DISUSUN OLEH: DR. ALI NAFIAH NST
SUPERVISOR: Dr. NIZAM, AKBAR, Sp.JP
DIVISI NON INVASIF DAN PENCITRAAN
ECHOCARDIOGRAPHY
DEPARTEMEN KARDIOLOGI & KEDOKTERAN
VASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
2008
1
Refarat Div. Non Invasif Dr Ali Nafiah Nst
EVALUASI PADA MITRAL STENOSIS
PERANAN ECHOCARDIOGRAPHYCARDIOGRAPHY
SCORE
PENDAHULUAN
Penyebab utama MS (Mitral Stenosis) adalah RHD (Rheumatic Heart Disease).
Mengingat menurunnya prevalensi demam rematik, MS menjadi problem yang berat
pada negara barat, 12% penyakit jantung katup jantung disebabkan oleh karena imigrasi
dari negara-negara berkembang1. Demam rematik (DR) masih sering didapati pada
anak-anak di negara sedang berkembang dan sering mengenai anak-anak usia antara 5 –
15 tahun2. Data terakhir mengenai prevalensi demam rematik di Indonesia yaitu untuk
tahun 1981 – 1990 didapati sebesar 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah3.
Gambaran klinis MS telah berubah, sekarang ini lebih sering terjadi pada
pasien-pasien usia tua dengan kalsifikasi katup mitral. Pada negara-negara berkembang, RHD
endemik dan MS merupakan masalah kesehatan yang utama.
Sebaliknya dari semua penyakit katup (kecuali stenosis aorta, dimana
percutaneous valve replacement merupakan pilihan yang penting), pembedahan
bukanlah merupakan satu-satunya terapi pada MS. Sejak diperkenalkan oleh Inoe, dkk
pada 1984, PMC (Percutaneous Mitral Valve Commisurotomy) telah berhasil
dilakukan dan aman pada banyak pasien di beberapa sentra4-8 dan telah dilakukan luas
sebagai pilihan terapi pada pasien-pasien dengan MS dan perbaikan secara anatomis
memungkinkan9,10. Saat ini, echocardiographycardiography memainkan peranan yang
penting dalam penjajakan beratnya MS dan anatominya sehingga kateterisasi jarang
digunakan. Evaluasi MS harus menjawab 2 pertanyaan: apakah MS-nya berat dan
apakah katupnya cocok untuk dilakukan tindakan PMC?
EVALUASI KEPARAHAN MS
Penatalaksanaan pasien-pasien dengan MS berdasarkan akurasi penilaian
keparahan MS. MVA (Mitral Valve Area) merupakan kriteria utama, yaitu secara klinis
2
3
Ali Nafiah Nst : Evaluasi Pada Mitralstenosis Peranan Echocardiography Score, 2008 USU Repository © 2008
bermakna didefinisikan sebagai MVA ≤ 1,5 cm2.10 Beberapa pasien menggunakan
ukuran tubuh untuk diukur dapat berguna; ada kesepakatan bahwa MS signifikan jika
MVA < 0,9 atau 1 cm2/m2 luas permukaan tubuh. Gradien transmitral rata-rata, dilihat
dari kurva velocity transmitral kurang berguna karena tergantung kepada heart rate,
irama dan cardiac output, namun masih dapat digunakan sebagai indikator dan faktor
penentu prognostik. MVA merupakan pengukuran non invasif dengan
echocardiography doppler, untuk penatalaksanaan klinis. Empat metode yang berbeda
dapat digunakan: planimetri, PHT (Pressure Half Time), continuity equation dan PISA
(Proximal Isovelocity Surface Area). Setiap metode mempunyai kelemahan yang
spesifik.
PLANIMETRI
Planimetri dapat memberikan gambaran anatomis adanya kebocoran katup
mitral, hal ini dipertimbangkan sebagai metode yang dianjurkan dan sangat
berhubungan dengan temuan klinis11. Planimetri dilakukan pada gambaran parasternal
short-axis, biasanya pada ujung daun katup mitral dengan pengambilan yang baik
(gambar 1). Prosedur ini membutuhkan operator yang berpengalaman oleh karena
perubahan kecil pada kedalaman atau sudut gelombang ultrasound dapat membuat
estimasi yang berlebihan dari MVA12. Untuk mencegahnya, sangat penting untuk
melakukannya dengan perlahan dari apex ke basal dan memilih kebocoran yang paling
dalam. Planimetri tidak dapat dilakukan pada sekitar 5% pasien oleh karena poor
echocardiography window atau kalsifikasi yang luas7. Oleh karena kelemahan ini,
Echocardiography 3-D merupakan tekonologi yang baru dimana
memperlihatkan visualisasi 3 dimensi dari struktur jantung. Dengan kemajuan teknologi
transduser (matrix array transducer), on-line 3-D acquisition, visualisasi dan analisis
telah dapat mungkin dilakukan. Proses ini dapat membuat 3-D acquition pada semua
katup mitral, dimana dapat dipotong di sepanjang tampilan yang diinginkan, sehingga
dapat memperbaiki kelemahan dari 2-D echocardiography (gambar 2)13.
