• Tidak ada hasil yang ditemukan

UMPASA DALAM ACARA ADAT BATAK TOBA MANULANGI NATUA-TUA DI KECAMATAN PAGARAN TAPANULI UTARA (KAJIAN PRAGMATIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UMPASA DALAM ACARA ADAT BATAK TOBA MANULANGI NATUA-TUA DI KECAMATAN PAGARAN TAPANULI UTARA (KAJIAN PRAGMATIK)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

UMPASA DALAM ACARA ADAT BATAK TOBA

MANULANGI NATUA-TUA DI KECAMATAN

PAGARAN TAPANULI UTARA

(KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

RAFIKA CITRA SIMAMORA NIM 2111210002

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: jambar juhut adat batak toba

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan rahmatNyalah, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi

ini berjudul Umpasa dalam Acara Adat Batak Toba Manulangi Natua-Tua di

Kecamatan Pagaran, Tapanuli Utara(Kajian Pragmatik)” Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4.S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia dan Dosen Pengarah.

5.Dr. Wisman Hadi, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

6. Dr. Abdurahman Adisaputra., M.Hum., Dosen Pembimbing Skripsi

7. Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik.

8. Drs. Basyaruddin, M.Pd., Dosen Pengarah.

9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

10. Orang tua penulis, sang ayah yang sangat penulis cintai Rusman Simamora

dan ibu Roslin Simbolon yang setia memberikan segala perhatian dan

(7)

12. Adik-adik tercinta Ricardo Simamora, Romi Boy Simamora, Ronaldo

Simamora serta adik sayang Ricardo T Nababan yang menjadi semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

14. Tulang Tohom Simbolon, Tohap Simbolon, dan Tomson Simbolon yang

sangat mencintai penulis dan selalu membantu dibidang material serta opung

tercinta Op. Togar Br. Sihombing yang dengan segala sabar memberikan

wejangan dan perhatian selama kuliah.

15. Sahabat tersayang Delima Simangunsong dan Ristia Ulfa yang sudah menjadi

saudara, yang memberikan semangat dan yang selalu ada disetiap waktu.

16.Teman-teman seperjuangan Nondik 2011 yang selalu mendampingi. Terkhusus

buat Fransiska Wulandari Gultom, Misbah Hasanah Lubis, Yenni Yuvita

Siregar.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

5. Manullangi Natua-tua Masyarakat Batak Toba ... 21

6. Konteks dan Pragmatik ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

B.Metode Penelitian ... 24

C.Sumber Data ... 25

D.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

(9)

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 33

C.Persentase Hasil Penelitian Tindak Tutur pada Acara Adat Manulangi Natua-tua ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A.Kesimpulan ... 44

B.Saran ... 45

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Observasi……… . 26

Tabel 4.1. Tindak Tutur Umpasa dalam Acara Adat Batak Toba

Manulangi Natua-Tua……… 28

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Gambar………. 49

Lampiran 1. Glosarium ... 59

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi bahasa dalam hidup manusia ialah sebagai alat

komunikasi. Baber (1964;21) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem

tanda yang berhubungan dengan lambang bunyi-bunyi suara dan digunakan oleh

suatu kelompok masyarakat untuk berkomunikasi dan bekerjasama. Apa yang

dipikirkan oleh pemilik bahasa itu tersimpan dalam bahasanya. Bangsa Indonesia

adalah bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan budaya, juga

bahasa yang berbeda. Salah satu dari suku bangsa tersebut adalah suku bangsa

batak yang menyebutkan bahasa mereka adalah bahasa Batak. Bahasa Batak

sebenarnya merupakan nama sebuah rumpun bahasa yang berkerabat yang

dituturkan di Sumatera Utara. Mereka menggunakan aksara Batak.

Bahasa Batak Toba adalah bahasa yang digunakan suku Batak. Dalam

Bahasa Batak Toba ada juga yang disebut dengan pantun, yang dalam bahasa

Batak Toba disebut Umpasa. Hal tersebut bagian dari budaya masyarakat Batak

Toba yang masih tampak peranannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan

merupakan salah satu kekayaan adat-istiadat dalam Batak Toba. Pesan

pendidikan, hiburan dan aspek sosial lainnya banyak disampaikan melalui

Umpasa tersebut. Umpasa sering dipakai masyarakat Batak Toba dalam setiap

acara adat yang merupakan budaya atau adat-istiadat dalam menyampaikan ajaran

(13)

Bagi masyarakat Batak Toba, Umpasa adalah hal yang sangat penting

dalam setiap pembicaraan adat-istiadat, terlebih pada saat hal-hal yang baik. Baik

dalam adat maupun hukum. Salah satu contoh, ketika sedang memberikan nasihat

kepada seseorang, akan lebih berkesan dan efektif kata nasihat tersebut jika

dikatakan dengan memakai Umpasa.

