• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK BRAND EQUITYPADA HANDPHONE BLACKBERRY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK BRAND EQUITYPADA HANDPHONE BLACKBERRY"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK BRAND EQUITY PADA HANDPHONE BLACKBERRY

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh:

UKKIE CHANDRASITA

NIM. 09610418

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

KATA PENGANTAR Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR PEMBENTUK BRAND EQUITY

PADA HANDPHONE BLACKBERRY”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai derajat gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan manajemen fakultas ekonomi

Universitas Muhammadiyah Malang.

Selama penyusunan skripsi, penulis telah banyak mendapat bimbingan, dorongan,

motivasi, dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP.

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak Dr. H.

Nazaruddin Malik, M.Si.

3. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang,

Ibu Dra. Aniek Rumijati, M.M.

4. Dosen pembimbing I, Bapak Dr. Widayat, M.M., yang selalu memberikan

bimbingan dan arahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen pembimbing II, Bapak Drs. Marsudi, M.M., yang memberi masukan dalam

(12)

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Malang yang selama ini telah memberikan ilmunya

guna masa depan penulis kelak.

7. Ayahanda Ginaryo Waskito dan Ibunda Dwi Nurul Lailawati, Adikku Faisal

Mualana dan seluruh keluarga besar yang telah mendukung penulis tanpa lelah baik

materiil maupun spiritual selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

8. Terima kasih sahabat-sahabatku Drg. Mara, Puspa, Fadli, ipeh, Sigit, Ike, Ari,

Apep, Hendri, Rey, Sony, Edo, Junikka dan teman-teman kost Remujung 3 yang

selalu memberikan semangat, cinta serta doa yang menjadi pencerahan bagi penulis

dalam menyusun skripsi. Sukses dan bahagia selalu untuk kita semua.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Atas semua

bantuan dan dukungannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, April 2013

(13)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Pengertian Merek ... 9

2.1.1.1 Peranan dan Manfaat Merek ... 12

2.1.2 Dimensi Brand Equity ... 17

2.1.3 Brand Awareness (Kesadaran Merek) ... 20

2.1.4 Perceived Quality (Persepsi Kualitas) ... 22

2.1.5 Brand Association (Asosiasi Merek) ... 26

3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 39

(14)

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 46

3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 53

4.2 Identitas Responden ... 55

4.2.1 Usia ... 55

4.2.2 Jenis Kelamin ... 56

4.2.3 Pemakaian Handphone Blackberry ... 57

4.3 Deskrpsi Jawaban Responden ... 58

4.3.1 Distribusi Frekuensi Variabel Kesadaran Merek ... 58

4.3.2 Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Kualitas ... 59

4.3.3 Distribusi Frekuensi Variabel Asosiasi Merek ... 61

4.3.4 Distribusi Frekuensi Variabel Loyalitas Merek ... 62

4.4 Analisis Faktor ... 64

4.4.1 Matrik Korelasi ... 64

4.4.2 Ekstraksi Faktor ... 65

4.4.3 Matrik Faktor Sebelum Dirotasi ... 66

4.4.4 Matrik Faktor Setelah Dirotasi ... 66

4.4.5 Skor Faktor ... 69

4.5 Uji Hipotesis ... 70

4.6 Pembahasan ... 71

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 81

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Mahasiswa UMM Aktif Tahun 2007-2011 ... 6

Tabel 2 Peran Merek Bagi Konsumen ... 13

Tabel 3 Tabel Variabel ... 41

Tabel 4 Hasil Uji Validitas ... 45

Tabel 5 Kriteria Indeks Kofiesien Reliabilitas ... 47

Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 48

Tabel 7 Deskripsi Responden Menurut Usia ... 56

Tabel 8 Deskripsi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 56

Tabel 9 Identitas Responden Berdasarkan Lamanya Pemakaian ... 57

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Indikator Berkaitan Dengan Variabel Kesadaran Merek (X1) ... 58

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Indikator Berkaitan Dengan Variabel Persepsi Kualitas (X2) ... 60

Tabel 12 Distribusi Frekuensi Indikator Berkaitan Dengan Variabel Asosiasi Merek (X3) ... 61

Tabel 13 Distribusi Frekuensi Indikator Berkaitan Dengan Variabel Loyalitas Merek (X4) ... 63

Tabel 14 KMO dan Barlett’s Test ... 64

Tabel 15 Hasil Analisis Ektrasi Faktor Dengan Menggunakan Cara PCA ... 65

Tabel 16 Nilai Eigenvalue Tiap Faktor ... 66

Tabel 17 Rotasi Faktor ... 67

Tabel 18 Skor Faktor ... 69

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Elemen Brand Equity Versi David Aaker ... 18

Gambar 2 Piramida Brand Awareness ... 21

Gambar 3 Nilai Dari Kesan Kualitas ... 26

Gambar 4 Nilai Asosiasi Merek ... 28

Gambar 5 Piramida Loyalitas ... 31

Gambar 6 Nilai Loyalitas Merek ... 34

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arianis Chan, 2010, Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Proses Keputusan PembelianKonsumen: StudiKasus Bank Muamalat Indonesia Cabang Bandung, Jurnal Administrasi Bisnis-FISIP Unpar, Bandung.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, EdisiKeempat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Amirin, Tatang M., 2009, Penelitian Eksploratori (Eksploratif), tatangmanguny.wordpress.com, diakses pada tanggal 14 Mei 2013.

Ahmad Rouzni Noor II, http://inet.detik.com/read/2012/04/24/162357/ 1900435/ 317/rimblackberry-paling-laku-di-indonesia, diakses pada tanggal 24 April 2012.

Durianto, Darmadi, Sugiarto, Dan Lie, Joko Budiman, 2004, Brand Equity Ten, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Fadli dan Inneke Qamariah, 2008, Pengaruh Faktor Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek Honda Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus pada Universitas Sumatera Utara).

Fino Yurio Kristo, http://inet.detik.com/read/2009/03/13/062150/1098708/319/ nokia-goyah-digempur-blackberry-dan-iphone, diakses pada tanggal 6 Juni 2012.

Gujarti, D, 2003, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa: Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harianto, Y Hanadi, 2006, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perceived Quality dan Dampaknya Terhadap Brand Equity”, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Humdiana, 2005, Pengaruh Elemen-Elemen Brand Equity Yang Meliputi Kesadaran Merek, Asosiasi Merek dan Loyalitas Merek Pada Rokok Djarum Black Dalam Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan atau Perusahaan.

Junaidi, 2010, Tabel r (Koefisien Korelasi Sederhana) df = 1-200, Junaidichaniago.wordpress.com.

Keller, Kevin Lane, 2003, Strategic Brand Management: Building, Measuring and Managing Brand Equity 2th Edition, Prentice Hall, New Jersey.

