• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh ASROTUN NIM 109018300015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAK

Asrotun (NIM: 109018300015). Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok Tahun Ajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Kegiatan PTK ini dilakukan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 63.3% dan pada siklus II mencapai 83.3%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok.

(6)

v

This research aimed to describe the use of three dimensional media in improving students’ mathematics learning outcomes. This research was conducted in the Integrated Elementary School fifth grade Fatahillah Cimanggis Depok

Academic Year 2013/2014 by using the method of Classroom Action Research

(CAR). CAR activity was conducted as two cycles, and each cycle consists of four

stages, namely planning, action, observation, and reflection. The result showed that

the use of three dimensional media can be seen through the students’s level of mastery learning in the first cycle reaches the level of mastery learning students and

63.3% in the second cycle reaches 83.3%. This suggest that the use of three

dimensional media in learning mathematics can improve math learning outcomes

Elementary School fifth grade student Fatahillah Cimanggis Integrated Depok.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan segala nikmat dan

karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan, tauladan dan panglima besar Nabi Muhammad Saw. beserta para keluarganya, para sahabatnya dan

para pengikutnya.

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penelitian dalam skripsi

ini dilaksanakan di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok selama 3 minggu, yaitu

mulai tanggal 17 Februari 2014 sampai 10 Maret 2014.

Dalam penyusunan skripsi tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Atas bimbingan, fasilitas, dan bantuan yang diberikan dalam penyusunan

skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Nurlena Rifa’I, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah.

3. Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi

ini, yang telah mencurahkan pikiran dan meluangkan waktunya bagi penulis

selama penyusunan skripsi.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada dosen-dosen PGMI yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga dan sangat berguna bagi

(8)

vii ini.

6. Sayadi, S.Pd selaku Kepala Sekolah MI Terpadu Fatahillah yang telah

memberikan izinnya untuk dapat melaksanakan penelitian di MI Terpadu

Fatahillah Cimanggis Depok.

7. Tasmiyati, S.Pd, selaku guru kelas V yang telah membimbing dan membantu

penulis dalam melakukan penelitian di MI Terpadu Fatahillah Cimanggis

Depok.

8. Kedua orang tuaku tercinta alm. Bpk Muh Alif dan ibu Sudarmi serta seluruh

keluarga besarku, yang tak pernah lelah mendo’akan.

9. Keluarga besar alm. Bpk H. Mohammad Bahadji, M.Si dan ibu Ipah Djuha,

S.Si. mba Lisa, mas Moh, mas Irul, mba Puti, mas Afik, mba Irma, Luthfan

yang sangat berjasa pada penulis dan selalu mendoakan, memotivasi serta

memberikan bantuan moril maupun materil dengan tulus dan ikhlas hingga

terselesaikannya skripsi ini.

10.Keluarga Besar MI Fathul Khair yang tak pernah lelah mendoakan serta

memberikan dukungan dan motivasi.

11.Kekasih tercinta Salis Mubarok dan kakak tercinta Ramona Adam, yang tak

pernah lelah mendoakan, membantu serta memberikan semangat kepada

penulis dalam menyusun skripsi ini.

12.Sahabat-sahabatku tercinta, Ryan, Icha, Mia, Mela, Nova, Yasmine, Devi,

Dyan, Asiah, Ratu, Endang, Rima, Aida, Nadia, Eka, Khae, Ridho, Hafidz,

Nesa, Mega, dan Olik, terimakasih atas persahabatan, kebersamaan,

keceriaan, dan motivasi yang kalian berikan.

13.Teman-temanku seperjuangan Prodi PGMI angkatan 2009 atas kebersamaan

(9)

viii

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal

shaleh. Penulis berharap skripsi ini dapat memenuhi tugas yang telah ditentukan

dan penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini seoptimal mungkin maka

penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun pengetahuan

penulis. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua

pihak. Amiin.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

Jakarta, April 2014

(10)

ix

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Pengertian Belajar... 7

1. Ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar... 8

2. Tujuan Belajar... 9

3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kegiatan Belajar... 11

B. Media Pembelajaran ... 13

C. Kriteria Pemilihan Media... 15

D. Media Tiga Dimensi... 16

E. Jenis dan Karakteristis Media Tiga Dimensi... 17

F. Desain Pembelajaran Menggunakan Media Tiga Dimensi... 18

(11)

x

2. Desain Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Tiga

Dimensi... ... . 20

G. Hasil Belajar Matematika... 21

H. Hasil Penelitian yang Relevan... 28

I. Kerangka Berpikir... 28

J. Hipotesis Penelitian Tindakan... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Rancangan Siklus Penelitian ... 30

1. Perencanaan ... 30

2. Pelaksanaan Tindakan ... 31

3. Observasi... 31

4. Refleksi... 32

C. Subjek Penelitian ... 33

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 33

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 35

1. Data………. . 35

2. Sumber Data……… 35

H. Instrumen Pengumpul Data ... 36

1. Tes Hasil belajar………... 36

2. Lembar Observasi ... 37

3. Catatan Lapangan ... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ... 38

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan……….. 38

K. Analisis Data dan Interpretasi Data……… 39

1. Analisis Data Hasil Observasi………. 39

2. Analisis Hasil Tes Belajar ... 40

(12)

xi

a. Tahap Perencanaan ... 41

b. Tahap Pelaksanaan ... 42

c. Tahap Observasi ... 48

d. Tahap Refleksi ... 51

2. Siklus II ... 53

a. Tahap Perencanaan ... 53

b. Tahap Pelaksanaan ... 53

c. Tahap Observasi ... 59

d. Tahap Refleksi ... 63

B. Analisis Data ... 64

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 65

D. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I... . 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus II ... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa………… 37

