• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

-

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA

Sabtu, 19 April 2014

Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007

Kelompok 2

Widya Kusumaningrum 1112016200005

Nurul mu’nisa A. 1112016200008

Ummu Kalsum A. 1112016200012 Amelia Rahmawati 1112016200025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

-

I. ABSTRAK

Kesetimbangan fasa antara cairan dan uap terjadi ketika kedua proses yang

berlawanan itu berlangsung dengan laju yang tepat sama. Kesetimbanagn fasa

terdiri dari satu komponen, dua komponen, dan tiga kmponen. Praktikum ini terdiri

dari dua komponen yaitu kloroform dan air. Sistem dua komponen dapat terdiri dari

fasa cair- gas, cair- cair, fasa padat- cair, ataupun padat- padat. Sistem 3 komponen

dapat dibagi menjadi sepasang komponen larut sebagian, dua pasang komponen

larut sebagian, tiga pasang komponen larut sebagian. Pada saat pencampuran

kloroform dan air terdapat dua fasa. Kloroform dan air tidak dapat larut sehingga

membentuk dua fasa. Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan

sifat-sifat fisiknya seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang

batas. Dua fasa (kloroform dan air) dapat larut ketika dititrasi dengan asam asetat

glasial. Hal ini disebabkan asam asetat glasial bersifat semipolar sehingga dapat

larut sebagian dalam air dan sebagiannya lagi dalam kloroform. Untuk

menggambarkan perilaku tersebut dibuatlah diagram terner.

Kata kunci: Kesettimbangan fasa, Fasa, Diagram terner

II. PENDAHULUAN

Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang batas. Perilaku fasa yang dimiliki oleh suatu zat murni adalah sangat beragam dan sangat rumit, akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan dan kemudian dengan termodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan. Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa gibbs. Hokum fasa gibbs, jumlah terkecil variable bebas yang dilakukan untuk menyatakan keadaan suatu system dengan tepat dengan kesetimbangan diungkapkan sebagai :

F = C – P + 2

Dimana: F = Jumlah derajat kebebasan C = Jumlah komponen

(3)

-

Jumlah komponen-komponen dalam suatu system didefinisikan sebagai jumlah minimum dari “variable bebas pilihan” yang dibutuhkan untuk menggambarkan komposisi tiap fase dari suatu system. (S.K Dogra dan S. Dogra, 2009).

Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang sama. Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :

a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama

Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan Clausius Clayperon menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada sistem satu komponen. Fasa dapat didefinisikan sebagai setiap bagian sistem yang :

a. homogen dan dipisahkan oleh batas yang jelas

b. sifat fisik dan sifat kimia berbeda dari bagian sistem lain c. dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain sistem itu (Endang Widjajanti LFK. 2008).

(4)

-

2. Menyediakan labu Erlenmeyer sebanyak 3 buah, masing-masing diisi dengan 3 ml, 5 ml, dan 6 ml kloroform. Kerjakan satu persatu mengingat kloroform mudah menguap dan toksik.

3. Menambahkan masing-masing 5 ml akuades ke dalam labu Erlenmeyer yang telah diisi dengan kloroform, mengocok sebentar, campuran akan membentuk dua lapisan.

4. Menitrasi dengan asam asetat glasial sampai kedua lapisan membentuk satu fasa. Mencatat volume asam asetat glasial yang ditambahkan.

5. Mengulangi untuk labu Erlenmeyer kedua dan seterusnya. 6. Membuat diagram fasa terner.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(5)

-

asetat glasial

3 ml 5 ml 7,5 ml

4ml 5 ml 6 ml

6 ml 5 ml 9,3 ml

Analisis Data :

1. Labu pertama (3 ml kloroform + 5 ml aquades):

n =

na =

nb

nc =

ntotal = 0,036 + 0,2775 + 0,1308 = 0,4442 mol

Xa = × 100% = 7,5%

Xb = × 100% = 58, 21%

Xc = × 100% = 27,44 %

2. Labu ke-dua (4 ml kloroform + 5 ml air)

na = = 0,047 mol

nb = = 0,266 mol

nc = = 0,100 mol

ntotal = 0,047 + 0,266 + 0,100 = 0,413 mol

(6)

