• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

2.1. Studi literatur

Studi literatur adalah metode pengumpulan data yang paling banyak digunakan di dalam menyusun karya tulis, karya ilmiah, dan penelitian lainnya. Metode yang digunakan di dalam mengumpulkan data melalui studi literatur adalah menggunakan pedoman buku ilmiah dan karya tertulis lainnya sebagai landasan teori sebuah karya ilmiah.

Arti literatur berasal dari bahasa Inggris literature yang berarti kesusasteraan, kepustakaan atau daftar bacaan (Echols and Shadily 361). Sedangkan studi literatur merupakan aspek yang terkait dengan masalah, solusi dari masalah, ditunjukkan hubungannya dengan konsep yang berkembang dalam studi literatur. Banyaknya bahasan studi literatur sangat tergantung dengan ruang lingkup masalahnya.

Pada perancangan buku panduan ini, literatur yang dibahas adalah mengenai kasus-kasus darurat yang sering terjadi di masyarakat khususnya remaja, sehingga dapat diperoleh data yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan remaja.

2.2. Tinjauan Judul Perancangan

2.2.1. Perancangan Buku Panduan Pertolongan Pertama Sederhana untuk Remaja

2.2.1.1. Perkembangan Buku

Buku adalah sebuah lembaran-lembaran kertas yang tersusun secara sistematis dan teratur, dari sebuah buku, seseorang bisa mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan informasi yang berharga. Tidaklah salah jika buku disebut jendela dunia, karena semakin banyak orang membaca, semakin banyak pula yang ia ketahui tentang dunia ini. Reza Adwis di dalam artikel Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia menyebutkan bahwa buku merupakan sebuah tempat untuk menemukan sebuah kebenaran. Apabila buku tidak pernah ada di dunia, maka kebodohan kolektif tidak akan terelakkan.

(2)

Perkembangan buku di Indonesia masih kurang populer, hal ini disebabkan oleh rendahnya minat baca orang Indonesia dan mahalnya biaya untuk mendapatkan sebuah buku sehingga tidak semua orang bisa memiliki buku. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya kerjasama baik dari pihak pemerintah maupun penerbit untuk menanamkan kesadaran dan minat masyarakat untuk membaca.

2.2.1.2. Penjelasan Tema / Judul buku yang diambil

Dalam perencanaan Karya Tugas Akhir ini, digunakan tema Perancangan

Buku Panduan Pertolongan Pertama untuk Remaja pada Kejadian Darurat

dengan judul buku “Tolong!”. Buku panduan ini memiliki pembahasan mengenai pertolongan pertama sederhana yang diberikan pada kasus-kasus yang sering terjadi di lingkungan sekitar remaja. Pada umumnya, seringkali orang menghadapi kejadian yang berhubungan dengan nyawa orang lain, akan tetapi kurang memiliki pengetahuan di dalam hal pertolongan pertama, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pertolongan. Perancangan Buku Panduan Pertolongan Pertama Sederhana ini merupakan pegangan bagi remaja untuk menambah pengetahuan mereka mengenai pertolongan pertama yang sederhana, dengan pendekatan ilustrasi dan cerita di sekitar kehidupan remaja yang akan menarik minat baca remaja untuk dapat mempelajari pertolongan pertama sederhana.

Diharapkan, dengan adanya buku panduan ini dapat meningkatkan minat baca remaja, dan memberikan petunjuk pertolongan pertama yang mudah dipahami dan diterapkan oleh remaja.

2.3. Tinjauan Buku Panduan 2.3.1. Pengertian Buku Panduan

Buku adalah lembaran-lembaran kertas yang tersusun secara sistematis dan teratur, yang disatukan dan mengandung teks, gambar, ataupun informasi lain. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Halaman buku disatukan di bawah sampul. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan internet (jika aksesnya online). Buku memiliki banyak kelebihan dibandingkan media penyampai informasi

(3)

secara audio visual, karena buku dapat dimiliki secara nyata, dapat dibaca kapan saja dan dimana saja. Karena tingkat fungsionalnya yang cukup tinggi, maka sejak zaman dahulu buku sudah menjadi alat untuk memindahkan informasi. Buku panduan menurut Ratna Sajekti Rusli dalam bukunya yang berjudul Lokakarya Pengembangan Paket Belajar-Sendiri untuk BIPA, kata ‘panduan’ berasal dari kata dasar ‘pandu’ yang berkembang menjadi antara lain ‘memandu’ dan ‘dipandu’. Yang memandu dapat berupa orang ataupun benda ( disebut sumber panduan). Buku panduan adalah buku yang didesain agar dapat dipergunakan oleh peserta panduan untuk memandu diri sendiri. Yang termasuk di dalam buku panduan antara lain buku panduan, buku paket pelajaran, dan buku latihan soal. (dalam Shienny Megawati Sutanto, 2009, p.11)

Buku panduan biasanya memiliki ciri-ciri khusus yang membuat buku ini dapat dibedakan dari buku yang lain, yaitu:

• Dalam hal isi, pada buku panduan terdapat rumusan tujuan yang jelas untuk setiap bab nya, selain itu sebelum memasuki materi disajikan rangkuman, dan isi disusun secara sistematis, dan sedapat mungkin disajikan secara sederhana, jelas dan ringkas

• Dalam hal kebahasaan, bahasa yang digunakan di dalam sebuah buku panduan biasanya tidak formal, melainkan bahasa yang familiar atau bahasa lisan, dan menggunakan rumus 6x6, yang berarti dalam satu paragraph paling banyak terdapat 6 kata.

• Dalam hal sumber bacaan, buku panduan biasanya dilengkapi dengan sumber-sumber bacaan atau referensi yang digunakan.

• Buku panduan biasanya juga dilengkapi dengan sumber-sumber bacaan lanjut atau perluasan bahan.

(Dalam Shienny Megawati Sutanto, 2009, p.11-12)

2.3.2. Fungsi Buku Panduan

Belajar merupakan proses yang rumit dan berkepanjangan, oleh karena itu di dalam menyusun buku panduan kita harus mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain waktu yang dipergunakan untuk proses belajar, kebutuhan belajar, pengetahuan awal, serta tipe belajar. Buku panduan memiliki fungsi sebagai

(4)

sebuah alat yang dapat digunakan tidak hanya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada para pembacanya, tetapi juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanggung jawab kepada diri mereka sendiri atas apa, bagaimana dan bilamana mereka belajar. Dengan demikian, pembaca memiliki kemampuan yang lebih di dalam menentukan tujuan yang nyata, membuat rencana kerja, mengembangkan strategi untuk menangani situasi yang baru dan tak terduga.

Buku panduan pertolongan pertama sederhana untuk remaja dapat digolongkan sebagai buku panduan yang berfungsi untuk membantu remaja yang tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai pertolongan pertama dan ingin mengetahui cara-cara pertolongan pertama sederhana yang dapat diberikan pada kasus-kasus yang sering terjadi di lingkungan sekitar mereka.

2.3.3. Isi Buku Panduan

Pada saat menyusun sebuah buku panduan, sebelumnya seseorang harus mengetahui terlebih dahulu tujuan/ sasaran dari buku panduan tersebut. Di dalam tujuan ini disebutkan secara umum apa yang pembaca harapkan dari buku panduan setelah membacanya. Buku panduan dibuat sesederhana dan sepraktis mungkin sehingga memudahkan pembaca untuk mempelajarinya. Menurut Ratna Sajekti Rusli, secara garis besar isi dari buku panduan adalah sebagai berikut: • Ada bagian pendahuluan yang menjelaskan tujuan buku panduan

• Ada daftar isi yang jelas

• Ada glossary atau daftar padanan kata untuk menjelaskan istilah yang sulit atau asing

• Pada setiap bab biasanya ada ringkasan materi • Mencantumkan daftar pustaka dengan jelas

• Ada lampiran yang berisikan data-data yang berkaitan dengan materi panduan. 2.3.4. Sejarah Buku di Dunia

Menurut Harvey dalam buku Classical Literature yang diterbitkan Oxford, buku memiliki sejarah sebagai berikut:

(5)

2.3.4.1. Naskah Pertama

Permulaan seni menulis ditelusuri mulai dari Mesopotamia, di Mesir pada tahun 3000SM, kemudian di Kreta pada tahun ± 2000SM. Pada awal masa pernaskahan, menulis hanya dilakukan untuk kepuasan ekspresi diri, bukan untuk dibaca oleh orang lain. Kemudian pada abad ke-6 dan ke-7, puisi dalam bentuk naskah telah menyebar dari tangan ke tangan. Setelah itu, pada saat seni peran mulai dipentaskan, naskah digunakan oleh para aktor dan aktris untuk mempelajari perannya masing-masing.

2.3.4.2. Gulungan Papyrus

Selain penulisan pada batu dan logam, lembaran tanah liat juga merupakan bahan utama untuk menulis pada zaman awal di Mesopotamia, Syria, dan Kreta. Sedangkan di mesir, bahan yang digunakan untuk menulis adalah kertas papyrus.

Gambar 2.1. Gulungan Papyrus Sumber: Papyrus Paper, 30 Maret 2009

2.3.4.3. Perkembangan Produksi Buku

Buku ditemukan di Athena dalam jumlah yang banyak dan mulai terjadi perdagangan buku dengan pusat di Athena pada akhir abad ke-5 dan di awal abad ke-4 SM. Akan tetapi, praktek membaca tidak pernah benar-benar dipopulerkan hingga zaman Aristoteles. Aristoteles adalah orang yang pertama kali membentuk koleksi naskah dalam jumlah banyak. Di abad ke-3 produksi buku sangat meningkat sehingga berdampak pada harga papyrus yang turun drastis. Hal ini disebabkan karena adanya budak-budak yang dididik untuk membuat salinan

(6)

buku. Harga papyrus meningkat lagi karena adanya monopoli perdagangan oleh bangsa Ptolemy. Pada awal abad ke-3 dan ke-2 SM buku diperkenalkan oleh bangsa Romawi dengan literatur Yunani. Sejak abad ke-1 SM, referensi terhadap keberadaan buku menjadi lebih banyak lagi.

