam kerajinan ini. Harapannya dengan berkurangnya jumlah pengangguran di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali akan berdampak positif bagi segala bidang dan sektor kehidupan.
Tentunya juga menjadi suatu akibat dari majunya industri logam adalah tingkat kesejahteraan penduduk yang semakin lama semakin meningkat dan
membaik.
Setelah mengetahui akan arti pentingnya UMKM, maka penulis tertarik dan berusaha mengkaji tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang serta menjadi
pusat dalam bidang ekonominya karena memiliki sentra kerajinan logam yang masih menjaga budaya seni dan mampu menghasilkan barang dengan
kualitas ekspor sehingga mampu memberi kontribusi perekonomian daerah dan nasional.
B. Perumusan Masalah
commit to user
1. Apakah variabel modal usaha berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
2. Apakah variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
3. Apakah variabel pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
4. Apakah variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
5. Apakah variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian seperti telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah
1. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel modal terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
commit to user
2. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
3. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel pengalaman usaha
terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
4. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel tingkat pendidikan
terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
5. Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara bersama – sama terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penerapan kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dalam kerangka
commit to user 2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan bahwa sektor informal
khususnya sentra kerajinan logam juga berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan para pengrajin logam (khususnya di Kecamatan Cepogo) dalam mengalokasikan faktor – faktor produksi yang mereka miliki.
3. Bagi Penulis
Mengetahui secara nyata praktek usaha sentra kerajinan logam dalam menjalankan usahanya dan mengetahui masalah – masalah yang dihadapi
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Industri
Definisi industri khusus dalam aplikasi di Indonesia diperluas menjadi usaha mikro, kecil dan menengah (Harsoyo dalam Wuri, 2006 : 4). Dalam
implementasinya, konsep industri di Indonesia perdefinisi berbeda satu dengan yang lain. Beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh
beberapa instansi memiliki pendekatan yang berbeda pula. Beberapa perbedaan definisi menurut berbagai pihak adalah sebagai berikut:
a. Pengertian Industri Menurut Departemen Perindustrian
Peraturan menteri perindustrian menjelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah, yaitu (dprin. go.id.
regulasi/2006) :
1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan / atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
2) Perusahaan industri kecil yang selanjutnya disebut industri kecil (IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang
commit to user
3) Perusahaan Industri Menengah yang selanjutnya disebut Industri Menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
dibidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp. 200.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,-
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
4) Industri Kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri yang terdiri dari Industri Kecil dan Industri Menengah
b. Pengertian Industri Menurut Departemen Perdagangan
Departemen Perdagangan dalam mendefinisikan industri lebih
menitikberatkan pada aspek permodalan, yaitu industri dengan modal kurang dari Rp. 25.000.000,- ( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 ) c. Pengertian Industri Menurut BPS
BPS menggolongkan industri berdasar berapa banyak tenaga kerja yang digunakan, yaitu industri besar jika menggunakan tenaga kerja
lebih dari 100 orang, industri sedang jika menggunakan tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang, industri kecil jika menggunakan tenaga
kerja 5 sampai 19 orang, dan industri rumah tangga (usaha mikro) jika menggunakan tenaga kerja kurang dari lima orang (Tambunan, 2002 : 49).
d. Pengertian Industri Menurut UU No. 9 / 1995
UU No. 9 / 1995 menjelaskan industri sebagai berikut
commit to user
1) Memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan maksimal Rp. 200.000.000,-
2) Nilai hasil penjualan per tahun maksimal Rp. 1.000.000.000,- 3) Milik Warga Negara Indonesia ( WNI )
4) Bukan dari anak cabang dari usaha besar
5) Berbadan usaha perorangan, tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.
e. Pengertian Industri Menurut Kementerian Negara Koperasi dan Industri
Kementerian Negara Koperasi dan Industri mendefinisikan industri adalah sebagai berikut ( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 )
1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki aset di luar tanah
dan bangunan kurang dari Rp. 200.000.000,- dan memiliki omset kurang dari 1 milyar per tahun.
2) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset lebih dari Rp. 200.000.000,- dan memiliki omset antara 1 sampai 10 milyar
per tahun.
f. Pengertian Industri Menurut Bank Indonesia
Bank Indonesia mendefiniskan industri adalah sebagai berikut (Khrisna Murti dalam proposal survei tentang “Mapping Keragaan
Industri di Wilayah Surakarta”, 2006 :9):
commit to user
daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri.
2) Usaha kecil adalah usaha yang memiliki aset kurang dari Rp. 200 juta dan memiliki omset kurang dari 1 Milyar per tahun.
3) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset kurang dari Rp. 5 Milyar. Untuk lainnya (termasuk jasa), aset kurang dari Rp. 600 juta diluar tanah dan bangunan. Omset usaha ini adalah kurang
dari Rp. 3 Milyar per tahun.
g. Pengertian Industri Menurut Bank Dunia
Bank dunia mendefinisikan industri adalah sebagai berikut (Khrisnamurti dalam proposal survei tentang “Mapping Keragaan
Industri di Wilayah Surakarta”, 2006 : 9)
1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki pekerjaan kurang dari 10 orang, memiliki aset kurang dari $ 100.000, dan memiliki
omset kurang dari $ 100.000 per tahun.
2) Usaha kecil adalah suatu usaha yang memiliki pekerja kurang dari
50 orang, memiliki aset kurang dari $ 3 juta, dan memiliki omset kurang dari $ 3 juta per tahun.
3) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki pekerjaan
commit to user
h. Pengertian Industri Berdasarkan Eksistensi Dinamisnya
Berdasarkan eksistensi dinamisnya industri di Indonesia dapat
dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain (Irzhan Azhary Shaleh, 1986 : 33)
1) Industri lokal
Adalah kelompok yang menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif tersebar dari
segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil dan lebh bersifat subsisten. Karena target pemasarannya terbatas, usaha ini hanya
menggunakan alat transportasi yang sederhana seperti gerobak, sepeda, dan pikulan. Dalam hal itu juga maka pedagang perantara juga tidak memiliki peran yang sangat menonjol.
2) Industri sentra
Adalah kelompok usaha yang dari segi satuan usaha mempunyai
skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Target
pemasaran usaha ini lebih luas dari kategori pertama, sehingga peranan pedagang perantara dalam hal ini cukup penting.
3) Industri mandiri
Adalah kelompok industri yang masih memiliki sifat – sifat seperti industri, namun telah memiliki kemampuan dalam
commit to user
perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak layak lagi dikategorikan sebagai industri, namun dilihat dari skala penyerapan
tenaga kerja maka kelompok ini tetap dimasukkan kedalam subsektor industri.
2. Kategori Industri Menurut Departemen Perindustrian
Departemen perindustrian menggolongkan kategori – kategori industri sebagai berikut (Thee Kian Wee, 1994 : 56) :
a. Industri Modern
Industri ini meliputi kriteria – kriteria sebagai berikut :
1) Menggunakan teknologi proses madya 2) Mempunyai skala produksi yang terbatas 3) Tergantung pada industri besar
4) Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah serta dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.
5) Menggunakan mesin khusus dan peralatan modal lainnya. b. Industri Tradisional
Industri ini memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1) Menggunakan teknologi sederhana
2) Mesin dan perlengkapan modal yang digunakan sederhana
3) Lokasinya di pedesaan
4) Akses pasar masih terbatas madaya, atau bahkan sudah
commit to user
memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong diadakannya industri ini.
c. Industri Kerajinan Kecil
Industri jenis ini meliputi berbagai ragam mulai dari industri yang
menggunakan teknologi proses produksi yang sederhana, madaya, atau bahkan sudah menggunakan teknologi proses produksi maju. Industri ini didirikan oleh keinginan untuk meningkatkan pendapatan dan
memperluas kesempatan kerja juga menjadi faktor pendorong diadakannya industri ini.
3. Teori Pengembangan UMKM
a. Teori Klasik Perkembangan UMKM
Jenis UMKM yang digunakan sebagai acuan umumnya dalam
kajian teoritis perkembangan teori UMKM adalah jenis usaha UMKM yang outputnya merupakan barang konsumsi dan/atau bahan baku
pendukung industri. UMKM memiliki diferensiasi produk dibandingkan dengan industri besar. Oleh karena itu, secara alamiah
UMKM mampu menciptakan ceruk pasar bagi mereka (Tambunan, 2006). Dalam teori klasik perkembangan UMKM lebih banyak disebabkan oleh adanya spillover dari sektor industri manufaktur.