-

Xb = × 100% = 53,09 %

Xc = × 100% = 19,96 %

3. Labu ke-tiga (6 ml kloroform + 5 ml air)

na = =0,069 mol

nb = = 0,266 mol

nc = = 0,155 mol

ntotal = 0,069 + 0,266 + 0,155 = 0,49 mol

Xa = × 100% = 14,08%

Xb = × 100% = 54,29%

Xc = × 100% = 31,63 %

Xa Rata-rata = = 13,65 %

Xb Rata-rata = = 55,19%

Xc Rata-rata = = 26,34 %

A B

C

80

60 40

20 80

60

40

20

20 40 60 80

55 26

(7)

-

Diagram fasa turner

Pada praktikum kali ini mengenai kesetimbangan fasa. Di mana dalam praktikum ini melakukan titrasi terhadap kloroform (bersifat nonpolar) yang ditambahkan dengan air (bersifat polar), lalu dititras dengan larutan asam asetat glasial (bersifat semipolar). Hal ini dilakukan untuk mengamati besarnya pengaruh kloroform terhadap banyaknya volume asam asetat glasial yang dibutuhkan untuk membentuk satu fasa antara air dan kloroform, karena ketika kloroform dan air dicampurkan terbentuk dua fasa. Terbentuknya dua fasa ini disebabkan karena adanya perbedaan kepolaran yakni kloroform bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Sehingga air dan kloroform tidak dapat larut secara sempurna. Kemudian campuran air dan kloroform dititrasi menggunakan asam asetat glasial sebagai titran.

Asam asetat glasial merupakan suatu senyawa yang bersifat semipolar sehingga dapat membuat air dan kloroform membentuk 1 fasa. Selain itu kesetimbangan fasa juga dipengaruhi oleh massa jenis. Menerut literatur massa jenis air adalah 1,04 g/mL dan massa jenis asam asetat glasial adalah 1 g/mL sedangankan massa jenis kloroform adalah 1,47 g/mL. Jadi dapat diketahui bahwa asam asetat glasia lebih suka larut dengan air daripada kloroform. Asam asetat glasial larut dalam kloroform namun hanya sebagian kecil saja yang larut. Pada grafik nilai fraksi mol air-asam asetat glasial lebih besar daripada air-koroform. Air lebih larut dengan asam asetat glasial karena asam asetat glasial bersifat semi polar sedangkan kloroform bersifat non polar. Diketahui bahwa pelarut polar akan larut dengan pelarut polar pula. Hal ini sesuai dengan teori bahwa asam asettat glasial lebih suka larut pada air dibandingkan dengan kloroform.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang batas.

2. Terjadinya dua fasa antara air dan kloroform terajdi karena perbedaan kepolaran antara keduanya. Air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat nonpolar

(8)

-

VI. DAFTAR PUSTAKA

Dogra, SK dan S. Dogra. 1990. KIMIA FISIK DAN SOAL-SOAL. Jakarta: UI-PRESS

Hugh D. Young. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 Edisi 10. Jakarta. Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

praktikan dalam mengencerkan larutan asam asetat yang akan digunakan, atau. ketidaktepatan praktikan dalam memanaskan arang sehingga arang

Dalam fase cair kerapatannya serba sama di semua bagian pada cairan tersebut.Pada penelitian ini dilakukan uji kesetimbangan Fasa denagan menggunakan sistem Terner/ tiga

Pada percobaan ini, variabel bebas yang digunakan adalah massa zat terlarut, yaitu massa naftalena yang digunakan dalam penentuan tetapan titik beku asam asetat

Fungsi bahan diantaranya krim kelapa untuk membuat minyak modern, bubur santan untuk membuat minyak tradisional, asam asetat glasial untuk

Pada titrasi 2 Metode titrasi ini dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna yaitu air dan asam asetat

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengkaji kesetimbangan homogen dalam pelarut air dan menunjukkan validitas hukum aksi

volume pengenceran 100 ml sehingga didapat volume larutan Konsentrasi Asam Asetat 10 -4   M diambil sebesar 1 ml menggunakan ball pipet untuk pengenceran dituangkan pada

Veteran 65145, Indonesia ABSTRAK Pada percobaan kesetimbangan fasa cair-cair dan cair-uap, praktikan melakukan pengukuran indeks bias terhadap pelarut murni dan campuran metanol dan