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa echocardiography 3-D memberikan
realibilitas yang lebih baik dari echocardiography 2-D diantara operator-operator yang
kurang bepengalaman (gambar 3), dilihat dari akurasinya yang baik dalam
memperlihatkan kebocoran pada katup mitral.14 Hal ini dapat dilihat sebagai indikasi
potensial dari echocardiography 3-D.
4
MSCT juga dapat memberikan 3-D acquisition pada seluruh jantung melalui
siklus jantung dan multipel rekonstruksi tampilan seperti echocardiography, sehingga
dapat memberikan gambaran parasternal short-axis dari lubang katup mitral pada ujung
daun katup pada awal diastole (gambar 4). Baru-baru ini juga diperlihatkan bahwa
akurasi dan reproduksi planimetri dari lubang katup mitral dapat dilihat menggunakan
scanner 16-detector-row dengan software untuk rekonstruksi jantung dan kontrast15.
Pengukuran MSCT berhubungan dan tidak berbeda dari echocardiography,
perbedaannya adalah variabilitas kecil, intra dan interobserver yang rendah. Sebagai
tambahan, gambaran CT bergantung penggunaan protokol, dimana dapat didaftar ulang
pada sistem CT dan operasi manual secara bertahap untuk orientasi plane dan baru
5
dapat diproduksi, sehingga dapat mngurangi ketergantungan operator pengukuran
MSCT. Setelah training, operator yang tidak berpengalaman diminta untuk melakukan
pemeriksaan sendiri dan mendapatkan hasil yang tidak begitu berbeda dengan operator
yang sudah berpengalaman.
Hasil preeliminasi memperlihatkan planimetri lubang katup mitral menggunakan
MRI merupakan prosedur yang feasible dan realible, di samping adanya estimasi yang
berlebihan dari MVA16.
Pressure Half Time (PHT)
PHT adalah interval waktu antara gradien maksimal awal diastole dan
menunjukkan gradien yang merupakan setengah dari angka maksimal. Sejak penelitian
original dari Hatle, dkk dari 32 pasien17, metode PHT memberikan ekspektasi yang
besar, namun memiliki validasi klinis skala besar yang terbatas18. Keuntungan utama
PHT adalah kesederhanaannya (MVA = 220/PHT), sehingga banyak digunakan pada
praktek klinis daripada planimetri.
Metode PHT harus dilakukan dengan perhatian, terutama pada pasien dengan
usia tua atau dengan atrial fibrilasi dimana PHT dapat menjadi meningkat dari detak ke
detak berikutnya. Kelemahan ini sangat penting pada negara-negara barat dimana umur
6
rata-rata pasien dengan MS 2 x lebih banyak dari negara-negara berkembang dan
dimana 1/3 sampai ½ pasien MS menderita atrial fibrilasi. Lebih jauh, oleh karena
perubahan compliance atrioventrikular yang akut, metode PHT bereputasi invalid
setelah PMC.19
CONTINUITY EQUATION
Continuity equation/persamaan berkelanjutan berdasarkan konservasi aliran
darah disepanjang LVOT dan katup mitral (gambar 5). MVA diukur dari rasio volume
aortic stroke ke TVI mitral dengan menggunakan continuous-wave doppler. Persamaan
berkelanjutan lebih sederhana dalam menghitung tapi tidak valid pada AI atau MI,
dimana sering berhubungan dengan MS20. Sebagai tambahan, oleh karena volume
mitral dan aortic stroke dihitung dari detak yang berbeda, continuity equation haruslah
hati-hati dilakukan pada AF, hasil 5-10 kali detakan harus berhati-hati. Continuity
equation memberikan pengukuran yang lebih kecil dibandingkan planimetri setelah
PMC
PISA
Metode PISA berdasarkan prinsip berkelanjutan21 dan menganggap bahwa aliran
darah menuju lubang yang datar membentuk lapisan isovelocity hemisperik. Metode
PISA digunakan secara rutin pada banyak laboratorium echocardiography sebagai
evaluasi kuantitatif dari regurgitasi katup20. Banyak penelitian telah membatasi metode
PISA pada pengukuran MVA pada pasien dengan MS, pada beberapa kondisi klinis
(termasuk perbedaan irama jantung dan keparahan lesi anatomis dan berhubungan
dengan regurgitasi aortik atau mitral)22,23, tetapi masih digunakan sesekali pada praktek
klinik.