UMKM dalam teori ini terbentuk secara alamiah disebabkan oleh kemampuan kewirausahaan UMKM dalam melihat ceruk pasar baru
commit to user
Stanley dan Morse dalam Mulyaningsih (2009), studi yang dilakukan di negara maju dan berkembang ini berhasil mengidentifikasi tiga
faktor dominan pembentuk UMKM antara lain yaitu: faktor lokasi, proses produksi dan pasar output. Perbedaan faktor-faktor tersebut
mempengaruhi perbedaan kondisi setiap UMKM di setiap subsektor pada sektor-sektor tertentu. Sementara, Penandiker dalam Mulyaningsih (2009) menjelaskan bahwa dua faktor alamiah yang
menyebabkan perbedaan skala bisnis adalah pasar dan teknologi. Hoselitz dalam Mulyaningsih (2009) melihat kunci sukses
kemampuan bertahan UMKM adalah karakteristik UMKM yang memiliki biaya produksi yang rendah. Sementara Parker dan Anderson dalam Mulyaningsih (2009) melihat tipologi perkembangan
UMKM secara konsisten sejalan dengan perkembangan fase pembangunan ekonomi. Fase pertama merupakan tahapan dimana
sebagian besar UMKM bergerak di sektor agraris serta industri rumah tangga. Lokasi perdesaan merupakan letak sebagain besar UMKM ini
berkembang. Fase kedua, pada tahapan terjadi pergeseran skala usaha ke arah skala yang lebih besar. Pada umumnya UMKM pada fase ini merupakan UMKM penunjang industri besar. Steel dalam
Mulyaningsih (2009) menyebutkan bahwa urbanisasi merupakan faktor kunci pergeseran UMKM dari fase pertama ke fase kedua. Fase
commit to user
mapan. Perkembangan usaha, manajemen, pemasaran serta alur distribusi usaha sudah terkoordinasi dengan baik. Dalam fase ini
akses terhadap infrasruktur keuangan, sistem insentif, subsidi serta berbagai komitmen pemerintah merupakan faktor utama
penggeraknya.
b. Teori Modern Perkembangan UMKM
Dalam teori ini isu yang mengemuka tentang perkembangan
UMKM adalah perkembangan teori spesialisasi fleksibel. Perkembangan teori ini dilatarbelakangi respon terhadap kondisi
perekonomian global. Piore dan Sobel dalam Mulyaningsih (2009) mengidentifikasi bahwa terdapat empat ciri utama spesialisasi fleksibel antara lain yaitu:
1)Spesialisasi fleksibel: UMKM dalam komunitas dapat beradaptasi pada teknik produksi tetapi tetap berspesialisasi pada satu jenis
barang tertentu
2)Keterbatasan masuk pasar
3)Inovasi dengan tingkat kompetisi tinggi 4)Tingkat kerjasama yang baik antar UMKM
Faktor utama pengubah paradigma teori klasik ke teori modern
adalah globalisasi. Globalisasi berimbas pada perubahan metode organisasi proses produksi, tenaga kerja dan pasar. Globalisasi
commit to user
Dalam kondisi ini ceruk pasar yang dapat dimanfaatkan semakin besar. Bukti empiris di banyak negara UMKM memanfaatkan ceruk
pasar ini sebagai outputnya (Tambunan, 2006). Di sisi lain kemampuan mengorganisasi dengan cara yang baru dalam
memaksimalkan kondisi ini sejalan degan konsep kewirausahaan (Lembing dan Kuehl dalam Mulyaningsih (2009).
4. Arti Penting dan Keunggulan UMKM
UMKM merupakan sektor yang memiliki peranan penting di dalam perekonomian Indonesia. Kemampuannya untuk tetap bertahan di masa
krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini merupakan bagian dari sektor usaha yang cukup tangguh. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang
penting keberadaan UMKM (Berry dalam makalah simposium kebudayaan indonesia-malaysia ke-x, 2007 : 4-7). Alasan pertama adalah
karena kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua,sebagai bagian dari dinamikanya,
UMKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha
besar. Kuncoro (2002) juga menyebutkan bahwa UMKM di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja,
commit to user
Pentingnya usaha skala mikro, kecil dan menengah dalam suatu perekonomian harus dapat dilihat lebih jauh sebagai manifestasi dari pasar
bebas di suatu negara (Llyod dalam makalah simposium kebudayaan indonesia-malaysia ke-x, 2007 : 4-7).
Menurut Moolman (1993), secara umum diketahui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai urutan yang sangat penting dalam suatu perekonomian dan hubungannya dengan karakteristik sosial, diantaranya :
a. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai generator dari pembukaan kesempatan lapangan pekerjaan.
b. Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai sifat yang unik dalam eksistensinya, yang mendorong penemuan dan inovasi dari para pelaku usahanya (entrepreneur).
c. Usaha mikro, kecil dan menengah mendukung secara dominan akan kebutuhan di masyarakat.
d. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat membantu menciptakan kestabilan dan distribusi aktivitas ekonomi yang lebih merata serta
kesempatan di dalam perekonomian
e. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai pintu masuk menuju usaha/bisnis skala besar di dalam suatu perekonomian.
