• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman siswa kelas XI IPA SMA Kejora tentang Hukum Archimedes melalui pembelajaran dengan metode Eksperimen Terbimbing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan pemahaman siswa kelas XI IPA SMA Kejora tentang Hukum Archimedes melalui pembelajaran dengan metode Eksperimen Terbimbing"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMA KEJORA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika. DISUSUN OLEH: ERNESTA FATIMA BATE SAY 141424022. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. ―Segala Perkara dapat Ku Tanggung di dalam DIA yang Memberi Kekuatan Kepada Ku‖ (Filipi 4:13) Puji dan syukur kepada Tuhan sebagai sumber semangat dan kekuatanku. Karya ini kupersembahkan untuk: Kedua orang tuaku Yohanes Don Bosco Yoseph Say dan Maria Bheli Kakak Rosalina Kae Say Adik Erlyanto Repu Say, Lorentius Brianto Nono Say, Natalia Nadia Dhei Say Terima kasih untuk setiap doa, dukungan, cinta, kerja keras dan pengorbanannya.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Ernesta Fatima Bate Say, Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas XI IPA SMA Kejora tentang Hukum Archimedes melalui Pembelajaran dengan Metode Eksperimen Terbimbing. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik, mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik, dan mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik pada pokok bahasan hukum Archimedes melalui pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA SMA Kejora. yang berjumlah 20 orang. Desain. penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka disertai dengan Centainty Response Index. Penelitian kualitatif menggunakan teknik wawancara. Data Pretest-Posttest dianalisis menggunakan Uji T untuk kelompok dependen. Data wawancara dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman peserta didik kelas XI IPA SMA Kejora mengenai hukum Archimedes sangat kurang. Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi dan kekurangan pemahaman mengenai hukum Archimedes. Melalui pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing, peserta didik mengalami penurunan miskonsepsi dan terjadi peningkatan pemahaman pada pokok bahasan Archimedes.. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. Ernesta Fatima Bate Say, The Increase of Understanding of Student Class XI Science Kejora High School about Archimedes Law through Learning by Experiment Method. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research aims to determine student level of understanding, to identify student misconceptions, and know the change of students understanding on Archimedes Law through learning by demonstration method. The subjects were 20 second-year students of science class at Kejora High School. The research design used is qualitative and quantitative research. Quantitative research uses Multiple Choice Test with Open Reasoning accompanied by Centainty Response Index. Qualitative research uses interview techniques. Pretest-Posttest data were analyzed using T-test for the dependent group. Interview data were analyzed descriptively. The result of the research shows that the students' understanding of grade XI Kejora High School about Archimedes law is very less. Most of the students experienced the misconceptions and lack of understanding of the laws of Archimedes. Through the learning process using the demonstration method, students experienced a decrease in misconceptions and increased understanding of the subject matter of Archimedes.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas XI IPA SMA Kejora tentang Hukum Archimedes melalui Pembelajaran dengan Metode Eksperimen Terbimbing‖ Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan yang diberikan berbagai pihak kepada penulis, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan dengan sabar memberikan bimbingan, bantuan, pengarahan, serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Fisika Sanata Dharma. 4. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika, dan segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendidik, membagikan ilmu,. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. dan pengalaman hidup kepada penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Fisika Sanata Dharma 5. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang dengan keramahan dan kesabarannya telah membantu dalam segala hal terkait administrasi penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma. 7. Bapak Romanus Rinu selaku Kepala SMA Kejora yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA tersebut. 8. Ibu Dra. Fransiska Sawu, S.Pd selaku guru mata pelajaran fisika SMA Kejora yang telah memberikan masukan dan membantu penulis selama proses pengambilan data skripsi. 9. Peserta didik kelas XI IPA SMA Kejora yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran sebagai subjek penelitian. 10. Ira, Tita, Andre, Icha dan Yesi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 11. Keluarga besar SMA Kejora atas bantuan dan kerjasamanya 12. Teman-teman “Pink Pig (Dini, Maria, Mariani)” yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyelesaian skripsi ini. 13. Teman – teman ―Finding Dory (Angel, Rina, Lilis)‖ yang telah bekerja sama memberikan masukan, saran dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii LHALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................... vi PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ........... vii ABSTRAK .............................................................................................................. viii ABSTRAC ................................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ............................................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.. Latar Belakang .................................................................................................. 1 Identifikasi Masalah.......................................................................................... 4 Batasan Masalah ............................................................................................... 4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5. BAB II LADASAN TEORI A. B. C. D.. Konsep .............................................................................................................. 7 Pemahaman Konsep ......................................................................................... 8 Miskonsepsi ...................................................................................................... 9 Penyebab Miskonsepsi......................................................................................11 1. Siswa..........................................................................................................12. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Guru ...........................................................................................................15 3. Buku Teks .................................................................................................16 4. Konteks ......................................................................................................16 5. Metode Mengajar.......................................................................................18 E. Cara Mendeteksi Miskonsepsi 1. Peta Konsep ...............................................................................................19 2. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka .....................................19 3. Tes Essai ...................................................................................................20 4. Wawancara Diagnosis ...............................................................................20 5. Diskusi dalam Kelas ..................................................................................21 6. Praktikum dengan Tanya Jawab ................................................................21 F. Upaya Mengatasi Miskonsepsi .........................................................................22 G. Metode Eksperimen Terbimbing ......................................................................23 H. Hukum Archimedes 1. Gaya apung ................................................................................................25 2. Mengapung, Tenggelam, Melayang a. Mengapung .........................................................................................27 b. Melayang ............................................................................................28 c. Tenggelam ..........................................................................................29 I. Penelitian yang Relevan ...................................................................................30 J. Miskonsepsi dalam Hukum Archimedes ..........................................................34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................................36 B. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................36 C. Subyek Penelitian 1. Populasi .....................................................................................................36 2. Sampel .......................................................................................................37 D. Prosedur Penelitian ...........................................................................................37 E. Treatment ..........................................................................................................40 F. Instrument Pengumpulan Data .........................................................................41 1. Pretes dan Postes .......................................................................................41 2. Wawancara ................................................................................................43 G. Validitas Instrumen ...........................................................................................44 H. Metode Analisis Data .......................................................................................45 1. Data Pretes dan Postes ...............................................................................45 2. Uji Tingkat Pemahaman Siswa melalui Pembelajaran dengan Metode Eksperimen Terbimbing menggunakan Analisis Statistik.........................48 3. Data Wawancara ........................................................................................59 BAB IV DATA DAN ANALISIS A. Deskripsi Pelakasanaan Penelitian ...................................................................50. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. C. D. E. F. G. H. I. J.. Pretest ...............................................................................................................51 Pemilihan Partisipan untuk Wawancara ...........................................................66 Wawancara I .....................................................................................................68 Postest ...............................................................................................................89 Uji Tingkat Pemahaman Siswa setelah Treatmen ............................................91 Rangkuman Pemahaman Partisipan sebelum Treatmen ...................................94 Perubahan Miskonsepsi ....................................................................................96 Perbandingan Pretest dan Postest pada Partisipan yang Diwawancarai ...........98 Keterbatasan Penelitian ....................................................................................108. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ................................................................................................109 B. SARAN .............................................................................................................110 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................111. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Tabel Upaya Mengatasi Miskonsepsi ........................................................23 Tabel 2.2 Miskonsepsi mengenai Hukum Archimedes di level SMA .......................35 Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda untuk Pretest dan Postest .............................43 Tabel 3.2 Pedoman Wawancara .................................................................................44 Tabel 3.3 Klasifikasi Pemahaman Siswa Berdasarkan Skor ......................................46 Tabel 3.4 Skala CRI dan Kriterianya .........................................................................47 Tabel 3.5 Kiteria Konsep Benar, Kekurangan Pemahaman dan Miskonsepsi ...........48 Tabel 4.1 Persentase Jumlah Skor dan Tingkat Pemahaman Pretest .........................53 Tabel 4.2 Persentase Jumlah Siswa Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pemahaman ..55 Tabel 4.3 Persentase Konsep Benar, Kekurangan Pemahaman dan Miskonsepsi Berdasarkan Jawaban Siswa dan CRI Pretest ............................................................56 Tabel 4.4 Persentase Jumlah Jawaban untuk Jawaban Benar ....................................59 Tabel 4.5 Persentase Jumlah Jawaban untuk Jawaban Salah .....................................59 Tabel 4.6 Persentase Jumlah Jawaban untuk Miskonsepsi ........................................60 Tabel 4.7 Jumlah Persentase untuk Jawaban Siswa untuk Setiap Nomor Pretest .....61 Tabel 4.8 Daftar Nomor Soal Siswa yang akan Diwawancara berdasarkan Jawaban Siswa pada saat Pretest ................................................................................63 Tabel 4.9 Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa sebelum Pembelajaran ....................86 Tabel 4.10 Kegiatan Pembelajaran ............................................................................87 Tabel 4.11 Persentase Jumlah Skor dan Tingkat Pemahaman Postest ......................90 Tabel 4.12 Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas XI IPA .........................................92 Tabel 4.13 Perubahan Miskonsepsi Siswa .................................................................97 Tabel 4.14 Daftar Nomor Soal Siswa yang Diwawancara Berdasarkan Jawaban Siswa pada saat Postest ..............................................................................................99. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 4.15 Persentase Skor Pretest Kelima Siswa yang Diwawancarai ....................100 Tabel 4.16 Persentase Skor Postest Kelima Siswa yang Diwawancarai ....................101 Tabel 4.17 Persentase Konsep Benar, Kekurangan Pemahaman, dan Miskonsepsi Berdasarkan Jawaban Siswa yang Diwawancarai pada saat Pretest ..........................102 Tabel 4.18 Persentase Konsep Benar, Kekurangan Pemahaman, dan Miskonsepsi Berdasarkan Jawaban Siswa yang Diwawancarai pada saat Postest .........................103. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Menghitung Gaya ...................................................................................26 Gambar 2.2 Mengapung .............................................................................................28 Gambar 2.3 Melayang ................................................................................................29 Gambar 2.4 Tenggelam ..............................................................................................30 Gambar 3.1 Skema Pelaksanaan Penelitian ...............................................................39. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian .....................................................114 Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakanakan Penelitian .............................115 Lampiran 3 Validitas Soal Pretest dan Posttest ...................................................117 Lampiran 4 Soal Pretest dan Posttest ..................................................................124 Lampiran 5 Sample Lembar jawaban Pretest Siswa............................................132 Lampiran 6 Sample Lembar Jawaban Posttest siswa ..........................................140 Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................148 Lampiran 8 Eksperimen 1 ................................................................................... 155 lampiran 9 Eksperimen 2 .................................................................................... 157 Lampiran 10 Analilis hasil Pretest dan Postes .................................................... 159 Lampiran 11 Wawancara .....................................................................................164 Lampiran 12 Foto-Foto Pelaksanaan Penelitian ..................................................180. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Dalam buku yang berjudul ―Miskonsepsi Fisika dan Remediasi‖ (Van Den Berg, 1991) dijelaskan bahwa hasil pengajaran fisika saat ini sangat mengecewakan. Di dalam negeri para pejabat dan pendidik fisika telah menyebut macam-macam alasan pengajaran fisika mengecewakan seperti halnya kebanyakan guru fisika tidak ―qualified‖, artinya tidak mempunyai sarjana dalam bidang fisika, fasilitas praktikum kurang, jumlah mata pelajaran banyak, silabus terlalu padat, gaji guru memaksa untuk melakukan pekerjaan lain, dan sebagainya. Tetapi karena hasil pendidikan fisika dimanamana kurang, kita harus mencari penyebab yang universal tanpa mengabaikan ciri khas sistem pendidikan Indonesia. Masalah kurangnya hasil pendidikan fisika tidak dapat diselesaikan tanpa menganalisa mengapa hasil pendidikan dimana-mana kurang. Beberapa penelitian menyatakan bahwa salah satu sumber kesulitan belajar siswa adalah adanya miskonsepsi siswa. Sebelum memulai pembelajaran, peserta didik telah memiliki konsepsi masing-masing tentang sesuatu, termasuk yang berkaitan dengan fisika. Konsepsi awal yang dimiliki siswa inilah yang disebut dengan prakonsepsi. Menurut Berg (1991: 1) siswa tidak memasuki pelajaran dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan. 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. pengetahuan. Tetapi sebaliknya kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran yang diajarkan. Prakonsepsi siswa atas konsep fisika yang dibangun oleh siswa itu sendiri melalui belajar informal dalam upaya memberikan makna atas pengalaman mereka sehari-hari mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan konsepsi ilmiah. Prakonsepsi siswa yang pada umumnya bersifat miskonsepsi secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Menurut (Van Den Berg, 1991) konsepsi siswa yang bertentangan dengan konsep para fisikawan disebut miskonsepsi. Menurut (Suparno, 2005) miskonsepsi adalah prakonsepsi atau konsep awal siswa yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Miskonsepsi tersebut berkaitan dengan tingkat pemahaman siswa dalam menangkap materi pelajaran yang berbeda-beda. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dikelompok menjadi lima, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Seringkali penyebabpenyebab itu berdiri sendri, tetapi kadang-kadang saling terkait satu sama lain sehingga miskonsepsinya menjadi semakin kompleks dan semakin sulit untuk diatasi. Miskonsepsi terjadi hampir disemua subbidang Fisika yaitu mekanika, termodinamika, gelombang dan bunyi, optika, listrik dan magnet, fisika modern, astronomi dan bumi antarikasa. Berdasarkan penelitian Wandersee, Mintzes, dan Novak dalam Suparno (2005) bidang mekanika berada di urutan teratas yang mengalami miskonsepsi. Salah satu bahasan dalam mekanika.