PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok)Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh ASROTUN NIM 109018300015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iv
ABSTRAK
Asrotun (NIM: 109018300015). Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok Tahun Ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan PTK ini dilakukan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 63.3% dan pada siklus II mencapai 83.3%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok.
v
This research aimed to describe the use of three dimensional media in improving students’ mathematics learning outcomes. This research was conducted in the Integrated Elementary School fifth grade Fatahillah Cimanggis Depok
Academic Year 2013/2014 by using the method of Classroom Action Research
(CAR). CAR activity was conducted as two cycles, and each cycle consists of four
stages, namely planning, action, observation, and reflection. The result showed that
the use of three dimensional media can be seen through the students’s level of mastery learning in the first cycle reaches the level of mastery learning students and
63.3% in the second cycle reaches 83.3%. This suggest that the use of three
dimensional media in learning mathematics can improve math learning outcomes
Elementary School fifth grade student Fatahillah Cimanggis Integrated Depok.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan segala nikmat dan
karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan, tauladan dan panglima besar Nabi Muhammad Saw. beserta para keluarganya, para sahabatnya dan
para pengikutnya.
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penelitian dalam skripsi
ini dilaksanakan di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok selama 3 minggu, yaitu
mulai tanggal 17 Februari 2014 sampai 10 Maret 2014.
Dalam penyusunan skripsi tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Atas bimbingan, fasilitas, dan bantuan yang diberikan dalam penyusunan
skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Nurlena Rifa’I, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
3. Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi
ini, yang telah mencurahkan pikiran dan meluangkan waktunya bagi penulis
selama penyusunan skripsi.
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada dosen-dosen PGMI yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga dan sangat berguna bagi
vii ini.
6. Sayadi, S.Pd selaku Kepala Sekolah MI Terpadu Fatahillah yang telah
memberikan izinnya untuk dapat melaksanakan penelitian di MI Terpadu
Fatahillah Cimanggis Depok.
7. Tasmiyati, S.Pd, selaku guru kelas V yang telah membimbing dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis
Depok.
8. Kedua orang tuaku tercinta alm. Bpk Muh Alif dan ibu Sudarmi serta seluruh
keluarga besarku, yang tak pernah lelah mendo’akan.
9. Keluarga besar alm. Bpk H. Mohammad Bahadji, M.Si dan ibu Ipah Djuha,
S.Si. mba Lisa, mas Moh, mas Irul, mba Puti, mas Afik, mba Irma, Luthfan
yang sangat berjasa pada penulis dan selalu mendoakan, memotivasi serta
memberikan bantuan moril maupun materil dengan tulus dan ikhlas hingga
terselesaikannya skripsi ini.
10.Keluarga Besar MI Fathul Khair yang tak pernah lelah mendoakan serta
memberikan dukungan dan motivasi.
11.Kekasih tercinta Salis Mubarok dan kakak tercinta Ramona Adam, yang tak
pernah lelah mendoakan, membantu serta memberikan semangat kepada
penulis dalam menyusun skripsi ini.
12.Sahabat-sahabatku tercinta, Ryan, Icha, Mia, Mela, Nova, Yasmine, Devi,
Dyan, Asiah, Ratu, Endang, Rima, Aida, Nadia, Eka, Khae, Ridho, Hafidz,
Nesa, Mega, dan Olik, terimakasih atas persahabatan, kebersamaan,
keceriaan, dan motivasi yang kalian berikan.
13.Teman-temanku seperjuangan Prodi PGMI angkatan 2009 atas kebersamaan
viii
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal
shaleh. Penulis berharap skripsi ini dapat memenuhi tugas yang telah ditentukan
dan penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini seoptimal mungkin maka
penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun pengetahuan
penulis. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua
pihak. Amiin.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Jakarta, April 2014
ix
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5
C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5
D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Pengertian Belajar... 7
1. Ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar... 8
2. Tujuan Belajar... 9
3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kegiatan Belajar... 11
B. Media Pembelajaran ... 13
C. Kriteria Pemilihan Media... 15
D. Media Tiga Dimensi... 16
E. Jenis dan Karakteristis Media Tiga Dimensi... 17
F. Desain Pembelajaran Menggunakan Media Tiga Dimensi... 18
x
2. Desain Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Tiga
Dimensi... ... . 20
G. Hasil Belajar Matematika... 21
H. Hasil Penelitian yang Relevan... 28
I. Kerangka Berpikir... 28
J. Hipotesis Penelitian Tindakan... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
B. Rancangan Siklus Penelitian ... 30
1. Perencanaan ... 30
2. Pelaksanaan Tindakan ... 31
3. Observasi... 31
4. Refleksi... 32
C. Subjek Penelitian ... 33
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 33
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34
G. Data dan Sumber Data ... 35
1. Data………. . 35
2. Sumber Data……… 35