Menurut Hoselitz (1959), Sektor UMKM di negara berkembang merupakan sektor yang labor intensive sehingga sektor ini diharapkan
dapat mengatasi masalah pengangguran di negara berkembang. Selain
commit to user
ekonomi, banyak sisi kebaikan yang dapat diambil dari UMKM khususnya dalam mendorong pembangunan di negara-negara berkembang. UMKM
mempunyai ciri khusus yakni sifat mereka yang: memiliki keterampilan (skill) dan teknologi khusus, kontribusi dan kewirausahaan akan
pembangunan, dan memiliki keterkaitan dengan berbagai industri (industrial linkages). UMKM memberikan prospek yang cerah di masa depan untuk menciptakan tenaga kerja dengan skala yang besar dan
kesempatan mendapatkan pendapatan dengan biaya yang relatif rendah khususnya pada daerah desa atau pinggiran kota (rural) yang akan
mendukung kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dan berkeseimbangan, yang merupakan syarat untuk memicu dan keluar dari kemiskinan dan masalah-masalah sosial ekonomi lainnya (Ahmed
dalam makalah symposium kebudayaan Indonesia-Malaysia ke-x, 2007 : 4-7).
Penelitian Beck dalam makalah symposium kebudayaan Indonesia-Malaysia ke-x, 2007 : 4-7),menyimpulkan bahwa UMKM memiliki
peranan di dalam menurunkan pengangguran, meningkatkan pendapatan pekerja, dan mengurangi kemiskinan. Walaupun demikian ternyata jika kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai peranannya di dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, penelitiannya menyimpulkan bahwa peranan industri tersebut tidak terjadi. Oleh karena
commit to user
tepat. Menurut Hayashi dalam makalah symposium kebudayaan Indonesia-Malaysia ke-x, 2007 : 4-7), pembangunan UMKM dapat sejalan
dan sejajar dengan proses industrialisasi perusahaan-perusahaan besar dan beberapa sektor ekonomi seharusnya diberikan kontribusi lebih di dalam
meningkatkan pembangunan ekonomi karena karakteristik pertumbuhan dan kemampuan penyerapan tenaga untuk setiap sektor ekonomi berbeda-beda.
Menurut Irsan Azhari Saleh, (1986 : 5), UMKM mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian.UMKM memberi
manfaat sosial (social benefit) yang sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Manfaat pertama, UMKM dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Manfaat kedua, UMKM
turut mengambil peranan dalam meningkatkan dan memobilisasi tabungan domestik. Ini dimungkinkan dengan kenyataan bahwa UMKM cenderung
memiliki atau memperoleh modal dari si pengusaha sendiri, dan tabungan keluarga atau dari kerabatnya. Manfaat ketiga, UMKM mempunyai
kedudukan komplementer terhadap industri sedang dan besar, karena UMKM menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang bisa dihasilkan oleh industri sedang dan besar.
Alasan–alasan yang mendukung pentingnya perkembangan UMKM adalah : pertama, masalah fleksibilitas dan adaptabilitasnya, dalam
commit to user
integrasi kegiatan pada sektor–sektor yang lain. Ketiga, peranannya dalam jangka panjang sebagai basis bagi terciptanya kemandirian pembangunan
ekonomi, karena UMKM ini umumnya diusahakan oleh pengusaha dalam negeri dengan menggunakan kandungan impor (Import content) yang
rendah (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 125).
Tetapi ada beberapa alasan yang kuat yang mendasari resistensi dari keberadaan industri dan UMKM dalam perekonomian Indonesia. Alasan – alasan itu antara lain sebagai berikut :
a. Sebagian lokasi industri dan UMKM berlokasi di daerah pedesaan,
sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah pertanian yang relatif sempit atau berkurang maka industri adalah merupakan jalan keluar yang terbaik.
b. Beberapa kegiatan UMKM banyak menggunakan bahan baku dari sumber – sumber terdekat. Disamping itu tingkat upah yang murah
telah menyebabkan biaya ditekan rendah.
c. Harga jual yang relatif murah atau rendah serta tingkat pendapatan
kelompok bawah yang rendah sesungguhnya merupakan suatu kondisi menjawab tersendiri yang memberikan peluang bagi industri dan kerajinan rumah tangga untuk tetap bertahan.
d. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang telah diproduksi secara maksimal, yang merupakan salah satu aspek
commit to user
telah disebutkan di atas, industri juga mempunyai keunggulan khusus antara lain :
1) Hubungan yang lebih pribadi dengan langganan, pensuplai dan karyawan
2) Hubungan interpersonal yang lebih erat 3) Lebih efisien dalam berbagai hal
4) Sumber inovasi, termasuk fleksibilitas dalam berbagai tindakan
5) Faktor pengontrol bagi perusahaan besar yang cenderung mengembangkan monopoli
6) Kehidupan bermasyarakat yang lebih luas 7) Produksi atau pengembangan pemimpin
5. Permasalahan UMKM di Indonesia
Dalam proses perkembangannya, UMKM kadang mengalami permasalahan yang bisa menghambat kegiatan usahanya seperti nilai
penurunan persentasi atau jumlah dari UMKM yang terus menerus turun drastis dari tahun ke tahun. Sektor UMKM memiliki kelemahan akan
faktor-faktor eksternal seperti: iklim ekonomi, politik dan legislatif, tingginya biaya perawatan, praktek diskriminasi yang sering dilakukan terhadap industri. Masalah lain yang dihadapi adalah fungsi internal yang
belum memadai seperti,kemampuan manajemen, pendanaan/pembiayaan, pemasaran, dan SDM.