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa………… 37

Tabel 3.5 Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru ... 39

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I………49

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa dengan Media Tiga Dimensi Siklus I……... 50

Tabel 4.4 Hasil Refleksi Siklus I ... 52

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II………... 60

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II ... 61

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa dengan Media Tiga Dimensi Siklus II ... 62

Tabel 4.8 Hasil Refleksi Siklus II ... 63

(14)

xiii

Penelitian Tindakan Kelas Dengan Media Tiga Dimensi…

Gambar 4.1 Contoh Media Tiga Dimensi Bangun Ruang……….42 Gambar 4.2 Aktivitas Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Siklus I…………. 44

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I……….. 1a

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran Siklus II………. 1b Lampiran 3 Contoh Jawaban Tes Akhir Siklus I……… 1c Lampiran 4 Contoh Jawaban Tes Akhir Siklus II……….. 1d Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I……… 1e Lampiran 6 Instrumen Tes Akhir Siklus I………. 1f Lampiran 7 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I……… 1g Lampiran 8 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II……….. 1h Lampiran 9 Instrumen Tes Akhir Siklus II……… 1i Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II……….. 1j Lampiran 11 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I……….. 1k Lampiran 12 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I……... 1L Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus I……… 1m Lampiran 14 Catatan Lapangan Siklus II……….. 1n Lampiran 15 Nilai Ulangan Siswa Sebelum Penelitian………. 1o Lampiran 16 Hasil Wawancara Sebelum Penelitian……….. 1p Lampiran 17 Hasil Tes Akhir Siklus I………... 1q Lampiran 18 Hasil Tes Akhir Siklus II………. 1r Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II…….... 1s Lampiran 20 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Guru Siklus II……... 1t Lampiran 21 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa………... 1u Lampiran 22 Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru……… 1v

Lampiran 23 Peningkatan Hasil Belajar Siswa………. 1w Lampiran 24 Lembar Uji Referensi……….. 1x Lampiran 25 Surat Bimbingan Skripsi………. 1y Lampiran 26 Surat Permohonan Izin Penelitian

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam merubah tingkah laku

manusia, karena tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan peserta

didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku agar peserta didik dapat menjadi

utuh dan hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam

Undang-Undang No.20 tahun 2006 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1

dinyatakan bahwa:1

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Dari uraian tersebut sangatlah jelas bahwa tanggung jawab seorang guru

tidaklah mudah dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang

kondusif. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran tidaklah selalu berjalan

lancar, tetapi adakalanya mengalami hambatan-hambatan atau kesulitan baik yang

dialami guru dalam mengajar maupun kesulitan yang dialami oleh siswa dalam

belajar.

Pada pelaksanaannya guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memahami

setiap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar, serta harus mampu

menentukan berbagai macam strategi, metode serta media pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa aktif dalam proses belajar mengajar agar kegiatan pembelajaran

lebih efektif dan efisien.

1

(17)

2

Tercapainya tujuan pembelajaran sangat tergantung pada guru dan siswa.

Guru sebagai pendidik harus mampu membuat desain pembelajaran,

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil belajar.

Sedangkan siswa sebagai orang yang terdidik memiliki peran sebagai orang yang

mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar

untuk kepentingannya.

Setiap mata pelajaran memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Oleh

karena itu, dalam mengajarkan materi pembelajaran tentu akan sangat berbeda baik

dari segi metode penyampaian, penggunaan contoh dan sebagainya yang

berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Mata pelajaran matematika selama

ini dikenal sangat sulit baik yang dialami oleh siswa dalam belajar, maupun yang

dialami oleh guru dalam mengajarkannya, sehingga seorang guru dan siswa harus

benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai maksimal.

Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang

digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik

pula.2 Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran matematika adalah bagaimana cara merancang media dalam menyampaikan materi

agar materi dapat diterima dengan mudah dan siswa dapat mengingat materi

tersebut lebih lama. Selain itu, dalam menentukan media pembelajaran guru harus

mengetahui terlebih dahulu macam-macam aspek pembelajaran yang diajarkan,

baik itu aspek kognitif, afektif maupun aspek psikomotorik.

Menurut Van de Henvel-Panhuizen dalam Zainuri bila anak belajar

matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat

lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika.3

Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran matematika dapat diukur

dengan tingkat pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar. Dengan

2

Arsyad Azhar, Media pembelajaran, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta , 2011), h. 67 3

(18)

berakhirnya proses pembelajaran, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar yang

merupakan hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru serta murid di salah satu MI

di Depok diperoleh informasi bahwa dalam menjelaskan materi bangun ruang,

guru hanya menggunakan gambar yang ada pada buku paket dan menugaskan

siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan dari LKS. Hal tersebut membuat siswa

merasa sulit dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan bangun ruang, karena

siswa masih harus membayangkan wujud asli dari bangun ruang tersebut. Sehingga

pemahaman yang diperoleh siswa masih bersifat abstrak. Seperti pendapat yang

dikatakan oleh Eva salah satu murid di MI tersebut mengatakan: ”belajar bangun

ruang susah bu, soalnya diajarinnya pake buku paket. Jadi kalo liat gambarnya saya masih bingung kalo disuruh nyebutin sifat-sifatnya”. Selain permasalahan tersebut diperoleh juga informasi lain bahwa nilai kriteri ketuntasan minimum

(KKM) matematika di MI tersebut masih rendah yaitu 60. Namun, meskipun

demikian masih banyak siswa yang nilai hasilnya belajarnya masih di bawah

KKM. Data tersebut diperoleh dari hasil ulangan harian siswa yang menunjukkan

bahwa ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 66.7% (20 siswa) sedangkan