2.3.4.4. Codex

Codex merupakan buku yang dibuat dari lembar yang sudah digulung dan jumlahnya lusinan. Gulungan ini terbuat dari kertas papyrus. Papyrus Codex pertama kali digunakan oleh umat Kristen untuk membedakan naskah mereka dari naskah penyembah berhala. Codex umumnya berukuran 11x7 inci atau 12x8 inci. Kelebihan utama Codex dibanding dengan roll yaitu codex dapat memuat naskah lebih banyak dan lebih mudah digunakan. Bentukan note-books (tabellae) yang digunakan di Roma merupakan lembaran dari kayu atau bahan lain yang diberi lapisan lilin atau diputihkan, lalu di bendel. Proses ini mengantarkan perkembangan codex menuju bentuk buku.

Gambar 2.2. Codex

Sumber: Papyrus Bodmer II (p66) 200 C.E.30 Maret 2009

2.3.4.5. Vellum

Vellum berbahan dasar kulit, khususnya kulit anak sapi, domba, dan kambing. Penemuan Vellum dilatar belakangi oleh persaingan antara Ptolemy dan Eumenes dalam memperebutkan Pergamum untuk dijadikan perpustakaan mereka, yang pada akhirnya mendorong Ptolemy melarang ekspor papyrus dari mesir. Hal ini meningkatkan pengerjaan vellum untuk produksi buku di Pergamum. Vellum kemudian tidak digunakan lagi untuk produksi buku pada

(7)

umumnya karena papyrus jauh memiliki banyak kelebihan dari segi keawetan dan dapat ditulis dari kedua sisi. Sepanjang abad pertengahan, bentuk gulungan digunakan sebagai dokumen publik. Sekitar abad ke-8, Penggunaan kertas diperkenalkan dari Cina oleh bangsa Arab.

Gambar 2.3. Vellum

Sumber: The Irish Liber Hymnorum 1, 30 Maret 2009

Buku cetak terkuno yang masih dapat ditemukan sekarang diproduksi di Cina pada tahun 868. Cetakannya terbuat dari balok kayu, dan dicetak diatas gulungan perkamen. Bukti cetak pertama yang ditemukan mengarah pada mesin cetak dari Cina pada abad ke-13, namun perkembangannya yang paling signifikan berasal dari Eropa. Pada zaman Renaisans di Eropa, seni cetak berkembang menjadi industri sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johanness Guttenberg. Karena abjad dari bahasa Eropa hanya memiliki 26 karakter – tidak seperti aksara Mandarin yang begitu banyak dan rumit- maka jenis abjad yang diadaptasi dari huruf latin ini menjadi lebih mudah dan praktis untuk diterapkan. Pada saat itu, percetakan menjadi faktor yang dominan bagi perdagangan buku, dan menjadi kunci utama bagi seluruh proses penerbitan, kecuali dalam proses pembuatan kertas dan penjilidan. Namun akhir-akhir ini penerbit telah menjadi faktor yang dominan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas teks, desain, dan keseluruhan buku.

Inovasi buku yang sederhana dan mudah dibawa, dengan tulisan yang mudah dibaca dengan jelas serta desain yang legan, menjadi dasar bagi penerbitan

(8)

buku modern. Dengan adanya revolusi industri, maka muncul metode mekanis untuk pembuatan kertas, penyusunan tulsian, hingga percetakan (Jennings 132-3).

2.3.4.6. Sejarah Buku di Indonesia

Indonesia merupakan konsep modern dan sebenarnya tidak ada bahasa ataupun sastra “Indonesia” sebelum nama itu diproklamasikan pada Kongres Pemuda 1928 serta pengakuan sah nya pada saat pernyataan kemerdekaan pada 1945. Banyak orang tidak mengetahui bahwa kekayaan tanah dan laut kepulauan ini tercermin pada kekayaan linguistiknya (Indonesian Heritage: Bahasa dan Sastra, 6)

Contoh bentuk tulisan tertua yang dikenal orang di Indonesia adalah prasasti pada batu dan logam. Materi organik seperti dedaunan, kayu dan kulit mungkin telah digunakan dalam masa itu, namun jarang bertahan dalam beberapa abad. Penggunaan kertas, yang diimpor, dihubungkan dengan penyebaran agama Islam sejak abad ke-13, serta memungkinkan hasil naskah bergambar bagus. (Indonesian Heritage: Bahasa dan Sastra, 16-17)

2.3.5. Tinjauan Kondisi Buku di Indonesia

Kondisi Buku di Indonesia menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2003 menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran pada hari minggu hanya 55,11 persen. Sedangkan yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 persen, buku cerita 16,72 persen, buku pelajaran sekolah 44.28 persen, dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07 persen. Data BPS lainnya juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia belum menjadikan membaca sebagai informasi. Orang lebih memilih televisi dan mendengarkan radio. Kecenderungan cara orang Indonesia mendapatkan informasi lewat membaca stagnan sejak 1993. Hanya naik sekitar 0,2 persen jika dibandingkan dengan menonton televisi yang kenaikan persentasenya mencapai 211,1 persen. Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa orang Indonesia yang membaca untuk mendapatkan informasi baru 23,5 persen dari total penduduk. Sedangkan, dengan menonton televisi sebanyak 85,9 persen dan mendengarkan radio sebesar 40,3

(9)

persen. Angka-angka tersebut menggambarkan bahwa minat penduduk Indonesia masih rendah. Padahal, untuk meningkatkan minat baca, harus dimulai sejak anak-anak. Namun, saat ini pun kondisi kemampuan membaca (reading literacy) anak Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan oleh jumlah perpustakaan di Indonesia yang masih amat kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang lebih dari 220 juta jiwa. Alfons Taryadi dalam bukunya, Buku dalam Indonesia Baru, terbitan Yayasan Obor Indonesia terdapat satu perpustakaan nasional, 117.000 perpustakaan sekolah dengan total koleksi 106 juta buku, 798 perpustakaan khusus. Sedangkan, perpustakaan yang disediakan untuk masyarakat umum hanya 2.583 perpustakaan. Bila dirasionalkan, perpustakaan umum yang ada harus sanggup untuk melayani 85 ribu penduduk. Sementara itu, ketersediaan buku-buku di Indonesia juga sangat terbatas. Cina dengan penduduk 1,3 miliar jiwa mampu menerbitkan 140.000 judul buku baru setiap tahunnya. Vietnam dengan 80 juta jiwa menerbitkan 15.000 judul buku baru per tahun, Malaysia berpenduduk 26 juta jiwa menerbitkan 10.000 judul, sedangkan Indonesia dengan 220 juta jiwa hanya mampu menerbitkan 10.000 judul pertahun. Kepala pusat Grafika Indonesia Depdiknas Pudjo Sumedi AS mengemukakan, 10.000 terbitan buku itu didominasi buku umum, yakni sebanyak 3.500 judul atau 35n persen. Sedangkan, buku anak atau remaja 1.900 judul (19 persen), Agama 1.800 judul (16 persen), dan perguruan tinggi 800 judul (8 persen).

2.3.6. Potensi Buku di Indonesia

Setelah pertumbuhan yang lambat namun tetap dalam penerbitan buku, Indonesia di abad 18 dan 19, industri ini menjadi cukup maju pada abad ke-20. Terutama bila dibandingkan dengan industri penerbitan buku di negara lain yang berkembang dalam kekuasaan penjajahan. Di wilayah Asia, usaha ini menempati peringkat tiga, setelah Singapura dan Hongkong. Ini terbukti oleh besarnya koleksi Indonesia di perpustakaan di seluruh dunia (Indonesian Heritage: Bahasa dan Sastra, 119)

(10)

2.4. Tinjauan tentang Gambar

2.4.1. Tinjauan tentang Unsur Gambar

Pengetahuan mengenai prinsip fundamental mengenai desain 2 dimensi adalah bagian yang esensial untuk tugas pemecahan masalah visual. Prinsip dasar desain berhubungan dengan elemen-elemen desain, yaitu:

2.4.1.1. Garis (Line)

Garis adalah suatu hasil goresan nyata dan batas limit suatu benda, ruang, rangkaian masa dan warna. Garis dibagi menjadi 4 kategori, yaitu vertikal, horisontal, diagonal, dan kurva. Garis merupakan unsur dasar komposisi dan memiliki peranan penting karena dapat dipergunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk dan observasi visual atau pengungkapan secara subyektif akan gagasan, membangkitkan berbagai pengalaman, pikiran atau paham, dan intuisi-intuisi (Mendelowitz dan Wakeham, 64)

2.4.1.2. Kualitas Terang Gelap (Value)

Dari warna-warna yang terdapat pada spektrum warna, putih merupakan tekanan yang paling rendah atau yang paling terang, sedangkan hitam merupakan kualitas warna yang paling gelap, di antara putih dan hitam terdapat warna abu-abu. Setiap benda walaupun tidak berwarna hitam dan putih tetap saja memiliki tingkatan gelap terang yang dapat dianalisa dan dikategorikan sebagai value.