commit to user a. Mutu produk yang rendah dan tidak standar b. Teknologi produksi yang tradisional
c. Kekurangan modal usaha d. Pasar yang terbatas
e. Motivasi produksi terbatas pada tingkat subsistem f. Keterampilan yang kurang
g. Cara kerja yang masih terkena kultur agraris
Permasalahan pokok yang sering muncul dan dialami oleh UMKM adalah sebagai berikut :
a. Iklim diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan pemerintah. Terciptanya iklim diskriminatif ini pada pokoknya disebabkan oleh berbagai praktek dan peraturan yang dilakukan oleh
pemerintah, terutama yang langsung menyangkut UMKM. Hal ini yang relatif menonjol adalah upaya mengaitkan nilai insentif fiskal itu
dengan investasi, sehingga pada gilirannya membawa akibat bahwa hanyalah usaha – usaha yang berskala besar (dari segi investasi) saja
yang dapat memetik manfaat lebih besar dan juga berbagai alasan berupa kemudahan administrasi, efisiensi dalam pelaksanaan pembeliannya pemerintah itu dilakukan melalui tender yang selektif
dan dalam skala yang relatif besar, sehingga UMKM tidak mempunyai cukup peluang untuk turut serta didalamnya.
commit to user
kredit pada dasarnya dapat diletakkan sebagai iklim diskriminatif yang bersumber pada sektor swasta karena langkanya kredit institusional
yang berasal dari lembaga keuangan resmi bagi pengusaha kecil, sehingga mayoritas pengusaha kecil yang bersangkutan cenderung
menggantungkan pembiayaan perusahaan pada modal sendiri, ataupun sumber – sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara bahkan rentenir. Padahal pembiayaan yang bersifat noninstitusional
biasanya relatif lebih mahal daripada pembiayaan yang bersumber dari kredit institusional. Ada dua alasan kuat yang melatarbelakangi
timbulnya keengganan lembaga kepentingan untuk memberikan pinjaman atau kredit kepada pengusaha kecil, yaitu : pertama kurang menguntungkan karena disamping biaya pemberian pinjaman yang
relatif tinggi juga dibayangi resiko yang relatif besar, kedua, karena lembaga keuangan sangat sulit memperoleh informasi yang cukup
memadai dari industri dan perusahaan kecil sebagai pemohon kredit. c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi
perkembangan UMKM. Masalah premis UMKM adalah persoalan permanen yang telah menjadi bagian yang melekat dari eksistensi UMKM itu sendiri. Masalah yang cukup menonjol adalah bahan
mentah, kesulitan pemasaran hasil produksi serta masalah lokasi dan fasilitas produksi. Permasalahan yang lebih jauh adalah kesulitan
commit to user
semakin menurun serta ketidakmampuan mengakomodasi selera konsumen (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 5-9).
Sedangkan menurut Irsan Azhary Saleh, kelemahan UMKM adalah : a. Kurangnya kemampuan dalam megelola akibat kurangnya latihan
pengembangan
b. Lemahnya daya finansial c. Posisi bersaing yang kuat
d. Kurang koordinasinya produksi dengan penjualan e. Sistem pencatatan kurang sempurna
f. Teknik pemasaran yang kurang efektif
g. Meningkatkan kompleksitas operasi (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 13). Secara lebih spesifik dari hasil rangkuman laporan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Advisory Group In Economics Industry and Trade
dalam Mandala Harefa (2008: 4) masalah dasar yang dihadapi UMKM
adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan
dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat, keterbatasan jaringan usaha kerjasama
antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
commit to user
Menurut PERMAC (2002), Secara umum UMKM mempunyai kebutuhan yang hampir sama yaitu: bantuan dan solusi akan masalah
internal yang dihadapi, bantuan peningkatan produktifitas dan persaingan usaha, akses yang mudah kepada penggunaan teknologi yang efektif dan
efisien, akses yang mudah kepada penggunaan manajemen bisnis yang lebih baik, akses yang mudah kepada pemasaran dan penggunaan teknik pemasaran yang lebih baik, peningkatan mutu SDM peningkatan
sumber-sumber daya dan input
Kementerian Koperasi dan Industri di dalam mengembangkan
UMKM harus berdasarkan kepada sembilan prinsip di bawah ini:
1. Pendekatan joint venture antara skala besar dengan usahan skala kecil 2. Tingkat efisiensi dari usaha skala kecil harus berdasarkan kepada
pemenuhan standar sosial dan keuangan
3. Sisi permintaan dan penawaran dari usaha kecil harus dibangun
4. Praktek-prekatek ilegal (black economy) harus dihapuskan
5. Program pemerintah harus diprioritaskan dan disesuaikan dengan
pendanaan masyarakat (public funding)
6. Program pemerintah harus diprioritaskan dan ditargetkan berdasarkan aplikasi dari dana publik
7. Institusi-institusi yang memberikan dukungan terhadap usaha kecil harus direkstukturisasi untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan,
commit to user
8. Departemen perindustrian dan perdagangan harus dapat menjadi penghubung dan dasar dari semua strategi nasional
9. Perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi bisnis, dan bantuan/donor luar negeri, memainkan peranan yang sangat penting
dalam perkembangan dari aktifitas kehidupan industri secara berkesinambungan.