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. fluida adalah hukum Archimedes. Hukum Archimedes memiliki banyak penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang sebaiknya diketahui siswa. Menurut Suparno (2005:140), dalam materi mekanika fluida beberapa miskonsepsi yang dialami siswa seperti benda tenggelam dalam air karena lebih berat daripada air, benda melayang di air karena lebih ringan daripada air, kedalaman fluida mempengaruhi gaya ke atas. Miskonsepsi dapat dideteksi melalui peta konsep, tes esai, tes pilihan ganda (multiple choice), wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan tanya jawab. Upaya yang dapat dilakukan agar miskonsepsi siswa tidak berlanjut terus menerus adalah dengan memberikan remediasi agar konsepsi siswa sesuai dengan konsepsi ilmiah. Program pengajaran remedial merupakan pengajaran yang bersifat spesifik untuk menyembuhkan dan memperbaiki masalah belajar siswa. Mengingat tujuan dari pengajaran remedial tersebut maka bila terjadi miskonsepsi, program ini dapat dilaksanakan. Tetapi metode pengajaran harus disesuaikan dengan sifat dan tujuan dari materi yang diajarkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pemahaman siswa, miskonsepsi dan perubahan pemahaman yang dialami siswa kelas XI IPA SMA KEJORA tentang. Hukum. eksperimen.. Archimedes. melalui. pembelajaran. dengan. metode.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu: 1. Penyebab miskonsepsi dikelompokkan menjadi lima, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar 2. Bidang mekanika berada di urutan teratas yang mengalami miskonsepsi 3. Masih banyak peserta didik yang mengalami miskonsepsi tentang konsep-konsep hukum Archimedes C. BATASAN MASALAH Agar masalah penelitian tidak melebar, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada: 1. Tingkat pemahaman siswa mengenai hukum Archimedes 2. Identifikasi miskonsepsi kelas XI IPA pada konsep hukum Archimedes di SMA KEJORA 3. Upaya remediasi untuk mengatasi miskonsepsi siswa kelas XI IPA pada konsep hukum Archimedes di SMA KEJORA D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas, maka pembatasan masalah dan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.. Bagaimana tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA SMA KEJORA tentang hukum Archimedes?. 2.. Apakah terjadi miskonsepsi pada pemahaman siswa kelas XI SMA KEJORA tentang hukum Archimedes?.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. 3.. Apakah terjadi perubahan pemahaman siswa kelas XI IPA SMA KEJORA tentang hukum Archimedes melalui pembelajaran dengan metode eksperimen?. E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA SMA KEJORA tentang hukum Archimedes 2. Terjadinya miskonsepsi pada pemahaman siswa kelas XI IPA SMA KEJORA tentang hukum Archimedes 3. Perubahan pemahaman siswa kelas XI IPA SMA KEJORA tentang hukum Archimedes melalui pembelajaran dengan metode eksperimen F. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari berbagai pihak, yaitu bagi guru, bagi mahasiswa calon guru dan peserta didik. 1. Bagi guru Hasil penelitian ini kiranya menjadi masukan bagi para guru Fisika tentang miskonsepsi yang terjadi pada siswanya. Masukan ini kiranya mendorong guru agar lebih memperhatikan tingkat pemahaman siswa agar. konsep-konsep. Fisika. yang. diajarkan. tidak. menimbulkan. miskonsepsi atau meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. 2. Bagi mahasiswa calon guru fisika Memberikan informasi tentang pemahaman yang telah dikuasai, maupun yang belum dikuasai, serta memberi informasi tentang miskonsepsi yang dialami, sehingga mereka bisa memperdalam materi yang belum dikuasai dan bisa mendesain pengajaran yang menarik untuk materi hukum Archimedes 3. Bagi siswa Mengetahui seberapa jauh pemahamannya terhadap materi hukum Archimedes dan mampu mengatasi miskonsepsi yang dimiliki..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Menurut Euwe van den Berg (1991:8) konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Konsep disebut abstraksi karena konsep menyatakan proses penggambaran pada berbagai pengalaman aktual. Konsep dibentuk dengan menggolongkan hasil-hasil pengamatan. dalam suatu. kategori tertentu. Konsep tersusun sebagai penggambaran mental atas pengalaman yang teramati. Konsep tidak hanya diperoleh dengan hanya pengamatan seperti melihat, mendengar atau merasa. Berbagai pengamatan harus dilakukan untuk mendapatkan kategori-kategori dan berdasar kategori inilah konsep dapat dibentuk. Kemampuan untuk membuat kesimpulan, kategori dan pola dalam bentuk konsep-konsep sangat penting untuk menyimpan berbagai informasi yang diterima. Jika manusia tidak mampu membentuk konsep maka akan banyak sekali hal-hal yang manusia harus ingat. Vygotsky membedakan antara dua konsep, yaitu konsep spontan dan konsep saintifiik (Suparno, 2005:94). Konsep spontan adalah konsep yang dipunyai siswa karena pergaulannya setiap hari dalam situasi tertentu tanpa struktur yang sistematik. Sedangkan konsep saintifik didapat di bangku. 7.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. sekolah secara sistematik struktural. Kedua konsep itu saling mempengaruhi. Selama proses pembelajaran, konsep spontan perlahan-lahan diubah menjadi lebih saintifik. Dan yang saintifik nantinya mempengaruhi konsep spontan seseorang menjadi lebih maju dan lengkap. Dengan demikian, konsep seseorang akan sesuatu terus berkembang. Proses perkembangan konsep seseorang kemudian memberikan tanggapan mental berupa informasi yang tersimpan dalam pemikirannya. Tanggapan mental atau tafsiran suatu konsep antara orang yang satu dengan orang yang lain dapat berbeda. Tafsiran seseorang terhadap suatu konsep ilmu disebut konsepsi (Van den Berg, 1991:10). Dari banyak penelitian ternyata siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika di sekolah. Sebelum siswa mengikuti pelajaran mereka sudah banyak berpengalaman dengan peristiwa-peristiwa fisika dan karena itu mereka sudah mengembangkan banyak konsepsi yang belum tentu sama dengan konsep fisikawan. Konsepsi semacam itu disebut prakonsepsi (Van den Berg, 1991). Kadang-kadang penggunaan istilah prakonsepsi lebih luas, yaitu konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran walaupun mereka sudah pernah mendapatkan pelajaran formal. B. Pemahaman Konsep Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian tujuan yaitu agar mahasiswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan. pemahaman. akan. dapat. mencapai. pengetahuan. prosedur..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Pemahaman berasal dari kata ―paham‖ yang berarti mengerti, menguasai benar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ―pemahaman‖ berarti hal, hasil kerja dari memahami atau sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Setiap orang dalam memahami suatu konsep akan mencapai pemahaman yang berbeda serta bertingkat-tingkat. Hal tersebut terkait sejauh mana perhatian, intensitas, kepentingan dan konsepsi awalnya tentang konsep yang dipelajarinya. Menurut Van den Berg (1991) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya: 1) siswa dapat mendefenisikan konsep yang bersangkutan, 2) siswa dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan dengan konsep-konsep yang lain, 3) siswa dapat menjelaskan hubungan dengan konsep-konsep lain, 4) siswa dapat menjelaskan arti konsep dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-sehari. Pemahaman konsep sangat penting dalam dunia pendidikan, hal tersebut dikarenakan dengan memahami konsep mahasiswa akan mudah menerima pelajaran dan mudah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. C. Miskonsepsi Miskonsepsi atau salah konsep (Suparno, 2005) adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Beberapa peneliti lebih suka menggunakan istilah konsep alternatif daripada miskonsepsi. Ini dikarenakan konsep alternatif lebih menunjuk pada penjelasan berdasarkan pengalaman yang dikonstruksi.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. oleh siswa sendiri. Konsep alternatif memberikan penghargaan intelektual kepada siswa yang mempunyai gagasan tersebut dan konsep alternatif secara kontekstual masuk akal dan juga berguna untuk menjelaskan beberapa persoalan yang sedang dihadapi siswa. Menurut Berg (1991) tidak semua pemahaman siswa itu salah meskipun konsepsi siswa itu berbeda dengan konsepsi fisikawan. Jika konsepsi siswa itu sama dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan, maka konsepsi siswa tersebut tidak dapat dikatakan salah. Hanya konsepsi siswa yang bertentangan dengan konsepsi para pakar fisika saja yang dikatakan sebagai miskonsepsi. Menurut Fowler (1987) dalam Suparno (2005:5) miskonsepsi adalah pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hirarkis konsepkonsep yang tidak benar. Berdasarkan pengertian di atas miskonsepsi diartikan sebagai suatu konsepsi yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para ilmuwan. Miskonsepsi akan terbentuk bila gambaran mental seseorang tidak sesuai dengan konsepsi para ilmuwan. Namun perlu diperhatikan bahwa ketidaksesuaian konsep seseorang dengan konsep ilmuwan tidak serta merta dikategorikan miskonsepsi. Oleh karena itu dalam penelitian digunakan skala CRI. Certainly of Response Index (CRI) adalah ukuran tingkat keyakinan/kepastian siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Penggunaan CRI dimaksudkan agar siswa dapat menentukan.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. tingkat keyakinan dalam menggunakan konsep-konsep untuk menyelesaikan soal tes tersebut. Hal ini menujukkan apakah terjadi miskonsepsi atau tidak paham dalam materi tersebut. Skala CRI berada pada rentang 0 sampai 2. Seseorang akan dikatakan miskonsepsi jika jawaban yang diberikan salah namun skala CRI yang diberikan tinggi. Sehingga jika jawaban yang diberikan salah dan skala CRI rendah maka tidak diklasifikasikan miskonsespi tetapi tidak memahami konsep. Dalam menangani miskonsepsi yang dipunyai siswa, kiranya perlu diketahui lebih dahulu konsep-konsep alternatif. apa saja. yang dipunyai. siswa. dan dari mana mereka. mendapatkannya. Dengan demikian kita dapat memikirkan bagaimana mengatasinya. D. Penyebab miskonsepsi Menurut (Suparno, 2005) penyebab miskonsepsi dikelompokkan menjadi lima, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa terdiri dari beberapa aspek, seperti prakonsepsi awal, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, minat belajar, serta reasoning dan intuisi yang salah. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan atau uraian yanag salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti budaya, agama dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa. Sedangkan metode belajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. siswa. Seringkali penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi kadang saling terkait satu sama lain, sehingga salah pengertiannya menjadi kompleks. Hal ini menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi mereka. 1.. Siswa Penyebab miskonsepsi dalam fisika yang berasal dari diri siswa yaitu: a. Prakonsepsi atau konsep awal siswa Siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi mengenai suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering mengandung miskonsepsi sehingga berdampak untuk pelajaran berikutnya. Miskonsepsi akan lebih banyak jika yang mempengaruhi pembentukan konsep pada siswa juga mempunyai banyak miskonsepsi seperti orangtua, teman sekolah dan pengalaman di lingkungan siswa. Contohnya tentang matahari mengelilingi bumi dan matahari lebih kecil dari bumi. Miskonsepsi siswa tersebut bahwa matahari lebih kecil daripada bumi sangat jelas dipengaruhi oleh pengalamannya bahwa bumi terasa sangat besar dan luas sedangkan matahari hanya keliatan sebesar bola. b. Pemikiran asosiatif siswa Menurut Arons, 1981; Gilbert, Watts, Osborne, 1982; Marioni, 1989 dalam Suparno (2005:36), pemikiran asosiatif adalah jenis pemikiran yang mengasosiasikan atau menganggap suatu konsep.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. selalu sama dengan konsep yang lain. Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah. sehari-sehari. terkadang. membuat. miskonsepsi.. Beberapa siswa meyakini bahwa tidak terjadi gaya pada kereta yang didorong karena kereta itu tetap berhenti. Konsep yang benar adalah kereta itu tetap memperoleh gaya, hanya saja gaya tersebut tidak cukup kuat untuk menggerakan benda. c. Pemikiran humanistik Pemikiran humanistik adalah pemikiran yang memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Gilbert, Watts, Osborne, 1982 dalam (Suparno, 2005:36) mengemukakan siswa sering memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam term pengalaman orang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup, sehingga tidak cocok. Contohnya miskonsepsi siswa akan kekekalan energi. Sebagai manusia, bila bekerja terus atau bermain terus akan lelah dan lapar. Dari pengalaman sebagai manusia yang menjadi lapar dan kehabisan energy bila terus bekerja, siswa beranggapan bahwa kekekalan energi itu tidak mungkin terjadi. Energi yang ada pasti berkurang dan lenyap. Siswa tidak mudah untuk keluar dari pemikiran yang manusiawi. d. Reasoning yang salah Reasoning yang salah dapat terjadi karena logika yang salah dalam mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi,.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. sehingga terjadi miskonsepsi. Menurut Comins (1993) dalam Suparno (2005:38) miskonsepsi juga disebabkan oleh reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan oleh informasi yang diperoleh atau data yang. didapatkan. tidak. lengkap.. Akibatnya,. siswa. menarik. kesimpulan secara salah dan hal inilah yang menyebabkan timbulnya miskonsepsi siswa. e. Intuisi yang Salah Intuisi adalah perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikat atau gagasannya tentang sesuatu sebelum diteliti secara obyektif dan rasionaL. Contohnya siswa mempunyai intuisi bahwa jika benda yang besar akan jatuh bebas lebih cepat daripada benda yang kecil. Konsep yang benar adalah benda yang dijatuhkan dari ketinggian yang sama akan jatuh secara bersamaan. f. Kemampuan siswa Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat atau kurang mampu dalam mempelajari fisika, sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar. Siswa yang IQ-nya rendah juga dengan mudah melakukan miskonsepsi karena mereka dalam mengontruksis pengetahuan fisika, tidak dapat mengontruksi secara lengkap dan utuh. Siswa tidak menangkap konsep yang benar dan merasa bahwa itulah konsep yang benar, maka terjadi miskonsepsi..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. g. Minat belajar Siswa yang tidak tertarik dengan ilmu fisika biasanya kurang memperhatikan. penjelasan. guru. dan. bahkan. tidak. mau. mendengarkan gurunya menjelaskan fisika. Akibatnya akan lebih mudah salah menangkap dan membentuk miskonsepsi. Sedangkan siswa yang menyukai fisika biasanya lebih menaruh perhatian kepada penjelasan guru dan senang mempelajari bahan fisika dari buku-buku secara teliti dan mendalam. Akibatnya mereka dapat menangkap konsep fisika lebih lengkap dan mendalam. Bila pengertian mereka tidak benar, mereka tertantang untuk mencari pengertian yang benar. Mereka tidak mudah putus asa dalam mencari jawaban dan konsep yang benar. 2. Guru Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru. Guru yang tidak menguasai bahan atau mengerti bahan fisika secara benar akan menyebabkan siswa mendapatkan miskonsepsi. Penelitian tentang miskonsepsi Sains-Fisika di tingkat SD dan SMP menunjukkan bahwa banyak guru fisika kurang menguasi bahan yang akan diajarkan. Beberapa guru mengajarkan suatu bahan secara keliru. Oleh karena siswa menganggapnya benar, maka siswa memegang konsep itu kuat-kuat. Akibatnya, miskonsepsi siswa sangat kuat dan sulit diperbaiki lagi..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. Selain itu, realita yang terjadi di lapangan adalah banyak guru fisika yang tidak mempunyai kompetensi di bidang fisika sehingga mereka mengajar dengan beberapa miskonsepsi. Di sisi lain, cukup banyak guru fisika yang mengajar hanya dengan berbicara dan menulis di papan tulis. Mereka jarang membuat eksperimen dan jarang mendiskusikan bahan dengan siswa. Kadang-kadang beberapa guru memberikan penjelasan secara sangat sederhana untuk membantu siswa lebih mudah menangkap bahan yang disajikan. Demi menyederhanakan bahan itu, terkadang bahan yang diberikan tidak lengkap sehingga siswa salah menangkap inti bahan itu. 3.. Buku teks Beberapa miskonsepsi berasal dari buku yang digunakan siswa. Kesalahan yang tertulis dalam buku teks akan mudah dicerna siswa dengan demikian siswa memperoleh miskonsepsi. Cukup banyak siswa mempunyai miskonsepsi karena mereka tidak tahu bagaimana membaca dan belajar dari buku fisika.. 4.. Konteks Kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan bahasa yang digunakan, karena bahasa sehari-hari berbeda dengan bahasa ilmiah. Siswa perlu dibantu dengan penjelasan yang tepat dengan contoh-contoh yang tepat. Penyebab miskonsepsi lainnya adalah konteks, yang sudah diringkas oleh Suparno (2005:47) adalah:.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. a. Pengalaman siswa Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi contohnya dalam kasus kekekalan energi. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengalami, bahwa mereka merasa lelah setelah bekerja keras. Motor akan kehabisan bahan bakar bila dipakai telalu lama dan bahan bakarnya tidak diisi kembali. Tampak bahwa energi hilang dan tidak kekal. Disini siswa berpikir tentang kekekalan energi dalam pengertian yang terbatas dan tidak dalam pengertian luas (Stavy, 1991) dalam Suparno (2005). b. Bahasa sehari-hari Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari yang mempunyai arti lain dengan bahasa fisika. Hal ini diungkapakan oleh Gilbert, Watts, Osborne (1982) dalam Suparno (2005). Misalnya dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti dan menggunakan istilah berat dengan satuan kilogram (kg). Dalam fisika, berat adalah suatu gaya dan satuannya adalah Newton. Istilah ini digunakan selama bertahun-tahun dan tetap digunakan di luar sekolah, sehingga sulit untuk mengubah pengertian yang telah tertanam tersebut. c. Teman lain Saat mengerjakan PR, mengerjakan soal fisika, ataupun melakukan praktikum, banyak siswa belajar bersama. Kelompok sering didominasi oleh beberapa orang yang vokal atau pandai. Bila siswa yang dominan atau pandai kebetulan membuat kesalahan.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. konsep dan jawaban, semua teman menyalin persis dan mengalami kesalahan yang sama sehingga semuanya juga akan mengalami miskonsepsi. d. Keyakinan dan Ajaran Agama Keyakinan. atau. ajaran. siswa. dapat. juga. menyebabkan. miskonsepsi. Hal ini diungkapakan oleh Comins (1993) dalam Suparno (2005), dalam meneliti tentang astronomi. Keyakinan atau ajaran siswa dapat menerima penjelasan ilmu pengetahuan. Contoh penyebab dari keyakinan adalah di tanah Jawa ada mitos soal gerhana matahari. Fenomena tersebut terjadi saat raksasa Batara Kala atau Rabu menelan matahari karena dendamnya pada Sang Surya atau Dewa Matahari. Contoh ini menjelaskan bahwa keyakinan dan ajaran agama dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. 5. Metode Mengajar Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti meskipun membantu siswa menangkap bahan tetapi sering mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa. Metode mengajar yang diberikan guru hanya berisi ceramah dan menulis. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya, memberikan PR namun tidak mengoreksinya..