2.4.1.3. Bentuk dan Ruang (Shape and Space)

Bentuk merupakan sebuah presentasi abstrak, sebuah garis imajinasi yang menggambarkan suatu objek di dalam hubungannya dengan latar belakang, dapat berupa karakter 3 dimensi yang terbentuk, seperyi bola, balok, piramid, kepala manusia, dan sebagainya. Sedangkan ruang merupakan aspek negatif dari sebuah bentuk. Ruang dapat dikenali dengan adanya gelap terang cahaya sehingga objek menjadi bentuk yang terpisah dari suatu ruang.

2.4.1.4. Pola (Pattern)

Merupakan bentuk dekoratif yang bersifat datar dan tidak memiliki value atau kualitas gelap terang sehingga seperti siluet yang meminimalkan volume

(11)

obyek. Apabila pola bersifat dekoratif maka hanya bertujuan untuk memperindah yang dapat terlihat pada pola dekoratif pada tekstil.

2.4.1.5. Tekstur (Texture)

Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan (material), yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, baik dalam bentuk nyata ataupun semu. Misalnya kesan tekstur kayu, bulu atau gelas. Sedangkan menurut Kusmiati tekstur adalah sifat dan kualitas fisik dari permukaan suatu bahan (material), seperti kasar, mengkilap, pudar, kusam, yang dapat diterapkan secara kontras, dan serasi.

2.4.1.6. Warna (Colors)

Warna merupakan elemen yang bercahaya dari sebuah objek yang memiliki berbagai kualitas yang memberikan kesan volume dan kompleksitas dari objek. Warna dihasilkan dari gelombang cahaya, sejenis radiasi elektromagnetik, yang terukur dengan satuan mikron.

Warna-warna yang dapat kita lihat berada antara 400-700 mils-scn namun ada juga warna-warna yang tidak terjangkau untuk dilihat karena panjang gelombangnya berada di luar jangkauan mata kita.

Gambar 2.4. Lingkaran Warna Sumber: Color Wheel Artist, 30 Maret 2009

(12)

• Klasifikasi Warna berdasarkan Spektrum Warna

Warna Primer, adalah warna-warna dasar yang terdiri dari merah (magenta

red), kuning (lemon yellow), dan bite (turquoise blue). Warna-warna lainnya

merupakan kombinasi dari ketiga warna tersebut. Warna-warna dasar tersebut dikenal dengan istilah warna primer, yaitu warna-warna yang tidak dapat tercapai melalui percampuran warna lainnya.

Gambar 2.5. Warna Primer

Warna Sekunder, adalah warna yang merupakan hasil dari percampuran bersama antara berbagai warna-warna primer, dimana di dalam lingkaran warna, warna-warna ini merupakan lawan dari warna-warna primer. Warna-warna sekunder yang berada pada posisi yang paling berlawanan dengan warna-warna primer disebut juga warna komplementer.

Gambar 2.6. Warna Sekunder

Warna Tersier, adalah warna yang berada di antara berbagai warna-warna yang ada, biasanya ditulis lebih dari satu nama warna-warna, seperti: merah kekuningan, biru kehijauan.

(13)

Warna Komplementer, adalah warna-warna yang saling berlawanan di dalam lingkaran warna. Warna-warna komplementer selalu berlawanan secara kontras dan jika keduanya tercampur, maka akan dihasilkan warna abu-abu netral. Misalnya ungu dengan kuning, merah dengan hijau, biru dengan oranye, dan sebagainya. Warna komplementer dapat menetralkan intensitas warna yang terlalu kuat

2.8. Warna Komplementer

Warna analogus, adalah warna-warna yang menggunakan terang gelap dan intensitas dari warna yang terdekat, misalnya kuning kehijauan, kuning oranye (dominasi kuning), dan sebagainya. Sekalipun lebih berwarna daripada warna monokromatik, namun warna analogus juga menciptakan keharmonisan karena hubungan yang dekat antara warna-warna yang dipakai.

• Klasifikasi Warna berdasarkan Gambar/Ilustrasi

Warna Monochrome, adalah warna yang menambahkan atau mengurangi intensitas dari satu warna saja. Gambar yang hanya memiliki satu warna (monochrome), warna dan kedalamannya tergambarkan pada kualitas warna terang ataupun gelap. Gambar monochrome mengidentifikasikan sebuah keseimbangan antara gelap terang dari sebuah objek, bukan warna-warni objek yang sesungguhnya ataupun gradasi dari berbagai warna-warni tersebut. Gambar

monochrome memberikan kesan volume dari sebuah warna, memberikan kesan

kelonggaran dan kebebasan bagi pengamatnya untuk memiliki imajinasi tentang objek gambar serta partisipasi di dalam memahami objek.

(14)

Gambar 2.9. Warna Monochrome

Warna Polychrome/Optical Color, adalah warna yang menggunakan banyak kandungan warna yang dicampurkan, tidak semata-mata menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti halnya monochromatic. Polychrome membuat objek menjadi lebih realis dan ekspresif.

Gambar 2.10. Warna Polychrome

• Klasifikasi Warna berdasarkan Sensasinya

Warna-warna panas (hot): Warna-warna yang termasuk dalam golongan warna panas antara lain warna merah, kuning, dan percampuran warna di antaranya.

Gambar 2.11. Warna Panas

Warna-warna dingin (cold): Warna-warna yang termasuk dalam golongan warna dingin antara lain biru serta kombinasi-kombinasi warna yang menggunakan dominasi warna biru.

(15)

Gambar 2.12. Warna Dingin

Warna-warna netral (neutral): Warna-warna yang termasuk dalam golongan ini antara lain warna putih, abu-abu, dan hitam.

Gambar 2.13. Warna Netral

• Klasifikasi Warna berdasarkan Karakteristiknya

Warna positif atau aktif: Warna-warna yang termasuk di dalam golongan ini antara lain warna kuning, merah, dan oranye/jingga. Warna ini memberikan kesan sifat dan karakter yang aktif.

Warna negatif atau pasif: Warna-warna yang termasuk di dalam golongan ini antara lain warna biru, biru kemerahan, dan merah kebiruan. Warna-warna ini cenderung mengidentifikasikan kegelisahan, kepatuhan, kegairahan, dan pemikiran yang lemah lembut.

• Klasifikasi Warna berdasarkan Kualitasnya

o Hue: Posisi warna dalam lingkaran warna, mengacu pada nama-nama dari warna tersebut. Hue membedakan kualitas warna antara yang satu dengan yang lainnya.

o Chroma: Kekuatan dan kelemahan warna, mengacu pada intensitas warna, misalnya warna kuning mempunyai intensitas warna yang kuat, sedangkan warna ungu kurang kuat intensitasnya.

(16)

o Value: Kualitas warna, terang atau gelap bila dibandingkan dengan warba hitam atau putih. Penambahan warna hitam dapat menyebabkan warna menajdi gelap, dengakan penambahan warna putih menyebabkan warna menjadi lebih muda dan terang. Value dapat dibedakan menjadi: tint, warna dengan value tinggi, dianggap lebih ringan dan terang oleh karena tambahan warna putih; dan shade: warna dengan value rendah, warna yang lebih berat karena tambahan unsur hitam.

• Klasifikasi Warna berdasarkan Maknanya

Warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat dan dapat mempengaruhi emosi manusia. Warna juga dapat menggambarkan suasana hati seseorang. Kesukaan orang terhadap sebuah warna, menurut penelitian ilmu jiwa dapat diasosiasikan dengan sifat pembawaan masing-masing. Beberapa gambaran warna yang mempunyai perlambangan secara umum:

o Merah: merupakan warna terkuat, menarik perhatian, bersifat agresif. Warna ini diasosiasikan sebagai kemarahan, darah, berani, kekuatan, dan bahaya. Namun di Cina, warna merah biasanya menjadi perlambang dari kebahagiaan.

o Merah Keunguan: warna ini memiliki karakteristik mulia, agung, kaya, mengesankan. Warna-warna ini disukai oleh para raja dari masa lampau. o Ungu: karakteristiknya sejuk, negatif, mundur, tenggelam, khidmat, murung,

misterius. Warna ini melambangkan duka cita, suci, agama.

o Biru: karakteristiknya sejuk, pasif, tenang, damai. Goethe menyebutnya sebagai warna yang mempesona, spiritual, kesepian. Biru melambangkan kesucian, harapan, dan kedamaian.

o Hijau: warna hijau memiliki karakteristik yang hampir sama dengan biru. Dibandingkan warna lainnya, warna hijau relatif lebih netral. Pengaruh terhadap emosi hampir mendekati pasif, lebih bersifat istirahat dan rileks. Hijau melambangkan perenungan, kepercayaan. Dalam penggunaan secara sosial, hijau melambangkan kesegaran, mentah, muda, pertumbuhan, kehidupan, dan harapan. Sifat negatif dari warna hijau adalah warna yang tidak disukai anak-anak, diasosiasikan dengan racun, penyakit.

(17)

o Kuning: warna kuning adalah kumpulan dua fenomena penting dalam kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang diberikan oleh matahari di angkasa, dan emas sebagai kekayaan di bumi. Kuning adalah warna cerah, karena itu sering dilambangkan sebagai kesenangan dan kelincahan. Bila merah dan biru melambangkan jantung dan roh, maka kuning adalah lambang intelektual. Kuning memaknakan kemuliaan cinta serta pengertian yang mendalam di dalam hubungan antar manusia.

o Putih: warna putih memiliki karakter yang positif, cemerlang, ringan, polos, dan sederhana. Merupakan lambang kejujuran dan kemurnian. Warna ini mengimajinasikan kebalikan dari warna hitam.

o Abu-abu: warna abu-abu sering melambangkan orang yang telah berumur dengan kepasifannya, sabar, dan rendah hati. Abu-abu juga melambangkan intelegensia, tetapi juga mempunayi lambang negatif, yaitu keragu-raguan. o Hitam: warna hitam melambangkan kegelapan dan ketidak hadiran cahaya.

