• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jamur Penicillium dan Khamir Pada Minuman Susu Kemasan dan Susu Segar yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Jamur Penicillium dan Khamir Pada Minuman Susu Kemasan dan Susu Segar yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS JAM

MINUMAN SUSU

BEREDA

NU

FAKULT

UNIV

MUR PENICILLIUM DAN KHAMIR PA

SUSU KEMASAN DAN SUSU SEGAR YA

AR DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

NURMA IRAMA H SIAGIAN

NIM.131021066

LTAS KESEHATAN MASYARAKAT

IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(2)

ANALISIS JAM

MINUMAN SUSU

BEREDA

salah s

Sa

NU

FAKULT

UNIV

MUR PENICILLIUM DAN KHAMIR PA

SUSU KEMASAN DAN SUSU SEGAR YA

AR DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

h satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NURMA IRAMA H SIAGIAN

NIM.131021066

LTAS KESEHATAN MASYARAKAT

IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

(3)

ANALISIS JAMUR

ang disiapkan dan dipertahankan oleh

NURMA IRAMA H SIAGIAN

edan, tanggal 22 bulan Oktober tahun 2015

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS JAMUR PENICILLIUM DAN KHAMIR PADA MINUMAN SUSU KEMASAN DAN SUSU SEGAR YANG BEREDAR

DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut daftar pustaka.

Medan, Oktober 2015

(5)

ABSTRAK

Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi, namun bersifat mudah rusak. Keberadaan jamur penicilium sp dan Khamir dalam minuman dapat membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini dapat mengakibatkan keracunan makanan dan minuman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan jamur Penicillium dan Khamir serta untuk mengetahui karakteristik fisik susu meliputi warna, bau dan rasa susu pada minuman susu kemasan dan susu segar yang beredar di Kota Medan tahun 2015.

Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas MIPA USU. Sampel penelitian adalah 8 jenis susu kemasan dan 2 jenis susu segar yang beredar di Kota Medan tahun 2015. Analisis data dilakukan dengan analisis yang menyatakan distribusi frekuensi objek penelitian yang diteliti.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, tiga dari delapan sampel positif mengandung jamur Khamir. Dua sampel diantaranya merupakan susu kental manis yang dikemas dengan kaleng dan plastik sachet. Sedangkan satu sampel lainnya merupakan susu UHT dengan kemasan botol plastik. Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap susu segar, tidak ditemukannya jamur baik jamur penicillium maupun khamir.

Saran dari penelitian ini adalah Perlunya kerja sama dengan BPOM untuk mengadakan sosialisasi kepada produsen susu tentang wajib mencantumkan tanggal kadaluarsa, Bagi pihak produsen susu, sebaiknya lebih menjaga kualitas susu yang diproduksi. Bagi konsumen, sebaiknya memperhatikan tanggal kadaluarsa serta kondisi kemasan produk susu yang hendak dikonsumsi. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang lebih bervariasi.

(6)

ABSTRACT

Milk is a food that has a high nutritional value, but are easily damaged. Sp penicilium presence of mold and yeast in a beverage can endanger the health of consumers. This can lead to food poisoning and drinks. The purpose of this study was to determine the presence of Penicillium fungi and yeast as well as to determine the physical characteristics of the milk include color, smell and taste of milk in the milk beverage packaging and fresh milk which is circulated in Medan in 2015.

This study is a descriptive type. The data collected was obtained from the results of tests carried out in the Laboratory of Microbiology Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences USU. Samples are 8 types of packaging milk and 2 types of fresh milk in circulation in the city of Medan in 2015. Data analysis was performed by analysis of frequency distribution that states the research object under study.

Based on laboratory test results, three of the eight positive samples containing the fungal yeast. Two samples of which are sweetened condensed milk packaged in cans and plastic sachets. While the other sample is UHT milk in plastic bottles. Based on the results of laboratory tests on fresh milk, not the discovery of either fungus penicillium fungi and yeasts.

Suggestions from this study is the Importance of cooperation with BPOM to conduct socialization to milk producers shall include the date of expiration, For the milk producers, should be maintaining the quality of milk produced. For consumers, should pay attention to the expiration date and the condition of the packaging of dairy products to be consumed. To further research, it is advisable to do some research using variables more varied.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurma Irama H Siagian

Tempat / Tanggal Lahir : Banjar Ganjang / 20 Januari 1979

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 1 dari 5 bersaudara

Nama Ayah : Berlin Siagian

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Restauli Hutagaol

Suku Bangsa Ibu : Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN :

Tahun 1985 - 1991 : SD Kusumaputra Surabaya

Tahun 1991 - 1994 : SMP “17“ Surabaya

Tahun 1994 - 1997 : SMA PGRI 3 Surabaya

Tahun 1997 - 2000 : AKL Surabaya

Tahun 2013 - 2015 : Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN :

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan

Karunia-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul

“ANALISIS JAMUR PENICILLIUM DAN KHAMIR PADA MINUMAN

SUSU KEMASAN DAN SUSU SEGAR YANG BEREDAR DI KOTA

MEDAN TAHUN 2015”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penghargaan dan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada ayahandaku tercinta Berlin Siagian dan Ibunda yang

kusayangi Restauli Hutagaol yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih

sayang serta perhatian moril maupun materil. Semoga Tuhan selalu melimpahkan

Rahmat, Kesehatan, Karunia dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi

baik yang telah diberikan kepada penulis.

Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Bapak Dr. dr. Taufik

Ashar, M.K.M selaku Pembimbing I dan Ibu dr. Devi Nuraini santi, M.Kes

selaku Pembimbing II yang telah membantu penulisan skripsi ini. Serta ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera utara dan para wakil Dekan.

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, M.S selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

(9)

3. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera utara.

4. Seluruh Dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

5. Kedua orangtuaku, Ibunda Restauli Hutagaol dan Ayahanda Berlin

Siagian,

6. Suamiku Christo D. Rahansamar, dan anakku Dina A. Rahansamar.

7. Sahabatku Octira Daniaty serta seluruh teman-teman seperjuangan

khususnya Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaannya. Semoga Tuhan melimpahkan karunia-Nya

dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Oktober 2015

(10)

DAFTAR ISI

2.15 Gejala dan Penanganan Keracunan Susu ... 34

2.15.1 Gejala Keracunan ... 35

(11)

3.3.1 Objek Penelitian ... 37 4.1 Analisis Susu Kemasan dan Susu Segar ... 42

4.1.1 Analisis Susu Kemasan... 42

4.1.2 Analisis Susu Segar ... 43

4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 45

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Susu Kemasan dan Susu Segar ... 48

5.1.1 Analisis Tanggal Kadaluarsa Susu Kemasan dan Susu Segar yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015 ... 48

5.1.2 Karakteristik Fisik Susu Kemasan dan Susu Segar yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015 ... 51

5.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 53

5.3 Analisis Keberadaan Jamur Penicillium dan Jamur Khamir pada Susu Kemasan dan Susu Segar ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 63

6.2 Saran ... 63

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisis Tanggal Kadaluarsa Susu Kemasan yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015 ... 42

Tabel 4.2 Karakteristik Fisik Susu Kemasan yang Beredar di Kota Medan yang Dapat Diamati dan Diteliti Secara Langsung ... 43

Tabel 4.3 Analisis Tanggal Kadaluarsa Susu Segar yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015 ... 44

Tabel 4.4 Karakteristik Fisik Susu Segar yang Beredar di Kota Medan yang Dapat Diamati dan Diteliti Secara Langsung ... 44

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Jenis Jamur Penicillium pada Susu Kemasan yang Beredar di Kota Medan ... 45

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Jenis Jamur Khamir pada Susu Kemasan yang Beredar di Kota Medan... 46

Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Jenis Jamur Penicillium Pada Susu Segar yang Beredar di Kota Medan... 47

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ABSTRAK

Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi, namun bersifat mudah rusak. Keberadaan jamur penicilium sp dan Khamir dalam minuman dapat membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini dapat mengakibatkan keracunan makanan dan minuman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan jamur Penicillium dan Khamir serta untuk mengetahui karakteristik fisik susu meliputi warna, bau dan rasa susu pada minuman susu kemasan dan susu segar yang beredar di Kota Medan tahun 2015.

Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas MIPA USU. Sampel penelitian adalah 8 jenis susu kemasan dan 2 jenis susu segar yang beredar di Kota Medan tahun 2015. Analisis data dilakukan dengan analisis yang menyatakan distribusi frekuensi objek penelitian yang diteliti.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, tiga dari delapan sampel positif mengandung jamur Khamir. Dua sampel diantaranya merupakan susu kental manis yang dikemas dengan kaleng dan plastik sachet. Sedangkan satu sampel lainnya merupakan susu UHT dengan kemasan botol plastik. Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap susu segar, tidak ditemukannya jamur baik jamur penicillium maupun khamir.

Saran dari penelitian ini adalah Perlunya kerja sama dengan BPOM untuk mengadakan sosialisasi kepada produsen susu tentang wajib mencantumkan tanggal kadaluarsa, Bagi pihak produsen susu, sebaiknya lebih menjaga kualitas susu yang diproduksi. Bagi konsumen, sebaiknya memperhatikan tanggal kadaluarsa serta kondisi kemasan produk susu yang hendak dikonsumsi. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang lebih bervariasi.

(15)

ABSTRACT

Milk is a food that has a high nutritional value, but are easily damaged. Sp penicilium presence of mold and yeast in a beverage can endanger the health of consumers. This can lead to food poisoning and drinks. The purpose of this study was to determine the presence of Penicillium fungi and yeast as well as to determine the physical characteristics of the milk include color, smell and taste of milk in the milk beverage packaging and fresh milk which is circulated in Medan in 2015.

This study is a descriptive type. The data collected was obtained from the results of tests carried out in the Laboratory of Microbiology Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences USU. Samples are 8 types of packaging milk and 2 types of fresh milk in circulation in the city of Medan in 2015. Data analysis was performed by analysis of frequency distribution that states the research object under study.

Based on laboratory test results, three of the eight positive samples containing the fungal yeast. Two samples of which are sweetened condensed milk packaged in cans and plastic sachets. While the other sample is UHT milk in plastic bottles. Based on the results of laboratory tests on fresh milk, not the discovery of either fungus penicillium fungi and yeasts.

Suggestions from this study is the Importance of cooperation with BPOM to conduct socialization to milk producers shall include the date of expiration, For the milk producers, should be maintaining the quality of milk produced. For consumers, should pay attention to the expiration date and the condition of the packaging of dairy products to be consumed. To further research, it is advisable to do some research using variables more varied.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi.

Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan

nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

pertumbuhan organisme, sehingga susu sangat peka terhadap kontaminasi

mikrorganisme serta sangat mudah menjadi busuk ( Ace dan Supangkat,2006).

Susu merupakan salah satu produk peternakan yang bersifat mudah rusak,

terutama di daerah tropis dan kelembaban tinggi karena mikroba akan

berkembang biak dengan cepat. Keamanan pangan susu ditentukan oleh proses

pemerahan susu, penanganan, pegolahan, serta rantai pemesaran (Usmiati dan

Abu Bakar,2007).

Proses penanganan, pengolahan, pengawetan dan penyimpanan bahan

pangan yang kurang baik dapat menimbulkan kerusakan suatu produk pangan

terutama dalam hal kualitas, dan keamanan pangannya. Faktor-faktor keamanan

pangan yang penting antara lain bebas cemaran dari mikrobiologi, bahan-bahan

kimia (pestisida), logam berat, antibiotika, dan racun (toksin dari jamur kapang

dan khamir) (Usmiati dan Abu Bakar,2007).

Keberadaan jamur penicillium sp dan Khamir dalam minuman dapat membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini disebabkan karena kuman

mereproduksi toksin yang dapat mengakibatkan keracunan makanan dan

minuman. Susu segar seharusnya dikemas dalam wadah tertutup yang terbuat dari

(17)

segar selama penyimpanan dan pengangkutan (Badan standardisasi Nasional,

2011).

Penelitian yang dilakukan Aminah dan Supraptini (2005) pada minuman

susu segar dan susu kemasan, hasil penelitian membuktikan bahwa susu dalam

kemasan kardus, kaleng, botol kaca dan plastik tidak bebas dari cemaran jamur

seperti Aspergillus sp, Penicillium sp, Geotrichum sp, dan Khamir. Dari tempat pemerahan susu juga ditemukan jamur yang sama dengan jamur yang ditemukan

pada susu kemasan. Pada susu kemasan kaleng yang berasal dari luar baik yang

legal maupun yang ilegal hanya ditemukan Penicillium sp dan Khamir, berarti cemaran jamur berasal dari udara. Sedangkan susu kemasan dalam negeri

ditemukan jamur A.niger, Penicillium sp, Khamir dan Geotrichum sp yang menandakan dapat tercemar dari bahan / susu perah karena penanganannya yang

kurang higienis.

Kebersihan makanan dan minuman berperan penting dalam penyediaan

makanan dan minuman sehat. Berbagai faktor penyebab tidak amannya konsumen

karena adanya koliform dalam susu menunjukkan tingkat ketidakberhasilan dalam

proses pengolahan. Susu yang tercemar koliform akan mengurangi masa

simpannya. Pada pabrik dan pengolahan susu yang baik sekalipun, masih bisa

terjadi pencemaran pada saat pengisian ke botol atau kardus kemasan atau alat

penutup kemasan yang tidak menutup secara rapat (Aminah dan Supraptini,

2005).

Susu segar seharusnya dikemas dalam wadah tertutup yang terbuat dari

(18)

penyimpanan dan pengangkutan. Proses pengolahan dan pengemasan susu yang

kurang baik dapat berpengaruh terhadap kualitas susu tersebut, susu dengan

kualitas yang buruk dapat menjadi media yang paling baik terhadap

perkembangbiakan bakteri dan jamur.

Selama ini hanya dilakukan identifikasi bakteri yang ditemukan pada susu

kemasan (kardus, kaleng, botol dan plastik), namun penelitian yang dilakukan

Aminah dan Supraptini (2005), membuktikan bahwa adanya cemaran jamur pada

susu segar dan susu kemasan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti

gangguan pencernaan, keracunan dan lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Jamur

Penicillium dan Khamir pada Minuman Susu Kemasan dan Susu Segar yang

Beredar di Kota Medan Tahun 2015”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana analisis jamur Penicillium dan Khamir pada minuman susu kemasan dan susu segar yang beredar di Kota medan tahun 2015.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik fisik susu meliputi warna, rasa dan bau

susu baik pada susu kemasan maupun susu segar yang beredar di Kota

Medan tahun 2015.

2. Untuk mengetahui keberadaan jamur penicillium pada susu kemasan dan susu segar yang beredar di Kota Medan tahun 2015.

3. Untuk mengetahui keberadaan jamur khamir pada susu kemasan dan susu segar yang beredar di Kota Medan tahun 2015.

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan atau sumber informasi bagi mahasiswa

mengenai jamur Penicillium dan Khamir pada susu kemasan dan susu segar.

2. Sebagai bahan masukan atau sumber informasi bagi peneliti lain.

3. Sebagai bahan masukan bagi pihak konsumen susu untuk lebih

memperhatikan kelayakan susu yang dikonsumsinya.

4. Sebagai bahan masukan bagi pihak produsen susu untuk lebih menjaga

kualitas produk susu yang akan didistribusikan ke masyarakat sebagai

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Susu

Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan

bernilai gizi tinggi. Didalam susu terdapat berbagai jenis zat gizi, kandungan zat

gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang, sehingga susu bermanfaat

menunjang pertumbuhan dan kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja,

maupun orang dewasa (Legowo,2002).