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. E. Cara Mendeteksi Miskonsepsi Sebelum guru dapat membantu dalam menangani miskonsepsi yang dimiliki siswa, guru harus lebih dahulu mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan darimana mereka mendapatkannya. Dalam Suparno (2005:121) ada beberapa cara untuk mengidentifikasi atau mendeteksi miskonsepsi yaitu: 1. Peta Konsep (Concept Maps) Peta konsep digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa dalam bidang fisika. Penelitian dari Feldsine (1987) dan Fowler (1987) dalam (Suparno, 2005:122), mendapatkan bahwa peta konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi, baik kerangka alternatif atau miskonsepsi siswa. Menurut Feldsine, miskonsepsi siswa dapat teridentifikasi dengan mudah oleh guru dari peta konsep dan dapat dibantu oleh interview. Dalam interview peneliti dapat mengerti lebih baik mengapa siswa mempunyai miskonsepsi dan membantu untuk mengatasinya. 2. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka dapat memudahkan dan menganalisis dalam mencari kesalahan atau miskonsepsi. Menurut Amir dkk (1987) dalam Suparno (2005:123), menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice) dengan pertanyaan terbuka dimana siswa harus menjawab dan menulis mengapa mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya. Beberapa peneliti lain yaitu (Clement,.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. 1987;Twi, 1992) dalam Suparno (2005:123) menggunakan pilihan ganda dengan interview. Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu, mereka mewawancari siswa. Tujuan dari wawancara itu adalah untuk meneliti bagaimana siswa berpikir, dan mengapa mereka berpikir seperti itu. 3. Tes Esai Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang memang hendak diajarkan atau sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa siswa dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan miskonsepsinya, kemudian siswa diwawancarai untuk lebih mendalami, mengapa mereka mempunyai gagasan tersebut. Dari wawancara ini akan diketahui dari mana miskonsepsi itu dibawa. 4. Wawancara Diagnosis Wawancara berdasarkan beberapa konsep fisika tertentu dapat dilakukan juga untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang pokok dari bahan yang hendak diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti konsep alternatif yang ada dan sekaligus ditanyakan darimana mereka memperoleh konsep alternatif tersebut..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. Wawancara. dapat. berbentuk. bebas. dan. terstruktur.. Dalam. wawancara bebas, guru atau peneliti bebas bertanya siswa dan siswa bebas dalam menjawab. Sedangkan wawancara terstruktur, pertanyaan sudah disiapkan dan urutannya pun secara garis besar sudah disusun, sehingga memudahkan dalam praktiknya. Kadang-kadang menjadi penting, wawancara itu direkam agar kita tidak kehilangan data yang diperlukan. 5. Diskusi dalam kelas Siswa dalam kelas mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau hendak diajarkan. Dari diskusi tersebut, guru atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. 6. Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Beberapa cara itu dapat dilakukan secara bersama-sama untuk saling melengkapi seperti tes esai dengan wawancara. Hal yang harus ditekankan adalah bahwa siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan sehingga dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. F. Upaya Mengatasi Miskonsepsi (Remediasi) Ada banyak cara untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi dalam bidang fisika. Banyak penelitian telah dilakukan oleh para ahli pendidikan fisika, biologi, kimia, dan astronomi yang mengungkapkan bermacam-macam kiat yang dibuat untuk membantu siswa memecahkan persoalan miskonsepsi. Menurut Suparno (2005) langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah: 1. Mencari atau mengungkapkan miskonsepsi yang dilakukan siswa, 2. Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, 3. Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Secara umum kiat yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi adalah dengan mencari kesalahan, sebab-sebab kesalahan, dan dengan mengetahui kesalahan tersebut guru dapat menentukan cara yang sesuai. Suparno (2005:81) mengemukakan cara mengatasi miskonsepsi yang dirangkum pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Upaya mengatasi miskonsepsi Sebab Utama Siswa. Sebab Khusus Prakonsepsi Pemikiran asosiatif. Upaya Mengatasi. Dihadapkan pada kenyataan Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali. Pemikiran humanistik Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomaly Reasoning tidak lengkap Dilengkapi, dihadapkan pada kenyataan Intuisi yang salah Dihadapkan pada kenyataan; anomaly; rasionalitas Perkembangan kognitif Diajar sesuai level perkembangan; siswa mulai dengan yang konkret, baru kemudian yang abstrak.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. Sebab Utama. Sebab Khusus. Upaya Mengatasi. Kemampuan siswa Minat belajar siswa Guru. Buku teks. Konteks. Metode mengajar. Dibantu pelan-pelan Motivasi, kegunaan fisika, variasi pembelajaran Tidak menguasai bahan Belajar lagi, lulusan bidang fisika Tidak memberi waktu Memberi waktu siswa untuk siswa untuk mengungkapkan gagasan secara lisan mengungkapkan gagasan atau tertulis Relasi guru-siswa jelek Relasi yang enak, akrab, dan humr Penjelasan yang keliru Dikoreksi dan dibenarkan Salah tulis Dikoreksi secara teliti Level kesulitan tulisan Disesuaikan dengan level siswa Siswa tidak tahu cara Dilatih oleh guru cara menggunakan membaca buku teks teks Buku fiksi sains keliru Dibenarkan konsep Kartun salah konsep Dikoreksi Pengalaman siswa Dihadapkan dengan pengalaman baru sesuai konsep fisika Bahasa sehari-hari Dijelaskan perbedaannya dengan berbeda contoh Teman diskusi keliru Mengungkapkan hasil dan dikritisi guru Keyakinan dan agama Dijelaskan perbedaannya Hanya ceramah dan Variasi, dirancang dengan menulis pertanyaan Tidak mengungkapkan Guru memberikan kesempatan siswa miskonsepsi siswa mengungkapkan gagasan PR tidak dikoreksi Dikoreksi cepat dan ditunjukkan salahnya Model analogi Ditunjukkan kemungkinan salah konsep Model praktikum Diungkapkan hasilnya dan dikomentari Model diskusi Diungkapkan hasilnya dan dikomentari. G. Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. telah dipelajari memang memiliki kebenaran (Suparno 2007:77). Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi pengalaman belajar langsung dan melibatkan aktivitas pada siswa. Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen dapat dirancang sebagai kegiatan penemuan. Kegiatan penemuan ini dilakukan sebelum siswa mengetahui atau mempelajari suatu konsep atau teori, dengan tujuan siswa yang dituntut untuk menemukan konsep atau teori tersebut. Pembelajaran melalui kegiatan eksperimen berupa penemuan, menuntut siswa bersentuhan langsung dengan obyek yang akan dipelajari. Kegiatan ini juga mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas siswa secara optimal. Hal inilah yang membuat metode eksperimen sesuai dengan pembelajaran sains. Kegiatan eksperimen menurut Suparno (2007:78-81) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen terbimbing atau terencana dan eksperimen bebas. Kegiatan siswa dalam eksperimen terbimbing hanyalah melakukan percobaan dan menemukan hasilnya saja, seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan, serta obyek yang harus diamati atau diteliti sudah ditentukan sejak awal oleh guru. Kegiatan siswa dalam eksperimen bebas lebih banyak dituntut untuk berpikir mandiri, bagaimana merangkai alat percobaan, melakukan percobaan dan memecahkan masalah, guru hanya memberikan permasalahan dan obyek yang harus diamati atau diteliti. Keuntungan.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. percobaan dengan eksperimen bebas seperti ini akan tampak kreativitas, kepandaian, dan kemampuan berpikir yang dimiliki siswa.. H. Hukum Archimedes Benda-benda yang dimasukkan ke dalam fluida mempunyai berat yang lebih kecil dari pada saat berada di luar fluida tersebut. Sebagai contoh sebuah batu yang besar mungkin akan terasa sulit saat diangkat dari tanah dan terasa mudah dari dasar sungai. Banyak benda, seperti kayu, mengapung di permukaan air. Itu menunjukkan bahwa terdapat gaya lain yang bekerja terhadap benda yang melawan gaya berat benda. Gaya ini adalah gaya apung atau gaya keatas. 1.. Gaya apung atau gaya ke atas Ketika sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam. sebuah fluida (zat cair atau gas), maka fluida akan mengerjakan gaya ke atas pada benda itu yang besarnya sama dengan berat fluida yang di pindahkan. Gaya ke atas yang dialami oleh sebuah benda ketika tercelup sebagian atau seluruhnya di dalam sebuah fluida disebut gaya apung. Besar gaya apung bergantung pada volume benda yang tercelup dan fluida yang dipindahkan (didesak). Besarnya gaya apung juga di pengaruhi oleh massa jenis fluida. Semakin besar massa jenis fluida, semakin besar gaya apungnya, dan sebaliknya. Oleh karena itu, berat benda yang tercelup dalam fluida selalu lebih kecil daripada berat benda sesungguhnya akibat adanya gaya apung..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Gambar 2.1 Menghitung gaya apung Misalkan ada sebuah silinder setinggi h dengan luas penampang A, dicelupkan seluruhnya ke dalam zat cair bermassa jenis ρ sehingga kedalaman zat cair pada sisi atasnya adalah h1 dan kedalaman pada sisi bawahnya adalah h2 (gambar 2.1). Gaya-gaya horizontal yang bekerja pada sisi kubus saling meniadakan sehingga tinggal gaya-gaya pada sisi-sisi kubus atas dan bawah kubus. Fluida melakukan tekanan hidrostatik P1 = ρf.g.h1 pada bagian atas silinder. Gaya yang berhubungan dengan tekanan adalah F1 = P1.A = ρf.g.h1.A dengan arah ke bawah. Dengan cara yang sama fluida juga melakukan tekanan hidrostatis F2 = P2A = ρf.g.h2.A dengan arah ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung Fa. FA = F2 – F1. karena F2 > F1. (2.1). sebab h2 – h1 = h. (2.2). = ρf. h2.g.A - ρf. h1.g.A = ρf .g .A (h2 – h1) = ρf .g .A .h = ρf .g .Vbf. (2.3). (sebab A . h = Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida) (Giancoli, 1998).

