• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Stroke di Rumah Sakit Daerah Kabanjahe Tahun 2014-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Stroke di Rumah Sakit Daerah Kabanjahe Tahun 2014-2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007).

Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak non traumatik. Menurut WHO pada tahun 1983, stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang dapan mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan pembuluh darah otak ( Tarwoto dkk, 2007).

(2)

Stroke merupakan hasil penyumbatan yang tiba-tiba terjadi yang disebabkan oleh penggumpalan, pendarahan, atau penyempitan pada pembuluh darah arteri, sehingga menutup aliran darah ke bagian otak (Elaine, 1998).

Stroke adalah bencana atau gangguan peredaran darah di otak berupa iskemik dan perdarahan yang mengakibatkan fungsi otak terganggu dan dapat menyebabkan kematian( Lumbantobing, 2003).

Definisi stroke adalah deficit (gangguan) fungsi system saraf yang terjadi secara mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredarah darah otak (Pinzon dan Asanti, 2010 ) .Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat (Riskesdas, 2013).

2.2 Klasifikasi Stroke

2.2.1 Stroke Non Hemoragik (Iskemik)

Stroke Iskemik disebabkan oleh obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sekitar 80% stroke adalah stroke iskemik (Price dan Wilson 2015).

Stroke iskemik terjadi akibat suplay darah ke jaringan otak berkurang yang disebabkan karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak.

Klasifikasi stroke iskemik :

a. Secara klinis terdiri atas (Bustan, 2007) : 1 Transient Ischaemic attack (TIA)

(3)

b. Berdasarkan etiologi dan patogenesis (Batticaca 2008) : b.1 Trombosis

Arteri pada SSP dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari trias Virchow yaitu abnormalitas dinding pembuluh darah umumnya penyakit degeneratif, dapat juga inflamasi (vaskulitis) atau trauma (diseksi), abnormalitas darah, misalnya politemia, dan gangguan aliran darah.

b.2 Embolisme

Komplikasi dari penyakit generatif arteri SSP, atau dapat juga berasal dari adanya kelainan jantung lainnya (penyakit katup jantung, fibrilasi atrium, dan infark miokard yang baru terjadi).

c. Manifestasi klinis

Bergantung pada neuronatomi dan vaskularisasinya. Gejala klinis dan defisit neurologik yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemik (Dewanto dkk, 2009).

c.1 Gangguan peredaran darah arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral yang ditemukan terutama melibatkan tungkai c.2 Gangguan peredaran darah arteri serebri media menyebabkan hemiparesis dan hemihipestesi kontralateral yang terutama mengenai lengan disertai gangguan fungsi luhur berupa afasia (bila mengenai area otak dominan) atau hemipastial neglect (bila mengenai area otak nondominan)

(4)

medial. Aleksia tanpa agrafia timbul bila infark terjadi pada korteks visual dominan. Agnosia dan prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada korteks temporooksipitalis inferior

c.4 gangguan peredaran darah batang otak menyebabkan gangguan syaraf kranial seperti disartri, diplopi dan vertigo; gangguan serebelar, seperti ataksia atau hilang keseimbangan, atau penurunan kesadaran

c.5 infark lakunar merupakan infark kecil dengan klinis gangguan murni motorik atau sensorik tanpa disertai gangguan luhur.

2.2.2 Stroke Hemoragik

Menurut Djoenaidi Widjaja et.al, 1994 bahwa Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis disebabkan oleh pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istrahat. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu (Muttaqin, 2008) :

a. Perdarahan Intraserebral

(5)

b. Perdarahan Subaraknoid

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berassal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarakmoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lainnya).

2.3 Skor Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik

CT scan merupakan alat penting untuk membedakan tipe stroke (iskemik atau perdarahan) secara definitif, dapat juga berguna untuk mengetahui lokasi lesi dan menentukan luas atau beratnya penyakit. Namun, alat ini mahal dan tidak semua daerah memiliki fasilitas layanan tersebut. Oleh karena itu, masih diperlukan suatu alat diagnostik klinis berupa sistem skoring sederhana. Sistem skoring untuk membedakan stroke hemoragik atau stroke iskemik, antara lain skor Siriraj telah banyak digunakan di Thailand, serta telah divalidasi di berbagai Negara(Widiastuti dan Nuartha, 2015).

(6)

stroke supratentorial (kecuali perdarahan subaraknoid) yang dirawat di Rumah Sakit Siriraj selama tahun 1984 hingga 1985 dengan tujuan mengembangkan suatu alat diagnostik klinis stroke yang sederhana, reliable, dan aman, serta dapat digunakan di daerah yang tidak memiliki fasilitas CT scankepala (Widiastuti dan Nuartha, 2015).

Skor -1 s/d 1 : Hasil belum jelas, memerlukan CT Scan Kepala Sensitivitas : Untuk perdarahan : 89.3%

Untuk infark : 93.2% Ketepatan diagnostik : 90.3%

2.4 Gejala – Gejala Stroke

Stroke adalah kedaruratan medis, karena intervensi dini dapat menghentikan dan bahkan memulihkan kerusakan pada neuron akibat gangguan SSS = (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0.1 x tekanan diastole) – (3 x Ateroma) – 12

Ketentuan:

1. Kesadaran :

Kompos mentis = 0 ; Somnolen/Stupor = 1 ; Semi koma/koma = 2 2. Muntah / nyeri kepala dalam dua jam

Tidak ada = 0 ; Ya = 1

(7)

perfusi. Tanda utama stroke adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih gangguan neurologik lokal (Price dan Wilson, 2015).

Apa yang terjadi pada penderita stroke tergantung pada bagian otak mana yang mengalami kerusakan akibat penggumpalan atau perdarahan, ukuran besarnya kerusakan, dan seberapa banyak kerusakan yang masih mampu ditanggulangi (Shimberg, 1998). Stroke dapat juga disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah di otak atau dari gumpalan darah.

Berikut adalah Gejala penyakit stroke (Kemenkes RI, 2013).

1 Rasa lemas secara tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, seringkali terjadi pada salah satu sisi tubuh

2 Mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh 3 Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan

4 Kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata 5 Kesulitan berjalan, pusing, hilang keseimbangan

6 Sakit kepala parah tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau pingsan

2.5 Epidemiologi Stroke

2.5.1 Distribusi dan Frekuensi Penyakit Stroke a. Berdasarkan Orang

Stroke dapat terjadi pada semua umur, pernah terjadi pada bayi dan anak-anak. Tetapi kemungkinan timbulnya penyakit ini cenderung meningkat secara dramatis pada saat usia dewasa (Shimberg, 1998).

(8)

bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur (Bustan, 2007).

Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu didunia dan penyebab kematian nomor tiga dunia. Dua per tiga stroke terjadi di Negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik (Dewanto dkk, 2009).

Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis tenaga kesehatan gejala nya meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur =75 tahun (43,1‰ dan 67,0‰). Prevalensi stroke yang terdiagnosis nakes maupun berdasarkan diagnosis atau gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan (Riskesdas, 2013).

b. Berdasarkan Tempat

Di Negara industri penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker (Lumban Tobing, 2003).

(9)

Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (Kemenkes RI, 2013).

c. Berdasarkan Waktu

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, dikalangan penduduk usia >25 tahun menunjukkan bahwa 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Proporsi kematian akibat stroke meningkat dari 5,5 % pada tahun 1980 menjadi 11,5 % pada tahun 2001.

2.6 Faktor Risiko Penyakit Stroke a. Umur

Stroke dapat menyerang semua orang tanpa memandan usia. Tetapi semakin bertambah usia risiko stroke semakin tinggi. Hal ini berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah (Tarwoto dkk, 2007).

Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis nakes serta yang didiagnosis nakes atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur =75 tahun (43,1‰ dan 67,0‰). Prevalensi stroke yang terdiagnosis nakes maupun berdasarkan diagnosis atau gejala sama tinggi pada laki-laki dan perempuan.

b. Hipertensi

(10)

Jika tekanan darah meningkat, maka pembuluh darah otak akan menciut untuk mengimbangi tekanan darah tersebut sehingga aliran darah di otak tetap stabil. Sebaliknya jika tekanan darah menurun, maka pembuluh darah otak akan melebar (dilatasi) sehingga memudahkan aliran darah ke otak (Kontos HA et al., 1978). Namun demikian, autoregulasi ini hanya berfungsi dalam ambang tekanan tertentu, yaitu 90-180 mmHg tekanan darah arteri (Kontos HA et al., 1978; Harper AM, 1996).

Hipertensi kronik dan tidak terkendali akan memacu kekakuan dinding pembuluh darah kecil yang dikenal dengan mikroangiospati. Hipertensi juga akan memacu munculnya timbunan plak (plak atherosklerotik) pada pembuluh darah besar yang akan menyempitkan diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Hal ini akan mengakibatkan stroke (Tarwoto dkk, 2007).

c. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus dijumpai pada 15-20 % orang dewasa. Diabetes merupakan salah satu faktor resiko stroke iskemik yang utama karena dapat meningkatkan resiko stroke dua kali lipat. Stroke dan diabetes mellitus berbanding lurus yang artinya semakin tinggi kadar gula darah semakin tinggi resiko terjadinya stroke.

(11)

Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko stroke iskemik yang utama. Diabetes akan meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Peningkatan kadar gula darah berdanding lurus dengan risiko stroke yang artinya semakin tinggi kadar gula darah maka semakin tinggi risiko terkena stroke (Price dan Wilson, 2015).

d. Kelainan Jantung

Penyakit jantung merupakan faktor resiko terjadinya stroke karena pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan cardiac output, sehingga terjadi gangguan perfusi serebral (Tarwoto dkk, 2007). Beberapa jenis penyakit jantung dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan stroke. Gagal jantung dan jantung koroner mempunyai peranan penting dalam terjadinya stroke (Lumban Tobing, 2003). Penyakit jantung menyebabkan resiko meninggi sampai 3x kejadian stroke (Bustan, 2007). Dua pertiga dari orang yang menderita penyakit jantung kemungkinan akan terkena serangan stroke ( Shimberg, 1998).

e. Kadar Kolestrol yang Tinggi

(12)

Berdasarkan data Laboratorium Klinik Prodia 2002-2005 menyatakan Batasan Kadar Lipid/Lemak dalam Darah (Depkes RI, 2006) :

Tabel 2.2 Batasan Kadar Lipid/Lemak dalam Darah

Komponen Lipid Batasan (mg/dl) Klasifikasi

< 200 Yang diinginkan

Kolesterol Total 200 – 239 Batas tinggi

>240 Tinggi

Gangguan muncul akibat daerah otak tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala yang muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu (Harsono, 2003).

2.7.1 Kelumpuhan sebelah Kiri (Hemiparesis Sinistra)

(13)

Apraxia juga adalah seseorang yang tidak akan mampu melaksanakan instruksi-instruksi, tetapi secara fisik tampaknya tidak mengalami kelumpuhan atau kelemahan-kelemahan ada sensornya. Sebenarnya memahami instruksi-instruksi yang diberikan dan langsung mengirimkan pesan kepada otot yang dimaksudkan tetapi otot-otot tersebut tidak bereaksi (Shimberg, 1998).

Penderita juga mengalami gangguan visuospasial, yaitu gangguan pengenalan tempat dan pengenalan wajah.Penderita mengalami pelemahan ingatan dan menunjukkan perilaku yang impulsif, seringkali salah satu sisi tubuhnya terabaikan, dalam hal ini penderita tidak lagi menyadari keberadaan sisi sebelah kiri tubuhnya yang disebut juga sebagai hemineglect (Shimberg, 1998).

2.7.2 Kelumpuhan sebelah Kanan (Hemiparesis Dextra)

(14)

2.7.3 Hemiparesis Duplex

Karena adanya sclerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi pada dua sisi belahan otak hemisfer serebriyang mengakibatkan kelumpuhan satu sisi diikuti sisi lain. Timbul gangguan psedobulber (biasanya hanya pada vaskuler) dengan tanda-tanda hemiplegi dupleks, sukar menelan, sukar berbicara dan juga mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan dan mengalami hipereduksi (Shimberg,1998).

2.8 Pencegahan Penyakit Stroke

Dalam merumuskan cara pencegahan bagi suatu penyakit, maka sebelumnya harus diketahui apa saja yang menjadi faktor resiko dari penyakit tersebut. Tujuan umum pencegahan stroke adalah untuk menurunkan kecacatan dini, kematian, serta memperpanjang hidup dengan kualitas yang baik. Diketahui dua macam pencegahan stroke, yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan bagi mereka yang belum pernah mengalami TIA atau stroke, sedangkan pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan bagi mereka yang pernah atau sudah mengalami TIA atau stroke (Junaidi, 2004).

(15)

2.8.1 Pencegahan Primer

Dalam pencegahan primer, dimana pasien belum pernah mengalami TIA ataupun stroke dianjurkan untuk melakukDalam pencegahan primer, dimana pasien belum pernah mengalami TIA ataupun stroke dianjurkan untuk melakukan 3M (Junaidi, 2004) yaitu:

1. Menghindari : rokok, stress mental, minum kopi dan alcohol, kegemukan dan golongan oba-obatan yang dapat mempengaruhi serebrovaskuler. 2. Mengurangi : asupan lemak, kalori, garam, dan kolestrol yang berlebih. 3. Mengontrol atau mengendalikan : hipertensi, diabetes mellitus, penyakit

jantung, kadar lemak darah, konsumsi makanan seimbang serta olah raga teratur.

2.8.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder mengacu kepada strategi untuk mencegah kekambuhan stroke. Pendekatan utama adalah mengendalikan hipertensi, CEA, dan memakain obat antiagregat antitrombosit (Price dan Wilson, 2015).

Pencegahan stroke dilakukan kepada mereka yang pernah mengalami TIA atau memiliki riwayat stroke sebelumnya dengan cara :

1. Mengontrol faktor resiko stroke melalui modifikasi gaya hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung.

(16)

3. Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaan dan pencegahan stroke seperti anti agregasi trombosit dan anti-koagulan.

2.8.3 Pencegahan Tersier

Berbeda dari pencegahan primer dan sekunder, pencegahan tersier ini dilibatkan dari 4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit, yaitu gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan (Bustan, 2007). Pencegahan tersier ini merupakan rehabilitasi yang dilakukan pada penderita stroke yang telah mengalami kelumpuhan pada tubuhnya agar tidak bertambah parah dan dapat mengalihkan fungsi anggota badan yang lumpuh pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan cara:

1. Gaya hidup: reduksi stress, exercise sedang, dan berhenti merokok.

2. Lingkungan: menjaga keamanan dan keselamatan (tinggal dirumah lantai pertama, menggunakan wheel-chair) dan dukungan penuh dari keluarga. 3. Biologi: kepatuhan berobat, terapi fisik dan bicara.

(17)

2.9 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Komplikasi Stroke 1. Sosiodemografi

Umur

Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Tempat Tinggal

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya 3. Tipe stroke

4. Letak kelumpuhan 5. Sumber biaya 6. Lama rawatan

Gambar

Tabel 2.2 Batasan Kadar Lipid/Lemak dalam Darah

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang: Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global

Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena

Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih

(1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala gangguan aliran darah yang

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tipe Stroke Yang Di Rawat Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Tahun

The minimum expected count is 1.78... The minimum expected count

Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik atau menit) dapat

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan suatu defisit neurologis mendadak yang disebabkab oleh menurunnya aliran darah ke otak akibat adanya sumbatan