Umpasa yang terdapat dalam bahasa Batak Toba bukanlah sekedar

rangkaian kata saja, namun memiliki makna yang dalam bagi setiap konteks dan

orang yang dituju. Akan sangat berkesan jika setiap perkataan yang bersifat

menasihati atau memberi masukan kepada orang lain jika memakai Umpasa,

karana akan terasa lebih halus, berseni dan mencerminkan sopan santun

berbahasa. Seperti yang diungkapkan oleh orangtua dalam bahasa Batak Toba

mengatakan hansit do nahalion (so dapotan) jambar juhut, alai hansitan dope na

so dapotan jambar hata ‘sangat mentakitkan bagi siapa saja yang tidak

mendapatkan daging, tetapi lebih menyakitkan bagi mereka yang tidak

mendapatkan nasiha’. Ungkapan tersebut adalah salah satu hal yang membuktikan

bahwa suatu nasihat atau kata-kata bijak sangatlah perlu dan baik.

Umpasa dalam bahasa Indonesia disebut dengan pantun, selalu digunakan

dalam setiap adat-istiadat masyarakat Batak Toba. Baik dalam adat pernikahan,

kematian ataupun kegiatan adat yang lain, karena dengan memakai Umpasa

masyarakat mengganggap suatu pesan akan lebih baik dan lebih bijak dalam

(14)

3

Nilai estetik dan keunikan dari Umpasa adalah sebuah nilai tinggi dalam

bahasa Batak Toba. Penciptaan Umpasa itu sangatlah menarik perhatian. Umpasa

tersebut memiliki makna di setiap konteks yang berbeda.

Kegiatan masyarakat Batak Toba di dalam adat dan budaya adalah

benar-benar bagian dari hidup dan kehidupan mereka. Kegiatan tersebut dilakukan

dengan tetap memikirkan dan berlandaskan pada kelayakan dalam kewajaran yang

berpedoman pada adat dan kebiasaan masyarakat.

Upacara Manulangi adalah salah satu bentuk adat yang memakai Umpasa

sebagai salah satu bagian yang terpenting dari acara tersebut. Upacara manulangi

ini dapat dilakukan dalam berbagai konteks peristiwa. Misalnya, seorang wanita

yang hamil untuk pertama kalinya. Ketika seorang sudah lama tidak melahirkan

satu anakpun. Serta dilakukan kepada seorang ayah/ibu yang sudah tua

(Manulangi Natua-tua) untuk meminta berkat darinya.

(contoh Umpasa dalam adat Manulangi Natua-tua)

Simbora gukguk,di julu ni tapian,

Horas jala gabe hita luhut

jala dapotan parsaulian.

‘Semoga kita sekalian hidup sejahtera,

dan mendapat rejeki dalam kehidupan.’

Andor hadukka,

Tumbuhan hadukka

togutogu ni lombu.

(15)

4

Sai sahat hamu saurmatua.

Semoga panjang umur

togutoguan ni pahompu.

Mengiringi cucu

‘Semoga kamu beranak cucu,

dan panjang umur,

sehingga sempat dituntun oleh para cucu.’

Dalam upacara adat Manulangi Natua-tua, orangtua akan memberikan

berkat atau nasihat kepada anak cucunya agar menjadi lebih baik lagi dan

mengikuti segala bentuk norma-norma adat yang telah ditanamkan orangtua

kepada anaknya. Begitu juga dengan anak cucu, mereka akan meminta maaf

kepada orantuanya dan mendoakan orangtua agar diberi panjang umur dan

kesehatan.

Didalam penyampaian Umpasa itu sendiri akan terjadi arus percakapan,

menurut Wiryotinoyo (2006:153), tuturan yang bermuatan implikatur percakapan

meluncur bersama tuturan lain yang berupa tuturan langsung. Penutur harus

memperhatikan konteks yang menyertai ujaran tersebut pada saat berkomunikasi.

Dengan adanya konteks yang menyertai ujaran lisan maka pesan yang ingin

disampaikan penutur dapat diterima oleh lawan bicara dengan baik. Tindak tutur

adalah salah satu kajian pragmatik. Menurut Leech dalam Wiryotinoyo

(2006:152) pragmatik adalah studi makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran.