Merupakan lambang misteri, warna malam, dan selalu diidentifikasikan dengan kebalikan dari warna putih, berlawanan dengan cahaya terang. Namun warna hitam juga dapat menunjukkan sifat-sifat positif, yaitu menandakan sikap tegas, kukuh, formal.

2.4. Tinjauan Unsur Komposisi 2.4.1. Layout

Layout adalah proses menyusun bagian dan lain sebagainya menurut suatu

aturan atau pola. Layout dalam desain menyangkut penempatan teks dan gambar di dalam sebuah desain, meliputi bagaimana elemen-elemen tersebut diletakkan dan diatur, baik dalam hubungan antar elemen satu sama lain, aupun secara keseluruhan di dalam desain. Layout juga dapat dikatakan sebagai ilmu manajemen ruang dan bentuk. Tujuan utama penyusunan layout adalah untuk menghadirkan aspek visual dari tulisan maupun gambar yang akan dikomunikasikan kepada pembacanya, agar mampu menerima informasi yang disajikan secara maksimal tanpa ada kesulitan yang berarti. Ada 3 kriteria dasar untuk suatu layout yang baik, yaitu jika pengaturannya berhasil, terorganisir, dan

(18)

mampu menarik khalayak. Suatu layout juga harus menonjol dari sekelilingnya untuk menjalankan perannya sebagai penarik perhatian (Siebert, Ballard 1)

2.4.2. Sejarah Lay-out secara umum ke khusus

Layout berkembang seiring berjalannya waktu. Dahulu bentuk dan format layout masih standar dan sangat sederhana, hanay bermain pada posisi vertikal

dan horisontal. Variasi-variasi dalam penempatan layout masih jarang digunakan. Sekarang seiring dengan berjalannya waktu, layout semakin bervariasi dan berani. Grid yang dinamik semakin sering digunakan, misalnya pada majalah yang memiliki target anak muda atau remaja. Banyak terdapat variasi dalam penempatan gambar maupun tulisan di dalamnya. Hal ini dilakukan agar lebih mengena dengan target pembacanya.

2.4.3. Perkembangan lay-out

Penggunaan layout di dalam sebuah desain dewasa ini semakin berkembang, penempatan teks nya tidak hanya terletak pada posisi vertikal dan horisontal saja tetapi lebih berani mulai dari diagonal, teknik cropping, penambahan unsur dekoratif, latar belakang, dan grid dinamik lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah bentuk yang baru, inovatif, dan lebih menarik. Meskipun begitu, susunan layout tetap memperhatikan target dari karya desain tersebut, agar pesan yang ingin disampaukan lebih mengena.

2.4.4. Jenis Lay-out

Layout adalah mengenai komposisi. Komposisi berkaitan dengan

bagaimana kita akan meletakkan segala elemen desain yang berada dalam satu bidang. Pada dasarnya, layout dibagi menjadi dua macam gaya dasar, yaitu simetris dan asimetris. Secara umum, layout simetris diasosiasikan dengan pendekatan desain tradisional dimana desain yang dihasilkan disusun terpusat di satu titik suatu halaman atau bidang kerja. Jenis layout ini awalnya digunakan pada penerbitan buku, yang mengambil kecenderungan dari manuskrip abad pertengahan.

(19)

Layout yang asimetris digunakan pada awal 1930, yang dipionir oleh

desainer dari sekolah Bauhaus, dan berkembang seiring jenis huruf sans serif. Pada masa sekarang, layout yang asimetris kerap dipadukan dengan gaya yang simetris dalam satu halaman (Dabner 102-3). Layout asimetris tidak lagi menggunakan satu obyek yang difokuskan di tengah atau di pusat bidang, namun dapat pula menggunakan beberapa obyek yang diletakkan di tepi bidang, maupun diletakkan tersebar menutupi hampir seluruh bidang.

Selain itu layout dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:

• Manuscript Grid, merupakan tampilan layout yang penempatan body text-nya berada dalam satu ruang yang dikhususkan. Ruang yang disediakan cukup luas untuk menampung informasi yang dibutuhkan di dalam halaman tersebut. • Coloumn Grid, merupakan layout yang menampilkan teks dan gambar yang

terpisahkan oleh batas-batas yang abstrak, sehingga tercipta kolom-kolom. Biasanya ditemui pada halaman surat kabar atau koran.

• Modular Grid, layout ini memiliki sedikit kesamaan dengan coloumn grid, karena adanya bidang yang berkolom, perbedaannya terletak pada banyaknya bidang yang terbagi pada jenis modular. Secara tegas, bidang yang tercipta yaitu kotak-kotak dalam jumlah yang banyak dalam suatu halaman, sehingga penggunaan dan aplikasiny terlihat lebih dinamis.

• Hierachical, yaitu layout yang tampilannya banyak digunakan pada website. Pembagian tiap bidangnya sangat teratur dan rapi, dengan tujuan memudahkan akses setiap pengguna internet dengan menyajikan tampilan yang sederhana namun efektif.

• Un-grid, yaitu jenis layout yang timbul akibat perkembangan zaman dan banyaknya aksi ‘protes’ ataupun pemberontakan oleh komunitas anak muda yang anti terhadap kemapanan. Gaya ini seperti hendak menentang sesuatu yang beraturan dan pada akhirnya menciptakan gaya baru yang tidak teratur namun memiliki nilai tersendiri.

2.5. Tinjauan Gambar Ilustrasi

Ilustrasi merupakan bentuk seni yang bersifat kontemporer yang dibedakan dengan lukisan, karena pergerakan seni yang semakin lama semakin

(20)

modern dan banyaknya desainer yang memasukkan ilustrasi ke dalam karya desain mereka yang bersifat pop dan post modern. Hal ini membuahkan perbedaan pada fungsinya seiring dengan kemajuan zaman. Seni lukis lebih menggambarkan perasaan pribadi pelukisnya, bersifat independent dan tidak tergantung pada kepuasan orang lain, sedangkan ilustrasi berlawanan dengan hal tersebut dimana ilustrasi dibuat untuk tujuan komersil dan reproduksi sehingga gambar dibuat untuk menyenangkan hati orang lain atau klien. Ilustrasi dapat dibuat di berbagai macam media seperti fotografi, grafik, diagram, dan sebagainya yang tidak terbatas apda gambar manual. Gambar Ilustrasi merupakan suatu cara dalam memvisualisasikan ide yang mempergunakan bentuk lukisan atau gambar. Ilustrasi juga diartikan sebagai bentuk gambar atau lukisan yang mengkomunikasikan ide, gagasan, pendapat, perasaan dan juag cerita.

2.5.1. Tinjauan Ilustrasi berdasarkan Bidang Kajian

Ilustrasi ditinjau berdasarkan bidang kajiannya dibagi menjadi 4, yaitu ilustrasi editorial, ilustrasi periklanan, ilustrasi medis, dan ilustrasi ilmiah.

• Ilustrasi Editorial yang merupakan ilustrasi buku, sering dijumpai pada buku-buku novel, buku –buku bacaan anak dan orang dewasa, buku olah raga, kartun, politik, dan sebagainya. Ilustrasi ini selain digunakan untuk memperjelas cerita atau penyampaian pesan dalam buku tersebut sebagai visualisasi pesan, ilustrasi ini juga dapat digunakan sebagai jaket atau sampul buku yang berguna untuk menarik perhatian konsumen.

• Ilustrasi Periklanan, merupakan ilustrasi yang ditunjukkan pada fungsi promosi dan pemasaran, ilustrasi ini meliputi:

o Ilustrasi Produk, yang berfungsi untuk menggamabrkan berbagai produk yang diproduksi semenarik mungkin untuk dipromosikan dan ditawarkan kepada konsumen.

o Ilustrasi Pariwisata, yang pada umumnya menggambarkan pemandangan alam, arsitektur, dan figur-figur tertentu pada daerah yang dipromosikan.

o Ilustrasi Fashion, ilustrasi ini dapat berbentuk fotografi maupun gambar untuk mempromosikan produk fashion.

(21)

• Ilustrasi Medis, berkaitan dengan pengetahuan kedokteran yang menggambarkan berbagai macam gambar di dalam bidang kedokteran seperti penggambaran anatomi tubuh, bakteri, jamur, dan sebagainya. • Ilustrasi Ilmiah, seperti ilustrasi medis, ilustrasi ini juga menggambarkan

berbagai macam hal yang berhubungan dengan bidang kajian ilmiah yang sangat membutuhkan ketepatan , kejelasan, kerapian, dan sebagainya.

2.5.2. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Sifat dan Fungsi Berdasarkan sifat dan fungsinya, ilustrasi dapat dibedakan menjadi:

• Gambar ilustrasi yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang dilihat, baik berupa sketsa kasar yang berupa garis-garis yang cepat maupun gambar yang detail.

• Gambar ilustrasi yang menggambarkan apa yang diimajinasikan, yaitu penggambaran obyek pada keadaan yang tidak ada di dalam kenyataan. Penggambarannya dapat berupa gambar yang abstrak.

• Gambar ilustrasi yang memvisualkan suatu ide dan konsep yang membentuk simbolisasi. Gambar ini lebih menuntut kedalaman isi yang digambarkan untuk menghadirkan sudut pandang, perasaan dan emosi, interpretasi dan ekspresi orang yang menggambarkannya dibandingkan teknik dan kemampuan.