33.3% (10 siswa) belum mencapai nilai KKM.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, ada banyak cara yang dapat dilakukan

guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru dapat memilih dan menggunakan

media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara

fisik maupun mental sehingga materi yang diajarkan oleh guru menjadi lebih

konkrit dan siswa akan mengingatnya dalam jangka waktu yang lama.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam

mencapai keberhasilan pada proses pembelajaran. Media memiliki peran yang

sangat penting, yaitu sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi

antara komunikator dan komunikan. Sehingga dapat kita pahami bahwa media

pembelajaran adalah sesuatu yang dapat dijadikan sarana penghubung untuk

(19)

4

Banyak media pembelajaran yang dapat guru gunakan untuk menunjang

kegiatan pembelajaran, namun seringkali sekolah terbentur pada kendala

kemampuan dalam pengadaannya. Terutama saat dihadapkan pada harga media

yang harus dibelanjakan tidak dapat terjangkau oleh sekolah. Menghadapi hal ini

sekolah melalui para guru harus memiliki daya kreasi yang tinggi agar dapat

menciptakan sendiri media pembelajaran tersebut.

Dalam proses belajar mengajar masih ditemui adanya kesenjangan antara

kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan,

keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sehingga penggunaan media tiga

dimensi diharapkan turut dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan awal

siswa yang dimaksud dengan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki

siswa sebelum ia memiliki kegiatan instruksional.4

Salah satu media pembelajaran yang peneliti maksudkan adalah media tiga

dimensi, yaitu bentuk-bentuk bangun ruang seperti limas segitiga, limas segiempat,

balok, kubus, prisma tegak segitiga, prisma tegak segilima, tabung dan kerucut

yang dibuat dari bahan dasar karton. Media tiga dimensi dapat digunakan untuk

membantu pemahaman siswa terkait materi yang masih abstrak. karena media tiga

dimensi dapat menunjukkan tampaknya suatu benda yang masih abstrak menjadi

suatu benda yang bersifat konkret. Untuk itu, dalam pembelajaran matematika pada

materi bangun ruang, informasi yang diterima oleh siswa akan lebih optimal jika

pada pelaksanaan pembelajarannya guru menggunakan media tiga dimensi.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kiranya perlu

diadakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam hal ini penulis mengangkat

judul “Penggunaan Media Tiga Dimensi untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa”.

4

(20)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang

dapat dikemukakan, antara lain:

1. Kualitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.

2. Proses pembelajaran matematika yang terjadi masih satu arah yaitu guru

sebagai pusat pembelajaran (teacher center)

3. Pembelajaran yang disampaikan guru masih bersifat abstrak

4. Minimnya penggunaan media pendukung pembelajaran matematika.

5. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini masalah yang disajikan dibatasi pada:

1. Media yang digunakan oleh peneliti adalah media tiga dimensi, yaitu

bentuk-bentuk bangun ruang sederhana seperti prisma tegak, balok, kubus, tabung,

limas dan kerucut yang dibuat dari bahan kertas karton.

2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek kemampuan memahami,

mengaplikasikan dan kemampuan menganalisis.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar

matematika siswa?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan dengan

(21)

6

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan

media tiga dimensi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan untuk

mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa meningkat setelah diajarkan

dengan menggunakan media tiga dimensi.

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi guru

Diharapkan akan dapat membantu mempermudah guru dalam menyampaikan

materi bangun ruang dan untuk menambah literature guru tentang media

pembelajaran.

2. Bagi siswa

Untuk belajar, khususnya dalam mempelajari mata pelajaran matematika

tanpa rasa jenuh. Siswa juga diharapkan mampu meningkatkan keaktifan

mereka di kelas dalam memahami konsep bangun ruang.

3. Bagi sekolah

Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pijakan bagi lembaga sekolah

sekaligus sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan hal-hal yang

berkaitan dengan pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan hasil

belajar siswa dan bagi saya selaku peneliti Sebagai sarana untuk menambah

wawasan tentang pembelajaran di sekolah dan sebagai pengalaman yang

sangat berharga dalam mengimplementasikan media tiga dimensi di lapangan

(22)

7 A. Pengertian Belajar

Menurut Bachtiar belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang

terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi

hingga dia ke liang lahat nanti. Salah pertanda bahwa seseorang telah belajar

adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku

tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif),1 sedangkan pengertian belajar menurut Dr. Nana Sudjana bahwa belajar dan

mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat

dibedakan yakni tujuan pembelajaran (instruksional), pengalaman (proses)

belajar mengajar dan hasil belajar.2

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu

proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu

ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan

adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan

dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum.3 Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman

atau latihan.4 Perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berupa perolehan

1

Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006), h. 2

2

Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.2

3

Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2006), h. 11-12

4

(23)

8

perilaku yang baru atau perbaikan perilaku yang sudah ada. Perubahan tingkah

laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat perilaku yang baik (positif) atau

perilaku yang buruk (negatif). Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk,

mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau

berarti dengan pengalaman atau latihan.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan

perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang

kembali, seperti perubahan perilaku akibat alkohol atau minuman keras. Tingkah

laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek

kepribadian tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan,

kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.

Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah.

Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku

yang baik, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu

dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif atau negatif.

Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah

rumusan tingkah laku yang di harapkan dapat di kuasai oleh siswa setelah

menerima atau menempuh pengalaman belajarnya, sedangkan hasil belajar

adalah kemampuan kemampuan yang di miliki siswa setelah siswa tersebut

menerima pengalaman belajarnya.5

1. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan belajar

Berdasarkan pengertian belajar yang telah diuraikan di atas, maka belajar

sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:

1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun

potensial.

5

(24)

2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

Belajar sebagai suatu aktifitas internal psikologis, meskipun prosesnya sulit

untuk dilihat secara nyata, tetapi kriteria persyaratan dalam proses belajar itu

dapat ditetapkan berdasarkan kondisi yang fundamental dalam setiap kegiatan

belajar. Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang

fundamental pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:

1) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.

2) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau bahan

atau materi yang akan dipelajari.

3) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan

motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis.

4) Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.

Keempat kondisi yang fundamental dalam kegiatan belajar tersebut sekarang

sudah harus menjadi dasar orientasi didaktis guru dalam mengelola kegiatan

belajar mengajar, yaitu guru dalam setiap mengajar harus dimulai dengan

membangkitkan minat atau motivasi kepada siswa, kemudian menciptakan

situasi belajar mengajar yang merangsang atau menantang siswa untuk belajar

dan akhirnya guru dalam setiap mengajar harus mengadakan evaluasi (post test) untuk mengukur/menetapkan taraf pencapaian keberhasilan siswa, agar siswa

mengetahui apakah belajarnya sudah berhasil memperoleh ganjaran atau belum.

Apabila siswa belum berhasil, maka sebagai tindak lanjut kegiatan evaluasi guru

harus memberikan pengajaran remedial kepada siswa yang membutuhkan.

2. Tujuan Belajar

Menurut paradigma Behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan

dari ekspert ke novice. Berdasarkan konsep ini peran guru adalah menyediakan

dan menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, siswa dipersepsi

berhasil mencapai tujuan belajar apabila mereka tunduk menerima pengetahuan

(25)

10

tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari ada pula yang kurang begitu

disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan

perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif

serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar

mengajar di sekolah.6 Tujuan sebagai arah dalam proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai siswa

setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.7 Hal itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai

persoalan pembelajaran. Tujuan penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya

proses latihan dalam jabatan dan pemberian layanan pembelajaran yang akurat,

dengan demikian siswa akan lebih banyak berlatih untuk dapat mengaplikasikan

berbagai tindakan alternatif sebagai upaya meningkatkan kemampuan

pembelajaran.8

Dalam bukunya Hamzah B. Uno yang berjudul Assesment Pembelajaran

dikatakan bahwa tujuan pembelajaran diarahkan pada salah satu kawasan dari

Taksonomi Benyamin S. Bloom yang meliputi:

1. Kawasan kognitif.

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran

berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan

sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini

terdiri dari enam tingkatan yang secara hierarki berurut dari yang paling

rendah (pengetahuan) sampai yang paling tinggi (evaluasi) yakni tingkat

pengetahuan (knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat penerapan (application), tingkat analisis (analysis), tingkat synthesis dan tingkat evaluasi.

6

Daryanto. Media Pembelajaran, (PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera: Bandung, 2012), h. 2

7

Dr. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung , 2011), h. 22

8

(26)

2. Kawasan afektif (sikap dan perilaku)

Kawasan afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap,

nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.

Tingkatan afeksi ini ada lima dimulai dari yang paling sederhana sampai

yang kompleks yaitu: kemauan menerima, kemauan menanggapi,

berkeyakinan, mengorganisasi, dan pembentukan pola.

3. Kawasan psikomotor

Dalam bukunya Symson domain psikomotor meliputi enam domain mulai

dari tingkat paling rendah, yaitu persepsi sampai tingkat keterampilan

tertinggi yaitu penyesuaian dan keaslian yang dapat diuraikan sebagai

berikut: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, geraksn terbiasa, gerakan

yang kompleks, penyesuaian dan keaslian. 9

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar

Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar pada siswa disetiap

jenjang dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber

daya manusia yang dapat menunjang pembangunan nasional. Oleh sebab itu,

upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan oleh

guru dan salah satu upaya yang dimaksud adalah penggunaan media pengajaran

dalam proses belajar mengajar yang diharapkan dapat mempertinggi kualitas

proses belajar mengajar dengan cara mempengaruhi motivasi siswa dalam

belajar.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa,

yaitu; faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang

berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal), yaitu:

1. Faktor internal

a. Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan, keadaan cacat

jasmani, kemampuan belajar siswa dan kondisi fisik dari siswa tersebut.

9

(27)

12

b. Faktor psikologis, yaitu; inteligensi (afekktif), perhatian, minat dan

bakat, motiv dan motivasi, kognitif dan daya nalar.10 2. Faktor eksternal

a. Faktor-faktor lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti:

keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat

letak gedung sekolah, dan sebagainya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya

termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

b. Faktor-faktor instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,

sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi

pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

c. Faktor-faktor kondisi internal siswa

Faktor kondisi siswa ini sebagaimana telah diuraikan di atas ada dua

macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa.

Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan

kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan

pendengaran.

Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa adalah faktor minat, bakat, inteligensi, motivasi dan

kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan persepsi, ingatan,

berfikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang

dimiliki siswa.11

10

Yudhi Munadi. Media Pembelajaran, (Gaung Persada: jakarta 2008), h.21-30 11

(28)

B. Media Pembelajaran

Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses

komunikasi.12 Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar, ada

beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran.

Pertama media grafis seperti gambar media grafik atau biasa disebut media dua dimensi yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua media tiga dimensi, yaitu model padat (solide model, model susun, diorama dan lain-lain). Ketiga

model film seperti OHP dan lain-lain.13 Hal tersebut membuktikan bahwa media adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan untuk

merangsang pikiran, perasaan, serta kemauan audien (siswa) sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

Media pembelajaran dapat menambah kualitas motivasi belajar siswa dalam

proses pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan mutu

hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa yang bersangkutan, hal tersebut terjadi

karena penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa tertarik sehingga

motivasi siswa dalam belajar semakin meningkat dan siswa juga akan lebih

mudah memahami materi yang diajarkan, yang pada akhirnya siswa dapat

berinteraksi secara langsung dan tidak hanya sekedar mendengarkan penjelasan

yang disampaikan oleh guru.