Sebagian besar susu yang dikonsumsi oleh manusia berasal dari sapi

perah, karena jenis ternak ini adalah penghasil susu yang potensial. Ternak yang

lain seperti kerbau, kambing, domba dan kuda juga menghasilkan susu, tetapi

masih dalam jumlah terbatas. Susu yang berasal dari sapi perah lazim disebut

susu, sedangkan susu dari ternak yang lain diberi sebutan sesuai dengan nama

hewan penghasilnya. Sebagai contoh, susu dari kerbau disebut susu kerbau dan

susu dari kambing disebut susu kambing (Legowo,2002)

Menurut Legowo (2002), susu adalah cairan dari kelenjar susu (mammary

gland) yang diperoleh dengan cara pemerahan sapi selama masa laktasi tanpa

adanya penambahan atau pengurangan komponen apapun pada cairan tersebut.

Secara kimiawi susu tersusun atas dua komponen utama, yaitu air yang berjumlah

sekitar 87% dan bahan padat yang berjumlah sekitar 13%. Didalam bahan padat

susu terdapat berbagai senyawa kimia, baik yang termasuk golongan senyawa zat

(21)

senyawa zat gizi mikro (mikronutrien) seperti vitamin dan mineral, serta beberapa

senyawa lainnya.

Adanya berbagai senyawa kimia didalam susu selain menentukan sifat

kimiawinya, juga berpengaruh terhadap sifat fisik susu. Secara indrawi susu

tampak sebagai cairan berwarna putih sedikit kekuningan atau kebiruan serta

mempunyai rasa gurih khas sedikit manis. Sifat fisik susu yang lain dapat

ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti misalnya : kekentalan, bobot jenis,

dan titik bekunya (Legowo,2002).

Susu yang banyak mengandung air dan sekaligus kaya akan zat gizi

merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Didalam setiap mililiter

susu segar pada umumnya mengandung ratusan ribu hingga jutaan mikroba

khususnya bakteri pada suhu kamar dan ruang terbuka bakteri pembusuk didalam

susu akan tumbuh dan berkembang sebanyak 8 kali lipat setiap jam. Oleh sebab

itu susu segar yang dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik akan rusak atau

busuk dalam jangka waktu relatif singkat (Legowo,2002).

Sifat mikrobiologi susu menjadi bagian penting bagi persyaratan mutu

susu segar. Menurut SNI (1992), susu dianggap baik bila jumlah kuman (total

bakteri) tidak melebihi 3 juta sel dalam setiap mililiter. Mengupayakan agar

kandungan bakteri didalam susu tidak tinggi harus dimulai sejak sebelum proses

pemerahan, saat pemerahan hingga penanganan susu selanjutnya untuk siap diolah

dan dikonsumsi.

Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung

(22)

cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak

bertentangan dengan kesehatan manusia. Kualitas dari produk pangan untuk

konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme. Pertumbuhan

mikroorganisme dalam makanan memegang peran penting dalam pembentukan

senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan menyebabkan makanan menjadi

tidak layak konsumsi (Fernando,2010).

2.2 Sifat Fisik Susu

Menurut Legowo (2002), beberapa sifat fisik susu yang cukup penting

adalah warna, rasa, dan bau ; berat jenis; viskositas; PH dan keasaman; potensial

oksidasi-reduksi; dan titik beku. Sifat fisik susu tersebut diatas sangat dipengaruhi

oleh komposisi kimiawinya. Adanya air dalam jumlah besar sebagai pembawa

atau media dispersi untuk berbagai konstituen didalam susu memungkinkan

terjadinya berbagai interaksi antar konstituen tersebut yang akhirnya berpengaruh

terhadap sifat fisik susu, misalnya warna, PH dan potensial oksidasi reduksi.

Penjelasan terhadap karakteristik fisik susu dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:

1. Warna

Warna susu yang normal adalah putih sedikit kekuningan. Warna susu

dapat bervariasi dari putih kekuningan hingga putih sedikit kebiruan. warna putih

sedikit kebiruan dapat tampak pada susu yang memiliki kadar lemak terendah atau

pada susu skim.

Warna putih dari susu diakibatkan oleh dispersi yang merfleksikan sinar

dari globula lemak serta partikel-partikel koloid senyawa kasein dan kalsium

(23)

didalam lemak susu. Karoten mempunyai keterkaitan dengan pigmen santofil

yang banyak ditemukan didalam tanaman-tanaman hijau atau kehijauan. Bila

karoten dikonsumsi oleh sapi perah, maka karoten akan ikut dalam aliran darah

dan sebagai terlarut/ bersatu dalam lemak susu.

2. Rasa dan Bau

Susu segar memiliki rasa sedikit manis dan bau (aroma) khas. Rasa manis

disebabkan adanya gula laktosa didalam susu, meskipun sering dirasakan ada

sedikit rasa asin yang disebabkan oleh klorida. Bau khas susu disebabkan oleh

beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan sebagian bersifat folatil.

Oleh sebab itu, beberapa jam setelah pemerahan atau setelah penyimpanan, aroma

khas susu banyak berkurang.

Gabungan rasa dan aroma tersebut dikenal sebagai “flavor”. Kadang

dijumpai penyimpangan atau abnormalitas “flavor” susu. Bau disekeliling susu

dan tempat pemerahan juga dapat mempengaruhi bau susu perahan akibat proses

absorbsi.

3. Bobot Jenis

Bobot jenis atau densitas merupakan berat (dalam gram) dari suatu bahan

merupakan cairan sebanyak 1 (satu) mililiter yang diukur pada suhu 20o C.

Konsep densitas sering disetarakan dengan grafitas spesifik (specific gravity)

yang menunjukkan perbandingan berat suatu bahan dengan berat air pada volume

yang sama. Susu lebih berat dari air karena susu merupakan sistem koloid yang

kompleks, yakni terdispersinya garam-garam, gula dan senyawa lain dalam media

(24)

Bobot jenis susu pada suhu 20o C pada umumnya berkisar antara

1,027-1,033. Bobot jenis susu tergantung dari kandungan lemak dan bahan padat susu

tersebut, misalnya bobot jenis lemak 0,930, laktosa 1,666, protein total 1,346, dan

kasein 1,310. Kandungan lemak berpengaruh negatif terhadap bobot jenis susu,

karena bobot jenis lemak lebih rendah dibandingkan bobot jenis air ataupun

plasma susu.

4. Viskositas

Viskositas atau kekentalan susu merupakan faktor penting untuk

menentukan pemisahan cream, perpindahan masa dan panas, serta kondisi aliran

dalam proses penanganan dan pengolahan susu. Viskositas dapat diukur dengan

alat viskosimeter dan satuan yang digunakan adalah “poise’(p). viskositas susu

sering dinyatakan dalam satuan “senti poise” (cP) yang nilainya sama dengan

1/100 P. Viskositas susu yang normal adalah sekitar 1,5-2,0 cP. Besarnya

viskositas dipengaruhi oleh suhu dan komponen-komponen bahan padat didalam

susu misalnya kandungan protein dan lemak.

5. PH dan Keasaman

Nilai PH suatu cairan (susu) berhubungan dengan besarnya konsultasi ion.

Nilai PH susu normal pada suhu 250C adalah bekisar antara 6,5-6,7. Nilai

keasaman menunjukkan banyaknya jumlah asam yang ada didalam susu, dan

sering dinyatakan sebagai total asam atau keasaman tertitrasi. Nilai keasaman

susu normal adalah bekisar antara 13-20 mmol /liter. Nilai ini setara dengan total

(25)

Selama penyimpanan, keasaman susu cenderung meningkat karena

sebagian laktosa akan diubah oleh mikroba menjadi asam laktat dan asam organik

lainnya. Besarnya nilai keasaman tersebut berbanding terbalik dengan PH.

Artinya, bila keasaman susu meningkat maka nilai PH menurun.

6. Potensi Oksidasi- Reduksi

Apabila suatu molekul dioksidasi maka akan melepaskan elektron dan

apabila direduksi akan menerima elektron. Dalam proses melepaskan dan

menerima elektron kemungkinan akan melibatkan transver oksigen atau hidrogen.