• Gambar ilustrasi yang bersifat dekoratif untuk mengisi komposisi/bidang yang ada sehingga memberikan daya tarik yang besar dan memenuhi kepuasan estetis pengamatnya.

• Gambar ilustrasi yang menggambarkan dan menjelaskan, yang berfungsi sebagai jembatan penjelas di dalam pemahaman bahasa verbal. Biasanya antara inlustrasi ini dan verbalisasi berdampingan dan saling mendukung, mengarahkan pembaca sesuai dengan keinginan penulis, dimana ilustrasi dapat memperluas cerita dan mempermudah pemahaman atas sesuatu yang abstrak.

(22)

2.5.3. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Alat

Alat-alat yang biasanya digunakan untuk menghasilkan suatu ilustrasi yaitu:

• Perlengkapan Sketsa, yang meliputi pensil 2B dan HB, charcoal atau pensil arang, ballpoint, dan penghapus pensil.

• Perlengkapan Warna, menggunakan berbagai macam media warna seperti cat air, cat minyak, pensil warna, crayon, pastel, dan sebagainya.

• Kertas, bisa berupa kanvas ataupun kertas yang biasanya disesuaikan penggunaannya untuk cat air, pastel, pensil, crayon, dan sebagainya. Kertas memiliki berbagai macam ketebalan dan ukuran.

• Kuas. Kuas memiliki berbagai macam jenis, dan ukuran. Macam-macam kuas yaitu kuas yang berujung datar dan kuas yang berujung bulat. Pada kuas yang berujung bulat, apabila dalam keadaan basah ujungnya akan meruncing yang cukup baik untuk menciptakan detail dan mampu menahan banyak cat dan air. Sedangkan pada kuas yang berujung datar, tidak dapat menahan air dan cat begitu banyak. kuas ini sangat baik apabila akan digunakan untuk menciptakan efek semburan cat.

• Palet dan air. Palet digunakan sebagai tempat untuk mencampurkan warna pada cat, sedangkan air digunakan untuk mengurangi kepekatan dari cat.

2.5.4. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Teknik Gambar ditinjau dari tekniknya antara lain:

• Fotografi, merupakan teknik ilustrasi yang dipergunakan sejak ditemukannya kamera atau alat untuk memotret pada tahun 1665. Fotografi merupakan teknik gambar yang mempergunakan cahaya. Fotografi terbagi menjadi 2 macam, yaitu fotografi dokumentasi yang memotret sebuah peristiwa penting tanpa memperhatikan segi estetisnya, dan fotografi yang memperhatikan segi estetis dan keindahan dari obyek yang akan dipotret serta hasil dari fotografi tersebut, yang kemudian menjadi media ekspresi keindahan dan seni baru yang disebut piktoral.

• Ilustrasi Manual, yaitu ilustrasi yang merupakan teknik gambar yang hanya dapat dihasilkan dengan ketrampilan dan kreatifitas tangan, yang dapat

(23)

menciptakan kekhasan dan keunikan gaya masing-masing seniman yang tercermin dalam gaya dan ciri khas goresan. Oleh karena itu teknik ini memiliki kelebihan dalam segi estetis dibandingkan dengan menggunakan komputer.

• Ilustrasi komputer, yaitu teknik menggambar yang berbasiskan teknologi. Dengan adanya penggunaan teknik komputer, ilustrasi manual perlahan-lahan mulai tergeser karena sifatnya yang serba otomatis dan terkontrol dengan cepat. Namun goresan seniman sama sekali tidak terasa nilainya.

• Ilustrasi Kubisme Sintetik atau Kolase atau Photomontage. Kolase berarti menempel, taitu teknik yang menggunakan kain, kertas, gambar, ataupun bermacam-macam benda lainnya yang ditempelkan pada satu permukaan dan menjadi satu kesatuan. Gaya gambar ini pertama kali dipergunakan oleh aliran Kubisme. Sedangkan Photomontage, menerapkan prinsip yang sama dengan kolase namun teknik ini menggunakan fotografi. Photomontage banyak dipergunakan pada gaya Punk, Surealism, Pop Art, dan Dadaism.

2.5.5. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Goresan

• Arsir, merupakan teknik yang menggambarkan bentuk obyek dengan mengsii daerah-daerah yang tidak terkena cahaya atau bayangan obyek sehingga volume tiga dimensi obyek dapat dideskripsikan, teknik arsir dapat dibedakan menjadi:

o Arsiran garis lurus, antara lain: garis-garis paralel (Hatching) yaitu goresan garis dengan pola sejajar, garis-garis berpotongan (Cross

Hatching) yaitu pola garis yang memotong garis-garis sejajar, garis

bervariasi (Scibbling) yaitu garis-garis yang bersifat abstrak dan acak ke segala arah.

o Arsiran mengikuti bentuk atau melengkung, antara lain: garis-garis kontur (Contour Hatching) berupa garis-garis lengkung yang mengikuti perubahan obyek baik bentuk melingkar maupun perspektifnya, serta garis-garis kontur yang saling mendorong (Cross Contour Hatching) yang mendeskripsikan volume dan detail-detail benda.

(24)

• Dry Brush, merupakan teknik menggambar dengan sapuan kuas yang setengah kering atau tanpa campuran cat air, hanya menggunakan kepekatan cat saja, hal ini dilakukan dengan cara menyapukan kuas tanpa air tersebut ke permukaan kertas yang kasar dengan tujuan menghasilkan efek pecah-pecah dan tidak rata, hal ini dilakukan untuk mendapatkan tekstur gambar.

• Blocking, disebut juga dengan pengecatan plakat yang menggunakan jenis cat poster, gaya gambar ini disebut juga plakatstil karena ditemukannya cat poster pada era modern. Pewarnaan ini berkesan datar, sedikit, tanpa gradasi, dan pada umumnya minim ornamen, karena bertujuan untuk memusatkan perhatian pada objek utama yang sederhana.

• Pointilism atau Tekstur, merupakan gaya penggambaran dengan memanfaatkan kualitas permukaan pada suatu bidang, baik kasar maupun halus, keras maupun lembut, dan sebagainya. Teknik ini bersifat ekspresif, reprentasional, dan inovatif yang ditentukan oleh kreatifitas, teknik, dan material yang dimiliki oleh seorang seniman. Pada goresan ini bidang gambar diberi titik berwarna sesuai dengan bentuk obyeknya yang dari kejauhan seakan-akan menyatu, yang dapat mencapai tiga dimensi yang menggambarkan cahaya dan bayangan serta suasana melalui pewarnaan kuat dan lemah, bahkan tidak menggunakan outline pada obyek karena sudah menggunakan tekstur. Bentuk pola tekstur yang terkenal yaitu

Pointilism oleh Georges Seurat.

2.5.6. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Gaya Gambar

Gambar Ilustrasi ditinjau berdasarkan Gaya Gambar dibagi menjadi:

• Realisme, merupakan salah satu gaya gambar dimana mengutamakan kesesuaian dengan keadaan sebenarnya di dalam kehidupan nyata. Realisme yang sempurna memiliki tingkat kemiripan yang akurat dengan obyek aslinya, hal ini disebut juga Photorealism, yang kelihatan sama dengan foto.

• Kubisme Analiti atau Cubism merupakan teknik menggambar yang ditemukan oleh Pablo Picasso dan Georges Baroque pada awal abad ke-20. Kubisme

(25)

walaupun menggambar obyek yang realistis namun ilustrasinya bersifat abstrak dan geometris, bersifat dua dimensi dan datar.

• Dekoratif, merupakan teknik menggambar yang menarik dan penuh ornamen, namun tidak semuanya memiliki kegunaan karena hanya memenuhi fungsi estetis atau penghias. Gaya dekoratif ini akhirnya berkembang sebagai bentuk gerakan yang menghidupkan kembali ketrampilan tangan manusia dalam seni dan kriya serta menolak kehadiran industri yang menggunakan tenaga mesin. Beberapa gaya dekoratif yang terkenal yaitu gaya Victorian Art, Art and Craft, dan Art Nouveau.

• Kartun atau Cartoon merupakan bentuk gambar yang lucu dan menghibur yang biasanya disajikan dalam bentuk gambar maupun rangkaian cerita baik berupa komik maupun film animasi. Penggambaran jenis ini lebi banyak diidentikkan untuk anak-anak karena sifatnya yang menghibur dan ringan yang mudah dimengerti. Bentuk figur kartun sangat lucu dan digambarkan dengan bebas sesuai dengan apa yang diinginkan oleh seniman dan sekiranya dapat menghibur orang lain. Oleh sebab itu figur kartun digambarkan bebas tanpa mempedulikan bentuk yang proporsional.

• Karikatur atau Caricature, penggambaran ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan kartun, bahkan sering kali dikategorikan sebagai bagian dari gambar kartun. Karikatur biasanya digambarkan dengan tujuan menyindir atas berita-berita yang aktual dan tokoh-tokoh yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Amun disamping hal itu, penggambaran ini mempunyai ciri-ciri yang lucu dan menghibur. Dalam penggambarannya karikatur memiliki berbagai macam prioritas yang diutamakan seperti proporsi yang tepat, kemiripan figur yang akurat dan realistis, menjadi diputarbalikkan dalam teknik penggambaran karikatur. Figur yang digambarkan sering kali berbeda sangat jauh dari aslinya, hal ini justru diterima dan dianggap sebagai simbol yang mewakili dan mengingatkan pengamat terhadap orang yang digambarkan. Figur yang digambarkan biasanya berkepala besar dan berbadan kecil, dimana hal ini dikarenakan keunikan dari tubuh manusia yang sering ditonjolkan dalam karikatur adalah bagian wajah. Karikatur sering dibuat

(26)

dengan goresan dan arsiran ballpoint atau pena hitam sehingga terkesan monumental.