Media pembelajaran memiliki posisi yang strategis sebagai perantara dalam

proses interaksi antara siswa dengan guru. Kedudukan media pembelajaran

sebagai mediator yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar yang

diinginkan. Pada penggunaan media tiga dimensi dalam pelajaran matematika

yang berupa bentuk bangun ruang memiliki posisi sebagai alat komunikasi antara

guru dan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

12

H. Rayandra Asyhar, M,Si. Kreatif Mengembangkan media Pembelajaran, (Referensi Jakarta: Jakarta. 2012), h. 5

13

(29)

14

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur

peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software).14 Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan proses dan hasil belajar, karena dengan media pembelajaran

hal-hal yang abstrak dapat di kongkretkan sehingga siswa akan lebih mudah dalam

memperoleh informasi terkait materi yang diajarkan oleh guru.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa media pembelajaran sangat membantu

dalam upaya mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik harus mempunyai

keterampilan dalam penggunaannya.

Selain dapat menyalurkan pesan, media pembelajaran juga mempunyai

banyak manfaat dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan

sarana perantara dalam proses pembelajaran. Selain itu media pembelajaran juga

berperan sebagai salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan

dari komunikator menuju komunikan. Dengan demikian Perolehan pengetahuan

siswa akan semakin abstrak apabila pesan disampaikan melalui kata verbal. Hal

ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di

dalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh

sebab itu, sebaliknya siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang

ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan.

Dalam penerapannya media pembelajaran memiliki aspek-aspek kegunaan

diantaranya adalah:15

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan

sumber belajar.

14

Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (PT Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2007), h. 5 15

(30)

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori dan kinestetiknya.

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Kegunaan-kegunaan tersebut tetap menuntut keaktifan dan kekreatifan guru yang

bersangkutan dalam proses belajar mengajar.

C. Kriteria Pemilihan Media

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses

belajar mengajar. Tidak semua media pembelajaran bisa diterapkan pada setiap

mata pelajaran yang disampaikan, hal tersebut memerlukan penyesuaian dengan

mata pelajaran yang akan disampaikan. Media pembelajaran memiliki

keanekaragaman, dan karena beraneka ragamnya media tersebut, maka

masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dalam penggunaan

media pembelajaran hendaknya guru melakukan proses pemilihan media yang

dianggap sesuai untuk digunakan pada materi yang diajarkan. Berkaitan dengan

hal tersebut ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan

media diantara adalah:16

1. Hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih

media, karena sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang

digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.

3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius

bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor

umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak

menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran.

16

(31)

16

4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain

sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi

pertimbangan seorang guru.

5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan

kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan

yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang

dengan hasil yang akan dicapai.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan

efisiensi pembelajaran, media pembelajaran yang diterapkan dalam suatu

pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan hal yang sesuai dengan yang

diharapkan atau dengan kata lain dikatakan tujuannya telah tercapai.17

D. Media Tiga Dimensi

Menurut H. Ryandra Ashar media tiga dimensi memiliki arti sebuah media

yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai

dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal, kebanyakan merupakan objek

sesungguhnya (real object).18 Sedangkan menurut Moedjiono bahwa media tiga dimensi memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat menunjukkan objek

secara utuh baik konstruksi maupun cara kerja, dapat emmberikan pengalaman

secara langsung, penyajiannya secara konkrit dan menghindari verbalisme.

Media tiga dimensi yang digunakan dalam pembelajaran matematika di

sekolah dasar umumnya memiliki bentuk yang sederhana baik dalam penggunaan

dan pemanfaatannya maupun dalam proses produksinya karena tidak memerlukan

keahlian khusus dalam penggunaannya, dapat dibuat sendiri oleh guru dan

bahannyapun dapat diperoleh dengan mudah di lingkungan sekitar kita.

17

Dra. Erna Suwangsih, S.Pd., M.Pd. Model Pembelajaran Matematika (UPI PRESS: Bandung, 2006), h.179

18

(32)

Pada penerapan penggunaan media tiga dimensi untuk siswa sekolah dasar

penulis menggunakan media tiga dimensi bangun ruang yang terdiri dari beberapa

benda diantaranya; kubus, balok, kerucut, prisma dan bola. Media pembelajaran

digunakan agar siswa memiliki gambaran nyata tentang bangun ruang dalam

pelajaran matematika.

Seperti dijelaskan di atas, bahwa media tiga dimensi yang digunakan

tergolong sederhana dan mudah dalam penggunaanya serta bahannya dapat

diperoleh dari lingkungan di sekitar, maka pemilihan bahan dasar seperti kayu,

kertas-kertas bekas (bubur kertas), plastik, dan beberapa sisa sampah plastik dapat

digunakan untuk membuat media tiga dimensi tersebut. Hal itu dapat dilakukan

sendiri oleh guru yang bersangkutan atau juga dapat mengajak siswa untuk ikut

berperan aktif dalam proses pembuatannya.

E. Jenis dan Karakteristik Media Tiga Dimensi

Setiap jenis media memiliki jenis dan karakteristik masing-masing begitu

juga pada media tiga dimensi. Masing-masing menampilkan fungsi tertentu dalam

menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Dalam bukunya Nana

Sudjana mengatakan media tiga dimensi memiliki lima model, yakni model padat,

model penampang, model kerja, mocks-up dan diorama.19 Penggunaan model padat (bangun ruang) media tiga dimensi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Praktis dalam penggunaannya

2. Mampu menyajikan teori dan praktik secara terpadu

3. Melibatkan siswa dalam penggunaannya

4. Pesan yang sama dapat disebarkan kepada siswa secara serentak

5. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera

Penggunaan bangun ruang pada pelajaran matematika pada siswa sekolah

dasar memiliki manfaat yang sangat baik bagi perkembangan motorik siswa,

karena siswa dapat berinteraksi langsung mengenai materi bangun ruang yang

19

(33)

18

sedang dibahas, dan dapat memegang benda yang dimaksud untuk mengetahui

bagian-bagian sudutnya, volume dan ukurannya. Selain itu unsur warna yang

melekat pada media tiga dimensi itu juga dapat membuat siswa lebih tertarik

dalam mempelajari bangun ruang secara khusus dan pelajaran matematika pada

umumnya.