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida (zat cair atau gas). Vbf = volume silinder yang tercelup dalam fluida. Jika benda tercelup semuanya, Vbf = volume benda. Tetapi jika benda hanya tercelup sebagiannya, Vbf = volume benda yang tercelup dalam fluida saja. Tentu saja kasus ini, Vbf < volume benda. Karena massa jenis (ρ) adalah massa (m) dibagi volume (V), maka ρf.V = m = massa zat cair yang dipindahkan. Dengan demikian gaya apung pada silinder sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh silinder tersebut. Hal ini merupakan penemuan Archimedes (218 – 212 SM) dan disebut sebagai prinsip atau hukum Archimedes yang menyatakan bahwa : “ jika sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida, maka benda tersebut mengalami gaya apung atau gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan.” 2.. Mengapung, Melayang dan Tenggelam Ada tiga peristiwa yang dapat terjadi apabila suatu benda dicelupkan ke. dalam zat cair atau fluida, yaitu: a. Mengapung Benda mengapung jika sebagian benda tercelup di dalam zat cair dan sebagian lainnya masih berada di udara. Jika volume benda tercelup sebesar Vb maka dalam keadaan setimbang berat benda sama dengan gaya ke atas. Dalam keadaan ini, volume benda Vb lebih besar dibandingkan volume fluida yang dipindahkan Vbf. Benda mengapung terjadi apabila benda memiliki massa jenis lebih kecil daripada massa jenis zat cair..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Jika ditulis dengan persamaan adalah: FA = W mf. g = mb. g ρf . g . Vbf = ρb . g . Vb ρf =. (2.4). karena Vb > Vbf maka ρf > ρb Dengan ρf = massa jenis fluida, Vb = volume benda, ρb = massa jenis benda, Vbf = volume benda yang tercelup dan g adalah percepatan gravitasi. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa syarat benda mengapung adalah massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis fluida, dikarenakan hanya sebagian volume benda yang tercelup dalam fluida.. Gambar 2.2 Mengapung b. Melayang Peristiwa melayang adalah keadaan dimana benda tercelup seluruhnya namun tidak menyentuh dasar permukaan fluida. Dalam keadaan melayang Fa = W, dimana volume benda Vb sama dengan volume fluida yang dipindahkan Vbf. Sehingga benda akan melayang apabila massa jenis benda bernilai sama dengan massa jenis zat cair. Jika dituliskan dalam persamaan:.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. FA = W mf. g = mb. g ρf . g . Vbf = ρb . g . Vb ρf =. (2.5). karena Vb = Vbf maka ρbf = ρb Dari persamaan tersebut diketahui bahwa syarat benda melayang adalah perbandingan antara volume benda tercelup yang tidak mengenai dasar permukaan fluida sama dengan volume benda seluruhnya dan massa jenis benda sama dengan massa jenis fluida FA. Gambar 2.3 Melayang W. c. Tenggelam Peristiwa tenggelam adalah keadaan dimana suatu benda tercelup sepenuhnya dan menyentuh dasar permukaan fluida. Pada benda tenggelam, besar gaya ke atas kurang dari berat bendanya. Saat menyentuh dasar permukaan fluida, selain gaya apung terdapat gaya lain yang searah dengan gaya apung yaitu gaya normal. Gaya normal adalah gaya yang tegak lurus bidang yang ada ketika benda menyentuh zat padat..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. Pada keadaan setimbang berlaku: FA + N = W mf. g + N = mb. g ρf . g . Vbf + N = ρb . g . Vb ρf =. –N. (2.6). karena Vb = Vbf maka ρb > ρf Dari persamaan tersebut diketahui bahwa syarat benda tenggelam adalah perbandingan volume benda tercelup yang menyentuh dasar permukaan fluida sama dengan volume benda seluruhnya dan massa jenis benda lebih besar dari massa jenis fluida.. N. Gambar 2.4 Tenggelam. I. Penelitian Tentang Miksonsepsi yang Terjadi pada Hukum Archimedes Rina Ning Tyas (2010), dkk melakukan penelitian tentang ―Penggunaan Strategi. POE. (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN). untuk. Memperbaiki. Miskonsepsi Fisika.‖ Hasil penelitian menujukkan beberapa siswa masih mengalami miskonsepsi mengenai konsep Hukum Archimedes yaitu, (a) siswa menganggap bahwa beban di dalam zat cair lebih ringan karena massa jenis sebuah benda berbeda ketika di udara dan di dalam air, (b) berat benda.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. dalam zat cair tidak dipengaruhi massa jenis zat cair, (c) berat benda berbanding lurus dengan massa jenisnya, (d) volume zat cair yang dipindahkan tidak mempengaruhi besarnya gaya apung. Miskonsepsi peserta didik pada konsep terapung, melayang, dan tenggelam antara lain (a) peserta didik menganggap bahwa benda berongga selalu terapung di dalam air, (b) benda yang terbuat dari bahan sama akan selalu sama bila dimasukkan dalam air, benda yang lebih berat dan lebih besar selalu tenggelam dalam air, (c) benda yang terbuat dari logam selalu tenggelam, (d) volume air mempengaruhi terapung, melayang, atau tenggelamnya benda. Indah Dwi Rahmawati, dkk (2017) misconception about archimedes law”. dalam. penelitian “Student. juga masih banyak menemukan. miskonsepsi dalam diri siswa. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah memberikan empat kasus yang berkaitan dengan konsep hukum Archimedes. Masing-masing siswa diminta untuk memberikan pendapatnya. Setelah mengerjakan ketigs kasus tersebut siswa juga diwawancarai untuk menggali lebih dalam sejauh mana pemahaman mereka mengenai hukum Archimedes. . Kasus pertama Benda A dan B identik dan terbuat dari bahan yang sama, jika benda B terapung dalam fluida, bagaimana dengan benda A?.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. Persepsi yang diberikan siswa yaitu benda A akan tenggelam karena bentuk benda mempengaruhi gaya angkat ke atas benda. Semakin kecil permukaan benda yang menyentuh air pada bagian bawahnya maka gaya angkat ke atasnya semakin sedikit. Persepsi lain yaitu benda A tenggelam karena benda dengan luas permukaan lebih kecil akan lebih mudah tenggelam. Hal ini sesuai dengan persamaan dalam tekanan yaitu 𝑃 = 𝐹 dimana A adalah luas penampang. Hal 𝐴 ini sangat berbeda dengan konsep sebenarnya dalam hukum Archimedes yaitu benda A terapung, karena benda A=benda B hal ini menunjukkan bahwa kedua benda memiliki massa jenis yang sama, sesuai dengan persamaan dalam hukum Archimedes 𝐹A=𝜌𝑔𝑉, gaya angkat keatas (𝐹A) yang dialami kedua benda sama karena massa jenis benda sama. . Kasus 2 Dua gelas beaker diisi air dengan massa yang berbeda. Ketika gelas beaker B dimasukkan sebuah bola, tinggi airnya menjadi sama. Bagaimanakah berat gelas A dibandingkan gelas B jika ditimbang?. Berdasarkan argumentasi yang diberikan, siswa memiliki kesalahan konsepsi mengenai volume benda yang tercelup. Persepsi siswa menunjukkan bahwa berat gelas beaker B lebih besar, karena berat massa gelas beaker mula-mula ditambah dengan berat bola. Hasil wawancara.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. dengan siswa juga sebagian besar menjawab demikian. Hal ini disebabkan karena pemahaman konsep mereka masih relatif rendah. Konsep yang sebenarnya sesuai dengan hukum Archimedes dimana volume benda yang tercelup sama dengan pertambahan ketinggian zat cair. Ketika gelas beaker B dimasukkan sebuah bola maka ketinggiannya zat cairnya menjadi sama dengan gelas beaker A. Oleh karena ketinggiannya sama, maka berat antara gelas beaker A sama dengan berat gelas beaker B. . Kasus 3 Tiga benda yang berbeda massa jenis dimasukkan ke dalam air. Ketiganya mengapung di permukaan air seperti tampak pada gambar berikut. Urutkan massa jenis benda dari yang paling kecil?. Berdasarkan argumentasi siswa menunjukkan bahwa urutan massa jenis dari yang terkecil adalah a<c<b, karena benda a lebih kecil daripada benda c dan benda c lebih kecil dari benda b. Persepsi siswa tersebut masih terpaku pada apa yang mereka yaitu pada bentuknya saja. Hal ini menunjukkan. bahwa. daya. analisa. terhadap. permasalahan. dan. mengkaitkannya dengan konsep fisika yag sebenarnya masih rendah. Siswa hanya berpikir berdasarkan apa yang mereka lihat, bukan mengkaji lebih dalam konsep fisika yang ada didalamnya. Dari hasil wawancara.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. juga menunjukkan bahwa kesalahan konsep siswa tersebut disebabkan karena mereka berasumsi bahwa jika benda yang tercelup dalam zat cair berada pada ketinggian yg sama maka selain volumenya sama, massa jenisnya juga sama. Padahal konsep yang sebenarnya jika kita tinjau dari bentuk benda antara benda a dan b jelas menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Benda a lebih kecil dari benda b, tetapi ketika dicelupkan dalam zat cair maka ketinggian benda yang tercelup sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa massa jenis benda b lebih kecil dari a. Sedangkan benda c yang tercelup lebih banyak dalam zat cair memiliki massa jenis lebih besar persepsi siswa dalam hal ini benar.. J. Miskonsepsi yang Terjadi dalam Hukum Archimedes Salah satu bahasan materi fluida statis yang banyak menimbulkan kesalahan persepsi siswa adalah hukum Archimedes karena konsep tersebut banyak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Diperlukan analisa yang kuat disertai konsep yang benar untuk memecahkan permasalahan tentang hukum Archimedes. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada konsep hukum Archimedes dan apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak pada konsep tersebut. Selain itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana pengaruh metode eksperimen terhadap perubahan pemahaman siswa yang mengalami miskonsepsi. Dari penelitian ini guru dapat memilih metode pembelajaran.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran fisika itu sendiri. Penelitian miskonsepsi ini merupakan lanjutan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan. Referensi penelitian yang telah dilakukan digunakan sebagai acaun dalam penelitian terutama miskonsepsi apa yang ditemukan. Tabel dibawah ini menunjukkan beberapa miskonsepsi yang terjadi dalam Hukum Archimedes. Tabel 2.2 Miskonsepsi mengenai Hukum Archimedes pada level SMA No 1.. Miskonsepsi Berat benda di dalam zat cair lebih ringan karena massa jenis sebuah benda berbeda ketika di udara dan di dalam air. 2.. Gaya apung dipengaruhi oleh massa benda. 3.. Volume zat cair yang dipindahkan tidak mempengaruhi besarnya gaya apung. 4.. Kedalaman benda dalam suatu fluida mempengaruhi gaya apung. 5.. Benda dapat terapung bila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair. 6.. Benda tenggelam karena massa jenis zat cair lebih besar dari massa jenis benda. 7.. Benda melayang dalam air jika massa benda sama dengan massa zat cair. 8.. Ukuran benda menentukan keadaan benda di dalam air, benda yang berat pasti akan tenggelam dan benda ringan akan terapung. 9.. Luas permukaan benda mempengaruhi keadaan benda dalam air.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, data yang diperoleh berupa angka. Sedangkan pada penelitian kualitatif deskriptif data yang diperoleh berupa keterangan atau data kualitatif. Gabungan kedua jenis penelitian ini akan saling memperjelas satu sama lain. Sehingga data yang diperoleh berupa kata-kata, hasil tes. Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan dianalisis untuk menjelaskan tingkat pemahaman, miskonsepsi dan perubahan pemahaman tentang. Hukum. Archimedes. melalui. pembelajaran. dengan. metode. eksperimen pada siswa kelas XI IPA SMA KEJORA. Data langsung diambil dari sampel yang dipilih di sekolah. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1.. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama April – Mei 2018. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA KEJORA C. Subyek Penelitian 1. Populasi Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI IPA SMA KEJORA. 36.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. 2. Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA KEJORA sejumlah 20 orang D. Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan a. Meminta surat rekomendasi penelitian di Sekretariat JPMIPA. Surat rekomendasi penelitian tersebut digunakan untuk meminta izin penelitian di SMA KEJORA, b. Mengirimkan surat ijin penelitian ke SMA KEJORA, c. Penyusunan instrumen penelitian meliputi kisi-kisi soal tes, soal tes pilihan ganda beralasan yang disertai dengan CRI dan pedoman wawancara, d. Pengujian instrumen kepada 15 siswa kelas XI IPA 1 SMA KEJORA, e. Validasi soal tes oleh dosen pembimbing atau dosen ahli Program Studi Pendidikan Fisika Universistas Sanata Dharma 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini, pengambilan data dilakukan di kelas XI IPA 2 SMA KEJORA. a. Tahap ini dimulai dengan observasi kelas. Observasi dilakukan bersama guru mata pelajaran untuk melihat bagaimana situasi kelas dan bagaimana antusiasme siswa selama proses pembelajaran..