2.6. Tinjauan Gaya Desain 2.6.1. Sejarah Gaya Desain

Gaya Desain (graphic style) adalah suatu ragam hias atau model visualisasi karya visual atau grafis yang merujuk pada pola atau gaya tertentu sesuai dengan perkembangan kehidupan di masyarakat. Pada zaman selanjutnya, gaya desain atau visualisasi menjadi titik acuan dan wacana untuk menciptakan gaya berikutnya.

Munculnya gaya desain dipengaruhi oleh:

• Revolusi Industri, yang memunculkan pemikiran mendukung teknologi dan eksplorasi rasio manusia. Pada perkembangannya, dengan eksplorasi teknologi industri muncullah gaya desain baru.

• Menolak revolusi industri karena dampaknya merugikan, dengan cara mencari gagasan baru yang berbeda (post-strukturalis, ekspresif, berbeda dengan sebelumnya) dan mencari makna baru dengan romantisme masa lalu atau nostalgia.

Sejarah perkembangan komunikasi visual ditinjau dari perkembangan gaya desainnya dimulai dari era klasik hingga pos-modern yaitu:

• Victorian (1820-1900), gaya ini muncul pertama kali di Inggris sebagai reaksi dari revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18. Tidak hanya di Eropa saja, dampak dari revolusi industri juga sampai ke Amerika. Karakteristik yang paling terlihat di dalam gaya ini adalah merupakan reaksi estetis terhadap industrialisasi yang saat itu diperdebatkan. Sangat menonjolkan nilai estetis dibandingkan nilai fungsionalnya dan terlihat sangat klasik. Bentuknya yang gemuk, enak dilihat, dan ornamen yang menjadi simbol kenyamanan.

• Art and Craft (1850-1900), merupakan gaya yang muncul sebagai usaha untuk menghidupkan kembali ketrampilan tangan manusia dalam seni dan kriya (craft) sebagai penolakan industri yang menggunakan mesin. Pelopornya adalah John Ruskin dan diteruskan oleh muridnya William Morris. Tujuannya sangat sederhana dan jelas bahwa Inggris ingin mempertahankan

(27)

keunggulannya di bidang kriya (handycrafts). Gerakan ini berjaya sekitar tahun 1888 hingga tahun 1910.

• Art Nouveau (1880-1915), adalah sebuah aliran seni yang memiliki gaya dekoratif tumbuhan yang meliuk-liuk. Aliran ini muncul di Eropa dan Amerika mulai tahun 1918 hingga menjelang perang dunia pertama (1914). Nama Art Nouveau diambil dari sebuah toko di Paris yang dibuka tahun 1395 oleh Siegfried Bing. Gaya ini pada awalnya dimaksudkan sebagai sebuah seni yang dapat dinikmati oleh kebanyakan orang (popular art), namun pada kenyataannya lebih banyak diterapkan untuk konsumsi orang-orang kaya. • Early Modern, pada masa modernisme awal, desain sudah menekankan pada

aspek fungsional. Karya desain yang dibuat tidak hanya menekankan pada aspek visualnya saja. Pada era ini ada suatu usaha untuk mengatasi kesenjangan antara seni dan industri, meninggalkan simbolisme dan beralih ke rasionalisme.

o Plakatstil, pada dasarnya adalah seni poster yang lahir di Berlin, Jerman untuk mempromosikan suatu produk. Ciri-ciri visualnya adalah memanfaatkan ruang kosong untuk menonjolkan produk dan tidak memiliki ornamen.

o Wiener Werkstatte, dipengaruhi oleh gaya Art and Craft di Inggris, berdiri di Austria pada tahun 1903 oleh Josef Hoffmann, Koloman Wienner dan Fritz Warndover. Keunikannya adalah setiap produk dari bengkel Wiener Werkstatte selalu memiliki merek dagang dan cap.

o Expressionism, berasal dari kata ekspresi atau spontan, dimulai pada tahun 1900-1906, ketika Van Gogh berkarya dengan warna-warni yang berani, Gaugin dengan distorsi orang besar dan gemuk, dan Paul Cezanne dengan kebebasan pada karyanya. Pelopor aliran ini adalah Eduard Munch (1863-1944) dari Norwegia dengan karyanya yang berjudul The. Ekspresionisme mengangkat tema utama seputar masalah kematian, kesakitan, dan dorongan seksual.

• Modern, berasal dari kata latin Modo yang berarti ‘barusan’. Namun pengertiannya harus dibedakan dengan pengertian kita sehari-hari tentang sesuatu yang paling baru dan mutakhir. Modern sebagai isme adalah

(28)

serangkaian pemikiran dan gerakan dalam berbagai bidang kehidupan yang muncul sejak tahun 1900 hingga 1950. Pada zaman ini karya desain yang dibuat sudah mengutamakan segi atau aspek fungsinya, selain itu karyanya juga bersifat rasional dan objektif sehingga menghasilkan kecenderungan baru dalam desain seperti bentuk geometris dan terukur, menghilangkan elemen dekoratif, layout atau tata letak yang asimetris namun teratur, sistem grid yang jelas, warna-warna dengan intensitas redup dan dingin, serta background yang bersih. Sebenarnya ciri visual pada modernisme hampir sama dengan modernisme awal, karena masa waktu yang berlangsung tidak terpaut waktu yang lama, bahkan mungkin terjadi secara bersamaan.

o Futurism, yaitu aliran seni di Italia yang didirikan oleh Filippo Marinetti. Gerakan ini diinspirasi dari kehidupan yang ebrubah karena penemuan mesin yang menghasilkan unsur gerak dan kecepatan yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di awal abad ke-20. Ciri-ciri visual dari gaya ini yaitu sedikit abstrak, kolase kubisme, dan pemakaian huruf yang ditampilkan sebagai gambar.

o Vorticism, gaya ini cenderung menggunakan kombinasi warna yang memusingkan, gaya ini juga mendapat pengaruh kubisme. Kubisme pada dasarnya adalah perubahan cara melukis yang sebelumnya menggunakan aya dengan pendekatan perseptual atau penginderaan ke gaya dengan pendekatan konseptual. Upaya-upaya seniman kubisme menampilkan obyek dalam bentuk geometri serta cara pemotongan citra dari obyek tanpa ekspresi menandakan lahirnya gaya visual modern, forografi, teknologi mesin dan arsitektur.

o Constructivism, berkembang pada tahun 1914-1920 dan merupakan pengaruh kubisme yang berkembang di Rusia. Estetika konstruktivisme berkaitan dengan bentuk atau bidang geometris kinetik sebagai cerminan zaman modern yang dikuasai mesin.Tokoh dari aliran ini adalah El Lissitzky yang mengatakan konstruktivisme adalah pelopor Avant Garde seni di Rusia, dimana seni harus dapat dinikmati semua kelas secara merata. Ciri visual dari konstruktivisme adalah daerah luas warna murni,

(29)

konstruksi geometri yang kuat, photomontage, tipografi san serif yang tebal, serta huruf yang singkat dan mudah dibaca.

o De Stijl, adalah aliran seni yang tidak representasional, tidak ilustratif, ataupun naratif. De Stijl menggunakan bentuk-bentuk geometris dengan susunan konstruksi yang sangat teknis. Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Piet Mondrian. Gaya di dalam De Stijl yang menekankan kelenturan bidang dengan cara memanfaatkan garis vertikal-horisontal dan warna disebut Neo Platicism. Ciri-ciri visual dari De Stijl adalah huruf tebal dan sedikit, dengan warna datar dan bentuk yang geometris.

o Bauhaus, diterapkan pada karya desain Walter Gropius, Lazlo Moholy-Nagi, dan Bayer-Schmidt. Sangat dipengaruhi oleh gaya ekspresionisme, konstruktivisme, dan De Stijl, dimana bentukan geometrinya rapi, asimetris dan berdasarkan pada grid. Penggunaan warna-warna primer dengan gambar yang biasanya realis menjadi montase atau fotografi, tipografi san serif yang asimetris, bersih dan meyakinkan. Selain itu gaya ini juga menggunakan bahan yang modern.

o New Typography, merupakan ciri lain yang timbul dari aliran The New

Typography yang diterapkan pada karya-karya Lissitzky, Moholy-Nagi,

Renner, Tschichold, Sutnar, dan Zwart. Gaya ini masih dipengaruhi oleh Futurisme, Vortisisme, dan Dada. Terlihat pada karyanya yang geometris dan menolak semua ornamen, mementingkan fotografi, memperhatikan

white-space, mengijinkan barisan huruf yang ditata secara miring atau

vertikal, juga adanya pembatasan pada warna dasar, dan huruf tetap sama yakni san serif.

o Art Deco (1924-1937), nama ini berawal dari pameran yang berjudul Paris

Exposition des Art Decoratrfs et Industries pada tahun 1925 di Perancis.