F. Desain Pembelajaran Menggunakan Media Tiga Dimensi

1. Penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika Optimalisasi proses dan hasil belajar mengacu pada upaya agar proses

belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil

belajar sesuai yang diharapkan dengan kata lain optimalisasi proses dan hasil

belajar adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa

mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar.

Pencapaian hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses

belajar yang optimal pula. Oleh karena itu, agar proses dan hasil belajar optimal

maka dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan sampai

pada tahap penilaian harus dipersiapkan dan dilaksanakan secara baik pula.

Penggunaan media tiga dimensi pada mata pelajaran matematika harus berkenaan

dengan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa

dalam belajar.

Dalam proses belajar mengajar terkadang diperlukan adanya interaksi

langsung antara siswa dengan guru sehingga media belajar memiliki posisi

penting yang diharapkan dapat menjembatani antara kualitas kemampuan siswa

dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Pemanfaatan media pembelajaran dikaitkan erat dengan peningkatan

kualitas pembelajaran yang diharapkan. Pemanfaatan media pembelajaran oleh

guru diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna,

memfasilitasi proses interaksi antara siswa dan guru, sesama murid, serta

memeperkaya pengalaman belajar siswa. Hal ini dipercaya mampu mengubah

suasana belajar yang pasif menjadi aktif melalui beragam sumber belajar yang

(34)

Penggunaan media tiga dimensi merupakan salah satu metode guru dalam

menyampaikan materi atau bahan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah

menyerap informasi yang diberikan guru karena dengan menggunakan media tiga

dimensi siswa dapat melihat langsung benda-benda yang dimaskud.20

Dalam penerapannya pada mata pelajaran matematika, penggunaan media

tiga dimensi haruslah berkaitan dengan bahan ajar yang akan disampaikan.

Penggunaan media tiga dimensi yang sesuai dengan bahan ajar ketika pembehasan

materi bangun ruang. Hal tersebut digunakan agar siswa mengetahui secara detail

segala hal yang berkaitan dengan bangun ruang. Seperti sifat-sifat bangun ruang,

jaring-jaring dari benda-benda bangun ruang serta penyelesaian masalah yang

berkaitan dengan bangun ruang yang akan dibahas.

Benda tiga dimensi yang akan difungsikan sebagai media pembelajaran

dibawa langsung ke dalam kelas sesuai dengan fungsinya dalam hal pemanfaatan

media bangun ruang, selain kreatifitas guru, pertimbangan instruksional juga

menjadi salah satu faktor yang menentukan. Dalam hal ini guru dituntut berperan

aktif untuk mampu menjelaskan komponen-komponen yang menyangkut tentang

bangun ruang.

Matematika erat kaitannya dengan konteks kehidupan nyata. Dengan

demikian sebagai tenaga pengajar, guru harus mampu menstransfer ilmu dengan

menggunakan berbagai macam cara agar materi yang diajarkan kepada siswa

dapat diterima dengan mudah dan tujuan pembelajaranpun dapat tercapai. Salah

satu cara yang dapat dilakukan guru dalam proses pembelajaran matematika

adalah dengan menggunakan media pembelajaran sebagai alat/ sarana

penghubung untuk mencapai pesan yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan

belajar. Media yang dimaksudkan disini adalah media tiga dimensi, yaitu sebuah

media yang dapat dilihat dari segi mana saja.

Media yang digunakan dalam proses pembelajaran dibuat sesederhana

mungkin, dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami

materi yang akan disampaikan. Walaupun demikian media tiga dimensi sebagai

20

(35)

20

alat dan sumber pengajaran tidak dapat menggantikan guru sepenuhnya yang

artinya media tersebut tetap memerlukan guru sebagai fasilitator dalam

penyampainnya agar dapat meningkatkan kualitas pengajaran dari mata pelajaran

matematika.21

2. Desain pengembangan pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi

Ketersediaan media pembelajaran di berbagai sekolah bisa dikatakan belum

merata, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; kondisi

lingkungan, kemampuan pengelolaan sekolah dan wilayah keberadaan sekolah

dapat mempengaruhi ketersediaan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan

banyak ragam media pembelajaran yang digunakan guru sebagai alat untuk

menyampaikan materinya. Pada kondisi dimana ragam dan jumlah media

pembelajaran yang tersedia masih sangat kurang, maka perlu dilakukan

pengembangan dan produksi media pembelajaran secara bertahap oleh guru, baik

secara berkelompok, sendiri, atau melibatkan pihak lain (siswa, guru,

masyarakat).