H. Instrumen Pengumpul Data ... 36
1. Tes Hasil belajar………... 36
2. Lembar Observasi ... 37
3. Catatan Lapangan ... 38
I. Teknik Pengumpulan Data ... 38
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan……….. 38
K. Analisis Data dan Interpretasi Data……… 39
1. Analisis Data Hasil Observasi………. 39
2. Analisis Hasil Tes Belajar ... 40
xi
a. Tahap Perencanaan ... 41
b. Tahap Pelaksanaan ... 42
c. Tahap Observasi ... 48
d. Tahap Refleksi ... 51
2. Siklus II ... 53
a. Tahap Perencanaan ... 53
b. Tahap Pelaksanaan ... 53
c. Tahap Observasi ... 59
d. Tahap Refleksi ... 63
B. Analisis Data ... 64
C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 65
D. Pembahasan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 70
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I... . 36
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus II ... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa………… 37
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa………… 37
Tabel 3.5 Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru ... 39
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 48
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I………49
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa dengan Media Tiga Dimensi Siklus I……... 50
Tabel 4.4 Hasil Refleksi Siklus I ... 52
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II………... 60
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II ... 61
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa dengan Media Tiga Dimensi Siklus II ... 62
Tabel 4.8 Hasil Refleksi Siklus II ... 63
xiii
Penelitian Tindakan Kelas Dengan Media Tiga Dimensi…
Gambar 4.1 Contoh Media Tiga Dimensi Bangun Ruang……….42 Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Siklus I…………. 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……….. 1a
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran Siklus II………. 1b Lampiran 3 Contoh Jawaban Tes Akhir Siklus I……… 1c Lampiran 4 Contoh Jawaban Tes Akhir Siklus II……….. 1d Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I……… 1e Lampiran 6 Instrumen Tes Akhir Siklus I………. 1f Lampiran 7 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I……… 1g Lampiran 8 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II……….. 1h Lampiran 9 Instrumen Tes Akhir Siklus II……… 1i Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II……….. 1j Lampiran 11 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I……….. 1k Lampiran 12 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I……... 1L Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus I……… 1m Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus II……….. 1n Lampiran 15 Nilai Ulangan Siswa Sebelum Penelitian………. 1o Lampiran 16 Hasil Wawancara Sebelum Penelitian……….. 1p Lampiran 17 Hasil Tes Akhir Siklus I………... 1q Lampiran 18 Hasil Tes Akhir Siklus II………. 1r Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II…….... 1s Lampiran 20 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Guru Siklus II……... 1t Lampiran 21 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa………... 1u Lampiran 22 Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru……… 1v
Lampiran 23 Peningkatan Hasil Belajar Siswa………. 1w Lampiran 24 Lembar Uji Referensi……….. 1x Lampiran 25 Surat Bimbingan Skripsi………. 1y Lampiran 26 Surat Permohonan Izin Penelitian
1 A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam merubah tingkah laku
manusia, karena tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan peserta
didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku agar peserta didik dapat menjadi
utuh dan hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam
Undang-Undang No.20 tahun 2006 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1
dinyatakan bahwa:1
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Dari uraian tersebut sangatlah jelas bahwa tanggung jawab seorang guru
tidaklah mudah dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
kondusif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran tidaklah selalu berjalan
lancar, tetapi adakalanya mengalami hambatan-hambatan atau kesulitan baik yang
dialami guru dalam mengajar maupun kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
belajar.
Pada pelaksanaannya guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memahami
setiap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar, serta harus mampu
menentukan berbagai macam strategi, metode serta media pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar agar kegiatan pembelajaran
lebih efektif dan efisien.
1
2
Tercapainya tujuan pembelajaran sangat tergantung pada guru dan siswa.
Guru sebagai pendidik harus mampu membuat desain pembelajaran,
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil belajar.
Sedangkan siswa sebagai orang yang terdidik memiliki peran sebagai orang yang
mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar
untuk kepentingannya.
Setiap mata pelajaran memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, dalam mengajarkan materi pembelajaran tentu akan sangat berbeda baik
dari segi metode penyampaian, penggunaan contoh dan sebagainya yang
berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Mata pelajaran matematika selama
ini dikenal sangat sulit baik yang dialami oleh siswa dalam belajar, maupun yang
dialami oleh guru dalam mengajarkannya, sehingga seorang guru dan siswa harus
benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai maksimal.
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang
digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik
pula.2 Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran matematika adalah bagaimana cara merancang media dalam menyampaikan materi
agar materi dapat diterima dengan mudah dan siswa dapat mengingat materi
tersebut lebih lama. Selain itu, dalam menentukan media pembelajaran guru harus
mengetahui terlebih dahulu macam-macam aspek pembelajaran yang diajarkan,
baik itu aspek kognitif, afektif maupun aspek psikomotorik.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen dalam Zainuri bila anak belajar
matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat
lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.3
Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran matematika dapat diukur
dengan tingkat pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar. Dengan
2
Arsyad Azhar, Media pembelajaran, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta , 2011), h. 67 3
berakhirnya proses pembelajaran, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar yang
merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru serta murid di salah satu MI
di Depok diperoleh informasi bahwa dalam menjelaskan materi bangun ruang,
guru hanya menggunakan gambar yang ada pada buku paket dan menugaskan
siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan dari LKS. Hal tersebut membuat siswa
merasa sulit dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan bangun ruang, karena
siswa masih harus membayangkan wujud asli dari bangun ruang tersebut. Sehingga
pemahaman yang diperoleh siswa masih bersifat abstrak. Seperti pendapat yang
dikatakan oleh Eva salah satu murid di MI tersebut mengatakan: ”belajar bangun
ruang susah bu, soalnya diajarinnya pake buku paket. Jadi kalo liat gambarnya saya masih bingung kalo disuruh nyebutin sifat-sifatnya”. Selain permasalahan tersebut diperoleh juga informasi lain bahwa nilai kriteri ketuntasan minimum
(KKM) matematika di MI tersebut masih rendah yaitu 60. Namun, meskipun
demikian masih banyak siswa yang nilai hasilnya belajarnya masih di bawah
KKM. Data tersebut diperoleh dari hasil ulangan harian siswa yang menunjukkan
bahwa ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 66.7% (20 siswa) sedangkan
33.3% (10 siswa) belum mencapai nilai KKM.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, ada banyak cara yang dapat dilakukan
guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru dapat memilih dan menggunakan
media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
fisik maupun mental sehingga materi yang diajarkan oleh guru menjadi lebih
konkrit dan siswa akan mengingatnya dalam jangka waktu yang lama.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam
mencapai keberhasilan pada proses pembelajaran. Media memiliki peran yang
sangat penting, yaitu sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi
antara komunikator dan komunikan. Sehingga dapat kita pahami bahwa media
pembelajaran adalah sesuatu yang dapat dijadikan sarana penghubung untuk
4
Banyak media pembelajaran yang dapat guru gunakan untuk menunjang
kegiatan pembelajaran, namun seringkali sekolah terbentur pada kendala
kemampuan dalam pengadaannya. Terutama saat dihadapkan pada harga media
yang harus dibelanjakan tidak dapat terjangkau oleh sekolah. Menghadapi hal ini
sekolah melalui para guru harus memiliki daya kreasi yang tinggi agar dapat
menciptakan sendiri media pembelajaran tersebut.
Dalam proses belajar mengajar masih ditemui adanya kesenjangan antara
kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan,
keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sehingga penggunaan media tiga
dimensi diharapkan turut dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan awal
siswa yang dimaksud dengan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki
siswa sebelum ia memiliki kegiatan instruksional.4
Salah satu media pembelajaran yang peneliti maksudkan adalah media tiga
dimensi, yaitu bentuk-bentuk bangun ruang seperti limas segitiga, limas segiempat,
balok, kubus, prisma tegak segitiga, prisma tegak segilima, tabung dan kerucut
yang dibuat dari bahan dasar karton. Media tiga dimensi dapat digunakan untuk
membantu pemahaman siswa terkait materi yang masih abstrak. karena media tiga
dimensi dapat menunjukkan tampaknya suatu benda yang masih abstrak menjadi
suatu benda yang bersifat konkret. Untuk itu, dalam pembelajaran matematika pada
materi bangun ruang, informasi yang diterima oleh siswa akan lebih optimal jika
pada pelaksanaan pembelajarannya guru menggunakan media tiga dimensi.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kiranya perlu
diadakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam hal ini penulis mengangkat
judul “Penggunaan Media Tiga Dimensi untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa”.
4
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang
dapat dikemukakan, antara lain:
1. Kualitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.
2. Proses pembelajaran matematika yang terjadi masih satu arah yaitu guru
sebagai pusat pembelajaran (teacher center)
3. Pembelajaran yang disampaikan guru masih bersifat abstrak
4. Minimnya penggunaan media pendukung pembelajaran matematika.
5. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada:
1. Media yang digunakan oleh peneliti adalah media tiga dimensi, yaitu
bentuk-bentuk bangun ruang sederhana seperti prisma tegak, balok, kubus, tabung,
limas dan kerucut yang dibuat dari bahan kertas karton.
2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek kemampuan memahami,
mengaplikasikan dan kemampuan menganalisis.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar
matematika siswa?
2. Apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan dengan
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan
media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan untuk
mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan
dengan menggunakan media tiga dimensi.
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi guru
Diharapkan akan dapat membantu mempermudah guru dalam menyampaikan
materi bangun ruang dan untuk menambah literature guru tentang media
pembelajaran.
2. Bagi siswa
Untuk belajar, khususnya dalam mempelajari mata pelajaran matematika
tanpa rasa jenuh. Siswa juga diharapkan mampu meningkatkan keaktifan
mereka di kelas dalam memahami konsep bangun ruang.
3. Bagi sekolah
Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan bagi lembaga sekolah
sekaligus sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan hal-hal yang
berkaitan dengan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil
belajar siswa dan bagi saya selaku peneliti Sebagai sarana untuk menambah
wawasan tentang pembelajaran di sekolah dan sebagai pengalaman yang
sangat berharga dalam mengimplementasikan media tiga dimensi di lapangan
7 A. Pengertian Belajar
Menurut Bachtiar belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi
hingga dia ke liang lahat nanti. Salah pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif),1 sedangkan pengertian belajar menurut Dr. Nana Sudjana bahwa belajar dan
mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat
dibedakan yakni tujuan pembelajaran (instruksional), pengalaman (proses)
belajar mengajar dan hasil belajar.2
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu
ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan
adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan
dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.3 Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman
atau latihan.4 Perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berupa perolehan
1
Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006), h. 2
2
Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.2
3
Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006), h. 11-12
4
8
perilaku yang baru atau perbaikan perilaku yang sudah ada. Perubahan tingkah
laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat perilaku yang baik (positif) atau
perilaku yang buruk (negatif). Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk,
mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau
berarti dengan pengalaman atau latihan.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan
perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang
kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol atau minuman keras. Tingkah
laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek
kepribadian tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.
Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah.
Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku
yang baik, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu
dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif.
Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah
rumusan tingkah laku yang di harapkan dapat di kuasai oleh siswa setelah
menerima atau menempuh pengalaman belajarnya, sedangkan hasil belajar
adalah kemampuan kemampuan yang di miliki siswa setelah siswa tersebut
menerima pengalaman belajarnya.5
1. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan belajar
Berdasarkan pengertian belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar
sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:
1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun
potensial.
5
2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).
Belajar sebagai suatu aktifitas internal psikologis, meskipun prosesnya sulit
untuk dilihat secara nyata, tetapi kriteria persyaratan dalam proses belajar itu
dapat ditetapkan berdasarkan kondisi yang fundamental dalam setiap kegiatan
belajar. Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang
fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:
1) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.
2) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau bahan
atau materi yang akan dipelajari.
3) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan
motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis.
4) Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.
Keempat kondisi yang fundamental dalam kegiatan belajar tersebut sekarang
sudah harus menjadi dasar orientasi didaktis guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar, yaitu guru dalam setiap mengajar harus dimulai dengan
membangkitkan minat atau motivasi kepada siswa, kemudian menciptakan
situasi belajar mengajar yang merangsang atau menantang siswa untuk belajar
dan akhirnya guru dalam setiap mengajar harus mengadakan evaluasi (post test) untuk mengukur/menetapkan taraf pencapaian keberhasilan siswa, agar siswa
mengetahui apakah belajarnya sudah berhasil memperoleh ganjaran atau belum.
Apabila siswa belum berhasil, maka sebagai tindak lanjut kegiatan evaluasi guru
harus memberikan pengajaran remedial kepada siswa yang membutuhkan.
2. Tujuan Belajar
Menurut paradigma Behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan
dari ekspert ke novice. Berdasarkan konsep ini peran guru adalah menyediakan
dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, siswa dipersepsi
berhasil mencapai tujuan belajar apabila mereka tunduk menerima pengetahuan
10
tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari ada pula yang kurang begitu
disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan
perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif
serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar
mengajar di sekolah.6 Tujuan sebagai arah dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai siswa
setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.7 Hal itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai
persoalan pembelajaran. Tujuan penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya
proses latihan dalam jabatan dan pemberian layanan pembelajaran yang akurat,
dengan demikian siswa akan lebih banyak berlatih untuk dapat mengaplikasikan
berbagai tindakan alternatif sebagai upaya meningkatkan kemampuan
pembelajaran.8
Dalam bukunya Hamzah B. Uno yang berjudul Assesment Pembelajaran
dikatakan bahwa tujuan pembelajaran diarahkan pada salah satu kawasan dari
Taksonomi Benyamin S. Bloom yang meliputi:
1. Kawasan kognitif.
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran
berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini
terdiri dari enam tingkatan yang secara hierarki berurut dari yang paling
rendah (pengetahuan) sampai yang paling tinggi (evaluasi) yakni tingkat
pengetahuan (knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat penerapan (application), tingkat analisis (analysis), tingkat synthesis dan tingkat evaluasi.
6
Daryanto. Media Pembelajaran, (PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera: Bandung, 2012), h. 2
7
Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung , 2011), h. 22
8
2. Kawasan afektif (sikap dan perilaku)
Kawasan afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap,
nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.
Tingkatan afeksi ini ada lima dimulai dari yang paling sederhana sampai
yang kompleks yaitu: kemauan menerima, kemauan menanggapi,
berkeyakinan, mengorganisasi, dan pembentukan pola.
3. Kawasan psikomotor
Dalam bukunya Symson domain psikomotor meliputi enam domain mulai
dari tingkat paling rendah, yaitu persepsi sampai tingkat keterampilan
tertinggi yaitu penyesuaian dan keaslian yang dapat diuraikan sebagai
berikut: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, geraksn terbiasa, gerakan
yang kompleks, penyesuaian dan keaslian. 9
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar
Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada siswa disetiap
jenjang dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber
daya manusia yang dapat menunjang pembangunan nasional. Oleh sebab itu,
upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan oleh
guru dan salah satu upaya yang dimaksud adalah penggunaan media pengajaran
dalam proses belajar mengajar yang diharapkan dapat mempertinggi kualitas
proses belajar mengajar dengan cara mempengaruhi motivasi siswa dalam
belajar.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa,
yaitu; faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang
berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal), yaitu:
1. Faktor internal
a. Faktor fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan, keadaan cacat
jasmani, kemampuan belajar siswa dan kondisi fisik dari siswa tersebut.
9
12
b. Faktor psikologis, yaitu; inteligensi (afekktif), perhatian, minat dan
bakat, motiv dan motivasi, kognitif dan daya nalar.10 2. Faktor eksternal
a. Faktor-faktor lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.
Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti:
keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat
letak gedung sekolah, dan sebagainya.
Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
b. Faktor-faktor instrumental
Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,
sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi
pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
c. Faktor-faktor kondisi internal siswa
Faktor kondisi siswa ini sebagaimana telah diuraikan di atas ada dua
macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa.
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan
pendengaran.
Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa adalah faktor minat, bakat, inteligensi, motivasi dan
kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan persepsi, ingatan,
berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang
dimiliki siswa.11
10
Yudhi Munadi. Media Pembelajaran, (Gaung Persada: jakarta 2008), h.21-30 11
B. Media Pembelajaran
Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses
komunikasi.12 Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar, ada
beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran.
Pertama media grafis seperti gambar media grafik atau biasa disebut media dua dimensi yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua media tiga dimensi, yaitu model padat (solide model, model susun, diorama dan lain-lain). Ketiga
model film seperti OHP dan lain-lain.13 Hal tersebut membuktikan bahwa media adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan untuk
merangsang pikiran, perasaan, serta kemauan audien (siswa) sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Media pembelajaran dapat menambah kualitas motivasi belajar siswa dalam
proses pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan mutu
hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa yang bersangkutan, hal tersebut terjadi
karena penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa tertarik sehingga
motivasi siswa dalam belajar semakin meningkat dan siswa juga akan lebih
mudah memahami materi yang diajarkan, yang pada akhirnya siswa dapat
berinteraksi secara langsung dan tidak hanya sekedar mendengarkan penjelasan
yang disampaikan oleh guru.
Media pembelajaran memiliki posisi yang strategis sebagai perantara dalam
proses interaksi antara siswa dengan guru. Kedudukan media pembelajaran
sebagai mediator yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkan. Pada penggunaan media tiga dimensi dalam pelajaran matematika
yang berupa bentuk bangun ruang memiliki posisi sebagai alat komunikasi antara
guru dan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
12
H. Rayandra Asyhar, M,Si. Kreatif Mengembangkan media Pembelajaran, (Referensi Jakarta: Jakarta. 2012), h. 5
13
14
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur
peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software).14 Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil belajar, karena dengan media pembelajaran
hal-hal yang abstrak dapat di kongkretkan sehingga siswa akan lebih mudah dalam
memperoleh informasi terkait materi yang diajarkan oleh guru.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa media pembelajaran sangat membantu
dalam upaya mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik harus mempunyai
keterampilan dalam penggunaannya.
Selain dapat menyalurkan pesan, media pembelajaran juga mempunyai
banyak manfaat dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
sarana perantara dalam proses pembelajaran. Selain itu media pembelajaran juga
berperan sebagai salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan
dari komunikator menuju komunikan. Dengan demikian Perolehan pengetahuan
siswa akan semakin abstrak apabila pesan disampaikan melalui kata verbal. Hal
ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di
dalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh
sebab itu, sebaliknya siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang
ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Dalam penerapannya media pembelajaran memiliki aspek-aspek kegunaan
diantaranya adalah:15
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar.
14
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (PT Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2007), h. 5 15
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Kegunaan-kegunaan tersebut tetap menuntut keaktifan dan kekreatifan guru yang
bersangkutan dalam proses belajar mengajar.
C. Kriteria Pemilihan Media
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses
belajar mengajar. Tidak semua media pembelajaran bisa diterapkan pada setiap
mata pelajaran yang disampaikan, hal tersebut memerlukan penyesuaian dengan
mata pelajaran yang akan disampaikan. Media pembelajaran memiliki
keanekaragaman, dan karena beraneka ragamnya media tersebut, maka
masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam penggunaan
media pembelajaran hendaknya guru melakukan proses pemilihan media yang
dianggap sesuai untuk digunakan pada materi yang diajarkan. Berkaitan dengan
hal tersebut ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
media diantara adalah:16
1. Hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih
media, karena sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang
digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius
bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor
umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak
menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.
16
16
4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain
sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
pertimbangan seorang guru.
5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan
kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan
yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, media pembelajaran yang diterapkan dalam suatu
pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan hal yang sesuai dengan yang
diharapkan atau dengan kata lain dikatakan tujuannya telah tercapai.17
D. Media Tiga Dimensi
Menurut H. Ryandra Ashar media tiga dimensi memiliki arti sebuah media
yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai
dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal, kebanyakan merupakan objek
sesungguhnya (real object).18 Sedangkan menurut Moedjiono bahwa media tiga dimensi memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat menunjukkan objek
secara utuh baik konstruksi maupun cara kerja, dapat emmberikan pengalaman
secara langsung, penyajiannya secara konkrit dan menghindari verbalisme.
Media tiga dimensi yang digunakan dalam pembelajaran matematika di
sekolah dasar umumnya memiliki bentuk yang sederhana baik dalam penggunaan
dan pemanfaatannya maupun dalam proses produksinya karena tidak memerlukan
keahlian khusus dalam penggunaannya, dapat dibuat sendiri oleh guru dan
bahannyapun dapat diperoleh dengan mudah di lingkungan sekitar kita.
17
Dra. Erna Suwangsih, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Matematika (UPI PRESS: Bandung, 2006), h.179
18
Pada penerapan penggunaan media tiga dimensi untuk siswa sekolah dasar
penulis menggunakan media tiga dimensi bangun ruang yang terdiri dari beberapa
benda diantaranya; kubus, balok, kerucut, prisma dan bola. Media pembelajaran
digunakan agar siswa memiliki gambaran nyata tentang bangun ruang dalam
pelajaran matematika.
Seperti dijelaskan di atas, bahwa media tiga dimensi yang digunakan
tergolong sederhana dan mudah dalam penggunaanya serta bahannya dapat
diperoleh dari lingkungan di sekitar, maka pemilihan bahan dasar seperti kayu,
kertas-kertas bekas (bubur kertas), plastik, dan beberapa sisa sampah plastik dapat
digunakan untuk membuat media tiga dimensi tersebut. Hal itu dapat dilakukan
sendiri oleh guru yang bersangkutan atau juga dapat mengajak siswa untuk ikut
berperan aktif dalam proses pembuatannya.
E. Jenis dan Karakteristik Media Tiga Dimensi
Setiap jenis media memiliki jenis dan karakteristik masing-masing begitu
juga pada media tiga dimensi. Masing-masing menampilkan fungsi tertentu dalam
menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Dalam bukunya Nana
Sudjana mengatakan media tiga dimensi memiliki lima model, yakni model padat,
model penampang, model kerja, mocks-up dan diorama.19 Penggunaan model padat (bangun ruang) media tiga dimensi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Praktis dalam penggunaannya
2. Mampu menyajikan teori dan praktik secara terpadu
3. Melibatkan siswa dalam penggunaannya
4. Pesan yang sama dapat disebarkan kepada siswa secara serentak
5. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera
Penggunaan bangun ruang pada pelajaran matematika pada siswa sekolah
dasar memiliki manfaat yang sangat baik bagi perkembangan motorik siswa,
karena siswa dapat berinteraksi langsung mengenai materi bangun ruang yang
19
18
sedang dibahas, dan dapat memegang benda yang dimaksud untuk mengetahui
bagian-bagian sudutnya, volume dan ukurannya. Selain itu unsur warna yang
melekat pada media tiga dimensi itu juga dapat membuat siswa lebih tertarik
dalam mempelajari bangun ruang secara khusus dan pelajaran matematika pada
umumnya.
F. Desain Pembelajaran Menggunakan Media Tiga Dimensi
1. Penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika Optimalisasi proses dan hasil belajar mengacu pada upaya agar proses
belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil
belajar sesuai yang diharapkan dengan kata lain optimalisasi proses dan hasil
belajar adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa
mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.
Pencapaian hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses
belajar yang optimal pula. Oleh karena itu, agar proses dan hasil belajar optimal
maka dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan sampai
pada tahap penilaian harus dipersiapkan dan dilaksanakan secara baik pula.
Penggunaan media tiga dimensi pada mata pelajaran matematika harus berkenaan
dengan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa
dalam belajar.
Dalam proses belajar mengajar terkadang diperlukan adanya interaksi
langsung antara siswa dengan guru sehingga media belajar memiliki posisi
penting yang diharapkan dapat menjembatani antara kualitas kemampuan siswa
dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.
Pemanfaatan media pembelajaran dikaitkan erat dengan peningkatan
kualitas pembelajaran yang diharapkan. Pemanfaatan media pembelajaran oleh
guru diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna,
memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru, sesama murid, serta
memeperkaya pengalaman belajar siswa. Hal ini dipercaya mampu mengubah
suasana belajar yang pasif menjadi aktif melalui beragam sumber belajar yang
Penggunaan media tiga dimensi merupakan salah satu metode guru dalam
menyampaikan materi atau bahan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah
menyerap informasi yang diberikan guru karena dengan menggunakan media tiga
dimensi siswa dapat melihat langsung benda-benda yang dimaskud.20
Dalam penerapannya pada mata pelajaran matematika, penggunaan media
tiga dimensi haruslah berkaitan dengan bahan ajar yang akan disampaikan.
Penggunaan media tiga dimensi yang sesuai dengan bahan ajar ketika pembehasan
materi bangun ruang. Hal tersebut digunakan agar siswa mengetahui secara detail
segala hal yang berkaitan dengan bangun ruang. Seperti sifat-sifat bangun ruang,
jaring-jaring dari benda-benda bangun ruang serta penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan bangun ruang yang akan dibahas.
Benda tiga dimensi yang akan difungsikan sebagai media pembelajaran
dibawa langsung ke dalam kelas sesuai dengan fungsinya dalam hal pemanfaatan
media bangun ruang, selain kreatifitas guru, pertimbangan instruksional juga
menjadi salah satu faktor yang menentukan. Dalam hal ini guru dituntut berperan
aktif untuk mampu menjelaskan komponen-komponen yang menyangkut tentang
bangun ruang.
Matematika erat kaitannya dengan konteks kehidupan nyata. Dengan
demikian sebagai tenaga pengajar, guru harus mampu menstransfer ilmu dengan
menggunakan berbagai macam cara agar materi yang diajarkan kepada siswa
dapat diterima dengan mudah dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Salah
satu cara yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran matematika
adalah dengan menggunakan media pembelajaran sebagai alat/ sarana
penghubung untuk mencapai pesan yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan
belajar. Media yang dimaksudkan disini adalah media tiga dimensi, yaitu sebuah
media yang dapat dilihat dari segi mana saja.
Media yang digunakan dalam proses pembelajaran dibuat sesederhana
mungkin, dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami
materi yang akan disampaikan. Walaupun demikian media tiga dimensi sebagai
20
20
alat dan sumber pengajaran tidak dapat menggantikan guru sepenuhnya yang
artinya media tersebut tetap memerlukan guru sebagai fasilitator dalam
penyampainnya agar dapat meningkatkan kualitas pengajaran dari mata pelajaran
matematika.21
2. Desain pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi
Ketersediaan media pembelajaran di berbagai sekolah bisa dikatakan belum
merata, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; kondisi
lingkungan, kemampuan pengelolaan sekolah dan wilayah keberadaan sekolah
dapat mempengaruhi ketersediaan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan
banyak ragam media pembelajaran yang digunakan guru sebagai alat untuk
menyampaikan materinya. Pada kondisi dimana ragam dan jumlah media
pembelajaran yang tersedia masih sangat kurang, maka perlu dilakukan
pengembangan dan produksi media pembelajaran secara bertahap oleh guru, baik
secara berkelompok, sendiri, atau melibatkan pihak lain (siswa, guru,
masyarakat).
Pengembangan media pembelajaran sangat penting artinya untuk mengatasi
kekurangan dan keterbatasan media persediaan media yang ada. Disamping itu
media yang dikembangkan sendiri oleh guru atau pendidik dapat menghindari
ketidaktepatan (mis match) karena dirancang sesuai kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan masing-masing. Lebih dari itu, juga dapat
meningkatkan kreatifitas dan kemampuan inovasi para guru sehingga lahirlah
profesionalitas pendidik.22
Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi
dengan penyusunan dokumen pembelajaran lainnya seperti; kurikulum, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lain-lainnya. Yang artinya setelah dokumen
21
Dr. Nana Sudjana. Media Pengajaran, (Sinar Baru Algensindo: Bandung, 2010), h. 7 22
pembelajaran tersebut siap disusun dilanjutkan dengan pengadaan atau persiapan
media pembelajarannya sebagai sumber belajar dan alat bantu dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pengajaran dimana
media tiga dimensi yang digunakan haruslah sesuai dan terintegrasi dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran.23
Kedudukan media pembelajaran dalam komponen metode mengajar sebagai
salah satu upaya untuk memperbaiki proses interaksi guru-siswa, dan interaksi
siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu, fungsi utama dari media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yakni sebagai penunjang
penggunaan metode mengajar yang dipergunakan oleh guru.
G. Hasil Belajar Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah
dasar. Seorang guru sekolah dasar yang akan mengajarkan matematika kepada
siswanya hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkannya.
Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara
analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk
konsep-konsep matematika. Supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk
itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.24 Russefendi dalam buku model pembelajaran matematika karya Erna Suwangsih,
23
Ibid, h. 94
24
22
mengatakan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil dimana
dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah
matematika disebut ilmu deduktif.25
Menurut Bourne, matematika merupakan konstruktivisme sosial dengan
penekanannya pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai makhluk yang
aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya.26
Secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut:27 1) Matematika struktur yang terorganisasi
Matematika merupakan suatu bangunan terstruktur yang terorganisasi.
Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi
aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema.
2) Matematika sebagai alat (tool), artinya matematika dipandang sebagai alat dalam mencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3) Matematika sebagai pola pikir deduktif, artinya sutu teori atau pernyataan
dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan
secara deduktif (umum).
4) Matematika sebagai cara bernalar, karena matematika memuat cara
pembuktian yang sahih, rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat
penalaran matematika yang sistematis.
5) Matematika sebagai bahasa yang atifisial, artinya bahasa matematika baru
memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
6) Matematika sebagai seni yang kreatif. Karena penalaran yang logis dan
efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan
25
Ibid, h. 4
26
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2008), h. 19
27
menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya
seni berpikir yang kreatif.
Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD:28
1) Pembelajaran matematika mengunakan metode spiral. Dimana pembelajaran
matematika atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau
menghubungkan dengan topik sebelumnya.
2) Pembelajaran matematika bertahap. Materi pelajaran matematika diajarkan
secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju
konsep yang lebih sulit.
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif. Misalnya dalam
pengenalan bangun-bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai
dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangun ruang tersebut dan
mengenal namanya serta menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun
ruang tersebut sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang
itu.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Artinya tidak
ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang
lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan pada
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Konsep-konsep matematika
tidak dapat diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang
relevan. Guru hendaknya dapat membantu pemahaman suatu konsep dengan
pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif.
Artinya siswa dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan
dengan pengalaman yang sudah dimilikinya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
28
24
belajar, yakni; (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian,
(c) sikap dan cita-cita.29
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi
kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotoris.
1. Ranah Kognitif
a. Tipe hasil belajar : pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge
dalam Taksonomi Bloom. Ada beberapa cara untuk mengingat dan
menyimpan knowledge dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan
keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna.
b. Tipe hasil belajar : pemahaman
Tipe hasil belajar ini lebih tinggi daripada pengetahuan karena pemahaman
menuntut kemampuan menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri
sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah
dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
c. Tipe hasil belajar: aplikasi
Yaitu penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus yang
mungkin dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Mengulang-ulang
penerapannya pada waktu yang lama akan berdampak menjadi pengetahuan,
hafalan atau keterampilan.
d. Tipe hasil belajar : analisis
29
Yaitu usaha memilah sesuatu intregitas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya (susunannya). Dengan analisis diharapkan
seseorang mempunyai pemahaman komprehensif dan dapat memilah
integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu dalam memahami
sistematikanya.
e. Tipe hasil belajar: sintesis
Yakni terdapatnya penyatuan unsure-unsur atau bagian-bagian ke dalam
bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergan yang hasil
pemecahan atau jawabannnya belum dapat dipastikan, berpikir sintesis
merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.
f. Tipe hasil belajar : evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil dan
lain-lain. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.30 2. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penialaian hasil afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman-teman
sekelas, kebiasaan di kelas dan hubungan social. Adap beberapa jenis
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dari tingkat dasar
atau sederhana sampai yang kompleks, yaitu:
a. Rechiving/ Attending
Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi dari luar)
yang datang kepada siswa tersebut dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
lain-lain.
30
26
b. Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan kepada seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar yang mencakup ketepatan reaksi,
perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus yang datang pada dirinya.
c. Valuing (penilaian)
Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi
diantaranya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain prioritas nilai dan
pemantapan.
e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi kepribadian dan
tingkah lakunya.
3. Ranah psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan bertindak individu. Pada hasil belajar psiomotorik terdapat enam tingkatan
keterampilan.
a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Kemapuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif,
motoris dan lain-lain.
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya keuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.31
31
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-mengajar yang
optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:32
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa.
b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan
lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari
aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan
mengembangkan kreativitasnya.
d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai
dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki siswa tentang materi bangun ruang melalui proses pembelajaran. Dalam
penelitian ini, hasil belajar ranah kognitif diukur dengan mengamati apakah
siswa sudah mampu memahami, mengaplikasikan serta menganalisis materi
bangun ruang yang diajarkan oleh guru. Pemahaman yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun
ruang melalui benda-benda tiga dimensi yang ditampilkan oleh guru. Pada aspek
mengaplikasikan siswa diharap mampu membuat berbagai macam jaring-jaring
bangun ruang sederhana dan terakhir pada aspek menganalisis siswa diharapkan
mampu memilih berbagai macam jaring-jaring yang dapat membentuk bangun
ruang tertentu.
32
28
H. Hasil penelitian yang relevan
a. Hamzan Wadi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) di SD kelas V
pada pembelajaran IPA. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan
bahwa penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 2 Jembe tahun pelajaran
2012/2013.33
b. Vivi Luthfiah, melakukan penelitian eksperimen semu dengan rancangan
penelitian pretest-posttest control group design. Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan teknik Purpose Sample. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan
media tiga dimensi model tiruan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X
pada konsep virus.34
I. Kerangka berpikir
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi,
penyampaian pesan dari pengantar ke penerima berupa isi atau ajaran yang
dituangkan dalam symbol-simbol komunikasi baik secara verbal maupun non
verbal yang memiliki fungsi dasar utama sebagai sumber belajar.
Berdasarkan uraian di atas media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan
pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima
33
Hamzan Wadi, Skripsi, Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SDN 2 Jembe, (Lombok, 2012).
http://eprints.umk.ac.id/1758/8/ABSTRAK.pdf. (di akses pada 23 Januari 2013)
34
pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan
cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Pemahaman tentang konsep media
pembelajaran tidak terbatas hanya pada peralatan, tetapi yang lebih utama yaitu
pesan atau informasi yang disajikan melalui peralatan tersebut.
Setiap jenis media memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing
dalam proses penggunaannya, media pembelajaran yang dirancang dengan baik
dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Media
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media tiga dimensi, yaitu sekelompok
media yang dapat diamati dari arah pandang manapun dan memiliki dimensi
panjang, lebar, tinggi/tebal.
Penggunaan media tiga dimensi menjadikan siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan mudah menerima serta memahami konsep yang diajarkan oleh
guru. Penggunaan media tiga dimensi bentuk bangun ruang dalam mata pelajaran
matematika menuntut guru untuk kreatif dalam memilih serta menggunakannya.
Adanya media pembelajaran tiga dimensi membantu tugas guru sebagai
fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran sehingga bukan hanya guru
saja yang aktif, tetapi siswa juga aktif menemukan pengetahuan dan
keterampilannya sendiri, yang pada akhirnya tujuan dari kegiatan belajar
mengajar tersebut dapat tercapai yakni meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya pada materi bangun ruang kelas V di MI Terpadu Fatahillah
Cimanggis Depok.
J. Hipotesis Penelitian Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan landasaan teori dan
kerangka berpikir maka hipotesis penelitian tindakan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran melalui penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada materi bangun ruang di kelas V MI Terpadu
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Terpadu Fatahillah yang beralamat di Jl.
Raya Bogor Km 31 No. 25 Kel. Cisalak Pasar Kec. Cimanggis Kota Depok.
Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas V MI Terpadu Fatahillah
pada tahun ajaran 2013/2014 semester genap. Penelitian ini dilakukan selama
bulan Februari hingga Maret 2014.
B. Rancangan Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau lebih
dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambung, yaitu tahap
perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).1
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:
a. Menyusun perencanaan pelaksanaan penelitian yang mencakup
diantaranya membuat RPP, mempersiapkan bahan ajar terkait materi
bangun ruang dengan menggunakan metode yang sesuai yaitu diskusi
dengan pendekatan kelompok.
b. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar
guru untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika
proses pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi
berlangsung.
1