Situasi ujaran meliputi unsur-unsur penutur dan petutur, konteks, tujuan, tindak

(16)

5

Austin dalam Syafrudin,dkk(2012:506) membedakan tiga jenis tindakan

yang berkaitan dengan tuturan lokusi, ilokusi,dan perlokusi. Tindak lokusi adalah

tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata dan kalimat sesuai dengan makna

kata itu. tindak ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi melakukan sesuatu,

karena tuturan itu berisi tindak melakukan sesuatu, didalamnya terkait fungsi dan

makna lain (daya tuturan) dari sekedar mengucapkannya. Oleh karena itu, juga

kan terkait dengan konteks tuturan itu. tindak perlokusi adalah suatu tindakan

yang mengharapkan efek yang dihasilkan oleh suatu tuturan.

Berdasarkan fenomena yang ada maka penulis berpikir bahwa hal-hal yang

tertuang dalam Umpasa yang diucapkan pada acara Manulangi Natua-tua Batak

Toba, menarik untuk dianalisis dan diteliti sebagai pembuktian dan gambaran

makna, keindahan dan keunikan bahasa Batak serta mengetahui kelompok tindak

tutur yang terkandung dalam Umpasa dalam adat Manulangi Natu-tua.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah perlu

diidentifikasi untuk menemukan rincian permasalahan yang diungkapkan dalam

bahasa. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemakaian Umpasa dalam konteks adat-istiadat Manulangi

Natua-tua masyarakat Batak Toba kecamatan Pagaran.

2. Jenis tindak tutur dalam konteks adat-istiadat Manulangi Natua-tua

(17)

6

3. Tindak tutur yang paling dominan dalam adat Manulangi Natua-tua

masyarakat Batak Toba kecamatan Pagaran.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup yang dapat dikaji dalam penelitian ini,

maka perlu dilakukan pembatasan masalah penelitian. Masalah yang diteliti dalam

penelitian ini adalah: Pemakaian Umpasa dan tindak tutur apa yang paling

dominan dalam acara Manulangi Natua-tua adat Batak Toba.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, masalah yang harus dijawab dalam

penelitian ini dapat dirimuskan menjadi;

1. Bagaimanakah pemakaian Umpasa dalam Adat Istiadat Manulangi

Natua-tua masyarakat Batak Toba kecamatan Pagaran?

2. Jenis tindak tutur apa yang digunakan dalam Umpasa Manulangi Natua-tua

masyarakat Batak Toba kecamatan Pagaran.

3. Tindak tutur apa yang paling dominan dalam acara Manulangi Natua-tua

masyarakan Batak Toba kecamatan Pagaran?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

(18)

7

1. Pemakaian Umpasa dalam Adat Istiadat Manulangi Natua-tua masyarakat

Batak Toba.

2. Mengetahui jenis tindak tutur dalam Umpasa Manulangi Natua-tua

masyarakat Batak Toba

3. Mengetahui tindak tutur yang paling dominan dalam Umpasa pada acara

Manulangi Natua-tua masyarakat Batak Toba.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

Manfaat Teoritis :

1. Dapat memberikan kontribusi terhadap pembaca khususnya mahasiswa

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia tentang pemakaian Umpasa dalam adat

istiadat Manulangi Natua-tua masyarakat Batak Toba

2. Menambah informasi pembaca tentang pemakaian Umpasa dalam adat

istiadat Manulangi Natua-tua masyarakat Batak Toba

3. Dapat menjadi rujukan dalam penelitian lanjutan yang relevan.

Manfaat Praktis :

1. Sebagai sebuah inventarisasi dalam usaha melestarikan kebudayaan daerah

khususnya kebudayaan Batak Toba.

2. Menjadikan bagian dari sumber wawasan pengetahuan kebudayaan Batak

(19)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Tindak tutur dalam acara adat Manulangi Natua-tua adat Batak Toba tidak

terlepas dari maksud yang disampaikan oleh pembicara kepada pendengar

(penyimak). Jenis tindak tutur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

tindak tutur menurut Searle yang diklasifikasikan berdasarkan pada maksud

penutur ketikai berbicara. Jenis tindak tutur tersebut diklasifikasikan menjadi 5

jenis tindak tutur yaitu:

Berdasarkan hasil pembahasan dari bab IV dapat disimpulkan bahwa

tindak tutur yang paling sering digunakan dalam upacara adaat Batak Toba adalah

tindak tutur Representatif. Dimana dari pengertian umpasa yang telah

diterjemahkan menyatakan keinginan pihak Hula-hula yang membawaakan

makanan sebagai simbol penghormatan atas undangan dan juga pengharapan

doa-doa yang telah dihaturkan agar pihak Hasuhutan beroleh hidup yang lebih baik

dan panjang umur.