(18)

Kotler, Philip., 2002, Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1dan2, Terjemahan oleh Hendra Teguh dan Ronny A.Rusli, PT Prenhalindo, Jakarta.

Nicolino, Patricia.F., 2004, Brand Management, Terjemahan oleh Sugiri, Prenadia, Jakarta.

Rangkuti, Freddy., 2002, The Power of Brands : Teknik Mengelola Brand Equity Dan Strategi Pengembanga Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2002, Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Singarimbun, Masridan Effendi, Sofian., 2002, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

Sudjana, 2001, Metode Statistik, Edisi Kelima, PenerbitTarsito, Bandung.

Sugiyono. , 2004, Metode Penelitian Bisnis, AlfaBeta, Bandung.

Sulaiman, Wahid , 2002, Jalan Pintas Menguasai SPSS 10, Andi, Yogyakarta.

Suprapti Lilik, 2010, Analisis Pengaruh Brand Awareness, Perceived Value, Organizational Association Dan Perceived Quality Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada Pemilik Sepeda Motor Yamaha Mio CW di Harpindo Semarang), Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Susanto dan Wijanarko, Himawan, 2004, Power Branding (Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya), Penerbit Quantum Bisnis dan Manajemen, Jakarta.

Tjiptono, Fandy., 2005, Brand Management and Strategy, Andi, Yogyakarta.

Umar, Husein, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Widayat, 2004, Metode Penelitian Pemasaran, Aplikasi Sofware SPSS, UMM Press, Malang.

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Persaingan dalam dunia bisnis menuntut setiap pengusaha untuk

meningkatkan kemampuan dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada dalam

memenangkan persaingan dan mempertahankan eksistensinya. Salah satu aset

untuk meningkatkan daya saing tersebut adalah melalui pengenalan merek,

merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya dengan

tercukupi kebutuhannya. Merek memiliki peranan yang sangat penting bagi

konsumen untuk melakukan pembelian ulang karena mereka yakin bahwa merek

tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya, jika perusahaan mampu

membangun merek yang kuat di pikiran atau ingatan pelanggan melalui strategi

pemasaran yang tepat, perusahaan akan dikatakan mampu membangun mereknya.

Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan adalah dengan membentuk identitas

produk yang kuat melalui sebuah symbol yaitu merek (Brand) dalam situasi

tersebut, merek berperan sebagai subtitute hubungan person to person antara

perusahaan dengan pelanggan, selanjutnya kepercayaan dapat dibangun melalui

merek.

Merek memiliki peranan yang sangat penting bagi keberadaan dan

kehidupan suatu produk. Dari sisi konsumen, dengan adanya merek akan

mempermudah konsumen dalam melakukan pembelian terhadap produk tertentu.

Merek akan memudahkan konsumen dalam mengidentifikasi produsen atau

(20)

2

penting bagi perusahaan, di mana nama merek dan tanda dagang akan secara

hukum melindungi penjualan dari pemalsuan ciri-ciri produk. Merek memberikan

peluang bagi penjual untuk mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap

produknya, dan merek dapat membantu penjual dalam mengelompokkan pasar ke

dalam segmen-segmen. Bahwa terdapat 70% pelanggan menggunakan merek

sebagai petunjuk dalam membuat keputusan pembelian. Berbagai pilihan yang

ada menyebabkan pelanggan harus berpikir dan tidak yakin terhadap proses

pembelian merek yang baru dikenalnya. (Davis dalam Susanto, 2007:1)

Ekuitas merek (brand equity) merupakan aset yang paling penting sebagai

dasar keunggulan bersaing yang berkesinambungan di era global. Secara umum,

ekuitas merek dapat menambah atau bahkan bisa mengurangi nilai bagi para

pelanggan dan bagi perusahaan. Oleh karenanya agar bisa memberikan nilai,

ekuitas merek harus dikelola dengan memperhatikan elemen-elemen penting yang

terkait. Elemen-elemen ekuitas merek tersebut yang juga digunakan dalam

penelitian kali kini terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), persepsi

kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas

merek (brand loyalty), tanpa mengikutsertakan aset-aset hak milik lain dari merek

(other proprietary brand assets) karena salah satu tujuan dari penelitian ini adalah

melihat konsep ekuitas merek dari perspektif pelanggan, sedangkan hak milik lain

dari merek adalah komponen ekuitas merek yang lebih cenderung ditinjau dari

perspektif perusahaan.

Brand Equity (ekuitas merek) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku

(21)

3

yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan

keunggulan yang dapat membedakan dengan merek pesaing. jika pelanggan tidak

tertarik pada suatu merek dan membeli karena karateristik produk, harga,

kenyamanan, dan dengan hanya sedikit memperdulikan merek, kemungkinan

ekuitas mereknya rendah. Sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli

suatu merek walaupun dihadapkan pada para pesaing yang menawarkan produk

yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga dan kepraktisan, maka merek

tersebut memiliki nilai ekuitas yang tinggi. (Astuti dan Cahyadi, 2007)

Konsep dasar Brand Equity (ekuitas merek) bisa dikelompokkan dalam 5

elemen, yaitu kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived

quality), asosiasi merek (brand association), loyalitas merek (brand loyalty), dan

aset-aset dari hak merek lain (other proprietary brand assets) (Aaker, 2006:26).

Elemen ekuitas merek yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari

kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality),

asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty), tanpa

mengikutsertakan aset-aset hak milik lain dari merek (other proprietary brand

assets), karena salah satu tujuan dari penelitian ini adalah melihat konsep ekuitas

merek dari perspektif pelanggan, sedangkan hak milik lain dari merek (other

proprietary brand assets) adalah komponen ekuitas merek yang lebih cenderung

ditinjau dari perspektif perusahaan. Sehingga pada pembahasan elemen ekuitas

merek dalam penelitian ini hanya terdiri dari 4 variabel tersebut.

Segmen pasar ponsel pintar (smartphone) semakin lama semakin diminati

(22)

4

Indikasinya, pangsa pasar smartphone Nokia secara global turun dari yang semula

51% menjadi 41%. Angka tersebut dikemukakan oleh biro riset Gartner.

Perusahaan Research in Motion (RIM) dengan Blackberry andalannya dan Apple

dengan iPhone rupanya „mencuri‟ pangsa pasar Nokia tersebut. Dilansir

Information Week dan dikutip detikINET pada Jumat (13/3/2009), sekitar 2 tahun

lampau, Nokia begitu perkasa dengan menguasai 70% pasar smartphone. Namun

semakin inovatifnya Blackberry dan datangnya iPhone telah mengganggu

kedudukan Nokia sebagai market leader. Pangsa pasar RIM melonjak dari yang

semula 10,9% menjadi 19, 5%. Hal ini antara lain dipicu oleh larisnya Blackberry

jenis Storm maupun Bold. Adapun Apple menanjak dari yang awalnya menguasai

5,2% kini menjadi 10,7%. Di belakangnya ada vendor Samsung dan HTC yang

juga mengalami kenaikan meski relatif kecil. (Kristo:2009)

Ada beberapa alasan mengapa handphone Blackberry menjadi fenomenal

di seluruh dunia terutama di Indonesia karena adanya diferensiasi produk yang

berbeda dengan merek pesaing, jika dilihat dari kegunaan dan keunggulan fungsi

produknya beragam. Banyaknya fitur-fitur baru yang tidak dimiliki oleh para

pesaingnya, misalnya seperti push e-mail yaitu email yang diterima tepat waktu,

akses internet tanpa batas dimanapun, kapanpun dan ditawarkan dengan biaya

paket miring yang telah ditetapkan oleh berbagai operator, kemudian mempunyai

jangkauan jaringan yang luas agar pengguna dapat berkomunikasi dengan teman

di seluruh dunia (chatting via BBM (Blackberry Messenger), Yahoo, Twitter,

Facebook, Foursquare, dll), serta dapat mengetahui berita dan informasi baik

(23)

5

disebutkan diatas tersebut hanya berbentuk sebuah handphone. Walaupun

permintaan pasar terhadap produk smartphone saat ini mengalami peningkatan,

tetapi tetap saja handphone merek Blackberry masih kalah bersaing dengan

merek-merek kompetitor lainnya seperti Nokia, Apple, dan merebahnya

handphone-handphone dari Cina yang di anggap bersaing dengan harga yang

rendah tapi mempunyai keunggulan yang hampir sama dengan Blackberry.

Fenomena perkembangan Blackberry di Indonesia sendiri terhitung yang

tercepat di dunia. Bahkan diprediksi jumlah penggunanya dalam waktu dekat akan

segera menyaingi jumlah penggunanya di AS dan Kanada. Research In Motion

(RIM) menyanjung Indonesia sebagai pasar yang cerdas karena memilih

BlackBerry sebagai smartphone pilihan utama ketimbang merek ponsel lain.

Dalam presentasinya di X2, Plaza Senayan, Jakarta, Selasa (24/4/2012), Hasting

Singh, Managing Director RIM Asia Selatan, mengatakan bahwa BlackBerry

telah menjadi brand nomor satu di Indonesia. "Pengguna BlackBerry sudah lebih

dari 77 juta di seluruh dunia. Di Indonesia, BlackBerry jadi brand nomor satu.

Begitupun di Inggris, Timur Tengah, Afrika Selatan, dan Amerika Latin," katanya.

Mengutip riset dari penelitian GfK, Hasting bilang, BlackBerry mencatatkan

penjualan ponsel tertinggi di Indonesia. Ia juga mengatakan, berdasarkan badan

riset Roy Morgan di kuartal ketiga 2011, level kepuasan pengguna BlackBerry di

Indonesia tertinggi dibandingkan merek ponsel ternama lainnya. "Masyarakat

Indonesia cerdas karena memilih BlackBerry sebagai smartphone mereka," kata

Eka Anwar, Marketing Director RIM Indonesia. Dari 77 juta pengguna

(24)

6

15% dengan jumlah pengguna hampir 10 juta. RIM bermitra dengan tujuh

operator, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Axis, Hutchison Tri, Smart Telecom,

dan Bakrie Telecom. (Noor II:2012)

Obyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Strata 1 yang masih aktif di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan tahun 2007-2011. Adapun perincian

jumlah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang aktif tahun

2007-2011 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Jumlah Mahasiswa UMM aktif tahun 2007-2011

Sumber : Biro Administrasi Akademik Universitas Muhammadiyah Malang, 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan Universitas Muhammadiyah

Malang memiliki jumlah 17712 Mahasiswa pada tahun 2007-2011. Adapun

jumlah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebanyak 3369. Selain

merupakan salah satu Fakultas dari Universitas swasta di Kota Malang yang

memiliki jumlah mahasiswa terbesar dengan komposisi mahasiswa yang lebih

beragam (kelas sosial, pemikiran, kultur, dan sebagainya) dibandingkan Fakultas

lain.

PERIKANAN & PETERNAKAN 791

AGAMA ISLAM 512

(25)

7

Beberapa pertimbangan peneliti menggunakan mahasiswa sebagai obyek

penelitian antara lain: a) Mahasiswa merupakan segmen pasar smart customer

yang kritis dan memiliki idealisme yang membutuhkan banyak pertimbangan

sebelum menentukan pembelian produk handphone sebagai kebutuhan informasi

dan komunikasi sehari-hari. Mahasiswa masih suka barganti-ganti tipe dan merek

handphone dan b) Hasil pengambilan sampel secara random menunjukkan

sebanyak 30 orang mahasiswa dari 3369 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi

terdapat 18 orang (60%) mahasiswa yang menggunakan HP Blackberry. Hal ini

memberikan makna bahwa pengguna Blackberry di kalangan mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang cukup banyak. Sebagai

kampus terpadu dijadikan sebagai pusat seluruh aktivitas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Faktor Pembentuk Brand Equity Pada

Handphone Blackberry (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang)”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang membentuk brand equity pada handphone

Blackberry

2. Manakah diantara faktor brand awareness, perceived quality, brand

association dan brand loyalty yang dominan membentuk brand equity

(26)

8

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor pembentuk brand equity (ekuitas merek) pada

handphone Blackberry

2. Untuk mengetahui diantara brand awareness, perceived quality, brand

association dan brand loyalty yang dominan membentuk brand equity

(ekuitas merek) pada handphone Blackberry

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi

perusahaan handphone merek Blackberry untuk mengetahui faktor

pembentuk brand equity handphone Blackberry guna peningkatan jumlah

penjualan produk.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan mengenai ilmu pengetahuan

(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek

Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Tjiptono (2005:2)

menekankan merk sebagai identifer dan differentiator. Hal ini berarti bahwa

merek itu merupaka nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari

hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari

orang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik

memberikan jaminan mutu.

Nama merek menurut Knapp (2001:7) adalah suatu produk atau jasa

yangmemakai nama merek terkenal sedangkan merek merupakan suatu jenis atau

variasi dari sesuatu yang dibedakan oleh beberapa karakteristik khusus. Nama

merek benar-benar gambaran yang paling di kenal dari merek. Merek adalah

etinitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai-nilai tertentu dimana etinitas

adalah suatu yang memiliki eksistensi yang khas dan berbeda (Nicolino, 2004:4)

(28)

10

Menurut Kotler (2003:418-419) merek dapat memilki enam level

pengertian yaitu:

1. Attributes: a brand brings to mind certain attributes

Setiap merek memiliki atribut. Atribut tersebut perlu dikelola dan

diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut

apa saja yang terkandung dalam suatu merek. Contohnya, Mercedes

memberikan kesan mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang

dengan baik, tahan lama dan bergengsi tinggi

2. Benefifits: attributes must be translated into functional and emotional

benefit

Merek tidak hanya memberikan kaitan terhadap atribut-atribut produk atau

bentuk lainnya, namun juga memberikan arti sebuah manfaat dari merek

tersebut.

3. Values : the brand also says something about the procedur’s values

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Merek yang

memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang

berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.

4. Culture: the brand may be reperesent a certain culture

Merek juga mewakili budaya tertentu. misalnya, Mercedes mewakili

budaya jerman yang terorganisasi, efisien dan bermutu tinggi.

5. Personality :the brand can project a certain personality

Sebuah merek juga memberikan identitas kepribadian bagi para

(29)

11

pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang digunakan. Pada

sebuah produk, kepribadian dapat membangun hubungan tertentu dengan

memberikan ikatan emosional terhadap produk.

6. User : the brand suggests the kind of cunsomer who buys or uses the

product

Merek dapat memberikan sinyal siapa dan bagaimana karakteristik

konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Pada dasarnya merek lebih dari sekedar simbol. Merek mampu

mengidentifikasikan penjual dan pembuatnya. Merek dapat berupa nama ,merek

dagang, logo ataupun simbol lain.Selain itu merek sebenarnya merupakan janji

penjual untuk konsisten memberikan feature (atribut), manfaat dan jasa tertentu

kepada pembeli sehingga apabila merek dikelola dengan baik maka merek akan

mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar.

Pemberian merek merupakan masalah utama dalam strategi produk. Di

satu puhak, menggembangkan produk beremerek memerlukan pengeluaran

investasi jangka panjang yang besar, khususnya untuk iklan, promosi dan

pengemasan. Tetapi pada pihak yang lain, para produsen akhirnya menyadari

bahwa kekuatan pasar justru dapat memiliki membangun merek mereka sendiri.

Menurut McCarthy dan Perreault (2005:50), terdapat beberapa kondisi yang dapat

mendukung suksesnya pemeberian merek yaitu :

1. Produk mudah diidentifikasi melalui merek atau trademark.

2. Kualitas produk merupakan nilai terbaik dari sebuah harga dan kualitas

tersebut mudah untuk dipertahankan.

(30)

12

4. Permintaan cukup besar sehinga harga pasar cukup tinggi dan peberian

merek membawa keuntungan.

5. Terdapat economies of scale.

2.1.1.1 Peranan dan Manfaat Merek

Menurut Keller dalam Tjiptono (2005:20-22) merek bermanfaat bagi

produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek berepran penting sebagai :

1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan

produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan

pencatatn akuntansi.

2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek

bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek bisa

diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks), proses

pemanafakturan bisa dilindugi melalui hak cipta (copyrights) dan desain.

Hak-hak properti intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan

dapat berinvestasi dengan aman dalam merek yang dikembangkannnya

dan meraup manfaat dari aset bernilai tersebut.

3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka

bisa dengan mudah memeilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas

merek seperti ini menghasilkan predictability dan secutity permintaan bagi

perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan

perusahaan lain untuk memasuki pasar.

4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk

(31)

13

5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,

loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa dating.

Peran merek bagi konsumen, dapat dijelaskan pada tabel 2 Tabel 2

Peran Merek Bagi Konsumen

No Fungsi Manfaat Bagi Pelanggan

1 Identifiksi Biasa dilihat dengan jelas;memberikan makna

bagi produk; gampang mengidentifikasi produk

yang dibutuhkan atau dicari.

2 Praktikalitas Memfasilitasi penghematan waktu dan energi

melalui pembelian ulang identik dan loyalitas

3 Optimisai Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa

mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama

sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan

ditempat berbeda

4 Optimisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat

membeli alternatif terbaik dalam kategori produk

tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik

5 Karakterisasi Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri

konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada

orang lain.

6 Kontinuitas Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan

intimasi dengan merek yang telah digunakan atau

dikonsumsi pelanggan selama betahun-tahun

7 Hedonistik Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo,

dan komunikasinya.

8 Etis Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung

jawab merek bersangkutan dalam hubungannya

dengan masyrakat

(32)

14

Menurut Ambler dalam Tjiptono (2005:23) beberapa manfaat merek

memiliki deskripsi merek yang berbeda. Ketiga manfaat merek tersebut meliputi:

1. Manfaat Ekonomis

 Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk saling bersaing

memperebutkan pasar.

 Konsumen memilih merek berdasarkan value of money yang ditawarkan

berbagai macam merek.

 Relasi antara merek dan konsumen dimulai dengan penjualan. Premium

harga bisa berfungsi layaknya asuransi risiko bagi perusahaan. Sebagian

besar konsumen lebih suka memilih penyedia jasa yang lebih mahal

namun diyakiinya bakal memuaskannya ketimbang memilih penyedia

jasa lebih murah yang tidak jelas kinerjanya.

2. Manfaat Fungsional

 Merek memberikan peluang bagi diferensiasi. Selain memeperbaiki

kualitas (diferensiasi vertikal), perusahaan-perusahaan juga memperluas

mereknya dengan tipe-tipe produk baru (diferensiasi horisontal).

 Merek memberikan jaminan kualitas, apabila konsumen membeli merek

yang sama lagi, maka ada jaminan bahwa kinerja merek tersebut akan

konsisten dengan sebelumnya.

 Pemasar merek berempati dengan para pemakai akhir dan masalah yang

akan diatasi merek yang ditawarkan.

 Merek memfasilitasi ketersediaan produk secara luas

(33)

15

3. Manfaat Psikologis

 Merek merupakan penyederhanaan atau simplifkasi dari semua informasi

produk yang perlu diketahui konsumen.

 Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada pertimbangan rasional.Dalam

banyak kasus ,faktor emosional (seperti gengsi dan dan citra sosial)

memainkan peran dominan dalam keputusan pembelian.

 Merek bisa memperkuat citra diri dan persepsi orang terhadap

pemakai/pemiliknya.

Brand symbolism tidak hanya berpengaruh pada persepsi orang lain,

namun juga pada identifikasi diri sendiri dengan objek tertentu.

Ekuitas Merek adalah totalitas dari persepsi merek, mencakup kualitas

relatif dari produk dan jasa, kinerja keuangan, loyalitas pelanggan, kepuasan dan

keseluruhan penghargaan terhadap merek. yang semuanya tentang bgaimana para

konsumen, pelanggan, karyawan, dan semua stakcholder merasakan tentang

merek (Knapp, 2001:3) “Ekuitas merek adalah suatu aset, sebagai efek positif

yang berbeda tentang pengetahuan suatu nama merek yang ada pada respon

pelanggan terhadap produk atau jasa.

Merek menurut Nicolino (2004:75) adalah “Ekuitas merek adalah sebuah

frase yang dengan cepat bergerak ke dalam aliran utama setelah menghabiskan

seluruh hidupnya dalam dinding departemen pemasaran. Ekuitas adalah jumlah

total berbagai nilai berbeda yang dilekatkan orang kepada suatu merek, yang

(34)

16

adalah sesuatu yang benar-benar tidak dapat diserap indera, hanya eksis dalam

pikiran orang-orang, walaupun ia memiliki kekuatan untuk menghasilkan uang.”

Menurut Tjiptono (2005:39) menyatakan bahwa Brand equity adalah

serangkain asset dan kewajiban (liabilities) merek yang terkait dengan sebua

merek, nama dan simbolnya ,yang menambah atau mengurangi nilai yang

diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan tersebut. Definisi tersebut

mengisyaratkan bahwa Brand equity bisa bernilai bagi perusahaan (company

based brand equity) dan bagi konsumen (customer based brand equity) Pertama,

Brand equity memberikan nilai kepada perusahaan dengan memperkuat efisiensi

dan efektivitas program pemasaran, loyalitas merek, harga/laba, perluasan merek,

peningkatan perdagangan dan keuntungan kompetitif. Kedua brand equity

memberikan nilai kepada pelanggan dengan memperkuat impretasi/proses

informasi, rasa percaya diri dalam pembelian, dan pencapain kepuasan pelanggan.

Menurut Kotler (2003:423) Brand equity yang tinggi memberikan

beberapa keuntungan dalam persaingan,antara lain:

1. Perusahaan memiliki pengaruh dagang yang lebih dalam tawar-menawar

dengan ditributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan

distributor dan pengecer untuk menyediakan merek tersebut.

2. Perusahaan dapat menetapkan harga lebih tinggi daripada pesaing karena

mereknya mempunyai Peceived quality yang tinggi

3. Perusahaan dapat dengan mudah mengeluarkan perluasan karena nama

(35)

17

4. Merek menawarkan kepada perusahaan dalam beberapa pertahanan lawan

dalam persaingan harga.

Keller (2004:117) mendifinisikan istilah CBBE (Customer Based Brand

Equity) sebagai efek berbeda dari pengetahuan merek pada pelanggan untuk

pemasaran merek. Dasar pemikiran dari pendekatan CBBE adalah bahwa

kekuatan sebuah merek terletak pada apa yang dipelajari, dirasakan, dilihat dan

didengarkan konsumen tentang merek tersebut sebagai hasil dari pengalamannya

seopanjang waktu. Hal itu menunjukkan bahwa kekuatan merek terletak pada

pikiran pelanggan.

2.1.2 Dimensi Brand Equity

Menurut Tjiptono (2005:40) mengklasifikasikan elemen-elemen ekuitas

merek ke dalam lima kategori yaitu loyalitas merek, name awareness, perceived

quality, asosiasi merek dan proprietary brand assets lainnya. Definisi dan elemen

brand equity versi Aaker mengintegrasikan dimensi sikap dan perilaku. Aset

merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi

yaitu brand awareness, perceived quality ,brand associations dan brand loyalty.

(36)

18

Gambar 1

Elemen Brand Equity Versi David Aaker

Menurut Durianto dkk, (2004), merek yang memiliki top of mind yang

tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam

ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya

merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai

atau dibenci). Penelitian Suprapti (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi

kesadaran (awareness) konsumen terhadap merek suatu produk semakin kuat

keputusan pembelian konsumen. Jika semakin kecil tingkat risiko suatu merek

akan menimbulkan keyakinan yang besar pada pelanggan atas keputusan

pembeliannya.

Menurut Durianto (2004), semakin banyak asosiasi yang saling

berhubungan, maka akan semakin kuat citra mereknya. Selain itu, asosiasi merek

juga dapat membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen

yang pada akhirnya akan memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk

membeli dan menggunakan merek tertentu. Penelitian Kurniawan (2010), untuk

mengukur asosiasi suatu merek Minuman Isotonik Fatigon Hydro di Purwokerto

(37)

19

produk terhadap gaya hidup, dan kredibilitas perusahaan berpengaruh

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Menurut Durianto dkk, (2004), persepsi kualitas merupakan persepsi

konsumen maka dapat diramalkan jika persepsi kualitas negatif, produk tidak

akan disukai dan tidak akan bertahan di pasar. Jika persepsi kualitas positif,

produk akan disukai. Keterbatasan informasi, uang, dan waktu membuat

keputusan pembelian seorang pelanggan sangat dipengaruhi oleh persepsi kualitas

suatu merek yang ada di benak konsumen sehingga seringkali alasan keputusan

pembelian hanya didasarkan kepada persepsi kualitas dari merek yang akan

dibelinya. Penelitian Rachmansyah (2010), menyatakan persepsi kualitas yang

positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap

produk tersebut. Selanjutnya mengingat persepsi konsumen yang diramalkan

maka persepsi kualitasnya negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan

bertahan lama di pasar.

Durianto dkk, (2004), bahwa loyalitas merupakan suatu ukuran

keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan

gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek yang

lain, terutama jika pada merek tersebut didapati terjadinya perubahan baik

menyangkut harga ataupun atribut lain. Penelitian Setyawan (2010) menyatakan

bahwa dengan loyalitas yang besar dari seseorang terhadap merek akan

menciptakan keinginan untuk selalu menggunakan merek tersebut yang akan

(38)

20

2.1.3 Brand Awareness (Kesadaran Merek)

Merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat

bahwa sebuah merek merupkan anggota dari produk tertentu (Tjiptono, 2005:40).

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004:131) kesadaran merek berbeda pada

rentang antara perasaan yang tak pasti terhadap pengenalan suatu merek sampai

perasaan yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas

produk yang bersangkutan. Variabel brand awareness dibagi menjadi sub-sub

variabel yang secara urut (Rangkuty, 2004:40-41) sebagai berikut:

1. Top of Mind (pucak pikiran)

2. Merupakan merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen

secara spontan dan menempati tempat khusus/istimewa dibenak konsumen.

3. Brand recall (pengiriman kembeli merek )

4. Mencerminkan merek-merek apa saja yang diingat konsumen setelah

menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana merek-merek yang

disebutkan kedua ,ketiga dan seterusnya merupakan meek yang menempati

brand recall dalam benak konsumen.

5. Brand Recognition (pengenalan merek)

6. Merupakan tingakat minimal dari kesadaran merek yang merupakan

pengenalan merek dengan bantuan ,misalnya dengan bantuan daftar

merek,daftar gambar,atau cap merek. Dan merek yang masuk dalam ingatan

konsumen disebut brand recognition.

(39)

21

8. Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dalam piramida brand

awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi merek.

Tingkat kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai

suatu piramida seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 2

Piramida Brand Awareness

Sumber : Rangkuti, 2004

terdapat empat indikator untuk mengevaluasi seberapa jauh konsumen aware

terhadap suatu merek, antara lain:

1. Recall, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya

merek apa saja yang merek ingat.

2. Recognition, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek

tersebut termasuk dalam satu kategori tertentu.

3. Purcahse, yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek

ke dalam alternatif pilihan ketika mereka akan membeli.

4. Consumption, yaitu seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu

merek ketika mereka sedang menggunakan produk atau layanan pesaing.

Peran brand awareness terdapat brand equity dapat dipahami dengan

membahas bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai. Menurut

Top of Mind Brand Recall Brand Recognition

(40)

22

Haryanto (2006:3) penciptaan nilai ini dapat dilakukan dengan banyak cara, antara

lain:

1. Anchor to other association which can be attached

Pada dasarnya suatu merek dapat memiliki hubungan dengan hal-hal lain.

2. Familiarity-liking

Suatu upaya mengenalkan sebuah merek dengan cara menimbulkan suatu

hal yang familiar. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan

kesukaan yang kadang-kadang dapat berpengaruh dalam membuat

keputusan.

3. Substance /commitment

Kesadaran akan merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti

yang sangat penting bagi suatu perusahaan.

4. Brand to consider

Penyeleksian suatu kelompok merek yang telah dikenal sebgai suatu upaya

mempertimbangkan merek mana yang akan diputuskan untuk digunakan.

Keputusan pemilihan ini biasanya dipengaruhi oleh ingatan konsumen

terhadap merek yang paling diingat.

2.1.4 Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

Perceived quality merupkan penilaian konsumen terhadap keunggulam

atau superioritas produk secara keseluruhan (Tjptono, 2005:40) sedangkan

menurut Aaker dalam Rangkuty (2004:41) disebutkan bahwa persepsi pelanggan

(41)

23

berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Oleh sebab itu, perceived quality

didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen (bukan manajer atau pakar)

terhadap kualitas produk. Persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen

terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atu jasa layanan

berkenaan dengan maksud yang diharapkan konsumen (Susanto dan Wijanarko,

2004:129). Persepsi terhadap kualitas keselurahan dari suatu produk atau jasa

tersebut dapat mentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh

lansung kepada keputusan pembelian dan loyalitas konsumen terhadap suatu

merek.

Perceived quality tidak dapat ditetapkn secara objektif ,karena akan

melibatkan hal-hal apa saja yang dianggap penting bagi pelanggan. Sedangkan

antara pelanggan yang satu dengan lainnya memiliki kepentingan yang relatif

berbeda terhadap suatu produk atau jasa.

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004:129) perceived quality adalah

persepsi para pelanggan dan berbeda dengan berbagai konsep yang hampir sama,

antara lain:

1. Kualitas aktual objectif (actual or objective quality)

2. Perluasan ke suatu bagian dari produk atau jasa yang memberikan

pelayana lebih baik

3. Kualitas isi produk (product based quality)

4. Karakteristik dan kualitas unsur, bagian-bagian, atau pelayanan yang

disertakan.

(42)

24

6. Kesusuain dengan spesifikasi dan hasil akhir yang tanpa cacat (zero

defect).

Menurut Haryanto (2006:6) terdapat beberapa dimensi yang mendasari

penilaian persepsi kualitas terhadap produk antara lain:

1. Karakteristik Produk

2. Kinerja, berkaitan dengan aspek fungsional dari suatu produk yang

merupakan karakteristik utama yang diprtimbangkan pelanggan dalam

membeli produk.

3. Features, yaitu bagian tambahan/elemen sekunder dari produk sebagai

tambahan untuk menjadi pembeda yang penting ketika dua merek produk

tampak hampir sama.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi ,merupakan pandangan mengenai kualitas

proses manafaktur (tidak ada cacat), sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditentukan, dan teruji

5. Keandalan, yaitu konsistensi kinerja suatu produk dari suatu pembelian

hingga pembeli berikutnya

6. Ketahanan, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan

atau masa pakai dari produk

7. Pelayanan, mencerminkan kemampuan dalam memberi pelayanan atas

produk

8. Hasil akhir (fit and finish), mengarah pada kualitas yang dirasakan ,yang

(43)

25

Menurut Rangkuty (2004:42), secara umum perceived quality memiliki

lima keuntungan kesan kualitas ,yaitu:

1. Alasan konsumen untuk membeli

Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk

membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus

dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan

dipilih.

2. Differensiasi atau positioning product

Artinya bahwa suatu karakteristik penting dari merek adalah posisinya

dalam dimensi kesan kualitas.

3. Harga optimum

Keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan didalam menetapkan

harga optimum.

4. Kepentingan berbagai saluran distribusi

Keuntungan keempat ini memiliki arti penting bagi para distributor,

pengecer serta berbgai saluran distribusi lainnya, karena hal ini sangat

membantu perluasan ditribusi

5. Perluasan merek

Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai

perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk

(44)

26

Kelima keuntungan di atas dapat sebagaimana terlihat pada gambar 3.

Gambar 3

Nilai Dari Kesan Kualitas

Sumber : Rangkuti, 2004

2.1.5 Brand Association (Asosiasi Merek)

Pengertian asosiasi merek menurut Rangkuty (2004:43) yaitu segala

sesuatu yang terkait dengan memori terdapat sebuah merek. Brand association

berkait erat dengan brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi

merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu

dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau

eksposur dengan merek spesifik.

Brand association merupakan segala kesan yang muncul dan terkait

dengan ingatan konsumen mengenai suatu merek. Beberapa asosiasi merek

membutuhkan atribut merek atau customer benefits dan manfaat produk yang

dapat memberikan alasan spesifik untuk membeli dan menggunakan merek Alasan untuk membeli

Kesan

Kualitas

Diferensiasi/posisi

Harga optimum

Minat saluran distribusi

(45)

27

tersebut. Atribut dan manfaat bagi pelanggan merupakan dimensi persepsi yang

dominan. Selain atribut dan manfaat produk, asosiasi juga menunjukkan fakta

bahwa produk dapat digunakan untuk mengekspresikam gaya hidup, kelas sosial

dan peran profesional (Susanto dan Wijanarko, 2004:133). Suatu merek yang

telah mapan pasti akan memiliki posisi yang menonjol daripada pesaing, bila

didukung oleh asosiasi yang kuat.

Berbagai brand association yang saling berhubungan akan membentuk

suatu rangakain yang disebut brand image, dimana brand image adalah

sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen (Rangkuty,

2004:43). Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, maka samakin kuat

brand image yang dimiliki merek tersebut. Image merek yang baik sangatlah

penting dimata konsumen, karena dapat menjadi value added dalam pengambilan

keputusan pemilihan merek.

Menurut Haryanto (2006:5) fungsi brand association dalam pembentukan

brand equity adalah sebgai berikut:

1. Membantu penyusunan informasi merek

Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu

mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal oleh pelanggan.

2. Perbedaan

Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi usaha

pembedaan. Asosiasi–asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat

(46)

28

3. Sebagai alat konsumen untuk membeli

Pada umumnya. Mosiasi merek sangat membantu pada konsumen untuk

mengambil keputusan untuk mengambil produk tertentu.

4. Menciptakan sikap positif terhadap merek tersebut

Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya

akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.

5. Sebagai landasan untuk melakukan brand expansion

Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek,

yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan sebuah

produk baru.

Tingkat nilai asosiasi merek tersebut di atas dapat di lihat pada gambar 4.

Gambar 4 Nilai Asosiasi Merek

Sumber : Rangkuti, 2004

Membantu proses/penyusunan informasi

Asosiasi merek

Diferensiasi/posisi

Alasan untuk membeli

Menciptakan sikap/perasaan positif

(47)

29

2.1.6 Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Menurut Tjiptono (2005:41) Brand loyalty adalah ”The attachment that a

customer has to a brand”. Loyalitas merek merupakan ukuran kedekatan

/keterkaitan pelanggan pada sebuah merek.Ukuran ini mengambarkan tentang

mungkin tidaknya konsumen beralih ke merek lain,terutama jika merek harga

atupun atribut lainnya. Konsumen yang loyal pada umumnya akan melanjutkan

penggunaan marek tersebut,walaupun dihadapkan dengan banyak alternatif merek

produk pesaing yang menwarkan karakteristikproduk yang unggul.

Menurut Griffen (2002:31) loyalitas pelanggan merupakan ukuran yang

dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan.

Berebeda dengan kepuasan, yang meruapakan sikap, loyalitas dapat didefinisikan

berdasarkan perilaku membeli. Menurut Griffen (2003:31-34) pelanggan yang

loyal adalah orang yang berperilaku:

1. Melakukan pembelian berulang secara teratur

2. Membeli antarlini produk dan jasa

3. Merefrensikan kepada orang lain

4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing

Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang

memiliki tingkatan loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai tertinggi yang

membentuk piramida loyalitas merek .Menurut Rangkuty (2004:61) terdapat

(48)

30

1. Switcher (konsumen yang berpindah-pindah)

Pembeli yang berada pada tingakatan ini disebut sebgai pelanggan yang

berbeda pada tingkat paling dasar, dan juga sama sekali tidak loyal.

Pembeli pda tingkat ini tidak mau terikat pada merek apapun, karena

karakteristik konsumen yang berada pada katageri ini pada umumnya

adalah mereka yang sensitif terhadap harga. Mereka menggangap bahwa

suatu produk (apapun mereknya) dianggap telah memadai serta hanya

memiliki peranan yang kecil dalam keputusan untuk membeli.

2. Habitual Buyer (pembelian yang berdasarkan kebiasaaan)

Pembeli yang berada pada tingkatan ini, dikategorikan sebagai pembeli

yang puas dengan merek yang telah mereka konsumsi. Para pembeli tipe

ini memilih merek hanya karena faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen

yang termasuk dalam kategori ini adalah jarang untuk mengevaluasi merek

lain.

3. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan

merek yang mereka konsumsi, namun demikian mungkin saja mereka

memindahkan pembelian ke merek lain dengan menanggung switch cost

yang terkait dengan waktu, uang, manfaat, ataupun resiko kinerja yang

melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek

4. Liking the Brand (pembeli yang menyukai merek)

Pada tingkat ini, konsumen yang sungguh-sungguh menyukai merek

(49)

31

simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau

persepsi kualitas yang tinggi.

5. Committed Buyer (pembeli yang setia)

Pada tingkatan ini pembeli merupaka pelanggan yang setia. Mereka

memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek bahkan merek

sudah menjadi suatu hal yang sangat penting bagi mereka, baik karena

fungsi operasional maupun emosional dalam mengkspresikan jati diri.

Salah satu aktualisasi loyalitas konsumen pada tingkat ini ditunjukkan

dengan tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut

pada pihak lain.

Tingkat loyalitas tersebut sebagaimana terlihat pada gambar 5:

Gambar 5 Piramida Loyalitas

Sumber : Rangkuti, 2004

Untuk memahami secara lebih jelas mengenai loyalitas merek dan

pengelolahannya, diperlukan upaya untuk melakukan pengukuran-pengukuran Commited Buyer

Liking the Brand

Satisfied Buyer

Habitual Buyer

(50)

32

loyalitas merek (Rangkuty, 2004:64-72). Pengukuran-pengukuran tersebut antara

lain:

1. Pengukuran Perilaku

Cara langsung untuk menentukan loyalitas, khususnya perilaku yang

sudah menjadi kebiasaan, adalah dengan mengetahui pola-pola pembelian

yang bisa dilakukan oleh konsumen. Pengukuran yang dapat digunakan

adalah tingkat pembelian ulang (purchase rate), persentase pembelian, dan

jumlah merek yang dibeli.

2. Mengukur biaya atau pengorbanan untuk beralih merek (switching cost)

Analisis terhadap biaya pengerobanan untuk beralih merek dapat

memberikam wawasan yang lebih luas karena pengorbanan tersebut

merupakan suatu dasar terciptanya loyalitas merek. Apabila konsumen

memerlukan pengeluaran yang sangat mahal dan memiliki resiko yang

sangat besar ,hal itu akan mengakibatkan tingkat perpindahannya menjadi

sangat rendah.

3. Mengukur kepuasan

Pengukuran tingkat kepuasaan atau mengukur ketidakpuasan merupkan

alat yang penting untik mendeteksi tingkat loyalitas merek konsumen.

Melalui pengukuran tersebut, dapat diketahui hal-hal yang berkaitan

dengan masalah yang dihadapi oleh pelanggan ,alasan beralihnya

(51)

33

4. Merek kesukaan

Merek kesukaan yang menyeluruh dan umum dapat diukur melalui sebuah

cara yang bervariasi, misalnya perhatian, rasa bersahabat, dan

kepercayaan. Ukuran lain dari kesukaan tercermin pada kesediaan para

pelanggan untuk memperoleh merek kesukaannya meskipun dengan harga

yang lebih tinggi dibanding merek lainnya.

5. Komitmen

Merek-merek yang sangat kuat akan memiliki sejumlah besar pelanggan

yang memiliki komitmen. Satu inidikator penting adalah jumlah interaksi

dan komunikasi yang terlibat dalam suatu produk. Misalnya konsumen

Suka untuk membicarakan merek tersebut dengan rekannya, bahkan

menyarankan dan merekomendasikan untuk membeli merek tersebut.

Menurut Haryanto (2006:8), beberapa fungsi yang dapat diberikan oleh

brand loyalty kepada perusahaan yaitu:

1. Mengurangi biaya pemasaran

Perusahaan yang memiliki basis konsumen yang mempunyai loyalitas

merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena

biaya untuk mempertahankan konsumen jauh lebih murah dibandingkan

mendapatkan konsumen baru.

2. Meningkatkan perdagangan

Loyalitas merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan. Loyalitas

(52)

rak-34

raknya karena para pengecer mengetahui bahwa para konsumen akan

mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftar belanjaannya.

3. Menarik minat pelanggan baru

Loyalitas merek dapat menarik minat konsumen baru karena perasaan

puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan, yakni

bagi calon konsumen untuk mengonsumsi merek tersebut dan biasanya

akan merekomendasikan/mempromosikan merek yang dipakainya kepada

orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik konsumen baru.

4. Memberi waktu untuk merespon ancaman pesaing

Suatu perusahaan untuk cepat merespons gerakan-gerakan pesaing. Jika

salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut

loyal akan memberi waktu pada perusahaan tersebut agar memperbaharui

produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya.

Loyalitas merek pada pelanggan yang ada mewakili suatu aset strategis

dan jika dikelola nilai dalam beberapa bentuk (Rangkuti, 2004:63). Hal ini

sebagaimana terlihat pada gambar 6.

Gambar 6 Nilai Loyalitas Merek

Loyalitas Merek

Pengurangan biaya pemasaran

Peningkatan perdagangan

Meningkat pelanggan baru a. Menciptakan kesadaran merek

b. meyakinkan kembali

Waktu Merespon

(53)

35

2.2 Landasan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan telaah pustaka yang berasal dari

penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu

yang menjadi rujukan penelitian ini antara lain, penelitian yang dilakukan

Humdiana (2005) mengenai pengaruh elemen-elemen brand equity yang meliputi

kesadaran merek, asosiasi merek dan loyalitas merek pada rokok Djarum Black

dalam menciptakan nilai bagi pelanggan atau perusahaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti memiliki pengaruh kuat

terhadap brand equity dalam menciptakan nilai bagi pelanggan dan perusahaan.

Penelitian Fadli dan Qamariah (2008) meneliti tentang pengaruh faktor

Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek Honda Terhadap Keputusan Pembelian

(Studi Kasus pada Universitas Sumatera Utara). Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa variabel kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek,

loyalitas merek secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian dan secara parsial hanya variabel kesadaran merek tidak berpengaruh

signifikan terhadap keputusan konsumen. Variabel yang dominan berpengaruh

terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda di lingkungan

Universitas Sumatera Utara adalah variabel loyalitas merek.

Penelitian dari Chan (2010) hasil pengujian hipotesisnya menunjukkan

bahwa ekuitas merek Bank Muamalat Indonesia memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap proses keputusan pembelian. Pengaruh positif tersebut

diartikan semakin baik kondisi ekuitas merek Bank Muamalat Indonesia, maka

(54)

36

Muamalat Indonesia cabang Bandung. Terakhir penelitian oleh Kurniawan (2010)

mengenai Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen. Penelitian tersebut sama-sama menggunakan metode linear regresi

berganda, dan hasil penelitian juga membuktikan bahwa keempat variabel secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian minuman isotonik

Fatigon Hydro.

Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa terdapat

adanya kesamaan dan perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan hasil

penelitian yang disusun oleh peneliti. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian

terdahulu dengan penelitian ini yaitu: jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian berbeda dengan penelitian terdahulu dan objek penelitian ini adalah

mahasiswa Strata 1 yang masih aktif di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Malang yang menggunakan HP Blackberry dan analisis data

yang digunakan adalah analisis faktor. Selain perbedaan terdapat pula kesamaan

antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti pada saat

ini. Persamaan tersebut antara lain: Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association dan Brand loyalty.

Tujuan mempelajari penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian

ini adalah untuk digunakan sebagai bahan acuan dan untuk memperbandingkan

(55)

37

2.3 Hipotesis Penelitian

Model hipotesis merupakan suatu gambaran secara jelas tentang konsep

dasar yang menghubungkan antara teori yang ada dengan hipotesis suatu

penelitian. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7

Model Konseptual Penelitian

Sumber: Konseptual yang dikembangkan dalam penelitian 2013

Berdasarkan gambar model konseptual disusun hipotesis sebagai berikut:

H1 : Faktor brand awareness, perceived quality, brand association dan brand loyalty adalah pembentuk brand equity (ekuitas merek) handphone

Blackberry.

H2 : Diantara faktor brand awareness, perceived quality, brand association dan

brand loyalty, bahwa yang berpengaruh dominan terhadap brand equity

(ekuitas merek) handphone Blackberry adalah brand loyalty. Brand Awareness (X1)

Perceived Quality (X2)

Brand Association (X3)

Brand Loyalty (X4)

Gambar

Tabel 1 Jumlah Mahasiswa UMM aktif tahun 2007-2011
Gambar 2 Piramida Brand Awareness
Gambar 3 Nilai Dari Kesan Kualitas
Gambar 4 Nilai Asosiasi Merek
+4

Referensi

Dokumen terkait

ananas merupakan 3 kelompok bakteri patogen tumbuhan yang berasal dari genus Erwinia dengan kisaran inang yang luas, mencakup tanaman pangan, sayuran, buah dan tanaman hias,

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Ekonomi terhadap Likuiditas Bank Syariah di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

PERTAMA : Membentuk Tim Pengarah dan Tim Taknis Kegiatan Penataan Aset Tahun Anggaran 2016, dengan susunan dan personalia sebagaimana tersebut dalam Lampiran

5 2007 Pola Permainan Off=The Ball Screen utk Menghadapi Pertahanan Man-to-Man 6 2007 Pengembangan Tes Psikomotorik dlm Penjas dan Orpres melalui Pendekatan teori Respon Butir 7

i) Koleksi Gerald Hawkins ii) Koleksi Sharom Ahmat iii) Koleksi Kassim Ahmad iv) Koleksi V. Balasingam vii) Koleksi Chandra Muzaffar viii)Koleksi Muhammad Haji Salleh ix)

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional ( Instructional Leadership ) Kepala Sekolah dan Komitmen Guru terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru………... Skala Nilai dan Persentase

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

“Dengan kompetensi bidang yang mumpuni serta skill pedagogik yang dimiliki, Bangsa akan menunggu kiprah anda sekalian untuk turut berkontribusi mencerdaskan