Potensi oksidasi-reduksi dinyatakan dalam satuan volt (V). Besarnya potensi

“redoks” dari susu adalah bekisar antara + 0,2 hingga + 0,3 Volt dan terutama

dipengaruhi oleh oksigen terlarut.

Jumlah oksigen didalam susu tersebut berangsur-angsur berkurang sejalan

dengan aktivitas metabolisme dan perkembangbiakan mikroba didalam susu.

Fakta inilah yang dijadikan dasar pengujian kualitas susu dengan metode uji

reduktase. Makin rendah potensi “redoks” dari susu menunjukkan bahwa susu

makin intens mengalami kerusakan.

2.3 Jenis-Jenis Susu

Bagi balita susu sangat penting karena mengandung protein yang

diperlukan sebagai nutrisi pembangun tubuh. Susu juga disebut sebagai sumber

kalsium yang bermanfaat bagi kesehatan tulang dan gigi. Sekarang juga telah

berkembang produk susu yang spesifik diperuntukkan untuk ibu hamil atau

(26)

minum susu juga sudah ada varian produknya. Ada beberapa jenis produk susu

dipasaran berdasarkan Wardana (2012):

1. Susu Segar

Susu jenis ini merupakan susu yang baru saja diperah dari peternakan.

Dalam keadaan normal susu hanya mampu bertahan selama dua jam

setelah pemerahan tanpa mengalami kerusakan dan penurunkan kualitas,

namun dapat pula terjadi kerusakan dan penurunan kualitas kurang dari

dua jam. Akan lebih baik jika sebelum dikonsumsi direbus dulu hingga

mendidih.

2. Susu Pasteurisasi

Susu pasteurisasi merupakan susu yang diberi perlakuan panas sekitar

63-72 derjat Celcius selama 15 detik yang bertujuan untuk membunuh bakteri

patogen. Susu pasteurisasi harus disimpan pada suhu rendah (5-6 derajat

Celcius) dan memiliki umur simpan hanya sekitar 14 hari.

3. Susu UHT (ultra high temperature)

Susu UHT merupakan susu yang diolah menggunakan pemanasan dengan

suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derjat Celcius) selama

2-5 detik. Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh

seluruh mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen) dan spora.

Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan

nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif

(27)

simpanya yang awet, yaitu dapat disimpan pada suhu kamar selama 10

bulan meskipun tanpa bahan pengawet

4. Susu kental manis

Susu yang kental dan memiliki kandungan gula yang tinggi, dulu dikemas

dengan kaleng sekarang dalam sacet dan kemasan tube.

5. Susu bubuk

Susu jenis ini biasanya dikemas dengan kaleng atau kardus yang

didalamnya ada kemasan alumunium foilnya. Umur simpan susu bubuk

maksimal adalah 2 tahun dengan penanganan yang baik dan benar. Susu

bubuk dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu susu bubuk berlemak

(full cream milk prowder), susu bubuk rendah lemak (partly skim milk

powder) dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk prowder).

2.4 Zat Gizi dan Nilai Kalori dalam Air Susu

Menurut Rasyid dalam tulisannya yang berjudul “Susu Sumber Makanan

Sempurna” menyatakan bahwa, air susu merupakan campuran komplek yang kaya

akan lemak, protein dan laktose. Campuran ini juga dilengkapi dengan berbagai

mineral (terutama Ca dan P) dan vitamin yang kesemuanya sangat dibutuhkan

oleh manusia. Kesempurnaan air susu sebagai bahan makanan antara lain

disebabkan :

1. Air susu mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan manusia.

2. Zat gizi air susu terdapat dalam perbandingan yang sempurna, dan dapat

(28)

3. Mutu protein dan lemak yang dikandung air susu lebih tinggi

dibandingkan protein dan lemak dari bahan makanan lain.

2.4.1 Zat Gizi dalam Air Susu

Rasyid mengungkapkan bahwa zat gizi dalam kandungan air susu

meliputi:

1. Lemak Susu

Lemak yang terdapat dalam air susu merupakan bahan pembakar

sempurna dan sangat dibutuhkan sebagai sumber energi untuk orang yang

bekerja keras serta anak yang sedang tumbuh. Kadar lemak susu 45% dan

kadar lemak ini sangat menentukan nilai gizi susu.

2. Karbohidrat

Karbohidrat yang terdapat pada air susu berupa gula laktosa (galaktosa dan

glukosa) dengan kadar 4,6%. Laktosa ini merupakan bahan yang mudah

dicerna dan berfungsi sebagai bahan pembakar.

3. Protein

Kandungan protein air menyebabkan tingginya nilai gizi air susu. Kadar

protein air susu ini mencapai 3,2 % dan terdiri dari 2,7% casein (bahan

keju) dan 0,55 globulin. Dalam protein susu juga ditemukan albumin.

Protein ini dapat mempertinggi nilai gizi susu sebagai zat pembangun yang

dibutuhkan manusia. Protein ini baik dipakai dalam proses penggantian sel

(29)

4. Vitamin

Kadar vitamin yang dikandung air susu sapi bervariasi tergantung pada

makanan sapi, dan waktu laktasi vitamin-vitamin ini dibutuhkan tubuh

sebagai bahan pelindung. Vitamin dalam air susu dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu vitamin larut dalam lemak (A dan D) serta vitamin yang

larut dalam air (vitamin B1, B2, asam nicotenat, asam pantotenat dan

vitamin C).

5. Mineral

Kadar mineral dalam air susu sekitar 0,85% dan terdapat dalam

perbandingan yang sempurna bagi kebutuhan manusia (terutama Ca dan

p). dalam air susu ditemukan 21 macam mineral dan dapat dikatakan

bahwa semua trace element yang dibutuhkan oleh tubuh terdapat didalamnya. Mineral-mineral ini terutama berfungsi sebagai bahan

pelindung. Satu-satunya kekurangan air susu ialah rendahnya kadar Fe

yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

2.4.2 Nilai Kalori Air Susu

Menurut Rasyid, adanya lemak dan karbohidrat (Laktosa) menyebabkan

air susu mempunyai nilai pembakar yang tinggi. Pembakar kedua zat gizi ini juga

terjadi secara sempurna sebagai sumber kalori. Satu liter air susu dapat

menghasilkan 640,65 kalori yang nilainya sama dengan kalori yang dihasilkan 6-7

butir telur atau 4-5 ons daging. Air susu sumber kalori menyebutkan bahwa 1,5

(30)

kebutuhan protein, 70% kebutuhan ca dan riboflavin serta 1/3 kebutuhan vitamin

Theamia yang dibutuhkan untuk konsumsi sehari-hari.

2.5 Syarat Kualitas Susu

Syarat kualitas air susu segar di Indonesia telah dibakukan dalam Standart

Nasional Indonesia (SNI 01-3141-1997), faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas susu meliputi :

1. Keadaan kandang sapi

Kandang sapi yang baik akan menghasilkan susu yang baik. Hal-hal yang

perlu diperhatikan terhadap keadaan kandang adalah bentuk lubang angin

(ventilasi luar ruangan, penerangan, saluran pembuangan).

2. Keadaan rumah pemerah

Rumah pemerah adalah rumah untuk mengadakan pemerahan susu. Rumah ini

umumnya terpisah dari kandang sapi.

3. Keadaan kesehatan sapi

Sapi perah yang sakit akan menghasilkan mutu susu tidak baik.

4. Kesehatan pemerah atau pekerja

Hal ini penting agar kontaminasi bakteri yang berasal dari pekerja yang sakit

dapat dihindari dan dikurangi.

5. Pemberi makanan

Sapi yang baru saja diberi makanan akan menghasilkan susu dengan

kandungan lebih banyak daripada sapi yang belum diberi makanan mempengaruhi

rasa susu yang dihasilkan. Contoh bawang merah yang diberikan 1-4 jam sebelum

(31)

6. Kebersihan hewan

Apabila sapinya kotor, susu yang diperoleh juga akan mengandung jumlah

bakteri dan jamur yang lebih banyak dan akhirnya bermutu rendah.

7. Kebersihan alat pemerah

8. Penyaringan susu

Penyaringan dapat membantu mengurangi kotoran-kotoran atau debu.

9. Penyimpanan susu.

Penyimpanan susu pada suhu tinggi atau kamar, jumlah bakteri yang ada

pada susu akan lebih banyak daripada penyimpanan susu pada suhu rendah

(Hadiwiyoto, 1994).

2.6 Proses Pengolahan Susu

Selama proses pemerahan, susu masih memiliki suhu yang sama seperti

sapi dan di banyak negara, susu yang baru diperah langsung didinginkan secepat

mungkin dengan tangki pendingin susu. Sebelum dikonsumsi, susu harus melalui

proses pengolahan terlebih dahulu, menurut Septanto (2013), proses pengolahan

susu meliputi :

1. Higienitas

Peternak sapi perah yang harus menjaga kebersihan lingkungan di sekitar

peternakan, mulai dari kandang yang bersih, tempat pakan dan minum sapi

yang terawat serta kenyamanan sapi untuk memastikan proses pemerahan

berjalan higienis. Lingkungan yang kurang higienis serta pemerah susu

(32)

memberikan peluang yang besar tercemarnya susu sapi baik oleh bakteri

maupun jamur.

2. Pendinginan

• Tangki pendingin susu akan menyimpan susu dalam suhu sekitar 4°C.

Jika suhu menjadi lebih panas dari suhu tersebut maka susu dapat

menjadi tempat perkembangbiakan yang baik bagi bakteri maupun

jamur.

• Segera setelah truk susu mengumpulkan susu dari para peternak, bagian

dalam tangki dibersihkan secara menyeluruh.

• Tangki truk susu pun harus steril dan tetap tertutup untuk memastikan

agar susu masih dingin saat mencapai pabrik.

3. Pemanasan (Pasteurisasi)

Setelah truk mengangkut susu untuk diproses di pabrik. Ada berbagai cara

untuk memperpanjang masa simpan susu. Salah satunya dengan cara

pemanasan supaya bakteri-bakteri berbahaya menghilang dari susu.

Pasteurisasi (pemanasan) sampai suhu 85 derajat celsius dilakukan selama

30 detik. Semakin tinggi suhu, semakin banyak bakteri dan jamur yang

dihancurkan.

Ada 3 cara pasteurisasi yaitu:

a. Pasteurisasi lama (law temperature, long time).

Pemanasan susu dilakukan pada temperatur yang tidak begitu tinggi

dengan waktu yang relatif lama (pada temperatur 62- 65°C selama

(33)

b. Pasteurisasi singkat (high temperature, short time).

Pemanasan susu dilakukan pada temperatur tinggi dengan waktu yang

relatif singkat (pada temperatur 71,11 °C selama 15 detik). Pada

pasteurisasi ini juga dapat digunakan suhu 75 °C selama 15-16 detik

dengan menggunakan alat pemanas berbentuk lempengan dimana

suhu harus dijaga sebaik mungkin.

c. Pasteurisasi dengan Ultra High Temperature (UHT).

Pasteurisasi dengan UHT dilakukan ada suhu 125 °C selama 15 detik

atau 131 °C selama 0,5 detik.

4. Susu bubuk dan susu kental manis

Mengekstrak air yang terkandung dalam susu menjadi susu bubuk juga

merupakan salah satu cara memperpanjang masa simpan. Susu bubuk bisa

disimpan selama bertahun-tahun, bahkan di luar kulkas. Susu kental manis

juga bisa disimpan untuk waktu yang lama di luar kulkas karena

penambahan gula untuk kandungannya.

5. Fermentasi

Jika pemanasan menghilangkan bakteri berbahaya, sebaliknya fermentasi

justru melibatkan bakteri 'baik' yang bertujuan mengubah rasa dan tekstur

susu sekaligus memperpanjang umur simpan. Beberapa bentuk fermentasi

(34)

2.7 Ciri – Ciri Susu Telah Rusak

Menurut Kompas (2008), kerusakan produk susu masih dapat dideteksi

dengan pantauan visual. Produk susu segar (umumnya dikemas plastik atau

karton), apabila kadaluarsa, akan menimbulkan aroma yang agak masam. Untuk

susu segar yang dikemas plastik, akan terlihat adanya pemisahan emulsi dan

perubahan warna. Lemak susu akan mengapung, terdapat gumpalan-gumpalan

protein, dan akan terlihat pemisahan air. Susu kadaluarsa sering juga disebut

sebagai susu basi yang ditandai oleh kenaikan viskositas (kekentalan) susu.

Secara fisik, kemasan susu juga akan tampak kembung karena

diproduksinya gas oleh mikroba-mikroba patogen sebagai hasil samping

fermentasi. Fermentasi yang terjadi pada susu segar bukanlah reaksi yang

menguntungkan, melainkan akan menyebabkan rasa dan aroma yang masam,

yang dapat menyebabkan diare.

Kerusakan produk susu dalam kaleng dideteksi dengan adanya kerusakan

pada badan kaleng itu sendiri seperti :

a. Kaleng Berkarat

Kaleng yang berkarat dapat menandakan waktu penyimpanan yang lama,

selain itu kondisi juga mungkin tidak sesuai seperti udara yang terlalu

lembab. Kaleng yang berkarat pada bagian luarnya mungkin juga telah

berkarat pada bagian dalamnya.

b. Kaleng Gembung

Kaleng yang gembung mengandung potensi bahaya mikrobiologis.

(35)

(proses penghampaan), penyegelan dan sterilisasi. Hal ini berarti terdapat

udara didalam kaleng dan kondisi kaleng tidak vakum.

c. Kaleng Penyok

Kaleng merupakan bahan yang tidak fleksibel, maka lekukan dapat

menyebabkan retakan atau lubang kecil. Lubang atau retakan tersebut

merupakan jalan masuk yang sangat baik bagi udara serta mikroba patogen

dan pembusuk yang juga dapat memicu perkembangan jamur dalam susu.

2.8 Zat Patogen dalam Susu

Kelompok bakteri dan jamur yang sering mengkontaminasi pangan

termasuk susu adalah (dari berbagai sumber):

1. Enterobacteraceae

Golongan bakteri Enterobacteraceae merupakan sekelompok besar dari bakteri Gram negatif, tidak berspora, berbentuk batang kecil. Beberapa genus

Enterobacteriaceae penting bagi kesehatan masyarakat karena menimbulkan wabah keracunan pangan dan penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan

yang cukup serius. Beberapa genus Enterobacteriaceae meliputi: a. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk pendek

(kokobasil), berukuran 0,4-0,7µm, bersifat anaerob fakultatif dan

mempunyai flagella peritrikal. Bakteri ini banyak ditemukan didalam usus

(36)

selalu dihubungkan dengan penyakit diare pada manusia dan sering

ditemukan dalam feses sehingga dapat digunakan sebagai indikator

pencemaran air dan makanan oleh feses.

b. Shigella

Shigella biasanya terdapat dalam alat pencernaan hewan, selain itu shigella juga dapat menyebabkan kerusakan pada susu melalui udara, debu,

peralatan pengolah susu, maupun dari manusia.

c. Klebsiella

Seperti halnya Escherichia coli, Klebsiella merupakan bakteri yang sering digunakan dalam uji sanitasi air maupun susu.

d. Enterobacter

Enterobacter merupakan bakteri aerob berbentuk batang pendek, bersifat Gram negatif membentuk rantai, mempunyai kapsul kecil, motil dengan

flagel peritrik, pada media padat koloni bersifat kurang mukoid dan

cenderung menyebar keseluruh permukaan, dapat membentuk asam dan

gas. Total maksimum cemaran bakteri jenis ini adalah 1x103/ ml.

e. Salmonella

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui

makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan

oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami

(37)

jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella.

Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah.

2. Pseudomonas

Pseudomonas adalah bakteri aerob tetapi dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai elektron dan tumbuh sebagai anaerob yang berbentuk batang,

Gram negatif, bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih, ukuran 0,8-1,2µm.

Bakteri Pseudomonas biasanya terdapat dalam air susu mentah yang belum dipasteurisasi.

3. Micrococcaceae

Spesies dari famili ini adalah Gram positif, tidak berspora, bersifat katalase

positif yang dapat tersusun secara tunggal, berpasangan, atau kelompok kecil. Dua

genus yang penting dalam bahan pangan adalah Micrococcus dan

Staphylococccus. Kelompok Staphylococci ini mampu memproduksi suatu enterotoksin yang cukup berbahaya yang menyebabkan terjadinya peristiwa

keracunan makanan. Total maksimum cemaran Staphilacocus Aureus adalah 1x102 / ml.

4. Jamur Penicillium

Jamur Penicillium (dari penicillus Latin: kuas) adalah genus dari ascomycetous jamur yang sangat penting dalam lingkungan alam serta produksi makanan dan obat. Jamur ini menghasilkan penisilin, sebuah molekul yang

digunakan sebagai antibiotik, yang membunuh atau menghentikan

(38)

5. Jamur Khamir

Khamir merupakan jasad renik (mikoorganisme) yang pertama digunakan manusia dalam industri pangan. Sel khamir mempunyai ukuran bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 mm sampai 20-50 mm dan lebar 1-10 mm. Bentuk khamir dapat berbentuk bulat oval, seperti jeruk, silindris, segitiga, memanjang seperti

miselium sejati atau miselium palsu, ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu

ujung runcing, segitiga melengkung, dan lain-lain. Bagian struktur yang terlihat

dinding sel, sitoplasma, vakuola, butir lemak, albumin, dan pati.

2.9 Susu Segar

Susu segar menurut Albana (2012) adalah seluruh cairan yang diperoleh

dari ambing sapi pada fase laktasi tanpa mengalami perubahan, penambahan,

penggantian apapun dan perlakuan lain terhadap cairan tersebut dan yang tidak

mengandung susu kolostrum. Pada dasarnya jumlah dan mutu produk susu dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :

1. Jenis Ras ( breed) dari hewan sapi.

Misalnya susu sapi ras “Yersey atau Guernsey” mempunyai kandungan

lemak ± setinggi 5 % sedangkan untuk sapi F.H hanya ± 3 % saja.

2. Individu

Sifat produksi tiap hewan berbeda sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh

(39)

3. Waktu pemerahan

Susu hasil pemerahan dipagi hari mengandung lemak lebih rendah dari

pada susu hasil perahan di sore hari. Waktu pemerahan yang tidak teratur

akan berpengaruh terhadap jumlah produksi.

4. Tahap pemerahan

Pada tahap permulaan pemerahan kandungan lemaknya lebih rendah dari

pada kandungan lemak pada tahap akhir pemerahan yang sama,

sedangkan SNF tidak berbeda.

5. Tahap laktasi

Susu kolostrom pada permulaan laktasi mempunyai kandungan mineral

dan protein yang lebih tinggi dari pada susu pada laktasi selanjutnya.

Sedangkan laktosa sebaliknya.

6. Makanan

Makanan kurang produksi susu akan menurun. Kurang vitamin pada

makanan akan kurang pula kandungan vitamin dalam susu.

7. Umur

Kandungan lemak dan SNF bertendensi menurun dengan semakin tua

umur sapi walaupun kecil.

8. Peradangan pada Ambing

Pada mastitis (radang ambing) kandungan garam (Cl) meningkat. Bila

keadaan normal 1,5 – 3, tetapi dalam keadaan mastitis lebih dari 3.

Kandungan lemak, SNF, Laktosa dan kasein menurun. Sedangkan

(40)

lemak terganggu, maka garam dari darah akan masuk kedalam susu

untuk mempertahankan tekanan osmosis yang menurun yang

diakibatkannya.

9. Variasi musim

Pada musim panas kandungan lemak susu menurun, sedangkan SNF

sedikit menurun/tidak teratur.

10. Teknik pemerahan

Apabila teknik pemerahan susu tidak diperhatikan, maka hasil

pemanenan susu tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga

dalam hal ini diperhatikan adanya interaksi yang harmonis antara

manusia dan hewan, waktu pemerahan yang teratur, sanitasi harus baik,

agar hewan benar-benar siap perah.

2.10 Susu Kemasan

Susu kemasan cairadalah produk susu yang dikemas dalam kemasan cair.

Berbeda dengan susu bubuk yang sudah banyak mengalami proses menjadi

bentuk bubuk, susu kemasan cair tetap berbentuk cair walaupun sudah dikemas.

Proses pengemasan tidak banyak mengurangi kandungan gizi serta vitamin yang

ada di dalamnya. Selama masih dalam masa belum kadaluarsa susu kemasan cair

aman dan sehat untuk dikonsumsi (Paidi,2012).

Kelebihan dari susu kemasan cair adalah masa daya tahannya bisa lebih

lama dibandingkan susu segar biasa tanpa kemasan. Daya tahan yang lama ini

memungkinkan susu kemasan cair untuk didistribusikan secara meluas berbagai

(41)

pengemasan akan mengurangi nutrisi dan gizi yang ada, serta kemungkinan

dicampur dengan bahan pengawet, pewarna atau penguat rasa (Paidi,2012).

Jenis susu yang termasuk dalam susu kemasan adalah susu yang telah

melalui beberapa proses pengolah dan dikemas sedemikian rupa untuk menjaga

kualitas susu tersebut untuk memperpanjang masa simpan. Kemasan susu

sebaiknya didesain untuk melindungi produk dari kontaminasi oleh debu atau

bakteri dan dari pengaruh sinar oleh oksigen. Jenis dan bentuk kemasan susu yang

sering digunakan yaitu plastik, karton, kaleng dan gelas.

1. Plastik

Jenis kemasan plastik yang biasa digunakan untuk mengemas susu adalah

polietilen dan polistiren yang bersifat kaku berbentuk botol dan gelas

dilengkapi dengan tutup yang bervariasi seperti dibuat dari karton alumunium

foil yang direkat pada mulut botol, tutup metal bersekrup atau plastik

polietilen dengan sumbat. Film plastik juga sering digunakan dengan bentuk

kemasan kantung. Contoh susu yang dikemas dalam plastik adalah susu

pasteurisasi.

2. Karton

Pengemasan susu dengan karton dalam bentuk kotak yang diberi lapisan Win

dan plastik polyvinil khlorida merupakan kemasan yang praktis dan menarik

dengan berbagai bentuk, yaitu: bata segi empat (Zupack, Tetra Gabled),

tetrahedral (Tetra Pak), bentuk kotak dengan bagian atas dilipat (Tetra

Gabled). Susu yang dikemas dalam karton ini menggunakan proses aseptik

(42)

yang umumnya dikemas dengan karton ini yaitu produk cairan jenis Ultra

High Temperatur (UHT) atau High Temperature Short Time (HTST)

sehingga dapat bertahan sampai lebih dari 1 bulan.

3. Kaleng

Kaleng digunakan untuk mengemas susu yang diproses dengan cara

pemanasan konvensional, dimana pemanasan dilakukan setelah susu

dimasukkan ke dalam kaleng, sehingga diperlukan wadah yang kuat untuk

mempertahankan produk tidak bocor. Jenis kemasan ini digunakan pula oleh

produk lainnya yang menggunakan cara pemanasan konvensional. Kemasan

kaleng dengan tutup alumunium dan plastik umumnya digunakan untuk

mengemas susu bubuk dan berbagai produk tepung lainnya yang

menggunakan proses secara aseptik.

4. Gelas

Kemasan gelas dalam bentuk botol yang bermulut lebar dan tebal digunakan

untuk pengemasan susu cair dan produk susu lainnya seperti yoghurt. Tutup

gelas menggunakan bahan kertas alumunium, plastik polyethilen,

polypropilen dan karton.

2.11 Jamur

Jamur atau fungi adalah sel eukariot yang disebut juga mikrorganisme non

fotosintetik karena tidak mempunyai klorofil yang ukuran 5 um, tumbuh dari

perpanjangan hifanya. Jamur memiliki cabang-cabang yang disebut miselium.

Jamur atau fungi termasuk organisme heterotrofik, yang membutuhkan senyawa

(43)

Untuk mendapatkan makanannya hifa akan menembus ke sumber

nutrisinya. Habitat dari jamur atau fungi sangat bervariasi, ada yang hidup dalam

perairan tawar atau asin, hidup ditanah atau pada tumbuhan yang mati. Banyak

jamur atau fungi yang hidup sebagai parasit pada tumbuhan maupun hewan.

Hampir semua fungi bersifat aerob dan tidak aktif pada suasana anaerob atau pada

daerah yang kurang oksigen. Reproduksi dari jamur atau fungi dapat secara

seksual maupun aseksual. Secara aseksual dengan spora, pada waktu

memperbanyak sel, spora akan terbentuk banyak (Muslimin, 1995).

Fungi merupakan organisme heterotrofik. Jika fungi hidup dari benda

organik mati yang terlarut maka fungi tersebut disebut saprofit. Saprofit

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya

menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke

dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya (Pelczar, 1986).

Fungi saprofitik juga penting dalam fermentasi industri, misalnya

pembuatan bir, minuman anggur, dan produksi antibiotik seperti penicillium.

Beberapa fungi meskipun saprofitik dapat juga menyerbu inang yang hidup dan

tumbuh dengan subur disitu sebagai parasit. Sebagai parasit mereka menimbulkan

penyakit pada tumbuhan dan hewan termasuk manusia. Akan tetapi diantara

sekitar 500.000 spesies fungi, hanya kurang lebih 100 yang patogenik pada

manusia. Kematian karena infeksi karena fungi selain penyakit kulit sangat tinggi.

Hal ini disebabkan oleh diagnosis yang terlambat atau yang salah selama penyakit

itu menjalar atau karena tidak tersedianya antibiotik nontoksik yang secara medis

(44)

Banyak fungi patogenik misalnya Histoplasma Capsulatum, yang menyebabkan histoplasmosis (Infeksi mikosis dalam sistem retikuloenendotelium

yang meliputi banyak organ), dapat juga hidup sebagai saprofit. Fungsi seperti itu

menunjukkan Dimorfisme artinya mereka dapat ada dalam bentuk uniseluler seperti halnya Khamir ataupun dalam bentuk benang (Filamen). Fase Khamir

timbul bilamana organisme itu hidup sebagai parasit atau patogen dalam jaringan.

Menurut penelitian yang dilakukan Aminah (2005), tentang Pengamatan

Jenis-Jenis Jamur yang Ditemukan pada Minuman Susu Segar dan Susu Kemasan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa susu dalam kemasan kardus, kaleng,

botol kaca dan plastik tidak bebas dari cemaran jamur seperti Aspergillus sp, Penicillium sp, Geotricum sp,dan Khamir.

Dari tempat pemerahan susu ditemukan pemerahan jamur yang sama

dengan jamur yang ditemukan pada susu kemasan. Pada susu kemasan kaleng

yang berasal dari luar Negeri baik yang legal maupun yang illegal hanya

ditemukan Penicillium sp dan Khamir berarti cemaran jamur lainnya berasal dari udara. Sedangkan susu kemasan dalam Negeri ditemukan jamur A.Niger, Penicillium sp, Khamir, dan Geotricum sp yang menandakan dapat tercemar dari bahan / susu perah karena penanganan yang kurang higeinis (Aminah, 2005).

2.12 Jamur Penicillium

(45)

antibiotik, yang membunuh atau menghentikan pertumbuhan beberapa jenis

bakteri di dalam tubuh (Nisa,2011 dan Fernando,2010).

Penicillium sp. adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Askomycota. Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak

memiliki selubung pelindung seperti sporangium. Tangkai konidium disebut

konidiofor, dan spora yang dihasilkannya disebut konidia. Konidium ini memiliki

cabang-cabang yang disebut phialides sehingga tampak membentuk gerumbul. Lapisan dari phialides yang merupakan tempat pembentukan dan pematangan

spora disebut sterigma (Nisa,2012).

(46)

2.13 Jamur Khamir

Jamur khamir atau yeast adalah grup nonfilamentus fungi, uniseluler dan berkembangbiak dengan cara “budding”. Khamir yang memproduksi askospora termasuk dalam golongan Ascomycetes. Saccharomyces cereviseae adalah Khamir yang digunakan untuk fermentasi alkohol dan pembuatan roti. Khamir umum berada dalam air dan tanah. Sangat tahan terhadap perubahan temperatur dan

dapat berada dalam 10.000/ml air. Mudah tumbuh dalam bermacam-macam sub

(Muslimin, 1995).

Khamir merupakan jasad renik (mikoorganisme) yang pertama digunakan manusia dalam industri pangan. Sel khamir mempunyai ukuran bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 mm sampai 20-50 mm dan lebar 1-10 mm. Bentuk khamir dapat berbentuk bulat oval, seperti jeruk, silindris, segitiga, memanjang seperti

miselium sejati atau miselium palsu, ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu

ujung runcing, segitiga melengkung, dan lain-lain. Bagian struktur yang terlihat

dinding sel, sitoplasma, vakuola, butir lemak, albumin, dan pati (Firmansyah,

(47)

Gambar 2.2 Jamur Khamir

Khamir kebanyakan tumbuh paling baik pada kondisi dengan air yang cukup. Khamir dapat tumbuh pada medium dengan gula atau garam yang tinggi, sehingga Khamir kebutuhan air untuk pertumbuhan lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Batas aktivitas air khamir terendah untuk pertumbuhan berkisar antara 0,88-0,94. Selain itu banyak khamir bersifat osmofilik yakni dapat tumbuh pada medium dengan aktivitas air relatif rendah yaitu 0,62-0,65. Kisaran suhu

untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umumnya yaitu pada suhu optimum

25-30 0C dan suhu maksimum 34-47 0C. Tetapi beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0 0C (Firmansyah, 2013).

Kebanyakan Khamir lebih cepat tumbuh pada pH 4,0 – 4,5, dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali, kecuali jika telah beradaptasi.

(48)

dapat terbunuh pada suhu 600C. Jika makanan kaleng busuk karena pertumbuhan

khamir, maka dapat diduga pemanasan makanan tersebut tidak cukup atau kaleng telah bocor. Pada umumnya kerusakan karena khamir disertai dengan pembentukan alkohol dan gas CO2 yang menyebabkan kaleng menjadi kembung

(Firmansyah, 2013).

2.14 Bahaya Jamur

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2008),

makanan selain harus bergizi dan menarik, pangan juga harus bebas dari

bahan-bahan berbahaya yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan bahan-bahan lainnya.

Mikroba dapat mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah, alat-alat

pengolah (selama proses produksi atau penyiapan) juga sekresi dari usus manusia

atau hewan. Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang terjadi segera

setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan.

Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri

patogen yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan,

sehingga mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia. Selain

itu, ada juga makanan yang secara alami sudah bersifat racun seperti beberapa

jamur/tumbuhan dan hewan (Info POM, 2008).

Berdasarkan teori dalam diktat UGM tentang Jamur dan Mikotoksin

Dalam Pangan menyatakan bahwa cemaran jamur pada pangan bukan hanya dapat

menyebabkan kerusakan pangan tetapi berkaitan dengan potensi jamur tersebut

untuk menghasilkan mikotoksin serta membentuk konidia yang bersifat patogen

(49)

pada manusia dan hewan. Mengkonsumsi makanan yang tercemar mikotoksin

dapat menyebabkan keracunan akut (jangka waktu pendek) dan kronik (jangka

waktu sedang atau lama) dan dapat mengakibatkan kematian sampai gangguan

kronis seperti gangguan syaraf pusat, sistem kardiovaskular dan paru-paru, dan

saluran pencernaan.

Kapang dan khamir dapat menyebabkan kerusakan pada bahan pangan dan beberapa dapat menyebabkan reaksi alergi dan infeksi terutama pada populasi

yang kekebalan tubuhnya kurang. Kapang yang memproduksi mikotoksin

terutama adalah jenis Aspergillus, Penicillium, dan Fusarium. Kapang dapat menimbulkan penyakit yang dibedakan atas dua golongan yaitu infeksi oleh

kapang (mikosis) dan keracunan (mikotoksikosis). Mikotoksikosis disebabkan

oleh tertelannya hasil metabolisme beracun (toksin) dari kapang yang tidak rusak

karena proses pengolahan pangan (SNI,2009).

Kapang dan khamir dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai macam

makanan dalam kondisi , pH ,dan suhu rendah. Jenis kapang yang dapat merusak

makanan di antaranya Aspergillus, Penicillium, Botrytis, Alternaria, dan Mucor. Kapang dan khamir dapat terbawa melalui tanah, permukaan tanaman,

permukaan daun, hujan, insekta, dan lain-lain. Khamir dapat menyebabkan

kerusakan pada makanan. Beberapa mikroorganisme yang mengontaminasi

makanan dapat menimbulkan bahaya bagi yang mengonsumsinya yang

(50)

2.15 Gejala dan Penanganan Keracunan Susu

2.15.1 Gejala Keracunan

Gejala-gejala keracunan yang paling sering terjadi menurut Fadil (2014),

antara lain sebagai berikut :

1. Pusing

2. Nyeri dan Kram perut, mual dan muntah

3. Dehidrasi

4. Diare

5. Berkeringat, alergi pada kulit

6. Hilang kesadaran atau tingkat kesadaran yang menurun

7. Gangguan penglihatan dan kebingungan ( linglung)

8. Keluar cairan yang tidak normal dari dalam mulut dan sakit tenggorokan

9. Lemas dan kelumpuhan / hilang fungsi otot tubuh

10.Kejang-kejang.

2.15.2 Penanganan Keracunan

Penanganan keracunan makanan atau minuman yang telah tercemar

menurut Fadil (2014), adalah:

1. Usahakan agar penderita memuntahkan makanan yang telah dimakan

2. Jaga jalan nafas agar terbuka.

3. Bersihkan mulut dari sisa-sisa muntah dan air liur

4. Berikan air minum sebanyak-banyaknya.

5. Segeralah meminta pertolongan medis atau cepat-cepat bawa kerumah

(51)

pertolongan medis untuk menghindari dampak yang lebih buruk

seperti dehidrasi, henti jantung dan kematian.

2.16 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Karakteristik Fisik Susu

Pemeriksaan Labolatorium SNI no 3141.1 : 2011 tentang Susu Segar dan SNI No 7388 tahun 2009

tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan

Susu Kemasan

Susu Segar Tidak ada

Jamur Penicillium dan

Khamir Ada Jamur Penicillium dan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini bersifat deskriptifyaitu untuk mengetahui ada tidaknya

keberadaan jamur penicillium dan jamur khamir pada susu kemasan dan susu segar yang beredar di Kota Medan tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Biologi Fakultas MIPA USU. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.

3.3 Objek Penelitian dan Sampel

3.3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah seluruh susu kemasan dan susu segar yang beredar

di Kota Medan tahun 2015.

3.3.2 Sampel

Peneliti menetapkan sampel dalam penelitian ini adalah 8 jenis susu

kemasan dan 2 jenis susu segar dengan beranekaragam kemasan yang beredar di

Kota Medan tahun 2015.

Jenis susu yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 8 susu

dalam kemasan dan 2 susu segar yaitu:

a. Susu Kemasan

1. Susu cair dengan kemasan tatrapack

(53)

3. Susu cair dengan kemasan botol plastik

4. Susu cair dengan kemasan kotak

5. Susu cair dengan kemasan kaleng

6. Susu kental manis dengan kemasan kaleng

7. Susu kental manis dengan kemasan plastik ber-tube

8. Susu kental manis dengan kemasan sachet

b. Susu Segar

1. Susu segar A

2. Susu segar B

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari

pemeriksaan laboratorium terhadap susu kemasan dan susu segar yang beredar di

Medan tahun 2015.

3.5 Definisi Operasional

1. Jamur Penicillium

Jamur Penicillium adalah keberadaan jamur jenis Penicillium yang ditemukan pada sampel susu yang beredar di Kota Medan pada tahun 2015

dan telah diuji di laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas

MIPA USU.

2. Jamur Khamir

(54)

diuji di laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas MIPA

USU.

3. Susu Kemasan

Susu Kemasan adalah produk susu olahan pabrik yang telah diolah terlebih

dahulu dan telah dikemas sedemikian rupa, baik kemasan berupa kaleng,

botol maupun plastik yang beredar di Kota Medan pada tahun 2015.

4. Susu Segar

Susu segar adalah produk susu yang dihasilkan oleh sapi perah dan

langsung dikemas dalam keadaan murni, bisa susu dengan tanpa melalui

proses pengolahan apapun atau susu dengan proses pengolahan maksimal

pasteurisasi singkat (suhu 750C dalam 15 detik) dan tanpa penambahan

bahan pangan lainnya seperti pengawet, pewarna dan perasa yang beredar

di Kota Medan pada tahun 2015.

5. Karakteristik fisik susu

Karakteristik fisik susu adalah warna, rasa dan bau susu yang beredar di

Kota Medan pada tahun 2015 yang dapat diamati secara langsung tanpa

pengujian laboratorium dan dibandingkan dengan sifat fisik susu normal

menurut Legowo (2002).

a. Warna susu normal adalah putih, putih kekuningan dan putih kebiruan.

b. Rasa susu normal adalah sedikit manis.

(55)

3.6 Metode Pengukuran

1. Identifikasi Jamur Khamir

Analisis yang dilakukan terhadap jamur khamir pada penelitian ini meliputi keberadaan jamur khamir pada susu segar dan susu kemasan selama proses identifikasi khamir yang tumbuh dalam susu.

2. Identifikasi Jamur Penicillium

Analisis yang dilakukan terhadap jamur penicillium pada penelitian ini meliputi keberadaan jamur penicillium pada susu segar dan susu kemasan selama proses identifikasi penicillium yang tumbuh dalam susu.

3.7 Prosedur Pemeriksaan

1. Tujuan Pemeriksaan

Mengamati keberadaan koloni jamur Penicillium dan Khamir dari sampel susu kemasan dan susu segar menggunakan metode cawan tuang.

2. Alat dan Bahan

Alat :

1. Erlenmeyer

2. Pipet volume steril

3. Petridish steril

4. Inkubasi

5. Pinset

6. Autoclave

7. Beaker glass

Gambar

Gambar 2.1 Jamur Penicillium
Gambar 2.2 Jamur Khamir
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Analisis Tanggal Kadaluarsa Susu Kemasan yang Beredar di Kota Medan Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri total dan koliform yang terdapat pada susu segar peternakan sapi perah rakyat dan susu pasteuriasi tanpa kemasan di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Karakteristik sumur gali penduduk di Kelurahan Tanjung Selamat , (2) Pencemaran fisik (suhu, bau, rasa), pencemaran kimia (pH,

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas susu segar dari para peternak sapi perah pemasok industri keju yang ditinjau dari keberadaan jumlah sel somatis,

(2011), parameter yang diamati untuk mengetahui kualitas daun rami antara lain a) karakteristik fisik silase meliputi perubahan warna, aroma, tekstur dan

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas susu segar dari para peternak sapi perah pemasok industri keju yang ditinjau dari keberadaan jumlah sel somatis,

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh proporsi gluten dan jamur tiram putih terhadap mutu organoleptik bakso nabati yang meliputi kekenyalan, tekstur, warna,

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik proniosom yang meliputi organoleptis (warna, bau dan konsistensi), morfologi proniosom dengan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh proporsi gluten dan jamur tiram putih terhadap mutu organoleptik bakso nabati yang meliputi kekenyalan, tekstur, warna,