Selain dari pada itu masyarakat Batak Toba adalah salah satu masyarakat

(20)

mengalir bagi masyarakat tersebut. Salah satu adat yang terdapat dalam budaya

masyarakat Batak Toba adalah Manulangi Natua-tua atau sering juga disebut

sebagai acara Sulang-sulang Nagok. Adat ini umumnya dilakukan oleh

masyarakat Batak Toba yang mana pada orangtua yang sudah lanjut usia atau

disebut Saur Matua. Dan Umpasa adalah salah satu media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari acara adat tersebut. Dalam setiap acara yang dilakukan

pada masyarakat Batak Toba akan memakai Umpasa sebagai media utamanya.

Dan dari pembahasan hasil penelitian ini disebutkan bahwa tindak tutur pada

acara Manulangi Natua-tua didominasi oleh tindak tutur representatif.

B.Saran

Berdassarkan hasil data yang diperoleh dan dengan kesimpulan yang telah

penulis kemukakan diatas, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kepada semua masyarakat terutama pada generasi muda agar mampu

megenali budaya yang semakin lama semakin terkikis oleh perkembangan

zaman. Sehingga budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang tidak

kabur bahkan tidak hilang seiring berkembangnya zaman.

2. Kepada seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan Sastra Indonesia,

peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai tindak tutur pada

acara Manulangi Natua-tua adat batak Toba yang dapat memperkaya

(21)

Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat berguna di kemudian hari

dalam upaya melestarikan budaya Batak Toba dan untuk mengetahui hubungan

antara Umpasa pada budaya Batak Toba dengan Pantun pada Bahasa Indonesia.

Demikian skripsi ini diselesaikan. Atas perhatian pembaca, penulis mengucapkan

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakmatik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-Prinsip Pragmatik (diterjemahkan oleh Oka). Jakarta: Universitas Indonesia.

Lubis, A. Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung:Angkasa.

Lubis, Malan. 2007. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Universitas Negeri Medan: Fakultas Bahasa dan Seni.

Manurung, P. 2007. Metode Penelitian. Universitas Negeri Medan: Fakultas Bahasa dan Seni.

Moloeng, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud.

Nababan, Manguji. 2015. Umpasa dan Umpama Batak. Medan: Depdikbud.

Nadar, F.X. 2008. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Oka, M.D.D. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

P. Puji Farida. 2009. Panduan Menulis Laporan. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press.

Pardede, Bertha T. 1981. Bahasa Tutur Parhataan dalam Upacara Adat Batak Toba. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sihombing, TM. 1989. Jambar Hata: Dongan Tu Ulaon Adat. Jakarta: CV. Tulus Jaya

(23)

Yule, George. 1996. Pragmatics. USA : Oxfort University Press

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 3.1. Observasi………………………………………………………… .

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya untuk mengawali pembicaraan tentang acara adat masyarakat Batak yang pertama bicara dimulai dari pihak teman semarga atau teman seperadatan.Undangan yang datang

Alasan penulis memilih lokasi ini karena masyarakat Batak Toba di Lintongnihuta masih bersifat homogen dan dalam upacara adat selalu berhubungan dengan penuturan

Kehidupan adat masyarakat Batak Toba diatur dalam sistem hubungan sosial Dalihan Na Tolu, yang dibuat dalam bentuk norma-norma sehingga terdapat hubungan sosial yang harmonis

Setelah melakukan analisis terhadap melodi musik Gondang Batara Guru dalam acara perkawinan adat Suku Batak Toba di Sintang secara keseluruhan kemudian dilanjutkan

Dalam masyarakat Batak Toba unsur nasab yang dilarang dalam perkawinan aitu ”semarga”. masyarakat adat Batak Toba, perkawinan semarga dilarang, karena masyarakat adat Batak

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam adat perkawinan suku Batak Toba penyampaian umpasa hanya terdapat pada dua tahapan yaitu pada tahapan Marhata

PERANAN DALIHAN NATOLU SEBAGAI MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA.. Permasalahan Yang Sering Timbul dalam Perkawinan Adat

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki