• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG BARISAN BERNILAI VEKTOR DIBANGUN OLEH FUNGSI MUSIELAK-PHY SKRIPSI MUHAMMAD OFIE ISRANTA PRIMANTO TARIGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RUANG BARISAN BERNILAI VEKTOR DIBANGUN OLEH FUNGSI MUSIELAK-PHY SKRIPSI MUHAMMAD OFIE ISRANTA PRIMANTO TARIGAN"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

MUHAMMAD OFIE ISRANTA PRIMANTO TARIGAN 150803075

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MUHAMMAD OFIE ISRANTA PRIMANTO TARIGAN 150803075

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)

RUANG BARISAN BERNILAI VEKTOR DIBANGUN OLEH FUNGSI MUSIELAK-PHY

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2019

MUHAMMAD OFIE 150803075

(4)

Judul : Ruang Barisan Bernilai Vektor Dibangun oleh Fungsi Musielak-Phy

Kategori : Skripsi

Nama : Muhammad Ofie Isranta Primanto Tarigan Nomor Induk Mahasiswa : 150803075

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika

Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, April 2019

Disetujui oleh :

Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing Ketua,

Dr. Suyanto, M.Kom. Dr. Elvina Herawati, M.Si.

NIP. 19590813 198601 1 002 NIP. 19621103 199103 2 001

(5)

ABSTRAK

DiberikanΦ = (ϕk)dan X secara berturut-turut merupakan fungsi Musielak-Phy dan ruang Banach. Diperkenalkan ruangE(X, Φ)untukE ∈ {`1, `, c0}oleh penulis se- bagai ruang barisan bernilai vektor dibangun oleh fungsi Musielak-Phy. UntukE = `1, berhasil diperlihatkan bahwa ruangE(X, Φ)merupakan ruang BK terhadap norma ter- tentu, sehingga dipelajari karakteristik operator matriks dari ruang barisan klasik ber- nilai vektor, `1(X), ke ruang E(X, Φ). Diberikan syarat perlu dan cukup dari relasi inklusi antar ruang barisan yang diperkenalkan oleh penulis sebagai penutup dari pem- bahasan skripsi ini.

Kata kunci: ruang barisan bernilai vektor, fungsi Musielak-Phy, ruang Banach, operator matriks, norma, relasi inklusi.

(6)

ABSTRACT

LetΦ = (ϕk)andX be a Musielak-Phy function and Banach space, respectively. The space E(X, Φ) for E ∈ {`1, `, c0} is introduced as vector valued sequence spaces generated by Musielak-Phy function. ForE = `1, the spaceE(X, Φ) is a BK-space equipped with specific norm, such as study the characteristics of matrix operator from classical vector valued sequence space,`1(X), to the spaceE(X, Φ). Also, sufficient and necessary condition for inclusion relation between these sequence spaces is given by writer as the end of the result.

Keywords: vector valued sequence space, Musielak-Phy function, Banach space, matrix operator, norm, inclusion relation.

(7)

Pertama, penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa.

Karena berkat rahmat, hidayah dan karunia yang diberikan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Ruang Barisan Bernilai Vektor Dibangun oleh Fungsi Musielak-Phy” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Sains (S.Si.) pada Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Sumatera Utara (USU).

Kedua, penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen Departemen Matematika atas ilmu yang telah diberikan untuk penulis, terkhusus dosen pembimbing penulis, Ibu Dr. Elvina Herawati, M.Si. Doa, arahan dan nasihat beliau sangat berharga bagi penulis. Semoga Allah membalas kebaikan beliau. Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen penguji penulis, Bapak Prof. Dr. Saib Suwilo, M.Sc. dan Ibu Dr.

Mardiningsih, M.Si., atas dukungan berupa doa, kritik dan saran dalam terbentuknya skripsi penulis ini. Kepada Bapak Dr. Suyanto, M. Kom. dan Bapak Drs. Rosman Sire- gar, M.Si. secara berturut-turut sebagai Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU, penulis menyampaikan terima kasih atas dukungan berupa doa dan per- setujuan dalam terbentuknya skripsi ini.

Ketiga, untuk ayah dan ibu penulis, Ayahanda Zufri Tarigan, M.Si. dan Ibunda Okke Putri Delimasari, penulis menyampaikan terima kasih atas seluruh kebaikan yang diberikan selama ini, termasuk selama penyusunan skripsi ini. Untuk adik penulis, Siti Nabilla Mayangsari Tarigan, penulis menyampaikan terima kasih atas motivasi untuk bekerja keras dalam menyelesaikan skripsi ini.

Keempat, penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh pegawai FMIPA USU dan teman-teman sejawat Departemen Matematika FMIPA USU. Terima kasih ini disampaikan oleh penulis terutama untuk Abang Bandi dan Kak Wanti sebagai pegawai Departemen Matematika FMIPA USU dan Abang Septian Nanda Rivaldi Gultom, S.Si., Kakak Nurhaura Irsyad, S.Si. dan Muthia Rachma Afifah sebagai teman-teman sejawat Departemen Matematika FMIPA USU.

Terakhir, penulis memohon maaf kepada pembaca jika terdapat kesalahan dalam skripsi ini. Penulis berharap kepada Allah untuk menjadikan skripsi ini bermanfaat bagi

(8)

Medan, April 2019

Penulis

(9)

PERNYATAAN . . . ii

PENGESAHAN SKRIPSI . . . iii

ABSTRAK . . . iv

ABSTRACT . . . v

PENGHARGAAN . . . vi

DAFTAR ISI . . . 1

1 PENDAHULUAN . . . 2

1.1. Latar Belakang . . . 2

1.2. Perumusan Masalah . . . 4

1.3. Batasan Masalah . . . 4

1.4. Tujuan Penelitian . . . 5

1.5. Manfaat Penelitian . . . 5

2 TINJAUAN PUSTAKA . . . 6

2.1. Ruang Linear dan Ruang Barisan Bernilai Vektor . . . 6

2.2. Ruang Bernorma . . . 14

2.2.1. Topologi pada Ruang Bernorma . . . 21

2.3. Ruang Banach dan Ruang BK . . . 23

2.4. Operator Matriks . . . 30

2.5. Fungsi Phy . . . 47

3 METODOLOGI PENELITIAN . . . 49

4 HASIL . . . 50

4.1. Ruang Barisan Bernilai Vektor Dibangun oleh Fungsi Musielak-Phy . . 50

4.2. Operator Matriks pada Ruang Barisan Bernilai Vektor . . . 62

4.3. Relasi Inklusi . . . 67

4.3.1. InklusiE(X, Φ) ⊂ F (X) . . . 67

4.3.2. InklusiE(X) ⊂ F (X, Φ) . . . 70

5 KESIMPULAN DAN SARAN . . . 73

5.1. Kesimpulan . . . 73

5.2. Saran . . . 73

DAFTAR PUSTAKA . . . 74

(10)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu barisan bernilai vektor merupakan fungsi yang memetakan himpunan bilangan asli N ke ruang vektor berdasarkan Bartle dan Sherbert (2011). Untuk sebarang ruang vektor X, dapat dibentuk koleksi semua barisan bernilai vektor yang dinotasikan de- nganΩ(X), yaitu

Ω(X) =n

x = x(k)

: x(k) ∈ X, k ∈N o

.

Raj dan Sharma (2013) menyebutkan bahwa himpunanΩ(X)merupakan ruang vektor.

Sebarang ruang vektor tak kosongY ⊂ Ω(X)disebut ruang barisan bernilai vektor oleh Gultom dan Herawati (2018).

Pehlivan (1993), Esi dan Et (2000) serta Kolk dan Molder (2004) telah mempela- jari dan meneliti ruang barisan bernilai real atau untuk kasusX =R. Salah satu ruang barisan klasik bernilai real adalah ruang dari deret terjumlah mutlak yang didefinisikan sebagai

`p :=

x = (xk) ∈ Ω(R) :

X

k=1

|xk|p < ∞

 .

Berdasarkan Adams dan Franzosa (2008), sebuah koleksi himpunan bagian dari him- punanX adalah sebuah topologi padaX, jika koleksi tersebut memiliki himpunan ko- song dan himpunan X serta irisan berhingga dan sebarang gabungan dari himpunan- himpunan yang berada di koleksi tersebut. Diteliti sifat topologi pada ruang`pterhadap norma

kxkp =

X

k=1

|xk|p

1/p

untuk 1 ≤ p < ∞ dan aplikasinya ke operator matriks oleh Banas dan Mursaleen (2014).

(11)

Berdasarkan Mursaleen dkk (2013), sebuah fungsi OrliczM adalah sebuah fungsi yang memetakan himpunan bilangan real ke himpunan bilangan real positif dengan nol sedemikian sehingga kontinu, menaik, M (−x) = M (x) untuk setiap bilangan realx dan conveks denganM (0) = 0,M (x) > 0untukx > 0danM (x) → ∞untukx → ∞. Lindenstrauss dan Tzafriri (1977) menggunakan ide fungsi OrliczM dan ruang barisan klasik `p dengan p = 1, untuk membentuk suatu ruang barisan `M dari barisan real x = (xk)sehingga

M

x ρ



∈ `1 , yaitu L =

X

k=1

M

|x

k| ρ



< ∞

untuk suatuρ > 0. Berdasarkan Mursaleen dkk (2013), norma Luxemburg merupakan batas bawah terbesar dari himpunan bilangan positifρuntukL ≤ 1. Lindenstrauss dan Tzafriri (1977) berhasil memperlihatkan bahwa:

1. Ruang `M adalah ruang Banach terhadap topologi norma Luxemburg dan kemu- dian disebut sebagai ruang barisan Orlicz.

2. Ruang barisan Orlicz`M mempunyai ruang bagian yang isomorfik dengan ruang barisan klasik`puntuk setiapp ≥ 1.

Berdasarkan Kolk dan Molder (2004), suatu ruang barisan bersifat solid jika untuk sebarang barisan yang semua normanya lebih kecil dari suatu barisan di ruang tersebut, maka sebarang barisan tersebut berada di ruang tersebut. Selanjutnya, dalam literatur matematika, terdapat sejumlah modifikasi dari ruang `M dengan mengubah ` dengan ruang barisan bersifat solid, untuk memperoleh karakteristik yang sama terhadap be- berapa norma. Modifikasi-modifikasi ini dilakukan, antara lain oleh Maddox (1986), Connor (1989), Kolk (1990, 1993, 1994, 1997), Malkowsky dan Savas (1993), Parashar dan Choudhary (1994), Pehlivan dan Fisher (1995), Pehlivan (1998), Soomer (1998), Esi (1999, 1999), Esi dan Et (2000) serta Bhardwaj dan Singh (2000).

Seiring dengan perkembangan dari modifikasi ruang`M, literatur matematika ten- tang ruang barisan bernilai vektor atau generalisasi dari ruang barisan bernilai real per- tama sekali diperkenalkan oleh Pietsch dan Ruckle (1972). Ruang barisan bernilai vek- tor yang dibangun oleh fungsi Orlicz diperkenalkan dan diteliti, antara lain oleh Ghosh dan Srivastava (1999, 2007). Dalam hal ini, yang diteliti adalah tentang relasi inklusi, relasi suatu ruang sehingga menjadi ruang bagian dari ruang lainnya, dan beberapa sifat

(12)

topologinya terhadap norma Luxemburg. Topologi terhadap norma yang berbeda, dari ruang barisan bernilai vektor dibangun oleh generalisasi fungsi Orlicz diteliti, antara lain oleh Kolk (2011), Herawati dkk (2016) serta Gultom dan Herawati (2018).

Salah satu perluasan ruang barisan Orlicz adalah ruang barisan Musielak-Orlicz.

Ruang barisan bernilai vektor dibangun oleh fungsi Musielak-Orlicz diperkenalkan oleh Mursaleen dkk (2013) untuk mempelajari topologinya terhadap norma ke-n serta Raj dan Sharma (2013) untuk mempelajari topologinya terhadap paranorma. Masing- masing dari mereka mempelajari beberapa relasi inklusi antar ruang tersebut.

Salah satu aplikasi dari ruang barisan adalah operator matriks. Berdasarkan Banas dan Mursaleen (2014), operator matriks adalah operator yang memetakan suatu ruang barisan ke ruang barisan lain menggunakan matriks real tak hingga. Suantai (2003) me- neliti karakteristik matriks tak hingga dari ruang barisan bernilai vektor`(X, p)menuju ruang barisan Orlicz`M untuk barisan real positif terbatas oleh satu,p.

Oleh karena itu, akan diperkenalkan sebuah ruang barisan bernilai vektor yang dibangun oleh fungsi Musielak-Phy. Kemudian, akan dipelajari sifat topologi terhadap norma serta dicari syarat cukup dan perlu untuk relasi inklusi dan operator matriks antar ruang barisan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dari konsep topologi norma pada ruang barisan yang diperkenalkan oleh penulis, apakah memberikan hasil yang ekuivalen dengan hasil yang diperoleh para peneliti sebelumnya?

2. Apa saja syarat cukup dan perlu dari relasi inklusi antar ruang barisan yang diperke- nalkan oleh penulis?

3. Apakah terdapat operator matriks antar ruang barisan yang diperkenalkan oleh pe- nulis?

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, ruang yang digunakan terbatas pada ruang Banach.

(13)

1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk

1. Membentuk sebuah ruang barisan yang berbeda dengan peneliti sebelumnya berda- sarkan konsep topologi norma pada ruang barisan yang diperkenalkan oleh penulis, 2. Memberikan syarat cukup dan perlu dari relasi inklusi antar ruang barisan yang di-

perkenalkan oleh penulis, dan

3. Menunjukkan adanya operator matriks antar ruang barisan yang diperkenalkan oleh penulis.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui sifat topologi terhadap norma dari ruang barisan yang diperkenalkan penulis.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Penulis menunjukkan konsep-konsep dasar pada bab ini untuk membantu penulis dalam menyelesaikan permasalahan pada bab ketiga. Penulis menunjukkan definisi, teorema dengan pembuktiannya dan contoh untuk memperjelas definisi, teorema atau pembuk- tian teorema.

2.1. Ruang Linear dan Ruang Barisan Bernilai Vektor

Leon (2010) mendefinisikan bahwa ruang linear atau ruang vektor atas bilangan real R adalah suatu himpunan X terdiri dari objek {x1, x2, x3, . . .}, yang disebut vektor, dengan operasi penjumlahan+ : X × X −→ X beraturan

+(x1, x2) = x1+ x2

untuk setiapx1, x2 ∈ Xdan operasi perkalian· :R× X −→ X beraturan

·(α, x1) = α · x1 ≡ αx1

untuk setiapα ∈R danx1 ∈ X dan memenuhi sifat berikut.

(+1) x1+ x2 = x2+ x1untuk setiapx1, x2 ∈ X.

(+2) (x1+ x2) + x3 = x1+ (x2+ x3)untuk setiapx1, x2, x3 ∈ X.

(+3) terdapat secara tunggal 0 ∈ X sehingga diperoleh x1 + 0 = x1 untuk setiap x1 ∈ X.

(+4) untuk setiapx1 ∈ X, terdapat(−x1) ∈ X sehinggax1 + (−x1) = 0. (·1) α(x1+ x2) = αx1+ αx2 untuk setiapα ∈R danx1, x2 ∈ X. (·2) (α + β)x1 = αx1+ βx1untuk setiapα, β ∈R danx1 ∈ X. (·3) (αβ)x1 = α(βx1)untuk setiapα, β ∈R danx1 ∈ X. (·4) 1x1 = x1 untuk setiapx1 ∈ X.

(15)

Contoh 2.1.1 Himpunan

F [0, 1] =

f | f : [0, 1] −→ R merupakan ruang linear dengan operasi penjumlahan

(f1+ f2)(x) = f1(x) + f2(x) dan operasi perkalian

(αf1)(x) = αf1(x)

untuk setiapf1, f2 ∈ F [0, 1], setiapα ∈ R dan setiapx ∈ [0, 1]. Hal ini diperlihatkan sebagai berikut.

Diasumsikanf0(x) = 0 untuk setiapx ∈ [0, 1], makaf0 ∈ F [0, 1]. Hal ini berakibat, himpunan F [0, 1] tidak kosong. Diambil sebarangf1, f2 ∈ F [0, 1] danα ∈ R, maka untuk setiapx ∈ [0, 1]berlakuf1(x) + f2(x) ∈ R danαf1(x) ∈ R. Hal ini berakibat, (f1+ f2)(x) ∈ F [0, 1]dan(αf1)(x) ∈ F [0, 1]. Karena R merupakan ruang linear, maka

(f1+ f2)(x) = f1(x) + f2(x) = f2(x) + f1(x) = (f2+ f1)(x), (f1+ f2) + f3

(x) = (f1+ f2)(x) + f3(x) = f1(x) + f2(x)

+ f3(x)

= f1(x) + f2(x) + f3(x)

= f1(x) + (f2+ f3)(x)

= f1+ (f2 + f3) (x),

(f1+ f0)(x) = f1(x) + f0(x) = f1(x) + 0 = (f1)(x), dan untuk setiapf1(x) ∈R terdapat−f1(x) ∈R sehingga

(f0)(x) = 0 = f1(x) + − f1(x)

= f1+ (−f1) (x).

Selanjutnya, diambil sebarangα, β ∈R. Karena R merupakan ruang linear, maka

α(f1+ f2)

(x) = α(f1+ f2)(x) = α f1(x) + f2(x)

= αf1(x) + αf2(x)

= (αf1)(x) + (αf2)(x) = (αf1+ αf2)(x), (α + β)f1

(x) = (α + β)f1(x) = αf1(x) + βf1(x) = (αf1)(x) + (βf1)(x)

= (αf1+ βf1)(x),

(16)

(αβ)f1

(x) = (αβ)f1(x) = α βf1(x)

= α(βf1)

(x), dan (1f1)(x) = 1f1(x) = (f1)(x).

Jadi,F [0, 1]merupakan ruang linear. 

Leon (2010) menyatakan bahwa himpunan bagian tak kosongSdari ruang linear Xdikatakan ruang linear bagian, jika memenuhi sifat berikut.

(i) αx ∈ S untuk setiapx ∈ Sdan setiap bilangan realα. (ii) x1+ x2 ∈ Suntuk setiapx1, x2 ∈ S.

Setiap ruang linear bagian dari suatu ruang linearX juga merupakan ruang linear ter- hadap operasi penjumlahan dan perkalian diX.

Contoh 2.1.2 Himpunan

C[0, 1] =

f ∈ F [0, 1] | f kontinu merupakan ruang linear bagian dariF [0, 1].

Fungsif0pada Contoh 2.1.1 juga berada diC[0, 1], karena fungsif0 konstan. Hal ini berakibat, himpunanC[0, 1]tidak kosong.

Berdasarkan Bartle dan Sherbert (2011), penjumlahan dua fungsi bernilai real kontinu bersifat kontinu dan perkalian bilangan real dengan suatu fungsi bernilai real kontinu bersifat kontinu. Hal ini berakibat,C[0, 1]merupakan ruang linear bagian dari

F [0, 1]. 

Pernyataan bahwa hasil kali dari ruang linear merupakan ruang linear dinyatakan oleh Debnath dan Mikusinski (2005). Hal ini dinyatakan pada teorema berikut.

Teorema 2.1.3 JikaXdanY merupakan ruang linear, maka himpunanX × Y dengan operasi penjumlahan

(x1, y1) + (x2, y2) = (x1+ x2, y1+ y2) operasi perkalian

α(x1, y1) = (αx1, αy1)

(17)

untuk setiap(x1, y1), (x2, y2) ∈ X × Y dan setiapα ∈R merupakan ruang linear.

Bukti. KarenaX danY merupakan ruang linear, maka adaθ ∈ X danθ ∈ Y sehingga (θ, θ) ∈ X × Y. Hal ini berakibat himpunanX × Y tidak kosong.

Diambil sebarang(x1, y1), (x2, y2) ∈ X × Y dan sebarangα ∈R, maka (x1, y1) + (x2, y2) = (x1+ x2, y1+ y2)

dan

α(x1, y1) = (αx1, αy1).

KarenaXdanY merupakan ruang linear, makax1+x2, αx1 ∈ Xdany1+y2, αy1 ∈ Y. Akibatnya,(x1, y1) + (x2, y2)danα(x1, y1)berada diX × Y.

Diambil sebarang (x3, y3) ∈ X × Y. KarenaX danY merupakan ruang linear, maka

(x1, y1) + (x2, y2) = (x1+ x2, y1+ y2) = (x2+ x1, y2+ y1)

= (x2, y2) + (x1, y1), (x1, y1) + (x2, y2)

+ (x3, y3) = (x1+ x2) + x3, (y1+ y2) + y3

= x1+ (x2+ x3), y1+ (y2+ y3)

= (x1, y1) + (x2, y2) + (x3, y3) , (x1, y1) + (θ, θ) = (x1+ θ, y1 + θ) = (x1, y1).

Karenax1 ∈ Xdany1 ∈ Y, maka secara berturut-turut terdapat−x1 ∈ Xdan−y1 ∈ Y sehinggax1 + (−x1) = θ dany1 + (−y1) = θ. Akibatnya, karena (x1, y1) ∈ X × Y, maka terdapat(−x1, −y1) ∈ X × Y sehingga

(x1, y1) + (−x1, −y1) = (θ, θ).

(18)

Diambil sebarangβ ∈R. KarenaXdanY merupakan ruang linear, maka α (x1, y1) + (x2, y2)

= α(x1+ x2, y1+ y2) = (αx1+ αx2, αy1+ αy2)

= α(x1, y1) + α(x2, y2), (α + β)(x1, y1) = (α + β)x1, (α + β)y1

= (αx1, αy1) + (βx1, βy1)

= α(x1, y1) + β(x1, y1), (αβ)(x1, y1) = (αβ)x1, (αβ)y1

= α(βx1), α(βy1)

= α(βx1, βy1)

= α β(x1, y1) ,

1(x1, y1) = (1x1, 1y1) = (x1, y1).

Jadi,X × Y merupakan ruang linear. 

Diberikan ruang linear X. Fungsi x : N → X disebut barisan bernilai-X atau barisan bernilai vektoroleh Bartle dan Sherbert (2011) ditulis dengan notasi

x = x(k)

= x(k) : k ∈N .

Operasi aljabar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian barisan bernilai-X, x = x(k) dan y = y(k) untuk setiap k ∈ N, didefinisikan dengan operasi aljabar koordinat biasa (coordinate-wise) sebagai berikut.

x ± y = x(k)

± y(k)

= x(k) ± y(k)

= xj(k) ± yj(k) x · y = x(k)

· y(k)

= x(k) · y(k)

= xj(k) · yj(k) , dan x/z = x(k)

/ z(k)

= x(k)/z(k)

= xj(k)/zj(k) , denganzj(k) 6= 0untuk setiapk, j ∈N diX.

Koleksi semua barisan bernilai-X dinotasikan denganΩ(X), yaitu Ω(X) :=



x = x(k)

⊂ X : x(k) ∈ X dan k ∈N

 .

Debnath dan Mikusinski (2005) menyatakan bahwaΩ(X)merupakan ruang line- ar sebagaimana ditunjukkan pada teorema berikut.

(19)

Teorema 2.1.4 HimpunanΩ(X)merupakan ruang linear.

Bukti. Karena X merupakan ruang linear, maka ada barisan θ ∈ X sehingga untuk setiapx ∈ X berlakux + θ = θ + x = x ∈ X. Berdasarkan definisiΩ(X), dibentuk barisan bernilai-X,θ = (θ, θ, . . .)¯ , sehingga θ ∈ Ω(X)¯ . Akibatnya, himpunan Ω(X) tidak kosong.

Selanjutnya, diambil sebarang x = x(k)

, y = y(k)

, z = z(k) dengan x(k), y(k), z(k) ∈ X untuk setiap k ∈ N. KarenaX merupakan ruang linear, maka berdasarkan operasi aljabar barisan bernilai-X, diperoleh

x + y = x(k)

+ y(k)

= x(k) + y(k)

= y(k) + x(k)

= y(k)

+ x(k)

= y + x, dan (x + y) + z = 

x(k)

+ y(k)

+ z(k)

= x(k) + y(k)

+ z(k)

=



x(k) + y(k)

+ z(k)



=



x(k) + y(k) + z(k)

= x(k)

+ y(k) + z(k)

= x(k) +

 y(k)

+ z(k)

= x + (y + z).

Karenaθ = (θ, θ, . . .)¯ denganθ ∈ X, maka untuk setiapx ∈ Ω(X)diperoleh x + ¯θ = x(k)

+ ¯θ(k)

= x(k) + θ

= x(k)

= x.

Karena X merupakan ruang linear, maka untuk sebarang x(k) terdapat −x(k) untuk setiapk ∈N sehinggax(k) + − x(k)

= θdiXuntuk setiapk ∈N. Dibentuk barisanx = x(k) danx1 = − x(k), makax + x1 = ¯θdiΩ(X).

Selanjutnya, diambil sebarang α, β ∈ R dan x = x(k)

, y = y(k) dengan x(k), y(k) ∈ X untuk setiapk ∈ N. Karena X merupakan ruang linear, maka berda-

(20)

sarkan operasi aljabar barisan bernilai-X, diperoleh α(x + y) = α

 x(k)

+ y(k)

= α



x(k) + y(k)



=



α x(k) + y(k)

=



αx(k) + αy(k)



= αx(k)

+ αy(k)

= α x(k)

+ α y(k)

= αx + αy (α + β)x = (α + β) x(k)

= (α + β)x(k)

= αx(k) + βx(k)

= αx(k)

+ βx(k)

= α x(k)

+ β x(k)

= αx + βx (αβ)x = (αβ) x(k)

= (αβ)x(k)

=



α βx(k)

= α βx(k)

= α



β x(k)

= α(βx) 1x = 1 x(k)

= 1x(k)

= x(k)

= x

Jadi,Ω(X)adalah ruang linear. 

Sebarang ruang linear bagianY ⊂ Ω(X)disebut ruang barisan bernilai-X atau ruang barisan bernilai vektor. Contoh dari ruang barisan klasik seperti diberikan oleh Maddox (1988) adalah ruang barisan konvergen ke nol, ruang terbatas pada norma dan ruang terjumlah mutlak masing-masing dinotasikan dengan c0(X),`(X)dan `1(X) diperjelas pada contoh berikut.

Contoh 2.1.5 Himpunan bagian`1(X),`(X)dan c0(X)dari Ω(X)secara berturut- turut merupakan ruang barisan bernilai-Xdengan aturan

`1(X) =

x = x(k)

∈ Ω(X) |

X

k=1

x(k)

X

 < ∞

`(X) =



x = x(k)

∈ Ω(X) | sup

k

x(k)

X

 < ∞

 , dan c0(X) =



x = x(k)

∈ Ω(X) | lim

k→∞

x(k)

X

 = 0

 .

Hal ini diperlihatkan sebagai berikut.

(21)

KarenaΩ(X)merupakan ruang linear, maka terdapatθ = (θ, θ, . . .) ∈ Ω(X)¯ sehingga

X

k=1

kθkX

= kθkX = 0 < ∞, sup

k

kθkX

= kθkX = 0 < ∞, dan lim

k→∞ kθkX

= kθkX = 0.

Hal ini berarti θ¯di `1(X), `(X)dan c0(X)dan berakibat himpunan `1(X), `(X) danc0(X)tidak kosong.

Selanjutnya, diambil sebarangα ∈R dan sebarangx1, x2 ∈ `1(X), maka

X

k=1

x1(k) + x2(k) X

≤

X

k=1

x1(k) X

+

X

k=1

x2(k)

X

 < ∞

dan

X

k=1

αx1(k) X

=

X

k=1

|α|

x1(k) X

= |α|

X

k=1

x1(k)

X

< ∞.

Jadi, `1(X)merupakan ruang linear bagian dari Ω(X). Selanjutnya, diambil sebarang x1, x2 ∈ `(X), maka

sup

k

x1(k) + x2(k) X

 ≤ sup

k

x1(k) X

+ sup

k

x2(k) X

< ∞

dan sup

k

αx1(k) X

= sup

k

|α|

x1(k) X

 = |α| sup

k

x1(k) X

< ∞.

Jadi, `(X) merupakan ruang linear bagian dari Ω(X). Terakhir, diambil sebarang x1, x2 ∈ c0(X), maka

k→∞lim

x1(k) + x2(k) X

≤ lim

k→∞

x1(k)

X

+ lim

k→∞

x2(k)

X

 = 0

(22)

dan

k→∞lim

αx1(k) X

= lim

k→∞ |α|

x1(k) X

= |α| lim

k→∞

x1(k)

X

= 0.

Jadi,c0(X)merupakan ruang linear bagian dariΩ(X).  2.2. Ruang Bernorma

Pada sub bab ini, akan dibicarakan apa yang dimaksud dengan ruang bernorma, barisan konvergen dan beberapa sifat penting yang akan digunakan untuk dasar pembicaraan selanjutnya.

Kreyszig (1978) mendefinisikan norma pada suatu ruang linearX sebagai fungsi k · kX : X →R, dengan aturan

(i) kxkX ≥ 0untuk setiapx ∈ X dan

kxkX = 0jika dan hanya jikax = θ.

(ii) kαxkX = |α|kxkX untuk setiapα ∈R danx ∈ X. (iii) kx1+ x2kX ≤ kx1kX + kx2kX untuk setiapx1, x2 ∈ X. Bilangan non-negatifkxkX disebut norma vektorx.

Pengembangan sifat (iii) dari norma dilakukan oleh Kreyszig (1978) dan diperli- hatkan pada teorema berikut ini.

Teorema 2.2.1 Diberikan ruang linearX. Jika untuk setiapx1, x2 ∈ X memenuhi sifat (iii) dari norma, maka

kx1kX − kx2kX

≤ kx1− x2kX.

Bukti. Diambil sebarangx1, x2 ∈ X. Berdasarkan sifat (iii) dari norma, maka diperoleh kx1kX = kx1− x2+ x2kX ≤ kx1− x2kX + kx2kX.

Akibatnya, diperoleh

kx1kX − kx2kX

kx1− x2kX

= kx1− x2kX.

(23)



Ruang linearX dilengkapi dengan normak · kX, ditulis dengan pasangan terurut (X, k·kX), disebut ruang bernorma. Selanjutnya, jika normanya sudah diketahui, maka ruang bernorma pada skripsi ini ditulis denganX saja.

Ruang linear `1(X), `(X) dan c0(X) sebagaimana dijabarkan pada Contoh 2.1.5 merupakan ruang bernorma terhadap norma pada contoh berikut.

Contoh 2.2.2 Fungsi bernilai realk · k1,k · kdank · k0masing-masing didefinisikan pada`1(X),`(X)danc0(X)dengan aturan

kxk1 =

X

k=1

x(k)

X

, kyk = sup

k

ky(k)kX

, kzk0 = max

k kz(k)kX ,

untuk setiapx ∈ `1(X),y ∈ `(X) danz ∈ c0(X)merupakan norma pada masing- masing ruang. Hal ini diperlihatkan sebagai berikut.

Diambil sebarang barisan x = x(k)

∈ `1(X), y = y(k)

∈ `(X) dan z = z(k)

∈ c0(X). Karena kx(k)kX, ky(k)kX, kz(k)kX ≥ 0 untuk setiap k ∈ N, maka

kxk1, kyk, kzk0 ≥ 0.

Asumsikan bahwa kxk1, kyk, kzk0 = 0. Karena kxk1, kyk, kzk0 ≥ 0 dan kx(k)kX, ky(k)kX, kz(k)kX ≥ 0untuk setiapk ∈N, maka

kx(k)kX, ky(k)kX, kz(k)kX = 0

untuk setiap k ∈ N. Sebaliknya, jika kx(k)kX, ky(k)kX, kz(k)kX = 0 untuk setiap k ∈N, maka

kxk1 =

X

k=1

x(k)

X

= 0 kyk = sup

k

ky(k)kX

= 0 kzk0 = max

k kz(k)kX

= 0.

(24)

Diambil sebarang bilangan realα, maka berdasarkan sifat (ii) dari normak · kX

diperoleh

kαxk1 =

X

k=1

αx(k) X

= |α|

X

k=1

x(k)

X

= |α|kxk1 kαyk = sup

k

kαy(k)kX

= |α| sup

k

ky(k)kX

= |α|kyk

kαzk0 = max

k kαz(k)kX

= |α| max

k kz(k)kX

= |α|kzk0.

Diambil sebarang barisan x1 = x1(k)

∈ `1(X),y1 = y1(k)

∈ `(X)dan z = z1(k)

∈ c0(X), maka berdasarkan sifat (iii) dari normak · kX diperoleh

kx + x1k1 =

X

k=1

x(k) + x1(k) X



X

k=1

x(k)

X

+

X

k=1

x1(k)

X

 = kxk1+ kx1k1 ky + y1k = sup

k

ky(k) + y1(k)kX

≤ sup

k

ky(k)kX + sup

k

ky1(k)kX

= kyk+ ky1k

kz + z1k0 = max

k kz(k) + z1(k)kX



≤ max

k kz(k)kX

+ max

k kz1(k)kX

= kzk0+ kz1k0.

Jadi, fungsi bernilai realk · k1,k · kdank · k0secara berturut-turut didefinisikan pada

`1(X),`(X)danc0(X)merupakan norma. 

Contoh 2.2.3 Himpunan C[0, 1] merupakan ruang linear pada Contoh 2.1.2. Fungsi k · kI : C[0, 1] −→R didefinisikan dengan

kf kI = Z 1

0

f (x)

dx

untuk setiapf ∈ C[0, 1]merupakan norma. Hal ini diperlihatkan sebagai berikut.

(25)

Diambil sebarangf ∈ C[0, 1], maka kf kI =

Z 1 0

f (x)

dx.

Karena|f (x)| ≥ 0untuk setiapx ∈ [0, 1], maka kf kI =

Z 1 0

f (x)

dx ≥ 0.

Selanjutnya, akan diperlihatkan bahwa kf kI = 0 jika dan hanya jika f = ¯θ. Diasumsikanf = ¯θ, makaf (x) = 0untuk setiapx ∈ [0, 1]. Oleh karena itu,

kf kI = Z 1

0

|f (x)|dx = 0.

Sebaliknya, diasumsikankf kI = 0, maka kf kI =

Z 1 0

|f (x)|dx = 0.

Akibatnya,f (x) = 0untuk setiapx ∈ [0, 1]. Hal ini berakibatf = ¯θ. Diambil sebarangα ∈ R, maka

kαf kI = Z 1

0

|αf (x)|dx = Z 1

0

|α||f (x)|dx = |α|

Z 1 0

|f (x)|dx = |α|kf kI.

Terakhir, diambil sebarangg ∈ C[0, 1], sehingga akan ditunjukkan bahwa kondisi kf + gkI ≤ kf kI+ kgkI. Karenaf, g ∈ C[0, 1], maka

kf + gkI = Z 1

0

f (x) + g(x) dx ≤

Z 1 0

 f (x)

+ g(x)

 dx

= Z 1

0

f (x)

dx + Z 1

0

g(x)

dx = kf kI + kgkI.

Jadi, terbukti bahwak · kImerupakan norma padaC[0, 1]. 

(26)

UntukXdanY merupakan ruang linear, pada Teorema 2.1.3, telah diperlihatkan bahwa himpunanX × Y merupakan ruang linear. Lebih lanjut, pada teorema berikut, Kreyszig (1978) memperlihatkan bahwa ruang linearX ×Y merupakan ruang bernorma terhadap norma tertentu jikaXdanY merupakan ruang bernorma.

Teorema 2.2.4 JikaX = X, k · kX danY = Y, k · kY merupakan ruang bernorma, maka X × Y merupakan ruang bernorma terhadap norma k · kXY : X × Y −→ R dengan aturan

k(x1, y1)kXY = kx1kX + ky1kY untuk setiap(x1, y1) ∈ X × Y.

Bukti. Diambil sebarang(x1, y1) ∈ X × Y. Karenakx1kX, ky1kY ≥ 0, maka k(x1, y1)kXY ≥ 0.

Diasumsikan bahwak(x1, y1)kXY = 0, maka

k(x1, y1)kXY = kx1kX + ky1kY = 0.

Hal ini berakibat kx1kX, ky1kY = 0. Karena kx1kX, ky1kY = 0 jika dan hanya jika x1, y1 = θ, maka(x1, y1) = (θ, θ). Sebaliknya, jika(x1, y1) = (θ, θ), maka

k(θ, θ)kXY = kθkX + kθkY = 0 + 0 = 0.

Diambil sebarangα ∈R, maka berdasarkan sifat (ii) dari normak · kX dank · kY, diperoleh

kα(x1, y1)kXY = k(αx1, αy1)kXY = kαx1kX + kαy1kY

= |α| kx1kX + ky1kY

= |α|

(x1, y1) XY.

Diambil sebarang(x2, y2) ∈ X × Y, maka berdasarkan sifat (iii) dari normak·kX

(27)

dank · kY, diperoleh

k(x1, y1) + (x2, y2)kXY = k(x1+ x2, y1+ y2)kXY = kx1+ x2kX + ky1+ y2kY

≤ kx1kX + kx2kX + ky1kY + ky2kY

= k(x1, y1)kXY + k(x2, y2)kXY.

Jadi, fungsik · kXY merupakan norma padaX × Y.  Barisan x(k) pada ruang bernormaX = X, k · kX dikatakan konvergen ke suatu a ∈ X, jika untuk setiap ε > 0terdapat bilangan asli n0 sehingga untuk setiap k ≥ n0 berlaku

kx(k) − akX < ε.

Dalam hal ini, barisan x(k) mempunyai limitauntukk −→ ∞dan ditulis dengan

k→∞lim x(k)

= a ataux(k) −→ auntukk −→ ∞.

Definisi konvergen pada ruang bernormaXdapat disederhanakan melalui konsep konvergen pada sistem bilangan real, yaitux(k) −→ adiXuntukk −→ ∞ekuivalen dengankx(k) − akX −→ 0di R untukk −→ ∞.

Suatu fungsifbernilai R didefinisikan pada ruang bernormaXdikatakan kontinu jika x(k) −→ x untuk k −→ ∞ di X, maka f x(k)

−→ f (x)untuk k −→ ∞ di R. Dengan kata lain, suatu fungsi f bernilai R didefinisikan pada ruang bernorma X dikatakan kontinu jikakx(k) − xkX −→ 0di R, maka

f x(k)

− f (x)

−→ 0di R.

Kekonvergenan suatu barisan pada suatu ruang bernorma mempunyai beberapa sifat dasar, sebagaimana ditunjukkan oleh Kreyszig (1978). Tiga di antara sifat dasar tersebut diperlihatkan pada lemma berikut.

Lemma 2.2.5 Kekonvergenan pada suatu ruang bernormaX memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut.

(i) Jika barisan x(k) diX konvergen kea, maka nilai limitatunggal.

(ii) Jikax(k) −→ adiXdanλk −→ λdi R untukk −→ ∞, makaλkx(k) −→ λadi

(28)

X untukk −→ ∞.

(iii) Jikax(k) −→ a, y(k) −→ bdiX untukk −→ ∞, maka x(k) + y(k) −→ a + b diXuntukk −→ ∞.

Bukti. Diambil sebarang barisan x(k)

, y(k) diX denganx(k) −→ a, y(k) −→ b diX danλk −→ λdi R untukk −→ ∞. Dianggap barisan x(k) konvergen kea0 dan a00diX, maka untuk sebarangε > 0terdapatn1, n2 ∈N sehingga untuk setiapk ≥ n1

diperoleh

x(k) − a0 X < ε

2 dan untuk setiapk ≥ n2diperoleh

x(k) − a00 X < ε

2.

Diambiln0 = sup{n1, n2}, maka berdasarkan sifat (iii) dari normak · kX, untuk setiap k ≥ n0 diperoleh

a0− a00 X

x(k) − a0 X +

x(k) − a00 X < ε

2 +ε 2 = ε.

Karenaε > 0sebarang, makaa0 = a00. Hal ini berakibat bahwa (i) terpenuhi.

Karena x(k) −→ a di X dan λk −→ λ di R, maka masing-masing berlaku kx(k) − akX −→ 0dan|λk− λ| −→ 0di R untukk −→ ∞. Berdasarkan sifat norma, diperoleh

kx(k) − λakX = kλkx(k) − λx(k) + λx(k) − λakX

≤ kλkx(k) − λx(k)kX + kλx(k) − λakX

=

k− λ)x(k) X

+

λ x(k) − a

 X

= |λk− λ|

x(k)

X + |λ|

x(k) − a X. Karenakx(k) − akX −→ 0dan|λk− λ| −→ 0di R, maka

kx(k) − λakX −→ 0untukk −→ ∞.

Oleh karena itu,λkx(k) −→ λadiX. Dengan demikian, (ii) terpenuhi.

Karena x(k) −→ a di X dan y(k) −→ b di X, maka kx(k) − akX −→ 0 dan

(29)

ky(k) − bkX −→ 0di R untukk −→ ∞. Berdasarkan sifat (iii) dari norma, diperoleh kx(k) + y(k) − (a + b)kX = kx(k) − a + y(k) − bkX

≤ kx(k) − akX + ky(k) − bkX −→ 0.

Akibatnya,x(k) + y(k) −→ a + bdiX untukk −→ ∞. Jadi, poin (iii) terpenuhi. 

2.2.1. Topologi pada Ruang Bernorma

Kreyszig (1978) mendefinisikan suatu himpunan bagian dari ruang bernorma X sebagai berikut. Untuk suatux0 ∈ X dan setiap bilangan realε > 0, himpunan

B(x0, ε) :=



x ∈ X : kx − x0kX < ε



disebut bola terbuka dengan pusat x0 dan jari-jari ε. Bola terbuka B(x0, ε) dengan jari-jari ε sering disebut lingkungan-ε dari x0. Sebarang himpunan S ⊂ X dengan B(x0, ε) ⊆ Sdisebut lingkungan darix0 danx0 disebut titik interior.

Contoh 2.2.6 Perhatikan bahwa untuk ruang linear R2dengan normak · k2, himpunan B(0, 1)dapat digambarkan sebagai berikut.

 DiberikanSmerupakan sebarang himpunan bagian dari ruang bernormaX. Dari definisi bola terbuka dengan pusatx0 dan jari-jari ε,B(x0, ε), diperoleh 2 pengertian berikut.

(30)

1. Himpunan S dikatakan himpunan terbuka (open sets), jika untuk setiap x ∈ S terdapatε > 0sehingga

B(x, ε) ⊆ S.

2. Komplemen dariS, ditulisSc:= X\S. HimpunanSdikatakan himpunan tertutup (closed sets), jikaScmerupakan himpunan terbuka.

Sebarang titik x0 ∈ X disebut titik akumulasi dari S, jika untuk setiap ε > 0, sedikitnya satu titikx 6= x0 ∈ S berada diB(x0, ε). Himpunan semua titik dariS dan semua titik akumulasi dariSdisebut klosur dariSdan dinotasikan denganS¯.

Kreyszig (1978) menyatakan hubungan antara kekonvergenan suatu barisan de- ngan klosur dan himpunan tertutup. Hubungan tersebut dinyatakan pada teorema beri- kut.

Teorema 2.2.7 Diberikan ruang bernormaXdan himpunan bagian tak kosongS ⊂ X, maka

(i) a ∈ ¯S jika dan hanya jika ada barisan x(k) di S sehingga x(k) −→ a untuk k −→ ∞

(ii) S merupakan himpunan tertutup jika dan hanya jika untuk setiap barisan x(k) diS, denganx(k) −→ auntukk −→ ∞, limita ∈ S.

Bukti. Akan diperlihatkan bahwa kondisi (i) terpenuhi. Diambil sebaranga ∈ ¯S, maka a ∈ S atau a merupakan titik akumulasi dari S. Jika a ∈ S, maka dapat dibentuk barisan x(k) dengan x(k) = a untuk setiap k ∈ N sehingga x(k) −→ a untuk k −→ ∞. Andaikan a merupakan titik akumulasi dari S, maka untuk setiap k ∈ N diperolehx(k) 6= a ∈ S berada diB(a, 1/k). Karena1/k −→ 0untukk −→ ∞, maka x(k) −→ auntukk −→ ∞.

Sebaliknya, diambil sebarang barisan x(k) diS konvergen ke suatu a, maka untuk sebarangε > 0terdapatk0 ∈N sehingga untuk setiapk ≥ k0 diperoleh

kx(k) − akX < ε.

Akibatnya,a ∈ S atau untuk setiapk ≥ k0 berlakux(k) ∈ B(a, ε), yaituamerupakan titik akumulasi dariS. Jadi,x ∈ ¯S.

(31)

Terakhir, akan diperlihatkan bahwa kondisi (ii) terpenuhi. Untuk itu, diasumsikan Smerupakan himpunan tertutup, berarti komplemenS, yaituSc, merupakan himpunan terbuka. Diambil sebarang barisan x(k) berada diS konvergen ke suatua. Andaikan a ∈ Sc, maka terdapatδ > 0sehinggaB(a, δ) ⊆ Sc. Oleh karena itu, terdapat bilangan naturaln0, sehingga untuk setiapk ≥ n0berlakux(k) ∈ Sc. Hal ini kontradiksi dengan

x(k) merupakan barisan diS. Jadi, seharusnyaa ∈ S.

Sebaliknya, diambil sebarang barisan x(k) konvergen diS, yaitu terdapatadi S sehingga x(k) −→ a untuk k −→ ∞. Akan diperlihatkan bahwa Sc merupakan himpunan terbuka. Andaikan Sc bukan himpunan terbuka, maka untuk suatu a ∈ Sc berlakuB(a, 1/k) ∩ S 6= ∅untuk setiap k ∈ N. Akibatnya, terdapatk0 ∈ N sehingga untuk setiapk ≥ k0berlaku

kx(k) − akX < 1 k.

Hal ini berakibat barisan x(k) diS konvergen kea ∈ Sc. Hal ini kontradiksi dengan fakta bahwa barisan x(k) konvergen diS. Jadi,Sharus himpunan tertutup. 

Adams dan Franzosa (2008) mendefinisikan bahwa topologiT pada himpunanX adalah himpunan bagianT ⊆ 2X memenuhi:

1. ∅ ∈ T danX ∈ T.

2. Irisan dari sejumlah berhingga anggotaT adalah anggota dariT. 3. Gabungan dari sebarang anggota-anggotaT adalah anggota dariT.

HimpunanXdengan sebuah topologiT padaXdisebut ruang topologi oleh Adams dan Franzosa (2008). Berdasarkan Kreyszig (1978), setiap anggota dariT adalah himpunan terbuka diX.

Contoh 2.2.8 Lingkungan-5pada(1, 1)merupakan ruang topologi pada R2. 

2.3. Ruang Banach dan Ruang BK

Setiap barisan Cauchy pada sistem bilangan real merupakan barisan konvergen. Tetapi, tidak setiap barisan Cauchy pada setiap ruang bernorma merupakan barisan konvergen.

Konsep barisan Cauchy berdasarkan Kreyszig (1978) diberikan sebagai berikut.

(32)

Barisan x(k) pada ruang bernormaX = X, k · kX disebut barisan Cauchy, jika untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli n0 sehingga untuk setiap k ≥ j ≥ n0 berlaku

kx(k) − x(j)kX < ε ataukx(k) − x(j)kX −→ 0untukk, j −→ ∞.

Teorema berikut, diambil dari Kreyszig (1978), menunjukkan bahwa setiap baris- an konvergen pada suatu ruang bernorma merupakan barisan Cauchy.

Teorema 2.3.1 Setiap barisan konvergen pada ruang bernorma X merupakan barisan Cauchy.

Bukti. Diambil sebarang barisan konvergen x(k) diX dan sebarang bilanganε > 0, makaε/2 > 0. Jikax(k) −→ auntukk −→ ∞, maka untuk setiapε/2 > 0terdapat bilangan aslin0, sehingga untuk setiapk ≥ n0 berlaku

x(k) − a X < ε

2.

Berdasarkan sifat (iii) dari norma, untuk setiapk ≥ j ≥ n0 berlaku

x(k) − x(j) X

x(k) − a X +

x(j) − a X < ε

2+ ε 2 = ε.

Karenaε > 0sebarang, maka barisan x(k) merupakan barisan Cauchy. 

Contoh 2.3.2 Barisan fk dengan aturan

fk(x) =

( kx untuk0 ≤ x < k1 0 untuk 1k ≤ x ≤ 1 pada ruang bernormaC[0, 1]terhadap norma

kf kI = Z 1

0

f (x)

dx merupakan barisan Cauchy diperlihatkan sebagai berikut.

(33)

Untuk setiapε > 0, berdasarkan Archimedean, terdapat n0 ∈ N sehingga1/n0 < ε. Akibatnya, untuk setiap(fk)diC[0, 1]dan setiapk ≥ j ≥ n0 diperoleh

kfk− fjk = Z 1

0

|fk(x) − fj(x)|dx

= Z 1/k

0

|fk(x) − fj(x)|dx + Z 1/j

1/k

|fk(x) − fj(x)|dx + Z 1

1/j

|fk(x) − fj(x)|dx

= Z 1/k

0

|kx − jx|dx + Z 1/j

1/k

|0 − jx|dx + Z 1

1/j

|0 − 0|dx

=



(k − j)x2 2

1/k 0

+



jx2 2

1/j 1/k

+ 0

= 1 2



(k − j) 1 k2

+ j j2 − j

k2



= 1 2



j − k k2

+1 j − j

k2



≤ 1 2

j − k k2 +1

j − j k2



= 1 2



−k k2 +1

j



≤ 1 2

1 j



< 1 n0 < ε.

Akibatnya, barisan fk merupakan barisan Cauchy pada ruang bernormaC[0, 1]. 

Ruang bernormaX dikatakan lengkap, jika untuk setiap barisan Cauchy padaX konvergen ke suatu elemen padaX. Ruang bernorma lengkap disebut ruang Banach.

Debnath dan Mikusinski (2005) menyatakan bahwa barisan norma dari suatu ba- risan Cauchy merupakan barisan konvergen. Hal tersebut dinyatakan pada lemma beri- kut.

Lemma 2.3.3 Jika x(k) merupakan barisan Cauchy pada ruang bernorma X, maka barisan kx(k)kX dari norma-norma merupakan barisan konvergen di R.

Bukti. Diberikan x(k) merupakan barisan Cauchy pada ruang bernorma X, maka berdasarkan Teorema 2.2.1 diperoleh

kx(k)kX − kx(j)kX

≤ kx(k) − x(j)kX −→ 0

untuk k, j −→ ∞. Akibatnya, barisan kx(k)kX merupakan barisan Cauchy di R.

(34)

Karena R bersifat lengkap, maka barisan kx(k)kX konvergen di R. 

Contoh 2.3.4 JikaX merupakan ruang Banach, maka ruang bernorma `1(X), k · k1 pada Contoh 2.2.2 bersifat lengkap. Hal ini diperlihatkan sebagai berikut.

Diambil sebarang barisan Cauchy(xn)di`1(X), maka

kxn− xmk1 =

X

k=1

kxn(k) − xm(k)kX −→ 0

untukn, m −→ ∞. Akibatnya, untuk setiapk ∈N, diperoleh kxn(k) − xm(k)kX −→ 0.

Karena X merupakan ruang Banach, maka X bersifat lengkap. Hal ini berakibat ada a ∈ X sehingga untuk setiapk ∈N diperoleh

kxn(k) − akX −→ 0.

Dibentuk barisana = a(k)

= a untuk setiapk ∈N, maka

X

k=1

kxn(k) − a(k)kX −→ 0

untukn −→ ∞. Akibatnya,xn −→ auntukn −→ ∞. 

Contoh 2.3.5 Ruang linear bagianC[0, 1]pada Contoh 2.1.2 terhadap norma kf kC∞ = supn

|f (x)| : x ∈ [0, 1]o merupakan ruang bernorma lengkap diperlihatkan sebagai berikut.

Diambil sebarang barisan Cauchy(fk) ⊂ C[0, 1], maka untuk setiap ε > 0, ada bilangan naturaln0 sehingga untuk setiapk ≥ j ≥ n0berlaku

kfk− fjkC∞ = sup n

|fk(x) − fj(x)| : x ∈ [0, 1]

o

< ε.

(35)

Berarti, untuk setiapk ≥ j ≥ n0 dan setiapx ∈ [0, 1]diperoleh

fk(x) − fj(x) < ε.

Dengan kata lain, untuk setiapx ∈ [0, 1], barisan fk(x) merupakan barisan Cauchy di R. Karena R bersifat lengkap, maka barisan fk(x) konvergen di R, yaitu adaa ∈ R sehingga

fk(x) −→ auntukk −→ ∞.

Didefinisikanf (x) = auntuk setiapx ∈ [0, 1], makaf ∈ C[0, 1]. Karenafk(x)ada di C[0, 1]untuk setiapk ≥ n0dan setiapx ∈ [0, 1], maka

fk(x) − f (x) < ε.

Oleh karena itu,

kfk− f kC∞ = sup n

|fk(x) − f (x)| : x ∈ [0, 1]

o

< ε.

Karenaε > 0sebarang, makafk−→ fdiC[0, 1]. Karena(fk)sebarang barisan Cauchy terbukti konvergen ke suatuf ∈ C[0, 1], maka terbukti bahwa ruang bernormaC[0, 1]

bersifat lengkap. 

Telah diperlihatkan bahwa barisan (fk) ⊂ C[0, 1] merupakan barisan Cauchy pada Contoh 2.3.2. Selanjutnya, pada Contoh 2.3.5, telah diperlihatkan bahwa ruang C[0, 1]dikenakan dengan normak · kC∞merupakan ruang Banach. Tetapi, pada contoh berikut, akan diperlihatkan bahwa barisan (fk) tidak konvergen pada ruang bernorma

C[0, 1], k · kI.

Contoh 2.3.6 Dibentuk fungsif : [0, 1] −→R dengan aturan

f (x) =

( 0 untukx = 0 1 untuk 1k ≤ x ≤ 1

Selanjutnya, diambil sebarang ε > 0. Berdasarkan Archimedean, terdapat n0 ∈ N

(36)

sehingga1/n0 < ε. Oleh karena itu, untuk setiapk ≥ n0 diperoleh kfk− f kI =

Z 1 0

|fk(x) − f (x)|dx = Z 1/k

0

|fk(x) − f (x)|dx + Z 1

1/k

|fk(x) − f (x)|dx

= Z 1/k

0

|kx − 1|dx + Z 1

1/k

|0 − 0|dx =

kx2 2 − x

1/k

0

+ 0

=

k 2k2 − 1

k

=

− 1 2k

= 1 2k < 1

n0 < ε.

Karenaε > 0sebarang, maka barisan fk konvergen kef. Tetapi,f /∈ C[0, 1], karena f tidak kontinu di 0. Oleh karena itu, barisan (fk) tidak konvergen di dalam ruang bernorma C[0, 1], k · kI. Jadi, C[0, 1], k · kI bukan merupakan ruang Banach. 

Himpunan bagianS dari ruang bernormaX dikatakan 1. jarang diX, jikaS¯tidak memiliki titik interior

2. kecil diX, jikaSmerupakan gabungan dari sejumlah berhingga himpunan jarang diX

3. besar diX, jikaStidak kecil diX.

Setiap ruang Banach merupakan himpunan besar di dirinya sendiri. Hal tersebut dinyatakan oleh Kreyszig (1978) dan disebut teorema kategori Baire.

Teorema 2.3.7 JikaX merupakan ruang Banach, makaXmerupakan himpunan besar di dirinya sendiri. Akibatnya, jika untuk setiapk ∈N berlakuAkmerupakan himpunan tertutup dan

X =

[

k=1

Ak,

maka terdapat k0 ∈ N sehingga Ak0 memiliki titik interior atau memiliki himpunan bagian tak kosong terbuka.

Bukti. Diambil sebarang ruang BanachX. AndaikanX merupakan himpunan kecil di dirinya sendiri, maka untuk setiapk ∈N diperolehMkmerupakan himpunan jarang di Xsehingga

X =

[

k=1

Mk.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alur Penulisan Skripsi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi guna menam- bah wawasan dalam pembahasan yang berhubungan dengan ruang barisan bernilai real klasik,

• Menentukan persamaan garis di ruang, baik dalam bentuk persamaan vektor, persamaan parametrik, atau persamaan Cartesius.. Tentukan persamaan vektor, persamaan parametrik,

Ruang bernorma dikatakan bersifat lengkap jika untuk setiap barisan Cauchy di dalam ruang tersebut bersifat konvergen.. Ruang bernorma yang bersifat lengkap disebut

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Assalamualaikum Wr. Seiring ungkapan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, berkat karunia dan petunjuk-Nya dapat menyelesaikan

Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, kesehatan, kekuatan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisa n hukum

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul