• Tidak ada hasil yang ditemukan

PS4AB Tafsir Ayat Alquran Tentang Akad (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PS4AB Tafsir Ayat Alquran Tentang Akad (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tafsir Ayat-Ayat Tentang Akad

DiajukanSebagaiTugas Mata Kuliah

Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi

Pada Prodi Perbankan Syari‟ah Semester IV/A

Disusun

Oleh:

1. Elva Puspita sari: 15631022 2. Lara Sati : 13631013

3. Ria Erliza : 15631073

Dosenpengampuh:

Hardivizon, M.Ag

PRODI PERBANKAN SYARI’AH

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN)

CURUP

(2)

A. Pendahuluan

Al-Qur‟an yang merupakan kitab yang paling sempurna, yang menjadi pedoman bagi umat manusia untuk dapat hidup sejahtera, didunia maupun diakhirat. Rasulullah Saw mewariskan kepada kita AL-Qur‟an, yang didalamnya terdapat petunjuk, larangan, ancaman, janji Allah swt, dan masih banyak lagi yang lainnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya ,proses untuk membuat kesepakatan dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan, lazim disebut sebagai proses dalam berakad.1

Dalam pembahasan fiqh, akad/kontrak yang dapat digunakan untuk dapat bertransaksi sangat beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifik kebutuhan yang ada. Menurut istilah, akad memiliki makna yang khusus. Akad merupakan keterkaitan antara ijab dan qobul atas khursus yang dibenafkan oleh syar‟ dan memilki implikasi hukum tertentu, seperti , pindahnya kepemilikan, hak sewa, dan lain-lain. Ijab dan qobul merupakan ucapan dan tindakan yang mencerminkan kerelaan dan keridahan dari kedua bela pihak untuk melakukan kesepakatan. Akad atau „aqd sendiri ialah perikatan, perjanjian, pertalian, kesepakatan , yang harus dipenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya agar sesuai dengan syariat islam. Yang dimaksud dengan “sesuai dengan syariat” adalah, bahwa seluruh kesepakatan yang dilakukan antara kedua belah pihak atau lebih tidak boleh apabila tidak sejalan dengan syara‟. Misalnya kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan orang lain.

Adapun beberapa ayat AL-Qur‟an yang membahas tentang akad ini adalah sebagai berikut:





















































(3)

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu

binatang ternak. Kecuali yang akan dibacakan kepadamu.(yang demikian itu) dengan

tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah

swt menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendakinya.

Kemudian surat An-Nisa ayat 29:

























































Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan

jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka

diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah swt adalah

maha penyayang kepadamu.

Dan surat ALI-Imran ayat 76:



















Artinya:

(bukan demikian), siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka

sesungguhnya Allah swt mnyukai orang yang bertakwa.

(4)

B. Pembahasan

1. QS. AL- Ma‟idah [5]: 1 a. Teks Ayat





















































b. Terjemahan

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji . sesungguhnya Allah swt menetapkan hukum-hukum yang dikehendakinya. c. Kata Kunci





I

al-

Uqud

d. Penafsiran

Dalam surat ini dijelaskan pengertian dari kata akad(al-„ukud) yang berarti janji atau perjanjian. Perjanjian disini maksuknya adalah perjanjian atau perikatan antara Allah dengan hamba-nya. Hamba dengan dirinya sendiri dan hamba dengan orang lain. Yang diakadkan seperti yang diterangkan dalam tafsir ibn Katsir dan Tafsir Al-marigi yaitu semua hal yang dihalalkan oleh Allah dan diharamkan serta batas-batas hukum dalam Al-Qur‟an dan semua itu tidak boleh dilanggar, seorang mu‟min mempunyai kewajiban untuk menepati apa yang telah mereka janjikan dan akadkan baik berupa perkataan maupun perbuatan selagi yang ia janjikan dan diakadkan itu tidak bersifat menghalalkan barang haram atau mengharamkan barang halal.2

Analisa kami, tentang ayat ini menerangkan bahwa Allah swt memerintahkan hambanya untuk harus menepati/memenuhi janjinya baik berupa perkataan maupun perbuatan seperti yang tertulis jelas dalam ayat yaitu penuhilah

akad-akad itu.Ini karena rasa aman dan bahagia terhadap manusia secara pribadi atau

(5)

kolektif tidak dapat terpenuhi. Kecuali bila mereka memenuhi ikatan- ikatan perjanjian yang mereka jalin.3 Itu yang diterangkan oleh tafsir AL-Mishbah. Janji dapat berupa pertolonngan, jaminan, pernikahan, jual-beli, dan lain-lain. Contoh kecilnya seperti berjanji untuk tidak memakan harta manusia secara batil atau hal yang memamang diharamkan oleh Allah swt.

Dalam kehidupan sehari-hari pemberian sebuah janji merupakan bentuk pemberian berupa harapan kepada seseorang. Inilah kenapa janji itu sangat penting untuk dipenuhi karena apabila tidak memenuhi janji itu maka akan timbul sebuah kekecewaan dan menyebabkan ketidak percayaan. Begitupun sebalik , apabila kita memenuhi janji terseburt, maka kita dapat membangun sebuah kepercayaan dengan apa yang kita lakukan dan katakan.

2. QS. Ali-Imran [3] : 76 a. Teks Ayat



















b. Terjemahan

“(bukan demikian). Sebenarnya siapa yang menempati janji (yang dibuatnya)

dan bertaqwa. Maka sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang yang

bertaqwa”. c. Kata Kunci







:

Man AupaBi‟ahdihi

d. Penjelasan

Untuk ayat diatas masih menyangkut tentang akad yaitu kata(Man Aufa

Bi’ahdihi) yang berarti “menepati janji”. Didalam akad bila sudah berjanji harus ditepati. Menurut tafsir Al-Maragi dan Tafsir Ibn Katsir, menyatakan bahwa didalam ayat ini, Allah menjadi kan pahala orang-orang yang menunaikan perjanjian dan takut untuk menunda dan cacat perjanjian, dan mendapatkan kecintaan dan rahmat didunia dan diakhirat. Dalam ayat ini juga terkandung

(6)

isyarat yang menunjukkan bahwa menempati janji, menghindari kegagalan perjanjian dan menghindari bentuk-bentuk perbuatan maksiat serta dosa. Adalah sesuatu yang mendekatkan seorang hamba kepada tuhannya, dan menjadikannya berhak mendapatkan kecintaan-Nya.4

Allah memerintahkan orang yang beriman untuk berlaku jujur dengan memenuhi akad-akad yang telah disepakati dan diputuskan bersama berupa nikmat-nikmat yang berupa keseluruhan hukum-hukum Allah mengenai apa-apa yang diharamkan, apa-apa yang dihalalkan dan disunahkan. Begitu juga nikmat-nikmat yang ada diantara manusia dengan sesamanya.

Jadi, menurut kami mengenai ayat ini , kami sependapat dengan apa yang disampaikan oleh para mufasir diatas, bahwa orang yang menepati janjinya merupakan ciri-ciri orang yang bertaqwa begitupun sebaliknya bagi orang-orang yang suka mengingkari janjinya adalah salah satu ciri orang yang munafik. Karena sesungguhnya orang yang bertaqwa itu akan berusaha untuk memenuhi kewajibannya, menyampaikan amanat-amanat yang diserahkan kepanya, menjauhkan diri dari larangan-larangan Allah swt, melaksanakan perintah-perintahnya serta menjalankan syari‟at-syar‟atnya yang

Dalam ajaran islam, seperti apa yang dianjurkan apabila hendak berjanji yaitu menyertakan kalimat insyaallah dikarenakan kita tidak tahu apa yang terjadi pada waktu yang dijanjikan.

3. QS. An-Nisa [4]: 29 a. Teks Ayat

























































b. Terjemahan

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil. Kecuali dengan jalan peniagaan yang

(7)

berlaku suka-samasuka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu.

c. Kata Kunci





:

batil

d. Penafsiran

Kami dapat menganalisa bahwa ayat ini masih berkaitan dengan janji/akad yang berhubungan dngan larangan seperti memakan harta orang lain secara batil yaitu jalan yang haram menurut islam. Batil juga berarti sesuatu yang tidak Agama Islam dan Tafsier Jalalain, yaitu melarang mengambil harta orang lain dengan jalan yang batil (tidak benar), seperti riba terkkecuali perniagaan yang berlaku atas dasar kesukarelaan bersama. Dalam upaya mendapatkan kekayaan tidak boleh ada unsur zalim kepada orang lain atau individu atau masyarakat . tindakan memperoleh harta secara batil, misalnya mencuri, riba, berjudi, korupsi, menipu, berbuat curang, mengurangi timbangan, dan sebagainya.5

Jadi, menurut kami ayat ini menerangkan tentang salah satu perjanjian yaitu apa yang diharamkan oleh Allah salah satunya ayat diatas yang menyebutkan bahwa Allah melarang orang-orang beriman untuk memakan harta dengan cara yang batil dan membunuh orang lain atau bunuh diri. jikla perjanjian itu dilanggar maka sudah dapat dipastikan orang tersebut akan mendiami neraka nantinya. Allah sesungguhnya melarang melakukan demikian itu adalah kasih sayang Allah swt kepada hambanya demi kebahagiaan hidup mereka didunia dan diakhirat, maka dari itu ALLah memberikan jalan untuk umat manusia membolehkan mencari harta dengan cara perniagaan yang sesuai dengan hukum syari‟at.

Mengenai larangan membunuh orang lain dan bunuh diri diatas diperjelas oleh Ibn Mardawaih meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa rasululllah bersabda:

“barang siapa yang membunuh dirinya dipotong besi, maka dengan besi

ituditangannya ia akan menusuk perutnys didalam neraka jahannam di hari

kiamat dan akan kekal didalamnya selamanya. Dan barang siapa membunuh

dirinya dengan meminum racun, maka racun itu akan berada ditangannya

(8)

dihari kiamat sambil dijilat-jilad didalam neraka jahannam yang akan

didiami selamanya”.

C. Kesimpulan

Surat Al-Ma‟idah ayat 1 dan surat An-Nisa ayat 29 serta surat Ali- Imran ayat 76 merupakan ayat-ayat dalam Al-Qur‟an yang mengaangkat tema tentang akad atau perjanjian. Akad disini berkaitan dengan ijab dan qobul dengan kata lain sebagai pemberi dan penerima. Kata ijab dan qobul yang biasa kita dengar hanya sebatas ijab dan qobul dalam akad pernikahan, namun sesungguhnya akad ini bisa digunakan dalam istilah-istilah syari‟ah seperti akad ijarah, mudharobah, murabaha dan lain-lain.

Akad atau janji yang biasa kita ucapkan kepada seseorang yang merupakan sebuah ikatan atau kesepakatan antara duabelah pihak baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Ada salah satu pepatah yang mengatakan bahwa janji adalah hutang, dan hutang tersebut harus dibayar. Begitu pentingnya arti sebuah janji, sehingga pepatah ini lahir. Akad yang sudah diutarakan wajib bagi kita untuk memenuhinya seperti yang telah dijelaskan oleh ayat-ayat tentang akad diatas. Dalam kehidupan kita, saat kita sudah berjanji dalam arti lain kita sudah berhutang dan membayarnya. Namun tidak sedikit orang menganggap sepele akan sebuah janji, ingatlah bahwa sesungguhnya Allah sangat menyukai orang-orang yang menepati janji karena itu adalah salah satu ciri-ciri orang yang bertakwa. Seperti yang Terdapat pada QS. AL- Baqarah: 177. Yang berbunyi:













































































































































(9)

Artinya:

“Bukanlahmenghadapkanwajahmukearahtimurdanbaratitusuatukebajikan,

akantetapiSesungguhnyakebajikanituialahberimankepada Allah, hariKemudian,

malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabidanmemberikanharta yang

dicintainyakepadakerabatnya, anak-anakyatim, orang-orang miskin, musafir (yang

memerlukanpertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)

hambasahaya, mendirikanshalat, danmenunaikan zakat; dan orang-orang yang

menepatijanjinyaapabilaiaberjanji, dan orang-orang yang sabardalamkesempitan,

penderitaandandalampeperangan. merekaItulah orang-orang yang benar (imannya);

danmerekaItulah orang-orang yang bertakwa.”

Adapan rukun akad dapat didepinisikan sebagai segala sesuatu yang bisa digunakan untuk mengungkapkan kesepakatan atas dua kehendak. Berkaitan dengan akad, adapun rukun-rukun akad seperti berikut: 1). Pelaku akad 2). Objek akad 3). Shighah/pernyataan ijabdan qobul . dan syarat syarat dari akat yaitu: 1). Syarat berlakunya akad 2). Syarat sahnya akad 3). Syarat terealisasikannya akad 4). Syarat lazim.6 Syarat syarat diatas memiliki beberapa macam macam syarat, ada syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum harus selalu ada disetiap akad yaitu seperti yang disebutkan diatas, sedangkan syarat khusus hanya terdapat pada akad akad tertentu.

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat adalah sebuah perhatian, kesukaan dan kecenderungan hati. Minat juga dapat diartikan keinginan dan dorongan yang muncul dari dalam diri atau dari luar diri (lingkungan) yang menjadi faktor penggerak ke arah tujuan yang ingin dicapai.7

6Ascarya, AkaddanProduk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2013), h. 35

7Sisco Fernandes:Hardivizon,

(10)

D. Daftar Pustaka

Al-Mahalli, Imam Jalaludin.TafsirJalalainJilid 1, Bandung: SinarBaruAlgensido, 2012 Al-Maragi, Ahmad Mustafa.Tafsir al-MaragiJilid 6, Semarang: Toha Putra, 1993 Ascarya, AkaddanProduk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2013 Djwaini, Dimyauddin. PengantarFiqihMuamalah, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2010 Katsir, Ibnu. TafsirIbnuKatsir 2, Surabaya: PT. BinaIlmu, 2015

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah, Jakarta: LenteraHati, 2002

Fernandes,Sisco:Vizon, Hardi:Hubungan Interpersonal Skill Karyawan terhadap Minat

Masyarakat Muslim Menjadi Anggota Koperasi Syari’ah,<http://journal.staincurup.ac.i

Referensi

Dokumen terkait

mengimplementasikan penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains. Pada tahapan pengembangan produk, telah dikembangkan instrumen penilaian sikap ilmiah yang telah

telah dicanangkan dari kemampuan kita untuk memahami diri kita sendiri dan lingkungan luar sehingga. akan tercipta ekosistem yang tidak hanya melepaskan kita dari middle class

Main obj ect iv e of t his work is t o prepare and charact erise biocom pat ible chit osan/ collagen/ PVA nanocom posit es con t aining calciu m apat it e suit able

Oleh karena itu pada artikel ini telah mengkaji rendemen dan karakterisasi selulosa yang optimal dari hasil ekstraksi selulosa batang tembakau dengan metode basa

[r]

Deskripsi Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, menunjukkan contoh dan memberikan tugas, sesuai dengan perkembangan afeksi (sosial dan emosional) peserta didik usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun nangka tidak berpengaruh terhadap produksi gas total, produksi gas maksimum dan laju degradasi kedua jenis hijauan

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fencl (2013) menyataan bahwa belajar dengan menggunakan simulasi PhET dapat memberikan manfaat yang lebih banyak