7
Sebagai hasil doming daun katup pada MS, hanyalah fraksi hemisfer yang
melewati lubang dan sebuah sudut koreksi ( ) yang harus dipertimbangkan (gambar 6).
Sudut ini tidak dapat dilihat menggunakan mesin dengan built-in software dan harus
diukur secara manual menggunakan protractor. Hal ini dapat dijelaskan, setidaknya
sedikit, mengapa penggunaan metode PISA terbatas pada MS. Namun, sudutnya
berubah hanya sedikit diantara pasien-pasien dan penggunaan sudut yang sudah tetap
1000 dapat memperoleh nilai MVA yang akurat pada pasien-pasien MS.20
Kesederhanaan ini harus difasilitasi dan penggunaan PISA secara luas sebagai metode
alternatif dalam menilai keparahan MS pada praktek klinis.
PISA colour M-mode memberikan pengukuran cepat MVA dari diastole
(gambar 7) dan diperlihatkan juga bahwa walaupun aliran dan kecepatan yang ditandai
berubah selama diastole, MVA tidak berubah, meskipun terdapat gangguan anatomi
mitral yang parah atau regurgitasi mitral.24
8
INDIKASI PMC
MORFOLOGI KATUP MITRAL
Echocardiography 2-D memperlihatkan evaluasi yang detail dari morfologi
katup, termasuk ketebalan dinding dan mobilitasnya, derajat dan lokalisasi kalsifikasi
dan adanya keterlibatan subvalvular (gambar 1). Beberapa sistem skoring telah
diajukan. Metode yang digunakan kebanyakan berkembang di massachusetts general
hospital20,21,25: empat kriteria (pergerakan dinding, ketebalan dinding, ketebalan
suvvalvular dan kalsifikasi) adalah skor pada skala 1-4 dan total skor didapatkan dari
penjumlahan dari setiap komponen skor (tabel 1). Anatomi yang tidak memenuhi
kriteria, didefinisikan dengan skor > 8 yang berhubungan dengan rendahnya angka
keberhasilan PMC dan rendahnya survival rate. Namun, sistem skoring ini kompleks
dan subjektif. Pada centre lain menggunakan metode cormier, dimana merupakan sistem
skoring yang paling sederhana (tabel 2). Namun semua sistem skoring yang diajukan
memiliki nilai prediksi yang rendah dan tidak ada perbandingan secara langsung
diantara sistem skoring yang ada24.
9
Timbul dan luasnya kalsifikasi merupakan prognostik yang penting dalam
outcome jangka panjang, walaupun sejumlah faktor lain (seperti umur, irama jantung,
kelas NYHA dan area katup25) harus diambil untuk dipertimbangkan. Pasien tidak boleh
10
tidak dilakukan PMC semata-mata berdasarkan kerusakan anatomis, sebab hasil segera
dan jangka menengah yang baik dapat diperoleh dari pasien dengan anatomis yang baik
–walaupun mereka dengan kalsifikasi valvular25,26.
RESTENOSIS SETELAH COMMISSUROTOMY SEBELUMNYA
Resetenosis dapat terjadi setelah commissurotomy akibat refusi kommisura atau
rigiditas katup dengan pembukaan kommisura yang persisten (gambar 1). PMC tidak
diperimbangkan pada kasus akhir, tapi dapat memberi hasil yang memuaskan pada
pasien-pasien dengan refusi kommisura dan anatomi yang rusak – terutama pada pasien
muda dengan atau tanpa kalsifikasi27,28. Echocardiography 3-D dapat memberikan
penilaian yang lebih akurat dari derajat pembukaan kommisura (gambar 8) 14.
MITRAL REGURGITASI
11
Deteksi dan kuantifikasi derajat MR memiliki implikasi yang penting dalam
pemilihan intervensi. Derajat MR ≥ 2 dipertimbangkan kontraindikasi PMC (tabel 3).
Namun, pada pasien-pasien dengan MR yang borderline, PMC lebih sering dilakukan
jika anatomi katup memungkinkan.
TROMBUS ATRIUM KIRI
Trombus atrium kiri biasanya terletak pada appendage atrium kiri29. Diagnosa
berdasarkan echocardiography transesofageal, dimana memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dalam mendeteksi trombus atrium kiri. Hal ini merupakan
indikasi utama penggunaan echocardiography transesofageal, dimana hampir semua
variabel dapat dinilai dengan echocardiography transesofageal. Echocardiography
transesofageal hanya dapat dilakukan segera sebelum PMC (atau pembedahan).
Walaupun faktor resiko tromboemboli penting, atrium kiri dense kontras (tidak seperti
trombus atrium kiri) tidak kontraindikasi untuk PMC dan merupakan indikasi IIa pada
pasien asimptomatik
KESIMPULAN
12
13
Ali Nafiah Nst : Evaluasi Pada Mitralstenosis Peranan Echocardiography Score, 2008 USU Repository © 2008
Evaluasi MS haruslah dilakukan jika MS severe dan apakah katup cocok untuk
dilakukan PMC. Penilaian keparahan MS berdasarkan akurasi pengukuran
echocardiography dari MVA. Planimetri merupakan metode yang direferensikan.
Namun tergantung pada operatornya, pengunaan metode kombinasi atau yang lainnya
(PHT, persamaan berkelanjutan dan PISA) direkomendasikan pada operator yang
kurang berpengalaman atau pada keadaan yang sulit. Echocardiography 3-D dan CT
nampaknya menjanjikan dan dapat menurunkan ketergantungan operator terhadap
planimetri. Metode PISA jarang dilakukan pada praktek klinik, namun sering dilakukan
karena merupakan satu-satunya metode yang ada dan dapat dilakukan dengan sudut
1000 diantara daun katup. Kerusakan anatomis katup berhubungan dengan rendahnya
PMC yang sukses dan survival rate yang rendah. Namun, berdasarkan nilai prediktif
yang rendah dari berbagai sistem skor anatomis untuk hasil PMC, keputusan untuk
melakukan prosedur sebaiknya tidak hanya berdasarkan anatomi katup, tetapi juga
karakteristik individu dari pasien, seperti umur, irama jantung, kelas NYHA dan luas
area katup dan mortalitas operasi berdasarkan faktor-faktor penyerta dan tingkat
mortalitas operatif berdasarkan komorbid yang menyertai.
14
Ali Nafiah Nst : Evaluasi Pada Mitralstenosis Peranan Echocardiography Score, 2008 USU Repository © 2008
1. Iung B, Baron G, Butchart EG, et al. A prospective survey of patients with valvular heart disease in Europe: the euro heart survey on valvular heart disease. Eur Heart J 2003;24(13):1231—43.
2. Chakko S, Bisno AL. Acute Rheumatic Fever. In: Fuster V, Alexander RW, O’Rourke et al. Hurst The Heart; vol.II; 10th ed. Mc Graw-Hill: New York, 2001; p. 1657 – 65.
3. Madiyono B. Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik pada Anak di Akhir Milenium Kedua. In Kaligis RWM, Kalim H, Yusak M et al. Penyakit Kardiovaskular dari Pediatrik Sampai Geriatrik. Balai Penerbit Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta 2001.p.3-16.
4. Ben-Farhat M, Betbout F, Gamra H, et al. Predictors of long-term event-free survival and of freedom from restenosis after percutaneous balloon mitral commissurotomy. Am Heart J 2001;142(6):1072—9.
5. Fawzy ME, Hegazy H, Shoukri M, et al. Long-term clinical and echocardiographycardiographic results after successful mitral balloon valvotomy and predictors of long-term outcome. Eur Heart J 2005;26(16):1647—52.
6. Hernandez R, Banuelos C, Alfonso F, et al. Long-term clinical and echocardiographycardiographic follow-up after percutaneous mitral valvuloplasty with the Inoue balloon. Circulation 1999;99(12):1580—6.
7. Iung B, Garbarz E, Michaud P, et al. Late results of percutaneous mitral commissurotomy in a series of 1024 patients. Analysis of late clinical deterioration: frequency, anatomic Þndings, and predictive factors. Circulation 1999;99(25):3272—8.
8. Palacios IF, Sanchez PL, Harrell LC, et al.Which patients beneÞt from percutaneous mitral balloon valvuloplasty? Prevalvuloplasty and postvalvuloplasty variables that predict long-term outcome. Circulation 2002;105(12):1465—71. 9. Bonow RO, Carabello BA, Chatterjee K, et al. ACC/AHA 2006 guidelines for the
management of patients with valvular heart disease: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (writing committee to revise the 1998 guidelines for the management of patients with valvular heart disease) developed in collaboration with the Society of Cardiovascular Anesthesiologists endorsed by the Society for Cardiovascular Angiography and Interventions and the Society of Thoracic Surgeons. J Am Coll Cardiol 2006;48(3):e1—148.