Ahmed (2001) menyimpulkan bahwa tingkat penyerapan tenaga
kerja berbeda-beda untuk setiap sektor usaha. Sektor-sektor yang memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja yang tinggi, pengembangan
kemampuan kewirausahaan, dan memiliki keterkaitan dengan bisnis lainnya harus menjadi “sektor prioritas” dan setiap kebijakan pemerintah
yang proaktif harus ditujukan kepada sektor-sektor tersebut. Kebijakan ini
sangat penting karena hanya sektor prioritas tersebut terutama dalam jangka pendek mampu berperan dalam mengurangi pengangguran.
6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia
Untuk lebih membangun dan mengembangkan keberadaan UMKM
yang ada, maka perlu adanya pembinaan yang lebih intensif dari instansi atau lembaga yang terkait khususnya Departemen Perindustrian yang bersifat program bantuan teknis, antara lain :
a. Pembinaan Manajemen
b. Pembinaan peningkatan Teknologi Produksi
commit to user
Dengan demikian pentingnya UMKM dalam perekonomian, keberadaan UMKM semakin mendominasi dunia usaha. Sehingga perlu
adanya peningkatan keberadaan jiwa, semangat, dan sikap mental wiraswasta pada pengusaha kecil. Adapun tujuan diadakannya pembinaan
ini adalah :
a. Membentuk pola pikir wiraswasta yang sukses b. Menumbuhkan keinginan kerjasama antar wiraswasta
c. Untuk lebih mengenal kemampuan sumber daya pengusaha
Pengembangan UMKM menurut Jannes Situmorang (2008 : 13 – 14)
a. Peningkatan Kualitas SDM
Upaya ini dapat dilakukan sendiri oleh UMKM antara lain adalah dengan belajar sendiri-sendiri (otodidak) atau ikut magang pada
usaha sejenis yang telah ada sebelumnya.
b.Perijinan Usaha UMKM
Satu-satunya solusi yang dapat disarankan adalah dengan membangun kelompok atau koperasi, karena UMKM tidak dapat
melakukan upaya apapun selain biaya (yang relatif tinggi) untuk mengatasi masalah perijinan ini.
c. Pengembangan Pasar UMKM
Untuk mengembangkan pasar kegiatan yang dapat dilakukan oleh UMKM secara mandiri (tanpa bantuan stakeholder) adalah
commit to user
ternyata cukup efektif dalam mendukung perkembangan pemasaran produk.
Dengan adanya strategi pemberdayaan UMKM, diharapkan UMKM dapat tetap eksis dalam menjalankan usaha baik pada saat
krisis maupun tidak pada saat krisis. Studi monitoring dampak krisis terhadap UMKM antara lain dilakukan oleh Akatiga bekerja sama dengan Asia Foundation dalam Susilo (2004), hasil studi tersebut
menunjukkan bahwa pada awal krisis UMKM juga sangat terpukul oleh krisis ekonomi yang terjadi, namun jika dibandingkan dengan
usaha formal, UMKM lebih dahulu memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Selain itu, dampak krisis terhadap usaha kecil juga beragam. Faktor penentu kinerja atau ketahanan UMKM di masa krisis
adalah kombinasi dari dua unsur, yaitu (Sri Susilo, 2004): (1) faktor permintaan pasar, dan (2) kenaikan harga input dan kelangkaan barang
input. Dari sisi faktor permintaan kinerja usaha akan bertahan atau membaik jika pangsa pasarnya tidak terpengaruh krisis atau bahkan
meningkat karena krisis. Kinerja usaha dapat bertahan atau membaik juga dapat disebabkan oleh harga input yang digunakan terpengaruh oleh krisis ekonomi atau tidak.