Pengembangan media pembelajaran sangat penting artinya untuk mengatasi

kekurangan dan keterbatasan media persediaan media yang ada. Disamping itu

media yang dikembangkan sendiri oleh guru atau pendidik dapat menghindari

ketidaktepatan (mis match) karena dirancang sesuai kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan masing-masing. Lebih dari itu, juga dapat

meningkatkan kreatifitas dan kemampuan inovasi para guru sehingga lahirlah

profesionalitas pendidik.22

Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi

dengan penyusunan dokumen pembelajaran lainnya seperti; kurikulum, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lain-lainnya. Yang artinya setelah dokumen

21

Dr. Nana Sudjana. Media Pengajaran, (Sinar Baru Algensindo: Bandung, 2010), h. 7 22

(36)

pembelajaran tersebut siap disusun dilanjutkan dengan pengadaan atau persiapan

media pembelajarannya sebagai sumber belajar dan alat bantu dalam proses

pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pengajaran dimana

media tiga dimensi yang digunakan haruslah sesuai dan terintegrasi dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran.23

Kedudukan media pembelajaran dalam komponen metode mengajar sebagai

salah satu upaya untuk memperbaiki proses interaksi guru-siswa, dan interaksi

siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu, fungsi utama dari media

pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yakni sebagai penunjang

penggunaan metode mengajar yang dipergunakan oleh guru.

G. Hasil Belajar Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah

dasar. Seorang guru sekolah dasar yang akan mengajarkan matematika kepada

siswanya hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan diajarkannya.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara

empiris. Kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara

analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk

konsep-konsep matematika. Supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk

itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka

digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global

(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari.24 Russefendi dalam buku model pembelajaran matematika karya Erna Suwangsih,

23

Ibid, h. 94

24

(37)

22

mengatakan bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil dimana

dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah

matematika disebut ilmu deduktif.25

Menurut Bourne, matematika merupakan konstruktivisme sosial dengan

penekanannya pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai makhluk yang

aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan

lingkungannya.26

Secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut:27 1) Matematika struktur yang terorganisasi

Matematika merupakan suatu bangunan terstruktur yang terorganisasi.

Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi

aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema.

2) Matematika sebagai alat (tool), artinya matematika dipandang sebagai alat dalam mencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3) Matematika sebagai pola pikir deduktif, artinya sutu teori atau pernyataan

dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan

secara deduktif (umum).

4) Matematika sebagai cara bernalar, karena matematika memuat cara

pembuktian yang sahih, rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat

penalaran matematika yang sistematis.

5) Matematika sebagai bahasa yang atifisial, artinya bahasa matematika baru

memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.

6) Matematika sebagai seni yang kreatif. Karena penalaran yang logis dan

efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan

25

Ibid, h. 4

26

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2008), h. 19

27

(38)

menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya

seni berpikir yang kreatif.

Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD:28

1) Pembelajaran matematika mengunakan metode spiral. Dimana pembelajaran

matematika atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau

menghubungkan dengan topik sebelumnya.

2) Pembelajaran matematika bertahap. Materi pelajaran matematika diajarkan

secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju

konsep yang lebih sulit.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif. Misalnya dalam

pengenalan bangun-bangun ruang tidak dimulai dari definisi, tetapi dimulai

dengan memperhatikan contoh-contoh dari bangun ruang tersebut dan

mengenal namanya serta menentukan sifat-sifat yang terdapat pada bangun

ruang tersebut sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang

itu.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi. Artinya tidak

ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang

lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar jika didasarkan pada

pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Konsep-konsep matematika

tidak dapat diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang

relevan. Guru hendaknya dapat membantu pemahaman suatu konsep dengan

pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif.

Artinya siswa dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan

dengan pengalaman yang sudah dimilikinya.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil

28

(39)

24

belajar, yakni; (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian,

(c) sikap dan cita-cita.29

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil

belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi

kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan

nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang

secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah

afektif dan ranah psikomotoris.

1. Ranah Kognitif

a. Tipe hasil belajar : pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge

dalam Taksonomi Bloom. Ada beberapa cara untuk mengingat dan

menyimpan knowledge dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan

keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna.

b. Tipe hasil belajar : pemahaman

Tipe hasil belajar ini lebih tinggi daripada pengetahuan karena pemahaman

menuntut kemampuan menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri

sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah

dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

c. Tipe hasil belajar: aplikasi

Yaitu penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus yang

mungkin dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Mengulang-ulang

penerapannya pada waktu yang lama akan berdampak menjadi pengetahuan,

hafalan atau keterampilan.

d. Tipe hasil belajar : analisis

29

(40)

Yaitu usaha memilah sesuatu intregitas menjadi unsur-unsur atau

bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya (susunannya). Dengan analisis diharapkan

seseorang mempunyai pemahaman komprehensif dan dapat memilah

integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu dalam memahami

sistematikanya.

e. Tipe hasil belajar: sintesis

Yakni terdapatnya penyatuan unsure-unsur atau bagian-bagian ke dalam

bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis adalah berpikir divergan yang hasil

pemecahan atau jawabannnya belum dapat dipastikan, berpikir sintesis

merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.

f. Tipe hasil belajar : evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil dan

lain-lain. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.30 2. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penialaian hasil afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap

pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman-teman

sekelas, kebiasaan di kelas dan hubungan social. Adap beberapa jenis

kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dari tingkat dasar

atau sederhana sampai yang kompleks, yaitu:

a. Rechiving/ Attending

Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi dari luar)

yang datang kepada siswa tersebut dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan

lain-lain.

30

(41)

26

b. Responding atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan kepada seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar yang mencakup ketepatan reaksi,

perasaan, kepuasaan dalam menjawab stimulus yang datang pada dirinya.

c. Valuing (penilaian)

Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi

diantaranya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman dan

kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain prioritas nilai dan

pemantapan.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system

nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi kepribadian dan

tingkah lakunya.

3. Ranah psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan bertindak individu. Pada hasil belajar psiomotorik terdapat enam tingkatan

keterampilan.

a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. Kemapuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif,

motoris dan lain-lain.

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya keuatan, keharmonisan dan

ketepatan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.31

31

(42)

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-mengajar yang

optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:32

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa.

b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

c. Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan

lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari

aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan

pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan

mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai

dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan kemampuan kognitif yang

dimiliki siswa tentang materi bangun ruang melalui proses pembelajaran. Dalam

penelitian ini, hasil belajar ranah kognitif diukur dengan mengamati apakah

siswa sudah mampu memahami, mengaplikasikan serta menganalisis materi

bangun ruang yang diajarkan oleh guru. Pemahaman yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang melalui benda-benda tiga dimensi yang ditampilkan oleh guru. Pada aspek

mengaplikasikan siswa diharap mampu membuat berbagai macam jaring-jaring

bangun ruang sederhana dan terakhir pada aspek menganalisis siswa diharapkan

mampu memilih berbagai macam jaring-jaring yang dapat membentuk bangun

ruang tertentu.

32

(43)

28

H. Hasil penelitian yang relevan

a. Hamzan Wadi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) di SD kelas V

pada pembelajaran IPA. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan

bahwa penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 2 Jembe tahun pelajaran

2012/2013.33

b. Vivi Luthfiah, melakukan penelitian eksperimen semu dengan rancangan

penelitian pretest-posttest control group design. Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan teknik Purpose Sample. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan

media tiga dimensi model tiruan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X

pada konsep virus.34

I. Kerangka berpikir

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi,

penyampaian pesan dari pengantar ke penerima berupa isi atau ajaran yang

dituangkan dalam symbol-simbol komunikasi baik secara verbal maupun non

verbal yang memiliki fungsi dasar utama sebagai sumber belajar.

Berdasarkan uraian di atas media pembelajaran dapat dipahami sebagai

segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan

pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima

33

Hamzan Wadi, Skripsi, Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V SDN 2 Jembe, (Lombok, 2012).

http://eprints.umk.ac.id/1758/8/ABSTRAK.pdf. (di akses pada 23 Januari 2013)

34

(44)

pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan

cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. Pemahaman tentang konsep media

pembelajaran tidak terbatas hanya pada peralatan, tetapi yang lebih utama yaitu

pesan atau informasi yang disajikan melalui peralatan tersebut.

Setiap jenis media memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing

dalam proses penggunaannya, media pembelajaran yang dirancang dengan baik

dapat merangsang timbulnya proses atau dialog mental pada diri siswa. Media

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media tiga dimensi, yaitu sekelompok

media yang dapat diamati dari arah pandang manapun dan memiliki dimensi

panjang, lebar, tinggi/tebal.

Penggunaan media tiga dimensi menjadikan siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dan mudah menerima serta memahami konsep yang diajarkan oleh

guru. Penggunaan media tiga dimensi bentuk bangun ruang dalam mata pelajaran

matematika menuntut guru untuk kreatif dalam memilih serta menggunakannya.

Adanya media pembelajaran tiga dimensi membantu tugas guru sebagai

fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran sehingga bukan hanya guru

saja yang aktif, tetapi siswa juga aktif menemukan pengetahuan dan

keterampilannya sendiri, yang pada akhirnya tujuan dari kegiatan belajar

mengajar tersebut dapat tercapai yakni meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pada materi bangun ruang kelas V di MI Terpadu Fatahillah

Cimanggis Depok.

J. Hipotesis Penelitian Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan landasaan teori dan

kerangka berpikir maka hipotesis penelitian tindakan dalam penelitian ini adalah

pembelajaran melalui penggunaan media tiga dimensi dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa pada materi bangun ruang di kelas V MI Terpadu

(45)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Terpadu Fatahillah yang beralamat di Jl.

Raya Bogor Km 31 No. 25 Kel. Cisalak Pasar Kec. Cimanggis Kota Depok.

Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas V MI Terpadu Fatahillah

pada tahun ajaran 2013/2014 semester genap. Penelitian ini dilakukan selama

bulan Februari hingga Maret 2014.

B. Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau lebih

dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambung, yaitu tahap

perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).1

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:

a. Menyusun perencanaan pelaksanaan penelitian yang mencakup

diantaranya membuat RPP, mempersiapkan bahan ajar terkait materi

bangun ruang dengan menggunakan metode yang sesuai yaitu diskusi

dengan pendekatan kelompok.

b. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar

guru untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika

proses pembelajaran dengan menggunakan media tiga dimensi

berlangsung.

1

Gambar

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Dengan Media Tiga Dimensi…Gambar 4.1  ......... 32 Contoh Media Tiga Dimensi Bangun Ruang…………………….42
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas dengan Media Tiga Dimensi
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tiga ratus enam puluh drajat artinya satu lingkaran penuh// Bila fotografer pada umumnya memajang karyanya di dalam bingkai datar/ sosok lelaki Jauhari lain//

Combes dan Nimmo.1983.Propaganda Baru Kediktatoran Perundingan Dalam Politik Masa Kini.Bandung.PT Remaja Rosdakarya • Jill Steans dan Lloyd Pettiford.1966.International

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPENMELALUI PENDEKATAN SAINTIFIKDENGAN MEDIA GAMBAR DAN TEKNIK TRANSFORMASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sedangkan variabel

Hambatan yang dihadapi klub Persema dalam pelaksanaan pemenuhan hak pemain sepak bola dalam kontrak antara pemain dengan klub yaitu karena tidak adanya dana konsorsium yang

berkenaan dengan ilmu pengetahuan contohnya adalah, “ilmu pengetahuan dianggap baik apabila memberikan manfaat yang berarti. Dalam paradigma, unsur yang mencakup.. tentang

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Takalar, dengan jumlah pegawai yang diteliti sebanyak 51 orang yang terdiri dari pegawai ASN dan Honorer,

Guna merespon situasi paradoksal pembangunan tersebut dan menyongsong tantangan pembangunan berkelanjutan 2030, Universitas Brawijaya (UB) berupaya berpartisipasi secara