15
Ali Nafiah Nst : Evaluasi Pada Mitralstenosis Peranan Echocardiography Score, 2008 USU Repository © 2008
11. Faletra F, Pezzano Jr A, Fusco R, et al. Measurement of mitral valve area in mitral stenosis: four echocardiographycardiographic methods compared with direct measurement of anatomic oriÞces. J Am Coll Cardiol 1996;28(5):1190—7.
12. Binder TM, Rosenhek R, Porenta G, et al. Improved assessment of mitral valve stenosis by volumetric real-time three-dimensional echocardiographycardiography. J Am Coll Cardiol 2000;36(4):1355—61.
13. Zamorano J, Cordeiro P, Sugeng L, et al. Real-time three-dimensional echocardiographycardiography for rheumatic mitral valve stenosis evaluation: an accurate and novel approach. J Am Coll Cardiol 2004;43(11):2091—6.
14. Messika-Zeitoun D, Brochet E, Holmin C, et al. Three-dimensional evaluation of the mitral valve area and commissural opening before and after percutaneous mitral commissurotomy in patients with mitral stenosis. Eur Heart J 2007;28(1):72—9. 15. Messika-Zeitoun D, Serfaty JM, Laissy JP, et al. Assessment of the mitral valve
area in patients with mitral stenosis by multislice computed tomography. J Am Coll Cardiol 2006;48(2):411—3.
16.Djavidani B, Debl K, Lenhart M, et al. Planimetry of mitral valve stenosis by magnetic resonance imaging. J Am Coll Cardiol 2005;45(12):2048—53.
17.Hatle L, Angelsen B, Tromsdal A. Noninvasive assessment of atrioventricular
pressure half-time by Doppler ultrasound. Circulation 1979;60(5):1096—104.
18.Nakatani S, Masuyama T, Kodama K, et al. Value and limitations of Doppler
echocardiographycardiography in the quantification of stenotic mitral valve area: comparison of the pressure half-time and the continuity equation methods. Circulation 1988;77(1): 78—85.
19.Thomas JD, Wilkins GT, Choong CY, et al. Inaccuracy of mitral pressure half-time
immediately after percutaneous mitral valvotomy. Dependence on transmitral gradien and left atrial and ventricular compliance. Circulation 1988;78(4):980—93. 20.Ostfeld RJ. Mitral Stenosis. In: Solomon SD. Essential
Echocardiographycardiography. Humana Press: Toowa, New Jersey, 2007; p. 249 – 84.
21.Oh JK, Seward JB, Tajik AJ. Echocardiography Manual. Second Edition. Lippincott-Raven: Philadelphia-New York, 1999; p. 113 – 19.
22.Rodriguez L, Thomas JD, Monterroso V, et al. Validation of the proximal flow
convergence method. Calculation of orifice area in patients with mitral stenosis. Circulation 1993;88(3):1157—65.
23. Messika-Zeitoun D, Fung Yiu S, Cormier B, et al. Sequential assessment of mitral
valve area during diastole using colour M-mode flow convergence analysis: new insights into mitral stenosis physiology. Eur Heart J 2003;24(13):1244—53.
24. Vahanian A. VALVE DISEASE: Balloon valvuloplasty. Heart 2001;85;223-228.
25.Iung B, Garbarz E, Doutrelant L, et al. Late results of percutaneous mitral
16
Ali Nafiah Nst : Evaluasi Pada Mitralstenosis Peranan Echocardiography Score, 2008 USU Repository © 2008
26.Shaw TR, Sutaria N, Prendergast B. Clinical and haemodynamic profiles of young,
middle aged, and elderly patients with mitral stenosis undergoing mitral balloon valvotomy. Heart 2003;89(12):1430—6.
27.Fawzy ME, HassanW, Shoukri M, et al. Immediate and long-term results of mitral
balloon valvotomy for restenosis following previous surgical or balloon mitral commissurotomy. Am J Cardiol 2005;96(7):971—5.
28.Iung B, Garbarz E, Michaud P, et al. Immediate and midterm results of repeat
percutaneous mitral commissurotomy for restenosis following earlier percutaneous mitral commissurotomy. Eur Heart J 2000;21(20):1683—9.
29.Messika-Zeitoun D, Nicoud A, Vahanian A. Images in cardiology: multiple