Dalam kamus karya Guy Julier, Art Deco tidaklah dianggap sebagai sebuah gerakan namun hanyalah gaya atau kecenderungan dalam desain. Perancis sebagai pusat Art Deco telah memiliki sekolah seni dekoratif The

Martine School sejak tahun 1911. Di Perancis, perkembangan Art Deco

juga dipengaruhi oleh dunia mode. Ciri-ciri visualnya adalah di dalam beberapa karya desain Art Deco menggunakan gaya Streamline, yang

(30)

berarti garis arus, dengan bentukan yang ramping dan lurus dengan ujung meruncing atau membulat sehingga dapat mengikuti alur atau arus air dan udara, pada masa ini gata deasinnya juga menerapkan bentuk yang aerodinamik dan banyak menggunakan warna gradasi yang halus, serta warna yang mengesankan efek kilauan atau lengkungan logam. Gaya Art

Deco seringkali juga memanfaatkan bahan-bahan yang sederhana tetapi

tetap menampilkan kesan mewah.

o Dada, adalah sebuah aliran seni anti estetis dan anti seni yang berkembang antara tahun 1916 di Zurich, Swiss hingga tahun 1922. Aliran ini cenderung menganut pemikiran absurd dan nihilis, yang disebabkan kekecewaan para seniman pada masa itu terhadap penderitaan umat manusia akibat Perang Dunia I. Mereka beranggapan bahwa bencana itu disebabkan oleh pengagungan berlebih terhadap logika dan rasionalisme. Oleh sebab itu cara menyelamatkan diri dalam situasi kacau (chaos) tersebut adalah dengan anarki politik, emosi alamiah, intuisi, dan rasionalitas. Karena sikapnya tersebut, maka aliran ini dianggap dekstruktif.

• Late Modern (1945-1975an), hampir merupakan peralihan antara zaman modern ke zaman posmodern. Gaya-gaya yang dipakai merupakan gaya-gaya yang dipakai pada zaman terdahulu, namun sudah dimodifikasi sehingga tampak lebih modern. Masa ini merupakan reaksi terhadap gerakan modernisme, juga menerapkan teknik neo_modernisme klasik secara luas tetapi tetap dengan dogma yang berhubungan dengan sekolah dan gerakan ortodok dibuang, adanya penggabungan ide-ide keabstrakan, dinamisme dan asimetri dari Eropa. Selain itu adanya keinginan untuk menciptakan suatu desain yang tidak perlu universal dan dapat lekang oleh waktu, dan menitik beratkan pada keinginan konsumen. Boleh dikatakan pada zaman ini desainer bukanlah segalanya, dan bukanlah seniman yang “bekerja” untuk dirinya sendiri.

o Swiss International Style, gaya ini terpengaruh oleh gaya De Stijl,

Bauhaus, New Typography, dan Constructivism. Desainnya cenderung

(31)

digunakan tidak lagi berupa gambar tetapi fotografi, namun tipografi yang digunakan tetap san serif.

o Corporate Style, gaya desain ini cenderung tidak berhias, dengan gambar yang hemat, dan mengutamakan fotografi gerak.

o Revivalism-Ecleticism, gaya ini lebih menonjolkan motif-motif grafis, kebudayaan populer, lukisan primitif, gaya Victorian, Art Nouveau, dan

Art Deco sebagai sumber inspirasinya.

o Polish, berbekal simbolisme dalam seni rupa tradisionalnya, komunitas kota yang rekat, maraknay dunia teater, dan lemahnya garis keras Stalin, membuat seniman poster Polandia berhasil mengembangkan corak artistik yang kaya dengan tafsir dan gaya personal senimannya. Pada poster Polandia, unsur art yang kental, metafora visual yang aneh dan ganjil dengan campuran antara gaya Art Nouveau, Pop Art, dan Surrealism yang terlihat bau membuat gaya desain poster Polandia terasa agak janggal, aneh dan lain dari biasanya. Intinya, gaya desain poster yang berkembang di Polandia tidak mengikuti aturan yang ada, tetapi para desainernay membuat patokan tersendiri bagaimana seni poster Polandia seharusnya. Ciri visual desain ini adalah teknik visualisasinya sebagian besar bercirikan manual, jarang sekali menggunakan teknik forografi, untuk font biasanya menggunakan hand-writing font dan sebisa mungkin singkat, padat, dan jelas karena minim instruksi, warna-warna yang dipakai merupakan warna-warna kusam atau warna tanah, dan karya desainnya cenderung berimajinasi secara liar.

o Psychedelic, gaya ini sangat dipengaruhi oleh Art Nouveau, simbol Indian dan tipografi Victorian. Desainnya ditampilkan dengan warna yang mencolok, dan banyak ditemukan di jalanan yang nantinya melahirkan gaya Punk.

o Japanese, gaya ini menampilkan area tiga dimensi yang antigun dengan fotografi dan komputer, nilai-nilai barat seperti Pop Art, komik, televisi, dan film diubah menjadi bentuk yang kontemporer yang mencerminkan Jepang yang berteknologi tinggi. Desain ini juga berangkat dari metode

(32)

Constructivism dan Bauhaus, dan meniru kecenderungan New Wave dan

Postmodernisme.

• Post Modernism (1975 – sekarang) pada masa ini desain sudah masuk ke dalam era digital atau digitalisasi. Masa ini terjadi karena sebagai dampak dari revolusi sains dan teknologi. Masa Postmodernisme bersifat radikal dan form

follow fun. Secara sederhana definisi Postmodernisme adalah sebuah

pemikiran yang mengkritik pandangan Modernisme melalui cara pandang yang cenderung pada keanekaragaman, kejenakaan, berantakan, dan cenerung pada penggambaran walaupun terkadang juga memiliki keteraturan geometris. Menurut pemikiran postmodernisme, universalisme melupakan atau menganggap tidak penting latar belakang sosial-budaya dari suatu masyarakat. Pemikiran Postmodernisme lebih percaya pada konsep yang kontekstual dengan situasi dan kondisi yang ada, tidak bersifat universal. Desain Postmodernisme secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu Punk dan New

Wave. Gaya ini lebih cenderung ke arah historisme, ekletik/pastiche, pluralism

dan parody, Kisch, Camp, juga reaksi terhadap teknologi komputer. Desain Postmodernisme memiliki ciri visual yaitu bentuk geometrik yang tampak main-main, bentuk yang mengapung, memiliki banyak lapisan, tidak berdasarkan dogma, berwarna meriah, memakai tipografi dengan letter space yang bertentangan.

o Memphis, Tokohnya antara lain Ettore Sottass, Michele de Lucchi, Andrea Branzi, Arata Isozaki, Shiro Kuramata, serta Michael Graves. Aplikasi desain ini banayk terletak pada furniture, perlengkapan lampu dan keramik.

o New Wave, dibagi menjadi dua yaitu American New Wace dan European

New Wave. Pada American New Wave, desainnya banyak menggunakan

teknik fotografi, teknologi elektronik, dan desain yang berlapis-lapis. Pada

European New Wave ciri desainnya adalah era digital, efek fotografis, efek

animasi, desain berlapis, dan eksperimen terhadap gambar dan huruf. o Punk, merupakan keturunan spiritual langsung dari Psychedelic. Ciri-ciri

visualnya adalah memiliki ciri penataan yang kasar, anti kemapanan, dan desainnya terlihat seperti asal tempel.

(33)

o Deconstructivism, merupakan reaksi terhadap modernisme dalam pengembangan ilmu pengetahuan, seni dan filsafat. Dekonstruksi hadir dengan latar belakang postmodernisme yang berdasarkan pemikiran filsafat bahwa susunan pemikiran yang begitu terpadu, yang tersusun rapi, kini dipilah-pilah sampai ke dasarnya. Kehadiran dekonstruksi dilihat sebagai bagian dari postmodernisme yang secara epistemologi atau filsafat ilmu pengetahuan, harus menerima sesuatu kenyataan bahwa manusia tidak boleh terpaku pada suatu sistim pemikiran yang begitu ketat dan kaku. Dalam sikap dekonstruksi, apabila ada sesuatu yang tertutup (closer), harus ada yang terbuka (discloser), sehingga menjadi majemuk, kembali ke dasar. Dalam kaitan ini, dekonstruksi ingin memilah atau memecahkannya. (Freddy H. Istanto, 51)

2.6.2. Perkembangan Gaya Desain secara umum

Perkembangan desain sangat berkaitan erat dengan perkembangan budaya manusia yang senantiasa berubah dan bertambah sesuai dengan kebutuhan manusia pada saat itu. Secara garis besar tahapan perkembangan gaya desain dalam desain komunikasi visual, yaitu:

• Perkembangan peran desain diawali dengan masa Follow Meaning (bentuk mengikuti arti atau makna). Desain sebagai penghias yang mengacu kepada subyek tertentu sehingga lebih dikaitkan pada masalah ornamen saja, desain sebagai barang atau aktivitas tambahan, misalnya kursi untuk raja harus dibuat seindah mungkin sesuai dengan kesan mewah, berbeda dengan kursi untuk rakyat biasa. Contohnya adalah desain gaya Victorian Art dan Art and Craft. • Sangat menonjolkan unsur makna dan dekoratif yang dominan, sedangkan

bagi gaya Art Nouveau, Judgenstil dan Glassgow, unsur dekoratif telah mengalami perkembangan menjadi bentuk lengkungan sehingga merupakan generasi baru dan inovatif. Hal ini menyebabkan Art Nouveau menjadi masa peralihan yang tidak lagi full meaning dan dikategorikan sebagai awal dari desain modern (Early Modern).

(34)

• Pada awal tahun 1950-an, zaman struturalis Form Follow Function (bentuk mengikuti kegunaan/fungsi) ungkapan visual dalam desain tidak lagi melihat pola-pola masa lalu sebagai acuan. Desain tidak dekoratif namun mencari kemungkinan-kemungkinan lain sehingga mengalami penambahan dan perubahan total. Desain hanya mengacu pada fungsi dan kegunaan semata. Pada zaman ini, gaya desain termasuk gaya modern yaitu Plakatstijl,

Futurism, Constructivism, Bauhaus, dan sebagainya.

• Pasca Perang Dunia, Post Strukturalis atau Post Modern, peran desain komunikasi visual berubah menjadi Form Follow Fun (bentuk mengikuti konsep) sesuai dengan selera pribadi, bersifat subyektif, dan sebagai reaksi anti logikayang menjadi penyebab Perang Dunia. Desain bersifat pemberontakan dan sindiran, dan hanya dapat dimengerti oleh desainer pembuatnya saja. Fase ini merupakan gejala timbulnya Postmodernisme. Gaya Postmodernisme meliputi: American New Wave, Memphis, American Punk,

American Post-Modern, dan European New Wave. (Ang Siau Fang, p.75)

2.6.3. Perkembangan Gaya Desain buku di Indonesia

Ada perkembangan gaya desain buku yang ada di Indonesia, selain berdasarkan fungsi, buku dapat dicermati dan dibedakan berdasarkan beberapa hal, antara lain:

• Siapa yang memakainya, • Status sosial target market-nya,

• Trend yang sedang berlangsung di masyarakat, • Daya tarik yang digunakan,

• Keunikan yang membuat buku tersebut menjadi stands out, dan • Minat masyarakat terhadap buku tertentu pada masa tertentu.

Dari hal-hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa buku dapat memiliki dua aspek yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yakni aspek komunikasi dan estetika. Komunikasi yang baik, dalam hal ini melalui bahasa tulis, ketika tidak ditunjang dengan estetika yang sesuai dengan target market, tren, dan minat masyarakat, tidak dapat membuat buku tersebut menjadi stands out dan laku di pasaran. Demikian juga sebaliknya, ketika aspek estetika menjadi prioritas utama

(35)

dan penerbit melupakan aspek komunikasi, buku tersebut hanya akan menjadi buku koleksi yang tidak efektif.

Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perkembangan gaya desain buku di Indonesia berlaku secara continue dan terus-menerus, mengikuti tren yang berlaku di masyarakat, namun tetap harus memperhatikan aspek komunikasi dan estetika.

2.7. Tinjauan Palang Merah Indonesia 2.7.1. Sejarah Palang Merah Internasional

Sejarah berdirinya Palang Merah Internasional berawal pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, dimana pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria di dalam peperangan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warga negara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Pada saat itu puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka.

Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Kenangan dari Solferino", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan, yaitu membentuk organisasi kemanusiaan internasional, yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang, dan mengadakan perjanjian internasional untuk melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.

Pada tahun 1863, Henry Dunant bersama dengan 4 orang warga Jenewa membentuk "Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International

(36)

Committee of the Red Cross (ICRC). Organisasi ini sekarang disebut Perhimpunan

Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.

Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.

2.7.2. Sejarah Palang Merah Indonesia

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang

(37)

terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana; dr Marzuki; dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

2.7.3. Visi Misi Palang merah Indonesia

Palang merah Indonesia telah menetapkan misi dan visi dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kepalangmerahan dan digariskan di dalam garis-Garis Kebijakan PMI 2000 – 2004. Palang Merah Indonesia memiliki visi yaitu agar PMI diakui secara luas sebagai organisasi kemanusiaan yang mampu menyediakan pelayanan kepalangmerahan yang efektif dan tepat waktu, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan, dalam semangat kenetralan dan kemandirian. Sedangkan misi Palang Merah Indonesia antara lain:

• Menyebarluaskan dan mengembangkan aplikasi prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah serta Hukum perikemanusiaan Internasional (HPI) dalam masyarakat Indonesia.

• Melaksanakan pelayanan kepalangmerahan yang bermutu dan tepat waktu, yang mencakup:

o Bantuan kemanusiaan dalam keadaan darurat o Pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat o Usaha Kesehatan Transfusi Darah

• Pembinaan Generasi Muda dalam kepalangmerahan, kesehatan dan kesejahteraan.

(38)

• Melakukan konsolidasi organisasi, pembinaan potensi dan peningkatan potensi sumber daya manusia dan sumber dana untuk menuju PMI yang efektif dan efisien.

2.8. Tinjauan Pertolongan Pertama 2.8.1. Pengertian Pertolongan Pertama

Menurut Buku Pedoman Pertolongan Pertama PMI, pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar.

2.8.2. Tinjauan Kasus yang memerlukan Pertolongan Pertama Sederhana 2.9.2.1. Pingsan (Syncope/collapse)

Terjadi karena peredaran darah ke otak berkurang, dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada di dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga.

2.9.2.2. Luka

Luka adalah terputusnya keutuhan jaringan lunak baik di luar maupun di dalam tubuh. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain perdarahan, kelumpuhan, dan lainnya sesuai dengan luasnya dan jaringan lunak yang terkena.

Luka terbuka adalah cedera jaringan lunak yang disertai kerusakan/terputusnya jaringan kulit atau selaput lendir. Cedera ini juga dapat mencakup lapisan-lapisan yang lebih dalam sehingga bagian ini dapat terkontaminasi. Cedera ini paling seirng ditemukan di dalam kasus kecelakaan dan paling sering menimbulkan perdarahan. Jenis-jenis luka terbuka antara lain luka lecet, luka sayat/iris, luka robek, dan luka tusuk.

Luka tertutup adalah luka yang tidak terlihat karena kulit masih utuh, ada kalanya yang terlihat adalah darah yang terkumpul di bawah kulit atau yang biasa kita kenal dengan sebtuan memar.

(39)

2.9.2.3. Terkilir/Keseleo

Keseleo adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya karena sendi teregang melebihi batas normal, sehingga kedua ujung tulang menjadi terpisah dan tidak pada tempatnya

2.9.2.4. Patah Tulang

Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja. Patah tulang disebabkan gaya yang cukup kuat yang dapat menyebabkan kerusakan sistem otot rangka termasuk cedera jaringan lunak.

2.9.2.5. Luka Bakar

Luka Bakar adalah cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang sangat tinggi.

2.9.2.6. Epilepsi

Epilepsi adalah kekakuan tubuh dan anggota gerak untuk beberapa saat, yang disertai kejang dan diikuti hilangnya kesadaran.

2.9.2.7. Keracunan

Racun adalah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Berdasarkan jalur masuknya racun ke dalam tubuh manusia, racun dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

• Keracunan melalui Mulut

• Keracunan melalui Alat Pernapasan • Keracunan Melalui Kulit

(40)

2.10. Data Survey dan Wawancara 2.10.1. Analisa Data Survey

Tabel 2.1. Data Responden

No. Nama Jenis

Kelamin Usia Asal Sekolah

1 Gerry Andrian Pria 16 SMA St. Carolus

2 Meliyanti Wanita 16 SMA St. Carolus

3 Kevin Leonardo Pria 15 SMA St. Carolus 4 Kristian Hadinata Pria 16 SMA St. Carolus

5 Dicky Pria 16 SMA St. Carolus

6 Maria Pesona Wanita 15 SMA St. Carolus 7 Andrew Safan Pria 16 SMA St. Carolus 8 Erick Novian S. Pria 15 SMA St. Carolus 9 Anastasia Devina Wanita 15 SMA St. Carolus

10 Nico Pria 16 SMA St. Carolus

11 Henry Pria 15 SMA St. Carolus

12 Jennifer Evelyn Wanita 15 SMA St. Carolus 13 Angela Debrina Wanita 16 SMA St. Carolus 14 Yafet Victor T Pria 15 SMA St. Carolus 15 Michelle L Wanita 15 SMA St. Carolus

16 Nela Wanita 15 SMA St. Carolus

17 Ignatia Gisela B Wanita 15 SMA St. Carolus 18 Antonius Aristo W. Pria 15 SMA St. Carolus

19 Feberiana Wanita 16 SMA St. Carolus

20 Brigita Ageng Wanita 16 SMA St. Carolus 21 Aveliani Valentine Wanita 16 SMA St. Carolus 22 Meggie Alexandra Wanita 15 SMA St. Carolus 23 Evelin Indrawati Wanita 16 SMA St. Carolus

24 Damaris T. Pria 15 SMA St. Carolus

Gambar

Gambar 2.1. Gulungan Papyrus  Sumber: Papyrus Paper, 30 Maret 2009
Gambar 2.2. Codex
Gambar 2.3. Vellum
Gambar 2.4. Lingkaran Warna  Sumber: Color Wheel Artist, 30 Maret 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Perancangan buku panduan ini, ditarik beberapa kesimpulan, antara lain banyak orang mulai berani menjadikan hewan reptil sebagai hewan peliharaannya, terjadi

Konsep perancangan buku panduan ini akan dibuat menarik dan mengutamakan kenyamanan dan kemudahan dalam membaca serta memahami isi buku, karena perancangan ini

Dalam buku Panduan Perancangan Bangunan Komersil bangunan fungsi campur adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi

Sebagai contohnya, misalkan kita disuruh oleh seseorang untuk menemukan seseorang (misalkan) di toko buku berdasarkan beberapa petunjuk yang diberikan oleh orang tersebut.

Konsep perancangan buku panduan ini akan dibuat menarik dan mengutamakan kenyamanan dan kemudahan dalam membaca serta memahami isi buku, karena perancangan ini

Tanpa terlalu memperhatikan tingkat kemampuan membaca mereka, anak sebaiknya tidak diberikan ‘diet of books’ atau buku-buku dalam jumlah atau jenis tertentu;

Berdasarkan teori-teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial adalah bentuk pertolongan yang dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh

Dari segi content massage, buku panduan yang akan dibuat adalah buku yang menyampaikan bagaimana cara merawat dan mendidik janin menurut budaya Tionghoa yang