7. Pengertian Pendapatan dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya
a. Pengertian Pendapatan
commit to user
dikerjakannya. Pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor – faktor produksi yang
dikelolanya. Pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau
dalam persamaan matematik dapat dinyatakan (William A. Eachern, 2001 : 98) :
TR = P X Q,
Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan P = Harga Jual Produk
Q = Jumlah produksi yang terjual
Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah dikurangi dengan biaya – biaya dalam proses produksi. Biaya yang
dimaksud disini adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diiukur dalam satuan uang, yang dikeluarkan saat proses produksi
berlangsung, demi untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Mulyadi, 1990 : 7). Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara
ekonomis tidak dapat dihindari dalam proses produksi. b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan
1) Modal Usaha
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
commit to user
barang – barang yang dapat digunakan untuk berproduksi dimasa yang akan datang (Irwan & M. Suparmoko, 1992 : 75).
Jenis modal menurut sumbernya dibagi menjadi (Bambang Riyanto, 1994 : 171 – 172) :
a) Modal sendiri
Modal sendiri yaitu modal yang berasal dari pemilik pribadi pengusaha dan tertanam pada usaha tertentu dan digunakan
untuk waktu yang tidak tentu lamanya.
b) Modal asing yaitu modal yang berasal dari luar, yang bersifat
sementara sehingga modal tersebut merupakan hutang dan pada saatnya harus dikembalikan. Modal yang diperoleh dari pihak asing akan mempunyai konsekuensi berupa pembayaran bunga
pada tiap bulannya, sehingga dengan modal ini biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pengusaha akan
meningkat.
Jenis modal berdasarkan fungsi kerjanya terbagi menjadi
(Bambang Riyanto, 1994 : 51)
a) Modal tetap yaitu modal yang berwujud peralatan untuk proses produksi.
b) Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasi usaha seperti membayar persekot bahan baku, yang
commit to user
operasi produksi selanjutnya. Modal merupakan salah satu faktor produksi atau input yang sangat mempengaruhi besarnya
tingkat output yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Semakin banyak modal, maka semakin banyak pula tingkat output yang
dihasilkan (Sukirno, 2002 : 192). Tingkat produksi yang lebih tinggi mengakibatkan pendapatan yang akan diperoleh pengusaha menjadi lebih besar.
2) Tenaga Kerja
Soetomo (1990 : 3) mendefinisikan tenaga kerja adalah sebagai
berikut :
a) Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan dalam kegiatan produksi, karena faktor produksi inilah yang
mengkombinasikan berbagai faktor produksi yang lain guna menghasilkan suatu output. Beberapa pengertian tenaga kerja
adalah sebagai berikut : (Soetomo, 1990: 3). 1. Tenaga kerja adalah seseorang yang mampu melakukan pekerjaan baik
didalam maupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, 2. Tenaga kerja adalah sejumlah penduduk yang dapat
menghasilkan barang dan jasa, jika ada permintaan tenaga kerja dan mereka bersedia berpartisipasi dalam akivitas
commit to user
sedang melakukan kegiatan seperti sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya, namun sewaktu – waktu dapat
berpartisipasi untuk bekerja jika dibutuhkan.
Pengertian tenaga kerja menurut PBB adalah penduduk
usia 15 tahun sampai 64 tahun yang telah menghasilkan pendapatan. Pengertian tenaga kerja bagi penduduk Indonesia adalah penduduk usia 10 tahun keatas, karena pada
kenyataannya penduduk Indonesia yang berusia diatas 65 tahun masih ada yang bekerja. (Aris Ananta dkk, 1988 : 21).
Adapun tenaga yang benar – benar terlibat dalam kegiatan produksi dan yang sedang mencari pekerjaan disebut angkatan kerja. Definisi angkatan kerja adalah bagian dari
tenaga kerja yang bekerja dan menganggur atau sedang mencari lowongan kerja (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 3).
Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan harus diperhitungkan dalam proses
produksi dengan jumlah yang cukup, tidak hanya dalam hal jumlah namun juga dalam hal kualitas dan macam tenaga kerja yang memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan
commit to user
Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah pemakaian tenaga kerja agar optimal adalah (Sugiyarto et al.,
2002 : 495) :
a) Tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
karena menambah penggunaan tenaga kerjanya.
b) Tambahan penerimaan (produk yang dihasilkan) yang diperoleh perusahaan karena menambah penggunaan
tenaga kerjanya (MPL). Penambahan pemakaian jumlah tenaga kerja (L) akan menaikkan tingkat output. Jika
output tersebut terjual maka penerimaan yang diperoleh perusahaan juga akan naik. Perusahaan akan terus menambah penggunaan tenaga kerjanya sepanjang
petambahan penerimaan yang diterima perusahaan masih lebih besar daripada tambahan biaya yang harus
dikeluarkan akibat menambah jumlah tenaga kerja yang digunakan (Sugiyarto et al., 2002 : 495).
Tingkat produksi yang dicapai perusahaan mula – mula akan terus mengalami kenaikan seiring adanya penambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Namun pada titik tertentu kenaikan tersebut semakin berkurang. Hal ini lebih dikenal sebagai the law of
commit to user
Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar Persaingan Sempurna
Dari gambar 2.1 di atas dapat terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan maka
tambahan produk yang dihasilkan semakin berkurang..
Sebagai contoh pada saat penggunaan tenaga kerja pada tingkat L1 maka tambahan output sebesar MPL1, tapi
setelah penggunaan tenaga kerja ditambah menjadi L2 maka tambahan produk yang dihasilkan berkurang
menjadi MPL2. 3) Pengalaman Usaha
Pengalaman dapat diartikan sebagai interaksi diri pribadi
dengan lingkungan, dimana didalamnya seseorang belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut. Istilah pengalaman
commit to user a) Pengalaman berupa pengetahuan b) Pengalaman berupa keterampilan
c) Pengalaman berupa sikap atau nilai.
Pengalaman berupa keterampilan dapat memberikan
kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah, karena dengan keterampilan yang lebih baik maka seseorang akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan
pendapatannya.
Ritawati Tedjakususma (2005) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Pengaruh Faktor Kematangan Karyawan Terhadap Prestasi Kerja Pekerja Operasional pada Pengusaha Alat–alat Dapur di Kecamatan Candi, KabuaptenSidoarjo
menunjukkan bahwa pengalaman usaha secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi kerja dan produktifitas pekerja,
yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima.
Ismono Wahyu dalam skripsinya bahwa terdapat beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan tentang pengalaman kerja, diantaranya adalah:
a) Harold, berpendapat bahwa kecakapan atau keterampilan merupakan suatu kemampuan yang diperoleh melalui
commit to user
b) John Locke, berpendapat dalam perkembangan jiwa seseorang pada lingkungan yang dinamis akan mendapatkan pengalaman
yang berguna dalam menyelesaikan tugasnya 4) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan
tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian akan meningkatkan produktifitas.
Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa peningkatan pendapatan seseorang akan diperoleh salah satunya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun
sekolah berarti meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, namun hal tersebut berarti menunda
penerimaan penghasilan selama satu tahun karena mengikuti sekolah (Payaman J. Simanjuntak, 1985 : 58 – 59).
Hubungan pendidikan dan produktivitas kerja dapat terlihat dari pendapatan yang lebih tinggi pula. Tentu perbedaan tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengalaman
usaha, keahlian, sektor usaha, jenis usaha, lokasi usaha, dan lain – lain. Namun setelah diamati dalam kondisi yang sama tingkat
commit to user B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian Deny Ertanto (2008) telah melakukan penelitian dengan judul
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki KabuaptenSukoharjo tahun 2008 . Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat Pendapatan Pengrajin Gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki KabuaptenSukoharjo. Variabel – variabel penjelas dari variabel dependen
tingkat pendapatan yang digunakan adalah variabel modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : data primer yang berupa data cross sectional yang diambil dengan teknik kuesioner dari sampel yang berjumlah 43 responden. Sedangkan data sekunder yang
merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data – data yang telah ada pada instansi – instansi yang memiliki keterkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti dan diperoleh sebelum maupun sesudah penelitian berlangsung. Model persamaan analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model regresi linier.
Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat
variabel tersebut variabel yang mempengaruhi adalah variabel modal kerja, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan yang secara nyata berpengaruh terhadap
commit to user
masing – masing sebesar 0,0943 (0,000), 218.530,2 (0,24), dan 128.770,2 (0,39)
Didik Budi Santoso (2006) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pengusaha
Mebel di Kecamatan Kalijambe KabuaptenSragen Tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat Pendapatan Pengusaha Mebel di Kecamatan Kalijambe KabuaptenSragen.
Variabel – variabel penjelas dari variabel dependen tingkat pendapatan yang digunakan adalah modal, tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : data primer yang berupa data cross sectional yang diambil dengan teknik kuesioner dari sampel yang berjumlah 80 responden. Sedangkan data sekunder yang
merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) KabuaptenSragen, Kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan.
Model persamaan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier.
Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat variabel tersebut hanyalah variabel modal kerja dan tenaga kerja yang secara
nyata berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha mebel dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas masing – masing sebesar 0,69975 (0,000)