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. b. Setelah observasi, di pertemuan selanjutnya peneliti masuk kelas dan memberikan tes awal (pretest) pilihan ganda beralasan dengan skala CRI. Kemudian peneliti melakukan penilaian soal tes awal dan analisis jawaban siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman masing-masing siswa (apakah siswa memiliki konsep benar, miskonsepsi atau tidak tahu konsep). Berdasarkan hasil pretest, peneliti memilih lima orang siswa yang teridentifikasi mengalami miskonsepsi tertinggi untuk diwawancarai. Wawancara I dilakukan untuk mengkonfirmasi faktor subjek melakukan miskonsepsi dan kesesuaiannya dalam mengisi skala CRI dalam mengerjakan soal tes. Berdasarkan analisis pretest dan wawancara, peneliti dapat merancang rencana pembelajaran yang sesuai. c. Berdasarkan hasil pretest dan wawancara, peneliti merancang pembelajaran dengan metode eksperimen. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilakukan di kelas sangat membosankan dan guru sering menggunakan metode ceramah sehingga terjadi komunikasi satu arah.. Metode ceramah yang digunakan juga menyebabkan. kurangnya pengetahuan siswa mengenai alat-alat praktikum di laboratorium. Oleh karena itu, pertemuan ketiga ini peneliti merancang pembelajaran tentang konsep gaya apung dengan metode eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah Teacher Taking Demonstration (TTD). Siswa juga secara berkelompok akan dibagikan LKS yang berisi panduan eksperimen dan beberapa soal.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. yang berhubungan dengan eksperimen. tersebut. Akhir dari. pertemuan ini siswa akan membuat kesimpulan mengenai konsep Gaya Apung. d. Pertemuan keempat, peneliti menjelaskan mengenai syarat benda terapung, melayang dan tenggelam. Dalam pertemuan ini siswa melakukan eksperimen mengenai topik tersebut. Siswa juga membuat kesimpulan mengenai peristiwa terapung, melayang, tenggelam. Diakhir pertemuan peneliti memberikan soal tes akhir (posttest) yaitu tes pilihan ganda beralasan dengan skala CRI yang berisi keseluruhan materi yang telah diajarkan. Selama proses pemberian treatmen, peneliti juga melakukan tanya jawab atau wawancara bebas kepada siswa. e. Selanjutnya, peneliti melakukan analisis jawaban siswa untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pemahaman dengan treatmen yang diberikan yaitu metode eksperimen.. gambar 3.1 Skema pelaksanaan penelitian.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. 3. Tahap Analisis Data Pada tahap analisis data ini, peneliti menganalisis data yang diperoleh selama proses penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Dalam hal ini yang dianalisis adalah tahap rencana, tahap pelaksanaan dan hasil akhir laporan. 4. Tahap Terakhir Pada tahap ini, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan analisis data, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, miskonsepsi siswa, dan perubahan pemahaman yang dialami siswa setelah di berikan pembelajaran dengan metode eksperimen. E. Treatment Menurut Suparno (2000:23) treatmen adalah perlakuan peneliti kepada apa yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan. Treatmen yang diberikan kepada siswa berupa pengajaran dengan meggunakan metode eksperimen. Percobaan yang diberikan sebanyak dua kali. Lembar percobaan siswa berisi petunjuk eksperimen yang akan dilakukan siswa. Hasil yang diperoleh siswa dalam percobaan dengan metode eksperimen ini akan menjadi data yang diharapkan mampu merubah pemahaman siswa yang sebelumnya memiliki miskonsepsi. Pada demonstasi I siswa diharapkan untuk dapat memahami hukum Archimedes (gaya apung). Sedangkan pada eksperimen II siswa diharapkan untuk dapat memahami peristiswa mengapung, melayang dan tenggelam. Berikut petunjuk percobaan:.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. . Eksperimen 1 Tujuan : Siswa dapat memahami Hukum Archimedes Alat dan Bahan:. . 1. Neraca pegas. 4. Tali. 2. Gelas ukur. 5. Air. 3. Benda yang berbeda massa. 6. Statip. Eksperimen 2 Tujuan : Siswa dapat memahami syarat benda mengapung, melayang, dan tenggelam Alat dan Bahan: 1. Gelas ukur. 4. Garam. 2. Telur mentah. 5. Tissue. 3. Air (lampiran 8 dan 9) F. Instrumen Pengumpulan data 1. Tes Pretes dan Postes Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dengan soal pilihan ganda beralasan. Tes Pilihan Ganda beralasan dipakai untuk menganalisis kesalahan atau miskonsepsi yang dialami siswa. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest dan postest. Dalam tes pilihan ganda (multiple choice) beralasan siswa harus menjawab dan menulis.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. mengapa mempunyai jawaban seperti itu. Alasan peneliti menggunakan pertanyaan pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan adalah agar siswa tidak dibebaskan memberikan alasan, tetapi alasan-alasannya sudah dipilihkan. Model ini dipilih dengan alasan agar siswa lebih mudah untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Selain itu soal pilihan ganda merupakan salah satu tes yang mampu mengukur seluruh bagian dari materi yang akan diujikan. Jumlah soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 butir soal tentang Hukum Archimedes. Soal tes pilihan ganda disusun berdasarkan kisi-kisi materi dan data miskonsepsi mengenai setiap sub materi yang biasanya terjadi pada siswa. Tes pilihan ganda dengan alasan ini disertai dengan CRI (Certainty or response index). Penggunaan CRI dimaksudkan agar siswa dapat menentukan tingkat keyakinan dalam menggunakan konsep-konsep untuk menyelesaikan soal tes tersebut. Hal ini menujukkan apakah terjadi miskonsepsi atau tidak paham dalam materi tersebut. Certainly of Response Index (CRI) adalah ukuran tingkat keyakinan/kepastian siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Adapun kisi-kisi soal pilihan ganda beralasan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. Tabel 3.1 Kisi –kisi soal pilihan ganda untuk pretest dan posttest Aspek. Indikator Konsep. Nomor Soal. Konsep Gaya. Menjelaskan pengaruh gaya apung terhadap berat benda Menjelaskan pengaruh massa massa jenis fluida terhadap gaya apung Menjelaskan pengaruh volume benda terhadap gaya apung Menjelaskan pengaruh massa benda terhadap gaya apung Menjelaskan pengaruh kedalaman terhadap gaya apung Menjelasakan pengaruh volume zat cair yang dipindahkan terhadap besarnya gaya apung Membedakan keadaan benda dalam fluida yang berbeda massa jenisnya Menjelaskan hubungan gaya-gaya yang bekerja pada benda terapung, melayang, dan tenggelam Menjelaskan pengaruh luas permukaan benda terhadap peristiwa terapung, melayang, tenggelam Menjelaskan pengaruh massa jenis benda terhadap peristiwa terapung, melayang, Tenggelam. 1. Apung. Syarat benda terapung, melayang, dan tenggelam. 2 3,4 5,6 7 11. 12 8,9,10. 13. 14,15. 2. Wawancara Berdasarkan hasil tes kemudian dilakukan wawancara. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan peneliti untuk memperkuat hasil dari pengumpulan data yang dilakukan dengan metode tes dan memperoleh data mengenai faktor penyebab siswa melakukan miskonsepsi berdasarkan hasil tes siswa tersebut. Kegiatan wawancara yang dilakukan tersusun secara tak terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan letak.

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. miskonsepsi yang dialami siswa selama mengerjakan soal tes, sehingga diperoleh faktor penyebab miskonsepsi. Wawancara juga digunakan untuk melacak kejujuran siswa dalam membubuhkan indeks CRI pada tiap soal dan konsistensi jawaban siswa. Selain itu, wawancara ini digunakan untuk merancang metode pembelajaran apa yang akan digunakan sesuai pretes yang telah dilakukan. Wawancara dilakukan kepada 5 siswa yang mengalami miskonsepsi paling tinggi. Wawancara dilakukan secara individu dengan waktu yang berbeda untuk setiap siswa. Tabel 3.2 Pedoman Wawancara No. Konsep. 1. Gaya apung. 2. Mengapung. 3. Melayang. 4. Tenggelam. G. Validitas Instrumen Untuk menentukan valid ada tidaknya suatu instrumen maka dapat diuji dengan uji coba instrument dan konsultasi kepada ahlinya. Validitas pretest dan postest ini dicapai melalui analisis materi atau validitas isi. Validitas isi akan dilakukan oleh dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. Selanjutnya validitas bahasa, instrument akan di uji cobakan pada siswa..

Gambar

Gambar 2.1 Menghitung gaya apung
Gambar 2.2 Mengapung  b.  Melayang
Gambar 2.3 Melayang
Gambar 2.4 Tenggelam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Peningkatan pemahaman konsep siswa tentang Hukum Archimedes dalam Fluida Statis dengan menggunakan metode POE

dari apa yang telah dibaca, berkenaan dengan wacana, dan memastikan bisa menjawabnya. 2) Membuat ikhtisar/rangkuman tentang informasi terpenting dari wacana. 3)

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman siswa tentang Hukum Archimedes sebelum pembelajaran masih kurang. Sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi tentang; 1) gaya ke atas

Materi benda dan sifatnya memiliki cakupan yang luas, yaitu perubahan sifat dan perubahan wujud seperti pemanasan, pendinginan, pembakaran, percampuran air, pembusukan, dan

Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data pretes dan postes yang soal-soalnya dibuat dan diambil dari mata pelajaran Fisika untuk kelas XI Program llmu

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa soal dengan presentase paham konsep tertinggi setelah pemberian treatment , yaitu soal nomor 6, 7 dan 10 yaitu tentang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Banguntapan pada materi

Benda nyata adalah benda yang dapat dilihat, didengar, atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka (Asyhar, 2012 :